Anda di halaman 1dari 6

PROFIL SIKAP ILMIAH RASA INGIN TAHU (CURIOSITY)

MATEMATIS MAHASISWA

Zetriuslita
Dosen Tetap pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Islam Riau
Email: zetri.lita@gmail.com

Abstrak: Salah satu sikap ilmiah adalah memiliki rasa ingin tahu (curiosity). Rasa ingin tahu
(curiosity) sangat diperlukan dalam hidup di zaman sekarang ini, jika tidak, pasti akan tertinggal
informasi yang berkembang sangat pesat, sepertinya juga berlaku pada pembelajaran. Khususnya
dalam pembelajaran matematika, sikap ini harus selalu dan perlu diasah dan dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan memaparkan dan mendeskripsikan secara komprehensif sikap ilmiah
curiosity matematis mahasiswa. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan
matematika semester 4 FKIP Universitas Islam Riau tahun akademik 2015/2016 yang terdiri dari 3
kelas paralel dan berjumlah 61 orang. Instrumen yang digunakan adalah berupa angket curiosity.
Metode yang digunakan deskriptif kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara
keseluruhan rasa ingin tahu (curiosity) mahasiswa tergolong ‘baik’, ini ditandai dengan banyaknya
mahasiswa yang memilih ‘selalu dan sering’ untuk pernyataan positif adalah 68% dan yang
memilih ‘jarang dan tidak pernah’ untuk pernyataan negatif adalah 83%, dengan rata-rata
persentase 76%. Ini menunjukkan bahwa adanya rasa ingin tahu (curiosity) terhadap matematika.
Namun perlu penelitian lanjut, bagaimana mengasah sikap ilmiah ini dalam pembelajaran
matematika, pembelajaran efektif apa yang cocok dalam mengasah sikap ilmiah ini.

Kata Kunci : sikap ilmiah, rasa ingin tahu (curiosity) matematis mahasiswa

1. Pendahuluan siswa tertarik terhadap informasi yang diberikan


tetapi juga tertantang mempelajarinya.
Salah satu sikap ilmiah (scientific attitude)
yang perlu dikembangkan adalah sikap rasa Carin (1997) mendefinisikan curiosity
ingin tahu (curiosity). Sikap ini sudah sebagai keinginan dan kebutuhan seseorang
dikembangkan pada tahun 1977 oleh Egge, pada untuk memperoleh jawaban dari suatu
tahun 1989 oleh Harlen. Dalam tulisannya pertanyaan atau hal-hal yang menimbulkan
Gruber, Gelman and Ranganath (2014) keingintahuan yang mendalam. Curiosity dapat
memaparkan bahwa penyelidikan ilmiah yang menumbuhkan motivasi internal untuk belajar
mengeksplor bagaimana rasa ingin tahu dan memahami tentang sesuatu hal, sehingga
(curiosity) mempengaruhi ingatan. Dalam curiosity dapat dikembangkan dalam proses
penelitiannya diperoleh kaitan antara mekanisme pembelajaran. Salah satu cara yang dapat
dorongan motivasi ekstrinsik dan internal digunakan adalah dengan mengajukan
curiosity adalah bahwa pentingnya menstimulus pertanyaan yang menantang dan kritis sehingga
curiosity untuk menciptakan pembelajaran yang peserta didik penasaran untuk mencari jawaban
efektif. Gruber et.al (2014) mengklaim bahwa dari pertanyaan yang diberikan.
hasil curiosity yang tinggi tidak hanya bahwa
Litmann & Spielberger (2003) sebagaimana yang mereka pertanyakan. Lewat rasa ingin tahu
dikutip oleh Reio et al., (2006) menyatakan kita, kita akan berusaha untuk memecahkan
bahwa curiosity adalah keinginan untuk setiap pertanyaan dibenak kita. Hal ini akan
memperoleh informasi dan pengetahuan baru, membuat kita merasakan pengalaman baru.
serta pengalaman sensori baru yang dapat Pengalaman baru ini akan menstimulasi pikiran
memotivasi perilaku untuk mencari tahu. kita dan melepaskan emosi yang kreatif.
Rasa ingin tahu (curiosity), menurut Santoso,
Dalam pembelajaran, curiosity diartikan
Imam (2011) ingin mengerti yang merupakan
sebagai dorongan yang kuat yang muncul dalam
kodrat manusia membuat manusia selalu
diri seseorang untuk memahami materi atau
bertanya-tanya “ini apa?”. Kemudian menyusul
masalah yang sedang dihadapi. Rasa ingin tahu
pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”,
(curiosity) membuat peserta didik termotivasi
“mengapa begitu?”, dan selanjutnya pertanyaan
untuk terus menggali, dan menemukan jawaban
kita berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan
dari masalah yang diberikan. Rasa ingin tahu
seperti “bagaimana hal itu bisa terjadi?”,
(curiosity) ini menurut Santoso, Imam (2011)
“bagaimana memecahkannya?”, dan seterusnya.
tidak muncul dengan sendirinya namun perlu
pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa
diasah dan dilatih sehingga tumbuh dengan baik.
berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya.
Cara melatih curiosity adalah dengan
Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak
memberikan masalah yang menantang dan
pertanyaan yang muncul, makin banyak
membingungkan sehingga muncul ragam
usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari
pertanyaan dalam diri peserta didik tersebut.
pertanyaan-pertanyaan tersebut mencapai alasan
Curiosity mahasiswa dapat ditingkatkan dengan
atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-
memberikan pembelajaran yang menarik,
dalamnya, maka puaslah dia dan tidak akan
misalnya kegiatan demonstrasi di awal
bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari
pembelajaran. Demonstrasi yang menarik dapat
pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka
meningkatkan curiosity matematis mahasiswa.
manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat
Keingintahuan terhadap suatu hal mendorong
memuaskannya. Manusia harus memiliki hasrat
ingin tahu. mahasiswa untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan yang dimilikinya. Salah satu cara
Rasa ingin tahu membuat manusia dapat untuk mendapatkan jawaban adalah bertanya
memecahkan setiap permasalahan dan pemikiran kepada pendidik. Kegiatan bertanya membantu
yang ada di dalam fikirannya. Apabila rasa ingin mahasiswa untuk mengkonstruksi pemaha-
tahu ini dapat dimanfaatkan dengan baik maka mannya secara mandiri. Pemahaman konsep
akan membawa manusia semakin mengerti yang diperoleh dengan cara mengkonstruksi
dirinya sendiri. Lewat rasa ingin tahu membuat pemahaman lebih baik dibandingkan dengan
manusia mengetahui kebenaran. Segala sesuatu pemahaman yang diperoleh. Curiosity
yang tampak nyata dalam hidup tidak matematis yang dimaksudkan disini adalah rasa
sepenuhnya selalu benar. Apabila seseorang keingintahuan mahasiswa terhadap masalah non-
yang pikirannya dipenuhi dengan rasa ingin tahu rutin yang diberikan dalam pembelajaran
maka dia tidak akan menerima mentah-mentah matematika. Dalam Suhadak (2014), curiosity
omongan seseorang, mereka akan selalu ditandai dengan adanya kegiatan mencari dan
menggunakan pikirannya untuk mencari menemukan sehingga muncul antusias dalam
kebenaran dari omongan tersebut. Seorang yang mempelajari, mencari tahu dan menyelidiki.
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan Pendapat Suhadak ini juga didukung oleh
mencari informasi detail tentang segala sesuatu McElmeel (2002) bahwa curiosity dapat
diidentifikasi dari keinginan untuk mempelajari, Untuk menganalisis data yang telah diperoleh
menyelidiki, dan mengetahui. Untuk itu perlu maka penulis menggunakan rumus persentase,
mengembangkan curiosity peserta didik dalam yaitu :
mempelajari matematika karena akan curiosity 𝐹
𝑃= 𝑥 100%
mendorong peserta didik memperoleh 𝑁
pengetahuan baru. Dalam hal mengasah rasa
Keterangan :
ingin tahu (curiosity) peserta didik, peran
pendidik sangat diperlukan sekali, seperti P : Persentase
memancing peserta didik dengan pertanyaan- F : Frekuensi
pertanyaan yang menantang dan N : Banyaknya sampel (Sudijono, Anas,
membingungkan, sehingga peserta didik 2011)
menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu
jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Setelah dipersentasekan, untuk mengetahui
kriterianya maka akan dilihat dengan
Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka
menggolongkan hasil sebagai berikut:
dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu 81% - 100% : Sangat Kuat
(curiosity) adalah suatu keinginan yang besar 61% - 80% : Kuat
dalam diri seseorang dalam mencari jawaban 41% - 60% : Sedang (Riduwan dan Sunarto,2009)
terhadap permasalahan yang diberikan. 21% - 40% : Lemah
0% - 20% : Sangat Lemah
Salahsatunya dengan bertanya, menyelidiki, dan
membaca sumber-sumber yang membantu Dalam penelitian ini, penulis mengadaptasi
menjawab permasalahan yang diberikan. Dari
definisi yang diberikan dan ciri-ciri dari kriteria diatas sehingga menjadi :
curiosity, maka yang dijadikan indikator
85% - 100% : Sangat Baik
curiosity dalam penelitian ini adalah :
68%- 84% : Baik
1. Bertanya tentang informasi atau masalah 52% - 67% : Sedang
yang diberikan 36% - 51% : Rendah
2. Berkeinginan mengetahui hal secara rinci ≤ 35% : Sangat Rendah
3. Antusias/semangat dalam belajar
4. Mencari informasi dari berbagai sumber 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
5. Mencoba alternatif dari pemecahan
Berdasarkan hasil olahan data angket curiosity,
masalah
akan diuraikan sebagai berikut :
a. Analisis Data untuk Seluruh Indikator
2. Metode
Tabel 1. Rekapitulasi Jawaban Mahasiswa
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif terhadap Data Angket untuk Seluruh
kualitatif yang memaparkan profil rasa ingin Indikator
tahu (curiosity) mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Subjek
penelitiannya adalah mahasiswa program studi
pendidikan matematika semester 4 FKIP
Universitas Islam Riau yang berjumlah 61 orang
yang diperoleh dari 3 kelas paralel. Instrumen
berupa angket yang berisi pernyataan-
pernyataan yang menggambarkan rasa ingin tahu
(curiosity) terhadap matematika.
Dari Tabel 1 diatas dapat disampaikan bahwa Tabel 3. Persentase dan Kriteria untuk Setiap
secara keseluruhan mahasiswa memiliki sikap Indikator dari Angket Curiosity Matematis
rasa ingin tahu (curiosity) yang tergolong baik,
ini dapat dilihat dari persentase perolehan untuk
pernyataan positif (SL+SR) adalah 68% dan
persentase perolehan untuk pernyataan negatif
(JR+TP) adalah 83% sehingga diperoleh rata-
rata persentasenya adalah 76%.
Dari Tabel 3 diatas, dapat diinformasikan bahwa
b. Analisis Data untuk Setiap Indikator indikator yang memperoleh skor tertinggi adalah
indikator 3 ‘Antusias/semangat dalam belajar’
Tabel 2. Rekapitulasi Jawaban Mahasiswa dengan persentase perolehan untuk pernyataan
terhadap Data Angket untuk positif (SL+SR) adalah 79% dan persentase
Setiap Indikator perolehan untuk pernyataan negatif (JR+TP)
adalah 91% sehingga diperoleh rata-rata
persentasenya adalah 85%. Ini menunjukkan
untuk indikator ini sikap rasa ingin tahu
(curiosity) mahasiswa tergolong ’sangat baik’.
Diikuti indikator 4 ‘Mencari informasi dari
berbagai sumber’ dengan persentase perolehan
untuk pernyataan positif (SL+SR) adalah 72%
dan persentase perolehan untuk pernyataan
negatif (JR+TP) adalah 86% sehingga diperoleh
Keterangan : rata-rata persentasenya adalah 79% tergolong
Indikator 1 : Bertanya tentang informasi atau ‘baik’, berikutnya indikator 5 ‘Mencoba
masalah/soal yang diberikan alternatif dari pemecahan masalah/soal” dengan
Indikator 2 : Berkeinginan mengetahui hal persentase perolehan untuk pernyataan positif
secara rinci (SL+SR) adalah 58% dan persentase perolehan
Indikator 3 : Antusias/semangat dalam belajar untuk pernyataan negatif (JR+TP) adalah 72%
Indikator 4 : Mencari informasi dari berbagai sehingga diperoleh rata-rata persentasenya
sumber adalah 65% tergolong ‘sedang’, selanjutnya
Indikator 5 : Mencoba alternatif dari pemecahan indikator 1 ‘Bertanya tentang informasi atau
masalah/soal masalah/soal yang diberikan’ dengan persentase
% ind 1 s/d 5: Persentase SL + SR untuk perolehan untuk pernyataan positif (SL+SR)
Pernyataan positif dan Persentase adalah 61% dan persentase perolehan untuk
JR+TP untuk pernyataan negatif pernyataan negatif (JR+TP) adalah 67%
sehingga diperoleh rata-rata persentasenya
Selanjutnya untuk menetapkan kriteria untuk adalah 64% tergolong ‘sedang’, dan indikator 2
setiap indikator dapat dilihat pada Tabel 3 ‘Berkeinginan mengetahui hal secara rinci’
berikut ini : dengan persentase perolehan untuk pernyataan
positif (SL+SR) adalah 63% dan persentase
perolehan untuk pernyataan negatif (JR+TP)
adalah 59% sehingga diperoleh rata-rata
persentasenya adalah 61% tergolong ‘sedang’.
Dari hasil analisis data diatas dapat dikatakan keingintahuannya terhadap masalah yang
bahwa secara keseluruhan sikap rasa ingin tahu diberikan. Perlu ada pembelajaran yang dapat
(curiosity) mahasiswa terhadap matematika merangsang mahasiswa untuk memiliki hasrat
tergolong’baik’. Pada dasarnya siapapun dan untuk menemukan atau mencari jawaban dari
terhadap apapun ada rasa ingin tahu, timbul masalah yang diberikan, pantang menyerah,
pertanyaan ‘ kenapa?’, ‘bagaimana?’ ‘Apa selalu mencoba alternatif jawaban, fokus dan
pemecahan masalahnya?’. Namun yang perlu antusias dalam belajar.
digarisbawahi adalah seberapa besar rasa ingin
tahu yang muncul pada masing-masing diri 4. Kesimpulan
peserta didik, ini yang perlu jadi tugas dan
Dari hasil analisis data dan pembahasan, maka
perhatian pendidik. Salah satu usaha yang dapat
dapat disimpulkan bahwa secara umum rasa
dilakukan pendidik adalah dengan memberikan
ingin tahu (curiosity) mahasiswa terhadap
permasalahan yang menantang yang membuat
peserta didik harus betul-betul dituntut berpikir masalah matematika tergolong ‘baik’, namun
tingkat tingginya salah satunya kemampuan masih perlu diasah dan ditingkatkan lagi, lebih
berpikir kritis. Karena sudah jelas, jika peserta khusus pada indikator ‘Berkeinginan
didik pasrah, memiliki rasa ingin tahu yang mengetahui hal secara rinci’. Perlu ada
rendah, mustahil permasalahan tersebut dapat penelitian lanjut, proses pembelajaran seperti
apa yang dapat diterapkan untuk lebih mengasah
diselesaikan.
dan mengembangkan rasa ingin tahu (curiosity)
matematis tersebut.
Selanjutnya, dari analisis data untuk indikator
‘Berkeinginan mengetahui hal secara rinci’
memperoleh persentase terendah yaitu 61% Daftar Pustaka
dengan kategori ‘sedang’. Ini menandakan
bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan Carin (1997). Teaching Modern Science. New
masalah matematika, tidak terlalu berkeinginan Jersey: Merrill Publishing.
untuk mencari jawaban dari masalah yang
Gruber, M. J., Gelman, B. d., & Ranganath, C.
diberikan dan memeriksa apakah jawaban yang (2014) States of curiosity modulate
diberikan sudah benar-benar diselesaikan hippocampus-dependent learning via the
dengan baik. Carin (1997) dalam bukunya yang dopaminergic circuit. Neuron, 84(2),
berjudul Teaching Modern Science menyatakan 486-496.
bahwa “Human urges and needs are the forces
that drive all of us to seek answers (some Lipman, M. (2003). Thinking in Education. New
York: Cambridge University Press
rational, some irrational) to questions about our
world. These force are the catalysts for Reio, Thomas G, Jr; Petrosko, Joseph M;
development of science”. Artinya bahwa Wiswell, Albert K & Juthamas
manusia memiliki dorongan dan kebutuhan Thongsukmag. 2006. The Measurement
untuk mencari jawaban suatu pertanyaan tentang and Conceptualization of Curiosity. The
dunia, begitu juga dalam perkembangan ilmu Journal of Genetic Psychology, 167 (2):
pengetahuan. 117-135.
Namun kenyataannya khusus untuk masalah
Santoso, Imam (2011). Mengasah Kemampuan
dalam matematika, dari studi kasus untuk Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu
mahasiswa program studi pendidikan Melalui Pembelajaran Matematika
matematika FKIP Universitas Islam Riau, dengan Berbasis Masalah (Suatu Kajian
mahasiswa masih perlu diasah rasa Teoritis) Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA.UNY. ISBN :978 –979 –16353–6
–3

Suhandak, M. (2014). Keefektifan Metode


Inkuiri dalam Pembelajaran Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel ditinjau
Dari Prestasi Dan Curiosity. Indonesian
Digital Journal of Mathematics and
Education. Volume I Edisi 1 2014
http://idealmathedu.p4tkmate-matika.
org. ISSN 2407-7925

Anda mungkin juga menyukai