DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Marlina Yesni, M.Kep
Satiti Kawuri Putri, M.Si
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA MUNTIALO
Waktu : 45 menit
A. Latar Belakang
Anemia dalam kehamilan menjadi perhatian besar dunia karena berakibat pada
peningkatan kejadian mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Dampak pada ibu
diantaranya perdarahan dan peningkatan resiko terhadap infeksi. Sedangkan pada
janin, diantaranya hambatan pertumbuhan intrauterin, kelahiran prematur dan BBLR
(AbuOuf & Jan, 2015). Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi sel darah merah
lebih rendah dari kebutuhan tubuh. Anemia pada kehamilan diinterpretasikan
sebagai kondisi kehamilan dengan konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl
(WHO, 2015). Definisi yang dihubungkan juga dengan usia kehamilan, dimana
kondisi anemia jika kadar Hb dibawah 11 g/dl pada 1–12 (trimester pertama) dan
29–40 (trimester ketiga) kehamilan, dan dibawah 10,5 g/dl selama minggu 13-28
(trimester kedua).
Anemia adalah permasalahan hematologi yang paling sering ditemui selama
kehamilan. Penyebab utama anemia selama periode kehamilan ini yaitu kekurangan
zat besi sebagai akibat perubahan fisiologis selama kehamilannya. Diketahui bahwa
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, paritas dll
mempengaruhi tingkat hemoglobin ibu hamil (Cavak, 2017). Child Health
Epidemiology Reference Group (CHERG) baru-baru ini melaporkan, kisaran
prevalensi anemia karena kekurangan zat besi adalah 20-78% dengan rata-rata global
42,8%. Angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018 mengalami
kenaikan berdasarkan data Riskesdas, yaitu 48,9% pada tahun 2018, yang
sebelumnya 37,1% di tahun 2013 (Kemenkes RI, 2018).
Kehamilan mengakibatkan peningkatan kebutuhan zat besi. Kurangnya konsumsi
zat besi dan protein akan berakibat kepada penurunan kadar hemoglobin yang
berdampak pada jatuhnya ibu kedalam kondisi anemia. Penambahan usia kehamilan
akan semakin meningkatkan kebutuhan zat besi, hal ini diakibatkan karena
mengimbangi perubahan fisiologis ibu dan kebutuhan janin. Pada trimester pertama
kehamilan, kebutuhan zat besi pada ibu hamil sekitar 0,8 mg/hari, meningkat
menjadi 7,5 mg/hari pada akhir kehamilan. Peningkatan kebutuhan yang tidak
diimbangi dengan intake zat besi yang memadai akan berakibat pada terjadinya
anemia pada trimester III (Breymann, 2013)
Anemia di trimester III kehamilan akan berdampak kepada penurunan kondisi ibu
hamil maupun janinnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kehamilan dan
kadar Hb pada ibu hamil trimester III berhubungan dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (Fanni & Adriani, 2017). Selain meningkatkan resiko BBLR anemia
dapat meningkatkan resiko lahir mati dan kematian neonatal (Patel et al., 2018).
Di Kecamatan Betara Desa Muntialo rata-rata ibu hamil mengalami anemia ,
namun sudah diberikan tablet tambah darah untuk dikonsumsi setiap hari satu kali
dalam sehari oleh pelayanan kesehatan terdekat yaitu Poskesdes serta rutin
memeriksakan HB satu bulan sekali pada saat posyandu ibu hamil.
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil selama 45 menit,
diharapkan ibu-ibu dapat mengerti tentang Anemia Pada Kehamilan dan dapat
mengaplokasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil, ibu-ibu diharapkan mampu:
a) Peserta dapat menjelaskan pengertian Anemia
b) Peserta dapat Menyebutkan Gejala Anemia
c) Peserta dapat menjelaskan Penyebab Anemia
d) Peserta dapat menjelaskan pengobatan anemia
d) Peserta dapat menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari anemia
C. Penugasan
Moderator : Lailatun Najmiah
Presentator : Mega Putri Annur
Fasilitator : Ayu Wulandari
Notulen : Sabela Sutriana
Observer : Hanesa Hutri Aufara
D. Kegiatan Pembelajaran
E. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
F. Media
a. Leaflet
Lampiran 1.materi
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007). Menurut WHO (2014)
anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kemampuan
pengangkutan oksigen oleh sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan normal
yang berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin, ketinggian (diatas permukaan
laut), kebiasaan merokok, dan kehamilan. Anemia sering disebut KD (kurang darah)
yaitu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (< 12
gr/dl) yang berakibat penurunan pada daya tahan tubuh, kebugaran tubuh, kemampuan
dan konsentrasi belajar, dan menghambat tumbuh kembang serta membahayakan
kehamilan di masa yang akan datang (Kemenkes RI, 2010). Anemia terjadi pada 1/3
perempuan selama kehamilan trimester III. Penyebab yang umum adalah kekurangan zat
besi dan asam folat. Jumlah darah dalam tubuh wanita hamil meningkat 20-30% sehingga
memerlukan peningkatan pasokan zat besi. Penting dalam periode ini melakukan
pemeriksaan Hb untuk mendeteksi anemia. Anemia pada ibu hamil sangat memengaruhi
keadaan ibu dan janin selama proses persalinan. Ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkan risiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur juga lebih besar
(Proverawati, 2011).
Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
diantaranya dipengaruhi oleh faktor umur ibu, paritas, jarak kehamilan, status gizi,
tingkat pendidikan, frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) dan konsumsi
suplementasi besi. Program pemberian suplementasi tablet besi di Indonesia merupakan
salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Hal ini
didasarkan pada hanya sedikit wanita hamil di negara berkembang seperti Indonesia
yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui makanan sehari-hari
karena sumber utama zat besi yang mudah diserap oleh tubuh (heme) relative mahal
harganya (Depkes RI, 2010). Tablet besi dianjurkan diminum di antara dua kali waktu
makan, karena bioavailibilitasnya lebih tinggi pada waktu perut kosong, kecuali ketika
terjadi efek samping maka tablet besi dapat diminum pada waktu makan.
4. Resiko Anemia
a. Asupan gizi pada janin terhambat
Status gizi ibu hamil bisa diketahui dengan mengukur ukuran LILA bila <23,5 cm
maka ibu hamil termasuk KEK ini berarti ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi
dalam jangka waktu yang telah lama, bila ini terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk
proses tumbuh kembang janin makin terhambat akibatnya bayi yang dilahirkan
menderita BBLR.
b. Abortus
Apabila kadar HB kurang dalam darah berarti kemampuan darah dalam darah
mengikat dan membawa oksigen akan berkurang, demikian pula zat-zat nutrisi yang
dibawa oleh sel-sel darah merah juga akan berkurang. Keadaan ini menyebabkan
janin akan oksigen sehingga janin mengalami gangguan pertumbuhan dan berisiko
lahir bayi rendah.
c. Bayi lahir premature
Kelahiran premature adalah kelahiran yang terjadi sebelum tanggal perkiraan
persalinan atau sebelum minggu ke-37 kehamilan. Selain sejumlah masalah
kesehatan, bayi yang lahir premature juga berisiko mengalami gangguan tumbuh
kembang.
d. BBLR
BBLR adalah berhubungan dengan anemia ibu saat hamil, terutama anemia
terjadi pada trimester pertama kehamilan. Bayi dikatakan memiliki berat badan lahir
rendah jika lahir dengan bobot kurang dari 2500 gram. Bayi yang lahir dengan berat
badan tidak normal lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan dibandingkan bayi
yang lahir dengan berat badan normal.
e. Perdarahan saat atau setelah persalinan
Asupan nutrisi saat hamil sangat berpengaruh pada kandungan protein dalam darah
yang terdapat pada trombosit ini dapat mempengaruhi proses pembekuan darah.
Apabila ibu tidak memiliki cukup protein maka akan menhgambat terbentuknya
jaringan fibrin sehingga proses pembekuan darah berjalan lama. Pada ibu yang
mengalami kelelahan otot karena kontraksi yang terjadi terus menerus (tetania uteri)
dan ibu yang mengejan terus pada saat kala 1 dan kala 2 dapat menyebabkan
terjadinya semacam penumpukan asam laktat pada otot, keadaan ini dapat
menghambat kontraksi otot uterus pada kala 1 dan kala 4.
EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan diskusi dan tanya jawab di Posyandu Desa Muntialo
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
b. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
c. Evaluasi Hasil
Peserta mengetahui tentang jenis penyakit anemia dan hal-hal apa saja yang
dapat dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi penyakit anemia.