Anda di halaman 1dari 16

PRE PLANNING

ANEMIA PADA KELOMPOK REMAJA DI KELURAHAN


SUKOLILO BARU SURABAYA

Oleh :

POKJAKES PUS GERBONG 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Disusun oleh : Aprillia Anggraini (1930009)


Dini Putri Dwirira (1930020)
Irwan Bahari R (1930044)
Merlina Prahara (1930051)
Mita Ayu L. (1930053)
Rara Ayu Anjani (1930072)
Septa Rezita K (1930080)

Judul : Satuan Acara Penyuluhan Tentang Anemia Remaja di Kelurahan


Sukolilo Baru Surabaya
Telah disetujui untuk dilaksanakan penyuluhan di Surabaya di Kelurahan Sukolilo
Baru Surabaya pada hari Sabtu, 16 November 2019.

Ketua Gerbong Ketua Pelaksana

Yosep Yudi Cahyono, S.Kep Agung Prasetia Aji, S.Kep


NIM. 1930092 NIM.1930003

Mengetahui

Pembimbing Institusi I

Dya Sustrami.,S. Kep., Ns., M.Kes


NIP. 03008
ANEMIA REMAJA PADA KELOMPOK REMAJA DI
KELURAHAN SUKOLILO BARU
SURABAYA

Pokok bahasan : Tentang Anemia pada Remaja

Sub pokok bahasan : Keperawatan Komunitas “Tentang Anemia pada


Remaja”

Sasaran : Keluarga Pasangan Usia Subur Usia 20 – 49 tahun


Hari / tanggal : Rabu, 13 November 2019
Tempat : Gang V Kelurahan Sukolilo Baru
Pukul : 16.00 – 16.20 WIB
Penyuluh : Mahasiswa Prodi Profesi Keperawatan Hang
Tuah Surabaya

A. LATAR BELAKANG

Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa


dewasa. Masa remaja berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18
tahun (Istiany dan Rusilanti, 2014). Selama masa ini terjadi pertumbuhan yang
sangat pesat. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik, hormonal, kognitif dan
emosional. Perubahan-perubahan ini memerlukan energi dan zat gizi yang
tinggi sehingga sangat mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan yang
dikonsumsinya (Marmi, 2013).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa
lebih dari 30 % atau 2 miliar orang di dunia berstatus anemia, sedangkan
prevalensi di Asia Tenggara adalah 25-40% remaja putri mengalami kejadian
anemia tingkat ringan sampai berat.(7) Berdasarkan data Riskesdas tahun
2007 didapatkan prevalensi anemia sebanyak 14,8% dan mengalami
peningkatan menjadi 21,7% menurut data Riskesda tahun 2013.(8,9)
Riskesdas 2007 prevalensi anemia berdasarkan kelompok umur 5-14 tahun
sebanyak 9,4% dan kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 6,9%. (8)
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi anemia berdasarkan kelompok
umur 5- 14 tahun sebanyak 26,4% dan kelompok umur 15-24 tahun sebanyak
18,4%.(9) Sedangkan menurut jenis kelamin laki-laki sebanyak 18,4% dan
perempuan sebanyak 23,9%. Berdasarkan semua kelompok umur tersebut,
wanita memiliki prevalensi tertinggi mengalami anemia.
Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada
remaja puteri. Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam
darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar
normal. Remaja puteri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putera. Hal ini dikarenakan
remaja puteri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa
pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.
Penentuan anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht)
yang ratarata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batas kadar Hb remaja
puteri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang dari 12 gr/dl
(Tarwoto, 2010).
Diperlukan pendidikan kesehatan pada remaja putri sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dalam upaya pencegahan anemia yang akan
membawa dampak positif pada perilaku yang tepat. Menurut Doddy, pada 5
dasarnya asupan gizi memang tergantung gizi perorangan yang dipengaruhi
perilaku (Detik, 2014). WHO telah mengembangkan paket komprehensif
tindakan kesehatan masyarakat menangani semua aspek kekurangan zat besi
dan anemia yaitu dengan meningkatkan asupan zat besi, status gizi, serta
pencegahan dan pengendalian kekurangan nutrisi lainnya (WHO, 2014).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, kelompok REMAJA
mampu mengetahui pentingnya pengetahuan Anemia pada remaja.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan kelompok
REMAJA mampu :

1. Untuk mengetahui definisi Anemia pada remaja


2. Untuk mengetahui faktor resiko Anemia pada remaja
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan Anemia pada remaja
C. MATERI (Terlampir)

D. METODE

1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. MEDIA
1. Leaflet

2. Sound

F. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. 5 Menit Pembukaan
1. Memulai penyuluhan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Apersepsi : 3. Menjawab
- Menanyakan tentang
definisi Anemia pada
remaja
- Menanyakan gejala
Anemia
- Menanyakan faktor
resiko Anemia pada
remaja
- Menanyakan
penatalaksanaan
Anemia pada remaja
2. 15 Menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Menyimak
Anemia pada kehamilan
2. Faktor resiko anemia pada 2. Menyimak
kehamilan
3. Penatalaksanaan Anemia pada 3. Menyimak
kehamilan
4. Memberikan kesempatan untuk 4. Aktif bertanya
bertanya
5. Menjawab pertanyaan peserta 5. Mendengarkan

3. 5 Menit Penutup
1. Menyimpulkan materi yang 1. Menjelaskan
disampaikan oleh penyuluh
2. Memberikan leaflet 2. Menerima
3. Mengevaluasi peserta atas 3. Menjelaskan
penjelasan yang disampaikan
dan penyuluh menanyakan
kembali mengenai materi
penyuluhan
4. Salam penutup 4. Menjawab salam
G. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : 1. Dya Sustrami, S.Kep.,Ns.,M.Kes
2. Dhian Satya R, S.Kep.,Ns.,M.Kep
3. Ns. Sukma Ayu C.K., M.Kep., Sp.Kep.J
4. Lela Nurlela, S.Kep.,M.Kes
5. Penyaji :1. Hindayatus S
2. Brahmayda W
3. Moderator : Nadya Wahyu
4. Observer : Yosep Yudi C
5. Notullen : Agung Prasetia A
6. Fasilitator : Hardilani Pritasari
H. Job Description
1. Penyaji
a. Menggali pengetahuan peserta penyuluhan Anemi pada
Remaja
b. Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa
memahami hal-hal tentang isi, makna, dan maksud dari
penyuluhan

2. Moderator
a. Bertanggung jawab atas kelancaran acara
b. Membuka dan menutup acara
c. Mengatur waktu penyajian sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator
a. Membantu kelancaran acara penyuluhan
b. Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji
c. Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan
4. Observer dan notulen
a. Mengamati jalannya acara penyuluhan
b. Mencatat pertanyaan peserta
c. Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal
hingga akhir

5. SETTING TEMPAT

Keterangan:
: Observer : Audience
: Fasilitator : Pemateri

MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Anemia pada Kehamilan

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
dibawah normal akibat kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang
diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah tersebut.
Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang paling sering terjadi. Menurut
WHO, ambang batas kadar hemoglobin normal pada wanita usia 11 tahun keatas
adalah 12 gr/dl.

Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan
demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global (WHO,
2014).
B. Gejala Anemia
Gejala umum anemia menurut Wulandari (2015) berupa :
1. Badan lemah
2. Lesu
3. Cepat lelah
4. Mata berkunang- kunang
5. Telinga berdenging
C. Dampak
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
mencapai optimal.
3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
4. Mengakibatkan muka pucat.
D. Faktor Resiko Anemia pada Kehamilan
Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah

faktor ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan lingkungan (Sulistyoningsih,

2011):

1. Budaya, Politik dan Kebijakan dalam Masyarakat

Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa

kepercayaan, seperti tabu mengkonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur


tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh

kelompok umur tersebut.

Politik yang tidak stabil akan berdampak pula terhadap status gizi

masyarakat. Perbaikan status gizi masyarakat sangat tergantung pada kebijakan

pemerintah seperti kebijakan yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007:291).

2. Konsumsi Gizi

Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui

kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi

serta mengetahui faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. Secara prinsip,

cara konsumsi yang baik adalah hal yang mudah. Caranya memilih makanan

yang mengandung zat gizi esensial, serta, dan energi tanpa kelebihan lemak,

gula, dan garam (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI,

2007:114). Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang-

kacangan, kentang dan serealia serta beberapa jenis buah-buahan. Sedangkan

besi heme hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging,

ikan, ayam, hati, dan organ-organ lain (Sunita Almatsier, 2001).

3. Kebiasaan Makan

Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung

secara otomatis dan tidak direncanakan. Karena kebiasaan pada umumnya sudah

melekat pada diri seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang menguntungkan

bagi kesehatan, maka sulit untuk diubah (Soekidjo, 2010).

Kebiasaan makan yang buruk berpangkal pada kebiasaan makan keluarga

yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia
remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat

gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap

kesehatan mereka. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan

berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya. Kekurangan zat

besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan. Remaja memerlukan lebih

banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti zat

besi yang hilang bersama darah haid (Arisman MB, 2004)

Sangat penting bagi orang tua untuk selalu mengingatkan anaknya

tentang makanan jajanan yang sebaiknya dibeli di sekolah. Dalam satu segi jajan

mempunyai aspek positif dan dalam segi lainnya jajan juga bisa bermakna

negatif.

4. Pengetahuan Tentang Anemia

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan resultan

dari akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut

sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian

pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat

bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden.

Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang

terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya,

ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan individu untuk bertindak

dan situasi yang memungkinkan utuk bertindak (Soekidjo, 2010).

5. Sosial Ekonomi Keluarga

Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi

distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA,


anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk

golongan ekonomi rendah.

Akses terhadap makanan dalam hal uang atau barang penukar merupakan

faktor kritikal dalam menentukan pilihan makanan. Semakin tinggi status

ekonominya, semakin banyak jumlah dan jenis makanan yang diperoleh.

Sebaliknya orang yang hidup dalam kemiskinan atau berpenghasilan rendah

memiliki kesempatan yang sangat terbatas dalam memilih makanan (Mery E,

2007). Tingkat pendidikan juga masuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan

berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan

kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya

beli makanan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

6. Penyakit Infeksi

Penyakit kronis seperti tuberkulosis (TBC), Infeksi Saluran Pernapasan

Atas (ISPA), diare serta kehilangan darah karena infeksi parasit (malaria dan

kecacingan) akan memperberat anemia. Penyakit TBC adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penularan TBC dikenal

melalui udara, utamanya pada udara tertutup seperti dalam rumah yang pengap

dan lembab. Secara sistemik penderita TBC akan mengalami demam yang

berlangsung pada waktu sore dan malam hari, disertai keringat dingin dan

kemudian kadang hilang. Adapun gejala respiratorik adalah batuk yang

berlangsung terus menerus selama tiga minggu atau lebih disertai dahak dan atau

darah (Umar Fachmi, 2005).

7. Aktivitas Fisik
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh meningkat

sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat. Kebutuhan energi yang tinggi

sebagian besar diperlukan untuk maintenen dan aktivitas fisik dibandingkan

dengan yang diperlukan untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi tergantung

aktivitas fisik, remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan BB atau

mungkin obesitas, walaupun asupan energy lebih rendah dari kebutuhan energy

yang direkomendasikan. Sebaliknya pada remaja yang sangat aktif akan

membutuhkan energi yang lebih banyak dari kebutuhan energy yang

direkomendasikan. Peningkatan aktivitas fisik juga membutuhkan vitamin dan

mineral yang lebih tinggi, ini bisa tercapai dengan mengkonsumsi diet gizi

seimbang. Suplemen vitamin dan mineral tidak diperlukan kecuali suplemen zat

besi pada beberapa atlit (Soetjiningsih, 2007).

8. Pola Menstruasi

Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah

yang keluar selama menstruasi sangat banyak maka akan terjadi anemia

defisiensi besi. Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam dinding rahim

yang banyak mengandung pembuluh darah. Menstruasi pertama disebut

menarche dimulai saat pubertas kira-kira umur 9 tahun dan paling lambat 16

tahun, berhenti waktu hamil atau menyusui dan berakhir saat menopause. Rata-

rata menstruasi berlangsung 4-5 hari. Namun ada juga yang mengalami hanya 3

hari, ada juga yang sampai satu minggu (BKKBN, 2008).

Panjang siklus menstruasi yang normal yaitu 28 hari, tetapi variasinya

cukup luas bagi beberapa wanita dan pada wanita yang sama. Siklus menstruasi

yang normal berkisar antara 21-40 hari, dan siklus menstruasi disebut tidak
normal jika kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari (Elizabeth J. Corwin,

2000).

9. Layanan Kesehatan

Remaja memiliki masalah dan kebutuhan kesehatan khusus, yang tidak

terlayani dengan baik dalam program kesehatan anak tradisional ataupun dalam

praktik perawatan medis swasta. Karena banyak waktu mereka dihabiskan di

rumah dan di sekolah, sangat masuk akal untuk mengembangkan program

layanan khusus untuk melayani kebutuhan mereka di lingkungan sekolah. Untuk

melakukannya diperlukan kerja sama berbagai pihak yang berkepentingan dan

kelompok (Georgej dan John, 2008).

2.2.7 Cara Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan

memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk

meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan Adalah

(Kemenkes RI, 2016):

1. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan

bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber

pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup

sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan

nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun penyerapannya lebih

rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari

hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu

sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan


penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang

mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat

dihambat oleh zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.

2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi

kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.

Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan

membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut

sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah difortifikasi di

Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa

snack. Zat besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan

yang disajikan di rumah tangga dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga

dengan Multiple Micronutrient Powder.

3. Suplementasi zat besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan

terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian

suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan

untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk

meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh. Program Pencegahan &

Penanggulangan Anemia pada Rematri dan WUS . Suplementasi Tablet Tambah

Darah (TTD) pada rematri dan WUS merupakan salah satu upaya

pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD

dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan

zat besi di dalam tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

A. Listiana, “Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia


Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah,” J. Kesehat., vol. 7, no. 3, p. 455, 2018.

Amirrudin, Wahyuddin. 2014. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap


D. N. Hasanah, F. Febrianti, and M. Minsarnawati, “Jurnal Kesehatan Reproduksi
Table of Contents,” J. Kesehat. Reproduksi, vol. 4, No 2, pp. 61–71, 2013.

D. P. Kirana and A. Kartini, “Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA N 2 Semarang,” Artik.
Penelit., p. 21, 2015.

D. Suryani, R. Hafiani, and R. Junita, “Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi
Besi Pada Remaja Putri Kota Bengkulu,” J. Kesehat. Masy. Andalas, vol.
10, no. 1, p. 11, 2017.

Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros, Jurnal


Medika Nusantara, Vol. 25 No. 2
Kemenkes RI. 2015. Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan
P. D. Y. Masthalina Herta, Laraeni Yuli, “Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan
Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia Remaja Putri,” J. Kesehat. Masy.,
vol. 8, no. 2, pp. 113–120, 2013.

RI.Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai