Anda di halaman 1dari 22

TUGAS ARTIKEL ILMIAH

PERENCANAAN PENDIDIKAN
“PERAN STAKEHOLDER SEBAGAI PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN
DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) ITTIHADIYAH PALEMBANG”

IKA MULIA SARI ( 2020203017 )


Kelas/Semester : MPI 2 / III

Dosen Pengampu : Rabial Kanada, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021
PERAN STAKEHOLDER SEBAGAI PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN

Ika Mulia Sari 2020203017

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Email: 2001ikamulias@gmail.com

Abstrak
Mutu pendidikan berkaitan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional seperti
yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh
karena itu, mutu pendidikan dapat dikatakan baik apabila memenuhi Standar Nasional
Pendidikan. Terpenuhinya standar minimal pendidikan yang merupakan Standar Nasional
Pendidikan merupakan prasyarat untuk meningkatkan mutu pendidikan termasuk madrasah.
Tujuan pendidikan di sekolah akan tercapai bila semua komponen internal sekolah dapat
bekerja sama dengan baik, dan bukan hanya komponen internal sekolah saja tentunya
diperlukan komponen dari luar sekolah atau eksternal , komponen eksternal sekolah terdiri
dari orang tua peserta didik atau masyarakat sekitar yang berkepentingan baik secara
langsung atau tidak langsung dalam lembaga sekolah, begitu pentingnya peranan stakeholder
eksternal ini dalam menjamin mutu sekolah MI Ittihadiyah sehingga dalam tiga tahun ini
peserta didiknya relative stabil.
Kata Kunci : Stakeholder, Mutu Pendidikan, Madrasah

Abstract
The quality of education is related to wheter or not national education goals are achieved
as stated in Law No. 20 of 2004 concerming the National Education System. Therefore, the
quality of education can be said it is good if it meets the National Education Standars. The
fulfillment of minimum standards of education which is the National Standard of Education
is a prerequisite to improve the quality of education including madrasah.
The purpose of education in schools will be achieved if all the internal components of the
school can work well together, and not only the internal components of the school, of course,
components from the outside of school or external are needed, the external components of
the school consist of parents of students or the surrounding community who are
interested directly or indirectly in school institutions, the important role of external
stakeholders is ensuring the quality of the MI Ittihadiyah’s school so that in these three
years, the students are relatively stable.
Keywords :Stakeholder, Quality of Education, Madrasah

PENDAHULUAN bergabung dan mempunyai komitmen

Stakeholder sekolah merupakan yang sama untuk mencapai tujuan

kumpulan sejumlah individu yang bersama. Stake holder menjadi kunci


keberhasilan pengelolaan sebuah lembaga Peran stakeholder dalam
pendidikan atau sekolah. Sekolah yang penyelenggaraan pendidikan benar-benar
memiliki stakeholder lemah, maka sekolah memiliki kedudukan strategis dan sangat
itu akan sulit berkembang atau bahkan kuat ( Biro perencanaan Depdiknas,
semakin mundur. Stakeholder internal 2000). Salah satu komponen penting
suatu lembaga pendidikan terdiri dari dalam perencanaan strategis dâlam
kepala sekolah, guru, karyawan sekolah. pendidikan adalah stakeholder. Di dalam
Upaya melibatkan peran serta pendidikan kita tidak boleh
stakeholder dalam penyelenggaraan mengesampingkan peran dari para
sekolah bukan hal baru dalam dunia stakeholder yang tanpa peranannya
pendidikan di negara kita. Secara yuridis pendidikan tidak akan terlaksana dengan
formal, peran stakeholder telah diatur baik dan benar. Stakeholder pendidikan
dalam Undang-Undang Pendidikan. Selain dapat diartikan sebagai orang yang
itu, kenyataan telah menunjukkan bahwa menjadi pemegang dan sekaligus pemberi
hubungan antara keberhasilan sekolah, support terhadap pendidikan atau
performance sekolah, dan stakeholder lembagapendidikan. Fungsinya tidak lain
sangat kuat. Kedua belah pihak saling adalah sebagai sarana membangun dunia
mendukung dan membutuhkan. Program- pendidikan.
program pendidikan yang digarap sekolah Stakeholder dalam pendidikan
tidak bisa dilepaskan begitu saja tanpa Islam tentunya pemangku kebijakan yang
memperhatikan kebutuhan pemakainya. terkait dengan pola pendidikan khas
Begitu juga sebaliknya, masyarakat masyarakat Muslim. Dalam makalah
(stakeholder) tidak bisa membiarkan iniakan dibahas mengenai manajemen
program-program pendidikan berjalan stakeholder dalam pendidikan islam
begitu saja tanpa ada kendali masyarakat. yangtentunya akan terkait satu sama lain
Hubungan antara stakeholder dan sekolah untuk tujuan menghasilkan pola
merupakan hubungan tanggung jawab pendidikan yang seharusnya dimiliki oleh
mulai dari proses perencanaan, peminat pendidikan islam tersebut.
pelaksanaan, pengendalian program Madrasah adalah lembaga
pendidikan. Sebab, tanggung jawab pendidikan Islam yang memadukan sistem
penyelenggaraan pendidikan tidak bisa pendidikan pondok pesantren tradisional
diserahkan kepada salah satu pihak saja dan pendidikan sekolah modern.
yaitu pemerintah, tetapi merupakan Keberadaan madrasah merupakan wujud
tanggung jawab bersama antara dari kesadaran umat Islam guna
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. menyiapkan generasi masa depan yang
lebih baik. Madrasah diharapkan dapat berfokus pertama untuk mengetahui
mendidik siswanya agar memiliki bagaimana informasi tentang sekolah
kemampuan dalam bidang sains dan MI Ittihadiyah sampai kepada para
teknologi, tetapi tetap memiliki identitas orang tua dan bagaimana peran
keislaman. Pendidikan di madrasah stakeholder ekstrenal yaitu orang tua
diharapkan mampu meningkatkan mutu peserta didik sebagai penjamin mutu
pendidikan bagi masyarakat luas dalam untuk orang tua yang akan memilih
rangka meningkatkan mutu sumber daya sekolah untuk anaknya di sekolah
manusia Indonesia. Madrasah sehingga menentukan
Pendidikan di Indonesia secara pilihan bersekolah di MI Ittihadiyah.
umum, tentunya termasuk pendidikan di Kedua bagaimana hubungan baik
madrasah, sampai hari ini masih stakeholder internal dan stakeholder
mengalami banyak permasalahan. Salah internal sekolah sehingga dalam lima
satu permasalahan pendidikan yang tahun terakhir sekolah tidak membuka
dihadapi rendahnya mutu pada setiap pengumuman penerimaan murid baru
jenjang pendidikan. Rendahnya mutu karena sudah terpenuhi dari waitinglist
pendidikan tersebut dapat dilihat dari hasil kunjungan calon orang tua murid, dari
riset internasional yang selalu latar belakang inilah peneliti
menempatkan pendidikan Indonesia dalam melakukan penelitian sehingga kedua
posisi ‘juru kunci’. Hasil studi The Third point dari focus penelitian dapat
International Mathematics And Science terjawab, sehingga tentunya dapat
Sudy Repeat (TIMSSS-R 1999) yang bermanfaat bagi dunia pendidikan
dilaksanakan pada 38 negara dari lima bagaimana menjaga eksistensi lembaga
benua yaitu Asia, Australia, Afrika, pendidikan khususnya lembaga
Amerika, dan Eropa, menempatkan madrasah ditengah maraknya lembaga
peserta didik SLTP/MTS dari Indonesia lembaga pendidikan yang berbudget
pada urutan 32 dan 34 untuk skor tres murah dengan hasil lulusan dari
matematika dan IPA. Indikator lainnya lembaga pendidikan yang relative
menunjukkan bahwa berdasarkan pada berbiaya tidak sedikit apalagi ditengah
Human Development Index (HDI), kondisi pandemic yang belum
Indonesia berada pada urutan yangke 102 diketahui kapan berakhirnya.
dari 164 negara dan Indonesia masih Peningkatan minat masyarakat
berada di bawah Vietnam (Maryono, untuk menyekolahkan anaknya di
2018). Madrasah Ibtidaiyah (MI) menjadi
Penelitian ini peneliti lebih salah satu indikator masih adanya
kepercayaan masyarakat terhadap dan non-akademik yang mampu menjadi
Madrasah Ibtidaiyah (MI). Meskipun pelopor pembaruan dan perubahan
secara umum dapat dinyatakan bahwa sehingga mampu menjawab berbagai
penyelenggaraan pendidikan di tantangan dan permasalahan yang
Madrasah Ibtidaiyah (MI) masih dihadapinya, baik di masa sekarang atau
ditemukannya berbagai kendala yang di masa yang akan datang (Sukmadinata,
menghambat peningkatan mutu dkk., 2006).
madrasah. Hal tersebut dapat diketahui Upaya perbaikan mutu pendidikan
dengan melihat perolehan nilai Ujian di madrasah selama ini yang sering disorot
Nasional (UN), dimana para calon dan diperhatikan adalah melakukan
peserta didik madrasah relatif lebih perubahan dari segi program (kurikulum)
rendah jika dibandingkan dengan tanpa dibarengi dengan perbaikan
mereka yang masuk ke sekolah umum. manajemen dan pengelolaan pendidikan.
Kemudian terbatasnya tenaga pendidik Program (kurikulum) berubah, namun
(guru) khususnya yang memiliki orang yang akan menjalankannya serta
kualifikasi pendidikan yang sesuai dan manajemen terhadap implementasi
minimnya dukungan dana dari program (kurikulum) tidak tertata dan
pemerintah dan masyarakat berakibat terkelola dengan baik. Akhirnya program
pada terhambatnya peningkatan mutu kurikulum yang ditetapkan tidak mampu
madrasah. diimplementasikan secara maksimal
Konsep pendidikan yang bermutu sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
adalah pendidikan yang mampu menjawab karena tidak diiringi dengan peningkatan
berbagai tantangan dan permasalahan oleh kompetensi pendidik dan tenaga
yang akan dihadapi sekarang dan masa kependidikan yang memadai, serta tidak
yang akan datang. Mutu pendidikan pula ditunjang oleh manajemen yang baik
adalah kemampuan lembaga dan sistem (Siregar dan Lubis, 2017).
pendidikan dalam memberdayakan Kepala sekolah/madrasah dapat
sumber-sumber pendidikan untuk memfokuskan pada pengembangan
meningkatkan mutu yang sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh
harapan atau tujuan pendidikan melalui stakeholder internal dan eksternal. Kepala
proses pendidikan yang efektif. sekolah dengan visi dan misi yang jelas,
Karakteristik pendidikan yang bermutu mampu menjabarkannya dalam bentuk
adalah pendidikan yang dapat langkah-langkah dan tindakan yang nyata,
menghasilkan lulusan yang bermutu, yaitu mampu menggerakkan orang lain untuk
lulusan yang memiliki prestasi akademik bersama-sama bekerja mencapai sekolah
bermutu, mampu menggerakkan semua sekolah bertujuan agar program
unit-unit misalnya bidang pengajaran dan pendidikan terlaksana secara baik dan
kurikulum, bidang sarana prasarana dan memberikan pelayanan yang memuaskan
kesiswaan, serta bidang hubungan bagi stakeholder pendidikan. Pelaksanaan
masyarakat dan publikasi, serta bidang kegiatan administrasi pendidikan di
perencanaan dan keuangan. Sementara sekolah dilakukan oleh seorang kepala
unit-unit terkecil lainnya juga mampu sekolah yang dibantu oleh tenaga
digerakkan. Semua bangga menghasilkan administrasi sekolah. Tenaga administrasi
dan mengembangkan karya menjadi tidak sekolah atau sering disebut sebagai
saja secara meningkat secara kuantitas petugas tata usaha sekolah memiliki peran
tetapi juga secara kualitas lebih baik penting dalam penyelenggaraan
(Kholis, dkk, 2014). Kepala madrasah pendidikan agar tujuan pendidikan
dalam hal ini berperan menjalankan tercapai dengan baik.
kegiatan administrasi pendidikan yaitu Kepala madrasah dalam hal ini
suatu proses keseluruhan, kegiatan harus dapat memimpin perubahan tersebut
bersama dalam bidang pendidikan yang dengan mengajak semua untuk belajar
meliputi perencanaan, pengorganisasian, kembali bagaimana mengelola pendidikan.
pengarahan, pengkoordinasian, Kepala madrasah harus dapat menjaga
pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan agar tetap ada komitmen untuk melakukan
dengan menggunakan atau memanfaatkan perubahan, inovasi dan perbaikan
fasilitas yang tersedia, baik personel, (Rahayu, 2015). Ada banyak pendekatan
material, maupun spiritual untuk mencapai yang dapat dipakai untuk menjadikan
tujuan pendidikan secara efektif dan sekolah lebih bermutu yaitu dengan
efsien. Ruang lingkup administrasi mensinergikan fungsi kepemimpinan yang
pendidikan di sekolah/madrasah ada tujuh efektif dengan implementasi sistem
kelompok, yaitu: (1) tata laksana sekolah, penjaminan mutu dengan melibatkan
(2) administrasi guru dan pegawai stakholders sekolah sebanyak mungkin
sekolah, (3) administrasi murid/siswa, (4) (Kholis, dkk., 2014). Upaya meningkatkan
administrasi supervisi pengajaran, (5) mutu pendidikan dapat dilakukan melalui
administrasi pelaksanaan dan pembinaan standarisasi manajemen pendidikan yang
kurikulum, (6) administrasi perencanaan tentunya membutuhkan kesanggupan
dan pendirian bangunan sekolah, (7) semua stakeholder untuk melakukan
administrasi hubungan sekolah dan perubahan (Rahayu, 2015).
masyarakat (Ramayulis, 2012). Istilah stakeholder pertama kali
Penyelenggaraan kegiatan administrasi di diperkenalkan oleh Edward Freeman di
Standford Research Institute pada tahun Pelibatan atau partisipasi stakeholder
1963 yang mendefinisikan stakeholder tersebut dimaksudkan untuk
sebagai kelompok maupun individu yang mengembangkan madrasah yang bermutu
dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh (Kholis, dkk, 2014). Tata kelola
proses pencapaian tujuan suatu organisasi. administrasi yang baik dan akuntabel
Definisi lain dari stakeholder adalah merupakan salah satu necessary conditions
pemegang atau pemangku kepentingan. dan pilar penting bagi upaya peningkatan
orang atau kelompok tertentu yang mutu pendidikan madrasah (Kemenag,
mempunyai kepentingan apa pun terhadap 2012).
sebuah obyek. Stakeholder dalam lembaga Studi tentang tata kelola
pendidikan adalah orang-orang atau badan stakeholder sekolah belum banyak
yang berkepentingan langsung atau tidak dilakukan, namun ada beberapa peneliti
langsung terhadap kegiatan pendidikan di yang mengkaitkan konsep mutu dengan
sekolah. Menjadi pemegang dan sekaligus pengelolaan stakeholder sekolah. Kholis,
pemberi support terhadap pendidikan atau dkk (2014) dalam penelitiannya
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan menyimpulkan: kepala sekolah merupakan
memiliki berbagai macam stakeholder aktor pengembangan budaya sekolah
yaitu stakeholder pimer (pemerintah), bermutu dan partisipasi stakeholder. Dua
stakeholder sekunder (kepala sekolah, aspek mutu yang dicapai bidang akademik
pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, dan nonakademik; tingkat partisipasi
staf administrasi, yayasan dan komite mulai dari pimpinan, staf pendidik, staf
sekolah), dan stakeholder tersier kependidikan, peserta didik, komite
(masyarakat mitra penyedia lapangan sekolah, dan paguyuban kelas. Budaya
pekerjaan atau masyarakat pengguna mutu yang dikembangkan adalah
lulusan lembaga pendidikan) (Muhaimin, konsolidasi dan mensinergikan potensi
dkk., 2010). internal-eksternal, mendekatkan sekolah
Pengelolaan stakeholder di sebuah dengan masyarakat, bekerjasama dengan
madrasah adalah upaya untuk melibatkan berbagai pihak, restrukturisasi dan
semua orang atau kelompok yang sinergis revitalisasi komite sekolah, dan
dan harmonis antar civitas akademik mengembangkan budaya bersih, indah dan
madrasah dalam upaya mencapai nyaman. Latifah (2016)
peningkatan mutu madrasah, baik menyimpulkan pengelolaan madrasah
keterlibatan jajaran pemimpin madrasah, dalam persfektif Total Quality
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, Management di madrasah sudah berjalan
peserta didik, komite, maupun lainnya. dengan baik. Dilihat dari pengelolaan
akademik dan administrasi madrasah yang menjaga hubungan dengan pelanggannya
lebih unggul. Strategi manajemen yang dan memiliki orientasi pada mutu. Oleh
dilaksanakan adalah dengan perencanaan, karena itu perlu dilakukan studi lebih
tindakan, pengorganisasian sumber daya lanjut terkait tentang studi tata kelola
manusia, pemeriksaan hasil, dan stakeholder dalam upaya meningkatkan
memberikan arahan untuk memajukan mutu pendidikan di madrasah.
madrasah yang semakin unggul dengan Siregar dan Lubis (2017) Kualitas output
lulusan yang berkompeten. pendidikan berupa Sumber Daya Manusia
Stakeholder madrasah antara lain (SDM) yang tinggi dan unggul serta
kepala madrasah, pendidik dan tenaga dengan ketrampilan yang uptodate hanya
kependidikan, siswa, staf administrasi, dapat dihasilkan dari para pendidikan
yayasan dan komite serta stakeholder yang berkualitas. Pendidikan yang baik
pelengkap masyarakat mitra dan pengguna akan sangat ditentukan bagaimana tenaga
lulusan lembaga pendidikan. Perlu adanya pendidikan yang baik juga.
kajian terhadap tata kelola stakeholder Madrasah Ibtidaiyah (MI)
madrasah, khususnya tenaga pendidik dan Ittihadiyah yang berada di wilayah Kota
kependidikan, siswa, dan masyarakat Palembang merupakan salah satu
mitra, karena ketiganya adalah pelanggan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang memiliki
utama jasa pendidikan. Sejalan dengan kualitas yang baik dan 3 tahun terakhir ini
fokus utama penerapan manajemen mutu memiliki cukup banyak peminat. Kondisi
terpadu yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang demikian inilah perlu dilakukan
dan tuntutan seluruh pelanggan. Siswa kajian atau penelitian agar dapat
adalah pelanggan utama yang secara memberikan manfaat yang lebih luas lagi
langsung menerima jasa, pelanggan kedua bagi kehidupan masyarakat. Berdasarkan
yaitu orang tua, dan pelanggan ketiga latar belakang masalah di atas, peneliti
yaitu pemerintah dan masyarakat secara tertarik melakukan penelitian dengan
keseluruhan. Guru, staf dan setiap orang mengangkat tema “Peran Stakeholder
yang bekerja di lingkungan madrasah sebagai Penjamin Mutu Pendidikan pada
adalah pelanggan internal. Madrasah yang Madrasah Ibtidaiyah” dengan obyek
baik adalah madrasah yang mampu penelitian di MI Ittihadiyah.

METODE
Metode penulisan pendekatan fenomenologi yaitu
menggunakan penulisan kualitatif mengutip pendapat Creswell (1998:51)
dengan Penelitian menggunakan fenomenologi berupaya untuk
menjelaskan makna pengalaman hidup peserta didik, kepala sekolah dan
sejumlah orang tentang suatu konsep tenaga pendidiknya sedangkan objek
atau gejala, termasuk di dalamnya penelitian adalah MI Ittihadiyah,
konsep diri atau pandangan hidup sumber data dalam penelitian
mereka sendiri. Ini bertujuan untuk dilakukan dengan kajian pustaka dan
mengetahui peranan stakeholder wawancara lalu dicek dengan
sekolah dalam menjamin mutu suatu observasi. Uji keabsahan data
lembaga pendidikan, subjek penelitian menggunakan triangulasi yaitu
adalah stakeholder eksternal dan pengecekan data dari berbagai sumber,
Internal Sekolah yaitu orang tua cara dan berbagai waktu.

PEMBAHASAN stakeholder pendidikan. Hal ini sesuai


A. Stakeholder Pendidikan dengan konsep partisipasi berbasis
Perkataan stakeholder masyarakat (community based
pada awalnya digunakan dalam dunia participation) dan Manajemen
usaha, istilah ini berasal dari bahasa Berbasis Sekolah/MBS (school based
inggris terdiri atas dua kata ; stake dan management) yang kini tidak hanya
holder. Stake berarti to give support menjadi wacana, tetapi mulai
to / pancang , holder berarti pemegang. dilaksanakan di Indonesia. Inti dari
Jadi stakeholder adalah siapapun yang penerapan kedua konsep tersebut
memiliki kepentingan dari sebuah adalah bagaimana agar sekolah dan
usaha. Stakeholder diartikan juga semua yang berkompeten atau
sebagai pemangku kepentingan yaitu stakeholder pendidikan dapat
pihak atau kelompok yang memberikan layanan pendidikan yang
berkepentingan, baik langsung maupun berkualitas. Untuk itu diperlukan
tidak langsung terhadap eksistensi atau kerjasama yang sinergis dari pihak
aktifitas perusahaan. Kemudian istilah sekolah, keluarga, dan masyarakat atau
tersebut dipakai dalam dunia stakeholder lainnya secara sistematik
pendidikan dimana dijelaskan bahwa sebagai wujud peran serta dalam
keberhasilan dalam penyelenggaraan melakukan pengelolaan pendidikan
pendidikan tidak hanya menjadi melalui Dewan Pendidikan dan Komite
tanggung jawab pemerintah pusat, Sekolah.
melainkan juga pemerintah provinsi, Keberlangsungan dan
Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah, kesuksesan dalam suatu organisasi
orangtua, dan masyarakat atau sangat tergantung dengan para pihak-
pihak yang terkait yaitu stakeholder. didik yang mendaftar dirasa cukup
Pada saat krisis menyerang stabil karena kepercayaan para
perusahaan/organisasi, pengelolah stakeholder tersebut. Sinergitas atau
hubungan dengan para stakeholder kerjasama stakeholder baik internal
memegang peranan sangat penting. dan ekternal demi terjamin nya mutu
Kesalahan dalam mengelolah pendidikan sangat berperan penting
hubungan dengan stakeholder pada dalam kontribusi keberlangsungan
saat krisis akan berakibat buruk pada pendidikan.
suatu perusahaan/organisasi. Secara Program sekolah akan dapat
umum stakeholder dikelompokkan berjalan lancar apabila mendapat
menjadi dua bagian, yaitu stakeholder dukungan masyarakat, maka
internal dan stakeholder eksternal. sepatutnya internal sekolah yang
Stakeholder internal adalah public dibawahi oleh kepala sekolah terus
yang berada didalam ruang lingkup menerus membina hubungan yang baik
perusahaan/organisasi. Stakeholder antara sekolah dan masyarakat ( orang
eksternal adalah mereka yang tua dan tokoh masyarakat/pengurus
berkepentingan terhadap perusahaan, masjid), sekolah harus selalu memberi
dan berada diluar perusahaan. informasi program ataupun informasi
Hubungan baik dengan stakeholder tentang masalah-masalah yang
memegang peranan penting sehingga dihadapi, karena kesuksesan
dalam kondisi krisis pun kegiatan pendidikan bukan hanya bergantung
pendidikan tetap berjalan baik seperti pada upaya-upaya sekolah tetapi juga
saat ini dalam kondisi pandemic akibat bergantung kepada tingginya tingkat
wabah virus corona jumlah peserta partisipasi masyarakat.

Dalam hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt, dalam Surat Al- Maidah ayat 2:
‫ي َواَل ْال َقاَل ۤ ِٕىدَ َوٓاَل‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل ُت ِحلُّ ْوا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬
ۤ
َ ‫ٰا ِّمي َْن ْال َبي‬
‫ْت ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ ْو َن َفضْ اًل مِّنْ رَّ ب ِِّه ْم َو ِرضْ َوا ًنا َۗو ِا َذا َحلَ ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُد ْوا' َۗواَل‬
ِّ‫ص ُّد ْو ُك ْ'م َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام اَنْ َتعْ َت ُد ۘ ْوا َو َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ْال ِبر‬ َ ْ‫َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َن ٰانُ َق ْو ٍ'م اَن‬
ِ ‫ان َۖوا َّتقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا َ َش ِد ْي ُد ْال ِع َقا‬
‫ب‬ ِ ‫َوال َّت ْق ٰو ۖى َواَل َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْالع ُْد َو‬
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.

Keberhasilan tujuan pendidikan di suatu lembaga sekolah selain


bergantung kepada faktor internal yang melalui dewan pendidikan dan
disebut sebagai warga sekolah yaitu komite sekolah.
yang terdiri dari kepala sekolah, tenaga b. Dewan pendidikan sebagai
pendidik dan tenaga kependidikan, lembaga mandiri dibentuk dan
keberhasilan tujuan pendidikan pun berperan dalam peningkatan mutu
membutuhkan support atau dukungan pelayanan pendidikan tenaga
dari luar warga sekolah atau yang sarana dan prasarana, serta
disebut factor eksternal yaitu pengawasan pendidikan pada
masyarakat. Stakeholder internal tingkat nasional, provinsi, dan
dibutuhkan untuk menjalankan proses kabupaten/ kota yang tidak
pendidikan dan dan stakeholder mempunya hubungan hierarkis.
eksternal dibutuhkan sebagai c. Komite sekolah sebagai lembaga
penunjang untuk meningkatkan mutu mandiri, dibentuk dan berperan
pendidikan. Maka tentunya peran dalam peningkatan mutu
pengelola sekolah harus bisa pelayanan dengan memberikan
menciptakan hubungan yang baik dan pertimbangan, arahan dan
efektif dengan masyarkat atau yang dukungan tenaga, sarana dan
disebut sebagai stakeholder eksternal. prasarana, serta pengawasan
Stakeholder dalam lembaga pendidikan pada tingkatan satuan
pendidikan adalah orang-orang atau badan pendidikan.
yang berkepentingan langsung atau tidak Muhaimin, dkk (2010) membagi menjadi
langsung terhadap kegiatan pendidikan di stakeholder primer, sekunder, dan tersier.
sekolah. Menjadi pemegang dan sekaligus a. Stakeholder pimer (utama) adalah
pemberi support terhadap pendidikan atau stakeholder yang memiliki
lembaga pendidikan (Muhaimin, dkk., keterlibatan secara langsung
2010). dengan suatu kebijakan
Merujuk pada UU Sistem Pendidikan pendidikan, penentu utama dalam
Nasional No. 20 tahun 2003, khususnya proses pengambilan keputusan,
Pasal 56 menjelaskan bahwa stakeholder, yaitu pemerintah.
yaitu: b. takeholder sekunder (Pendukung),
a. Masyarakat berperan dalam adalah stakeholder yang memiliki
peningkatan mutu pelayanan keterkaitan langsung dalam
pendidikan yang meliputi pendidikan dan menjadi pelaku
perencanaan, pengawasan dan dalam mengimplementasikan
evaluasi program pendidikan kebijakan dari stakeholder primer.
Yang dimaksud dalam pembagian mengatur rumah tangga sekolah,
stakeholder ini adalah kepala memelihara hubungan baik
sekolah, pendidik dan tenaga sekolah dengan orang tua,
kependidikan, siswa, staf lembaga-lembaga lain baik
administrasi, yayasan dan komite pemerintah maupun swasta
sekolah. c. Guru, berperan dalam
c. Stakeholder tersier (pelengkap), pembelajaran anak dan
merupakan stakeholder yang tidak komunikasi secara berkala
memiliki pengaruh dalam dengan: orang tua atau wali
kebijakan pendidikan dan tentang kemajuan anak dalam
pelaksanaan atau implementasi belajar
kebijakan pendidikan, namun d. Orang tua, berperan untuk
memiliki hak untuk menentukan mendukung pelaksanaan belajar
penilaian terhadap kebijakan mengajar di sekolah,
pendidikan dan memiliki hak berpartisipasi aktif dalam kegiatan
untuk menggunakan lulusan belajar di rumah,
lembaga pendidikan. Stakeholder e. Komite sekolah, berperan sebagai
ini adalah masyarakat mitra pemberi pertimbangan dalam
penyedia lapangan pekerjaan atau penentuan dan pelaksanan
masyarakat pengguna lulusan kebijakan pendidikan di sekolah
lembaga pendidikan. f. Masyarakat usaha, berperan dalam
Peran setiap stakeholder dalam mendukung kebijakan sekolah,
pendidikan memiliki peran yang berbeda- tidak hanya sekedar memeras dan
beda, mulai dari penentuan kebijakan menjadikan lulusan sekolah
pendidikan, implementasi kebijakan dan sebagai obyek komoditas.
pengguna lulusan (Mulyasa, 2007).
a. Pemerintah, berperan B. Mutu Pendidikan
mengusahakan dan
Secara umum, mutu dapat
menyelanggarakan sistem
diartikan sebagai gambaran dan
pendidikan nasional yang
karaktersitik menyeluruh dari barang
meningkatkan keimanan dan
atau jasa yang menunjukkan
ketakwaan serta akhlak mulia
kemampuannya dalam memuaskan
dalam rangka mencerdaskan
kebutuhan yang diharapkan atau
kehidupan bangsa.
yang tersirat. Dalam konteks
b. Kepala sekolah, berperan dalam
pendidikan, pengertian mutu Mutu tidak lahir dan berdiri
mencakup input, proses, dan output sendiri, melainkan melibatkan banyak
pendidikan (Mulyasa, 2012:157). faktor untuk kelahirannya. Di antara
Dewasa ini semua lembaga yang terlibat tersebut adalah sistem
pendidikan, termasuk madrasah penjaminan mutu (Quality Assurance
berorientasi pada mutu. Lembaga System). Sistem inilah yang akan
pendidikan dikatakan "bermutu" jika mengawal mutu lembaga pendidikan,
input, proses dan output-nya dapat termasuk pendidikan di madrasah.
memenuhi persyaratan yang dituntut Dan sistem ini pulalah yang akan
oleh pengguna jasa pendidikan. Bila bertanggung jawab mendistribusikan
performance-nya dapat melebihi output lembaga pendidikan.
persyaratan yang dituntut oleh Penjaminan mutu (Quality
stakeholder (user), maka suatu lembaga Assurance) merupakan istilah yang
pendidikan baru dapat dikatakan digunakan untuk mewakili kegiatan
unggul. Lantaran tuntutan persyaratan monitoring, evaluasi, atau kajian
kualitas yang dikehendaki para user (review) mutu. Kegiatan penjaminan
terus berubah dan berkembang, maka mutu tertuju pada proses untuk
pengertian mutu juga bersifat dinamis membangun kepercayaan, dengan
dan terus berkembang (Qomar, 2009: cara melakukan pemenuhan
206). persyaratan atau standar minimum
Mutu adalah kemampuan pada komponen input, komponen
(ability) yang dimiliki oleh satuan proses, dan hasil atau outcome,
produk atau jasa (services), yang sesuai dengan yang diharapkan oleh
dapat memenuhi kebutuhan atau stake holders. Dalam bidang
harapan kepuasan (satisfaction) pendidikan, penjaminan mutu
pelanggan (customers). Dalam dunia merupakan cara mengatur semua
pendidikan, pelanggan kegiatan dan sumber daya pendidikan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang diarahkan pada kepuasan
internal customer dan external pelanggan (Mahmud, 2012: 13).
customer. Internal customer yaitu Peranan stakeholder pendidikan
siswa atau mahasiswa sebagai dalam hal ini stakeholder sekolah
pembelajar (learners), dan external merupakan bentuk partisipasi
customer yaitu masyarakat dan dunia masyarakat baik secara langsung
industri. ataupun tidak langsung, yaitu
partisipasi masyarakat dipilah dalam berasal dari akar kata bahasa Arab
dua kategori yaitu kategori partisipasi “darasa" yang berarti belajar.
pembiayaan dan kategori partisipasi Sedangkan madrasah sendiri berarti
dalam bentuk tenaga/pemikiran, tempat belajar atau sekolah formal.
partisipasi dalam tenaga berbentuk Pengertian yang biasa orang awam
kontribusi dalam pembangunan gunakan untuk madrasah adalah
Gedung sekolah, partisipasi pemikiran lembaga pendidikan Islam tingkat
dalam bentuk berperan aktif dalam dasar dan menengah, baik yang
perencanaan, pengawasan dan mengajarkan ilmu agama Islam saja,
pengendalian program sekolah, perpaduan antara ilmu agama Islam
penyusunan RAPBS sesuai dengan
dan ilmu umum, maupun ilmu-ilmu
tuntutan dan kebutuhan masyarakat itu
umum yang berbasis ajaran Islam
sendiri melalui komite sekolah, Peran
(Nata, 2012:204).
dan fungsi komite sekolah ada dalam
Sebagai lembaga pendidikan
lampiran II Kepmendiknas No. 044
Islam di Indonesia, madrasah muncul
tahun 20 diarahkan kepada hal hal
dan berkembang seiring dengan
berikut : mewadahi dan meningkat
peran para stakeholder pendidikan masuk dan berkembangnya Islam di

dalam merumuskan dan menentukan Indonesia. Seiring dengan

kebijakan sekolah, mewadahi dan perkembangan bangsa Indonesia,

meningkatkan peran stakeholder dalam madrasah telah mengalami

memecahkan masalah-masalah perkembangan, baik dari jenjangnya


pendidikan yang dihadapi sekolah, maupun dari jenisnya semenjak masa
memfasilitasi dalam upaya kesultanan, masa penjajahan, dan
peningkatan kinerja dan masa kemerdekaan, Pertumbuhan
profesionalisme kinerja stakeholder dan perkembangan madrasah di
internal proses pendidikan sekolah Indonesia dipengaruhi tradisi
tercapai sesuai tujuan yang akan madrasah di Timur Tengah modern
dicapai sekolah, menyediakan yang sudah mengajarkan ilmu-ilmu
pengadaan dan pemeliharaan berbagai agama dan umum. Sebelum abad ke-
fasilitas yang dibutuhkan sekolah 20, tradisi pendidikan Islam di
dalam upaya untuk meningkatkan Indonesia belum mengenal istilah
proses belajar mengajar. madrasah, yang ada hanya pengajian
C. Madrasah Al-Qur'an di masjid, mushala,
Madrasah secara bahasa pesantren, surau, dan langgar. Istilah
madrasah baru menjadi fonemena 22 Desember 1945 (Berita RI tahun
pada awal abad ke-20, ketika di II No.4 dan 5 halaman 20 kolom erl).
beberapa wilayah terutama di Jawa Di dalamnya terdapat penegasan
dan Sumatera berdiri madrasah. bahwa "Dalam memajukan
Selain terpengaruh gagasan pendidikan dan pengajaran,
madrasah di Timur Tengah, sekurang-kurangnya dianjurkan
madrasah juga mengadopsi sistem pengajaran di langgar, surau, masjid
pendidikan kolonial Belanda. Pada dan madrasah berjalan terus dan
masa-masa awal, madrasah didirikan ditingkatkan” (Umar, 2016: 65).
oleh organisasi-organisasi modernis Sebagai tindak lanjut dari
Islam. Misalnya Jami'at Khoir, Al- maklumat di atas, pada tanggal 27
Irsyad dan Muhammadiyah. Selaras Desember 1945, BPKNIP
dengan itu, Muhammadiyah menyarankan agar madrasah
mengadopsi sistem kelembagaan mendapatkan perhatian dan bantuan
pendidikan Belanda secara konsisten materiil dari dari pemerintah. Karena
dan menyeluruh, dengan mendirikan madrasah pada hakikatnya adalah
sekolah-sekolah umum model salah satu alat dan sumber
Belanda. Hanya saja, dimasukkan pendidikandan pencerdasan rakyat
pendidikan agama (istilah yang sudah mengakar di masyarakat.
Muhammadiyah metode Qur'an) ke Perhatian pemerintah terhadap
dalam kurikulumnya. madrasah semakin besar. Demikian
Pertumbuhan madrasah ini dibuktikan dengan berdirinya
menunjukkan respon progresif dan Kementerian Agama (Kemenag) yang
defensive umat Islam. Progresif resmi berdiri pada tanggal 3 Januari
dalam merespon kemajuan organisasi 1946. Di dalam struktur organisasi
dan penyelenggaraan pendidikan, Kemenag, terdapat bagian C, yaitu
serta defensive terhadap politik bagian pendidikan dengan tugas pokok
pendidikan Hindia Belanda pada saat mengurus masalah-masalah pendidikan
itu. Setelah Indonesia merdeka, agama di sekolah umum, dan
perhatian terhadap madrasah atau pendidikan agama di sekolah agama
pendidikan Islam terus berlanjut. Hal (madrasah dan pondok pesantren).
ini dibuktikan dengan maklumat Pada masa-masa awal Orde Baru,
Badan Pekerja Komite Nasional kebijakan mengenai madrasah pada
Indonesia Pusat (BPKNIP), tanggal dasarnya bersifat melanjutkan dan
memperkuat kebijakan lama. Pada pendidikan nasional. Hal ini ditolak
tahap ini, madrasah belum dipandang oleh umat Islam yang lebih
sebagai bagian dari system menghendaki madrasah berada di
pendidikan nasional, tetapi bawah Kementerian Agama.
merupakan lembaga pendidikan di Tantangan lain adalah
bawah menteri agama. Penyebabnya lahirnya Keputusan Presiden Nomor
karena pendidikan madrasah lebih 34 tahun 1972, yang diperkuat
didomonasi muatan-muatan agama, dengan Instruksi Presiden Nomor 15
dan strukturnya tidak seragam, serta tahun 1974. Isinya dianggap
manajemennya yang masih lemah. melemahkan dan mengasingkan
Usaha-usaha memasukkan madrasah dari sistem pendidikan
madrasah ke dalam sistem nasional. Sebagian umat Islam
pendidikan nasional, melalui jalan memandang Kepres dan Inpres itu
panjang dan berliku. Tantangannya sebagai manuver untuk mengabaikan
datang dari dalam dan luar Islam. peran dan manfaat madrasah yang
Tantangan dari luar adalah upaya sejak zaman penjajahan telah
kongruensi yang manyatakan diselenggarakan umat Islam. Situasi
madrasah harus dikelola ini tak ayal menimbulkan reaksi
Kementerian Pendidikan dan keras dari umat Islam, khususnya
Kebudayaan, sebagai satu-satunya yang menginginkan agar madrasah
departemen yang bertanggung jawab dapat menjadi bagian dari sistem
terhadap penyelenggaraan pendidikan nasional.

Di lain pihak, bagaimanapun serta prinsip maupun asas-asas yang


juga madrasah sebagai lembaga dianutnya. Dengan demikian,
Pendidikan Islam harus menjaga penjaminan mutu sebagai sebagai
mutu pendidikan agamanya. suatu sistem mengandung tata nilai
Penjaminan mutu memiliki dua dan asas dalam proses perubahan,
bentuk, yaitu pertama, desain perbaikan dan peningkatan mutu
kegiatan proses perbaikan dan secara berkelanjutan.
pengembangan mutu secara Penjaminan mutu pendidikan
berkelanjutan (continuous quality diatur dalam Peraturan Menteri
culture). Di dalamnya terkandung tata Pendidikan Nasional Nomor 63
nilai (values) yang menjadi Tahun 2009 tentang Sistem
keyakinan stake holders pendidikan, Penjaminan Mutu Pendidikan.
Penjaminan mutu, dalam peraturan Penyelenggara satuan program
tersebut, didefinisikan sebagai pendidikan berkewajiban
kegiatan yang sistemik dan terpadu menyediakan dan memberikan
pada penyelenggaraan pendidikan bantuan dalam pemenuhan standar.
untuk meningkatkan tingkat Pemerintah kabupaten/kota,
kecerdasan kehidupan bangsa. pemerintah propinsi, melakukan
Kegiatan yang sistemik terpadu pengawasan, evaluasi, fasilitasi,
tersebut dilakukan oleh satuan atau memberikan saran arahan dan/atau
program pendidikan, penyelenggara bimbingan kepada satuan/program
satuan/program pendidikan, pendidikan. Kesalingterkaitan antar
pemerintah daerah, pemerintah, komponen tersebut menuntut adanya
masyarakat, serta melibatkan dunia desain yang jelas. Desain yang
usaha. menjelaskan tugas dan kewenangan
Untuk menciptakan antar komponen, untuk penjaminan
pendidikan yang bermutu mutu pendidikan. Grand desain ini
sebagaimana yang diharapkan disusun berdasarkan masukan
banyak orang atau masyarakat bukan berbagai pemangku kepentingan
hanya menjadi tanggung jawab (stakeholder) pendidikan yang
sekolah, tetapi merupakan tanggung kemudian ditetapkan sebagai standar
jawab semua pihak, termasuk di mutu.
dalamnya orang tua dan dunia usaha Penetapan standar mutu pendidikan
sebagai customer internal dan eksternal memerlukan berbagai pendekatan
dari sebuah lembaga pendidikan. berbasis standar (standard based
Arcaro S Jerome sebagaimana dikutip approach). Hal ini diperlukan untuk
oleh (Rivai, 2016:118) mengukur dan menilai pemenuhan
menyampaikan bahwa terdapat lima standar yang telah ditetapkan dalam
karakteristik sekolah yang bermutu kebijakan mutu. Pendekatan berbasis
yaitu: Fokus pada pelanggan, standar ini telah banyak digunakan
keterlibatan total, pengukuran, oleh berbagai Negara di Amerika
komitmen dan perbaikan Serikat dan di Eropa oleh Badan
berkelanjutan Akreditasi Pendidikan dalam
Pelaksanaan penjaminan mutu mengukur pencapaian standar mutu
pendidikan terutama berada pada minimum atau standar pelayanan
satuan/program pendidikan. minimum.
Secara kelembagaan, sistem dipandang sebagai instrument
penjaminan mutu pendidikan kebijakan dalam mengefektifkan
diposisikan sebagai bagian dari implementasu kebijakan, untuk
keseluruhan fungsi dari manajemen mencapai akuntabilitas sesuatu
pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan terhadap masyarakat atau
pendidikan sebagai salah satu fungsi publik.
manajemen pendidikan, mengemban Oleh karena itu, di berbagai Negara,
tugas dan tanggung jawab dalam termasuk Indonesia menjadikan akreditasi
mengukur dan menilai pemenuhan sebagai salah satu cara atau metode
standar mutu, sebagaimana yang telah yang digunakan dalam sistem
ditetapkan dalam kebijakan atau penjaminan mutu pendidikan, dan

regulasi. manajemen mutu secara keseluruhan. Di

Sistem penjaminan mutu Indonesia, akreditasi dilakukan untuk

pendidikan dalam kegiatan, fokus menentukan kelayakan program, dan

terhadap peningkatan mutu secara satuan pendidikan pada jalur pendidikan

berkelanjutan, dengan cara mengukur formal dan non-formal, pada setiap


jenjang dan jenis (Pasal 60 PP Nomor
dan menilai mutu sistem pendidikan,
19/2005) melalui pendekatan audit,
kinerja institusi pendidikan, dan
pengukuran, dan evaluasi yang
mutu program studi. Sistem
dilakukan oleh Badan Akreditasi
penjaminan mutu pendidikan dapat
Nasional (BAN).

HASIL PENELITIAN ulang diakhir semester pertama sampai


Saat peneliti menanyakan awal semester kedua orang tua
tentang brosur atau banner profil menyatakan mendaftar, peneliti juga
sekolah, peneliti mendapat informasi memperoleh informasi bahwa banyak
bahwa semenjak tahun pelajaran 2018- juga yang mengisi waiting list itu
2019 pihak sekolah tidak adalah siswa yang tempat tinggalnya
mengeluarkan brosur atau berdekatan dengan lokasi madrasah dan
pengumuman penerimaan murid baru ada juga tetangga atau keluarga dari
karena jumlah peserta didik yang pegawai di MI Ittihadiyah.
diharapkan sudah terpenuhi dari Informasi awal dari kepala
waiting list yang sudah diisi orang tua sekolah bahwa sebagian besar orang
murid sebelum waktu pembukaan tua peserta didik memperoleh
penerimaan dan ketika di konfirmasi informasi tentang sekolah dari teman
atau dari tetangga atau dari saudara bersekolah di MI
yang anaknya bersekolah di MI Ittihadiyah ataupun dari
Ittihadiyah dan mereka mempercayai alumni. Sisa nya informasi
informasi dari teman tentang sekolah grup Whatsapp dan media
yang akan mereka pilih, orang tua social berupa postingan
mulai melakukan observasi atau tentang kegiatan sekolah
mencari informasi sekolah dimulai MI Ittihadiyah.
sejak semester ganjil pembelajaran. 2) stakeholder eksternal sangat
Selanjutnya peneliti melakukan berperan penting dalam
interview atau wawancara dengan penjaminan mutu dari
guru senior dimana masa kerja mereka sekolah yang akan mereka
rata rata diatas lima tahun bahkan ada pilih karena mereka
yang dari awal pendirian sekolah memilih sekolah untuk
tentang interaksi dengan orang tua anak-anaknya nya berdasar
peserta didik terutama yang sudah informasi teman atau orang
alumni adalah melalui media sosial . terdekat yang anaknya
Selanjutnya setelah wawancara bersekolah di MI
dengan pihak internal sekolah, Ittihadiyah tanpa lebih
Peneliti melakukan wawancara detail lagi melihat
langsung kepada beberapa wali murid keunggulan lainnya.
yang tempat tinggalnya berdekatan
3) Peneliti memberi masukan
dengan lokasi madrasah menanyakan
kepada pihak sekolah agar
tentang bagaimana mereka
sekolah lebih meningkatkan
memperoleh informasi sekolah dan
lagi ketrampilan dan
jawaban mereka adalah dari orang
pengetahuan pedagogic
terdekat yang
pendidik dengan mengikuti
mereka percaya yang anaknya
pelatihan ataupun seminar
bersekolah atau sudah bersekolah di MI
tentang pendidikan anak,
Ittihadiyah dan juga dari para guru dan
begitupun dalam interaksi
wakil sekolah yang kebetulan mereka
terhadap anak anak didik
kenal.
ataupun berkomunikasi
1) orang tua murid mendapat
orang tuannya.
Informasi sekolah adalah
Tentu saja pencapaian ini patut
dari teman atau orang dekat
dibanggakan oleh lembaga MI
yang mereka kenal yang
Ittihadiyah ditengah banyaknya Komite sekolah, orang tua, dan anggota
lembaga pendidikan yang menawarkan masyarakat lainnya merasa dihargai
lebih baik lagi dalam segi fasilitas, ketika mereka terlibat dalam kegiatan
bahkan terakreditas baik, tetapi sekolah. Jika mereka merasa bahwa
keberadaan eksistensi MI Ittihadiyah mereka sesungguhnya merupakan
tetap diperhitungkan oleh orang tua bagian komunitas sekolah dan
murid, bahkan uniknya bahwa tidak memahami bahwa sekolah tidak hanya
pernah lagi dalam 3 tahun terakhir dikelola oleh pemerintah tetapi juga oleh
membuka pengumuman penerimaan seluruh stakeholders, maka rasa
murid baru karena sudah terpenuhi dari kepemilikan akan meningkat. Asumsi
waiting list sekolah artinya juga bisa yang dapat dikembangkan dari
menghemat pembiayaan untuk iklan, penelitian ini adalah semakin tinggi
bahkan ada beberapa yang mengisi komitmen pengelola sekolah untuk
waiting list adalah peran para melibatkan partisipasi stakeholders
stakeholder terkait sebagai dengan menerapkan pengelolaan
penghubung dari orang tua murid. lembaga secara transparan dan

Pelajaran penting lain yang dapat akuntabel, maka semakin tinggi

diambil adalah bahwa keterlibatan partisipasi masyarakat, rasa

masyarakat dalam hampir seluruh kepemilikannya, dan berimbas pada

kegiatan sekolah dapat meningkatkan meningkatnya sekolah bermutu secara

derajat kepemilikan para stakeholders. nyata.

KESIMPULAN memang harus ada timbal balik, atau


Semua pihak yang terlibat interaksi antara kepala sekolah
dalam lembaga pendidikan, termasuk sebagai manajer dengan bawahannya
madrasah memang harus proaktif untuk bergerak bersama-sama secara
mendukung terwujudnya mutu sinergis dalam mewujudkan mutu
pendidikan, kendati peran paling pendidikan.
besar dimainkan oleh kepala
Pimpinan lembaga pendidikan
sekolah/madrasah. Tetapi peranan
Islam (madrasah) harus dapat
tersebut tidak dapat fungsional bila
membaca kecenderungan masyarakat
tidak didukung oleh semua pihak.
ke depan, kemudian merancang
Bila pihak-pihak lain tidak merespon
strategi baru terkait dengan
ajakan kepala sekolah, maka ibarat
penjaminan mutu pendidikan.
bertepuk sebelah tangan. Artinya,
Perbaikan mutu pendidikan, harus Lembaga pendidikan Islam
diiringi dengan penataan (madrasah) ke depan perlu memiliki
kelembagaan dengan manajemen sistem yang kuat untuk menjamin
yang efektif dan efisien. Oleh karena mutu yang dapat
itu, setiap pemimpin pendidikan dipertanggungjawabkan kepada
dituntut mampu mengelola lembaga stakeholders. Dengan demikian, perlu
pendidikannya dengan baik sehingga ada keseimbangan sistem penjaminan
dapat menjadi lembaga pendidikan mutu antara internal dan eksternal
yang maju dan bermutu. Lembaga yang secara bertahap akan mencapai
pendidikan yang maju dan bermutu mutu secara komprehensif yang
akan mampu berkembang dengan baik memiliki relevansi dengan
dan dapat menghasilkan output yang perkembangan kebutuhan
berkualitas. stakeholders.
DAFTAR PUSTAKA

Anjasari, Pita. Manajemen Lingkungan dan Stakeholder Pendidikan, academia edu,


Universitas Muhamadiyyah Ponorogo
El Widdah, M. & Huda, S. (2018). Manajemen Strategi Peningkatan Mutu Madrasah.
Jambi: Salim Media Indonesia
Gaspersz, V. (2003). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan
Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Goetsch, D.L., & Davis, S.B. (2006). Quality Management: Introduction to Total Quality
Management for Production, Processing and Service. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.
Hidayah, Nurul. 2016. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Hikmah, A. N., & Yudiawan, A. (2019). Manajemen dan Kebijakan Madrasah melalui
Penguatan TataKelola, Akuntabilitas dan Citra Publik Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam: ALFIKR Vol.5, No.1, Juni 2019 ISSN 2088-690X

Kholis, Nur. 2014. Mutu Sekolah Dan Budaya Partisipasi Stakeholders Studi
fenomenologi di sekolah Konfensional MIN Telagasari Blitar, Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol. 2, No. 2
Mahmud, Marzuki. 2012. Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Jakarta : Rajawali Pers.
Makmur, Jamal. 2013. Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan. Yogyakarta:
DIVA Press.

Majir, Abdul. 2018. Rekontruksi hubungan komite sekolah dan sekolah sebagai upaya
meningkatkan mutu Pendidikan , Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio,
Vol. 10, No. 2
Makbuloh, Deden. 2016. Pendidikan Islam dan Sistem Penjaminan Mutu. Jakarta :
Rajawali Pers.
Mutohar, Prim. 2016. Manajemen Mutu Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Nata, Abuddin. 2012. Sejarah Sosial Intelektual Islam Dan Institusi Pendidikannya.
Jakarta: Rajawali Press.
Qomar, Mujamil. 2009. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta : Erlangga.

Rivai, Veithzal. 2016. Islamic Quality Education Management. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Sutikno, Sobry. 2012. Manajemen Pendidikan langkah praktis mewujudkan lembaga


pendidikan yang unggul tinjauan umum dan Islam. Holistica. Lombok. Hal.
93
Umar, Yusuf. 2016. Manajemen Pendidikan Madrasah Bermutu. Bandung : Refika
Aditama.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Citra Umbara.

Anda mungkin juga menyukai