Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN MATERIAL PADA

PEMBAGUNAN GEDUNG RSUD BATAUGA DENGAN


MENGGUNAKA N METODE ECONOMIC ORDER
QUANTITY (EOQ)

PROPOSAL

OLEH :

Valian Kumardhani

NPM. 111701021

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................I

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................IV

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................3

1.4 Manfaat penelitian.....................................................................................3

1.5 Batasan Masalah........................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................5

2.1 Penelitian Sebelumnya..............................................................................5

2.2 Proyek........................................................................................................6

2.2.1 Jenis-jenis Proyek..............................................................................7

2.2.2 Penjadwalan Proyek...........................................................................8

2.2.3 Construction Method........................................................................10

2.2.4 Work Breakdown Structure (WBS).................................................13

2.2.5 Penentuan Asumsi Durasi Kegiatan.................................................14

2.2.6 Penentuan Biaya...............................................................................15

2.3 Persediaan dan Manajemen Persediaan...................................................15


2.3.1 Jenis-jenis Persediaan......................................................................16

2.3.2 Fungsi Persediaan............................................................................16

2.3.3 Biaya – Biaya Persediaan.................................................................17

2.4 Perencanaan Persediaan..........................................................................18

2.4.1 Langkah-langkah Perencanaan Persediaan......................................18

2.4.2 Manfaat Perencanaan Persediaan.....................................................19

2.4.3 Tujuan perencanaan persediaan.......................................................20

2.5 Pengendalian Persediaan.........................................................................20

2.5.1 Langkah-langkah pengendalian persediaan.....................................21

2.5.2 Tujuan Pengendalian Persediaan.....................................................22

2.5.3 Model Pengendalian Persediaan......................................................23

2.5.4 Metode Pengendalian Persediaan.....................................................24

2.6 Metode Economic Order Quantity (EOQ)..............................................25

2.7 Tahap Pemodelan....................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................31

3.1 Lokasi Peneltian......................................................................................31

3.2 Waktu Penelitian.....................................................................................31

3.3 Data dan Jenis Data.................................................................................32

3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................32

3.5 Analisis Data...........................................................................................33


3.6 Teknik Analisis data................................................................................34

3.7 Bagan Penelitian......................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian.............................................................................31

Gambar 3. 2 Bagan Alir Penelitian......................................................................35


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
perencanaan persediaan merupakan pandangan kedepan untuk

tindakan yang seharusnya dilakukan dalam mengelolah persediaan agar dapat

mewujudkan tujuan-tujuan tertentu.Dari pengertian pengertian perencanaan

persediaan yang telah di kemukakan, secara garis besar perencanaan

mengandung arti penetapan tujuan, pengembangan kebijakan, program dan

prosedur guna mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Maka dari

itu ditarik kesimpulan bahwa perencanaan merupakan suatu proses penetapan

tujuan dan bagaimana usaha agar perencanaa tersebut dapat dilaksanakan

seefektif mungkin.

Pada suatu proyek apabila terjadi kelebihan persedian bahan, ini

merupakan suatu pemborosan karena dapat mengakibatkan kerusakan

material karna terlalu lama disimpan. Demikian pula sebaliknya bila terjadi

kekurangan persediaan material dapat mengakibatkan pekerjaan tidak selesai

tepat waktu, sehingga menyebabkan kerugian besar pada perusahaan dan ini

merupakan hal buruk yang tidak diinginkan oleh perusahaan.

Dengan adanya penumpukan dan kekurangan materialdapat

mengakibatkan perusahaan menghadapi resiko keterlambatan kegiatan

sehingga perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan

karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Untuk itu

suatu pengendalian persediaan diperlukan guna menjaga kesesuaian antara

perencanaan dan pelaksanaan. Sehingga kebutuhan akan bahan bangunan


dalam proyek ini dapat terpenuhi dan keterlambatan kegiatan yang

mengakibatkan biaya proyek dapat di hindari.

Metode atau teknik yang dikenal dengan Economic Order

Quantity(EOQ) memiliki peran yang sangat penting, dimana setiap

perusahaan harus dapat menentukan lebih dahulu besarnya persediaan bahan

baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah barangjadi yang

direncanakan dalam suatu periode tertentu.Hal ini penting untuk menjaga

agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menghentikan proses

produksi dan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tidak

memenuhi permintaan konsumen terhadap barang jadi. Salah satu cara yang

diguanakan adalah mengadakan pengaturan pemesanan bahan baku secara

ekonomis (Alamsyah dan Wijayanto, 2013).

Berdasarkan pengamatan dalam Kerja Praktek (KP) pada

pembangunan RSUD Buton Selatan pada gedung ruang instalasi bedah laki-

laki dan perempuan agak mengalami keterlambatandalam penyelesaian

pekerjaan pada pekerjaan beton karena disebabkan kurangannya persediaan

bahan material. Oleh karena itu, perlu penelitian ilmiahmengenai persediaan

bahan material pada pembangunan gedung ruang instalasi bedah laki-laki dan

perempuan, sehingga dapat digunakan sebagai database tentang manajemen

persediaan material pada pembangunan RSUD batauga. Dengan demikian,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALIS

MANAJEMEN PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUAN

GEDUNG RSUD BATAUGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE


ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)”(Studi Kasus: Pembanguan

Gedung Ruang Instalasi Bedah Laki-laki dan Perempuan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya kehabisan

persediaan pada pembangunan RSUD dengan menggunkan metode

Economic Order Quantity (EOQ).

2. Bagaimana persediaan material pada pekerjaan beton dipembangunan

RSUD Batauga.

1.3 Tujuan penelitian


1. Untuk mengetahui persediaan material pada pekerjaan beton

dipembangunan RSUD Batauga.

2. Untuk mengetahui biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya

kehabisan persediaan pada pembangunan RSUD Batauga.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini :

1. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi terutama mengenai

analisis perencanaan dan pengendalian persediaan bahan material dengan

metode EOQ pada proyek pembangunan gedung RSUD Batauga dan

untuk menyelesaikan tugas akhir.

2. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan masukan kepada perusahaan mengenai pentingnya

persediaan bahan baku material mengenai didalam perusahaan serta dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan

maupun pihak lain yang berkepentingan menjalankan dalam perencanaan

dan pengendalian bahan baku material secara efektif dan efesien pada

CV.THREES.

3. Bagi Almamater

Dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai perencanaan dan

pengendalian persediaan serta sebagai bahan referensi bagai penelitian

berikutnya.

1.5 Batasan Masalah


1. Yang ditinjau pemabangunan RSUD Batauga pada gedung ruang instalasi

bedah laki-laki dan perempuan.

2. Penelitian ini hanya pada pekerjaan beton.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
1. Indrastin Anggraini (2016)

Indrastin Anggraini (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis

Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode

EOQ (ECONOMY ORDER QUANTITY) Pada CV. MAJU MAPAN

LESTARI PALEMBANG” Menghasilkan perhitungan yang dilakukan,

apabila digunakan metode EOQ dalam pengadaan bahan baku akan

didapatkan penghematan biaya. Jika penyelenggaraan bahan baku didasarkan

pada metode EOQ terdapat penghematan biaya Tahun 2013 sebesar

Rp.89.995.850, Tahun 2014 sebesar Rp.97.624.900, dan Tahun 2015 sebesar

Rp.105.364.483, Dengan demikian berarti ada perbedaan yang sangat nyata

antara kebijaksanaan persediaan yang dilakukan menurut perusahaan dengan

perhitungan menurut EOQ.

2. Ester Oktaviana Mumu (2012)

Ester Oktaviana Mumu (2012) melakukan penelitian “Manajemen

Pengadaan Bahan Bangunan Dengan Metode ECONOMICORDER

QUANTITY (Studi Kasus: pembangunan Gedung Fakultas Hukum

Tahap 1)”Menghasilkan perhitungan dengan metode EOQ dapat diketahui

dengan pasti jumlah pemesanan optimum yang harus dilakukan, di mana

jumlah pesanan ekonomis terjadi pada total biaya terendah. Dengan

bertambahnya jumlah pesanan maka biaya penyimpanan terus menurun dan

biaya pemesanan terus naik, sehingga didapatkan: Semen, jumlah pemesanan


ekonomis 192 sak, dengan total biaya persediaan Rp.735.365,-. Pasir, jumlah

pemesanan ekonomis 34,49 m3, denga total persediaan Rp.184.954,-. Kerikil,

jumlah pemesanan ekonomis 39,28 m3, denan total biaya persediaan

Rp.381.152,-. Titik pemesanan kembali (Reoder Point) bisa didapatkan

dengan berdasarkan jumlah kebutuhan material tiap bulan dengan pemesanan

tetap menurut Q optimal yang didapat.

2.2 Proyek
Proyek merupakan proses dari gabungan rangakaian aktivitas-aktivitas

sementara yang mempunyai titik awal dan titik akhir, yang melibatkan

berbagai sumber daya yang bersifat terbatas atau tertentu untuk mencapai

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menyelenggarakan proyek

harus dilakukan analisis waktu, sebab analisis waktu merupakan langkah

pertama sebelum melakuakan analisis sumber daya dan analisis biaya. Yang

dimaksud analisis waktu adalah mempelajari tingkah laku pelaksanaan

kegiatan selama penyelenggaraan proyek. Tujuan analisis waktu dalam

penyelenggaraan proyek adalah untuk menekan tingkat ketidakpastian dalam

waktu pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek, dengan demikian timing

yang tepat dapat ditentukan (Robert, 2013).

Jadi, sebuah proyek adalah suatu upaya atau aktivitas yang

diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting

dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang

harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Nurhayati, 2010).

Dari devinisi proyek diatas, terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir

2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

3. Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas

titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

4. Nonrutin, tidak berulang-ulang jenis dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

2.2.1 Jenis-jenis Proyek


Terdapat berbagai jenis kegiatan proyek, yakni kegiatan-kegiatan yang

terkait dengan pengkajian aspek ekonomi, masalah lingkungan, desain

engineering, marketing, dan lain-lain.

Secara realita, proyek dapat dibagi menjadi satu jenis tertentu, karena

umumnya merupakan kombinasi dari beberapa jenis kegiatan sekaligus.

Namun berdasarkan aktivitas yang paling dominan dilakukan pada sebuah

proyek, maka jenis-jenis proyek dapat dikategorikan pada :

1. Proyek engineering konstruksi

Aktivitas utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain

engineering, pengadaan, dan konstruksi.

2. proyek engineering manufaktur

Aktivitas proyek ini adalah untuk menghasilkan produk baru. Jadi proyek

manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru.

3. Proyek pelayanan manajemen

Aktivitas utama proyek ini adalah merancang program efesiensi dan

penghematan, diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan,


memberikan bantuan emergency untuk daerah yang terkena musibah, serta

merancang strategi untuk mengurangi kriminalitas dan penggunaan obat-

obat terlarang.

4. Proyek penelitian dan pengembangan

Aktivitas utama proyek penelitian dan pengembangan adalah melakukan

penelitian dan pengembangan suatu produk tertentu.

5. Proyek kapital

Proyek kapital biasanya digunakan oleh suatu badan usaha atau

pemerintah meliputi pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian

material dan peralatan, manufaktur dan konstruksi pembangunan fasilitas

produksi.

2.2.2 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu perencanaan

kedalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu.

Penjadwalan menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan

diselesaikan, penjadwalan sangat penting dalam memproyeksikan keperluan

tenaga kerja, material, dan perlatan.

Mejadwalakan adalah berpikir secara mendalam melalui berbagai

persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai

macam tugas, yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan

bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu

yang tepat. (Luthan dan Syafriadi, 2006).

Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut :

 Mempermudah perumusan masalah proyek.


 Menentukan metode atau cara yang sesuai

 Kelancran kegiatan lebih terorganisir

 Mendapatkan hasil yang optimum.

Sedangkan fungsi penjadwalan dalam suatu proyek konstuksi antara

lain :

 Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

 Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan

 Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda

pelaksanaannya dan menentikan jalur kritis.

 Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.

 Sebagai dasar perhitungan cashflow proyek.

 Sebagai dasar penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja,

material, dan peralatan.

 Sebagai alat pengendali proyek.

Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat

pelaksanaan, maka beberapa factor harus diperhatikan untuk membuat jadwal

proyek yang cukup efektif, yaitu :

1. Secara teknis, jadwal tersebut bias dipertanggungjawabkan (technically

feasible).

2. Disusun berdasarkan perkiraan/ramalan yang akurat (reliable estimate)

dimana perkiraan waktu, sumber daya, serta biayanya berdasarkan

kegiatan pada proyek sebelumnya.

3. Sesuai sumber daya yang sesuai.


4. Sesuai penjadwalan proyek lainya yang menggunakan sumber daya yang

sama.

5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada

spesifikasi proyek.

6. Mendetail yang dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan

pengendalian kemajuan proyek.

7. Dapat menampilkan kegiatan pokok kritis.

2.2.3 Construction Method


Metode adalah suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses

konstruksi bangunan. Dengan penentuan metode yang tepat, suatu proyek

konstruksi dapat mengejar target keuntungan dari sisi biaya dan waktu tanpa

meninggalkan kualitas.

Bila dikaitkan dengan cost and time reduction, metode pun bias

menjadi suatu stimulus atau bahkan dapat diibaratkan seperti katalisator dari

beberapa komponen didalam suatu proyek.

Terdapat beberapa metode efektif untuk melakukan time reduction

dengan biaya yang optimal serta kualitas yang tidak dikurangi pada kegiatan

proyek tertentu apabila diasumsikan sumber daya yang dimiliki tidak terbatas.

Metode-metode tersebut antara lain : (Nurhayati, 2010)

1. Penambahan sumber daya

Merupakan metode yang paling umum untuk memperpendek waktu

proyek, yaitu dengan melakukan penambahan staf dan peralatan untuk

kegiatan. Tetapi perlu diperhatikan bahwa hubungan antara ukuran staf

dan perkembangan proyek bukanlah hal yang bersifat linear. Oleh karena
itu alternative ini juga harus dipertimbangkan dengan baik sebelum

menjadi keputusan yang akan diambil.

2. Melakukan outsourcing pekerjaan

Metode umum lainya dalam memperpendek waktu proyek adalah dengan

subkontrak sebuah kegiatan. Subkontrak yang memiliki akses terhadap

teknologi yang lebih baik atau keahlian yang lebih baik akan dapat

mempercepat penyelesaian kegiatan.

3. Melakukan lembur

Cara yang paling mudah untuk menambah tenaga kerja untuk sebuah

proyek bukanlah hanya dengan menambah personil, tetapi dapat juga

dengan menjadwalkan kegiatan lembur. Dalam melakukan lembur juga

perlu dilakukan pertimbangan terhadap Batasan kemampuan yang dapat

dilakukan manusia, karena ketika tingkat kelelahan yang dirasakan

karyawan sudah cukup tinggi, maka akan dapat mengurangi

produktivitasnya.

4. Membangun tim proyek inti

Para professional diizinkan untuk memusatkan perhatian mereka hanya

pada suatu proyek tertentu, sehingga diharapkan dengan fokus yang

tunggal ini akan dapat meningkatkan kekompakan timnya dan yang paling

penting adalah mempercepat penyelesaian proyek.

5. Lakukan 2 kali, kerjakan dengan cepat, dan perbaiki

Ketika dihadapkan pada pekerjaan yang mendesak, mencoba mengerjakan

pekerjaan dengan cepat walaupun kurang sempurna dapat menjadi solusi


untuk jangka pendek, kemudian dilakukan peninjauan kembali dan

pengerjaan kembali dengan lebih baik. Biaya tambahan yang dikeluarkan

akibat pengerjaan dua kali ini biasanya akan digantikan dengan manfaat

yang diperoleh akibat memenuhi deadline penyelesaian proyek.

6. Fast tracking

Terkadang dimungkinkan untuk melakukan penyusunan ulang logika

jaringan kerja sehingga kegiatan-kegiatan kritis dilakukan secara parallel

menggantikan cara pengerjaan yang seri. Salah satu metode yang paling

umum dalam melakukan penyusunan ulang hubungan kegiatan-kegiatan

ini adalah dengan mengganti hubungan finish-to-start menjadi hubungan

start-to-start.

7. Rantai kritis (critical chain)

Critical chain membutuhkan adanya penelitian dan adanya perubahan

kebiasaan dan sudut pandang sehingga membutuhkan waktu untuk

diadopsi.

8. Melakukan brainstorming

Manajer proyrk harus menggali pengetahuan dan pengalaman dari para

karyawan dengan mengadakan sesi brainstorming yakni saat semua

anggota tim proyek akan memberikan usul yang akan dapat menghemat

waktu penyelesaian.

9. Fase delivery proyek


Dalam situasi dimana keseluruhan proyek tidak dapat diselesaikan pada

saat deadline, akan masih mungkin untuk melakukan pengiriman

beberapa bagian yang bermanfaat dari proyek tersebut.

2.2.4 Work Breakdown Structure (WBS)


WBS adalah peta proyek. Penggunaan WBS membantu

meyakinkan manajer proyek bahwa semja produk dan elemen pekerjaan

telah diidentifikasi, untuk mengintegrasikan proyek dengan organisasi saat

ini, dan untuk membangun basis pengendalian. Pada dasarnya, WBS

adalah garis besar proyrk dengan tingkat detail yang berbeda. (Gray dan

Larson, 2007)

Ketika ruang lungkup dan sasaran telah diidentifikasi, pekerjaan

proyek dapat dibagi dalam unsur-unsur pekerjaan yang lebih kecil dan

lebih kecil lagi. Hasil dari akhir proses hierarki ini disebut dengan Work

Breakdown Structure (WBS).

WBS menggambarkan semua unsur-unsur dari proyek dalam suatu

kerangka hierarkis dan menetapkan hubunganya hingga akhir proyek.

Kegunaan WBS di dalam pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut :

a. Pemecahan pekerjaan-pekerjaan besar menjadi pekerjaan-pekerjaan

kecil. Kemudian pekerjaan kecil tersebut lalu dipecat lagi menjadi

paket pekerjaan sehingga memudahkan dalam pengawasan

pekerjaaan.

b. Struktur hierarkis ini memudahkan untuk melakukan evaluasi biaya,

waktu, dan pencapaian teknis pada semua tingkat organisasi selama

proyek berlansung.
c. Tersedianya manajemen dengan informasi yang sesuai bagi masing-

masing tingkatan.

2.2.5 Penentuan Asumsi Durasi Kegiatan


Durasi kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir.(soeharto,

1995).

Ketepatan atau akurasi durasi kegiatan akan banyak tergantung dari

siapa yang membuat perkiraan tersebut. Durasi ini lazimnya dinyatakan

dengan jam, hari atau minngu.

Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan durasi

kegiatan adalah :

1. Angka perkiraan hendaknya bebas dari pertimbnagan pengaruh durasi

kegiatan yang mendahului atau yang terjadi sesudahnya.

2. Angka perkiraan durasi kegiatan dihasilkan dari asumsi bahwa sumber

daya tersedia dalam jumlah yang normal.

3. Pada tahap awal analisis angka perkiraan ini, dianggap tidak ada

keterbatasan jumlah sumber daya, sehingga memungkinkan kegiatan

dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan atau parallel, sehingga

penyelesaian proyek lebih cepat disbanding bila dilaksankan secara

berurutan atau berseri.

4. Gunakan hari kerja normal, jangan dipakai asumsi kerja lembur, kecuali

kalau hal tersebut telah direncanakan khusus untuk proyek yang

bersangkutan, sehingga diklasifikasikan sebagai hal yang normal.


5. Bebas dari pertimbngan mencapai target jadwal penyelesaian proyek,

karena dikhawatirkan mendorong untuk menentukan angka yang

disesuaikan dengan target tersebut. Tidak memasukan angka kontigensi

untuk hal-hal seperti adanya bencana alam (gempa bumi,banjir, badai,

dan lain-lain), pemogokan dan kebakaran.

2.2.6 Penentuan Biaya


Biaya yang digunakan di proyek adalah biaya total. Total biaya untuk

setiap durasi waktu adalah jumlah biaya lansung dan biaya tidak lansung.

Biaya tidak lansung bersifat kontinu selama proyek, sehingga pengurangan

durasi proyek berarti pengurangan dalam biaya tidak lansung. Biaya lansung

dalam grafik akan meningkatkan jika durasi proyek dikurangi dari awalnya

yang direncanakan. Dengan informasi dari grafik, manajer dapat dengan

menimbang alternatif-alternatif yang mungkin diambil dalam memenuhi

deadline waktu yang ditentukan.

2.3 Persediaan dan Manajemen Persediaan


Persediaan (inventory) adalah istilah umum yang menunjukan

sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa

barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan

untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan

konsumen setiap waktu (Margaretha, 2006).

Manajemen persediaan adalah serangkaian kegiatan yang

berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau

pengendalian yang memonitor tingkat persediaan sehingga disatu pihak


kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi

persediaan dapat di tekan secara optimal.

2.3.1 Jenis-jenis Persediaan


Dilihat dari fungsinya, jenis persediaan menurut Assauri (2008: 170)

adalah sebagai berikut:

1. Batch Stock atau Lot Lize Inventory yaitu persediaan yang diadakan

karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang

dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada

saat itu. Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot lize

Inventory adalah sebagai berikut:

- Memperoleh potongan harga pada harga pembelian

- Memperoleh efesiensi produksi (manufacturing economis) karena

adanya operasi atau “production run”yang lebih lama.

- Adanaya pengematan dalam biaya angkutan.

2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Antcipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman

terdapat dalam satu tahun untuk menghadapi penggunaan atau

penjualan permintaan yang meningkat.

2.3.2 Fungsi Persediaan


Persediaan dapat juga sebagai sekumpulan produk fisik pada

berbagai proses produksi atau transformasi dari bahan mentah menjadi


bahan jadi. Persediaan ini mungkin tetap berada dalam gudang pabrik,

toko pengecer.

Adapun fungsi persediaaan menurut Freddy (2008: 15) adalah sebagai

berikut:

1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan

dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada suplier.

2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan

penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan

per unit menjadi lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan

melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan

dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya

sewa, gudang, investasi, resiko dan sebagainya)

3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan

yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau

data-data masa lalu yaitu permintaan musiman.

2.3.3 Biaya – Biaya Persediaan


Secara umum dapat di lakukan bahwa biaya persediaan adalah semua

pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan.

Unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 3

yaitu:

1. Biaya pemesanan (set up cost) adalah semua pengeluaran biaya yang

dikeluarkan sehubungan kegiatan pemesanan barang yang dimulai dari

penempatan pemesanan sehingga tersedianya barang tersebut.


2. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah selurah biaya yang

dikeluarkan berkaitan dengan diadakanya persediaan barang yang

timbul akibat penyimpanan barang.

3. Biaya kekurangan persediaan (shortage cost) adalah biaya yang timbul

karena tidak tersedianya barang persediaan pada waktu diperlukan .

Biaya ini bukan berdasarkan biaya nyata (riil) tetapi berupa biaya

kehilangan kesempatan.

2.4 Perencanaan Persediaan


Menurut Hansen dan Mowen (2009: 422) perencanaan persediaan adalah

pandangan kedepan untuk tindakan apa yang seharusnya dilakukan dalam

persediaan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Pengertian

perencanaan persediaan yang telah dikemukakan, secara garis besar

perencanaan mengandung arti penetapan tujuan, pengembangan kebijakan,

progran dan prosedur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Maka dari itu ditarik kesimpulan bahwa perencanaan merupakan

suatu proses penentapan tujuan dan bagaimana usaha agar perencanaan

tersebut dapat dilaksanakan seefektif mungkin.

2.4.1 Langkah-langkah Perencanaan Persediaan


Dalam menyusun perencanaan persediaan terdapat langkah-langkah

yang harus diambil yaitu:

1. Menetapkan tujuan

2. Menyusun perencanaan

3. Menentuksn berbagai alternatif tindakan

4. Mengambil keputusan
5. Menyusun rencana pendukung

Langakah-langkah dari perencanaan persediaan adalah kita harus

mengetahui misi perusahaan dan menggambarkan kondisi dimasa depan

yang hendak diwujudkan. Gambaran kondisi masa depan inilah yang

merupakan visi dari perusahaan. Dan visi perusahaan tersebut yang

menjadi sasaran masa depan yang hendak dicapai. Untuk mewujudkan visi

perusahaan melalui misi pilihan, diperlukan langkah-langkah dalam

perencanaan.

2.4.2 Manfaat Perencanaan Persediaan


Menurut Milton dan Hammer (2009: 361) manfaat perencanaan

persediaan adalah sebagai berikut:

1. Menekan investasi modal dalam persediaan pada tingkat yang

minimum.

2. Mengurangi pemborosan dana dan biaya yang timbul dan

penyelenggaraan persediaan yang berlebihan, kerusakan, penyimpan,

kekunoan, dll.

3. Mengurangi resiko kecurangan dan kerugian persediaan.

4. Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu

menyediakan bahan yang diperlukan

5. Memungkinkan pemberian jasa yang lebih memuaskan kepada

pelanggan dengan cara selalu menyediakan bahan yang diperlukan.

6. Menghindarkan atau mengurangi kerugian yang timbul karena

penurunan harga.
7. Melalui perencanaan persediaan yang wajar dari informasi yang

tersedia untuk persediaan, dimungkinkan adanaya pelaksanaan

pembelian yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan dan harga

khusus dari perubahan harga.

Manfaat diatas dapat kita simpulkan bahwa selain dari mengurangi

resiko dll, maka perusahaan atau suatu usaha akan menghadapi resiko

kehilangan pelanggan, yang dapat mempengaruhi omzet penjualan pada

perusahaan semakin menurun, yang mengakibatkan keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan juga menurun.

2.4.3 Tujuan perencanaan persediaan


Menurut Hansen dan Mowen (2009: 450), adapun tujuan dari perencanaan

persediaan adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datang barang atau bahan-bahan

yang dibutuhkan.

2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan model seoptimal

mungkin.

3. Mengusahakan agar usaha yang dijalankan dapat berkembang dengan

baik.

4. Untuk memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.

2.5 Pengendalian Persediaan


Menurut Milton dan Hammer (2009: 5), pengertian pengendalian persediaan

adalah usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara

membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang

cepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting. Menurut Freddy (2008: 19),
pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam

menghitung berapa jumlah optimal persediaan yang diharuskan, serta kapan

saatnya mulai mengdakan pesanan kembali. Jadi pengendalian persediaan

adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan penentuan dan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga

disuatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain

pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal.

Fungsi pengendalian untuk menilai seberapa jauh pelaksanaan tugas

organisasi telah dilaksanakan sebagaimana tugas-tugas organisasi yang telah

dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan diketahui bahwa

pengendalian adalah fungsi manajemen yang diciptakan untuk mengarahkan

kegiatan yang dilaksanakan agar sesuai dengan rencana dan demi tercapainya

tujuan perusahaan.

2.5.1 Langkah-langkah pengendalian persediaan


Pengendalian perlu dilakukan tahap demi tahap agar penyimpangan

dapat segera diperbaiki. Langkah-langkah yang harus dilakuakan untuk

mengdakan pengendalian adalah:

1. Mencipakan standar

Standar merupakan suatu kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan yang

sudah dilakukan. Standar yang dibuat biasanya didasarkan pada suatu

kondisi atau kemampuan kerja yang normal.

2. Membandingkan kegiatan yang dilakukan dengan standar


Langkah ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh adanya

penyimpanan yang telah terjadi.

3. Melakukan tindakan koreksi

Langkah ketiga ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan segala kegiatan, kebijakan hasil kerja yang tidak sesuai

dengan rencana atau standarnya. Langakah-langkah kegiatan dalam

pengambilan tindakan koreksi adalah:

- Menghayati masalah- masalah yang dihadapi

- Mencari kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasi atau

memperbaiki adanya kesalahan.

- Mengadakan penilaian terhadap berbagai kemungkinan tersebut

- Menentukan cara-cara untuk mengdakan koreksi yang paling tepat.

2.5.2 Tujuan Pengendalian Persediaan


Menurut William (2009: 322), tjuan pengendalian persediaan adalah:

1. menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang

efefsien dan tidak terganggu.

2. Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil

(musiman,siklus dan pemogokan harga) dan mengantisipasi perubahan

harga.

3. Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum

dan melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran,

pencurian, cuaca dan kerusakan penanganan.

4. Meminimalkan item-item yang tidak efektif, kelebihan atau usang

dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.


5. Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera

kepelanaggan.

6. Menjaga agar jumlah modal diinvestasikan dalam persediaan berada

ditingkat konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.

Penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pengendalian agar dalam pelaksanaan kegiatan pada persediaaan dapat

berjalan efektif dan efesien.

2.5.3 Model Pengendalian Persediaan


Ada 2 model pengendalian persediaan berdasarkan karakteristiknya:

1. Model Deterministik yaitu model pengendalian persediaan yang

menganggap bahwa permintaan (demand) maupun periode datangnya

pesanan (lead time) dapat diketahui dengan pasti. Model-model lain

yang dapat digunakan untuk pengendalian persediaan deterministik

antara lain : Production Order Quantity(POQ), Quantity Discount,

Economic Lost Size (ELS).

2. Model Probabilistik yaitu model pengendalian persediaan yang

menganggap bahwa permintaan (demand) maupun periode datangnya

pesanan (lead time) seolah-olah tidak dapat diketahui dengan pasti

sehingga perlu digunakan suatu distribusi probabilitas untuk

memperkirakannya. Suatu hal yang diperhatikan dalam model ini

adalah adanya kemungkinan stock outyang timbul karna pemakaian

persediaan bahan yang tidak diharapkan atau karena waktu penerimaan

lebih lama dari lead time yang diharapkan.


2.5.4 Metode Pengendalian Persediaan
Ada 3 model metode pengendalian persediaan adalah sebagai

berikut:

- Metode pengendalian persediaan secara statistik (Statistical

Inventory Control) antara lain:Economic Order Quantity

Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali

pemesanan (EOQ) sehingga meminimalisasi total biaya persedian.

- Lot For Lot

Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos

simpan, Sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol.

- Fixed Period Requirement (FPR)

Teknik penetapan ukuran lot dengan kebutuhan periode tetap (FPR)

ini membuat pesanan berdasarkan periode waktu tertentu saja.

- Algoritma Wagner dan Within

Algoritma Wagner dan Within memperoleh solusi maksimum

dengan penyelesaian masalah yang dinamis dan deterministik.

Permintaan tiap periode dipenuhi agar dapat menyelesaikan pesanan

yang datang pada periode sebelumnya.

1. Metode Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai

suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan

kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan

terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan

(Dependent Demand Items).


2. Metode kanban / just in time

Metode just in time merupakan tipe proses yang biasa disebut produksi

massal (mass production), atau disebut juga repetitive manufakturing.

Pada repetitive manufakturing, operasi yang sama atau serupa diulang

secara berkali-kali dengan tanpa berhentinya material yang urut-urutan

operasi tersebut.

2.6 Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Pada dasarnya semua perusahaan merencanakan dan mengendalikan

persediaan untuk tujuan menekan (meminimumkan) biaya dan

memaksimalkan laba. Kesulitan utama yang terjadi pada pelaksanaan

manajemen persediaan dilapangan adalah terjadinya kekurangan persediaan

(stock out) atau stok yang berlebih (over stock). Masalah tersebut

berpengaruh terhadap ;

1. Berapa kuantitas yang akan dibeli dalalm setiap kali dilakukan pembelian.

2. Kapan pemesanan yang harus dilakukan

3. Berapa jumlah minimum persediaan yang harus selalu ada dalam

persediaan pengaman (safety stock) agar perusahan terhindar dari

kemacetan operasional akibat keterlambatan datangnya pesanan.

4. Berapa jumlah maksimum persediaan yang ada dalam persediaan agar

dana yang ditahan tidak berlebihan.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, Perlu digunakan cara atau

metode yang tepat dalam pengadaan dan pengendalian persediaan. Artinya


perlu ada manajemen persediaan yang baik yang dilakukan oleh perusahaan,

terutama dalam hal ini adalah divisi persediaan (gudang). Salah satu metode

yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah

metode Economic Oder Quantity (EOQ).

Metode Economic Order Quantity (EOQ) mengidentifikasi kuantitas

pemesanan atau pembelian optimal dengan tujuan meminimalkan biaya

persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.Tujuan

dari model persediaan ini adalah meminimalkan biaya persediaan. Dengan

asumsi-asumsi yang diberikan, Biaya-biaya yang signifikan adalah biaya

pemesanan (set up cost) dan biaya penyimpanan (holdibg cost). Sehingga

dengan meminimalkan jumlah biaya pemesanan dan penyimpanan berarti

dapat meminimalkan biaya total.

Rumus EOQ yang umum digunakan adalah:

Q=
√2 SD
H

Dimana :

Q = EOQ = kuantitas pemesanan optimal

S = Biaya pemesanan (set up cost)

D = Permintaan yang diperkirakan per periode (demand)

H = Biaya penyimpanan (holding cost).

2.7 Tahap Pemodelan


Dalam menghitung jumlah pembelian optimal terdapat kondisi-kondisi

sebagai berikut :

1. EOQ model dengan adanya kebutuhan tetap.


Model yang diterapkan ini dapat dilaksanakan apabila kebutuhan-

kebutuhan permintaan dimasa yang akan datang memiliki jumlah yang

konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil.

2. EOQ model dengan adanya stock out.

Apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar dari tingkat

persediaan yang ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau biasa

disebut dengan “stock out”

3. EOQ model dengan adanya kapasitas lebih.

Kapasitas lebih dalam persediaan merupakan stok atau persediaan yang

disimpan akibat tidak seluruhnya dapat terserap oleh pasar.

4. EOQ model dengan adanya potongan harga.

Potongan merupakan suatu kebijakan dimana harga beli per unitnya akan

lebih murah dibandingkan dengan harga beli per unit rata-rata.

5. EOQ model dengan asumsi aliran produk kontinu.

Selain menerima order pada saat bersamaan, perusahaan juga dapat

menghasilkan produk secara kontinu.

6. EOQ dengan adanya masa tenggang.

Masa tenggang yaitu waktu penundaan anatara saat pemesanan dengan

saat penerimaan.

Adapun tahap-tahap pemodelan tersebut adalah :

1. Menentukan Total Kebutuhan Bahan


Penentuan total kebutuhan bahan ini diperlukan untuk dapat

mengetahui jumlah permintaan/kebutuhan material selama proyek

berlangsung.

Total kebutuhan bahan: D = Xs.j·Xb.j

2. Fluktuasi Jumlah Pemesanan

Fluktuasi jumlah pemesanan dibuat untuk mendapatkan variasi

jumlah pemesanan dalam setiap kali pemesanan.

D
Q=
N

3. Menghitung Biaya Pembelian

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan oleh pihak

perusahaan terhadap harga bahan sesuai dengan perjanjian dengan

pemasok untuk setiap satuan bahan.

Total biaya pembelian: C x D

4. Menghitung Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan adalah baiaya-biaya yang dikeluarkan untuk

melakukan pemesanan .

D
Total baiaya pemesanan = S *
Q

5. Menghituang Biaya Penyimpanan

0
Biaya penyimpanan ditentukan sebagai presentase ( ) nilai uang
0

dari persediaan tersebut per unit dalam satu tahun dan dikalikan
dengan persediaan rata-rata. Beasarnya biaya penyimpanan adalah h

per periode.

Total biaya penyimpanan = ¿ ¿

6. Menghitung Biaya Kehabisan Persediaan

Biaya kehabisan persediaan yang dihitung, terdiri dari selisih harga

bahan biaya pemesana khusus, dan biaya penerimaan bahan.

Besarnya baiaya kehabisan persediaan adalah per periode.

Q S2
Total biaya kehabisan persediaan = ∗C s
2Q

7. Menghitung Total Biaya Persediaan

Perhitungan total biaya persediaan ini dilakukan dengan

memasukan kemungkinan terjadinya kehabisan bahan selama

proyek berjalan. Sehingga total biaya dapat dihitung:

D
TIC = S +¿ ¿
Q

8. Menentukan Jumlah Pemesanan Ekonomis

Jumlah pemesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan tiga

cara yaitu:

- Tabel

- Grafik

- Rumus

9. Menentukan Titik Pemesanan Kembali


Titik pemesanan kembali dihitung agar barang yang dipesan dapat

datang tepat pada saat persediaan sama dengan nol diatas rata-rata

kehabisan persediaan. Titik pemesanan kembali ini dapat dihitung

dengan cara mencari daur pemesanan kembali lebih dahulu, yaitu :

1
y = ∗t
n

dimana : n = frekuensi pemesanan

t = satuan periode waktu

y = daur pemesanan ulang

sehingga pemesanan kembali :

Qopt
R = L*
y
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Peneltian
Lokasi penelitian adalah kelurahan Bandar Batauga, kecamatan

batauga, kab. Buton Selatan.

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian


3.2 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin peneliti dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua)

bulan, 1 bulan pengumpulan data 1 bulan pengolahan data yang meliputi

penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.


3.3 Data dan Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber-sumber data sebagai

berikut:

1. Data Primer (primary date)

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) atau data yang

diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan dan wawancara.

2. Data Skunder (secondary date)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dari

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (tidak diperoleh dan

dicatat oleh pihak orang lain) atau diperoleh dari pihak pelaksana

pekerjaan konstruksi yang dalam hal ini adalah kontraktor. Data-data

skunder biasanya berupa: jadwal proyek, analisa harga satuan, RAB, dll.

Data skunder juga biasa diperoleh dari literatur seperti buku, internet dan

sejenisnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Nun (2002: 116-123) teknik pengumpulan data terdiri dari:

1. Pengamatan (Observasi) adalah suatu metode pengumpulan data dengan

mencatat informasi sebagaimana mereka saksikan selama penelitian.

2. Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrument

untuk meminta tanggapan responden terhadap sampel.

3. Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

responden.
4. Dokumentasi adalah catatan tertulis berbagai kegiatan atau peristiwa pada

waktu lalu.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara derngan pihak yang berwenang untuk memberikan

informasi yang berkaitan dengan data yang diperlukan, serta dokumentasi

yaitu dokumen perusahaan yang berhubungasn dengan penelitian ini.

3.5 Analisis Data


Sugiyono (2009: 13-14) analisis penelitian ini dikelompokan menjadi 2,

yaitu:

1. Analisis Kualitatif yaitu metode analisis dengan menggunakan data yang

berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.

2. Analisis Kuantitatif yaitu suatu metode analisis dengan menggunakan data

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kualitatif.

Analisis kualitatif yaitu suatu metode dengan menggunakan data yang

berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.


3.6 Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menyajikan angka, tabel dan uraian penjelasan mengenai analisis perencanaan

dan pengendalian persediaan bahan material dengan metode Economic

OrderQuantity (EOQ). Rumus yang digunakan antara lain:

Q=
√2 SD
H

Dimana :

Q = EOQ = kuantitas pemesanan optimal

S = Biaya pemesanan (set up cost)

D = Permintaan yang diperkirakan per periode (demand)

H = biaya penyimpanan (holding cost).


3.7 Bagan Penelitian

Mulai

Studi Lapangan Rumusan masalah Studi Pustaka

Data primer : Pengumpulandata


Wawancara
Data skunder :
Biaya pemesanan
Jadwal proyek
Biaya penyimpanan
RAB
Biaya kehabisan persediaan.

Pengolahan data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 2 Bagan Alir Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta. FE UL.

Dennis. 1994. Manajemen. Edisi ketiga.Penerbit Erlangga. Jakarta.

Ester, Oktaviana. (2012). Manajemen Pengadaan Bahan Bangunan dengan


Metode ECONOMIC ORDER QUUANTITY. Junal Ilmiah Media
Engineering. Jakarta.

Freddy, Rangkuty. 1995. Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis. Edisi


1.Penerbit PT. Raja Grasindo. Jakarta.

Gray Clive, Payaman Simanjuntak, Lien K. Sabur, P.F.L. Maspaitella, R.C.G.


Varley, 2007. Pengantar Evalusi Proyek. Gramedia, Jakarta.

Hansen Don R dan Moryanne M. Mowen. (2009). Management Accounting. Edisi


8, Salemba Empat. Jakarta.

Henmaidi. 2007. Evaluasi dan Penentuan Kebijakan Persediaan Bahan Baku


Kantong Semen Tipe Pasted Pada PT. Semen Padang. Jurnal. UNAND.
Padang.

Ibrahim, Bachtiar. 2001. Cetakan ke 3. BumiAksara. Rencana dan Estimasi Real


of Cost. Jakarta.

Indrayati, Rike, SE. 2007. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) Pada PT. Tipota
Furnishings Jepara. Skripsi. UNNES. Semarang.Lock.

Manik, Brameld, Edi, ST. 2010. Analisa Metode Pengendalian Persediaan Pada
Proyek Pembangunan Ciputra World Mall.Skripsi. ITS. Surabaya.

Robert, Fransisko. 2015. Analisa Pengaruh Percepatan Durasi Pada Biaya Proyek
Menggunakan Program Microsoft Project 2013. Jurnal Sipil Statik.
Univesitas Sam Manado.

Wiliam K. Carter. (2009).Metedologi Penelitian Bisnis. Penerbitan Salemba


Empat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai