Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

(Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran)

DISUSUN OLEH:
Annisa Surya Pratiwi (20400120091)

KELAS PBI-C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
A. PENGERTIAN PENGUKURAN
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan atribut-atribut konsep. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan
pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru
menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati
kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti
melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001)
pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2)
menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Adapun pengertian pengukuran menurut dari beberapa ahli, yakni:
a) Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986), merumuskan pengkuran sebagai
“Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of
objects or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to
which they posscess the characteristic being measured." Atau dalam bahasa Indonesia
"Pengukuran adalah proses pemberian nomor pada nomor individu dari sekumpulan
objek atau orang untuk tujuan menunjukkan perbedaan di antara mereka dalam sejauh
mana mereka memiliki karakteristik yang diukur."

b) Menurut Nunnally & Bernstein (1994), Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu


proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar
atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.

c) Menurut Akmad Sudrajat, pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka


atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta
didik telah mencapai karakteristik tertentu.

d) Menurut Budi Hatoro, Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau


kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih
bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.

e) menurut Gilbert Sax (1980), “measurement: The assignment of numbers to attributes of


characteristics of person, events, or object according to explicit formulations or rules.”
Atau dalam bahasa Indonesia, "pengukuran: Penugasan angka ke atribut karakteristik
orang, peristiwa, atau objek menurut formulasi atau aturan eksplisit."

Kemudian, adapun pengertian pengukuran dalam dunia pendidikan, yakni, pengukuran


(measurment) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan
suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance
siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah etal.1996). Pernyataan tersebut
diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka
terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek
tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas.Aturan atau formulasi tersebut harus
disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001) .Dengan demikian,
pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau
atributnya.1

1
Abu Hanif, “Makalah Pengukuran dan Penilaian Pendidikan”, Blog Abu Hanif,
http://hanzabu7.blogspot.com/2014/12/makalah-pengukuran-dan-penilaian.html?m=1 (20 Desember
2014)
Pengukuran memegang peranan penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dan
penyajian informasi bagi pembuatan kebijakan. Pada dasarnya pengukuran ialah kegiatan yang
menentukan angka bagi objek yang secara sistematik. Suprananto (2012:16) menjelaskan
perihal tentang pengukuran merupakan cabang ilmu statistika terapan yang bertujuan untuk
membangun dasar –dasar untuk pengembangan tes yang lebih baik lagi sehingga bisa
menghasilkan tes secara valid.Beberapa tingkah laku pengukuran yaitu:
1. Perbandingan antara perlengkapan yang diukur dengan alat ukurnya
2. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif atau berupa angka.
3. Hasil pengukuran bersifat deskriptif.
Selain itu pengukuran dapat diartikan sebagai proses yang menentukan angka untuk
individu dan menentukan prilaku seseorang alat tes, yang mana hasilnya berupa data kuantitatif.
Untuk melihat hasil belajar siswa guru perlu melakukan pengukuran, contohnya dengan mengetes
siswa dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan menyimak, kemudian barulah kita ambil
keputusan nilai hasil siswa.2

Widoyoko (2014 : 2) menyebutkan pengukuran merupakan kuantifikasi atau penetapan


angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Asmawi
Zainul dan Noehi Nasution (Hamzah, 2014 : 19) juga memberikan definisi yang serupa
mengenai pengukuran, yaitu pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas. Dengan demikian, secara sederhana pengukuran dapat
dikatakan sebagai kegiatan pemberian atau penetapan angka pada objek yang diukur yang
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek tersebut.

Pengukuran dapat dibedakan menjadi 3 macam (Sudijono, 2013 : 4), yaitu: 1)


pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, seperti pengukuran yang dilakukan
oleh penjahit pakaian; 2) pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya
pengukuran untuk menguji daya tahan lampu pijar; dan 3) pengukuran untuk menilai, yang
dilakukan dengan menguji, misalnya mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka
mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. 3

2
Rona, “Pengukuran dan Penilaian Dalam Evaluasi Pembelajaran”, Jurnal Kajian Perbatasan
Antarnegara 1, no. 1 ( Maret 2018)
3
Nur Fitriani Zainal, “Pengukuran Assessment dan Evaluasi Dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal
Pendidikan Matematika 3, no. 1 (Mei 2020)
B. PENGERTIAN PENILAIAN

Pengertian Penilaian secara umum, penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk
menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. 4 Kemudian, penilaian
dilihat dari sudut pandang pendidikan ialah, penilaian (asessment) hasil belajar merupakan komponen
penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat
ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.

Depdikbud (1994) dalam Zainal Arifin (2009) mengemukakan “penilaian adalah suatu
kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian
tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Gronlund mengartikan “penilaian adalah suatu
proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan
sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu, Anthony J. Nitko
(1996) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a process for obtaining information that
used for making decisions about students...” ketiga pengertian di atas jelas menunjukkan bahwa
penilaian lebih difokuskan pada peserta didik ebagai subjek belajar dan tidak sedikitpun
menyinggung komponen-komponen pembelajaran lainnya.

The task group on assessment and testing (TGAT) dalam Zainal Arifin (2009)
mendeskripsikan penilaian sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu
atau kelompok (Griffin & Nix, 1991:3). Popham (1995:3) mendefinisikan penilaian dalam konteks
pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan
berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan penilaian sebagai proses  yang

4
Abu Hanif, “Makalah Pengukuran dan Penilaian Pendidikan”, Blog Abu Hanif,
http://hanzabu7.blogspot.com/2014/12/makalah-pengukuran-dan-penilaian.html?m=1 (20 Desember
2014)
menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan institusi.

Duncan dan Dunn (1992) dalam M. Ainin (2006) mengemukakan pengertian penilaian
sebagai proses mengumpulkan informasi oleh guru tentang murid, oleh guru tentang pengajarannya,
atau oleh siswa tentang kegiatan belajarnya. Dalam kurikulum 2004, istilah asesmen populer dalam
frasa asesmen otentik yang mengecu pada berbagai bentuk asesmen yang merefleksikan hasil belajar
siswa, motivasi, dan sikap mereka terhadap aktivitas kelas. Asesmen otentik bisa berbentuk:
a) asesmen performansi yang menuntut siswa memberikan respon secara lisan atau tertulis;
b) portofolio, yaitu kumpulan sistematik tentang karya siswa, misalnya karya tulis/artikel
siswa mulai dari berbentuk konsep, revisi 1, revisi 2, sampai berbentuk artikel yang dapat
dianalisis untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu;

c) asesmen diri, yaitu asesmen atau penilaian yang dilakukan oleh siswa sendiri.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan
diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.

Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan
belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau
teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis.

Menurut Chittenden (Djemari, 2008:6) dalam S. Eko Putro Widoyoko (2009) kegiatan
penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal, yaitu :
a) Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses
pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak. Untuk kepentingan
ini pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester atau tahun pelajaran
melalui berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian
kemajuan belajar siswa.

b) Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-kekurangan pada


peserta didik pada proses pembelajaran.

c) Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul
selama proses pembelajaran berlangsung.

d) Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencaapaian belajar yang telah
dimiliki peserta didik.5

5
Nur Afifah, “Makalah Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi”, Blog Nur Afifah,
http://nurafifah14.blogspot.com/2015/04/makalah-penilaian-pengukuran-dan.html?m=1 (21 April 2015)
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan
secara umum; baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang
menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan.

Penilaian merupakan proses untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan, prestasi, dan
kinerja peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh
peserta didik selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat
penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh
potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi inti
yang tercantum dalam kurikulum.

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar Penilaian bertujuan
untuk menjamin:
a) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;
b) Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien,
dan sesuai dengan konteks sosial budaya;
c) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.

Standar Penilaian Pendidikan disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan,
dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kopetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/ madrasah.
Sebagaimana yang dijelaskan Permendikbud No.66 Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif
untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau
kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik.6

Kusaeri dan Suprananto (2012:8) mendefinisikan penilaian sebagai suatu prosedur


sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi
yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek. Adapun

6
Peny Abadian Pangastuti, "Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Menurut Standar
Penilaian)", Jurnal Penilaian Pembelajaran, Academia.edu,
https://www.academia.edu/13727185/Jurnal_Penilaian_pembelajaran
menurut Wiggins (1994), assesment merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam
memonitor siswa. Definisi tersebut sejalan dengan pengertian penilaian pendidikan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 yaitu proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa (Permendikbud No. 66 Tahun
2013). Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa asesmen atau penilaian adalah
suatu kegiatan membandingkan atau menerapkan hasil pengukuran untuk memberikan nilai terhadap
objek penilaian.7

C. PENGERTIAN EVALUASI

Kata evaluasi merupakan penyaduran bahasa dari kata evaluation dalam bahasa inggris, yang
lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Kata kerjanya adalah evaluate, yang berarti
menaksir atau menilai, sedangkan orang yang menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator.
Sejumlah ahli mengemukakan pemaham evaluasi secara etimologi seperti Grounlund, Nurkancana,
dan Raka Joni. Menurut Grounlund (1976), “Evaluasi is a sistematic process of determining the
extent to which instructional objectives by pupil”. Di sisi lain, Nurkancana (1983) menyatakan
bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.
Sementara, Raka Joni (1975), mengartikan evaluasi sebagai suatu proses mempertimbangankan
sesuatu barang atau gejala dengan pertimbangan pada patokan-patokan tertentu. Patokan tersebut
mengandung pengertian baik-tidak baik, memadai tidak memadai, memenuhi syarat/tidak memenuhi
syarat, dengan perkataan lain menggunakan Value Judgment. 8

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan
dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban, dan meningkatkan

7
Nur Fitriani Zainal, “Pengukuran Assessment dan Evaluasi Dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal
Pendidikan Matematika 3, no. 1 (Mei 2020)
8
“Makalah Evaluasi”, Academia.edu, https://www.academia.edu/26332988/makalah_evaluasi
pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. 9

Dengan mendasarkan pada pengertian diatas, maka dapat dikemukaan bahwa evaluasi adalah
suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk
mencapai tujuan. Sementara itu, evaluasi hasil belajar pembelajaran adalah suatu proses menentukan
nilai prestasi belajar pembelajaran dengan menggunakan patokan-patokan terntentu agar mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Agar evaluasi yang dilakukan dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan,
maka evaluasi harus dilakukan berdasarakan prinsip-prinsip yang tepat. Arikunto (2007:24)
mengemukakan bahwa ada satu prinsip umum dan penting dalam evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu antara: Tujuan, Kegiatan Pembelajaran atau KBM, dan
Evaluasi.

Dari ketiga tersebut dapat kita pahami bahwa kegiatan pembelajarab yang dirancang dalam
bentuk rencana mengejar yang disusun oleh guru mengecu pada tujuan yang hendak dicapai.
Demikian pula tujuan yang dirumuskan hendaknya didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang
dilakukan, sehingga anatar kegaiatan pembelajaran dan tujuan yang dirumuskan memiliki arah yang
sama.

Evaluasi merupakan kegaiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana tujuan yang
telah dicapai. Karena itu didalam menyusun evaluasi hendakanya memperhatian secara seksama
rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan harus dapat mengukur sejauhmana proses
pembelajaran telah dilakukan.

Evaluasi pembelajaran tidak lepas dari kegiatan belajar. Belajar adalah kegiatan berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses
belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sehingga belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.10

Satu hal yang mencirikan evaluasi bahwa proses ini diakhiri dengan pengambilan keputusan.
Keputusan ini berkenaan dengan keberhargaan dan manfaat dari evaluan (Mahmudi, 2011). Evaluasi
lebih luas lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek tertentu saja
yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Jika hal yang dinilai adalah sistem pembelajaran,
maka ruang lingkupnya adalah semua komponen pembelajaran dan istilah yang tepat untuk menilai
sistem pembelajaran adalah evaluasi bukan penilaian. Jika hal yang ingin dinilai satu atau beberapa
bagian/komponen pembelajaran, misalnya hasil belajar, istilah yang tepat digunakan adalah penilaian
bukan evaluasi. Di sisi lain, ada juga istilah pengukuran. Jika evaluasi dan penilaian bersifat

9
Nur Afifah, “Makalah Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi”, Blog Nur Afifah,
http://nurafifah14.blogspot.com/2015/04/makalah-penilaian-pengukuran-dan.html?m=1 (21 April 2015)
10
“Makalah Evaluasi”, Academia.edu, https://www.academia.edu/26332988/makalah_evaluasi
kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang diperoleh dengan menggunakan
suatu alat ukur (Arifin, 2012: 2).

Sudijono (2008: 29) mencatat secara umum ruang lingkup evaluasi pendidikan di sekolah
mencakup tiga komponen utama, yaitu : Pertama, evaluasi mengenai program pendidikan. Kedua,
evaluasi mengenai proses pelaksanaan pendidikan. Ketiga, evaluasi mengenai hasil pendidikan.
Adapun Arifin (2012: 30) melaporkan secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran
meliputi : Pertama, domain hasil belajar antara lain domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kedua, sistem pembelajaran antara lain program pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, dan
hasil belajar. Ketiga, proses dan hasil belajar antara lain sikap, pengetahuan, pemahaman, kecerdasan,
perkembangan jasmani, dan keterampilan. Keempat, penilaian berbasis kelas antara lain kompetensi
dasar mata pelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi
tamatan, dan keterampilan hidup. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa ruang lingkup
evaluasi pendidikan mencakup program pendidikan, pelaksanaan pendidikan, dan hasil pendidikan.
Adapun dari segi pembelajaran, ruang lingkup evaluasi mencakup domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kemudian sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar serta penilaian berbasis kelas.

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau
hubungan erat tiga komponen, yaitu antara : Pertama, tujuan pembelajaran. Kedua, kegiatan
pembelajaran. Ketiga, evaluasi (Arikunto, 2003: 24). Untuk mencapai hasil evaluasi yang lebih baik,
proses evaluasi harus beritik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut: kontinuitas,
komprehensif, adil, objektif, kooperatif, dan praktis (Arifin, 2012: 31). Adapun Daryanto (2012: 19-
21) mencatat bahwa prinsip-prinsip evaluasi adalah sebagai berikut : Pertama, keterpaduan, evaluasi
merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tunjuan intruksional dan materi
serta metode pengajaran. Kedua, keterlibatan siswa, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan
sesuatu yang ingin dihindari. Ketiga, koherensi, dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi
pembelajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
Keempat, pedagogis, evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku
ditinjau dari segi pedagogis. Kelima, akuntabilitas, sejauh mana keberhasilan program pembelajaran
perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip evaluasi
terdiri dari triangulasi antara tiga komponen yaitu tujuan, proses, dan evaluasi. Prinsip umumnya
yaitu kontinuitas, komprehensif, adil, objektif, kooperatif, dan praktis. Serta prinsip terintegrasi,
keterlibatan siswa, koherensi, pedagogis, dan akuntabilitas. 11

11
Tatang Hidayat & Abas Asyafah, “Konsep Dasar Evaluasi dan Implikasinya Dalam Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam 10, no. 1 (2019)
D. PENILAIAN (ASSESSMENT) AUTENTIK

Penilaian autentik berasal dari dua kosa kata yaitu penilaian dan autentik. Penilaian itu sendiri
berasal dari kata dasar nilai. Pengertian nilai itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI)
yaitu:
- Pertama, harga (dalam arti taksiran harga)
- Kedua, arga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain)
- Ketiga, angka kepandaian; biji; ponten
- Keempat, banyak sedikitnya isi; kadar; mutu
- Keempat, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
- Kelima, sesuatu yang mmenyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya

Sedangkan pengertian penilaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


adalah proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilan (biji, kadar, mutu, harga).

Dari definisi yang telah disebutkan diatas dapat diambil bahwa pengertian penilaian secara
umum adalah pengambilan suatu keputusan terhadap suatu objek dengan ukuran tertentu, dan
penilaian bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Penilaian yang dalam bahasa inggris yaitu Evaluation atau Assesment. Pada akhir suatu
program dalam dunia pendidikan biasanya diadakan penilaian. Hal ini dilakukan tidak lain untuk
mengetahui seberapa siswa/peserta didik memahami pelajaran yang sudah diberikan.

Dalam dunia pendidikan, penilaian adalah proses memberikan atau menentukan kepada objek
tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil proses belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012).

Sejalan dengan Nana Sudjana, Gronlund & Linn mendefinisikan penilaian sebagai suatu
proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi
informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa menccapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan
(Suprananto, 2012).

Dalam dunia pendidikan seperti pada lembaga sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Pada
umumnya, sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa menggunakan tes tulis. Padahal sebaik
apapun tes tulis yang digunakan untuk menilaian kemampuan siswa, tidak akan mampu menilai
seluruh kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Penilaian yang seperti ini biasa disebut penilaian
tradisional. Dimana penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan intrumen tes tulis atau
sejenisnya.

Seperti yang dikatakan oleh Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan,
dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah
gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat (Sigit, 2014).
Dari berbagai kekurangan yang ada pada penilaian tradisional, maka dunia pendidikan
memerlukan jenis penilaian yang mampu menilai kompetensi siwa dari berbagai aspek. Dalam hal ini
adalah penilaian autentik. Autentik adalah keadaan yang sebenanya, keadaan dimana siswa dinilai
berdasarkan kompetensi yang benar-benar dimiliki oleh siswa.

Sehubungan dengan penilaian autentik, Gulikers mengungkapkan bahwa penilaian autentik


merupakan penilaian yang mampu memfasilitasi siswanya untuk menggunakan kombinasi dari
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya untuk mengaplikasikan sesuatu yang
dibutuhkan dalam kehidupannya (Dahlan, 2014).

Ada beberapa pengertian mengenai penilaian autentik (Sigit, 2014), diantaranya adalah:
a) Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran

b) Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan

c) Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan bergam sumber, pada
saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari
pembelajaran.

d) Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian


karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar
penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak sebagai individual
learner (pembelajar mandiri).

e) Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang


perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara
tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 12

Menurut Pokey & Siders dalam Santrock authentic assessment merupakan proses penilaian
terhadap siswa utamanya terhadap kompetensi yang telah diperoleh siswa atau bentuk evaluasi
pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata
sedekat mungkin. Sementara Mueller berpendapat authentic assessment merupakan “a form of
assessment in which students are asked to perform real-world tasks that demonstrate meaningful
application of essential knowledge and skills.” Jadi, authentic assessment merupakan suatu bentuk
tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna
yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro authentic assessment menekankan kemampuan


peserta didik untuk mendemostrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Kegiatan penilaian tidak sekadar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui
pembelajar, melainkan berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
dikuasai.

12
“Makalah Penilaian Autentik”, Academia.edu,
https://www.academia.edu/28734636/MAKALAH_PENILAIAN_AUTENTIK (September 2016)
Jadi dapat disimpulkan Authentic Assessment adalah suatu penilaian hasil belajar yang
merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata” secara bermakna yang merupakan penerapan esensi
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan
masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam
pemecahan. Dengan kata lain, authentic assessment memonitor dan mengukur kemampuan siswa
dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks
dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai
semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang
tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan
perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di
luar kelas.

Penilaian autentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian autentik
tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false,
dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk
menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu
masalah. Format penilaian ini dapat berupa : a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke
hadapan siswa (hands-on penilaian); b) tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan
tugas investigasi terintegrasi); c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio,
interview, daftar cek, presentasi oral dan debat).

Penilaian otentik pada dasarnya memiliki tiga ranah, yakni: kognitif, psikomotor, dan afektif.
Penilaian yang dilakukan guru harus memuat keseimbangan tiga ranah tersebut. Oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari suatu kompetensi dasar
yang harus dicapai.

b) Penilaian aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik
di dalam maupun di luar kelas.

c) Penilaian aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar


mengajar.13

Duncan dan Dunn (1992) dalam M. Ainin (2006) mengemukakan pengertian penilaian
sebagai proses mengumpulkan informasi oleh guru tentang murid, oleh guru tentang pengajarannya,
atau oleh siswa tentang kegiatan belajarnya. Dalam kurikulum 2004, istilah asesmen populer dalam
frasa asesmen otentik yang mengecu pada berbagai bentuk asesmen yang merefleksikan hasil belajar
siswa, motivasi, dan sikap mereka terhadap aktivitas kelas. Asesmen otentik bisa berbentuk:
a) asesmen performansi yang menuntut siswa memberikan respon secara lisan atau tertulis;

b) portofolio, yaitu kumpulan sistematik tentang karya siswa, misalnya karya tulis/artikel
siswa mulai dari berbentuk konsep, revisi 1, revisi 2, sampai berbentuk artikel yang dapat
dianalisis untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu;

c) asesmen diri, yaitu asesmen atau penilaian yang dilakukan oleh siswa sendiri. 14
13
Nisrokha, “Authentic Assessment (Penilaian Otentik)”, Jurnal Madaniyah 8, no. 2 (Agustus 2018)
14
Nur Afifah, “Makalah Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi”, Blog Nur Afifah,
http://nurafifah14.blogspot.com/2015/04/makalah-penilaian-pengukuran-dan.html?m=1 (21 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai