Anda di halaman 1dari 23

BIOGRAFI WS RENDRA DAN KIPRAHNYA DALAM DUNIA SASTRA

INDONESIA TAHUN 1950-2009


Suhersih
1708301050
Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
2021
E-Mail: Suhersih70@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Biografi WS Rendra dan Kiprahnya Dalam Dunia
Sastra Indonesia Tahun 1950-2009” ini mengangkat masalah tentang bagaimana
biografi WS Rendra dan kiprahnya di dunia sastra. Namun, belum banyak yang meneliti
mengenai biografi WS Rendra dan Kiprahnya dalam dunia sastra dari sisi sejarahnya
secara lengkap, sehingga penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tentang 1) Biografi
sastrawan WS Rendra 2) kiprah WS Rendra dalam Dunia sastra Indonesia Tahun 1950-
2009. Dalam penelitian tersebut metode yang digunakan adalah metode penelitian
sejarah yang meliputi Heuristik, Kritik, Interpretasi, serta Historiografi dengan
menggunakan pendekatan sosiologi sastra, sedangkan pengumpulan data berasal dari
studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan sumber
yang bersifat tertulis berupa buku, majalah, koran, jurnal dan lainya. Sedangkan studi
lapangan dilakukan dengan cara wawancara, observasi untuk menemukan sumber primer
secara langsung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, Pertama WS Rendra yang
memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto, kelahiran kota Solo Jawa Tengah
pada tanggal 7 November 1935 pada pukul 17.05 yang memiliki tiga istri dengan
julukan”Burung Merak”. Ayahnya itu bernama Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo
dan ibunya bernama Raden Ayu Chatarina Ismadillah. Ia dilahirkan dari keluarga
berdarah seni, sehingga pendidikan yang diraihnya tidak lepas dari pendidikan formal dan
informal atau keluarga yang turut memperkaya jati dirinya. Kedua, Kiprahnya dalam
dunia sastra dilihat dari perannya sebagai penyair dan pembaca puisi, Dramawan, aktor,
cerpen, esai, serta dirinya juga hadir sebagai seorang pemikir kebudayaan, sehingga
Rendra dianggap sebagai tokoh budayawan nasional.

Kata Kunci: Biografi, WS Rendra, Kiprah, Sastra.

PENDAHULUAN
Perkembangan sejarah sastra di Indonesia telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat dari masa ke masa. Sastra dipahami sebagai salah satu cabang seni yang
menggunakan bahasa sebagai mediumnya dengan mengutamakan keindahan sebagai
bentuk dalam penyajiannya, sehingga menimbulkan daya tarik bagi pembacanya. Sesuatu
yang disampaikan dalam sebuah sastra berisi informasi atau pengetahuan mengenai
kehidupan manusia serta sebuah pelajaran tentang nilai kebaikan dan kebenaran yang ada

1
di dalamnya.1 Dalam hubungannya dengan dunia sastra, terdapat istilah sebutan bagi
seseorang yang bergelut dalam dunia kepenulisan sastra yaitu Sastrawan.
Sastrawan adalah seorang ahli sastra, pujangga, atau pengarang prosa dan puisi
yang memiliki kemampuan dalam menulis sastra.2 Seorang sastrawan dalam membuat
sebuah karangan tidak lepas dari penglihatan objek atau dunia sekitarnya, dirinya sendiri
maupun didapatkan dari membaca, baik membaca bebas maupun membaca karya sastra.
Dalam kehidupan manusia tidak luput dari suatu masalah yang terdapat dalam
masyarakat. Hal itulah yang kemudian menjadi kesempatan bagi para sastrawan dalam
mengemukakan ide-ide kreatifnya lewat untaian kata yang mengandung nilai estetik,
sehingga dari hasil imajinasinya menghasilkan suatu karya sastra.
Sastrawan dan karyanya merupakan suatu bagian dari masyarakat sehingga tidak
lepas dari hubungan ekonomi, sosial, dan politik di masyarakat. Seorang pengarang dalam
menciptakan sebuah karya sastra didasarkan pada pengalaman yang diperolehnya dalam
realitas kehidupan di masyarakat. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri, bahwa pada
kenyataanya pengarang senantiasa hidup dalam sebuah ruang dan waktu, di mana ia
senantiasa terlibat dalam suatu permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitarnya. 3
Kehadiran karya sastra turut memperkaya sastra Indonesia sehingga di Indonesia sendiri
dapat menciptakan tokoh-tokoh sastrawan Indonesia yang terkemuka antara lain tokoh
WS Rendra yang merupakan sastrawan terkemuka Indonesia yang pikiran-pikirannya
turut mengusung keberadaan Indonesia yang terwujud dalam berbagai aspek kehidupan
sastra Indonesia. Kehadiran karya sastra dari berbagai genre merupakan bukti keberadaan
pengarangnya.
Keberadaan sastra di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Awal perkembangan dan pertumbuhan novel misalnya, tidak sejalan dengan adanya puisi
dan drama. Novel Indonesia sudah dimulai pada tahun 1920-an sedangkan puisi Indonesia
dimulai tahun 1928-an dan perkembangan cerpen semarak tahun 1950-an di berbagai
media massa.
Perkembangan sastra Indonesia sejak kelahiran sampai saat ini memperlihatkan
kesinambungan dalam sejarah, yaitu adanya pembabakan atau periode sastra yang
dikemukakan oleh berbagai pakar. Menurut Rene Welek, salah satu kritikus sastra
1
E. Kosasih. Apresiasi Sastra Indonesia (Jakarta: Perca, 2008), hlm. 2.
2
Sastrawan (Def.1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/sastrawan, 26 Oktober 2020.
3
Nuriana Istiqomah dkk, Sikap Hidup Orang Jawa Dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya
Ahmad Tohari. Jurnal Sastra Indonesia, 3(1), 2014, diterbitkan oleh Universitas Negeri Medan , hlm. 1.

2
komparatif mengatakan bahwa pembabakan ialah bagian waktu yang dikuasai oleh sistem
norma-norma sastra, konvensi sastra, ketika kemunculannya, meluasnya, integrasinya,
dan lenyapnya dapat diruntut.4 Oleh karena itu, adanya periode sastra menjadi penting
untuk memudahkan pengembangan sejarah sastra dan penciptaan karya sastra baru oleh
sastrawan.
Banyak sastrawan yang lahir pada setiap masa dan membawa corak yang berbeda dengan
masa sebelumnya, sehingga muncul istilah pembabakan atau periodesasi sastra , misalnya
Periode 1961-1971 adalah sebuah periode yang meneruskan gaya periode sebelumnya,
yaitu periode yang lebih menekankan pada Struktur Estetisnya yang mempersoalkan
masalah kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan, yang berorientasi pada
bahan-bahan sastra dari kebudayaan Indonesia sendiri, karena dampak kondisi pada saat
itu, sehingga corak sastranya bermacam-macam. Sastrawan-sastrawan yang muncul pada
periode ini, antara lain: WS Rendra (Blues Untuk Bonie, Ballada Orang-Orang Tercinta),
Toto Sudarto Bachtiar (Suara), Nugroho Noto Susanto (Hujan Kepagian dan Tiga Kota),
Ramadhan K.H. (Priangan si Jelita), Trisnoyuwono (Lelaki dan Mesiu), Toha Mochtar
(Pulang), B. Sularto (Domba-Domba Revolusi), dan Subagyo Sastrowardoyo (Simphoni).
WS Rendra memiliki nama lengkap Willybrordus Surendra Broto Rendra
merupakan penyair ternama berkebangsaan Indonesia yang mendapatkan julukan
“Burung Merak”.5 WS Rendra dilahirkan di Solo, 7 November 1935, jam 17.05, hari
Kamis Kliwon. Dalam keseharianya, Rendra biasa dipanggil dengan sebutan Willy oleh
orang tuanya serta teman dekatnya. Ibunya bernama Raden Ajeng Catharina Ismadillah
yang berasal dari Yogyakarta dan ayahnya bernama Raden Cyprianus Sugeng
Brotoatmodjo yang berasal dari Solo.6
Rendra terkenal sebagai seorang dramawan, aktor, penyair dan pembaca puisi,
penulis cerpen dan esai yang baik serta ia juga hadir sebagai seorang pemikir, yaitu

4
Rosida Erowati dan Ahmad Bahtiar. Sejarah Sastra Indonesia. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2011), hlm. 14.
5
Burung Merak adalah sebuah julukan untuk WS Rendra, Asal-usul adanya julukan tersebut
bermula ketika Rendra dan seorang sahabatnya yang berasal dari Australia itu mengunjungi kebun binatang
Gembiraloka, Yogyakarta. Di sana Rendra mengajak sahabatnya itu jalan-jalan ke kebun binatang
Gembiraloka itu, ia melihat seekor merak jantan yang sedang berjalan dengan diapit dua betinanya,
sehingga ketika melihat merak jantan yang sedang diapit dua merak betina itu, Rendra pun langsung berkata
bahwa itu Rendra. Nama julukan itu tidak lepas dari kepribadian dirinya yang selalu tampil sebagai seorang
deklamator yang penuh pesona, ia memamerkan keindahan bulu-bulunya karena Burung Merak itu
menggambarkan sebuah simbol orang yang suka menunjukan keindahan, sehingga julukan si Burung
Merak akhirnya melekat padanya. Dilihat pada Muhammad Muhibbuddin, Cerita Kehidupan, Kisah Cinta,
dan Jalan Spiritual (Yogyakarta: Suro Publishing, 2019), hlm. 32.
6
Yudiaryani, WS Rendra dan Teater Mini Kata (Yogyakarta: Galang Pustaka, 2015), hlm. 160

3
pemikir kebudayaan.7 Rendra sebagai seorang sastrawan begitu mencintai kebebasan dan
memberontak terhadap sebuah kekangan. Seorang Rendra selalu membela hak dan
kepentingan manusia, manusia yang menjadi perhatiannya adalah orang miskin, tertindas
dan orang yang sudah mulai dilupakan, sehingga dengan melihat fenomena tersebut, ia
mengungkapkan segala perasaannya lewat karya-karyanya baik berupa esai, puisi, drama,
cerpen yang memiliki makna mendalam di setiap untaian kata pada bentuk karyanya.
Bakdi Soemanto mengatakan bahwa sejak tahun 1950-an Rendra sudah sangat
terkenal oleh masyarakat seniman di Surakarta. Puisinya yang dimuat dalam Majalah
kisah dan lainnya yang kemudian dikumpulkan dalam Ballada Orang-orang Tercinta.
Rendra juga menulis drama yaitu drama pertamanya berjudul Kaki Palsu. Rendra juga
menulis cerpen dalam berbagai majalah. Salah satu cerita pendeknya berjudul Ia Punya
Leher Yang Indah.8
Dasar pemikiran penelitian yang diangkat oleh peneliti adalah mengacu pada
pandangan-pandangan mendasar yang diuraikan di atas. Melihat dari adanya kelebihan
yang dimiliki oleh seorang WS Rendra, sehingga penelitian ini menarik, karena
sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti mengenai biografi WS Rendra dan
kiprahnya dalam dunia sastra dari sisi sejarahnya secara lengkap. Hal ini membuat
penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Biografi WS Rendra
dan Kiprahnya Dalam Dunia Sastra Indonesia Tahun 1950-2009”.
METODOLOGI
Sebagai ilmu sejarah memerlukan metode dan metodologi, metode sejarah atau
metode penelitian sejarah di definisikan dengan suatu kumpulan yang sistematis dari
prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang dimaksudkan untuk membantu dengan efektif
dalam pengumpulan bahan-bahan sumber dari sejarah dalam menilai atau menguji
sumber-sumber dari sejarah itu secara kritis dan menyajikan suatu hasil “Sinthese” (pada
umumnya dalam bentuk tertulis) dari hasil yang dicapai. 9 Dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian sejarah dengan pendekatan sosiologi sastra. Metode Sejarah meliputi:
1. Heuristik

7
Harlina Indijati dan A. Murad. Biografi Pengarang Rendra dan Karyanya (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), hlm. 16.
8
Dendy Sugono. Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
hlm. 218.
9
Wasino dan Endah Sri Hartatik. Metode Penelitian Sejarah Dari Riset Hingga Penulisan.
(Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018), hlm. 11.

4
Menurut Notosusanto bahwa kata heuristik sendiri berasal dari bahasa yunani
yaitu Heuriskein yang berarti sama dengan to find yaitu bukan hanya menemukan saja
akan tetapi dengan mencari dahulu.10 Pada tahap ini, seorang peneliti melakukan
pencarian dan pengumpulan sumber yang berkaitan dengan topik pembahasan.
Dalam tahap ini, Penulis melakukan langkah-langah heuristik dengan cara mencari
sumber-sumber tentang WS Rendra dan kiprahnya dalam dunia sastra Indonesia
melalui studi pustaka dan studi lapangan.
Studi pustaka penulis tempuh dengan cara mengumpulkan sumber primer dan
sekunder. Sumber primer seperti: sebuah tulisan yang menggambarkan mengenai
biografi WS Rendra dan kiprahnya dalam dunia sastra yang ditulis oleh WS Rendra
baik berupa buku, koran, bentuk naskah lakon dan lainya yang berkaitan dengan topik
pembahasan yang ditemukan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, perpustakaan
Nasional Rebublik Indonesia dan Koleksi Pribadi. Selain itu, penulis juga melakukan
pencarian sumber sekunder yang berasal dari beberapa buku yang membahas
mengenai biografi WS Redra dan kiprahnya dalam dunia sastra.Selain itu, didukung
dengan jurnal, skripsi, dan lainya terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini.
Sedangkan Studi lapangan yang penulis lakukan dengan cara melakukan
sebuah penelusuran (observasi) dan wawancara dengan orang terdekat dalam Hidup
WS Rendra yang mengetahui mengenai sosoknya dengan panca indranya secara
langsung serta wawancara para tokoh masyarakat yang merupakan seniman seni,
pegiat sastra atau lainya yang memahami mengenai WS Rendra dan karyanya.
2. Kritik sumber
Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah
dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.11
Kritik ekstern umumnya menyangkut keaslian dan keautentikan bahan sedangkan
kritik intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi
sumber sejarah itu sendiri. Dua tahap ini intinya untuk memilih dan memilah mana
sumber yang asli, palsu, dan mana fakta dan bukan.
Peneliti melakukan kritik ekstern dengan mengumpulkan data yang berasal
dari sumber tertulis dengan cara membandingkan sumber satu dengan sumber lainnya
baik dari segi bahasa, warna kertas dan bentuk tintanya dan segi fisik lainnya.

10
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah (Teori, Metode, Contoh Aplikasi), (Bandung: Pustaka
Setia, 2014), hlm. 93.
11
Anwar Sanusi, Pengantar Ilmu Sejarah, (Cirebon: Syekh Nurjati Press, 2013), hlm. 138.

5
Kemudian, sumber lisan penulis lakukan dengan dengan membandingkan berbagai
informasi dari para informan dari informasi yang ada.Selanjutnya kritik intern, penulis
melakukan pengecekan terhadap isi sumber yang didapat, apakah sesuai atau tidaknya
dengan bukti dan fakta yang ada.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut
hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.12 Dari berbagai fakta
yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang
ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada
untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang
sempit. Bagi sejarawan akademis interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum
cukup. Dalam perkembangan terakhir sejarawan masih dituntut untuk mencari
landasan penafsiran yang digunakan.
Penelitian sejarah tidak bisa berhenti pada kelas penelitian dan pengkajian ini,
tetapi harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
peristiwa dalam sejarah. Oleh karena itu, peneliti dapat bertekun diri untuk melakukan
analisis terhadap fakta-fakta yang disajikan dalam karya-karya sebelumnya.
Interpretasi ini diawali dengan sintesis (penyatuan) data sejarah dan kemudian
dilakukan sebuah analisis (penjelasan).
4. Historiografi
Secara Etimologi bahwa Historiografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti
historia dan grafein, di mana kata historia artinya sebuah penyelidikan mengenai
gejala alam fisik dan grafein artinya lukisan, gambaran, tulisan. Maka, dapat
dipahami bahwa historiografi itu berarti sebuah tulisan atau uraian mengenai hasil
penelitian tentang gejala alam.13 Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data
yang ada sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk
kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Maka, penulisan sejarah
disajikan dalam bentuk deskriptif analisis terhadap peristiwa sejarah berdasarkan
pembahasan yang telah ditetapkan.
Pendekatan Sosiologi Sastra

12
Ibid, hlm. 139.
13
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah (Teori, Metode, Contoh Aplikasi), (Bandung: Pustaka
Setia, 2014), hlm. 147.

6
Dalam menjelaskan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi
sastra, pendekatan yang mengangggap bahwa sastra itu harus berfungsi sama dengan
aspek kebudayaan lain serta sastra harus berhubungan dengan masyarakat. Dalam
pendekatan ini karya sastra dilihat dengan bentuk dokumen sosial budaya yang melihat
kenyataan sosial budaya masyarakat pada suatu masa.14 Banyak permasalahan yang
ada dimasyarakat, hal itulah yang kemudian menjadi ajang untuk dapat mewujudkan
suatu karya sastra, sehingga sastra merupakan cerminan dari kehidupan sosial di
masyarakat, hal itu sejalan dengan pendapat Damono, yang menyatakan bahwa sastra
menampilkan gambaran kehidupan, kehidupan itu sendiri merupakan suatu kenyataan
sosial. Pendekatan sosiologi memiliki tujuan yang juga hendak dicapai, hal itu
dikemukakan oleh Pradopo bahwa tujuan studi sosiologi sastra untuk mendapatkan
sebuah gambaran utuh tentang hubungan pengarang, karya sastra dan masyarakat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Biografi WS Rendra
1. Latar Belakang Keluarga
Salah satu tokoh sastrawan terkemuka Indonesia yaitu WS Rendra.WS
Rendra memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto. 15 Ia lahir tanggal 7
November 1935, pukul 17.05 di Kota Solo, Jawa Tengah. Ayahnya memiliki nama
Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan ibunya bernama Raden Ayu Catharina
Ismadillah. Ayahnya merupakan seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
di sekolah Katolik yang berada di Solo, di samping itu ayahnya juga terkenal
sebagai seorang dramawan tradisional sedangkan ibunya yang bernama Raden Ayu
Catharina Ismadillah adalah penari Serimpi di Keraton Surakarta, sehingga secara
garis keturunan keluarga bahwa Rendra ini adalah salah satu dari keluarga yang
memang memiliki aliran darah seni. Ayahnya itu dikenal dengan sebutan
Soebrotoatmodjo, seorang Kepala Sekolah Dasar Kanisius di Kabalen yang berada
di Surakarta, dan kemudian menjadi seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa di SMA Katolik di Surakarta.

Ali Imron Al-Ma’ruf dan Farida Nugrahani. Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi, (Surakarta:
14

Djiwa Amarta Press, 2017), hlm. 133.


15
WS Rendra atadalah seorang penyair, dramawan, aktor, teaterawan, ia juga seorang penulis
cerpen dan esai yang baik serta dia juga hadir sebagai seorang pemikir yaitu pemikir kebudayaan yang
merupakan kelahiran kota Solo, Jawa Tengah. Karya-karyanya sering diterbitkan diberbagai majalah Tanah
Air, Indonesia, Siasat, Basis, Budaya Jaya, Horisan dan lain-lain. Lihat.Harlina Indijati dan A. Murad. Op.
Cit, hlm. 16.

7
Dalam buku Antologi Laporan Hasil Teks Biografi karya Siswa X Busana
Butik –SMK N 30 Jakarta, memaparkan bahwa ayahnya begitu tertarik dengan
ilmu pengetahuan. Ketika remaja, ayahnya suka bergaul dengan para Bruder dan
Pastur,16 di mana mereka itulah yang kemudian memperkenalkan mengenai filsafat
barat, ilmu pendidikan dan ilmu jiwa yang kemudian dibaptis menjadi seorang
penganut Katolik yang bernama Cyprianus. Dia bersekolah di Normal School,
Sekolah Guru Rendah didirikan oleh misi Katolik Belanda yang berada di Desa
Muntilan, Jawa Tengah. Kemudian dia juga menjadi guru Sekolah Rendah (SD)
yang merupakan milik Yayasan Kanisius di Ambarawa, Jawa Tengah.
Dalam perjalanan hidupnya, ayahnya Rendra adalah seorang kader Katolik
pertama di Tanah Jawa. Pada saat itu, pastor Romo Van Lith yang berasal dari
Belanda, dia adalah salah satu orang yang membawa Katolikisme ke tanah Jawa.
Di Kota Muntilan di Desa Semampir di Tepi Sungai Lamat. Pada tahun 1904,
pastor Van Lith membaptis dengan mengkatolikan sejumlah 171 orang di Muntilan
dan kader pertama salah satunya adalah ayahnya Rendra sebagai kader Muntilan
pertama dan orang Jawa yang di Katolikan.17
Sebagai kader Katolik, ayahnya belajar Bahasa Belanda dan belajar bahasa-
bahasa barat, sehingga ayahnya berpendapat bahwa “untuk menjadi modern itu
harus belajar kepada barat.” Sehingga untuk modern itu harus barat karena yang
membawa modernitas ke keluarga Rendra itu adalah ide barat.Ayahnya begitu
berbakti dan memiliki disiplin yang kuat kepada misi agama Katolik. Ayahnya
begitu menginginkan supaya Rendra bisa mengikuti peraturan serta disiplin yang
diberlakukan untuk seluruh keluarganya itu. Namun, pandanganya
bertolakbelakang dengan ayahnya.
Rendra mendapatkan julukan si burung merak, ceritanya ketika Rendra dan
sahabat-sahabatnya yang berasal dari Australia berlibur di kebon binatang
Gembiraloka, Yogyakarta, yang pada saat itu di kandang merak tersebut Rendra
melihat seekor Merak Jantan yang memiliki ekor begitu indah yang dikerubungi

16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa Bruder diartikan sebagai saudara laki-
laki atau sebuah istilah dalam agama Katolik sebagai sebutan bagi biarawan laki-laki. Sedangkan Pastor
atau Pastur diartikan sebagai seorang pendeta, padri atau pemuka, pemimpin, guru agama di lingkungan
Gereja.Kedua informasi ini dilihat pada KBBI online, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Edisi III, oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
17
Wawancara dengan Ken Zuraida, Depok Jakarta 24 Februari 2021.

8
merak-merak betina.18 Rendra merupakan anak tertua dari delapan orang
bersaudara,dari ketujuh orang adiknya tersebut hanya nomor enam yang laki-laki
yang tinggal di Jalan Baluwarti No. 44, Solo. Sosok Rendra sangat dikenal di
kalangan masyarakat. Iadilahirkan dan dibesarkan dari lingkungan keluarga
Katolik.19
Ketika bayi sampai pada usia 35 tahun tersebut Rendra memeluk agama
Katolik. Ia dibesarkan dari lingkungan keluarga Katolik, ayah dan ibunya sangat
berharap agar anaknya itu aktif pada kegiatan-kegiatan Gereja dan rajin untuk
membaca di rumah.20 Menurut pemaparan Edi Haryono, bahwa latar belakang
Rendra yang berasal dari keluarga priyayi Jawa membuatnya aktif berkembang dan
menjadi orang yang mandiri, hal itu dapat dilihat dari kepribadian orang Jawa yang
memiliki kekuatan spiritual tersendiri dan bisa menggali ilmu-ilmunya dengan
prinsip “mencari” dan Rendra mengolah itu. Tradisi Jawa yang terdapat dalam
kehidupan Rendra dapat mempengaruhi dirinya dan bakat seninya21 Rendra
merupakan lelaki yang penuh pesona, sehingga banyak para perempuan yang
menyukainya. Dia merupakan seorang yang dinamis, matanya tajam dan dalam
melakukan apapun selalu didasarkan atas riset.
Rendra menikah dengan tiga istri antara lain: Sunarti (tahun 1959), Sitoresmi
(1970), dan Ken Zuraida (1976) yang kemudian memiliki 11 anak, meliputi: Lima
anak dari Sunarti yaitu Teddy, Andre, Daniel, Samuel, Clara Sinta. Kemudian anak

18
Siswa X Busana Butik SMKN 30 Jakarta, Antologi Laporan Hasil Teks Biografi Tokoh (Jakarta:
Perahu Litera, 2017), hlm. 135.
19
Dalam pandangan Gereja Katolik, bahwa mereka secara tegas mengajarkan bahwa perkawinan
Katolik adalah Sakramen, di mana sepasang suami istri haruslah menjaga kesucian pernikahan. Dari adanya
pernikahan tersebut maka tidak baik jika bercerai dengan sepasang suami istri kecuali maut yang
memisahkan.maka, dari adanya perkawinan tersebut terbentuklah sebuah keluarga Katolik. Keluarga
merupakan Gereja Kecil atau Ecclesia Domestica yang artinya bahwa keluarga Kristiani adalah pusat iman
yang hidup, tempat pertama iman akan Kristus dan sekolah pertama tentang Do’a, bentuk kebajikan-
kebajikan serta cinta kasih Kristen, Dilihat pada Daniel Boli Kotan dan P. Leo Sugiono, Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018), hlm. 6.
20
Menurut Harry Aveling, mengatakan bahwa bentuk perjalanan Kekatolikan Rendra sampai pada
pengingkaran pada agama katolik yang merupakan suatu yang dapat dipahami sebagai sebuah proses
pencarian pada yang sifatnya hakiki. Bentuk Kekatolikannya tersebut tergambar dalam sebuah sajaknya,
misalnya Ballada Penyaliban, Setelah Pengakuan Dosa, Masmur Mawar, Malaikat di Gereja St. Josef,
Lonceng Berkelenengan, Undang-Undang dan lainya. Ketika proses pencarian tersebut, Rendra merasa
begitu gelisah yang sangat berat. Ia begitu sulit menyelesaikan kegelisahannya itu yang pada akhirnya ia
menyelesaikan dengan caranya sendiri dan memperoleh sebuah jawaban atas kegelisahanya itu, sehingga ia
merasa bahwa Islam memanggilnya. Dilihat pada Harlina Indijati dan A. Murad, Op. Cit, hlm. 7.
21
Wawancara dengan Edi Haryono pada tanggal 23 Februari 2021 di Penerbit Burungmerak Press
Jln. Raya Rawa Kuning, Gang Kemun No. 28 A, RT. 01 RW. 16 Pulogebang, Jakarta Timur.

9
dari Sitoresmi yaitu Yonas, Sarah, Naomi, Rachel Saraswati, dan anak dari ken
Zuraida yaitu Isaias Sadewa, dan Maryam Supraba.22
2. Pendidikan
Riwayat pendidikan Rendra untuk pertama kalinya ia tempuh dengan
bersekolah di TK Marsudirini, Yayasan Kanisius yang dimasukkan oleh kedua
orang tuanya pada tahun 1942. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke SD
Katolik Pangudi Luhur yang berada di Solo. Setelah lulus dari SD, Rendra masuk
ke SMP Katolik Pangudi Luhur Santo Yosef yang berada di Solo sampai lulus
sekitar tahun 1955.23 Namun, pendidikan yang Rendra tempuh bukan hanya sampai
tingkat SMP saja, ia kemudian melanjutkan ke SMA yang merupakan sekolah
menengah atas swasta, sekolah itu adalah sekolah swasta bersubsidi yang dikelola
oleh salah satu Yayasan Pangudi Luhur yang berada di Kota Solo. Katolik Pangudi
Luhur St Yosef yang merupakan tempat Rendra dalam menuntut ilmu. kuliah di
salah satu Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Barat di Universitas Gadjah Mada.
Namun, dalam Universitas Gadjah Mada. Kemudian tahun 1964, ia mendapatkan
beasiswa dari American Academy of Dramatical Art untuk mengikuti pelajaran
Drama dan Seni.24
3. Latar Belakang Kesastraan
Latar Belakang sastranya berawal dari Gairah atau minatnya yang begitu
besar pada dunia sastra. Sehingga bakat sastranya sudah mulai terlihat ketika ia
duduk di bangku SMP. Bakat yang dimiliki Rendra di Dunia Sastra bisa dikatakan
lengkap, Saat itu ia mulai menunjukan kemampuanya dalam menulis puisi, cerpen,
drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Tidak hanya pandai menulis puisi, ia
piawai di atas panggung dan mementaskan Dramanya dan juga tampil sebagai
pembaca puisi yang sangat berbakat. karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam
Negri tetapi juga di luar Negeri. Ia juga aktif mengikuti Festival-festival di luar
Negeri.
WS Rendra adalah seorang penulis yang memiliki tipe yang produktif,
menciptakan puisi, drama dan ia juga menulis cerpen. Masa produktifnya ketika
menulis cerpen bersamaan dengan saat ia menulis puisi yang dikumpulkan dalam

22
Dewan Kesenian, Remy Silado dan Max Lane, Napak Tilas Sastra: W.S. Rendra, (Jakarta:
Komite Teater-Dewan Kesenian, 2013), hlm. 11.
23
Muhammad Muhibbuddin, Op. Cit, hlm. 11.
24
Dendy Sugono, Op. Cit, hlm. 217.

10
Empat Kumpulan Sajak (tahun 1961), sajak-sajak Sepatu Tua (1972). Ada
beberapa karya Rendra yang kemudian berhasil ditulis olehnya, antara lain: karya
kumpulan puisi yang meliputi: Ballada Orang-orang Tercinta (1957), Empat
Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua
(1972), Nyanyian Orang Urakan (1985), Potret Pembangunan Dalam Puisi
(1983), Disebabkan Oleh Angin (1993), Orang-orang Rangkasbitung (1993),
Perjalanan Bu Aminah (1997), Mencari Bapa (1997), serta karya drama oleh WS
Rendra antara lain: Dataran Lembah Neraka (1952), Orang-orang di Tikungan
Jalan (1954), Selamatan Anak Cucu Suleman (1967), Mastodon dan Burung
Kondor (1972), Kisah Perjuangan Suku Naga (1975), Sekda (1977), Panembahan
Reso (1986), Tuyul Anakku (2000) dan karya cerita pendeknya yang dalam bentuk
kumpulan cerpen yang berjudul Ia Sudah Bertualang (1963) serta ia juga menulis
sebuah Esai.25

B. Karya Ws Rendra
1. Kumpulan Sajak
a. Ballada Orang-orang Tercinta (1957) g. Disebabkan Oleh Angin (1993)
b. Empat Kumpulan Sajak (1961) h.
Orang-orang Rangkasbitung (1993)
c. Blues Untuk Bonnie (1971) i. Mencari Bapa (1997)
d. Sajak-sajak Sepatu Tua (1972) j.
Perjalanan Bu Aminah (1997)
e. Potret Pembangunan Dalam Puisi (1980) k. Do’a Untuk Anak Cucu (2012)
f. Nyanyian Orang Urakan (1985) l. Rendra: Sajak-sajak Cinta (2015)
2. Kumpulan Drama
a. Dataran Lembah Neraka (1952) f. Sekda (1977)
b. Orang-orang di Tikungan Jalan (1954) g. Panembahan Reso (1986)
c. Selamatan Anak cucu Soleman (1967) h. Tuyul Anakku (2000)
d. Mastodon dan Burung Kondor (1972)
e. Kisah Perjuangan Suku Naga (1975)
3. Kumpulan Esai
a. Mempertimbangkan Tradisi (1983)
25
Muakibatul Hasanah dan Wahyudi Siswanto, Mengenal Proses Kreatif Sastrawan Indonesia,
(Indonesia: Cakrawala Indonesia, 2013), hlm. 132.

11
b. Penyair dan Kritik Sosial (2001)
c. Tentang Bermain Drama (1986)
d. Megatruh (2001)
4. Kumpulan Cerpen
a. Ia Sudah Bertualang
5. kumpulan teater
a. Suara-suara Matih k. Mastodon dan Burung Kondor
b. Kereta Kencana l. Lisistrata
c. Paraguay Tercinta m. Oidipus di Kolonus
d. Oidipus Sang Raja n. Perjuangan Suku Naga
e. Menunggu Godot o.Egmont
f. Kasidah Barzanji p. Perampok
g. Hamlet q. Sekda
h. Macbeth r. Panembahan Reso
i. Pangeran Hamburg s. Buku Harian Seorang Pencopet
j. Antigone t. Paraguay Tercinta
Penghargaan karya WS Rendra
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta (Tahun 1954)
 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Anugrah Seni (Tahun 1970)
 Hadiah Sastra Nasional BMKN (Tahun 1957)
 Hadiah dari Akademi Jakarta ( Tahun 1975)
 Wetheim Award (Tahun 1989)
 Hadiah Adam Malik Award (Tahun 1989)
 Hendar Fahmi Ananda Award (Lombok) (Tahun 1993)
 SEA Write Award (Tahun 1996)
 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Tahun 1996)
 Jos Kaj Tyl (Kedutaan Besar Ceko) (Tahun 1997)
 Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
 Penghargaan Achmad Bakri (2006)
 Dr (HC) dari UGM dibidang Seni dan Budaya (2008)

C. Kiprah WS Rendra Di Dunia Sastra


1. Peristiwa penting Dalam Karya WS Rendra
a. Sosial Politik

12
Melihat dari kegigihanya dalam berkarya, karya Rendra selalu
berpihak dengan masyarakat, begitu kuatnya rasa kepeduliannya dengan
rakyat kecil, sehingga membuat dirinya tidak segan-segan terlibat dalam rezim
kekuasaan, baik itu rezim orde lama maupun orde baru sehingga seringkali
membuat dirinya terlibat dalam pemerintah dan sering keluar masuk penjara.
Namun, Rendra tidaklah peduli dengan resiko yang bakal dihadapinya itu.
Kehidupannya dihadapkan pada kondisi sosial politik sehingga karya-
karyanya pun menggambarkan kondisi pada masanya, itu tergambarkan ketika
masa-masa orde lama, sekitar tahun 1950 dirinya telah mulai melontarkan
kritik-kritik tajamnya kepada pemerintahan. Pemerintahan pada saat itu
cenderung otoriter dan diktator, sehingga hal itulah yang membuat Rendra
selalu melontarkan kritik tajamnya.
Di Indonesia sendiri sekitar tahun 1967 adanya penyerahan kekuasaan
yang dilakukan oleh Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto, setelah
adanya berbagai macam konflik yang terjadi sebelumnya.Pada sidang umum
MPR 1967 itu, Soeharto kemudian diangkat oleh MPRS menjadikan Presiden
untuk menggantikan kedudukan Bung Karno dan di resmikanya Maret 1968. 26
Era orde baru ketika masanya Suharto itu, berbagai macam cara dilakukan
demi sebuah kekuasaan, sehingga membuat rakyatnya tunduk dan begitu patuh
kepada semua kebijakan yang diarahkan oleh pemerintahnya. Pemerintahan
orde baru yang dipimpin oleh Soeharto telah memberikan sebuah peran sosial
politik yang cukup besar.
Dari adanya peristiwa tersebut, Rendra menggambarkan dalam salah satu
sajaknya yang berjudul “Kesaksian Tahun 1967”, dalam sajak itu Rendra ingin
memberikan kesaksian mengenai situasi Indonesia tahun 1967.27
Dunia yang akan kita bina adalah dunia baja
Kaca dan tambang-tambang yang menderu
Bumi bakal tidak lagi perawan
Tergarap dan terbuka sebagai

26
Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kasuma, Propaganda Orde Baru 1966-1980 . Jurnal Verleden,
1(1), 2012, diterbitkanoleh Universitas Airlangga, hlm.40 .
27
Puisi tersebut mengandung kritik sosial, Rendra menggambarkan kondisi Indonesia yang rusak
yang dihancurkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, Rendra sendiri begitu sedih dan peduli
melihat keadaan negeri ini yang dikuasai oleh rezim orde baru yang dipimpin oleh penguasa yang otoriter,
sehingga lewat puisi tersebut Rendra memberikan sebuah kesaksian tentang kondisi Indonesia tahun 1967.
Dilihat pada Luisya Kamagi, Nilai-nilai Humaniora Dalam Antologi Puisi “Blues Untuk Bonnie” Karya
WS Rendra”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 14(1), 2015, diterbitkan oleh Universitas Negeri
Jakarta, hlm.34.

13
Lonte yang merdeka
Mimpi yang kita kejar, mimpi platina berkilatan
Dunia yang kita injak, dunia kemelaratan
Keadaan yang menyekap kita, rahang serigala yang menganga

Nasib kita melayang seperti awan


Menantang dan menertawakan kita
Menjadi kabut dalam tidur malam
Menjadi surya dalam kerja siangnya
Kita akan mati dalam teka-teki nasib ini.
Dengan tangan-tangan yang angkuh dan terkepal
Tangan-tangan yang memberontak dak bekerja
Tangan-tangan yang mengoyak sampul keramat
Dan membuka lipatan surat suci
Yang tulisannya ruwet tak bisa dibaca.

b. Romantisme

Dalam hidupnya Rendra juga merasakan cinta dan asmara. Perasaan


tersebut dirasakan ketika dirinya jatuh cinta pada kekasihnya yang kini
menjadi istri pertamanya yaitu Sunarti Suwandi.menikah dengan istri
pertamanya memberikan inspirasi tersendiri pada sajak-sajaknya karena cinta
merupakan inspirasi dalam kepenyairan Rendra. Hal itu tergambar dari sajak
berjudul surat cinta, sebagai berikut:
Kala hujan Gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah
Wahai, dik Narti
Aku cinta kepadamu!

Kemudian dalam sebuah sajak yang berjudul Surat Kepada Bunda:


Tentang Calon Menantunya, sajak tersebut ditunjukan kepada ibunya bahwa
dirinya telah menemukan jodoh hidupnya. Dalam kumpulan sajak yang
berjudul Empat Kumpulan Sajak sebagai bukti kisah perjalanan Rendra yang
didalamnya berbicara tentang masa percintaan, pernikahan dengan istrinya
Sunarti Suwandi. Sebuah pengalaman pernikahan, percintaan serta lika-liku
kehidupan Rendra begitu terasa dan sesuai dengan kenyataan.
c. Keagamaan
Pergolakan keyakinan dari Katolik ke Islam, yang pernah dirasakan oleh
Rendra dalam perjalanan hidupnya. Ia memiliki ketertarikan kepada Islam,
ketertarikan tersebut ia rasakan ketika temannya yang bernama Syu’bah salah
satu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang berhasil

14
menerjemahkan sebuah kitab al-Barzanji, Syaraful Anam yang didalamnya
berbicara sebuah bentuk puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga
melihat figur Nabi Rendrapun kemudian merasa tertarik dengan Islam.28
Rendra digambarkan sebagai sosok yang suka melawan dengan
keadaan (mengikuti sesuai hatinya). Sifatnya yang demikian, menjadi salah
satu penyebab dirinya berpindah agama.Namun, ayah dan ibunya tidak begitu
setuju dengan keinginannya untuk berpindah agama karena ayah dan ibunya
sangat menginginkan Rendra untuk aktif pada kegiatan di Gereja karena
dirinya telah terlahir dari keluarga Katolik. Menurut Rendra yang menyatakan
bahwa: ”Kapan saya masuk Katolik, saya tidak tahu. Sebab tahu-tahu saya
sudah Katolik, sebab saya dibabtis sejak lahir.Jadi, tidak pernah ditanyakan
mau atau tidak mau masuk Katolik”.29 Dalam hal ini, jiwa pemberontak
Rendra begitu tergambarkan, ia bukan hanya berontak dalam hal beragama
namun dalam ranah sosial secara luas.
Setelah masuk Islam, semangat keislaman banyak tergambar dalam
karya-karyanya yang bercorak Islam, antara lain:Orang-Orang Rangkasbitung
(1990), Disebabkan Oleh Angin (1993), Penabur Benih (1992), Perjalanan Bu
Aminah (1996), Mencari Bapa (1996), Ten Poems (1997) serta Shalawat
Barzanji (2003).30 Karya-karya Rendra dahulu banyak dipengaruhi oleh ajaran
Katolik dan tradisi kejawen, tetapi ketika mulai kumpulan sajak Potret
Pembangunan Dalam Puisitahun 1980 hingga sekarang dipengaruhi oleh
ajaran Islam tepatnya ketika ia mulai masuk agama Islam.Misalnya, dalam
sajak Potret Pembangunan Dalam Puisi dengan judul Sajak Ibunda yang di
dalamnya membahas mengenai sebuah pujian untuk Ibu serta mengajak para
pembacanya untuk bisa berbakti kepada Ibu. Rendra juga mengkritik para
koruptor, penjahat, pembunuh.
2. Kiprah WS Rendra
Sejarah kehidupan Rendra tidak lepas dari keterlibatan dirinya dengan seni
dan budaya sehingga di dunia seni sastra dirinya lebih tersohor sebagai penyair
dan dramawan terkemuka Indonesia. Kiprahnya di dunia sastra bermula ketika
28
Ibid, hlm. 33.
29
Ibid, hlm.36
Ihwan Mujahidin, Skripsi: Religiusitas WS Rendra Dalam Puisi-Puisinya (kajian Hermeneutik)
30

(Semarang: IAIN Walisongo, 2016), hlm. 76.

15
dirinya begitu aktif membuat puisi dan membacakan puisinya, ia juga beperan
sebagai aktor, penulis cerpen, esai dan drama ketika dirinya duduk dibangku SMP
sekitar tahun 1950-an yang kemudian karyanya ia publikasikan ke berbagai media
dan majalah terutama puisinya yang pertama kali ia terbitkan di majalah Siasat
pada tahun 1952 sehingga era tahun 50, 60, dan 70-an karya-karyanya sudah
banyak beredar.
Menurut HB Jassin sebagaimana dalam Yudiaryani bahwa dalam bidang
seni drama, usia remajanya Rendra begitu aktif sebagai sutradara, pemain, penulis
drama serta pengalamannya dalam mempelajari dari drama di luar negeri. 31
Keaktifannya dalam bidang drama, terbukti pada tahun 1953 Rendra menciptakan
drama berjudul Dataran Lembah Neraka yang mengisahkan seorang pemuda yang
terjebak dalam minuman keras, bermain perempuan dan lainnya. Tahun 1954
Rendra menciptakan drama Orang-orang di Tikungan Jalan, pada 6 oktober 1973
Rendra melakukan pementasan Mastodon dan Burung Kondor di ITB Bandung,
tahun 1985 Rendra menciptakan drama Tuyul Anakku serta tahun 1986, Rendra
mementaskan Panembahan Reso yang dipentaskan di Balai Sidang Senayan
Jakarta.32
Diusia tujuh belas tahun, Rendra mengkuti kursus drama yang
diselenggarakan oleh satu satunya organisasi kebudayaan yang sangat populer di
Solo yaitu Himpunan Budaya Surakarta (HBS) tahun 1952. Dalam perjalanan
pendidikannya dirinya begitu aktif ketika dirinya menginjak SMA Rendra menjadi
alumni yang menmbanggakan bagi SMA Santo Yosef, maka ketika Rendra
meninggal, SMA tersebut mengadakan acara pertunjukan seni dan pembacaan
puisi untuk melepas Rendra. Partisipasi Rendra di sekolah tersebut, tergambar
ketika delapan tahun sebelumnya dengan adanya acara pentas seni di SMA Santo
Yosef untuk memperingati hari lahir sekolah itu, disitu Rendra hadir sebagai tamu
undangan dan alumni, sehingga sebagai bentuk penghormatannya pada
almamaternya itu Rendra kemudian menciptakan puisi dengan judul Puisi Untuk
Yosef.
Tahun 1964 dirinya mendalami pengetahuan di bidang tari dan drama yang
sebelumnya ia juga ikut serta dalam seminar kesastraan di Universitas Harvard. Ia
juga sering diundang membaca puisi diberbagai daerah di Indonesia dan Negara di
31
Yudiaryani, Op. Cit, hlm. 2.
32
Bakdi Soemanto, Rendra: Karya dan Dunianya (Jakarta: Grasindo, 2017), hlm. 60

16
dunia, Rendra juga membawa grup teaternya itu untuk tampill bukan hanya
diberbagai kota di Indonesia tetapi juga di Negara seperti Amerika, Eropa dan
Jepang.33 Selain perjalanannya dalam bidang seni, dalam kehidupanya Rendra
juga ikut serta turun ke jalan demi melangsungkan protes secara missal dengan
masyarakat sehingga selain dirinya berperan sebagai seniman, budayawan, ia juga
dikenal sebagai aktivis yang gemar melakukan demonstrasi dan hingga akhir 90-
an dirinya juga masih aktif untuk turun ke jalan.
Kiprah Rendra di dunia teater, dibagi menjadi dua periode: pertama,
periode Lingkaran Studi Drama dan kedua periode Bengkel Teater. 34 Lingkar
Studi Drama didirikan Rendra sekitar akhir 1950 dan awal 1960 ketika Rendra
belum ke Amerika, sedangkan periode Bengkel Teater dirikan pada tahun 1967.
Kelompok teater Lingkar Studi Drama didirikan setelah Rendra menikah dengan
Sunarti yang bertepatan dengan situasi kritis dinamika politik Indonesia, ketika
Bung Karno meneguhkan dirinya sebagai pemimpin yang diktator dengan
menerapkan demokrasi terpimpin sehingga dalam situasi seperti ini Rendra
menghadapi tantangan dan kesulitan karena kebijakan rezim Orde Lama yang
mengekang. Periode Bengkel Teater bertepatan ketika Rendra pulang dari
Amerika dan bertepatan pula dengan masa Orde Baru yang dipimpin oleh
Soeharto sehingga lakon yang ditampilkan oleh Bengkel Teater mengenai
masalah-masalah sosial politik. Tahun 1985, Rendra membangun lagi Bengkel
Teaternya dengan nama Bengkel Teater Rendra yang berada di Depok, Jawa
Barat.
Tahun 1969, Rendra mementaskan al-Barzanji yang merupakan karya
monumental Rendra yang dipentaskan lagi pada tahun 2003 ketika dirinya
menjelang usia tua.35 Tahun Oktober 1971, Rendra dengan kelompok teaternya
mengadakan acara Culture Camp atau dikenal dengan nama Kemah Kaum Urakan
di pantai Parangtritis di Yogyakarta. Tahun 1972, setalah dirinya kembali dari
Amerika Rendra menjadi dosen ilmu dramaturgi di Fakultas Sastra dan Budaya
UGM. Namun dirinya memilih untuk mengundurkan diri karena sibuk
berkesenian. Bukan hanya sebagai seniman tetapi Rendra merupakan tokoh
budayawan penting, terbukti pada tahun 80-an sampai 2000-an Rendra menjadi

33
Muhammad Muhibbuddin, Op. Cit, hlm. 24
34
Ibid, hlm. 89
35
Ibid, hlm. 110.

17
pemikir kebudayaan dengan kritik kebudayaan melalui pidato, orasi dan esainya.
Namun, Perjalanan kehidupanya berakhir pada tahun 2009, ketika dirinya
meninggal dunia karena komplikasi sakit jantung dan penyakit lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai biografi WS
Rendra dan kiprahnya dalam dunia sastra Indonesia, dapat disimpulkan bahwa:
1. WS Rendra yang memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto,
kelahiran kota Solo Jawa Tengah pada tanggal 7 November 1935 pada
pukul 17.05 yang memiliki tiga istri dengan julukan”Burung Merak”.
Ayahnya itu bernama Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan ibunya
bernama Raden Ayu Chatarina Ismadillah. Ia dilahirkan dari keluarga
berdarah seni, sehingga pendidikan yang diraihnya tidak lepas dari
pendidikan formal dan informal atau keluarga yang turut memperkaya jati
dirinya.
2. Kiprahnya dalam dunia sastra dilihat dari perannya sebagai penyair dan
pembaca puisi, dramawan, aktor, cerpen, esai, serta dirinya juga hadir
sebagai seorang pemikir kebudayaan, sehingga Rendra dianggap sebagai
tokoh budayawan nasional.
B. Saran
Penelitian ini berisi tentang biografi WS Rendra dan kiprahnya dalam dunia
sastra, hadirnya karya-karya Rendra mampu memperkenalkan pada tuannya
sendiri, sehingga penting belajar dari para tokoh besar yang dapat dijadikan
pembelajaran bagi masyarakat umum.
Harapan penulis, semoga dalam penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi
mahasiswa dalam penyusunan skripsi yang berkaitan dengan sastra, kemudian
bermanfaat bagi masyarakat umum supaya lebih mengenal, mengapresiasi, serta
mengabadikan figurnya dalam kehidupan di masyarakat. Namun, penulis
menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, yang tentunya berupa saran dan
kritik yang sifatnya bermanfaat bagi penulis untuk penelitian selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku, Jurnal, Skripsi, Tesis

Aning S, Floriberta. 2005. 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus
Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia di Abad 20. Yogyakarta:
Narasi.
Sulaiman, Ach. 2014. Skripsi: “Pemikiran Islam WS. Rendra di Bidang Kebudayaan (Study
karya-karya Rendra Tahun 1995-2009: Esai, Pidato, dan Orasi)”. SKI. Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

19
Ardiansyah, Roely. 2014. Gaya Bahasa Sajak Orang Lapar Karya WS Rendra. Jurnal
Humanis, 6(2), 101-110.

Arta, Ketut Sedana dan Ketut Margi. 2014. Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Orde
Reformasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Adinda. 2015. Analisis Naskah Kereta Kencana Karya W.S. Rendra. Jurnal Calls, 1(2), 56-
67.

Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra Teori Dan Aplikasi.
Surakarta: Djiwa Amarta Press.

Darmawan, Josep. J. dan Rosalia Prismarini. 2011. Potret Pendidikan Indonesia Dalam
Puisi “Sajak Anak Muda” Karya WS Rendra, Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2), 1-26.

Erlangga, koko dkk. 2014. Berguru pada peran-peran kehidupan Biografi Azwar A.N.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Haryono, Edi. 2004. Ketika Rendra Baca Sajak. Purwanggan: Kepel Press

Hadi, Dwi Wahyono dan Gayung Kasuma. 2012. Propaganda Orde Baru 1966-1980 .Jurnal
Verleden, 1(1), 1-109.

Hasanah, Muakibatul dan Wahyudi Siswanto.2013. Mengenal Proses Kreatif Sastrawan


Indonesia.Indonesia: Cakrawala Indonesia.

Indijati, Harlina dan A. Murad. 1996. Biografi Pengarang Rendra dan Karyanya.Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Istiqomah Nuriana dkk. 2014. Sikap Hidup Orang Jawa Dalam Novel Orang-Orang Proyek
Karya Ahmad Tohari .jurnal Sastra Indonesia, 3(1), 1-9.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih. E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Perca.

Kleden, Ignas. 2009. Rendra Ia Tak Pernah Pergi. Jakarta: Gramedia.

Kesenian, Dewan, Remy Silado dan Max Lane. 2013. Napak Tilas Sastra: W.S. Rendra, Jakarta:
Komite Teater-Dewan Kesenian.

Kamagi Luisya. 2015. Nilai-nilai Humaniora Dalam Antologi Puisi “Blues Untuk Bonnie” Karya WS
Rendra”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 14(1), 26-38.

Kadir, Manjarreki. 2018. Tesis.“Satire Dalam Puisi “Potret Pembangunan” Karya WS


Rendra”.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Lastari, Annisa. 2017. Pandangan Dunia Pengarang Dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk
Bonnie Karya Rendra (Kajian Strukturalisme Genetik).Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(1), 63-79.

20
Maf’ul, M. Arsyad. 2010. Partai Politik Pada Masa Orde Baru dan Orde lama.Jurnal Supremasi,
V(2), 76-82.

Mulyani, Endah Sri. 2014. Drama Ws Rendra Sebagai Kritik Sosial Tahun 1973-1977, Jurnal
Pendidikan Sejarah, 2(3), 183-196.

Manurung, Togi Lestari. 2016. Skripsi: Ekspresi Rendra Tentang Cinta Dalam Empat Kumpulan
Sajak Pendekatan Semiotik dan Analisis Strata Norma (Tanjungpura: Universitas
Tanjungpura.

Muhibbuddin, Muhammad. 2019. Cerita Kehidupan, Kisah Cinta, dan Jalan Spiritual. Yogyakarta:
Suro Publishing.

Mujahidin, Ihwan. 2016. Skripsi: “Religiusitas WS Rendra Dalam Puisi-puisinya (Kajian


Hermeneutik)”. Fakultas Ushuluddin. Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang.

Nuryanto, Tato. 2014. Mari Bermain Drama Kebahagiaan Sejati Panduan Praktis Untuk
Menjadi Aktor dan Aktris. Cirebon, Elsi Pro.

Pradopo,Rachmat Djoko. 1999. Penelitian Stilistika Genetik: Kasus Gaya Bahasa Ws Rendra
Dalam Balada Orang-Orang Tercinta Dan Blues Untuk Bonnie, Jurnal Humaniora,
11(3), 94-101.

Prismarini, Rosalia dan Josep J. Darmawan. 2011. Potret Pendidikan Indonesia Dalam Puisi “Sajak
Anak Muda” Karya WS Rendra, Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2), 1-26.

Pusvita, Winda Dewi dkk. 2018. Kajian Feminis dan Kritik Sosial Puisi Aminah Karya WS
Rendra // A Feminist Analysis and Social Criticism of Aminah by WS Rendra, Junal
Aksara, 3(2), 40-51.

Pratiwi, Debby Alya dkk. 2018. Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi WS Rendra:Kehidupan
Masyarakat di Indonesia, Jurnal Cakrawala Linguista, 1(2), 59-67.

Rosida Erowati dan Ahmad Bahtiar.2011.Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Lembaga


Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Rahman, Jamal.D dkk. 2014. 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh.


Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia.

Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sugono, Dendy. 2003. Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Sumaryanto. 2009. Sastrawan Angkatan 66. Semarang: Sindur Press.

Sanusi, Anwar. 2013. Pengantar ilmu sejarah. Cirebon: Syekh Nurjati Press.

Sulasman. 2014. Metodologi Penelitian Sejarah (Teori, Metode, Contoh Aplikasi).


Bandung: Pustaka Setia

21
Suryanto, Edy. 2016. Pengembangan Materi Ajar Mata Kuliah Apresiasi Drama Melalui
Penggalian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Naskah Drama Panembahan Reso
Karya WS Rendra.jurnal Bahasa dan Seni, 44(2), 207-223.

Santosa, Puji. 2016. W.S. Rendra Dalam Semiologi Komunikasi. Yogyakarta: Azzagrafika.

Siswa X Busana Butik SMKN 30 Jakarta. 2017. Antologi Laporan Hasil Teks Biografi Tokoh
. Jakarta: Perahu Litera.

Safitri, Nova, 2017. Skripsi: “Gaya Kata Dalam Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu
Karya W.S. Rendra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di Smk (Kajian
Stilistika)” . Jurusan Bahasa Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Soemanto, Bakdi. 2017. Rendra: Karya dan Dunianya. Jakarta: Grasindo.

Sahidillah, Muhammad Wildan. 2018. Skripsi: “ Kritik Sosial Dalam Kumpulan Puisi Stanza
dan Blues Karya w.s. Rendra: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dengan
Bahan Ajar di SMA”.Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugiono P. Leo dan Daniel Boli Kotan. 2018. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sholichah, Aas Siti. 2018. Teori-Teori Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Jurnal Pendidikan
Islam, 7(1), 23-46.

Surahman, Ence dkk. 2020. Kajian Teori Dalam Penelitian. Jurnal Kajian Teknologi
Pendidikan, 3(1), 49-58.

WS.Rendra.1976. Manuskrip Puisi Blues Untuk Bonnie. Jakarta: Pustaka Jaya.

W.S. R endra.1985. Nyanyian Orang Urakan. Jakarta: Mangap Studio.

WS.Rendra. 1997. Mencari Bapa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

W.S. Rendra. 2015. Puisi-Puisi Cinta. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

W.S. Rendra. 2016. Doa Untuk Anak Cucu. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

W.S. Rendra. 2016. Pacar seorang Seniman Kumpulan Cerpen. Yogyakarta: Bentang
Pustaka.

Wasino dan Endah Sri Hartatik. 2018. Metode Penelitian Sejarah Dari Riset Hingga
Penulisan. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.

Yusuf, 2015. Skripsi: “ Nilai Pendidikan Dalam Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu
Karya WS. Rendra” .Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yanti, Citra Salda. 2015. Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang Bersujud Karya Amrizal
Mochamad Mahdavi.jurnal Humanika, 3(15), 1-15.

22
Yudiaryani.2015. WS Rendra dan Teater Mini Kata. Yogyakarta: Galang Pustaka.

B. Wawancara

Wawancara dengan Ken Zuraida pada tanggal 24 Februari 2021 Dan 25 Februari 2021 di
Bengkel Teater Rendra Jln. Raya Cipayung Jaya No. 55, Cipayung, Depok, Jawa Barat.

Wawancara dengan Edi Haryono pada tanggal 23 Februari 2021 di Penerbit Burungmerak Press Jln.
Raya Rawa Kuning, Gang Kemun No. 28 A, RT. 01 RW. 16 Pulogebang, Jakarta Timur.

C. Internet

Suryanto, Edy dkk, Kritik Sosial Naskah Drama Panembahan Reso Karya W.S.
Rendra.Diunduh di https://adoc.pub/kritik-sosial-naskah-drama-panembahan-reso-
karya-ws-rendra.html (22 Desember 2020).

Yogatama, Eduardu Angga dan Emy Wuryani.Sejarah Bruderan Fratum Immaculate


Conceptionis (FIC) di Ambarawa Pada Tahun 1900-AN Hingga Tahun 1954,Jurnal
Pendidikan Sejarah, diunduh di
https://callforpapers.uksw.edu/index.php/semnas_hardiknas/semnas_2018/paper/
download/530/291 (04 Maret 2021).

Sastrawan (Def.1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/sastrawan, 26 Oktober 2020

Sastra (Def. 2) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/sastra.html, 24 Desember 2020.

Bruder (Def. 3) (n.d).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/bruder.html, 12 Maret 2021.

Pastor (Def. 4) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses
melaluihttps://kbbi.web.id/pastor.html, 12 Maret 2021

23

Anda mungkin juga menyukai