Anda di halaman 1dari 6

Nama : Besse Adinda Fadhilah Putri

NIM : 70600120016

RESUME PENGAMBILAN CAIRAN ASITES

A. Definisi Asites
Asites adalah akumulasi cairan abnormal di rongga peritoneum. Asites didefinisikan sebagai
lebih dari 25 ml cairan dalam rongga peritoneum dan dapat ditemukan pada berbagai penyakit,
tetapi paling sering disebabkan oleh sirosis dengan hipertensi portal dan oleh karsinomatosis
peritoneal. Asites merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan pasien sirosis harus
dirawat di rumah sakit, berhubungan dengan kualitas hidup yang jelek, meningkatkan resiko
terjadinya infeksi dan gagal ginjal. Rongga peritoneum mengandung cairan serosa sebanyak
50-100 ml. Peritoneum menyekresikan cairan serosa yang melumasi permukaan peritoneum
dan memungkinkan pergerakan di antara kedua lapisan peritoneum.
Mekanisme dasar terjadinya asites secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
transudasi dan eksudasi. Mekanisme transudasi terjadi akibat akumulasi filtrasi serum di
dinding kapiler utuh secara fisik dengan aliran cairan melalui membran serosa melebihi proses
reabsorpsi normal. Hal ini terjadi akibat peningkatan tekanan vena misalnya pada gagal jantung
kongestif, sirosis hati, hipoproteinemia pada gagal ginjal. Mekanisme eksudasi terjadi akibat
kerusakan pada percabangan dinding kapiler yang terdapat pada jaringan ikat serosa.
Kerusakan ini menyebabkan keluarnya protein dan berbagai komponen sel darah masuk ke
kavitas serosa sehingga dapat menimbulkan asites.

B. Indikasi Drainase Cairan Asites


Ada beberapa indikasi yang diterima secara umum untuk parasentesis perut:
1. Diagnostik (melalui ascitic tap atau paracentesis)
● Evaluasi asites onset baru
● Untuk menentukan etiologi
● Untuk membedakan serum-ascites albumin gradient (SAAG)
● Untuk mendeteksi sel kanker
● Pengujian cairan asites pada pasien dengan asites yang sudah ada sebelumnya yang
dirawat di rumah sakit, terlepas dari alasan masuknya.
● Evaluasi pasien dengan asites yang memiliki tanda-tanda perburukan klinis, seperti
demam, nyeri/nyeri perut, ensefalopati hepatik, leukositosis perifer, penurunan fungsi
ginjal, atau asidosis metabolik.
2. Terapi (biasanya melalui parasentesis)
● Untuk meredakan gangguan pernapasan atau sakit perut akibat asites.

Melakukan parasentesis pada saat masuk rumah sakit pada pasien sirosis dan asites dapat
menurunkan angka kematian. Dengan demikian membantu mengklarifikasi penyebab asites
dan mengevaluasi infeksi, parasentesis dapat mengidentifikasi diagnosis yang tidak biasa dan
tidak terduga, seperti asites chylus, hemoragik, atau eosinofilik.

C. Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi relatif terhadap parasentesis:
● Koagulasi intravaskular diseminata (DIC); Pasien dengan koagulasi intravaskular
diseminata yang tampak secara klinis dan keluarnya cairan dari jarum suntik.
Parasentesis dapat dilakukan setelah risiko perdarahan dikurangi dengan pemberian
trombosit dan, dalam beberapa kasus, plasma beku segar.
● Fibrinolisis primer; Parasentesis dapat dilakukan setelah risiko perdarahan berkurang
dengan pengobatan.
● Ileus dan disentri usus; Parasentesis tidak boleh dilakukan pada pasien dengan ileus
masif dengan distensi usus kecuali prosedur ini dipandu gambar untuk memastikan
bahwa usus tidak dimasuki.
● Bekas luka operasi; Lokasi parasentesis harus dimodifikasi pada pasien dengan bekas
luka bedah sehingga jarum dimasukkan beberapa sentimeter dari bekas luka. Bekas
luka operasi dikaitkan dengan penarikan usus ke dinding perut, meningkatkan risiko
perforasi usus
● Keganasan dinding perut-pasien ini juga akan memerlukan penyisipan saluran dengan
panduan gambar
● Pasien tidak kooperatif
● Infeksi kulit di tempat tusukan yang diusulkan

D. Pemeriksaan Cairan Asites


Parasentesis, aspirasi cairan dari rongga perut, adalah prosedur diagnostik dan terapeutik yang
sering dilakukan di bangsal gastroenterologi. Parasentesis umumnya merupakan prosedur yang
aman tetapi ada variasi dalam praktiknya dan beberapa komplikasi potensial seperti perdarahan
dan cedera pada organ dalam. Risiko yang berpotensi serius ini dapat dikurangi dengan
menggunakan pemeriksaan keamanan dan teknik yang optimal.
Alat dan Bahan yang dibutuhkan :
● Buklet persetujuan yang ditandatangani
● Daftar periksa pra-prosedur yang telah dilengkapi (diarsipkan dalam catatan)
● Formulir lab dan label pasien yang sudah diisi
● Wadah universal standar atas putih X 3
● Agen pembersih kulit yang mengandung 2% chlorhexidine dan 70% alkohol aplikator
● Sarung tangan steril dan non steril
● Angiocath needle yang berdiameter besar (16-18 gauge untuk mengeluarkan cairan
ascites yang banyak, 20-22 gauge digunakan dalam penampungan spesimen untuk
diagnostik
● Thoracentesis kit
● Betadine dan steril gauze
● Lidocaine 1% atau 2%, needle 25 gauge dengan syringe 5cc
● Doek steril
● Botol penampung spesimen
Teknik prosedur paracintesis :
● Meminta izin kepada pasien maupun keluarga pasien untuk melakukan prosedur
● Posisikan pasien dengan posisi terlentang. Tempat tidurnya rata, atau kepalanya sedikit
ditinggikan.
● Memilih tempat masuknya jarum. Parasentesis biasanya dilakukan melalui dinding perut
di kuadran kiri bawah.
● Saat memilih lokasi, pastikan bahwa perkusi redup, limpa tidak teraba, dan tidak ada
bekas luka bedah dalam beberapa sentimeter dari lokasi masuk yang dimaksud.
● Sterilisasi kulit, bersihkan tempat masuknya jarum yang dipilih.
● Anestesi lokal pada kulit dan jaringan subkutan dengan lidocaine dan tunggu selama 3-5
menit
● Insersikan angiocath atau jarum thoracentesis, dan aspirasi cairan ascites
● Tampung cairan ascites sebanyak 20-30 cc untuk pemeriksaan laboratorium, dan kultur
(masukkan ke dalam botol kultur darah sebanyak 5-10 cc pada masing masing botol)
● Apabila dilakukan paracentesis terapeutik, cabut syringe dan sambungkan kateter
dengan botol penampung cairan ascites.

Sumber :
Aithal, G. P., Palaniyappan, N., China, L., Härmälä, S., Macken, L., Ryan, J. M., ... &
Verma, S. (2021). Guidelines on the management of ascites in cirrhosis. Gut, 70(1),
9-29.
Hoshen, M. D., & Mahmood, U. (2020). Abdominal paracentesis: use of a standardised pro
forma improves patient safety with good record keeping. Clinical Medicine,
20(Suppl 2), s85.
Maghfirah, D., Abubakar, A., & Yusuf, F. (2018). Penatalaksanaan Asites pada Sirosis
Hepatis. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 1(3), 47-58.
Romus, I., Rangkuti, I. F., & Rahmah, V. J. A. (2019). Gambaran Hasil Pemeriksaan
Sitologi Cairan Asites di Instalasi Patologi Anatomi RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau Periode Januari 2013–Desember 2017. Jurnal Ilmu Kedokteran (Journal of
Medical Science), 13(1), 51-57.
Stewart C. (2020). ABDOMINAL PARACENTESIS EDUCATION PACK. 3-25.

Anda mungkin juga menyukai