Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Pemilik, Pencipta, Pemelihara seluruh
makhluk, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, ahlul
bait, para sahabat dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Modul tarbiyah ini merupakan hasil kumpulan dari beberapa sumber buku kurikulum
Materi Tarbiyah dan beberapa kitab akhlak serta artikal terkait adab islami yang susunannya
disesuaikan dengan level awal dalam tarbiyah, modul ini disusun berdasarkan ahdaf
tarbiyyah dan muwashofat/ karakter awal yang ingin di bentuk pada diri peserta halaqoh
Sistematika materi halaqoh tidak dibagi persemester atau pertingkatan kelas, namun
satu kesatuan tarbiyyah dengan dominasi materi akhlak untuk membentuk akhlak santri.
Orientasi materi ini adalah terwujudnya pemahaman sampai pelaksanaan dengan penuh
kesadaran tanpa keterpaksaan (kognitif, afektif dan psikomotorik), maka disamping
penyampaian maka yang lebih penting adalah pelaksanaan yang termutabaah dengan baik,
demi untuk bisa mendukung itu semua keteladanan dari para murobbi yang membina mereka
semua dalam kehidupan sehari hari menjadi suatu kaharusan.
Akhirnya, kami Bagian LITBANG RQM, mengharapkan sekali masukan dari semua
pihak untuk perbiakan modul ini serta mengucapkan banyak terimakasih, jazakumullah
khairal jazaa’ kepada semua pihak atas kerjasamanya hingga terselesaikannya modul ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar 1
2. Daftar Isi 2
3. Daftar Materi Halaqoh Tarbiyah 3
4. Visi Misi 4
5. Ruang lingkup Tarbiyah 5
6. Profil Murabbi 7
7. Nasehat untuk Murobbi 11
8. Renungan untuk Murabbi 13
9. Profil Halaqoh 14
10. Agenda Aktifitas Halaqoh 18
11. Materi Halaqoh Tarbawiyyah 20
Daftar Materi Halaqoh Tarbiyyah RQM
VISI
I. MISI
a) Mencetak pemuda muslim yang berjiwa social dan enterprenership yang akan
membawa manfaat untuk ummat.
b) Menciptakan rumah Quran sebagai pusat studi islam bagi anak – anak muda yang bisa
dijadikan sebagi penerus da’wah Islam .
c) Membangun rumah Quran sebagai tempat pembelajaran Al-Quran secara lebih
mendalam untuk teman – teman MUSAWARAH
RUANG LINGKUP TARBIYAH/PEMBINAAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan keberkahan
hidup kita dalam naungan Islam, da’wah dan tarbiyah. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada panglima da’wah kita Nabi Muhammad Saw dan juga kepada ahlul bait,
para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia mengikuti langkah-langkahnya untuk
menegakkan kalimat Allah di muka bumi hingga akhir zaman.
MAKNA TARBIYAH
Tarbiyah memiliki pengertian sebagai cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah
manusia, baik secara langsung (kata-kata) maupun secara tidak langsung (keteladanan dan
sarana lain), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik
(Abdul Halim Mahmud)
TUJUAN TARBIYAH
Membangun kepribadian Islam yang integral dari segala sisinya, sisi aqidah, ibadah,
ilmu pengetahuan, budaya, akhlak,prilaku, pergerakan, keorganisasian dan manajerial,
sehingga seluruh kegiatan tarbiyah akan mengembangkan potensi ruhani, jasmani dan akal
fikiran manusia
Tujuan akhirnya adalah menyiapkan seseorang untuk dapat memikul tanggung jawab
da’wah dan menghadapi rintangan dalam da’wah (Abdullah bin Ahmad Qadiri)
LANDASAN TARBIYAH
ِ ِ ِ ِ ِ
ْ اب َوالح ْك َمةَ َو ُي َعلِّ ُم ُك ْم َما ل
َم َ ََك َما ْأر َسلْنَا في ُك ْم َر ُسوالً م ْن ُك ْم َي ْتلُو َعلَْي ُك ْم آيَاتنَا َو ُي َز ِّك ْي ُك ْم َو ُي َعلِّ ُم ُك ُم الكت
Pendahuluan
Sudah merupakan hal yang lazim bahwa setiap tugas atau pekerjaan yang akan
dilaksanakan oleh seseorang, haruslah adanya kesiapan dan persiapan terlebih dahulu.
Tarbiyah adalah proses membangun pribadi manusia, maka dibutuhkan Murabbi
Murabbi yang propesional agar membuahkan hasil yang optimal.
Proses tarbiyah merupakan pekerjaan yang sangat berat lagi tidak mudah, karena
tarbiyah berarti mempersiapkan manusia dengan membentuk dan memformatnya menjadi
syakhsiyah muslimah da’iyah dan tentu saja setelah menghilangkan potensi negatif dan
mengembangkan potensi positif pada dirinya.
Tarbiyah berarti berinteraksi dengan manusia yang memiliki banyak dimensi dan
permasalahan yang kompleks. Mengingat hal tersebut, maka para Murabbi dituntut untuk
terus melakukan peningkatan kualitas diri agar menjadi Murabbi yang propesional.
Definisi Murobbi
Murabbi adalah orang yang melakukan proses tarbiyah, dengan fokus kerjanya pada
pembentukan pribadi muslim yang sholih dan muslih, yang memperhatikan aspek
pemeliharaan (Ar Ri’ayah), pengembangan (At Tanmiyah), dan pengarahan (At Taujih) serta
pemberdayaan (At Tauzhif).
1. Memiliki ilmu
Ilmu yang harus dikuasai oleh seorang Murabbi meliputi banyak cabang ilmu
pengetahuan, diantaranya :
a. Ilmu Syar’i. salah satu tujuan tarbiyah islamiyah adalah menjadikan manusia agar
beribadah kepada Allah dengan benar, dan hal itu akan tercapai hanya dengan ilmu
syar’i . Yang dimaksud dengan ilmu syar’i di sini tidak berarti bahwa seorang Murabbi
harus spesialis di bidang syari’ah akan tetapi ilmu syar’i yang harus dimiliki seorang
Murabbi adalah ilmu syar’i yang dengannya ia mampu membaca, membahas, dan
mempersiapkan tema-tema syar’i serta memiliki ilmu dasar yang kemudian ia dapat
mengembangkan potensi syar’inya dengan semangat belajar.
b. Ilmu pengetahuan. Yaitu ilmu yang sesuai dengan kebutuhannya sebagai Murabbi
tentang situasi dan kondisi zaman serta masyarakatnya.
c. Psikologi. Seperti tentang karakter manusia sesuai dengan usianya, tentang motifasi naluri
dan potensi manusia serta membaca berbagai tulisan dan kajian tentang kelompok
masyarakat yang dibutuhkan dalam proses tarbiyah. Ini tidak berarti seorang Murabbi
harus psikolog, akan tetapi yang diperlukan adalah pengetahuan tentang dasar-dasar
umum ilmu kejiwaan serta memiliki kemampuan dalam memahami hasil kajian dan
penelitia di bidang ini.
d. Mengetahui kesiapan, potensi dan kemampuan Mutarabbinya.
e. Mengetahui lingkungan tempat dimana Mutarabbinya berada/tinggal. karena lingkungan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kepribadian Mutarabbi
6. Murabbi harus memiliki kemampuan melakukan penilaian (al qudroh ‘alal taqwim)
Taqwim adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses tarbiyah. Oleh karena itu
Murabbi harus melakukan penilaian terhadap :
a. Menilai peserta tarbiyah untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya, agar Murabbi
bisa mentarbiyah sesuai dengan keadaannya.
b. Menilai peserta tarbiyah untuk mengetahui sejauh mana pencapaian muwashofat pada
diri mereka dan apa pengaruh dalam kehidupan kesehariannya.
c. Menilai program, tugas dan kendala serta solusinya.
d. Menilai permasalahan tarbiyah untuk ditangani secara profesional.
Taqwim yang dilakukan oleh seorang Murabbi harus secara ilmiyah dan objektif
dengan berpegang pada kaidah-kaidah taqwim yang telah baku, bukan kesan pribadi atau
emosional yang dikedepankan.
7. Murabbi harus mampu membina hubungan emosional (al qudroh ‘ala binail ‘alaqotil
insaniyah)
Hubungan antara Murabbi dan Mutarabbi harus didasari karena cinta dan kasih sayang
karena Allah. Maka Murabbi yang tidak bisa menanamkan kasih sayang ke dalam jiwa
Mutarabbinya dapat dipastikan bahwa pesan dan pelajaran yang disampaikannya akan
berakhir seiring dengan berakhirnya kata-kata yang ia sampaikan, tidak masuk ke dalam hati
apalagi menjadi ilmu yang mengkristal di dalam jiwa. (QS. Ali Imron : 159)
Karakteristik Murobbi
1. memiliki kekuatan spiritual (kerja Ikhlas)
2. memiliki kekuatan emosional (kerja mawas)
3. memiliki kekuatan intelektual (kerja cerdas)
4. memiliki kesehatan dan kekuatan fisik (kerja keras)
5. memiliki kemampuan mobilisasi dan manajerial (kerja tuntas)
Nasihat untuk Murobbi (Dr. Abdullah Al Qadiri)
1. Hendaknya Murobbi jadi teladan yang baik bagi mad'u dalam mencapai kemajuan dan
prestasi.
2. memahami materi tarbiyah sesuai dengan tahapan dengan teliti dan sempurna. Kemudian
menerapkan madah tersebut pada kehidupan mereka. Sebab aplikasi pad amal perbuatan
itu akan memantapkan ilmu, dan membiarkannya begitu saja akan menyebabkan lupa.
3. memilih kitab-kitab tertentu untuk setiap cabang ilmu, dibaca dengan cermat dari awal
sampai akhir. Perlu disertai dengan upaya memahami dan menghafalkan kaidah-kaidah
dan nash-nash yang berkaitan, kemudian kitab tersebut dapat menjadi pegangan untuk
ilmu tersebut.
4. menyiapkan paket-paket pelajaran dan diktat yang sesuai dengan tingkatan bidang studi
mereka untuk ikut dalam mempersiapkan paket-paket tersebut.
5. menunjuk buku-buku tertentu untuk dijadikan bacaan harian dan buku lain untuk
diringkas (khususnya buku-buku yang perlu dibaca)
6. hendaknya para murobbi dan muwajjih senantiasa akrab dengan masalah-masalah yang
hangat dibicarakan, baik yang dimuat di surat kabar, majalah, media lain atau kejadian-
kejadian kontemporer.
7. mengembangkan sikap tanggung jawab dan mandiri (ta'allum dzati), tidak ikut-ikutan dan
taqlid, disertai dengan penanaman sikap tawadhu, menghargai dan menghormati
kelebihan orang lain.
8. mengawasi mutarobbi dengan pemantauan yang cermat serta meletakkan semua perkara
pada tempatnya (tidak dzalim).
9. menerima semua pertanyaan atau hal yang masih meragukan, sala paham, kritik dan
usulan dari mutarobbi, kemudian mendiskusikannya dengan tenang, proporsional, dan
memuakan. Menerima siapa yang benar dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Dengan catatan bahwa keinginan seseorang dalan hal ini, bukan hanya ngin mengkritik
atau menyalahkan akan tetapi demi maslahat dan mencari kebenaran.
10. mendorong mutarabbi untuk mengadakan kunjungan-kunjungan untuk praktek latihan
dakwah.
11. hendaknya menerapakan pada dirinya dan mendorong mutarabbinya untuk mengadakan
muhasabatunnafs (koreksi diri) pada setiap malam sebelum tidur, untuk melihat semua
perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan Islam, kemudian bertubat kepada Allah agar
sesuai dengan sabda Rasulullah saw, : Ihsan adalah engkau mengabdi kepada Allah,
seakan-akan engkau bisa melihat Allah, kalaulah engkau tidak bisa melihat Allah, maka
sesungguhnya Dia melihat engkau (HR. Bukhari dan Muslim).
untuk mencapai strategi ini dengan baik, maka setiap murabbi atau muwajjih
hendaknya mengikuti daurah murabbi atau muwajjih yang diselenggrakan lebih lanjut,
sehingga mereka memiliki keimanan dan spiritualitas yang mantap, mampu belajar mandiri,
menguasai manhaj dengan baik, memiliki keterampilan dalam mengajar (learning
technology), menguasai berbagai wasail tarbiyah dan rapi dalam manajemen tarbiyah
(halaqoh)
SEBUAH RENUNGAN BAGI MUROBBI
Apakah anda ikhlas dalam membina dan mengajarkan ilmu kepada mereka?
1. Sudahkah anda membaca dan menyiapkan materi dengan baik?
2. Sudahkah anda memberikan penghargaan kepada mereka atas ketepatan waktu
kehadiran?
3. Apakah anda memberikan teguran dan sanksi tarbawi atas keterlambatan
mereka? Dan mengingatkan mereka agar tidak terlambat lagi?
4. Apakah anda tahu dan berusaha mencari tahu permasalahan yang sedang mereka
hadapi?
5. Apakah anda tahu mengapa mereka terlambat?
6. Sudahkah anda mengevaluasi kegiatan mereka dalam sepekan?
7. Sudahkah anda memotivasi mereka?
8. Apakah anda berusaha menyelesaikan permasalahan mereka?
9. Sudahkah anda qiyamullail hari ini hingga perkataan anda berpengaruh kepada
mereka?
10. Apakah anda tahu mengapa mereka jenuh dan malas?
PROFIL HALAQOH
Pengertian Halaqoh
Halaqoh adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok. Jumlah normal
satu halaqoh maksimal 12 orang
Rukun Halaqoh
Rukun pertama : Ta’aruf (saling mengenal).
Ta’aruf adalah sebuah permulaan yang harus ada dalam sebuah Halaqoh. Karena dasar
da’wah kita adalah saling mengenal, maka seyogyanyalah setiap peserta Halaqoh saling
mengenal dan berkasih sayang dalam naungan Allah SWT.
Ta’aruf meliputi saling mengenal dari mulai hal-hal yang berkaitan dengan fisik seperti
nama, pekerjaan, postur tubuh, kegemaran, keadaan keluarga dan lain-lain. Kemudian dari
aspek kejiwaan seperti emosi, kecenderungan, kepekaan, dan juga aspek fikriyah seperti
orientasi pemikiran. Bahkan juga mengetahui kondisi social ekonomi, keseriusan dalam
beribadah dan kondisi isi “kantong”