Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Setengah Putaran”
Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Geometri Transformasi

Dosen Pengampu:
Drs. Toto’ Bara Setiawan, M.Si.
Reza Ambarwati, M.Pd., M.Sc.

Disusun oleh
Kelompok 6
Yusril Firmansyah 210210101136
Ine Clarita Cahya 210210101151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PEMBAHASAN
A. Definisi

Sebuah setengah putaran pada suatu titik A adalah suatu padanan 𝑆! yang didefinisikan
untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut:
))))
1. Apabila 𝑃 ≠ 𝐴 maka 𝑆! (𝑃) = 𝑃′ sehingga 𝐴 titik tengah ruas garis 𝑃𝑃
2. 𝑆! (𝐴) = 𝐴
B. Teorema
Setengah putaran adalah suatu transformasi
Pembuktian:
Misal 𝑆! merupakan setengah putaran
Maka 𝑆! sebuah transformasi jika memenuhi syarat sebagai berikut :
𝑆! merupakan suatu fungsi.
𝑆! merupakan fungsi bijektif (Surjektif dan Injektif)
Maka dapat diketahui sebagai berikut :
𝑆! setengah putaran dengan pusat 𝐴
𝑃 pada bidang : 𝑃 = 𝐴 → 𝑆! (𝑃) = 𝑃 = 𝐴
)))))
𝑃 ≠ 𝐴 → 𝑆! (𝑃) = 𝑃" , 𝐴 titik tengah 𝑃𝑃′

Akan dibuktikan 𝑆! merupakan suatu fungsi


𝐴 ∈ 𝑉, 𝑆! : 𝑉 → 𝑉
Ambil sebarang R ∈ 𝑉
Jika R = R" 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑆! (𝑅) = 𝑅" = 𝑅
))))) sedemikian sehingga terdapat satu titik 𝐴 ∈ )))))
Jika 𝑅 ≠ 𝑅′ maka terdapat 𝑅𝑅′ 𝑅𝑅′ sedemikian
sehingga )))) ))))) atau A merupakan titik tengah )))))
𝑅𝐴 = 𝐴𝑅′ 𝑅𝑅′ , maka 𝑆! (𝑅) = 𝑅" .
Akibatnya setiap R ∈ 𝑉 terdapat satu titik 𝐴 ∈ 𝑉 sedemikian sehingga 𝑆! (𝑅) = 𝑅"
Jadi 𝑆! merupakan suatu fungsi

Akan dibuktikan 𝑆! merupakan fungsi bijektif


Untuk membuktikan 𝑆! bijektif maka harus dibuktikan terlebih dahulu 𝑆! surjektif dan
injektif.
1) Akan dibuktikan 𝑆! Surjektif
Untuk menunjukkan 𝑆! Surjektif akan ditunjukkan terdapat 𝑃′ ∈ 𝑉 sedemikian sehingga
𝑆! (𝑃) = 𝑃′
Ambil sebarang 𝑃′ ∈ 𝑉
𝑃′ ∈ 𝑉 sedemikian sehingga 𝑃" = 𝑆! (𝑃)
Jika 𝑃 = 𝐴, maka 𝑆! (𝐴) = 𝐴" = 𝐴
Jadi, setiap 𝑃′ ∈ 𝑉 terdapat 𝑃" = 𝑃 = 𝑆! (𝑃)
Jika 𝑃 ≠ 𝐴 maka 𝐴 menjadi sumbu ruas garis 𝑃" , berarti 𝑆! (𝑃) = 𝑃′
Jadi 𝑆! Surjektif
2) Akan dibuktikan 𝑆! Injektif
Misal 𝐵# ≠ 𝐵$
Kasus 1
𝐵# = 𝐵$ = 𝐴
Untuk 𝐵# = 𝐴 maka 𝑆! (𝐵# ) = 𝐵# = 𝐵#" … (𝑝𝑒𝑟𝑠. 1)
Untuk 𝐵$ = 𝐴 maka 𝑆! (𝐵$ ) = 𝐵$ = 𝐵$" … (𝑝𝑒𝑟𝑠. 2)
Dari pers. 1 dan 2 maka diperoleh 𝑆! (𝐵# ) ≠ 𝑆! (𝐵$ )
Kasus 2
𝐵# ≠ 𝐵$ ≠ 𝐴
Ambil sebarang 𝐵# , 𝐵$ ∈ 𝑉 dengan 𝐵# ≠ 𝐵$
𝐵# ≠ 𝐴, 𝐵$ ≠ 𝐴 tidak segaris
Sehingga 𝑆! (𝐵# ) = 𝐵# ′ dan 𝑆! (𝐵$ ) = 𝐵$ ′
Andaikan 𝑆! (𝐵# ) = 𝑆! (𝐵$ )
Karena 𝑆! (𝐵# ) = 𝑆! (𝐵$ )
Maka 𝐵#" = 𝑆! (𝐵# ) = 𝑆! (𝐵$ ) = 𝐵$"
Sehingga diperoleh 𝐵# ′ = 𝐵$ ′ dan 𝐵# = 𝐵$
Menurut Teorema “Melalui dua titik hanya dapat dibuat satu garis”
Ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa 𝐵# ≠ 𝐵$
Pengandaian 𝐵# ≠ 𝐵$ maka 𝑆! (𝐵# ) = 𝑆! (𝐵$ ) harus dibatalkan.
Jadi 𝑆! (𝐵# ) ≠ 𝑆! (𝐵$ )
Jadi 𝑆! Injektif
Karena terbukti bahwa 𝑆! Surjektif dan Injektif, maka 𝑆! merupakan fungsi Bijektif.
Karena 𝑆! Bijektif, maka 𝑆! merupakan transformasi.
Jadi terbukti bahwa suatu setengah putaran adalah transformasi.
Teorema 7.1
Andaikan A sebuah titik dan g dan h dua garis tegak lurus yang berpotongan di A, maka
𝑆! = 𝑀% 𝑀& .
Bukti: oleh karena 𝑔 ⊥ ℎ, maka kita dapat membuat sebuah sistem sumbu orthogonal
dengan g sebagai sumbu-x dan h sebagai sumbu-y. perhatikan gambar 7.2 dibawah ini.

Pada gambar diatas, A dipakai sebagai titik asal.


Harus dibuktikan bahwa untuk setiap P berlaku 𝑆! (𝑃) = 𝑀% 𝑀& (𝑃)
Andaikan 𝑃(𝑥, 𝑦) ≠ 𝐴 dan andaikan pula bahwa 𝑆! (𝑃) = 𝑃′′(𝑥# , 𝑦# ).
))))) maka (0,0) = E'! (' , )! ()F sehingga 𝑥# + 𝑥 = 0 dan
Oleh karena A titik tengah 𝑃𝑃′′ $ $

𝑦# + 𝑦 = 0 atau 𝑥# = −𝑥 dan 𝑦# = −𝑦. Jadi 𝑆! (𝑃) = 𝑃(−𝑥, −𝑦)


Perhatikan sekarang komposisi pencerminan
𝑀% 𝑀& (𝑃) = 𝑀% [𝑀& (𝑃)] = 𝑀% [(−𝑥, 𝑦)] = (−𝑥, −𝑦)
Jadi, kalau 𝑃 ≠ 𝐴 maka
𝑆! (𝑃) = 𝑀% 𝑀& (𝑃)
Jika 𝑃 = 𝐴 maka
𝑀% 𝑀& (𝑃) = 𝑆% (𝐴) = 𝐴
Sedangkan, 𝑆! (𝐴) = 𝐴. Jadi 𝑀% 𝑀& (𝐴) = 𝑆! (𝐴) sehingga untuk setiap P pada bidang
berlaku
𝑀% 𝑀& (𝐴) = 𝑆! (𝑃)
Ini berarti: 𝑆! = 𝑀% 𝑀&
Teorema 7.2
Jika 𝑔 dan ℎ dua garis yang tegak lurus maka 𝑀% 𝑀& = 𝑀& 𝑀%
Bukti :
Kasus 1 : 𝑃 = 𝐴 (lihat gambar 7.2), maka
𝑀% 𝑀& (𝐴) = 𝑀% (𝐴) = 𝐴
Juga 𝑀& 𝑀% (𝐴) = 𝑀& (𝐴) = 𝐴
Sehingga 𝑀% 𝑀& (𝐴) = 𝑀& 𝑀% (𝐴)
Jadi, 𝑀% 𝑀& = 𝑀& 𝑀%
Kasus 2 : 𝑃 ≠ 𝐴, maka 𝑀% 𝑀& = 𝑆!
Selanjutnya, 𝑀& 𝑀% (𝑃) = 𝑀& [(𝑥, −𝑦)] = (−𝑥, −𝑦) = 𝑆! (𝑃)
Jadi, 𝑀& 𝑀% = 𝑆!
Sehingga, diperoleh 𝑀% 𝑀& = 𝑀& 𝑀%
Catatan: ini berarti bahwa komposisi pencerminan terhadap dua garis yang tegak lurus
adalah komutatif.
Teorema 7.3
Jika 𝑆! setengah putaran, maka 𝑆! *# = 𝑆!
Bukti: Andaikan 𝑔 dan ℎ dua garis yang tegak lurus maka 𝑀% 𝑀& = 𝑆! dengan A titik
potong antara 𝑔 dan ℎ
*#
Jadi, K𝑀% 𝑀& L = 𝑀% *# 𝑀& *# = 𝑆! *#
Karena 𝑀& *# = 𝑀& dan 𝑀% *# = 𝑀% maka 𝑀& 𝑀% = 𝑆! *#
Menurut teorema 7.2, 𝑀& 𝑀% = 𝑀% 𝑀& oleh karena 𝑔 ⊥ ℎ
Sedangkan menurut Teorema 7.1 𝑆! = 𝑀% 𝑀& .
Sehingga diperoleh 𝑆! *# = 𝑀& 𝑀% = 𝑀% 𝑀& = 𝑆!
Jadi, 𝑆! *# = 𝑀% 𝑀& = 𝑆!
Teorema 7.4
Jika 𝐴 = (𝑎, 𝑏) dan 𝑃 = (𝑥, 𝑦) maka 𝑆! (𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦)
Bukti :
Kasus 1 : 𝑷 ≠ 𝑨
Misalkan 𝑃′(𝑥# , 𝑦# ) dan 𝑆! (𝑃) = 𝑃′ maka 𝐴 titik tengah 𝑃𝑃’ sehingga diperoleh
'! (' )! ()
(𝑎, 𝑏) = QE F,E FR
$ $
'! (' )! ()
Maka $
= 𝑎 dan $
= 𝑏 sehingga diperoleh
'! ('
$
= 𝑎 ↔ 𝑥# + 𝑥 = 2𝑎 ↔ 𝑥# = 2𝑎 − 𝑥 … (1)
)! ()
$
= 𝑏 ↔ 𝑦# + 𝑦 = 2𝑏 ↔ 𝑦# = 2𝑏 − 𝑦 … (2)

Dari persamaan (1) dan (2) maka


(𝑥# , 𝑦# ) = (2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑦)
Karena 𝑆! (𝑃) = 𝑃′, maka 𝑆! (𝑃) = (𝑥# , 𝑦# ) = (2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑦)
Jadi, 𝑆! (𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦)
Kasus 2 : 𝑷 = 𝑨
Karena 𝑃 = 𝐴, maka (𝑥, 𝑦) = (𝑎, 𝑏) artinya 𝑎 = 𝑥 dan 𝑏 = 𝑦
𝑆! (𝑃) = 𝑆! (𝐴) = 𝐴 = (𝑎, 𝑏)
(𝑎, 𝑏) = ((2𝑎 − 𝑎), (2𝑏 − 𝑏))
(𝑎, 𝑏) = ((2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑦))
Jadi, 𝑆! (𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦)
7.2. Lanjutan Setengah Putaran
Dalam bab III telah kita bicarakan transformasi yang kita sebut refleksi atau
pencerminan pada sebuah garis 𝑔. Kalau refleksi ini kita namakan 𝑀% , maka seperti
Anda ingat, definisinya adalah :
1. 𝑀% (𝐴) = 𝐴, 𝐴 ∈ 𝑔, 𝐴
2. 𝑀% (𝑃) = 𝑃′, yang bersifat bahwa 𝑔 adalah sumbu ruas garis 𝑃𝑃"
Kalau kita lihat untuk ssemua titik 𝐴 ∈ 𝑔, 𝐴 berimpit dengan petanya. Titik demikian
dinamakan titik tetap (invarian) refleksi.
Pada umumnya :
Definisi : 𝐴 dinamakan titik tetap (invarian) transformasi 𝑇 apabila berlaku 𝑇(𝐴) =
𝐴.
Jadi sebuah refleksi pada garis 𝑔 memiliki tak hingga banyaknya titik-titik tetap, yaitu
semua titik pada sumbu refleksi 𝑔. Pada sebuah setengah putaran di 𝑃, 𝑆+ , maka satu-
satunya titik invarian adalah 𝑃, sebab 𝑆+ (𝑃) = 𝑃 dan 𝑆+ (𝑋) = 𝑋′ dengan 𝑋 ∉ 𝑃 dan
𝑃 titik tengah ruas garis 𝑋𝑋".
Telah kita ketahui bahwa apabila 𝑆! adalah setengah putaran dengan 𝐴 sebagai pusat,
maka 𝑆! dapat disajikan sebagai hasil kali dua refleksi pada 𝑔 dan ℎ dengan titik
potong 𝐴 dan 𝑔 ⊥ ℎ.
Jadi 𝑆! = 𝑀% 𝑀& .
Oleh karena setiap refleksi adalah suatu isometri, maka juga 𝑆! suatu isometri. Anda
juga masih ingat bahwa oleh suatu isometri, setiap garis dipetakan menjadi suatu garis
pula.
Definisi : Sebuah transformasi 𝑇 yang bersifat bahwa sebuah garis petanya juga
garis dinamakan kolineasi.
Oleh karena suatu refleksi adalah suatu kolineasi maka setengah putaran juga suatu
kolineasi maka setengah putaran juga suatu kolineasi. Ini tidak mengherankan sebab
setiap isometri adalah suatu kolineasi.
Diantara kolineasi-kolineasi ini ada yang disebut dilatasi.
Definisi : Suatu kolineasi ∆ dinamakan suatu dilatasi apabila untuk setiap garis 𝑔
berlaku sifat ∆(𝑔)//𝑔. Salah satu contoh adalah setengah putaran.
Teorema 7.5 : Andaikan 𝑆! suatu setengah putaran, dan 𝑔 sebuah garis. Apabila
𝐴 ∉ 𝑔 maka 𝑆! (𝑔)//𝑔.
Bukti :
Misalkan 𝑃 ∈ 𝑔 dan Q ∈ 𝑔
Karena 𝑃 ∈ 𝑔 dan 𝐴 ∉ 𝑔 maka 𝐴 titik tengah )))))
𝑃𝑃′ dengan 𝑃" = 𝑆! (𝑃).
Karena 𝑄 ∈ 𝑔 dan 𝐴 ∉ 𝑔 maka 𝐴 titik tengah )))))
𝑄𝑄′ dengan 𝑄" = 𝑆! (𝑄).
Perhatikan ∆𝐴𝑃𝑄 = ∆𝐴𝑃′𝑄′
𝑃𝐴 = 𝐴𝑃′ (Karena A titik tengah PP’)
QA=AQ’ (Karena A titik tengah QQ’)
Menurut teorema kekongruenan berlaku (sisi,sudut,sisi) sehingga ∆𝐴𝑃𝑄 ≅ ∆𝐴𝑃′𝑄′.
⃖^^^^^^⃗
⃖^^^^⃗ //𝑃′𝑄′
Karena ∆𝐴𝑃𝑄 ≅ ∆𝐴𝑃′𝑄′, maka 𝑃𝑄
Jadi 𝑔//𝑆! (𝑔).
Contoh 1 : Diketahui dua garis 𝑔 dan ℎ yang tidak sejajar; 𝐴 sebuah titik yang tidak
terletak pada 𝑔 atau ℎ. Tentukan semua titik 𝑋 pada 𝑔 dan semua titik 𝑦 pada ℎ
)))).
sehingga 𝐴 titik tengah ruas garis 𝑋𝑌
Jawaban :

Ambil sebuah 𝑃 ∈ 𝑔. Kita lukis 𝑃" = 𝑆! (𝑃). Maka 𝑔" = 𝑆! (𝑔) akan melalui 𝑃" dan
⃖^^^^⃗ yang memotong 𝑔 di 𝑋.
𝑃𝐴 = 𝐴𝑃" , 𝑔" //𝑔. Jika 𝑔" memotong ℎ di 𝑌 kita tarik 𝑌𝐴
Maka 𝑋 dan 𝑌 pasangan titik yang dicari dan tampak ini satu-satunya pasangan.
Catatan :
1. Buktikan bahwa memang 𝑋 dan 𝑌 satu-satunya pasangan yang memenuhi
persyaratan.
2. Bagaimana kalau tidak menggunakan 𝑔" = 𝑆! (𝑔) tetapi kita gunakan ℎ" = 𝑆! (ℎ).
Apakah kita akan memperoleh pasangan lain? Jelaskan.
Dalam pasal sebelumnya, Anda telah melihat bahwa suatu refleksi pada sebuah garis
memiliki tak hingga banyaknya titik-titik tetap, yaitu setiap titik pada sumbu refleksi
tersebut. Sedangkan suatu setengah putaran dengan pusat 𝑃 memiliki hanya satu titik
tetap, yaitu 𝑃. Anda dapat menemukan suatu transformasi yang setiap titik pada
bidang adalah titik tetap transformasi itu. Tetapi ada pula suatu transformasi yang
tidak memiliki titik tetap, seperti Anda lihat di bawah ini.
Teorema 7.6 : Hasil kali dua setengah putaran dengan pusat-pusat berbeda, tidak
memiliki titik tetap.
Bukti : Andaikan 𝐴 dan 𝐵 pusat-pusat setengah putaran tersebut.
⃖^^^^⃗ dan andaikan ℎ dan 𝑘 garis-garis tegak lurus pada 𝐴𝐵
Andaikan 𝑔 = 𝐴𝐵 ⃖^^^^⃗ di 𝐴 dan di
𝐵. Maka berturut-turut kita peroleh
𝑆! 𝑆, = K𝑀& 𝑀% LK𝑀% 𝑀- L
= aK𝑀& 𝑀% L𝑀% b𝑀-
= [𝑀& K𝑀% 𝑀% L]𝑀-
= 𝑀& 𝐼𝑀- = (𝑀& 𝐼)𝑀- = 𝑀& 𝑀-

Andaikan 𝑋 titik invarian 𝑆! 𝑆, . Jadi 𝑆! 𝑆, (𝑋) = 𝑋. Sehingga (𝑀& 𝑀- )(𝑋) = 𝑋. Jadi


pula 𝑀& [(𝑀& 𝑀- )𝑋] = 𝑀& (𝑋) atau
[(𝑀& 𝑀& )𝑀- (𝑋)] = 𝑀& (𝑋)
𝐼𝑀- (𝑋) = 𝑀& (𝑋)
Atau 𝑀- (𝑋) = 𝑀& (𝑋)
Andaikan 𝑀- (𝑋) = 𝑋#
)))))# . Oleh
Andaikan 𝑋 ≠ 𝑋# Dalam hal ini ℎ dan 𝑘 adalah sumbu dari ruas garis 𝑋𝑋
karena ruas garis memiliki hanya satu sumbu, maka ℎ = 𝑘.
Ini tentunya tak mungkin sebab 𝐴 ≠ 𝐵.
Andaikan 𝑋 = 𝑋# maka 𝑀- (𝑋) = 𝑋 dan 𝑀& (𝑋) = 𝑋. Jadi 𝑋 ∈ 𝑘 dan 𝑋 ∈ ℎ yang
berarti bahwa ℎ dan 𝑘 berpotongan di 𝑋. Ini tak mungkin sebab ℎ//𝑘. Bagimanapun,
tidak mungkin ada sebuah titik 𝑋 sehingga 𝑀- (𝑋) = 𝑀& (𝑋) atau 𝑆! 𝑆, (𝑋) = 𝑋. Jadi
hasilkali 𝑆! 𝑆, tidak memiliki titik tetap.
Teorema 7.7 : Jika 𝐴 ≠ 𝐵 adalah dua titik maka hanya ada satu setengah putaran yang
memetakan 𝐴 pada 𝐵.
Bukti : Andaikan ada dua setengah putaran 𝑆. dan 𝑆% sehingga 𝑆. (𝐴) = 𝐵 dan
𝑆% (𝐴) = 𝐵
Jadi 𝑆. (𝐴) = 𝑆% (𝐴) maka 𝑆. *# [𝑆. (𝐴)] = 𝑆. *# [𝑆% (𝐴)]
Karena 𝑆. *# = 𝑆. maka 𝐴 = 𝑆. [𝑆% (𝐴)]
Jadi apabila 𝐷 dan 𝐺 berbeda, maka ini berarrti bahwa 𝐴 adalah titik tetap dari hasil
kali 𝑆. 𝑆% . Ini tak mungkin. Jadi tak mungkin ada lebih dari satu setengah putaran yang
memetakan 𝐴 pada 𝐵. Satu-satunya setengah putaran adalah 𝑆/ (𝐴) = 𝐵 dengan 𝑇 titik
)))))
tengah ruas garis 𝐴𝐵.
Teorema 7.8 : Suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi yang bersifat involutorik.
Bukti : Andaikan 𝑃 pusat setengah putaran 𝑆0 . Harus dibuktikan dua hal :
1. Kalau 𝑔 sebuah garis maka 𝑆0 (𝑔)//𝑔.
2. 𝑆0 ∙ 𝑆0 = 𝐼 dengan 𝐼 transformasi identitas.
1. Jelas bahwa 𝑆0 (𝑔) = 𝑔′ suatu garis. Andaikan 𝐴 ∈ 𝑔" , 𝐵 ∈ 𝑔 maka 𝐴′ ∈
𝑔" , 𝐵′ ∈ 𝑔′ dan 𝑃𝐴 = 𝑃𝐴" ; 𝑃𝐵" = 𝑃𝐵′ sedangkan 𝑚(< 𝐴𝑃𝐵) = 𝑚(< 𝐴" 𝑃𝐵" )
sehingga ∆𝑃𝐴𝐵 ≅ ∆𝑃𝐴" 𝐵, jadi 𝑚(< 𝐵" 𝐴" 𝑃); ini berarti 𝑔//𝑆0 (𝑔). Jadi 𝑆0
sebuah dilatasi.
2. Oleh karena 𝑆0 𝑆0 (𝐴) = 𝑆0 (𝐴) = 𝐴 untuk setiap titik 𝐴 ∈ 𝑔 maka 𝑆0 𝑆0 (𝑔) =
𝐼(𝑔)
Jadi 𝑆0 𝑆0 = 𝐼, Ini berarti 𝑆0 bersifat involutorik.
Dari pernyataan (1) dan (2) diperoleh fakta bahwa 𝑆0 sebuah dilatasi bersifat
involutorik atau dengan kata lain suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi
yang bersifat involutorik.
Teorema 7.9 : Apabila 𝑇 suatu transformasi, 𝐻 himpunan titik-titik dan 𝐴 sebuah
titik, maka 𝐴 ∈ 𝑇(𝐻) jika dan hanya jika 𝑇 *# (𝐴) ∈ 𝐻.
Bukti :
1. Andaikan 𝐴 ∈ 𝑇(𝐻), jadi ada 𝑋 ∈ 𝐻 sehingga 𝐴 = 𝑇(𝑋) maka
𝑇 *# (𝐴) = 𝑇 *# [𝑇(𝑋)]
𝑇 *# (𝐴) = (𝑇 *# ∙ 𝑇)(𝑋)
𝑇 *# (𝐴) = 𝐼(𝑋)
𝑇 *# (𝐴) = 𝑋
Jadi, 𝑇 *# (𝐴) ∈ 𝐻
2. Andaikan 𝑇 *# (𝐴) ∈ 𝐻. Ini berarti bahwa 𝑇[𝑇 *# (𝐴)] ∈ 𝑇(𝐻) atau 𝐴 ∈ 𝑇(𝐻).
Jadi 𝐴 ∈ 𝑇(𝐻)
Contoh 2 :
Di bawah ini dikemukakan sebuah contoh bagaimana kita dapat menggunakan
transformasi balikan.
Diketahui himpunan 𝐸 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 $ + 4𝑦 $ = 16}
Andaikan 𝐴 = (4, −3) dan (3,1)
Jika 𝑔 adalah sumbu 𝑋, selidiki apakah 𝐴 ∈ 𝑀% 𝑆1 (𝐸)
Penyelesaian : Kita tahu bahwa 𝑀% 𝑆1 *# = 𝑆1 *# 𝑀% *# = 𝑆1 𝑀%
Apabila 𝑃 = (𝑥, 𝑦) maka 𝑀% (𝑃) = (𝑥, −𝑦)
Sedangkan 𝑆1 (𝑃) = (2 × 3 − 𝑥, 2 × 1 − 𝑦) = (6 − 𝑥, 2 − 𝑦)
Jadi (𝑀% 𝑆1 )*# (𝑃) = K𝑆1 𝑀% L(𝑃) = 𝑆1 (𝑥, −𝑦) = (6 − 𝑥, 2 + 𝑦)
Sehingga (𝑀% 𝑆1 )*# (𝐴) = (2, −1)
Oleh karena titik 𝐵 = (2, −1) ∉ 𝐸 maka (𝑀% 𝑆1 )*# (𝐴) ∉ 𝐸.
Ini berarti bahwa (𝐴) ∉ K𝑀% 𝑆1 L(𝐸).
Dengan cara yang serupa, kita dapat menentukan persamaan peta suatu himpunan,
apabila persamaan himpunan itu telah diketahui.
Dalam contoh diatas kita tahu menurut teorema 7.9 bahwa 𝑃 ∈ K𝑀% 𝑆1 L(𝐸) Jika dan
hanya jika (𝑀% 𝑆1 )*# (𝑃) ∈ 𝐸. Kalau 𝑃 = (𝑥, 𝑦)
maka (𝑀% 𝑆1 )*# (𝑃) = (6 − 𝑥, 2 + 𝑦)
Jadi (𝑀% 𝑆1 )*# (𝑃) ∈ 𝐸, jika dan hanya jika
(6 − 𝑥, 2 + 𝑦) {(𝑥, 𝑦)|𝑥 $ + 4𝑦 $ = 16}.
Jadi haruslah : (6 − 𝑥)$ + 4(2 + 𝑦)$ = 16
Ini berarti : 𝑃(𝑥, 𝑦) ∈ K𝑀% 𝑆1 L(𝐸) jika dan hanya jika
𝑃(𝑥, 𝑦) ∈ {(𝑥, 𝑦)|𝑥 $ + 4𝑦 $ − 12𝑥 + 16𝑦 + 36 = 0. Ini berarti bahwa 𝑥 $ + 4𝑦 $ −
12𝑥 + 16𝑦 + 36 = 0 adalah persamaan peta 𝐸 oleh transformasi K𝑀% 𝑆1 L
Contoh 3 :
Apabila 𝐵 = (1, −3) tentukanlah :
a) 𝑆% (𝐷) apabila 𝐷 = (−3,4)
b) 𝐸 apabila 𝑆, (𝐸) = (−2,5)
c) 𝑆, (𝑃) apabila 𝑃 = (𝑥, 𝑦)
Penyelesaian :
a) 𝐷 = (−3,4)
𝑆% (𝐷) = (2 ∙ 1 − (−3), 2(−3) − 4)
𝑆% (𝐷) = (5, −10)
b) 𝑆, (𝐸) = (−2,5)
Misal E = (𝑥, 𝑦), maka
2 ∙ 1 − 𝑥 = −2 2 (−3) − 𝑦 = 5
2 − 𝑥 = −2 −6 − 𝑦 = 5
𝑥=4 𝑦 = −11
Jadi, E = (4, −11)
c) 𝑃 = (𝑥, 𝑦)
𝑆, (𝑃) = (2 ∙ 1 − 𝑥, 2(−3) − 𝑦)
𝑆, (𝑃) = (2 − 𝑥, −6 − 𝑦)
Contoh 4
Apabila C = (−4,3) dan 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑦 = −𝑥} tentukanlah :
a) 𝑀% 𝑆1 (2, −1)
b) 𝑀% 𝑆1 (𝑃) apabila 𝑃 = (𝑥, 𝑦)
*#
c) K𝑀% 𝑆1 L (𝑃)
Penyelesaian :
a) 𝑀% 𝑆1 (2, −1) = 𝑀% (2 ∙ (−4) − 2,2 ∙ 3 − 1)
𝑀% 𝑆1 (2, −1) = 𝑀% (−10,7)
𝑀% 𝑆1 (2, −1) = (−7,10)
b) 𝑃 = (𝑥, 𝑦)
𝑀% 𝑆1 (𝑃) = 𝑀% (2 ∙ (−4) − 𝑥, 2 ∙ 3 − 𝑦)
𝑀% 𝑆1 (𝑃) = 𝑀% ((−8) − 𝑥, 6 − 𝑦)
𝑀% 𝑆1 (𝑃) = (𝑦 − 6, 𝑥 + 8)
*#
c) K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑆1 *# 𝑀% *# )(𝑃)
Berdasarkan teorema diperoleh 𝑆! *# = 𝑆! dan 𝑀% *# = 𝑀% , sehingga diperoleh :
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑆1 *# 𝑀% *# )(𝑃)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑆1 𝑀% )(P)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = 𝑆1 𝑀% (𝑥, 𝑦)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (2 ∙ (−4) + 𝑦, 2 ∙ 3 + 𝑥)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑦 − 8,6 + 𝑥)
Latihan Soal
1. Apabila D = (−8,5). Tentukanlah :
a) 𝑆% (𝐵) apabila B = (7, −3)
b) 𝐶 apabila 𝑆. (𝐶) = (1, −6)
2. Jika C = (−3,4) dan 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑦 = 𝑥 }, maka nilai dari 𝑀% 𝑆1 (9, −8) adalah...
*#
3. Nilai K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) jika diketahui C = (7, −2), P = (𝑥, 𝑦), dan 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑦 = −𝑥 }
adalah...
Penyelesaian :
1. Diketahui : 𝐷 = (−8,5)
a. 𝑆% (𝐵) = (2 ∙ (−8) − 7,2 ∙ 5 − (−3))
𝑆% (𝐷) = (−23,13)
b. 𝑆. (𝐶) = (1, −6)
Misal C = (𝑥, 𝑦), maka
2 ∙ (−8) − 𝑥 = 1 2 ∙ 5 − 𝑦 = −6
−16 − 𝑥 = 1 10 − 𝑦 = −6
𝑥 = −15 𝑦 = 16
Jadi, E = (−17,16)
2. 𝑀% 𝑆1 (9, −8) = 𝑀% (2 ∙ (−3) − 9,2 ∙ 4 − (−8))
𝑀% 𝑆1 (9, −8) = 𝑀% (−15,16)
𝑀% 𝑆1 (9, −8) = (16, −15)
*#
3. K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑆1 *# 𝑀% *# )(𝑃)
Berdasarkan teorema diperoleh 𝑆! *# = 𝑆! dan 𝑀% *# = 𝑀% , sehingga diperoleh :
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑆1 *# 𝑀% *# )(𝑃)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑆1 𝑀% )(P)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = 𝑆1 𝑀% (𝑥, 𝑦)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (2 ∙ 7 + 𝑦, 2 ∙ (−2) + 𝑥)
*#
K𝑀% 𝑆1 L (𝑃) = (𝑦 + 14, 𝑥 − 4)
DAFTAR PUSTAKA
Rawuh. 1993. Geometri Transformasi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Matematika FMIPA ITB: Bandung

Anda mungkin juga menyukai