NIM : 70600120016
A. Definisi Asites
Asites adalah akumulasi cairan abnormal di rongga peritoneum. Asites didefinisikan sebagai
lebih dari 25 ml cairan dalam rongga peritoneum dan dapat ditemukan pada berbagai penyakit,
tetapi paling sering disebabkan oleh sirosis dengan hipertensi portal dan oleh karsinomatosis
peritoneal. Asites merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan pasien sirosis harus
dirawat di rumah sakit, berhubungan dengan kualitas hidup yang jelek, meningkatkan resiko
terjadinya infeksi dan gagal ginjal. Rongga peritoneum mengandung cairan serosa sebanyak
50-100 ml. Peritoneum menyekresikan cairan serosa yang melumasi permukaan peritoneum
dan memungkinkan pergerakan di antara kedua lapisan peritoneum.
Mekanisme dasar terjadinya asites secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
transudasi dan eksudasi. Mekanisme transudasi terjadi akibat akumulasi filtrasi serum di
dinding kapiler utuh secara fisik dengan aliran cairan melalui membran serosa melebihi proses
reabsorpsi normal. Hal ini terjadi akibat peningkatan tekanan vena misalnya pada gagal jantung
kongestif, sirosis hati, hipoproteinemia pada gagal ginjal. Mekanisme eksudasi terjadi akibat
kerusakan pada percabangan dinding kapiler yang terdapat pada jaringan ikat serosa.
Kerusakan ini menyebabkan keluarnya protein dan berbagai komponen sel darah masuk ke
kavitas serosa sehingga dapat menimbulkan asites.
Melakukan parasentesis pada saat masuk rumah sakit pada pasien sirosis dan asites dapat
menurunkan angka kematian. Dengan demikian membantu mengklarifikasi penyebab asites
dan mengevaluasi infeksi, parasentesis dapat mengidentifikasi diagnosis yang tidak biasa dan
tidak terduga, seperti asites chylus, hemoragik, atau eosinofilik.
C. Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi relatif terhadap parasentesis:
● Koagulasi intravaskular diseminata (DIC); Pasien dengan koagulasi intravaskular
diseminata yang tampak secara klinis dan keluarnya cairan dari jarum suntik.
Parasentesis dapat dilakukan setelah risiko perdarahan dikurangi dengan pemberian
trombosit dan, dalam beberapa kasus, plasma beku segar.
● Fibrinolisis primer; Parasentesis dapat dilakukan setelah risiko perdarahan berkurang
dengan pengobatan.
● Ileus dan disentri usus; Parasentesis tidak boleh dilakukan pada pasien dengan ileus
masif dengan distensi usus kecuali prosedur ini dipandu gambar untuk memastikan
bahwa usus tidak dimasuki.
● Bekas luka operasi; Lokasi parasentesis harus dimodifikasi pada pasien dengan bekas
luka bedah sehingga jarum dimasukkan beberapa sentimeter dari bekas luka. Bekas
luka operasi dikaitkan dengan penarikan usus ke dinding perut, meningkatkan risiko
perforasi usus
● Keganasan dinding perut-pasien ini juga akan memerlukan penyisipan saluran dengan
panduan gambar
● Pasien tidak kooperatif
● Infeksi kulit di tempat tusukan yang diusulkan
Sumber :
Aithal, G. P., Palaniyappan, N., China, L., Härmälä, S., Macken, L., Ryan, J. M., ... &
Verma, S. (2021). Guidelines on the management of ascites in cirrhosis. Gut, 70(1),
9-29.
Hoshen, M. D., & Mahmood, U. (2020). Abdominal paracentesis: use of a standardised pro
forma improves patient safety with good record keeping. Clinical Medicine,
20(Suppl 2), s85.
Maghfirah, D., Abubakar, A., & Yusuf, F. (2018). Penatalaksanaan Asites pada Sirosis
Hepatis. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 1(3), 47-58.
Romus, I., Rangkuti, I. F., & Rahmah, V. J. A. (2019). Gambaran Hasil Pemeriksaan
Sitologi Cairan Asites di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau Periode Januari 2013–Desember 2017. Jurnal Ilmu Kedokteran (Journal of
Medical Science), 13(1), 51-57.
Stewart C. (2020). ABDOMINAL PARACENTESIS EDUCATION PACK. 3-25.