Anda di halaman 1dari 2

Fact or Fake: Micin atau MSG Bisa Bikin Otak Lemot Hingga Sering

Dibilang “Generasi Micin”?

Istilah “Generasi Micin” memang sudah tidak asing lagi terdengar dikalangan anak
muda di Indonesia. Kata tersebut identik dengan perilaku anak muda zaman sekarang yang
melakukan hal bodoh atau konyol. Padahal, secara sadar atau tidak kita semua justru sering
mengonsumsi makanan yang mengandung micin atau MSG, buktinya masih banyak kok
digunakan untuk menguatkan cita rasa makanan. Mungkin ibumu adalah salah satunya?
Banyak orang beranggapan micin atau MSG itu tidak aman bagi tubuh, bahkan bisa
bikin otak lemot jika dikonsumsi berlebihan. Lalu sebenarnya micin itu apa sih? Apakah
benar anggapan bahwa micin bisa bikin otak lemot? Dear kaum “Generasi Micin”, ayo
rapatkan barisanmu.
Micin atau monosodium glutamat juga dikenal sebagai MSG adalah salah satu asam
amino non-esensial paling berlimpah yang terbentuk dari tetes tebu pilihan melalui proses
fermentasi menghasilkan protein glutamat yang sangat penting untuk tubuh. MSG sendiri
sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan terbentuk
asam glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor khusus di otak dan mempresentasikan rasa
dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan gurih.
Sebenarnya hampir semua bahan makanan yang kita konsumsi sudah mengandung
asam glutamat. Beberapa diantaranya mengandung kadar tinggi, seperti susu, telur, daging,
ikan, ayam, kentang, jagung, tomat, brokoli, jamur, anggur, kecap, saus, dan keju. Termasuk
juga bumbu-bumbu penyedap alami seperti vanili atau daun pandan. Kandungan MSG juga
banyak ditemui dalam berbagai produk kemasan  dan tentunya sudah mendapatkan izin dari
Kementerian Kesehatan dan BPOM RI sebagai penguat rasa yang termasuk dalam daftar
golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP). Dengan demikian dapat disimpulkan MSG aman
dikonsumsi dan tidak berbahaya bagi kesehatan selama tidak berlebihan dan tidak dimakan
dengan bungkusnya.
Food and Drug Administration di Amerika juga telah mengelompokkan MSG sebagai
“generally recognized as safe” (GRAS), sehingga tidak perlu aturan khusus dalam jumlah
pemakaiannya. Laporan FASEB 31 Juli 1995 juga menyebutkan bahwa secara umum MSG
aman untuk dikonsumsi. Bahkan WHO menggunakan MSG untuk program fortifikasi
vitamin A setelah menyadari tingginya konsumsi MSG di wilayah Asia, di Indonesia pernah
dilakukan pada tahun 1996. Penggunaan MSG juga bisa menjadi salah satu pilihan dalam
menurunkan konsumsi garam (sodium) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
khususnya pada golongan manula. Hal ini karena untuk mencapai efek rasa yang sama, MSG
hanya mengandung 30% natrium dibanding garam.
Meskipun secara umum MSG aman untuk dikonsumsi, akan tetapi pada usia anak-
anak dan remaja konsumsi MSG dapat menyebabkan efek terjadinya migrain seperti
disebutkan dalam laporan Jurnal Pediatric Neurology. Usia anak-anak atau masa
pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada usia dewasa. MSG juga tidak boleh
dikonsumsi secara berlebihan karena dapat menyebabkan peninggian ambang rangsang
reseptor di otak untuk asam glutamat.
MSG juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh kelompok orang yang sensitif
terhadap MSG karena dapat berakibat muncul berbagai keluhan, seperti rasa panas di leher,
lengan, dan dada, diikuti kaku otot dari daerah tersebut yang menyebar sampai ke punggung.
Gejala lain berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, mual,
berdebar-debar, dan kadang sampai muntah. Untuk itu, FDA menetapkan batas aman
konsumsi MSG 120 mg/kg berat badan/hari yang disetarakan dengan konsumsi garam. MSG
juga tidak boleh diberikan kepada bayi yang berusia kurang dari 12 minggu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan micin atau MSG aman untuk
dikonsumsi selama tidak berlebihan, sedangkan bagi kelompok tertentu yang beresiko
terkena efek samping dianjurkan untuk menghindarinya. Sehingga anggapan bahwa micin
atau MSG bisa bikin otak lemot tidak ada benarnya. Sangat disayangkan banyak orang
menganggap tingkah bodoh atau konyol anak muda itu disebabkan karena kebanyakan micin.
Tapi memang benar anak muda zaman sekarang banyak tingkahnya, mulai dari yang lucu dan
menggemaskan hingga yang membuat miris. Mungkin ini yang memacu orang dewasa
menyebut generasi sekarang sebagai “Generasi Micin”.

Referensi:
Ardyanto, T. D. (2004). MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek, dan Kontroversinya. INOVASI,
1(16), 52-56.
Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I., Astuti, I., Hadiwandowo, S., Kristin, E., Muhammad,
M., & Kelly, M. F. (2000). The administration to Indonesians of monosodium L-
glutamate in Indonesian foods: an assessment of adverse reactions in a randomized
double-blind, crossover, placebo-controlled study. The Journal of nutrition, 130(4),
1074S-1076S.

Anda mungkin juga menyukai