Anda di halaman 1dari 7

MAKNA PATICCASAMUPPADA

BUDHISME UNTUK MEREDAM KEJAHATAN KORUPSI

Anik Sapitri

Abstrak
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dilakukan
oleh seorang pejabat demi mendapatkan keuntungan pribadi. Korupsi sebagai kejahatan
telah banyak merugikan masyarakat. Indonesia harus mencari solusi untuk mengurai
kejahatan korupsi. Pemikiran Paticcasamupada memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi pemecahan masalah maraknya korupsi di negara ini. Dua belas unsur
paticcasamupada dan dua konsekuensi dua belas unsur paticcasamupada dalam
Buddhisme membantu menerangi akar masalah korupsi yang dekat dengan manusia
sebagai makhluk yang selalu ada diambang dhukka. Karma dan pemikiran tentang tidak
adanya yang kekal di dunia dalam Budhisme harus diartikulasikan dalam kehidupan
hidup di dunia yang sarat dengan kemewahan dunia.

1. Pendahuluan
Korupsi adalah persoalan yang merisaukan masyarakat, atau permasalahan yang rumit
untuk diselesaikan. Namun, ada lembaga yang dibentuk oleh negara untuk secara istimewa
ditugaskan memberantas korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Salah satu dari
sekian ribu kasus korupsi yang pernah ditangani KPK adalah kasus korupsi E-KTP.
Penyelidik KPK memanggil orang yang telah berstatus tersangka korupsi E-KTP yaitu Setya
Novanto, yang selanjutnya disebut SN. SN menjadi terpidana kasus korupsi proyek e-KTP. Di
belakang aksi SN terdapat Irvanto Hendra Pambudi Cahyo (keponakan SN) yang memang tengah
menjalani hukuman atas perkara itu. Pelesiran ulah terpidana kasus korupsi e-KTP SN ke toko
bangunan di Padalarang, Jawa Barat bikin geger. Wacana koruptor ditempatkan di pulau terpencil
pun menyeruak. Peristiwa pelesiran Novanto itu terjadi pada Jumat, 14 Juni 2013 (bdk. detik.com,
05/16/2019). Namun, di dalam lapas pun terjadi pengelewengan kebijakan petugas Lapas. Awalnya
Novanto mendapatkan rekomendasi dari Lapas untuk menjalani pengobatan di luar Lapas pada
Selasa, 11 Juni 2019. Setelahnya, Novanto dinyatakan oleh dokter untuk menjalani rawat inap.
Novanto kemudian menjalani rawat inap hingga pada Jumat, 14 Juni 2019 diizinkan untuk
kembali ke Lapas. Namun Novanto kabur hingga dilakukan pencarian mulai sekitar pukul 15.00
WIB. Masih di hari yang sama pada pukul 17.43 WIB Novanto kembali ke rumah sakit itu.
Koruptor di Indonesia sangat nyaman. Seperti dilakukan SN yang merugikan masyarakat Indonesia
namun masih berleha-leha mencari kesenangan di luar Lapas.
Korupsi bukanlah suatu hal yang baik melainkan suatu tindak kejahatan yang sangat besar.
Korupsi sebagai kejahatan, untuk konteks Indonesia. Korupsi masuk dalam kategori sebuah
tindakan kejahatan luar biasa, untuk itu penanggulangan dan pemberantasan perkara korupsi di
Indonesia pada prinsipnya mulai melangkah positif dengan mengeluarkan berbagai regulasi
(kebijakan maupun peraturan perundang-undangan) sebagai pelihar pemberantasan korupsi.
Salah satu kebijakan tersebut adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 31 tahun
1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara umum dimaknai sebagai suatu bentuk
perbuatan melawan hukum yang merugikan orang lain, keuangan atau perekonomian negara.
Secara lebih lanjut dinyatakan bahwa korupsi adalah sebuah kejahatan seperti kasus SN. Kasus di
atas merupakan suatu kejahatan karena merugikan kehidupan banyak orang, menindas yang miskin
semakin miskin, yang kaya semakin kaya. Kalau ini dibiarkan lama-kelamaan akan semakin
memperburuk kehidupan bersama. Karya ilmih ini akan membahas beberapa hal: (1). Apa yang
dimaksud dengan korupsi, (2). Korupsi sebagai kejahatan, (3) Pemikiran Paticcasamupada
Budhisme, (4) Sumbangan pemikiran Paticcasamupada untuk meredam kejahatan korupsi.

2. Korupsi
2.1. Pengertian Korupsi
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dilakukan oleh
seorang pejabat demi mendapatkan keuntungan pribadi. Pendapat lain mengatakan definisi korupsi
adalah suatu perilaku yang tidak jujur atau curang demi keuntungan pribadi oleh mereka yang
berkuasa, dan biasanya melibatkan suap. Korupsi dapat juga didefinisikan sebagai suatu tindakan
penyaahgunaan kepercayaan yang dilakukan seseorang terhadap suatu masalah atau organisasi
demi untuk mendapatkan uang.

2.2. Korupsi Sebagai Kejahatan


Korupsi di negara ini adalah hal yang terus dilakukan sehingga merugikan banyak orang
lain bahkan negara itu sendiri. Korupsi sebagai kejahatan yang luar biasa seharusnya ditangani
dengan luar biasa pula. Namun, apakah penangan perkara korupsi di Indonesia saat ini telah
dilakukan dengan luar biasa?
Korupsi telah banyak menyebabkan orang terpidana mati, namun saat ini pelakunya justru
dihukum ringan (kisaran 1sampai 2 tahun) dengan kasus korupsi miliaran rupiah. Korupsi yang
dilakukan tidak dengan jumlah uang yang sedikit, tetapi dengan jumlah yang sangat banyak
mencapai milyaran. Pertanyaanya adalah mengapa hukuman yang diberikan kepada mereka sangat
ringan dari pada mereka orang miskin yang mencuri sendal jepit, sebungkus nasi, dan lain-lain
diberi hukuman yang sangat berat. Apakah karena mereka bodoh, tidak tahu apa-apa atau tidak
memilik dukungan yang kuat. Mereka tidak bisa menuntut, tanpa berpikir panjang dan mereka juga
tidak ada solusi untuk melawan. Namun, pejabat yang korupsi sampai milyaran bahkan merugikan
negara selalu mempunyai banyak cara untuk mengelak bahkan masih bisa senang-senang tanpa
merasa bersalah. Jadi yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya.

3. Pemikiran Paticcasamupada
“Sang Budha mengajarkan bahwa segala sesuatu itu timbul dari syarat-syarat yang
mendahuluinya, dan sesuatu itu akan lenyap dengan berakhirnya syarat-syarat tersebut”
(Dewantara, 2019: 64). Tidak ada sesuatu yang lenyap tanpa syarat-syarat mendahuluinya. Inilah
kondisi dunia dalam paradigma Buddhis. Ajaran mengenai kondisi kehidupan yang merupakan
rangkaian sebab-akibat itulah yang disebut sebagai paticcasamuppada. Secara garis besar
patticasamupada bearti sesuatu yang timbul bersama-sama dari sesuatu hal, dan suatu hal itu
disebabkan oleh sesuatu yang mendahuluinya dan seterusnya. Sehingga, keterjebakkan manusia
dalam lingkaran sebab-akibat inilah yang menyebabkan munculnya dukkha.
Lingkaran Paticcasamupada ini terdiri dari dua belas unsur (dvadasa-anga) yang saling
berhubungan satu sama lain. Keduabelas unsur tersebut akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

3.1. Dua belas unsur


1. Avijja.
Avijja berarti ketidaktahuan atau kebodohan batin. Ketidaktahuan ini menyebabkan manusia
menganggap dirinya sebagai seorang individu yang berinteraksi. Kebodohan batin ini mencakup
ketidaktahuan tentang apa yang benar dan salah, keadaan yang terus bergantung, kebutuhan akan
kebijakan dan Empat kebenaran Mulia, serta jalan menuju jalan pembebasan.
2. Sankhara
Sankhara ini adalah buah dari Avijji. Karena saya tahu, maka maka saya ingin terus berbuat.
Kosekuensi dari hal ini adalah: Bahwa akibat-akibat perbuatan yang belum tercerahkan ini akan
selalu meledak pada manusia tersebut.

3. Vinnana
Vinnana berarti kesadaran. Sankhara yang telah dijelaskan diatas ternyata melahirkan kesadaran.
Kesadaran yang dihasilkan dari bentuk-bentuk karma ini membuat manusia mampu menerima
obyek dan memerksa obyek di luar dirinya

4. Nama-rupa
Nama-rupa oleh Kaharuddin didefinisikan sebagai batin jasmani. Definisi yang diberikan oleh
Kaharuddin ini tentu harus dimengerti sebagai benar. Nama-rupa ini mengacu pada trem dan
konsep yang diberikan oleh manusia ketika menyadari sesuatu. Misalnya: ketika orang menyadari
keberadaan kursi yang ada di didepannya tentu ia akan memberi nama benda (kursi) tersebut.

5. Ayata
Ayata indera dan sasarannya. Nama-rupa menyebabkan indera-indera yang dimiliki manusia
semakin memainkan peranan. Hal ini bisa dimengerti karena dengan meghasilakan konsep dan
terminus kepada semua hal, kerja indera manusia tentu akan semakin dominan.

6. Phasa
Phasa kerpa diarikan sebagai kesan-kesan, sentuhan, atau pengamatan. ia adalah kontak yang
dilakukanmanusia dengan berbagai realitas yang ada didunia ini. Ayatana jelas diandaikan menjadi
penyebab dari munculnya phasa ini, karena kesan dan kontak itu ada karena adanya indera.

7. Vedana
Vedana secara harafiah bearti perasaan. Ia adalah perasaan manusia yang disebabkan karena adanya
kontak antara manusia dengan benda-benda yang ada disekitarnya.

8. Tanha
Tanha bearti keinginan. Tanha kerap diartikan sebagai kehausan yang dimiliki manusia akan hidup
dan kenikmatan indera. Tanha menurut Sang Buddha merupaka ciri kodrat dari setiap manusia yang
ada didunia ini. Ia merupakan akibat dari adanya perasaan.

9. Upadana
Karena ada tanha, maka muncullah kelekatan (upadana). manusia yang terus terikat akan berbagai
keinginan tentu akan menjadi budak dari keinginan tersebut. Ia tidak lagi menjadi manusia merdeka
dan selalu terarah kepada pemenuh akan aneka keinginannya.

10. Bhava
Sang Buddha mengatakan bahwa kalau ada kemelekatan, maka terjadilah proses tumimbal lahir
(upadana paccaya bhava). Karena saya terlekat, maka saya tentu ingin menjadi identik dengan
kelekatan tersebut. Disitu saya ingin menjadi mandiri, yaitu ingin selalu hidup terus.

11. jati
Jati berarti kelahiran. Dengan adanya bhava (proses tumimbal lahir), maka niscaya akan terjadi
kelahiran kembali.

12. Jara-marana
Proses kelahiran membuat manusia akhirnya akan mengalami usia tua (jara) dan kematian
(marana)Hanya manusia yang lahir yang akan mengalamai proses penuaan. Hanya manusia yang
lahir pula yang nanti pasti mengalami proses kematian. Dengan demikian kematian hanya mungkin
terjadi karena adanya kelahiran.
Pandangan realitas yang saling bergantung tentu mempunyai implikasi di bidang yang lain.
Di bahwa ini, akan diuraikan implikasi tersebut.

3.2. Kosekuensia paticcasamupada


Ajaran tentang Paticcasamupada di atas tentu tidak bisa dilepaskan dari pandangan sentral
uddhisme tentang penderitaan. Derita tentunya selalu berkaitan dengan subyek (manusia) yang
merasa penderitaan tersebut. Lalu penderitaan itu sebenarnya apa? Prenderitaan itu ada karena
ketidaktahuan akan kebenaran anicca dan anatta. Perlu diketahui bahwa pandangan kaum Budhis
tentang realita yang serba bergantung ini tentu mempunyai beberapa implikasi dibidang yang lain.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa konsekuensi tersebut.

1. Karma.
Karma juga adalah suatu doktrin Budhis yang penting. Dalam bahasa Sansekerta kata ini
berarti perbuatan, pekerjaan, atau tindakan. Perbuatan ini mengacu kepada kehendak. Setiap
perbuatan yang dikehendaki manusia dengan demikian disebut sebagai karma. Bagi Budha, kita
adalah apa yang telah kita buat, dan apa yang akan kita perbuat demikian kita nanti jadinya. Lalu di
mana hubungan antara Paticcasamupada dengan karma. Karena hidup didunia ini dilingkungi oleh
roda beputar Paticcasamupada, maka tentu di dalamnya terkandung pula paham karma. Hukum
karma adalah suatu hukum yang natural. Misalnya seseorang yang yang menanam benih mangga
pasti akan menuai buah mangg, bukan pepaya. Sama halnya dengan orang yang korupsi. Orang
yang kesulitan dalam memahami karma ini baru muncul ketika efek dari tindakan yang dikehendaki
ini ternyata masih berlanjut kepada kehidupan sesudahnya. Tampak bahwa hidup dimasa kini
menentukan hidup yang akan datang. Hidup yang mendatang menentukan pula hidup eksistensial
dan demikian seterusnya.

2. Semua Hal Itu Tidak Kekal


Bagian ini menyinggung kosekuensi etis dan moral dari pandangan Budha tentang
Paticcasamupada. Kalau manusia itu menyadari bahwa dirinya berada didalam suatu lingkaran
besar sebab- akibat, di mana tidak ada permanensi, maka tentu ia harus menyadari bahwa segala
sesuatu itu serba rerativ. Dengan kata lain takada sesuatu yang mutlak dan idependen. Telah
dikatakan bahwa dukha telah lahir dari kebodohan manusia dalam memandang segala sesuatu.
Realitas yang serba berubah ini hendakditangkap dan dokenalkan oleh manusia. Menurut Budha,
inilah yang menyebab penderitan. Jika demikian langkah baru apa yang harus dipilih? Tentu
memandang bahwa segala hal duniawi yang ada sekarang ini tidak kekal.
4. Sumbangan Pemikiran Paticcasamupada untuk Meredam Kejahartan Korupsi
Korupsi nampaknya susah diberantas, tetapi kita berusaha untuk menguranginya antar
daerah. Pandangan Patticcasamupada akan sangat membantu orang mengurangi pemberantasan
korupsi bahkan mengurangi perbuatan korupsi kecil-kecilan dalam kehidupan sehari-hari di dalam
keluarga. Menurut pandangan Paticcasamupda korupsi adalah suatu kejahatan, orang tahu bahwa
itu salah, tetap mengapa orang mau melakukannya? Secara tidak sadar maupun sadar orang senang
melakukannya, karena bagi mereka korupsi itu hal yang menguntungkan bagi mereka hanya demi
memenuhi kebutuhan hidup, demi kemewahan dan ingin lebih kaya dari pada yang lain, kemudian
hartanya berlimpah ruah tetapi hasil korupsi. Hal semacam itu perlu disadari betul, karena apa yang
diperbuat pasti akan terjadi suatu hukuman, dibenci banyak orang, dikucilkan itulah yang
dinamakan karma.
Orang harus menyadarinya bahwa korupsi bukanlah suatu hal yang kekal melainkan hal
buruk yang akan berakibat atas perbuatannya. Karena apa yang kita perbuat pasti akan berakibat
pada yang namanya karma.

5. Penutup
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
krya tulis ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul karya tuis
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budimani memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya karya tulis ini. dan. Semoga karya tulis ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Daftar Pustaka
Dewantara, Agustinus W. 2019. Diktat Kuliah Perbandingan Agama: Madiun. STKIP Widya,
Yuwana.
https://news.detik.com/berita/d-4589520/novanto-jalan-jalan-wacana-pulau-koruptor-muncul-ke-
permukaan?_ga=2.23159674.1105625568.1561030387-793457565.1561030387.

Anda mungkin juga menyukai