Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH NYERI AKUT PADA PASIEN


POST OP BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN DI RUANG BEDAH
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT KONAWE

Oleh :

DONI PRATAMA
NIM :17.010

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNAAHA
2020

i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Doni Pratama

NIM : 17.010

Program Studi : D III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Pemkab Konawe

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan

alihan tulisan dan pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Wawotobi, 01 Juni 2020


Pembuat Pernyataan

(Doni Pratama)
NIM. 17.010

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

(MERY KANA, S. Kep., Ns., M. Kep) (HUTBA, S. Kep., M. Kes)


NIDN: 34-220390-01 NIDN: 34-200681-01

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Oleh Doni Pratama NIM. 17.010 dengan judul

“Asuhan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign

Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang

Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe” ini telah diperiksa

dan disetujui untuk diseminarkan pada Ujian Sidang Proposal dihadapan Tim

Penguji.

Wawotobi, 01 Juni 2020

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(MERY KANA, S. Kep., Ns., M. Kep) (HUTBA, S. Kep., M. Kes)


NIDN: 34-220390-01 NIDN: 34-200681-01

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Konawe

(Hj. YOSIN NGII, SKM, M.Kes)


NIP. 19710906 199103 2 001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Oleh Doni Pratama NIM. 17.010 dengan

judul “Asuhan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di

ruang Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe” ini telah

diseminarkan dan dinyatakan layak untuk dilanjutkan pada Studi Kasus

Penelitian.

Wawotobi,04 Juni 2020

Tim Penguji

1. Mery Kana, S. Kep., Ns., M. Kep Ketua Penguji (………………………..)

2. Mujur, S. Kep.,Ns., M. Sc Penguji I (………………………..)

3. Jaimin Adi Putra, S. Kep., M. Kes Penguji II (………………………..)

4. Hutba, S. Kep., M. Kes Penguji III (…………………..……)

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Konawe

(Hj. YOSIN NGII, SKM, M.Kes)


NIP. 19710906 199103 2 001

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga proposal karya tulis ilmiah ini dapat

dirampungkan dengan penuh kesabaran dan penuh ketabahan hati walaupun

dalam bentuk yang sederhana, yang merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan dengan judul “Asuhan

keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang Bedah

Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe”.

Pada kesempatan ini penulis secara khusus menyampaikan rasa terima kasih

serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Hj. Yosin Ngii, SKM., M.Kes selaku Direktur Akper Pemkab Konawe.

2. Bapak dr. H. Agus Lahida., MMR selaku Direktur BLUD RS Konawe yang

telah memberikan isin pengambilan data awal.

3. Ibu Mery Kana, S. Kep.,Ns., M. Kep selaku pembimbing I dan bapak Hutba,

S. Kep., M. Kes selaku pembimbing II atas segala bimbingan, arahan dan

perhatian yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya

tulis ini. Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian

proposal karya tulis ilmiah ini mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada

4. Bapak Mujur, S. Kep., Ns., M. Sc selaku penguji I dan Bapak Jaimin Adi

Putra, S. Kep., M. Kes selaku penguji II terima kasih atas arahan yang

diberikan guna untuk kesempurnaan proposal penelitian saya.

v
5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta ayahanda Sumanto Polio dan

ibunda Marhaeni yang telah berjasa mengasuh, membesarkan, mendidik, serta

mendukung baik secara moril maupun material demi suksesnya studi yang

peneliti laksanakan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan

Hidayah-Nya.

6. Saudara-saudaraku tercinta Rifki Aditya dan Rihadathul Ayis yang telah

menasehati, menyemangati, dan memberi bantuan dalam penulisan proposal

karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata semoga segala bantuan dan amal ibadah dari semua pihak yang

telah membantu penulis, kiranya mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT

dan senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua serta

hasil ini dapat bermanfaat dan Ridhoi oleh Allah SWT. Amin…

Wawotobi, 01 Juni 2020

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xi
DAFTAR ISTILAH................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman............................................. 6
1. Pengertian ............................................................................. 6
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyaman................... 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman ........ 9
1. Pengkajian keperawatan........................................................ 9
2. Diagnosa keperawatan.......................................................... 11
3. Intervensi keperawatan.......................................................... 11
4. Implementasi keperawatan.................................................... 13
5. Evaluasi keperawatan............................................................ 13
C. Konsep Gangguan Rasa Nyaman Nyeri.................................... 14
1. Pengertian nyeri.................................................................... 14
2. Penyebab nyeri...................................................................... 14
3. Klasifikasi nyeri.................................................................... 15
4. Fisiologi nyeri....................................................................... 16
5. Penilaian respon intensitas nyeri........................................... 17
6. Tanda dan gejala................................................................... 21
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Stusi Kasus.................................................................... 22
B. Subyek Penelitian...................................................................... 22
C. Fokus Studi................................................................................ 23
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................... 23
E. Definisi Operasional.................................................................. 23
F. Definisi Operasional.................................................................. 23
G. Metode dan Langkah-Langkah Pengumpulan Data.................. 24
H. Analisa Data Dan Penyajian Data............................................. 25
I. Etika Penelitian......................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Hal


2.1 Intervensi Keperawatan............................................................. 11

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks
1. Surat Permintaan Menjadi Responden

2. Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

3. Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari BLUD RS Konawe

4. Format Konsultasi

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Hal


2.1 Skala Nyeri Verbal Descriptor Scale (VDS) ................................ 18
2.2 Skala Nyeri Numerical Rating Scales (NRS) ............................... 19
2.3 Skala Nyeri Visual Analog Scale (VAS) ...................................... 19
2.4 Skala Nyeri Wong-Baker Faces Rating Scale .............................. 20

x
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Nama
NIC : Nursing Intervention Classificatio
AINS : Anti Inflamasi Nonsteroid
VAS : Visual Analog Scale
VDS : Verbal Descriptor Scale
NRS : Numerical rating scales
IM      : Intra Muskular
IV      : IntraVena
STT : spinothalamic Tract
TENS : Trancutaneus Electric Nerve Stimulation
PQRS : Provokatif/Paliatif, Quality, Radiation, Severity
SRT : Spinoreticelur Tract

xi
DAFTAR ISTILAH

Istilah Nama
Atropin : Anti koligernik alkaloid yang digunakan untuk
mengendorkan otot-otot polos
Takipnea : Pernapasan yang secara abnormal cepat seperti
yang terkadang terlihat pada bayi baru lahir yang
mengalami respiratori distress sindrom
Hospitalisasi : Memasukkan pasien ke Rumah Sakit untuk
mendapatkan perawatan
Implamasi : Serangkaian perubahan dalam jaringan yang
menunjukkan reaksinya terhadap cedera baik yang
bersifat mekanis, kimiawi maupun bakterial,
asalkan cedera tersebut tidak menimbulkan
kematian pada bagian yang terkenah.
Autonomy : Klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu
Blockade : Penghambat efek suatu neurotransmiter atau
hormon oleh suatu obat
Posisi fowler : Posisi terlentang, kepala ditinggikan, kaki diberi
bantal, lutut ditekuk
Distensi : Ukuran ruangan yang berada di antara dua objek
Dorsal root : Akar dorsal
Herediter : Penyebaran genetik dari kualitas atau sifat bawaan
tertentu dari orang tua kepada keturunannya
Histamin : Zat yang merangsang pelebaran pembuluh darah
Hygiene : Kebersihan
Informed concent : Cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
Mikroskopis : Pemeriksaan atau pengamatan dengan mikroskop
Composmentis : Kejernihan pikiran, waras
Confidentiality : Kerahasiaan
Mobilisasi : Pembuatan bagian yang dapat digerakkan
Molekul : Masa bahan yang kecil
Stridor : Suara pernapasan yang kasar dan bernada tinggi
Takikardi : Prekwensi jantung dan denyut nadi yang secara
abnormal cepat
Monitor : Memantau
Nociceptor : Reseptor untuk rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
cedera, fisik atau kimia terhadap jaringan tubuh
Pain Threshold : Sebelum
Paliatif : Faktor
Patogenesis : Perkembangan keadaan sakit atau penyakit
Potensial : Mampu dan siap untuk bekerja tetapi tidak aktif
Radiasi : Tempat penyebaran keluhan
Region : Tempat
Severity : Dampak dari kondisi dirasakan klien
Stimulasi : Tindakan atau proses merangsang

xii
Body Image : Gambaran atau konsepsi
Bradikinin : Merupakan vasodilator yang sangat kuat dan
meningkatkan vermeabilitas kapiler, selain itu
mengkontriksi otot polos dan merangsang reseptor
nyeri

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan

sepenuhnya atau minimal bisa diatasi, salah satu contoh kebutuhan yang bisa

terpuaskan sepenuhnya yaitu kebutuhan kenyamanan. Kenyamanan / rasa

nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden

(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri) (Potter & Perry,

2006 dalam Angres, 2017)

Salah satu masalah yang dapat mengakibatkan nyeri adalah post operasi

pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah

kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi

tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas (Nurarif & Kusuma, 2015).

Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) belum diketahui secara

pasti Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada

keseimbangan kadar hormon seksual seiring pertambahan usia pria. Pada

sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup, ketika ukurannya

cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang mengalirkan

urine dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang

menyebabkan munculnya gejala-gejala di atas (Nurarif & Kusuma, 2015).

1
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH), adalah buang air kecil menjadi lebih sering (≥8 kali dalam

sehari), sulit menahan buang air kecil, harus mengedan saat akan buang air

kecil, pancaran air seni lemah, di akhir berkemih, air seni keluar menetes,

mengompol dan nyeri saat ejakulasi dan saat buang air kecil (Nurarif &

Kusuma, 2015).

Untuk itu perawat haruslah dapat memahami dan mampu melakukan

asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH), khususnya dengan masalah keperawatan nyeri akut, yang

dimulai dari melakukan pengkajian pada pasien, menentukan diagnosa yang

bisa atau mungkin muncul, menyusun rencana tindakan, mengimplementasikan

rencana tindakan tersebut, mengevaluasi serta mendokumentasikan hasilnya

(Nurarif dan Kusuma, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shafitri (2015) yang berjudul

asuhan keperawatan pada Klien Dengan Post Operasi Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) Hari Ke I di Ruang Gladiol Atas RSUD Sukoharjo ditinjau

dari masalah keperawatan nyeri akut, hasil yang didapatkan setelah dilakukan

asuhan keperawatan masalah teratasi sebagian.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada lima orang perawat ruang

Bedah saat melakukan pengambilan data awal, ke lima perawat tersebut

mengatakan rata-rata pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

mengalami gangguan rasa nyaman yaitu nyeri akut, sedangkan hasil observasi

yang peneliti lakukan pada pasien yang baru melakukan Post Op Benign

2
Prostatic Hyperplasia (BPH) tampak pasien tersebut merasakan nyeri dengan

ekspresi wajah tampak meringis.

Berdasarkan data dari Rekam Medik BLUD Rumah Sakit Konawe pada

tahun 2019 jumlah pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

sebanyak 36 orang sedangkan pada periode Januari 2020 jumlah pasien Post

Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) sebanyak 5 orang (Profil BLUD

Rumah Sakit Konawe, Tahun 2020).

Dari data dan penelitian sebelumnya di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan keperawatan dengan masalah

nyeri akut pada pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang Bedah Badan layanan Umum

Daerah Rumah Sakit Konawe Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah asuhan

keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang Bedah

Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe”.?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada studi kasus ini adalah mengetahui gambaran asuhan

keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang

Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

3
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan masalah nyeri akut pada

pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman

b. Menetapkan masalah keperawatan dengan masalah nyeri akut pada

pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman

c. Menyusun perencanaan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada

pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman

d. Melaksakan tindakan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada

pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman

e. Melakukan evaluasi keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien

Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi BLUD Rumah Sakit Konawe

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau

kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan

penyakit khususnya dalam asuhan keperawatan dengan masalah nyeri

akut pada pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)) dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman.

4
b. Bagi Institusi Pendidikan Akper Pemkab Konawe

Sebagai bahan informasi bagi Akper Pemkab Konawe dalam

mengembangkan program penelitian yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign

Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan bacaan dan kajian pustaka khusunya yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perawat

Sebagai informasi tambahan khususnya tentang asuhan keperawatan

dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman.

b. Bagi Klien

Diharapkan dapat bermanfaat kepada klien serta menambah

wawasan kepada klien dalam hal pencegahan penyakit agar terhindar dari

rasa nyeri.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya masyarakat

yang berada di wilayah Kabupaten Konawe tentang dampak dari Post

Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman

1. Pengertian

Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman

(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan

(kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang

melebihi masalah dan nyeri) (Kolcaba, 2015).

Konsep kenyamanan mempunyai subjektifitas yang sama dengan

nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,

psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka

menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba (1992 dikutip dalam

Potter  Perry, 2012) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang

konsisten pada pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefenisikan

kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuha dasar manusia.

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang

meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebuthan telah terpenuhi),

dan transenden (keadaan yang tentang sesuatu yang melebihi masalah atau

nyeri).

Suatu cara pandang yang holistik tentang kenyamanan membantu

dalam upaya mengidentifikasi empat konteks (Potter  Perry, 2012) :

a. Fisik–berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosia–berhubuhan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

6
c. Psikospritual–berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri, meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

d. Lingkungan–berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia : cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur – unsur alamiah

Penilaian tentang konteks kenyamanan memberikan seorang perawat

rentang pilihan yang lebih luas dalam mencari tindakan untuk mengatasi

nyeri. Cara pandang yang holistik ini menguatkan konsep Mahon (1994

dikutip dalam Potter  Perry, 2012) yaitu harus memahami pengalaman

nyeri sebagaimana nyeri itu berlangsung. Penting bagi perawat untuk

memahami makna nyeri bagi setiap individu. Penatalaksanaan nyeri lebih

dari sekedar pemberian analgesik. Dengan memahami nyeri dengan lebih

holistik, maka perawat dapat mengembangkan strategi yang lebih baik pada

penangan nyeri yang berhasil.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan rasa nyamanan

Menurut Christensen, dkk (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi

kenyamanan adalah sebagai berikut :

a. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

b. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran

menurun memudahkan terjadinya resiko injury.

7
c. Gangguan Presepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti

gangguan penciuman dan penglihatan.

d. Keadaan Imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga

mudah terkena penyakit.

e. Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan

paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.

f. Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat

menimbulkan kecelakan.

g. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat

diprediksi sebelumnya.

h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilatik syok.

i. Status Nutrisi

Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah

menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat berisiko terhadap

penyakit tertentu.

j. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia

anak-anak dan lansia mempengaruhi reksi terhadap nyeri.

8
k. Jenis Kelamin

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantar kelompok usia

anak-anak dan lansia mempengaruhi reksi terhadap nyeri.

l. Kebudayaan

Kenyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman

Asuhan Keperawatan merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses

dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien

(pasien) untuk memenuhi kebutuhan objektif klien (Effendy, 2015).

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,

2015). Menurut Putra (2014), pengkajian keperawatan pada kebutuhan rasa

nyaman adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

Data didapatkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa

untuk mengkaji karakteristik nyeri yang diungkapkan oleh pasien dengan

pendekatan PQRST (Provokatif/Paliatif, Quality, Radiation, Severity,

Time). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan klinis

yang diakibatkan oleh nyeri yang dirasakan oleh pasien.

9
b. Data yang didapatkan mencerminkan respons pasien terhadap nyeri yang

meliputi respon fisiologis, respon perilaku, dan respon psikologis.

1) Respons Fisiologis

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang

berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan.

Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan

fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan

nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan

meningkat.

2) Respons Perilaku

Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,

gelisah,imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan

melindungi bagian tubuh sampai dengan menghinndari percakapan,

menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas

menghilangkan nyeri.

3) Respons Psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien.Arti nyeri bagi

setiap individu berbeda-beda antara lain : Bahaya atau merusak,

Komplikasi seperti infeksi, Penyakit yang berulang, Penyakit baru,

Penyakit yang fatal, Peningkatan ketidakmampuan, dan Kehilangan

mobilitas.

10
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu komponen dari langkah-

langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu

terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Kim, 2014).

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016), salah satu

diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman adalah nyeri akut.

3. Intervensi keperawatan

Menurut Kozier et al. (2015) perencanaan adalah sesuatu yang telah

dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses

keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan

masalah.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Nyeri Menurut (Nurarif dan


Kusuma, 2015)
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
Nyeri akut a. Pain level Pain management
Definisi : pengalaman b. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
sensori dan emosional yang c. Comport level secara komprehensif
tidak menyenangkan yang Kriteria hasil : termaksud lokasi,
muncul akibat kerusakan 1.Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
jaringan yang aktual dan nyeri (tahu penyebab frekwensi, kualitas dan
potensial atau digambarkan nyeri, mampu presipitasi
dalam hal kerusakan menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal
sedemikian rupa tehknik dari ketidaknyamanan
(international Association nonfarmakologi 3. Gunakan tehknik
for the study of pain) : untuk mengurangi komunikasi terapeutik
awitan yang tiba-tiba atau nyeri, mencari untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan bantuan) pengalaman nyeri pasien
hingga berat dengan akhir 2.Melaporkan bahwa 4. Kaji kultur yang
yang dapat diantisipasi atau nyeri berkurang menpengaruhi respon nyeri
diprediksi dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri
Batasan karakteristik : menggunakan masa lampau
1. Perubahan selera makan management nyeri 6. Evaluasi bersama pasien
2. Perubahan tekanan darah 3.Mampu mengenali dan tim kesehatan lain
3. Perubahan frekwensi nyeri (skala, tentang ketidakefektipan
jantung intensitas, frekwensi kontrol nyeri masa lampau
4. Perubahan frekwensi dan tanda nyeri) 7. Bantu pasien dan keluarga
pernafasan 4.Menyatakan rasa untuk mencari dan
5. Laporan isyarat nyaman setelah nyeri menemukan dukungan

11
6. Diaforesis berkurang 8. Kontrol lingkungan yang
7. Perilaku distraksi (mis., dapat mempengaruhi nyeri
berjalan mondar mandir seperti suhu ruangan,
mencari orang lain, pencahayaan dan
aktifitas lain, aktifitas kebisingan
yang berulang) 9. Pilih dan lakukan
8. Mengeskpresikan penaganan nyeri
perilaku (mis., gelisah, (farmakologi, non
merengek, menagis) farmakologi dan inter
9. Masker wajah (mis., personal)
mata kurang bercahaya, 10. Kaji tipe dan sumber nyeri
tampak kacau, gerakan untuk menentukan
mata terpancar atau tetap intervensi
pada satu fokus 11. Ajarkan tentang tehknik
meringis) non farmakologi
10. Sikap melindungi area 12. Berikan analgetik untuk
nyeri mengurangi nyeri
11. Fokus menyempit (mis., 13. Evaluasi keefektipan
gangguan persepsi nyeri, kontrol nyeri
hambatan proses 14. Tingkatkan istrahat
berpikir, penurunan 15. Kolaborasikan dengan
interaksi dengan orang dokter jika ada keluahan
dan lingkungan ) dan tindakan nyeri tidak
12. Indikasi nyeri yang berhasil
dapat diamati 16. Monitor penerimaan pasien
13. Perubahan posisi untuk tentang manajemen nyeri
menghindari nyeri Analgetik administration
14. Sikap tubuh melindungi 1. Tentukan lokasi, karakteri
15. Dilatasi pupil kualitas, dan derajat nyeri
16. Melaporkan nyeri secara sebelum pemberian obat
verbal 2. Cek intruksi dokter tentang
17. Gangguan tidur jenis obat, dosis dan
Faktor yang frekwensi
berhubungan : 3. Cek riwayat alergi
 Agen cedera 4. Pilih analgetik yang
(mis.,biologis, zat kimia, diperlukan atau kombinasi
fisik, psikologis) dari analgetik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat

12
4.  Implementasi keperawatan

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan yang. bertujuan untuk membantu individu dalam

memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi sendiri, mengarahkan

atau membantu mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Sebelum

melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan klien saat ini (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah

tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk

mengatasi suatu masalah. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir

proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap

tahap proses keperawatan.  Pengumpulan data perlu direvisi untuk

menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian

perilaku yang observasi (Nursalam, 2014)

Semua tindakan keperawatan yang di lakukan oleh perawat di

dokumentasikan dalam format implementasi dan evaluasi dengan

menggunakan pendekatan SOAP.

S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang di laksanakan

O : Respon obyektif klien terhadap yang di laksanakan

A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap, sudah teratasi.

13
P   : Perencanaan atau tindak lanjut berdas

C. Konsep Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

1. Pengertian nyeri

Nyeri adalah persepsi sensorik dari rangsangan sensorik psikis maupun

lingkungan yang diinterprestasikan oleh otak yang menimbulkan reaksi

terhadap rangsangan tersebut. Pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau

digambarkan dengan istilah kerusakan yang tiba-tiba atau perlahan dengan

intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya lebih dari 6 bulan (Wilkinson, 2016).

2. Penyebab nyeri

Menentukan penyebab nyeri sering sulit dilakukan, namun beberapa

nyeri memang berguna untuk menentukan diagnosis medik. Sebagai contoh,

nyeri punggung kronis mungkin menunjukkan penjepitan saraf (hernia

nukleus pulposus), nyeri dia area Mc. Burney menunjukkan appendicitis,

sedangkan nyeri dada yang menyebar kelengan dan punggung

mengidentifikasi serangan jantung koroner (infark miokard)

(Tamsuri, 2014).

Lokasi nyeri dan penyebarannya memberikan informasi yang berguna

dalam menegakkan diagnosis medik, menunjukkan adanya “sesuatu yang

tidak beres” pada organ dibawah lokasi nyeri. Namun perlu disadari bahwa

pada beberapa kasus, terutama nyeri psikologik, sangat sulit ditentukan

adanya kelainan organ sebagai penyebab nyeri (Tamsuri, 2014).

14
3. Klasifikasi nyeri

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)

(2015) diagnosa nyeri terbagi menjadi 2 klasifikasi berdasarkan berdasarkan

durasinya yaitu, nyeri akut dan nyeri kronis :

a. Nyeri akut

Nyeri akut akan berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dan

akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan

pulih pada area yang terjadi kerusakan. Nyeri akut berdurasi singkat

(kurang dari 6 bulan), memiliki omset yang tiba – tiba dan terlokalisasi.

Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivitas sistem saraf simpatis yang

akan memperlihatkan gejala – gejala seperti peningkatan respirasi,

peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis, dan

dilatasipupil. Secara verbal klien yang mengalami nyeri akan melaporkan

adanya ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakannya.

Klien yang mengalami nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan

respon emosi dan perilaku, seperti menangis, mengerang kesakitan,

mengerutkan wajah, atau menyeringai (Andarmoyo, 2013).

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama,

intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.

Manifestasi klinis yang tampak pada nyeri kronis sangat berbeda dengan

yang diperlihatkan oleh nyeri akut. Dalam pemeriksaan tanda–tanda

15
vital, sering kali didapatkan masih dalam batas normal dan tidak dan

tidak disertai dilatasi pupil. Manifestasi yang biasanya muncul

berhubungan dengan respon psikososial seperti rasa keputusasaan,

kelesuan, penurunan libido (gairah seksual), penurunan berat badan,

perilaku menarik diri, iritabel, mudah tersinggung, marah dan tidak

tertarik pada aktivitas fisik. Secara verbal klien mungkin melaporkan

adanya ketidaknyamanan, kelemahan, kelelahan. (McCaffery,1986;

Potter & Perry, 2005 dikutip dalam Andarmoyo, 2013).

4. Fisiologi nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan

ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedkit atau bahkan tidak

memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada

visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri

dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

Stimulasi tersebut dapat beruba zat kimiawi seperti histamine, bradikinin,

prostaglandin dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat

kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain

dapat berupa termal, listrik atau mekanis (Nurhasanah, 2016).

Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut

ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh

dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut lamban (serabut C).

Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat

inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke

16
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.

Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling

bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang

merupakan saluran utama impuls (Nurhasanah, 2016).

Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada

interneuron dan bersambung kejalur spinal asendens yang paling utama,

yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan

spinoreticelur tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi

nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri,

yaitu opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan

reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desenden dari thalamus

belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin

merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif  lebih

mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A jalur

nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons

terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara

C. Long, 1989 dikutip dalam Nurhasanah, 2016).

5. Penilaian respon intensitas nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik

17
ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tamsuri, 2007 dikutip dalam Andarmoyo, 2013).

Berikut adalah beberapa alat untuk yang biasa digunakan untuk menilai

derajat nyeri :

a. Skala intensitas nyeri deskriptif 

Skala Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan alat pengukuran

tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal

Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama

di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri”

sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala

tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang

ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling

menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.

Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

Gambar 2.1 Skala Nyeri Verbal Descriptor Scale (VDS) (http://www.


google. co. od/ imgres, diperoleh tanggal 16 April 2020)

b. Skala identitas nyeri numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

18
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka

direkomendasikan patokan 10 cm (Andarmoyo, 2013).

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numerical Rating Scales (NRS) (http://www.


google. co. od/ imgres, diperoleh tanggal 16 April 2020)

c. Skala analog visual

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri

yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala

ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian

dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Andarmoyo, 2013).

Gambar 2.3 Skala Nyeri Visual Analog Scale (VAS) (http://www.


google. co. od/ imgres, diperoleh tanggal 16 April 2020)

d. Skala wong-baker faces rating scale

Mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak, dikembangkan alat

yang dinamakan Wong-Baker Faces Rating Scale yang terdiri dari dua

skala yang terpisah : sebuah skala dengan nilai 0-10 pada sisi sebuah kiri

untuk anak-anak yang lebih besar dan skala patografik enam gambar

19
pada sisi kanan untuk anak-anak, sehigga dapat memahami makna dan

tingkat keparahan nyeri. Seorang anak biasanya menunjuk kesejumlah

pilihan gambar yang mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana.

(Andarmoyo, 2013).

Gambar 2.4 Skala Nyeri Wong-Baker Faces Rating Scale (http://


www. google. co. od/ imgres, diperoleh tanggal 16 April
2020)

Keterangan :

1) 0 : Tidak nyeri

2) 1-3                  : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik.

3) 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah

dengan baik.

4) 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak

dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi

5) 10                 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

20
6. Tanda dan gejala

Beberapa tanda dan gejala pada nyeri akut  menurut Nurarif dan

Kusuma (2015) yaitu perubahan selera makan, perubahan tekanan darah,

perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan

isyarat, diaforesis, perilaku distraksi, mengekspresikan perilaku, masker

wajah (mata kurang bercahaya, kacau, gerakan mata berpencar, satu fokus),

perilaku berjaga-jaga/ melindungi area nyeri, fokus menyempit, indikasi

nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap

tubuh melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur,

melaporkan nyeri secara verbal.

Tanda dan gejala pada nyeri kronis  menurut Nurarif dan Kusuma

(2015) adalah gangguan kemampuan untuk meneruskan aktivitas

sebelumnya , anoreksia, atrofi kelompok otot yang terserang, perubahan

pola tidur, isyarat laporan, depresi, letih, takut cedera berulang, perilaku

melindungi/menjaga area nyeri, iritabiltas, perilaku protektif yang dapat

diamati, penurunan interaksi dengan orang lain, gelisah, berfokus pada diri

sendiri, respon yang diperantarai saraf simpatis, keluhan nyeri.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau

fenomena dengan batasan terperinci Notoatmodjo, (2013). Penelitian ini

bertujuan untuk mendapatkan gambaran perubahan intensitas nyeri pada

pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) sebelum dan sesudah

dilakukan asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di

ruang Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah satu pasien Post Op Benign

Prostatic Hyperplasia (BPH) yang mengalami masalah nyeri akut dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang Bedah Badan layanan Umum

Daerah Rumah Sakit Konawe, dengan kriteria :

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia dijadikan subjek dalam penelitian

b. Klien yang mengalami gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri dengan

masalah gangguan Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

c. Klien yang mengalami nyeri skala sedang (4-6)

d. Klien tidak mengalami buta, tuli dan bisu

e. 2 jam sebelum minum obat analgetik

f. Pasien dengan hari perawatan kedua

22
2. Kriteria eksklusi

a. Pasien yang mengalami nyeri hebat skala (7-10), dan tidak nyeri (0-3)

b. Tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik

c. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah penurunan intensitas nyeri setelah

dilakukan asuhan keperawatan pada pasien Post Op Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 26 Juni sampai 28 Juni

2020 di ruang Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe

Rumah Sakit Konawe.

E. Definisi Operasional

1. Kenyamanan adalah rasa yang timbul jika seseorang merasa di terima apa

adanya, serta senang dengan situasi dan kondisi yang ada sehingga

seseorang akan merasa nyaman.

2. Nyeri adalah perasan yang tidak nyaman yang umumnya disebabkan oleh

rangsangan yang kuat atau merusak, kadang-kadang nyeri muncul meski

tidak terdeteksi adanya stimulus, kerusakan atau penyakit

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar format asuhan

keperawatan Keperawatan Medikal Bedah, dalam hal ini peneliti melakukan

pengkajian dimulai dari wawancara, observasi dan melakukan pemeriksaan

23
fisik, menentukan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, melakukan

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan

G. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara

melakukan pengkajian kepada pasien secara langsung.

2. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

a. Mengurus surat izin penelitian dari Akper Pemkab Konawe

b. Mengurus perijinan dengan Institusi yaitu Litbang Kabupaten Konawe

dan BLUD Rumah Sakit Konawe untuk melakukan penelitian.

c. Mengurus perizinan penelitian dari diklat BLUD Rumah Sakit Konawe

ke ruang Bedah

d. Memintah izin kepada kepala ruangan Bedah untuk memilih pasien yang

akan dijadikan subyek penelitian

e. Memilih pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman yang sesuai

kriteria, menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian pada pasien

dan meminta persetujuan untuk dilibatkan dalam penelitian.

f. Mendiskusikan dan menganjurkan pada klien tentang asuhan

keperawatan.

g. Melakukan penilaian skala nyeri yang dirasakan klien sebelum dilakukan

asuhan keperawatan

h. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien

i. Melakukan penilaian nyeri yang dirasakan klien sesudah dilakukan

asuhan keperawatan

24
j. Pengolahan data

k. Analisa dan penyajian data

H. Analisa Data Dan Penyajian Data

1. Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis

deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan

data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo,

2013). Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan

intensitas nyeri pasien setelah dilakukan asuhan keperawatan.

2. Penyajian data

Setelah dianalisis kemudian data disajikan dalam bentuk tabel disertai

penjelasan atau narasi.

I. Etika Penelitian

Menurut Sugiyono, (2013), dalam penelitian ini masalah etika sangat

diperhatikan dengan menggunakan metode :

1. Informed concent (Persetujuan menjadi klien)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concent).

Informed concenttersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

concent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

mengetahui dampaknya.

2. Ananomity (Tanpa nama)

25
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar

alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

4. Justice (Keadilan)

Yaitu klien memiliki hak atas perlakuan yang sama dalam upaya

pelayanan kesehatan tanpa mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan,

dan kedudukan sosial ekonomi.

5. Non Maleficence (Tidak membahayakan)

Yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip yang paling utama

dan jangan merugikan orang lain. Resiko fisik, psikologi, dan social

hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.

6. Beneficence (Manfaat)

Yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien.

Oleh karena itu perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya

dapat bermanfaat dalam menolong klien.

26
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha Ilmu

Angres. 2017. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC.

Christensen, Alba, Kumala & Rosita 2014. Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Bengkulu : Nuha Medika

Damayanti dan Iskandar. 2012. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Praktek


Keperawatan. Bandung : Refika Aditama

Effendy. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medikal.

Kim. 2014. Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition. USA :


Mosby

Kolcaba. 2015. Buku Ajar : Kebutuhan Dasar Manusia. http://ilmu-keperawatan-


online.com/2015/12/kebutuhan-dasar-manusia-4 diakses tanggal 02
Februari 2020

Kozier Brendon Brits & Keizon. 2015. Buku Saku Keperawatan Jiwa. St.Louis :
Mosby Year Book.

North American. 2015. Nursing Diagnosis Association (NANDA). USA :


Outcomes

        Notoatmodjo. S . 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta

Nurarif A, H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis NANDA Nic-Noc. Jogjakarta : MediAction

Nurhasanah. 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2014. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika

Potter  Perry. 2012. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb. Jakarta :
EGC
Putra. I. 2014. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Dan
Aman Pasien di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra : Poltekes
Kemenkes Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda
Kalimantan Timur

Fadillah. H & Mustikasari. TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia

27
Shafitri. E. Y. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Operasi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Hari Ke I di Ruang Gladiol Atas
RSUD Sukoharjo : Program Studi Diploma Iii Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta 2015

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian. Jakarta : CV Alfa Beta

Tamsuri A. 2014. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Wilkinson, N, R. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

Lampiran 1

28
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya adalah peneliti berasal dari Institusi/Jurusan/Program Studi Akademi


Keperawatan Pemkab Konawe dengan ini memintah bapak/ibu untuk
berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian yang berjudul “Asuhan
keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang Bedah
Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe”.
2. Tujuan penelitian studi kasus ini adalah asuhan keperawatan secara komprensif
pada pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan gangguan
rasa nyaman nyeri, melalui manajemen nyeri yang dapat memberi manfaat
berupa teratasinya atau menurunnya intensitas nyeri yang dirasakan. Penelitian
ini akan berlangsung selama anda dirawat di Rumah Sakit.
3. Proses pengambilan bahan data dengan melalui proses pengkajian yang
meliputi wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik yang akan berlangsusng
selama 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi
bapak/ibu tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan
pengembangan pelayanan keperawatan
4. Keuntungan yang bapak/ibu peroleh dalam keikutsertaan bapak/ibu pada
penelitian ini adalah bapak/ibu turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
tindakan yang diberikan
5. Nama dan jati diri bapak/ibu beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika bapak/ibu membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor HP : 0851 4603 6113

Peneliti

Doni Pratama
Nim 17. 010

Lampiran 2

29
INFORMED CONCENT

(Persetujuan Menjadi Partisipasi)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Doni Pratama, Nim : 17.010 dengan judul “Asuhan

keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien Post Op Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang Bedah

Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe”

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya mengiginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Wawotobi, Juni 2020


Saksi Yang Memberikan Persetujuan

( ) ( )

Peneliti

Doni Pratama
Nim 17. 010

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB

30
KABUPATEN KONAWE
UNAAHA
Jalan Sultan Hasanuddin, No. 111 Kel. Lalosabila, Kec. Wawotobi Kabupaten Konawe

FORMAT KONSULTASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH


T.A. 2019/2020

Nama :Doni Pratama


Nim : 17.010
Judul : Asuhan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada
pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang
Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Konawe
NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING NAMA / PARAF
DOSEN

Wawotobi, ,Juli 2020


Pembimbing 1 Pembimbing 2

MERY KANA, S.Kep., Ns., M. Kep HUTBA, S.Kep., M. Kes


NIDN. 34-220390-01 NIDN. 34-200681-01

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB

31
KABUPATEN KONAWE
UNAAHA
Jalan Sultan Hasanuddin, No. 111 Kel. Lalosabila, Kec. Wawotobi Kabupaten Konawe

LEMBAR PERBAIKAN PROPOSAL/KARYA TULIS ILMIAH

Nama :Doni Pratama


Nim : 17.010
Judul : Asuhan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada
pasien Post Op Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman di ruang
Bedah Badan layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Konawe
NO Nama Hal-Hal Yang Diperbaiki TTD
Pembimbing/Penguji
1 Mujur, S. Kep., Ns., 1. Hal. Pengesahan diperbaiki tanggal
M. Sc 2. Gambaran lokasi studi kasus
tambahkan visi-misi
3. Genogram diperbaiki
4. Pemeriksaan fisik bukan pengkajian
fisik
5. Perbaiki pembahasan

2 Jaimin Adi Putra, 1. Pengkajian diperbaiki


S.Kep., M. Kes 2. Pembahasan diperbaiki
3. Daftar lampiran diperbaiki
4. Daftar isi diperbaiki
5. Abstrak diperbaiki

3 Hutba, S. Kep., M. 1. Singkatan judul diperbaiki


Kes 2.implementasi pada pembahasan
diperbaiki
3. Kesimpulan dan saran diperbaiki
4
Mery Kana, S. Kep., 1. Perbaiki daftar singkatan
Ns., M. Kep 2. Perbaiki pengkajian
3. Perbaiki pembahasan
4. Perbaiki abstrak

Wawotobi, 09 September 2020


Direktur

HJ. YOSIN NGII, SKM, M.Kes


NIP. 19710906 199103 2 001

32
33

Anda mungkin juga menyukai