MODERASI BERAGAMA
DOSEN PENGAJAR:
PAK HELMY
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Strategi Menangkap
Peluang Usaha” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
pada Mata Kuliah Kewirausahaan & Koperasi. Selain itu makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang bagaimana strategi menangkap peluang usaha bagi
para pembaca dan penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Helmy selaku dosen mata
kuliah Pengantar Manajemen dan Bisnis. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bangkalan,September2
022
KELOMPOK 5
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu moderasi beragama
2. Tolak ukur moderasi beragama
3. Moderasi beragama di era disrupsi digital
4. Prinsip-prinsip moderasi dalam islam
5. Implementasi moderasi beragama di Indonesia
6. Moderasi beragama sebagai pilar melawan fanatisme
7. Pentingnya moderasi beragama
8. Ekstremisme, radikalisme, goodlooking
C. TUJUAN PENULISAN
1. menambah wawasan tentang moderasi beragama.
2. mengetahui prinsip-prinsip beragama yang moderat. 1
3. menjadi pandangan tentang karakteristik dan sifat-sifat diri dengan
karakteristik yang harus ada pada seorang makhluk beragama.
BAB 2
PEMBAHASAN 2
Sikap moderat dan moderasi adalah suatu sikap dewasa yang baik dan yang
sangat diperlukan. Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan,
termasuk kebencian/caci maki dan hoaks, terutama atas nama agama, adalah
kekanak-kanakan, jahat, memecah belah, merusak kehidupan, patologis, tidak
baik dan perlu.
Hakikat Moderasi Beragama Sumber ajaran Islam ialah Alquran dan Hadits
Nabi Muhammad Saw. Rujukan paling utama dalam ajaran Islam yaitu kalam
Allah. yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, untuk disampaikan
kepada umat manusia.
Ada beberapa tujuan yang ingin saya capai melalui pelafalan terus menerus
kata Moderasi Beragama. Di antaranya : Pertama, Moderasi Beragama sangat
penting dijadikan framing dalam mengelola kehidupan beragama pada masyarakat
Indonesia yang plural dan multikultural. Terlebih, seiring perkembangan
teknologi informasi, kita pun menghadapi masyarakat milenial yang juga
merupakan umat digital.Di zaman serba instan seperti sekarang, sangat
dimungkinkan meluasnya kompleksitas masyarakat dalam beragama. Ada yang
terlalu tekstual dalam memahami ayat-ayat suci disertai fanatisme berlebihan
sehingga mengarah pada ekslusivisme, ekstremisme, bahkan terorisme. Ada yang
kebablasan menafsirkan isi kitab suci sampai tidak bisa membedakan antara ayat
Tuhan dan yang bukan. Ada pula yang mempermainkan pesanpesan Tuhan
menjadi pesan pribadi yang sarat kepentingan. Semua persimpangan itu rentan
menciptakan konflik yang dapat mengoyak keharmonisan kehidupan bersama.
Pada posisi ini, Moderasi Beragama tak lagi sekadar wajib tapi sudah menjadi
kebutuhan untuk diimplementasikan demi kehidupan beragama yang lebih baik.
Kedua, urgensi Moderasi Beragama sesungguhnya tidak perlu diragukan maupun
diperdebatkan di kalangan kita. Tapi sayangnya, kata ini belum sepenuhnya
dipahami ASN kita apatah lagi diimplementasikan dalam program kerja di pusat
maupun daerah. Bahkan nampak ada yang setengah hati menerima konsep
moderasi beragama karena kuatir terkikis keyakinan agamanya. Padahal bersikap
moderat tidak memerlukan kompromi untuk mengorbankan keyakinan atas
prinsip ajaran pokok agama demi memelihara toleransi dengan umat agama lain.
Ketiga, peserta Rakernas saya harapkan terlebih dulu memahami, meyakini dan
menginternalisasikan ruh Moderasi Beragama dengan baik. Dengan demikian,
akan siap menjadi penerjemah sekaligus juru kampanye mantra ini melalui
berbagai program sesuai satker masing-masing. Dalam realitas kehidupan nyata,
manusia tidak dapat menghindarkan diri dari perkara-perkara yang berseberangan.
Karena itu al-Wasathiyyah Islamiyyah mengapresiasi unsur rabbaniyyah
(ketuhanan) dan Insaniyyah (kemanusiaan), mengkombinasi antara Maddiyyah
(materialisme) dan ruhiyyah (spiritualisme), menggabungkan antara wahyu
(revelation) dan akal (reason), antara maslahah ammah (al-jamāiyyah) dan
maslahah individu (al-fardiyyah).Beberapa gambaran keseimbangan inilah yang
biasa dikenal dengan istilah “moderasi”. Kata moderasi sendiri berasal dari bahasa
inggris, moderation, yang artinya adalah sikap sedang atau sikap tidak berlebihan.
Jika dikatakan orang itu bersikap moderat berarti akan menghasilkan
kesepahaman bersikap yang dapat ditindaklanjuti dalam keselarasan bertindak.
Ada beberapa tujuan yang ingin saya capai melalui pelafalan terus menerus kata
Moderasi Beragama. Di antaranya : Pertama, Moderasi Beragama sangat penting
dijadikan framing dalam mengelola kehidupan beragama pada masyarakat
Indonesia yang plural dan multikultural. Terlebih, seiring perkembangan
teknologi informasi, kita pun menghadapi masyarakat milenial yang juga
merupakan umat digital. Di zaman serba instan seperti sekarang, sangat
dimungkinkan meluasnya kompleksitas masyarakat dalam beragama. Ada yang
terlalu tekstual dalam memahami ayat ayat suci disertai fanatisme berlebihan
sehingga mengarah pada ekslusivisme, ekstremisme, bahkan terorisme. Ada yang
kebablasan menafsirkan isi kitab suci sampai tidak bisa membedakan antara ayat
Tuhan dan yang bukan. Ada pula yang mempermainkan pesanpesan Tuhan
menjadi pesan pribadi yang sarat kepentingan. Semua persimpangan itu rentan
menciptakan konflik yang dapat mengoyak keharmonisan kehidupan bersama.
Pada posisi ini, Moderasi Beragama tak lagi sekadar wajib tapi sudah menjadi
kebutuhan untuk diimplementasikan demi kehidupan beragama yang lebih baik.
Kedua, urgensi Moderasi Beragama sesungguhnya tidak perlu diragukan maupun
diperdebatkan di kalangan kita. Tapi sayangnya, kata ini belum sepenuhnya
dipahami ASN kita apatah lagi diimplementasikan dalam program kerja di pusat
maupun daerah. Bahkan nampak ada yang setengah hati menerima konsep
moderasi beragama karena kuatir terkikis keyakinan agamanya. Padahal bersikap
moderat tidak memerlukan kompromi untuk mengorbankan keyakinan atas
prinsip ajaran pokok agama demi memelihara toleransi dengan umat agama lain.
Ketiga, peserta Rakernas saya harapkan terlebih dulu memahami, meyakini dan
menginternalisasikan ruh Moderasi Beragama dengan baik. Dengan demikian,
akan siap menjadi penerjemah sekaligus juru kampanye mantra ini melalui
berbagai program sesuai satker masing-masing. Dalam realitas kehidupan nyata,
manusia tidak dapat menghindarkan diri dari perkara-perkara yang berseberangan.
Karena itu al-Wasathiyyah Islamiyyah mengapresiasi unsur rabbaniyyah
(ketuhanan) dan Insaniyyah (kemanusiaan), mengkombinasi antara Maddiyyah
(materialisme) dan ruhiyyah (spiritualisme), menggabungkan antara wahyu
(revelation) dan akal (reason), antara maslahah ammah (al-jamāiyyah) dan
maslahah individu (al-fardiyyah). Beberapa gambaran keseimbangan inilah yang
biasa dikenal dengan istilah “moderasi”. Kata moderasi sendiri berasal dari bahasa
inggris, moderation, yang artinya adalah sikap sedang atau sikap tidak berlebihan.
Jika dikatakan orang itu bersikap moderat berarti ia wajar, biasa-biasa saja, dan
tidak ekstrim Sementara dalam bahasa arab, kata moderasi biasa diistilahkan
dengan wasat atau wasatiyah; orangnya disebut wasit. Kata wasit sendiri sudah
diserap ke dalam bahasa Indonesi yang memiliki tiga pengertian, yaitu 1)
penengah, pengantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis, dan sebagainya), 2)
pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih, dan 3) pemimpin di
pertandingan. Yang jelas, menurut pakar bahasa arab, kata tersebut merupakan
“segala yang baik sesuai objeknya”. Dalam sebuah ungkapan bahasa Arab
disebutkan )االعتدال جماوز خلذsebaik-baik segala sesuatu adalah yang berada di
tengah-tengah. Misalnya dermawan yaitu sikap di antara kikir dan boros,
pemberani yaitu sikap di antara penakut dan nekat, dan lain-lain. ia wajar, biasa-
biasa saja, dan tidak ekstrim Sementara dalam bahasa arab, kata moderasi biasa
diistilahkan dengan wasat atau wasatiyah; orangnya disebut wasit. Kata wasit
sendiri sudah diserap ke dalam bahasa Indonesi yang memiliki tiga pengertian,
yaitu 1) penengah, pengantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis, dan
sebagainya), 2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih, dan 3)
pemimpin di pertandingan. Yang jelas, menurut pakar bahasa arab, kata tersebut
merupakan “segala yang baik sesuai objeknya”. Dalam sebuah ungkapan bahasa
Arab disebutkan )االعتدال جماوز خلذsebaik-baik segala sesuatu adalah yang berada di
tengah-tengah. Misalnya dermawan yaitu sikap di antara kikir dan boros,
pemberani yaitu sikap di antara penakut dan nekat, dan lain-lain.
1. Keadilan
Adalah Kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya
berarti “sama”. Persamaaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
imaterial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan: (1) tidak
berat sebelah/tidak memihak, (2) berpihak kepada kebenaran, dan (3)
sepatutnya/tidak sewenang-wenang. ‘Persamaan” yang merupakan makna asal
kata “adil” itulah yang menjadikan pelakunya “tidak berpihak”, dan pada dasarnya
pula seorang yang adil “berpihak kepada yang benar” karena baik yang benar
ataupun yang salah sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia
melakukan sesuatu “yang patut” lagi “tidak sewenang-wenang.” Makna al-‘adl
dalam beberapa tafsir, antan lain: Menurut At-Tabari, al-‘adl adalah:
Sesungguhnya Allah memerintahkan tentang hal ini dan telah diturunkan kepada
Nabi Muhammad dengan adil, yaitu al-insaf. Allah SWT menerangkan bahwa Dia
menyuruh hamba-hamba Nya berlaku adil, yaitu bersifat tengah-tengah dan
seimbang dalam semua aspek kehidupan serta melaksanakan perintah Alquran dan
berbuat ihsan(keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan
di antara hak dan kewajiban. Hak asasi tidak boleh dikurangi disebabkan adanya
kewajiban. Islam mengedepankan keadilan bagi semua pihak. Banyak ayat Al-
Qu’an yang menunjukkan ajaran luhur ini. Tanpa mengusung keadilan, nilai-nilai
agama berasa kering tiada makna, karena keadilan inilah ajaran agama yang
langsung menyentuh hajat hidup orang banyak. Tanpanya, kemakmuran dan
kesejahteraan hanya akan menjadi angan.
2. Keseimbangan (Tawazun)
Tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil
'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber
dari Alquran dan Hadits). Prinsip moderasi di sini diwujudkan dalam bentuk
kesimbangan positif dalam semua segi baik segi keyakinan maupun praktik, baik
materi ataupun maknawi, keseimbangan duniwai ataupun ukhrawi, dan
sebagainya. Islam menyeimbangkan peranan wahyu Ilahi dengan akal manusia
dan memberikan ruang sendiri-sendiri bagi wahyu dan akal. Dalam kehidupan
pribadi, Islam mendorong terciptanya kesimbangan antara ruh dengan akal, antara
akal dengan hati, antara hak dengan kewajiban, dan lain sebagainya. Kesimbangan
atau tawazun menyiratkan sikap dan gerakan moderasi. Sikap tengah ini
mempunyai komitmen kepada masalah keadilan,kemanusiaan dan persamaan dan
bukan berarti tidak mempunyai pendapat.Kesimbangan merupakan suatu bentuk
pandangan ynag melakukan sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan juga tidak
kurang, tidak ekstrim dan tidak liberal. Keseimbangan juga merupakan sikap
seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama
ummat manusia dan antara manusia dengan Allah.Tawazun berasal dari kata
tawaza yatazanu tawazunan berarti seimbang Juga mempunyai arti memberi
sesuatu akan haknya, tanpa ada penambahan dan pengurangan. Dan keseimbangan
tidak tercapai tanpa kedisiplinan.
3. Toleransi (Tasamuh)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tawassuth (moderat)
2. Tawazun (ber keseimbangan)
4. Tasamuh (toleransi)
7. Tahaddhur (berkeadaban)
7
DAFTAR PUSTAKA