Anda di halaman 1dari 174

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PROGRAM PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KEGIATAN


PELAKSANAAN LATIHAN KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
SUB KEGIATAN PROSES PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KETRAMPILAN BAGI PENCARI KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
TAHUN ANGGARAN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
JL. Pahlawan No. 16 Semarang
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PROGRAM PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KEGIATAN
PELAKSANAAN LATIHAN KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
SUB KEGIATAN PROSES PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KETRAMPILAN BAGI PENCARI KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
TAHUN ANGGARAN 2022

A. LATAR BELAKANG

a. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional;
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor : 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan
dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.08/MEN/V/2008
tentang Tata Cara Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di Luar Negeri;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER.6 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri;
6. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Provinsi Jawa Tengah;

b. Gambaran Umum
Persaingan di dunia kerja semakin ketat, baik produk barang maupun jasa yang
dihasilkan, ijazah saja tidak cukup ampuh untuk menembus pasar
kerja. Hal ini menyiratkan bahwa, untuk dapat menembus pasar kerja banyak hal
yang harus diperhatikan, antara lain kompetensi yang dimiliki pencari kerja dan
pengalaman kerja. Sebagai upaya untuk memperoleh kedua hal tersebut diatas perlu
dilakukan melalui program pemagangan. Melalui program ini para pencari kerja dapat merasakan
duania kerja yang sebenarnya disamping itu pengetahuan yang didapat.
Program magang bermanfaat bagi perusahaan, peserta magang maupun pemerintah.
Bagi perusahaan : tersedianya tenaga kerja yang siap pakai sesuai kompetensi yang dibutuhkan
oleh perusahaan. Bagi peserta dapat menguasai kompentensi sesuai dengan kebutuhan
perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri serta memiliki peluang untuk menjadi
karyawan diperusahaan tempat magang. Sedangkan bagi pemerintah adalah mengurangi
pengangguran karena semakin banyak pencari kerja yang terserap didunia kerja. Sebagai
contoh hal ini tidak hanya berlaku diperusahaan dalam negeri, untuk eks magangpun apabila
perusahaan tempat magang di Jepang merasa membutuhkan tenaganya perusahan tersebut
dapat memanggilnya kembali (Re entry).

perserta yang bersangkutan dengan status sebagai TKI Ini sudah berjalan, khususnya untuk
bidang konstruksi dan perkapalan.
Melalui program pemagangan sebetulnya perusahaan memperoleh dua keuntungan pertama
medapatkan tenaga kerja yang memiliki kompeensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
kedua dapat memanfaat hasil kerja peserta magang dengan upah yang sebagian disubsidi oleh
pemerintah. Bagi peserta seniri apabila tidak terserap di perusahaan tempatnya magang,
memperoleh sertifikat magang yang dapat meningkatkan daya tawar apabila mereka bekerja di
perusahaan yang bidangnya sama dengan tempatnya magang.
Mengingat program pemagangan dapat mengurangi angka pengangguran, maka
kegiatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi masalah
pengangguran di Jawa Tengah. Program pemagangan pula menjadi titik awal untuk membuka
lapangan kerja baru melalui wirausaha mandiri, disamping untuk mengisi kekurangan tenaga
kerja di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri, terutama industri, otomotif,
tekstil, listrik, manufaktur, mesin dan bangunan.

B. KEGIATAN

uraian kegiatan pelaksanaan latihan kerja berdasarkan klaster kompetensi


 Pemagangan Dalam Negeri
Kegiatan ini meliputi pada memberikan pelatihan teori dan Praktek, magang di
perusahaan/industry kepada pencari kerja di Jawa Tengah agar menjadi tenaga yang
kompeten dan siap memasuki pasar kerja. Diawali dari rekrut dan seleksi peserta , 1 bulan
teori pelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja atau Lembaga Pelatihan Perusahaan dan 2
bulan praktek magang di perusahaan.
 Pemagangan Luar Negeri
Kegiatan ini berupa rekrut dan seleksi magang jepang yang meliputi penyebaran informasi
program magang jepang, pendaftaran dan seleksi antara lain, tes matematika kesemaptaan,
ketahanan fisik dan wawancara yang dilakukan oleh Disnakertrans Prov. Jateng, IM Japan
dan Kemnaker RI.
 Pembinaan SDM Pelatihan Kerja
Kegiatan ini berupa pemberikan pembekalan kepada para pengelola, instruktur maupun
tenaga kepelatihan yang meliputi management pengelolaan pelatihan, pengembangan
program maupun standar mutu lembaga penyelenggara pelatihan baik pemerintah maupun
swasta. sehingga akan menghasilkan lulusan yang kompeten dan bermutu.
 Sinergitas Peningkatan Pelatihan
Kegiatan ini dalam rangka menyinergikan kegiatan baik di Provinsi, Dinas Kab/Kota dan
BLK agar program pelatihan yang dilaksanakan saling berkelanjutan serta diperolehnya
data pelatihan pada tahun bersangkutan yang telah dilaksanakan oleh masing dinas
/lembaga sehingga data yang dapatkan lebih akurat.
 Monitoring/Pemantauan hasil Pelatihannya di Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah
dan swasta.
Kegiatan ini dilakukan sebagai sarana pembinaan sekaligus memonitor hasil dan kinerja
lembaga baik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan penyelenggaraan pelatihan
kerja .
 Indikator Kinerja

b.1 Pemagangan Dalam Negeri :


 Tersedianya tenaga kerja kompeten melalui penyelenggaraan pemagangan di
perusahaan dari berbagai kejuruan/bidang keahlian yang siap mengisi kesempatan kerja
di perusahaan tempat magang dan atau di perusahaan lain.
 Meningkatnya lulusan magang dalam negeri yang ditempatkan di perusahaan tempat
magang maupun perusahaan lain.
 Mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

b.2 Pemagangan Luar Negeri (Rekrut dan Seleksi Magang ke Jepang) :


 Tersedianya tenaga kerja kompeten yang siap melaksanakan program magang ke
Jepang, melalui seleksi yang dilaksanakan oleh Disnakertrans bekerjasama dengan IM
Japan dan Kemnaker RI.
 Ditempatkannya calon pemagang yang telah lulus seleksi untuk melakukan magang di
Jepang .
 Meningkatkan daya saing tenaga kerja di Luar Negeri dan menciptakan lapangan kerja .

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menambah devisa negara.


b.3 Pembinaan SDM Pelatihan Kerja
 Meningkatnya kompetensi para pengelola, instruktur dan pada giliranya meningkatkan
kualitas dan mutu pelatihan di lembaganya.
 Meningkatnya kompetensi siswa lulusan dari Lembaga Pelatihan dan diharapkan dapat
mampu mengisi lowongan yang tersedia di pasar kerja atau berusaha mendiri .
 Meningkatnya performance lembaga pelatihan sehingga dapat meningkatkan daya saing
dalam rangka menyosong era melenia.
b.4 Sinergitas Peningkatan Pelatihan
 Memudahkan penyampaian informasi pelatihan kerja atau kegiatan yang dilaksanakan
oleh BLK, Dinas Kab/Kota maupun lemabaga pelatihan kerja swasta
 Tersedianya data pelatihan kerja yang akurat guna penyusunan program kebijakan di
tahun berikutnya.
b.5. Monitoring/Pemantauan hasil pelatihannya di Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah dan
swasta.
 Terpantaunya perkembangan penyelenggaraan pelatihan kerja disemua kejuruan baik
yang didanai melalui dana pemerintah maupun mandiri.
 Dapat mengetahui secara langsung kinerja lembaga dan hasil pelatihan kerja dalam
rangka menciptakan calon tenaga kerja yang kompeten, terserap dan mandiri.
C. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN KERJA
BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
a. Maksud :
 Memberikan kesempatan bagi pencari kerja untuk meningkatkan kompetensi,
profesionalisme dan pengalaman kerja di perusahaan di dalam maupun di luar negeri
melalui program pemagangan Dalam dan Luar Negeri (ke Jepang).
 Meningkatkan mutu dan kualitas penyelenggaraan pelatihan Lembaga Pelatihan Kerja baik
pemerintah maupun swasta di Kabupaten/Kota se - Jawa Tengah.
 Peningkatan program pelatihan sesuai visi dan misi gubernur jawa tengah
b. Tujuan :
 Meningkatkan kompetensi dan pengalaman kerja di perusahaan Dalam dan Luar negeri
melalui program pemagangan di perusahaan.
 Mengisi kesempatan kerja yang ada di perusahaan tempat magang guna mengurangi
pengangguran.
 Membuka usaha sendiri dengan memanfaatkan kompetensi yang diperoleh selama
mengikuti program pemagangan di perusahaan dalam dan luar negeri.
 Meningkatkan dan terserapnya tenaga kerja yang kompeten serta berkurangnya
pengangguran di Jateng
 Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya Manusia LPK dalam
pengelolaan lembaga pelatihan.
 Peningkatan sinergi/kerjasama antar dinas provinsi, dengan dinas/BLK Kab/Kota dan
terlaksananya sistem pelaporan kegiatan secara rutin dan sistematis.
 Memperoleh data hasil pelatihan kerja dari lembaga pemerintah dan swasta serta laporan
hasil pelatihan kerja secara rutin dan berkesinambungan.
D. KELUARAN (OUT PUT) KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN KERJA
BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
Pemagangan Dalam dan luar Negeri
 150 pencari kerja mengikuti pelatihan dan praktek magang di perusahaan
 2600 pencari kerja /pendaftar mengikuti seleksi magang jepang
 50 pengelola lembaga pelatihan swasta mengikuti bimtek SDM Pelatihan kerja
 75 petugas mengikuti seninergitan penigkatan pelatihan kerja
 35 Kab/Kota termonitoring hasil pelatihan kerja, baik dilembaga pemerintah maupun swasta.
E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME) KEGIATAN PELAKSANAAN LATIHAN
KERJA BERDASARKAN KLASTER KOMPETENSI
Pemagangan Dalam Negeri
 Peserta magang mendapatkan pengalaman kerja yang diperoleh secara langsung di perusahaan .
 Kompetensi yang diperoleh oleh peserta magang sesui dengan kebutuhan Perusahaan.
 Terserapnya tenaga kerja yang kompeten serta berkurangnya pengangguran di Jateng.
 Terseleksinya calon tenaga kerja magang jepang sesuai standart IM Japan
 Tersedianya tenaga kerja yang siap mengikuti program magang Jepang
 Meningkatnya kinerja pengelola dan lembaga pelatihan kerja yang pada gilirannya akan
meningkatkan kuantitas, kualitas dan mutu lulusan pelatihan untuk mampu bersaing di pasar
kerja guna mengisi lowongan kerja dan berusaha mandiri.
 Kegiatan yang saling bersinergi dan capaian target terpenuhi.
 Hasil pelatihan kerja dapat dimonitor dan tersampaikan laporan perkembanganya.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
 Pemagangan Dalam Negeri
Program ini diperlukan mengingat adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dihasilkan
oleh pendidikan formal dengan dunia kerja (terjadi gap) untuk mengisi kekosongan tersebut
kegiatan yang paling sesuai adalah memagangkan pencari kerja lulusan pendidikan formal
didunia kerja sehingga kompetensi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan.
 Seleksi Pemagangan ke Jepang
Untuk bekerja di luar negeri khususnya di Jepang para pencari kerja harus memiliki kompetensi
sesuai dangan standar yang berlaku di Jepang. Oleh karena itu dalam proses seleksi adalah Tim
seleksi dari IM Japan. Kompetensi yang diperlukan antara lain pada faktor fisik, kesehatan,
penguasaan bahasa dan etos kerja.
 Lulusan pelatihan yang bermutu hanya dihasilkan oleh lembaga pelatihan yang bermutu pula.
Oleh karena itu dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun mamajerial
para pengelolan, instruktur dan tenaga kepelatihan secara berkesinambungan. melalui
bimbingan teknis.
 Untuk mencapai target kegiatan yang diharapkan diperlukan koordinasi serta penunjang
kegiatan baik yang dilaksanakan Dinas Kab/Kota, BLK, Pusat dan Provinsi perlu sinkronisasi
melalui sinergitas peningkatan pelatihan.
 Untuk mengetahui kinerja lembaga dan hasil pelatihannya dalam menyelenggarakan setiap
kegiatan/pelatihan kerja.

G. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


1) Fasilitasi Pemagangan Dalam Negeri :
a) Melaksanakan Rapat Persiapan.
b) Koordinasi dengan Perusahaan tempat magang.
c) Menyusun Perjanjian Kerjasama antara Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah dengan
Pimpinan Perusahaan tempat magang.
d) Menyiapkan Keputusan Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah tentang
penyelenggaraan kegiatan.
e) Melaksanakan pelatihan di Lembaga Pelatihan Perusahaan atau Lembaga Pelatihan Kerja
(LPK) yang ditunjuk oleh perusahaan.
f) Melaksanakan Praktek magang di perusahaan.
g) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan.
h) Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan dalam waktu 3 bulan : 1 bulan peserta pelatihan
mendapatkan materi berupa teori dan praktek di LPK/LPP dan dilanjutkan praktek magang
di perusahaan selama 2 bulan.
2) Rekrut dan Seleksi Magang ke Jepang
a) Koordinasi dan Konsultasi ke Kemnaker RI di Jakarta.
b) Melaksanakan Rapat Persiapan.
c) Menyiapkan Keputusan Penyelenggaraan Kegiatan.
d) Melaksanakan pendaftaran calon peserta magang ke Jepang.
e) Menyiapkan sarana, prasarana akomodasi yang diperlukan untuk kegiatan seleksi.
f) Melaksanakan seleksi administrasi.
g) Melaksanakan seleksi, yang meliputi kesemaptaan tubuh, matematika, ketahanan fisik dan
wawancara.
h) Melakukan koordinasi dengan Kemnaker RI untuk persiapan tes bahasa jepang dan medical
check up.
i) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
j) Penyelenggaraan kegiatan diawali dengan menerima pendaftaran calon peserta magang ke
Jepang, seleksi peserta magang ke jepang berupa tes kesemaptaan , tes matematika, tes
ketahanan fisik dan tes wawancara.

3) Peningkatan kompetensi dan profesionalisme sdm pelatihan kerja

1. Menyusun tim pelaksana kegiatan


2. Melaksanakan rapat persiapan
3. Melaksanakan koordinasi dengan dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di
Kabupaten/Kota se jateng dan Instansi Teknis Terkait.
4. Menyiapkan peserta bimtek dan nara sumber/instruktur.
5. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi
6. Menyiapkan administrasi, materi kegiatan dan sarpras.
7. Menerbitkan Keputusan Penyelenggaraan Kegiatan.
8. Penyampaian materi bimtek
9. Tanya jawab dan diskusi serta menyelesaikan tugas.
4) Sinergitas Peningkatan Pelatihan
1. Menyusun tim pelaksana kegiatan
2. Melaksanakan rapat persiapan
3. Melaksanakan koordinasi dengan dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di
Kabupaten/Kota se jateng dan Instansi Teknis Terkait.
4. Menyiapkan peserta dan narasumber/instruktur.
5. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi
6. Menyiapkan administrasi, materi kegiatan dan sarpras.
7. Menerbitkan Keputusan Penyelenggaraan Kegiatan.
8. Penyampaian kebijakan pelatihan
9. Tanya jawab dan diskusi.
5) Monitoring/Pemantauan hasil pelatihannya di Lembaga Pelatihan kerja Pemerintah dan swasta.

1. Melaksanakan koordinasi dengan dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di


Kabupaten/Kota se jateng dan Instansi Teknis Terkait.
2. Menyusun tim pelaksana kegiatan
3. Melaksanakan rapat persiapan
4. Melaksanakan pemantauan dan monitoring ke lembaga pelatihan kerja di 35
Kabupaten/Kota.
5. Membuat buku laporan hasil pemantauan/monitoring terkait hasil pelatihan kerja

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN YANG TERKAIT


a. Pemagangan Dalam Negeri
1) Aparatur Pemerintah ( Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah) Bidang Pelatihan dan
Produktivitas sebagai penanggung jawab.
2) Aparatur Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kab/Kota
3) Staf Lembaga Pelatihan Perusahaan (LPP) atau LPK yang ditunjuk oleh perusahaan
4) Instruktur di LPP atau LPK
5) Pembimbing di Perusahaan tempat magang.
b. Pemagangan Luar Negeri :
Pemagangan Dalam Negeri :
1) Aparatur Pemerintah ( Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah) Bidang Pelatihan dan
Produktivitas sebagai penanggung jawab.
2) Aparatur Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kab/Kota
3) Petugas Seleksi dari Kemnaker RI.
4) Petugas Seleksi dari IM Japan.
5) Tenaga Medis dari Dinas Kesehatan Kota Semarang.
6) Pihak ketiga (LPKS) yang diminta bantuannya sebagai panitia melalui keputusan Kepala
Dsinakertrans Prov. Jateng.
c. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme sdm pelatihan kerja
1. Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah ( Bidang Lattas),
2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota.
3. Pengelola, Instruktur dan tenaga Kepelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja Swasta maupun
Pemerintah
4. Instruktur dari Instansi Teknis terkait.
d. Sinergitas Peningkatan pelatihan kerja
1. Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah ( Bidang Lattas),
2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan dan BLK di Kabupaten/Kota.
3. Narasumber.
e. Monitoring/Pemantauan hasil pelatihan di Lembaga Pelatihan kerja Pemerintah dan swasta.

1. Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah ( Bidang Lattas),


2. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan dan BLK di Kabupaten/Kota.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Fasilitasi Pemagangan Dalam Negeri :
Tempat pelaksanaan Kegiatan ini di Perusahaan Kabupaten Kota di Jawa Tengah. Pada
Maret s/d Juni 2022.
2. Rekruitmen/Seleksi Peserta magang jepang
Pendaftaran Tahap I dibuka mulai bulan Januari s/d Juni 2022 dan seleksi dilaksanakan pada
bulan Juli 2022. Sedangkan Tahap II pendaftaran dimulai bulan Juli s/d Oktober 2022 dan
seleksi dilaksanakan pada Bulan Nopember 2022 bertempat di Provinsi Jawa Tengah
(semarang). Adapun peserta berasal dari Kab/Kota Se Jawa Tengah. Peningkatan kompetensi
dan profesionalisme sdm pelatihan kerja
Tempat pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Provinsi , Kab/ kota. peserta adalah para
pengelola lembaga pelatihan kerja Swasta seJateng pada bulan Juli s/d Agustus 2022.
3. Sinergitas Peningkatan pelatihan kerja
Tempat pelaksanakan kegiatan dilaksanakan di Provinsi di Provinsi /Kab Kota, peserta adalah
Petugas Dinas Kab/Kota dan BLK sejateng. Pada bulan Maret 2022.
4. Monitoring/Pemantauan hasil pelatihan di Lembaga Pelatihan kerja Pemerintah dan swasta.

Tempat pelaksanaan kegitan dilaksanakan di Provinsi /Kab/Kota.pada bulan Januari s/d


Desember 2022.

J. BIAYA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN


Biaya untuk pelaksanaan kegiatan kegiatan pelaksanaan latihan kerja berdasarkan klaster kompetensi
sub kegiatan proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pencari kerja berdasarkan
klaster kompetensi tahun 2022 sebesar Rp 1.407.120.000,- (Satu Milyar Empat Ratus Tujuh Juta
Seratus Dua Puluh Ribu Rupiah) dari APBD Tahun Anggaran 2022.dengan rincian sebagai berikut :
a. Jumlah Peserta Magang Luar negeri Rp. 478.725.000,-
b. Jumlah Peserta SinergitasPeningkatan Pelatihan Rp. 59.930.000,-
c. Jumlah SDM Pelatihan Kerja yang ditingkatkan Kwalitasnya Rp. 140.009.000,-
d. Jumlah Peserta Pemagangan Dalam Negeri Rp. 509.644.000,-
e. Jumlah Kab/kota yang monitoring hasil pelatihan Kerja Rp. 100.000.000,-
di Lembaga Pelatihan Pemerintah dan swasta.
K. PENUTUP.
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat dan diajukan sebagai bahan pertimbangan,
terhadap pentingnya kegiatan tersebut mengingat banyaknya permintaan perusahaan yang ingin
menyelenggarakan pemagangan dalam negeri , banyaknya peminat program magang Jepang,
peningkatan kinerja lembaga dalam mengelola lembaganya secara profesional dan berkarakter serta
ingin menajamkan program kegiatan agar lebih bersinergi antara kegiatan Pusat, Provisi, Kab/Kota
dan BLK serta termonitor/terpantaunya hasil pelatihannya lembaga pelatihan kerja pemerintah dan
swasta di 35 Kab/Kota.
.

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


KEPALA BIDANG LATTAS

MADUQI,SE, M.Si
Pembina Tk I
NIP. 19680421 199403 1 005
KERANGKA ACUAN KINERJA
KERANGKA (KAK)
ACUAN KINERJA

(KAK)
APBD PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2022
APBD PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas

PROGRAM Tenaga Kerja


: Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas
SASARAN PROGRAM : Tenaga
Meningkatnya
Kerja Kompetensi dan

SASARAN PROGRAM Produktivitas Tenaga kerja


: Meningkatnya Kompetensi dan
KEGIATAN : Produktivitas
PelaksanaanTenaga
Latihan Kerja Berdasarkan
kerja
KEGIATAN Klaster Kompetensi
: Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan
Klaster Kompetensi
SUB KEGIATAN : 1.(DBHCHT)
Pengadaan Sarana Pelatihan Kerja
SUB KEGIATAN : 2.Proses
Proses Pelaksanaan Pendidikan dan
Pelaksanaan Pendidikan dan
Pelatihan
PelatihanKetrampilan BagiBagi
Ketrampilan Pencari Kerja
Pencari
Berdasarkan Klaster Kompetensi
Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi
UNITKERJA
UNIT KERJA : : Seksi
SeksiPelatihan
Pelatihan
BalaiLatihan
Balai LatihanKerja
KerjaSemarang
Semarang2 2
DisnakertransProvinsi
Disnakertrans ProvinsiJawa
JawaTengah
Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2
PEMERINTAH PROVINSI
Jl. Brigjen Sudiarto JAWA
No. 375 TENGAH
Semarang
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja


SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan Produktivitas Tenaga kerja
KEGIATAN : Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi
(untuk anggaran DBHCHT)
SUB KEGIATAN : Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi
Pencari Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);
d. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
e. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
f. Undang–Undang RI Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi UU
nomor: 22 Tahun 1999);
g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2016, tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
85);
h. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 64);
i. Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;
j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 21/MEN/X/2009 tentang
Pedoman Pelayanan Produktivitas;
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 90 Tahun 2019 tentang Klasidikasi, Kodefikasi,
dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang dimutakhirkan
melalui Kepmendagri Nomor: 050-3708 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah;
l. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206/PMK.07/2020 tentang
penggunaan, pemantauan, dan evaluasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau.
2. Gambaran Umum
Ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan merupakan kompetensi yang harus
dimiliki oleh karyawan dan merupakan modal penting dalam menghadapi pertumbuhan
ekonomi dunia saat ini dan masa yang akan datang. Kualitas tenaga kerja yang bias dibilang
cukup rendah dan harus bersaing dengan pekerja dari tenaga lain sebagai akibat MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan perdagangan bebas dunia.

Hal tersebut sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dikuatkan oleh
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) dan PP 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional menunjukkan bahwa
pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja di berbagai sektor industri semakin meningkat. BNSP
melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang didukung oleh Pemerintah, Asosiasi Industri,
Asosiasi Profesi, Lembaga Diklat Profesi dan masyarakat di bidang ketenagakerjaan semakin
berkembang dalam meningkatkan pelaksanaan sertifikasi kompetensi tenaga kerja di masing-
masing sektor. Hal tersebut, tentu saja memberikan dampak positif dengan meningkatnya
daya saing dan produktivitas tenaga kerja.

Kompetensi merupakan adanya suatu kecakapan atau kemampuan seseorang untuk


melakukan tugas atau tugas tertentu dalam bidang tertentu, tergantung pada posisi mereka
berada. Gagasan lain bahwa cara kompetisi lain yang disebutkan adalah keterampilan, sikap,
pengetahuan, motivasi, dan nilai-nilai yang secara konsisten dijelaskan dalam kemampuan
berpikir dan bertindak pada orang-orang yang ada. Dengan kata lain, kompetensi yakni bukan
hanya mengenai pengetahuan atau kemampuan, tetapi bersedia melakukan apa yang dapat
dimengerti untuk menghasilkan keuntungan.

Menurut Spencer and Spencer (1993) kompetensi adalah “Underlying characteristic’s of


individual which is causally related to criterion referenced effective and or superior
performance in a job or situation” yaitu, merupakan karakteristik yang mendasari seseorang
dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Secara umum,
kompetensi merupakan sebuah kombinasi antara keterampilan ( skill), atribut personal dan
pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat
diamati, diukur dan dievaluasi.

Perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen SDM berbasis kompetensi untuk


meminimalkan terjadinya konflik antara perusahaan dan pegawai, sebab di dalam filosofi
manajemen modern, pegawai adalah manusia yang memiliki kebutuhan, harapan yang perlu
didengar seiring dengan potensi dan kompetensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai
prestasi dan kinerja perusahaan. SDM dalam organisasi atau perusahaan mempunyai arti yang
sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri, mengingat pentingnya peran SDM dalam
organisasi atau perusahaan, SDM sebagai faktor penentu organisasi, maka kompetensi
menjadi aspek yang menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Dengan
kompetensi yang tinggi yang dimiliki oleh SDM dalam suatu organisasi atau perusahaan tentu
hal ini akan menentukan kualitas SDM yang dimiliki yang pada akhirnya akan menentukan
kualitas kompetitif perusahaan itu sendiri.

Sejalan dengan perubahan nomenklatur dari Balai Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja
menjadi Balai Latihan Kerja Semarang 2, maka BLK Semarang 2 harus mengembangkan
program pelatihan dengan menambahkan jenis pelatihan keterampilan teknis berbasis
kompetensi yang bertujuan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan jumlah
wirausaha baru.

Pemilihan kejuruan keterampilan teknis BLK Semarang 2 adalah dengan melihat


perkembangan revolusi industri 4.0. Tenaga kerja di Indonesia dinilai belum siap menghadapi
revolusi industri 4.0. Alasannya, masih banyak angkatan kerja di tanah air yang latar belakang
pendidikannya kurang memadai. Selain itu, suplai tenaga kerja yang memiliki spesifikasi
keahlian yang dibutuhkan oleh industri 4.0 pun masih minim. Kemampuan yang dibutuhkan
dari para pekerja di era industri 4.0 adalah terkait artificial intelligent atau kecerdasan buatan,
cloud computing atau komputasi awan, big data analytics atau analisis big data, dan internet
of things. Saat ini, sumber daya manusia yang telah duduk di bangku perkuliahan bahkan
belum menguasai sehingga banyak perusahaan kesulitan mencari SDM di tanah air yang
memiliki keahlian tersebut. Sehingga yang perlu dilakukan adalah meningkatkan skill para
pekerja yang ada. Langkahnya bisa dilakukan melalui penyelenggaraan training atau pelatihan
di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan
Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi untuk dana yang berasal dari
DBHCHT terdiri dari Sub Kegiatan Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan
Bagi Pencari Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi dengan sub-sub kegiatan:
 Pelatihan Desain Grafis;
 Pelatihan Pemrograman Web;
 Pelatihan Kuliner Kreatif;
 Pelatihan Digital Marketing.

Rincian kegiatan/aktivitas
1) Persiapan
 Rapat persiapan;
 Koordinasi dengan instansi terkait;
 Rekruitmen.
2) Pelaksanaan
 Proses Pengadaaan Barang;
 Proses Penerimaan Barang;
 Proses Penggunaan Barang;
 Pelaksanaan kegiatan pelatihan;
 Laporan dan Evaluasi.
3) Evaluasi dan Pendampingan
 Evaluasi;
 Penyusunan laporan;
 Pendampingan atau monitoring*.

*Sesuai kebutuhan

2. Indikator Kinerja
Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja:
Kegiatan/ Sub Kegiatan Indikator kinerja
Sub Kegiatan Proses Pelaksanaan Pendidikan
dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja
Berdasarkan Klaster Kompetensi
a. Masukan Rp. 1,178,570,000,-

b. Keluaran Jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan


pendidikan dan pelatihan ketrampilan
berdasarkan klaster kompetensi

c. Hasil Meningkatnya Jumlah calon tenaga kerja


yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
ketrampilan berdasarkan klaster kompetensi

3. Batasan Kegiatan
Kegiatan terdiri dari pelatihan berbasis kompetensi dan penyediaan sarana dan prasarana
penunjangnya.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Berdasarkan
Klaster Kompetensi
a. Pelatihan Desain Grafis;
b. Pelatihan Pemrograman Web;
c. Pelatihan Kuliner Kreatif;
d. Pelatihan Digital Marketing.

Maksud: Mengurangi pengangguran.


Tujuan:
 Menciptakan tenaga kerja yang kompeten di bidang teknologi informasi dan komunikasi;
 Menciptakan wirausaha baru yang memiliki keterampilan berbasis kompetensi.
D. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran yang dihasilkan adalah:
1. Jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan ketrampilan
berdasarkan klaster kompetensi

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)


Hasil yang diharapkan adalah:
1. Meningkatnya Jumlah calon tenaga kerja yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
ketrampilan berdasarkan klaster kompetensi.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)


1. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Berdasarkan
Klaster Kompetensi
a. Pelatihan Desain Grafis
Terdiri dari 5 paket, durasi 6 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 125
orang.
b. Pelatihan Pemrograman Web
Terdiri dari 5 paket, durasi 7 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 125
orang.
c. Pelatihan Kuliner Kreatif
Terdiri dari 10 paket, durasi 5 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 250
orang.
d. Pelatihan Digital Marketing
Terdiri dari 8 paket, durasi 5 hari, dengan jumlah peserta per paket 25 orang, total 200
orang.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)


1. Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Bagi Pencari Kerja Berdasarkan
Klaster Kompetensi
Melalui ceramah klasikal, diskusi, praktek, studi kasus, presentasi, simulasi.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN DILAKSANAKAN)


Semarang, 2022.

J. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN (DILAMPIRI RKA/RAB)


Dana DBHCHT senilai Rp. 1,178,570,000; perhitungan biaya terlampir.
No Kegiatan/ Belanja Anggaran (Rp.)

Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster


Kompetensi
1 Belanja Alat Tulis Kantor 63,240,000

2 Belanja Dokumentasi, Dekorasi, dan Publikasi 11,200,000

3 Belanja Barang Pakai Habis Pendidikan dan Keterampilan 50,000,000

4 Belanja Cetak 9,250,000

5 Belanja Penggandaan 55,750,000

6 Belanja Makanan dan Minuman 304,350,000

7 Belanja Jasa Narasumber/Moderator /Pembawa Acara/Dirijen/Pembaca 60,000,000


Doa

8 Belanja Jasa Uang Harian Peserta Kegiatan 387,500,000

9 Belanja Bimbingan Teknis 46,000,000

10 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 162,480,000

11 Belanja Pemberian Uang yang Diberikan kepada Pihak Ketiga 28,800,000

TOTAL 1,178,570,000

K. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja yang diajukan untuk kegiatan yang bersumber dari dana DBHCHT
tahun anggaran 2022 untuk dapat ditindaklanjuti.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2


PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. DARWIJI, MPd.


Pembina
NIP. 19630803 199103 1 010
KERANGKA ACUAN KINERJA
KERANGKA ACUAN KINERJA
(KAK)
(KAK)
APBD PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN
APBD ANGGARAN
PROVINSI 2022
JAWA TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas


Tenaga Kerja
SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan
Produktivitas Tenaga kerja
PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas
KEGIATAN : Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan
Tenaga Kerja
Menengah
SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan
SUB KEGIATAN : Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas
Produktivitas Tenaga kerja
kepada Perusahaan Menengah
KEGIATAN : Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan
UNIT KERJA : Seksi Pelatihan
Menengah
Balai Latihan Kerja Semarang 2
SUB KEGIATAN : Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas
Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah
kepada Perusahaan Menengah
UNIT KERJA : Seksi Pelatihan
Balai Latihan Kerja Semarang 2
Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
BALAI LATIHAN
PEMERINTAH KERJAJAWA
PROVINSI SEMARANG 2
TENGAH
Jl.TENAGA
DINAS Brigjen Sudiarto
KERJA No.
DAN375 Semarang
TRANSMIGRASI
2021 SEMARANG 2
BALAI LATIHAN KERJA
Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang
2021

KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)


PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja
SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan Produktivitas Tenaga kerja
KEGIATAN : Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah
SUB KEGIATAN : Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas kepada Perusahaan Menengah

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);
d. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
e. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
f. Undang–Undang RI Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi UU
nomor: 22 Tahun 1999);
g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2016, tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
85);
h. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 64);
i. Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;
j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 21/MEN/X/2009 tentang
Pedoman Pelayanan Produktivitas;
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 90 Tahun 2019 tentang Klasidikasi, Kodefikasi,
dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang dimutakhirkan
melalui Kepmendagri Nomor: 050-3708 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah.

2. Gambaran Umum
Persaingan global menuntut dunia usaha untuk tetap bertahan dan mendorong perusahaan
untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu proses transformasi dengan
pendekatan sistem peningkatan produktivitas yang tepat akan mendorong penciptaan nilai-
nilai baru dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada secara optimal.
Peningkatan produktivitas merupakan suatu siklus yang terus berputar mengarah pada
perbaikan. Sampai saat ini, upaya peningkatan produktivitas di Indonesia dilaksanakan secara
parsial sehingga kurang efisien dan efektif. Untuk memadukan upaya peningkatan
produktivitas tersebut harus dilakukan melalui pendekatan sistem peningkatan produktivitas
secara total yang berfokus pada perbaikan secara terus menerus dan terpadu, baik oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat yang diproses secara efektif dan efisiensi dalam
keterpaduan kelembagaan, program dan metoda yang mengarah pada pencapaian hasil yang
optimal.

Oleh karena pentingnya hal tersebut diatas maka perusahaan, UMKM dan masyarakat perlu
segera mengambil langkah-langkah yang komperehensif dan berkesinambungan dalam
melakukan kegiatan dengan menekankan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan
sarana lainya dalam rangka mendukung peningkatan daya saing usaha dengan melalui
pendekatan kelembagaan produktivitas di unit-unit yang ada diperusahaan agar lebih terpadu
efisien, efektif dan berkualitas.

Usaha Kecil dan Menengah mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi
nasional karena berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Banyak
anggapan bahwa mengurus usaha kecil dan menengah itu mudah, namun kenyataan
menunjukkan pada umumnya perkembangan usaha kecil dan menengah tersendat-sendat,
kalaupun mampu bertahan kondisnya tidak berbeda jauh dengan keadaan pada awal
berdirinya. Hal ini bisa terjadi karena salah dalam pengelolaan usahanya, yang disebabkan
kurang pengetahuan dan kemampuan dalam manajemen usaha.

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif karena makin
terbukanya pasar di dalam negeri, tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi dengan
semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar sebagai dampak adanya globalisasi.
Oleh karena itu para pelaku usaha kecil dan menengah harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan kemampuannya dalam mengelola usaha agar tercapai efisien, efektif dan
kualitas yang berujung pada tercapainya peningkatan produktivitas.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan
Kegiatan Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah terdiri dari Kegiatan
Pelaksanaan Konsultasi Produktivitas kepada Perusahaan Menengah dengan Sub-sub
Kegiatan:
a. Pelatihan Peningkatan Produktivitas;
b. Bimbingan Konsultasi Peningkatan Produktivitas.
Rincian kegiatan/aktivitas :
1) Persiapan
 Rapat persiapan;
 Koordinasi dengan instansi terkait;
 Rekruitmen.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
3) Evaluasi dan Pendampingan
 Evaluasi;
 Penyusunan laporan;
 Pendampingan atau monitoring*.

*Sesuai kebutuhan

2. Indikator Kinerja
Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja:

Kegiatan/ Sub Kegiatan Indikator kinerja


Kegiatan Konsultansi Produktivitas pada Persentase pelaku usaha atau lembaga
Perusahaan Menengah pemerintah,swasta dan pendidikan diberikan
pelatihan peningkatan produktivitas atau
kewirausahaan
Sub Kegiatan Pelaksanaan Konsultasi
Produktivitas kepada Perusahaan Menengah
a. Masukan Rp. 1,265,824,000,-
b. Keluaran Jumlah perusahaan yang mendapatkan
bimbingan konsultasi peningkatan
produktivitas
Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan
peningkatan produktivitas
c. Hasil Meningkatnya jumlah perusahaan yang
mendapatkan bimbingan konsultasi
peningkatan produktivitas

Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang


mengikuti pelatihan peningkatan produktivitas

3. Batasan Kegiatan
Kegiatan dalam bentuk pelatihan peningkatan produktivitas dan bimbingan konsultasi.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Pelatihan Peningkatan Produktivitas
Maksud:
Meningkatnya produktivitas perusahaan dimulai dari peningkatan produktivitas individu
sebagai tenaga kerja melalui penerapan tools, teknik, dan metode peningkatan produktivitas.
Tujuan:
a) Memahami kebijakan dan strategi peningkatan produktivitas;
b) Memahami konsep dan manfaat peningkatan produktivitas;
c) Membangun budaya produktif melalui workplace cooperation, enterprise improvement
team, employee suggestion scheme, 5S, Kaizen;
d) Menerapkan manajemen kualitas;
e) Meningkatkan penerapan alat, teknik, dan metode produktivitas secara terpadu dan
menyeluruh pada setiap lini perusahaan.

2. Bimbingan Konsultansi
Maksud Bimbingan Konsultansi adalah untuk memahami penerapan alat, teknik dan metode
peningkatan produktivitas agar dapat memberikan dampak peningkatan produktivitas kepada
instansi/ perusahaan.

Tujuan Bimbingan Konsultansi adalah untuk menyelesaikan masalah peningkatan


produktivitas melalui penerapan alat, teknik dan metode peningkatan produktivitas.

D. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran yang dihasilkan adalah:
1. Jumlah perusahaan yang mendapatkan bimbingan konsultasi peningkatan produktivitas;
2. Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan peningkatan produktivitas.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)


Hasil yang diharapkan dari Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya jumlah perusahaan yang mendapatkan bimbingan konsultasi peningkatan
produktivitas;
2. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang mengikuti pelatihan peningkatan produktivitas.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)


Kegiatan pelatihan diikuti oleh tenaga kerja perusahaan/ usaha kecil dan menengah di Jawa
Tengah direncanakan dengan jumlah paket kegiatan sebagai berikut:
1. Pelatihan Peningkatan Produktivitas
Sejumlah 31 paket, dengan jumlah peserta tiap angkatan 25 orang, total 775 orang.
2. Bimbingan Konsultasi
Sejumlah 11 perusahaan/ UMKM melalui 2 (dua) kali kunjungan yaitu:
- Tahap Identifikasi Masalah dan Rencana Aksi;
- Tahap Implementasi.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)


Kegiatan Konsultasi Produktivitas pada Perusahaan Menengah dilakukan dengan metode:
1. Pelatihan : ceramah klasikal, diskusi, studi kasus, presentasi, game, simulasi, roleplay
2. Pendampingan : bimbingan dan konsultasi terhadap pelaku, membantu memecahkan masalah
dan teknik penerapan manajemen dan produktivitas
H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN
BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN DILAKSANAKAN)


Jawa Tengah, 2022.

J. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN (DILAMPIRI RKA/RAB)


Rp. 1,265,824,000; perhitungan biaya terlampir.

No Kegiatan/ Belanja Anggaran (Rp.)

Kegiatan Konsultansi Produktivitas pada Perusahaan Menengah

1 Belanja Alat Tulis Kantor 54,739,000

2 Belanja Dokumentasi, Dekorasi, dan Publikasi 12,600,000

3 Belanja Cetak 11,625,000

4 Belanja Penggandaan 66,050,000

5 Belanja Makanan dan Minuman 304,575,000

6 Belanja Jasa Uang Harian Peserta Kegiatan 387,500,000

7 Belanja Bimbingan Teknis 62,000,000

8 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 323,335,000

9 Belanja Pemberian Uang yang Diberikan kepada Pihak Ketiga 43,400,000

TOTAL 1,265,824,000

K. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja yang diajukan untuk tahun anggaran 2022 untuk dapat
ditindaklanjuti.

Semarang, Februari 2021


KEPALA BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2
PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. DARWIJI, MPd.


Pembina
NIP. 19630803 199103 1 010
KERANGKA ACUAN KINERJA

(KAK) KINERJA
KERANGKA ACUAN

(KAK)
APBD PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN ANGGARAN 2022

APBD PROVINSI JAWA TENGAH


TAHUN ANGGARAN 2022

PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas


PROGRAM : Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan
SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan
Produktivitas Tenaga kerja
Produktivitas Tenaga kerja
KEGIATAN : Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah
KEGIATAN : Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah
Provinsi
Provinsi
SUB KEGIATAN : Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas
SUB KEGIATAN : Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
UNIT KERJA : Seksi Pelatihan
UNIT KERJA : Seksi Pelatihan
Balai Latihan Kerja Semarang 2
Balai Latihan Kerja Semarang 2
Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah
Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
BALAI LATIHAN PROVINSI
PEMERINTAH KERJA SEMARANG 2
JAWA TENGAH
Jl. Brigjen
DINAS Sudiarto
TENAGA No. 375
KERJA DANSemarang
TRANSMIGRASI
2021
BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2
Jl. Brigjen Sudiarto No. 375 Semarang
2021
KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)

PROGRAM : Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja


SASARAN PROGRAM : Meningkatnya Kompetensi dan Produktivitas Tenaga kerja
KEGIATAN : Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi
SUB KEGIATAN : Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja

A. LATAR BELAKANG
3. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);
d. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
e. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
f. Undang–Undang RI Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Revisi UU
nomor: 22 Tahun 1999);
g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 tahun 2016, tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
85);
h. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2016 Nomor 64);
i. Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;
j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 21/MEN/X/2009 tentang
Pedoman Pelayanan Produktivitas;
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 90 Tahun 2019 tentang Klasidikasi, Kodefikasi,
dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang dimutakhirkan
melalui Kepmendagri Nomor: 050-3708 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah.

4. Gambaran Umum
Faktor yang menyebabkan kenaikan waktu seluruhnya untuk pembuatan sesuatu barang
adalah : sifat dan keadaan barang itu sendiri, proses yang dijalankan secara tidak semestinya,
waktu tak efektif yang bertumpuk selama produksi berlangsung, kekurangan pihak
manajemen atau tindakan pihak tenaga kerja. Semua faktor ini bersifat menekan
produktivitas. Salah satu teknik manajemen dapat meniadakan atau setidaknya mengurangi
faktor tersebut adalah melalui pengukuran kerja. Pengukuran kerja berusaha menyelidiki,
mengurangi dan selanjutnya meniadakan waktu tak efektif, yakni waktu melakukan sesuatu
kerja yang tidak efektif, karena sebab apapun. Pengukuran kerja memberikan kepada
manajemen jalan untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk menjalankan suatu operasi
atau serangkaian operasi sehingga waktu tak efektif ditonjolkan dan dapat dipisahkan dari
waktu efektif.

Dengan demikian akan diketahui bahwa ada waktu tak efektif, sifatnya serta sampai dimana
terdapat waktu tak efektif yang sebelumnya tersembunyi dalam keseluruhan waktu
pembuatan atau proses. Bagi perusahaan - perusahaan yang belum pernah menjalankan
pengukuran kerja, orang akan sangat heran mengetahui bahwa terdapat banyak waktu tak
efektif yang tidak diduga terselu bung dalam proses, dan sampai saat ini dianggap sebagai
sesuatu yang lumrah serta tak dapat dihindari oleh siapapun. Apabila suatu saat, waktu tak
efektif dapat dibeberkan dan penyebabnya dapat diketemukan, maka biasanya langkah untuk
menguranginya mudah dapat diadakan.

Disini pengukuran kerja mempunyai peranan lain lagi. Bukan saja dapat dibeberkan adanya
waktu tak efektif tetapi pengukuran kerja dapat digunakan untuk menetapkan standar waktu
untuk pelaksanaan kerja, ini akan segera terlihat sebagai pelanggaran terhadap standar waktu
yang bersangkutan dan karenanya langsung menjadi perhatian manajemen.

B.KEGIATAN
4. Uraian Kegiatan
Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi terdiri dari Sub Kegiatan
Pengukuran Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja.

Langkah-langkah pengukuran produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut:


a. Pengumpulan Data;
b. Pengolahan Data;
c. Penyusunan Laporan;
d. Presentasi Hasil Pengukuran.

5. Indikator Kinerja
Program Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja:
Kegiatan/ Sub Kegiatan Indikator kinerja
Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Persentase pengukuran produktivitas
Daerah Provinsi tenaga kerja di perusahaan
Sub Kegiatan Pengukuran Kompetensi dan
Produktivitas Tenaga Kerja
d. Masukan Rp. 9,944,000,-
e. Keluaran Jumlah perusahaan yang diukur tingkat
produktivitasnya
f. Hasil Meningkatnya jumlah perusahaan yang
diukur tingkat produktivitasnya

6. Batasan Kegiatan
Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah Provinsi dilakukan dengan melakukan
pengukuran produktivitas tenaga kerja di perusahaan melalui sampel.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan pengukuran produktivitas tenaga kerja meliputi:
 Sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas perusahaan melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja;
 Menelaah standar produktivitas tenaga kerja pada serangkaian pekerjaan;
 Mengkaji faktor-faktor atau indikator peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Tujuan pengukuran produktivitas tenaga kerja meliputi:


 Mengetahui waktu efektif dan waktu tak efektif;
 Mengetahui waktu standar pada serangkaian pekerjaan;
 Mengetahui produktivitas tenaga kerja;
 Menganalisa efisiensi dan produktivitas standar serta kebutuhan jumlah tenaga kerja.

D. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran yang dihasilkan adalah jumlah perusahaan yang diukur tingkat produktivitasnya.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)


Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang diukur tingkat
produktivitasnya.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)


Sejumlah 1 paket, untuk 1 perusahaan.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)


Melakukan pengumpulan data dengan observasi waktu standar tenaga kerja, menyusun laporan
pengukuran produktivitas tenaga kerja dan melakukan presentasi hasil pengukuran.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN DILAKSANAKAN)


Kab. Semarang, 2022.
J. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN (DILAMPIRI RKA/RAB)
Rp 9.944.000; perhitungan biaya terlampir.

No Kegiatan/ Belanja Anggaran (Rp.)

Kegiatan Pengukuran Produktivitas Tingkat Daerah


Provinsi
1 Belanja Alat Tulis Kantor 644,000

2 Belanja Dokumentasi, Dekorasi, dan Publikasi 200,000

3 Belanja Penggandaan 300,000


4 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 7,500,000

5 Belanja Pemberian Uang yang Diberikan kepada Pihak Ketiga 1,300,000

TOTAL 9,944,000

K. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja yang diajukan untuk tahun anggaran 2022 untuk dapat
ditindaklanjuti.

Semarang, Februari 2021


KEPALA BALAI LATIHAN KERJA SEMARANG 2
PROVINSI JAWA TENGAH

Drs. DARWIJI, MPd.


Pembina
NIP. 19630803 199103 1 010
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
PENGUJIAN HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA
TA.2022

PROGRAM : Pengawasan Ketenagakerjaan

SASARAN PROGRAM : Persentase peningkatan perusahaan memiliki kategori baik dalam


penerapan K3 25,54 %

KEGIATAN : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan 89,26 %

SUB KEGIATAN : Pengujian higiene perusahaan dan kesehatan kerja

A. LATAR BELAKANG.
1. DASAR HUKUM
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2014, tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-05 Tahun 2018,
tentang K3 Lingkungan Kerja.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 48/ MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan.
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 49/ MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Getaran.
g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 50/ MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebauan
h. Keputusan Gubernur Jawa Tengah : Nomor 10 Tahun 2000, tentang Baku Mutu Udara
Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat Propinsi Jawa Tengah
i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.
j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Tengah.

2. GAMBARAN UMUM
Sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 28 d ayat (2): Setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja; serta ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi.
Dewasa ini kecelakaan kerja masih sering terjadi. Secara global setiap 15 detik terjadi
160 kecelakaan kerja dan 1 diantaranya meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja (www.ilo.org/safeday, 2009). Kasus kecelakkan kerja dan penyakit
akibat kerja (PAK) di Jawa Tengah dalam 3 (tiga) tahun terakhir dari 2017 – 2019
mengalami penurunan. Pada tahun 2017 terjadi 3.083 kasus, tahun 2018 terjadi 1.468
kejadian dan tahun 2019 terjadi 1.374 kejadian kecelakaan kerja. Besarnya kerugian baik
kerugian ekonomi berupa santunan dan kerugian material serta kerugian non ekonomi berupa
sakit, cacat atau bahkan adanya korban meninggal dunia menyebabkan turunnya kualitas dan
kuantitas produksi atau turunnya produktiitas serta biaya tambahan berupa santuan dan biaya
perbaikan menyebabkan turunnya kinerja dan daya saing.
Dalam era pasar terbuka ini, kompetisi dan tuntutan akan standar internasional
akan semakin meningkat termasuk penerapan di bidang Keselamatan Kerja dan Hiperkes.
Karena itu masalah keselamatan kerja dan Hiperkes menjadi isu global dan sangat penting
dalam dunia industri, Apalagi kemudian dikaitkan dengan perlindungan tenaga kerja dan
hak azasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Penerapan keselamatan,
kesehatan kerja dan hiperkes sebagai bagian dari kegiatan industry merupakan syarat yang
harus dipenuhi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi serta
produktivitas tenaga kerja dalam perusahaan.

B. KEGIATAN
1. SASARAN / RUANG LINGKUP
Ruang lingkup sub kegiatan Pengujian Higiene Perusahaan adalah :
a. Pengujian kualitas udara emisi dan lingkungan
b. Pengujian faktor fisika
c. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

2. INDIKATOR KINERJA
a. Masukan
Dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 2.262.815.000,-
( Dua milyar dua ratus enam puluh dua juta delapan ratus lima belas ribu rupiah )).
b. Keluaran
1). Jumlah perusahaan yang melakukan pengujian higiene perusahaan dan kesehatan
kerja.

c. Hasil
1) Tersedianya data kualitas udara lingkungan kerja
2) Tersedianya data faktor fisik lingkungan
3) Tersedianya data kesehatan tenaga kerja.
4) Peningkatan ilmu pengetahuan pegawai di bidang teknis pengujian.

d. Manfaat
1). Sumber informasi dalam menguji efektivitas kegiatan/ teknologi yang digunakan
dalam pencegahan dan pengendalian dampak negatif yang dihasilkan dari proses
produksi.
2). Deteksi dini penyakit akibat kerja
3). Mengetahui secara dini adanya perubahan lingkungan kerja yang tidak dikehendaki,
sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan secara efektif.
4). Sebagai data lingkungan dalam penyusunan UKL/RPL, AMDAL serta sertifikasi ISO
14000 dll.
5). Dasar penerbitan Surat Keterangan Layak K3.

e. Dampak
1). Meningkatnya kualitas lingkungan
2). Meningkatnya derajat kesehatan tenaga kerja
3). Meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap mutu pelayanan.
4). Meningkatnya pendapatan Asli Daerah

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan kegiatan Pengujian Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dan
Pengembangan Laboratorium Pengujian adalah :
a. Mendapatkan data kualitas udara dan faktor fisik lingkungan.
b. Mengidentifikasi resiko bahaya akibat lingkungan kerja
c. Mengendalikan pencemaran lingkungan kerja
d. Sosialisasi pengelolaan lingkungan kerja kepada perusahaan.

D. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Sub kegiatan pengujian Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dilaksanakan di kantor Balai K3
Prov.Jateng dan wilayah provinsi Jawa Tengah meliputi: Kota Semarang, Kabupaten
Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pati,
Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, Kabupaten Batang, Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten
Brenes, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purbalngga,
Kabupeten Banjarnegara, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Cilacap, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten. dan Kalimantan Tengah.

E. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

Penanggung jawab kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis


Pelaksana kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis, Seksi Penyelenggaraan dan
Pemberdayaan, Sug Bag Tata Usaha

F. JADWAL PELAKSANAAN : Januari – Desember 2022

G. BIAYA : Rp. 2.262.815.000,-

Semarang,

KEPALA BALAI KESELAMATAN KERJA


PROVINSI JAWA TENGAH

HADI PRABOWO, SIP.


Penata TK. I
NIP.19701023 199803 1 004
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
PENGEMBANGAN LABORATORIUM
TA.2022

PROGRAM : Pengawasan Ketenagakerjaan

SASARAN PROGRAM : Persentase peningkatan perusahaan memiliki kategori baik dalam


penerapan K3 25,54 %

KEGIATAN : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan 89,26 %

SUB KEGIATAN : Pengembangan Laboratorium Pengujian

A. LATAR BELAKANG.
1. DASAR HUKUM
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2014, tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-05 Tahun 2018,
tentang K3 Lingkungan Kerja.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 48/ MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan.
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 49/ MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Getaran.
g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 50/ MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebauan
h. Keputusan Gubernur Jawa Tengah : Nomor 10 Tahun 2000, tentang Baku Mutu Udara
Emisi Sumber Tidak Bergerak Tingkat Propinsi Jawa Tengah
i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.
j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 52 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Tengah.

2. GAMBARAN UMUM
Sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 28 d ayat (2): Setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja; serta ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi.
Dalam melakukan pelayanan Pengujian Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
terhadap perusahaan, laboratorium Balai K2 Prov.Jateng juga dituntut untuk melakukan
pengembangan laboratorium pengujian dalam memenuhi persyaratan standar mutu
laboratorium yaitu dengan menerapkan SNI ISO/IEC 17025:2017. Dengan diperolehnya
akreditasi sebagai laboratorium penguji akan memberikan jaminan mutu pengujian kepada
pelanggan untuk menunjang peningkatan daya saing dalam perdagangan nasional maupun
internasional. Keselarasan dalam melangkah untuk memberikan sistem jaminan mutu,
antara pihak laboratorium dan pelaku industri harus saling mendukung. Laboratorium harus
dapat memberikan nilai pengujian yang benar dan dapat diterima atau diakui oleh pasar
internasional dan pelaku industri dapat mengontrol mutu produknya dengan melihat hasil
dari nilai pengujian.
Seiring dengan berkembangnya teknologi pengujian, Laboratorium Penguji Balai K2
Prov. Jateng telah mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai laboratorium penguji sesuai
SNI ISO/IEC 17025:2017 dari Komite Akreditasi Nasional. Masa berlaku sertifikat akreditasi
adalah selama 4 tahun, akreditasi pertama pada tanggal 8 April 2005. Reakreditasi yang
kedua pada tanggal 09 Pebruari 2009, reakreditasi ke tiga telah dilaksanakan pada tanggal
18-19 Nopember 2013 dan Reakreditasi ke empat pada tanggal 19-20 Nopember 2017 dan
sertifikat kalibrasi berlaku hingga 22 Mei 2022. Ruang lingkup yang terakreditasi adalah :
a. Pengujian faktor fisik: Kebisingan lingkungan ambien; Kebisingan lingkungan kerja;
Iklim Kerja;Intensitas Penerangan
b. Pengujian faktor kimia lingkungan kerja dengan parameter: SO2, NO2, NH3, Ox,
Formaldehid, H2S dan Debu total di tempat kerja.
c. Pengujian faktor kimia lingkungan ambien dengan parameter: SO2, NO2, NH3, Ox, H2S
d. Pengujian kualitas udara emisi sumber tidak bergerak, dengan parameter: Partikulat,
Opasitas
e. Pengujian kualitas udara emisi sumber tidak bergerak, dengan parameter: Opasitas,
CO, HC

B. KEGIATAN
1. SASARAN / RUANG LINGKUP
Ruang lingkup sub kegiatan pengembangan Laboratorium Pengujian adalah :
a. Kaji ulang Dokumen sistem Mutu yang meliputi :
 Panduan Mutu
 Prosedur Jaminan Mutu
 Instruksi Kerja Alat
 Formulir-formulir.
b. Analyst profisiensi test untuk pengujian kualitas udara lingkungan parameter NH 3, H2S,
O3, NO2, dan SO2.
c. Kalibrasi peralatan laboratorium.
d. Uji performance spektrofotometer UV-Vis
e. Pertemuan teknis laboratorium
f. Inhouse training.
g. Survailen akreditasi laboratorium

2. INDIKATOR KINERJA
a. Masukan
Dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 170.000.000,-
(Seratus tujuh puluh juta rupiah).
b. Keluaran
1). Ketersediaan laboratorium pengujian.

c. Hasil
1) Terpeliharanya sistem mutu laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 19-17025:2017
2) Personil laboratorium yang profesional.
3) Adanya jaminan mutu hasil pengujian
4) Peralatan laboratorium yang terkalibrasi dan mampu telusur
5) Peningkatan ilmu pengetahuan pegawai di bidang teknis pengujian.

d. Manfaat
1). Tersedianya laboratorium penguian yang terakreditasi;
2). Kepastian hasil uji yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah & hukum;
3). Meningkatnya kualitas sumberdaya laboratorium;
4). Kemampuan pengujian laboratorium meningkat;
5). Kepercayaan pemakain jasa laboratorium semakin meningkat.
e. Dampak
1). Meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap mutu pelayanan.
2). Memberikan keuntungan pemasaran.
3). Meningkatkan keberterimaan produk di pasar nasional.
4). Meningkatnya pendapatan Asli Daerah

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan kegiatan Pengujian Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dan
Pengembangan Laboratorium Pengujian adalah :
a. Mendapatkan data kualitas udara dan faktor fisik lingkungan.
b. Menjamin konsistensi penerapan Sistem Mutu Laboratorium Balai K2 Prov. Jateng sesuai
SNI ISO/ IEC 17025:2017, sehingga dapat menjaga kompetensi laboratorium sesuai kriteria
akreditasi KAN dari waktu ke waktu.

D. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Sub kegiatan Pengembangan Laboratorium dilaksanakan di kantor Balai K2 Prov.Jateng di Kota


Semarang.

E. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

Penanggung jawab kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis


Pelaksana kegiatan : Seksi Pelayanan Teknis, Seksi Penyelenggaraan dan
Pemberdayaan, Sug Bag Tata Usaha

F. JADWAL PELAKSANAAN : Januari – Desember 2022

G. BIAYA : Rp. 170.000.000.-

Semarang,

KEPALA BALAI KESELAMATAN KERJA


PROVINSI JAWA TENGAH

HADI PRABOWO, SIP.


Penata TK. I
NIP.19701023 199803 1 004
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
PENINGKATAN SARANA PRASARANA LABORATORIUM DAN UJI KOMPETENSI BIDANG K3
TA. 2022 (2 M)

Pekerjaan : Pengadaan Lelang Paket Pekerjaan Pengadaan Perlaatan Laboratorium


Kegiatan : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

NO KEGIATAN URAIAN PENDAHULUAN


1 Latar Belakang
2 Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan Pengadaan Alat Laboratorium adalah :
a. Menambah peralatan laboratorium
b. Pergantian peralatan yang terjadi penurunan performa

3 Sasaran Sasaran dari Pengadaan Alat Laboratorium adalah:


a. Menghasilkan data hasil uji yang valid.
b. Meningkatkan pelayanan pengujian.

4 Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengadaan Alat Laboratorium adalah:
a. Kecukupan fasilitas peralatan uji.
b. Mempertahankan/ meningkatkan kuantitas pelayanan pengujian.

5 Metodologi dan Metodologi dan pendekatan harus memperhatikan kebutuhan dengan


Pendekatan berbasis kepada kebutuhan
6 Pembiayaan Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD 2022 Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah pada Pengadaan Lelang Pengadaan Alat
Laboratorium.

7 Nama dan Organisasi Nama dan organisasi pengguna anggaran adalah Balai K2 Jawa Tengah.
8 Nama dan Organisasi Nama Kuasa Pengguna Anggaran : HADI PRABOWO, SIP.
Pejabat Pembuat Nama PPK : HADI PARBOWO, SIP
Komitmen Kegiatan : Pengadaan Alat Laboratorium Umum

DATA PENUNJANG
9 Data Dasar Pekerjaan Pengadaan Alat Laboratorium
menggunakan data yang bersumber dari inventaris Balai Keselamatan Kerja
Provinsi Jawa Tengah.
10 Standar Teknis Dalam melaksanakan pekerjaan Pengadaan Alat Laboratorium mengacu dan
mempedomani peraturan, standar, pedoman, kebijakan teknis yang relevan
dan terkait substansi pekerjaan pembuatan terutama terkait standar teknis
untuk :
a. UU Nomor 20 tahun 2016 Tentang Penilaian Kesesuaian.
b. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 Tentang Baku Mutu Udara
Ambien.
c. Permenaker Nomor 5 tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja.
d. ISO 17025: 2017 Tentang persyaratan umum laboratorium pengujian/
kalibrasi.

11 Referensi Hukum a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 155)
b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RUANG LINGKUP
12 Lingkup Kegiatan Penyedia jasa diharapkan dapat menyediakan alat laboratorium
sesuai maksud dan tujuan yang diharapkan dengan:

a. Mengidentifikasikan kebutuhan pengguna jasa


b. Menyediakan barang sesuai spesifikasi
c. Melakukan uji coba alat sampai dapat dioperasikan dengan baik.
d. Menyerahkan seluruh hasil pekerjaan dan peralatan pendukung pekerjaan.

13 Spesifikasi Pekerjaan Spesifikasi Pekerjaan atau rincian pekerjaan secara umum:

Tahap Mengidentifikasikan kebutuhan


Pengumpulan bahan-bahan kerja terkait pelaksanaan tugas, kebutuhan
peralatan diperlukan untuk penyelesaian tugas dari Balai K2 Jawa Tengah

Tahap Menyediakan barang sesuai spesifikasi


1. Biological monitoring sistem : 1 unit
2. Audiometer : 1 unit
3. Spirometer : 1 unit
4. Spektrofootmeter : 1 unit
5. Timbangan analitik (4 digit dan Lap) : 2 unit
6. Antropometer ergonomi kit : 1 set
7. Gas Analyzer : 1 unit
8. Dry das meter : 2 unit
9. pompa vakum kap besar (KU Emisi) : 2 unit
10. pompa vakum kap kecil (KU Ambien) : 18 unit
11. flow meter (besar - emisi) : 2 Unit
12. flow meter (kecil 5 lpm – ambien) : 10 unit
13. flow meter (kecil 1 lpm – ambien) : 3 unit

Tahap Melakukan uji coba alat sampai dapat dioperasikan dengan baik
Alat yang sudah diadakan didemontrasikan di Balai K2 Jawa Tengah.

Tahap Menyerahkan seluruh hasil pekerjaan dan peralatan pendukung


pekerjaan
Semua barang yang disediakan oleh penyedia diserahkan dengan disertai
berita acara serah terima barang.
Penyedia berkewajiban memberi garansi barang selama 30 hari setelah
diserahkan.

14 Keluaran Alat sesuai yang dibutuhkan (spesifikasi)


15 Peralatan, Material, Untuk kelancaran pekerjaan, Balai keselamatan Kerja Provinsi Jawa Tengah
Personil dan Fasilitas membantu memfasilitasi untuk pengumpulan informasi yang diperlukan.
dari Pejabat Pembuat
Komitmen
16 Peralatan dan Material Penyedia barang diwajibkan untuk membiayai pelaksanaan proses pengadaan
dari Penyedia Jasa barang untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Konsultansi
17 Lingkup Kewenangan Penyedia barang dapat membuat pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang
Penyedia Barang ditentukan, sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan dalam KAK.
18 Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 60 (enam puluh) hari kalender
Penyelesaian Kegiatan sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan dilaksanakan
pada Tahun Anggaran 2022.
19 Laporan Berita acara serah terima barang
Merupakan output utama dari kegiatan yang terdiri dari :
a. Dokumen spesifikasi barang
b. Dokumen panduan pengoperasian barang
HAL-HAL LAIN
20 Produksi Dalam Negeri Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di
dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam
angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
21 Persyaratan Kerjasama Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan penyedia barang ini maka persyaratan berikut harus
dipatuhi.
22 Lain-lain a. Dalam hal sewaktu-waktu diperlukan informasi dalam masa pelaksanaan
pekerjaan, proyek akan mengundang penyedia barang dan tidak boleh
diwakilkan dalam rangka monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
pekerjaan.
b. Setelah Kerangka Acuan Kerja ini diterima, penyedia barang hendaknya
memenuhi semua bahan masukan yang diterima dan mencari bahan
masukan lain yang dibutuhkan.
c. Berdasarkan bahan tersebut Calon Penyedia Jasa/Konsultan agar
menyusun dokumen penawaran.
23 Alih Pengetahuan Penyedia barang berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personil satuan kerja Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), khususnya Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan.

Semarang,
KEPALA BALAI KESELAMATAN KERJA
PROVINSI JAWA TENGAH

HADI PRABOWO, SIP.


Penata TK. I
NIP.19701023 199803 1 004
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
(KAK)

BIAYA OPERASIONAL PELATIHAN


APBD PROVINSI JAWA TENGAH

PROGRAM :
 PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
 PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI

TAHUN 2022

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
BALAI PELATIHAN KERJA DAN TRANSMIGRASI
Jl. Raya Klampok Banjarnegara No. 48 Km. 29 Telepon (0286) 479005. 479006 Fax. 479006
BANJARNEGARA 53474
KERANGKA ACUAN KERJA
BIAYA OPERASIONAL PELATIHAN (BOP) TAHUN 2022

A. PROGRAM : Program Pelatihan Kerja Dan Produktivitas Tenaga Kerja


Pembangunan Kawasan Transmigrasi.
B. SASARAN PROGRAM : Presentase kenaikan tenaga kerja yang kompeten 7,39 %.
Persentase kenaikan calon transmigran dilatih di bidang
pertanian 3.39 %.

C. KEGIATAN
1. Pelaksanaan latihan kerja berdasarkan klaster kompetensi.
2. Penataan persebaran penduduk yang berasal dari lintas daerah Kabupaten/kota dalam 1
(satu) daerah Provinsi.

D. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang–Undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
d. Undang–Undang RI Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Revisi
UU nomor: 22 Tahun 1999);
e. Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4435);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1991 tentang Pelatihan Kerja;
g. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;
h. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 86 tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Disnakertanduk Provinsi Jawa Tengah;
i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 52 Tahun 2018 tanggal 01 Maret 2018,
tentang: Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (Balai Pelatihan Kerja
dan Transmigrasi) pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah;
j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 63 Tahun 2019 tentang Pedoman Analisis
Standar Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
2. Gambaran Umum
Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi isu pembangunan di Jawa Tengah.
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah pada 2017
mencapai 4,57% atau sebanyak 823.938 orang (BPS, 2018). Enam kabupaten/kota di
Jawa Tengah dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah Kab. Cilacap, Kota
Semarang, Kota Magelang, Kab. Tegal, Kota Tegal, dan Kab. Brebes. Sedangkan
delapan Kabupaten/Kota dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah adalah
Kab. Brebes, Kab. Pemalang, Kab. Banjarnegara, Kab. Wonosobo, Kab. Purbalingga,
Kab. Kebumen, Kab. Rembang, dan Kab. Banyumas.
Kemajuan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kemajuan sumber daya
manusianya, terutama angkatan kerjanya sebagai pelaku pembangunan. Peningkatan
kualitas tenaga kerja akan dapat meningkatkan kemajuan pembangunan. Peningkatan
kualitas tenaga kerja diarahkan pada pembekalan ketrampilan bagi pencari kerja dan
peningkatan produktivitas bagi tenaga kerja yang telah bekerja.
Profil pencari kerja di Jawa Tengah berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 523.437
orang laki-laki dan 300.501 orang perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, pencari
kerja tertinggi merupakan lulusan SMK diikuti SMP, SMA dan SD.
Jika kita melihat dari aspek lapangan pekerjaan di Jawa Tengah, sektor pertanian
merupakan lapangan pekerjaan yang menyerap jumlah tenaga kerja paling tinggi
(24,38%), diikuti sektor industri pengolahan (21,78%), dan sektor perdagangan
(18,69%) (BPS, 2018). Pada sisi lain, nilai Produk Domestik Regional Bruto sektor
pertanian hanya 118.125,65 miliar rupiah, lebih rendah dibanding sektor industri
pengolahan (308.820,97 miliar rupiah) dan sektor perdagangan (129.342,18 miliar
rupiah) (BPS, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja di sektor
pertanian masih relatif rendah.
Tabel 1. Profil Tenaga Kerja di Jawa Tengah Berdasarkan Lapangan Pekerjaan
Sektor Lapangan Pekerjaan (%)
Pertanian 24.38
Industri Pengolahan 21.78
Perdagangan 18.69
Konstruksi 8.75
Penyediaan 7.05
SSTU Jasa Lainnya 4.46
Jasa Pendidikan 4.1
Transportasi 3.29
Administrasi 2.17
Jasa Keuangan 1.41
Jasa Kesehatan 1.29
Kategori Lainnya 1.06
Jasa Perusahaan 0.95
Pertambangan 0.62

Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi (Balatkertrans) Provinsi Jateng sebagai


salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah milik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah bertugas memberikan layanan pelatihan kerja kepada tenaga kerja
dan calon transmigran. Sumber dana untuk layanan pelatihan berasal dari APBD, baik
APBD murni maupun Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.
Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali tenaga kerja agar dapat bekerja sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja, sedangkan pelatihan pembekalan transmigrasi diarahkan
bagi calon transmigran agar dapat bekerja di tempat tujuan transmigrasi. Pelatihan
diprioritaskan bagi pencari kerja dan calon transmigran dari daerah-daerah dengan
tingkat kemiskinan tinggi dan tingkat pengangguran tinggi agar dapat mengurangi
tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran di Jawa Tengah.
1) Aspek Akses
Layanan pelatihan kerja diprioritaskan bagi pencari kerja, terutama di daerah-
daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan tingkat pengangguran tinggi. Daerah-
daerah yang teridentifikasi dengan tingkat pengangguran tinggi di Jawa Tengah
adalah: Kab. Cilacap, Kota Semarang, Kota Magelang, Kab. Tegal, Kota Tegal, dan
Kab. Brebes. Sedangkan daerah yang teridentifikasi dengan tingkat kemiskinan
tertinggi di Jawa Tengah adalah Kab. Brebes, Kab. Pemalang, Kab. Banjarnegara,
Kab. Wonosobo, Kab. Purbalingga, Kab. Kebumen, Kab. Rembang, dan Kab.
Banyumas.
Informasi layanan pelatihan dan mekanisme pendaftaran harus dapat diakses
oleh pencari kerja. Pemasaran program pelatihan perlu dilakukan mulai dari tingkat
Kabupaten/Kota (melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota), tingkat Kecamatan,
tingkat Desa, hingga tingkat RT/RW dan masyarakat langsung di tempat/fasilitas
umum. Media pemasaran informasi harus mempertimbangkan kemampuan dan
karakteristik pencari kerja agar memudahkan pencari kerja untuk mendapatkan
informasi pelatihan. Mekanisme pendaftaran juga harus mempertimbangkan
kemampuan dan lokasi pencari kerja sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh
pencari kerja.
2) Aspek Partisipasi
Keterlibatan pencari kerja dimulai dari identifikasi kebutuhan pelatihan
(Training Needs Assessment/TNA), pemasaran program pelatihan, pelaksanaan
pelatihan kerja, pendampingan hingga monitoring pasca pelatihan. Pencari kerja
perlu diminta informasi tentang kebutuhan pelatihan melalui survey pada saat
identifikasi kebutuhan pelatihan. Pemasaran program pelatihan dengan melibatkan
pencari kerja dapat dilakukan dengan media sosial elektronik maupun forum-forum
khusus (seperti komunitas).
3) Aspek Kontrol
Pencari kerja maupun calon transmigran diharapkan memberikan kritik,
masukan, dan saran mengenai kegiatan pelatihan kerja maupun pelatihan
transmigrasi yang dilaksanakan. Lembar evaluasi harus dibagikan pada setiap
kegiatan pelatihan untuk menampung kritik, masukan dan saran dari peserta
pelatihan.
4) Aspek Manfaat
Para peserta pelatihan harus mendapatkan manfaat dari kegiatan pelatihan kerja
yang diikut. Pelatihan akan bermanfaat jika sesuai dengan kebutuhan para pencari
kerja, dapat diikuti dan diterima oleh peserta pelatihan, dan dapat diaplikasikan
dalam dunia kerja oleh alumni pelatihan. Manfaat pelatihan diukur pada saat
monitoring pasca pelatihan dengan menyediakan kuisioner yang dibagikan atau
wawancara terhadap alumni pelatihan. Analisis Kebutuhan Pelatihan, Penyusunan
Program Pelatihan dan Instruktur yang kompeten menjadi kunci untuk
memaksimalkan manfaat pelatihan.

E. RINCIAN KEGIATAN
1. Pelaksanaan Latihan Berdasarkan Klaster Kompetensi
a. Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) di Daerah untuk Tahun 2023
Tujuan : untuk mengetahui jenis jabatan pekerjaan dan jenis pelatihan yang
dibutuhkan di daerah
Sasaran : 18 kabupaten/kota dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan
tertinggi di Jawa Tengah
Output : hasil analisis jabatan pekerjaan dan jenis pelatihan yang
dibutuhkan
Kegiatan :
- Rapat Persiapan dan Pembahasan Hasil
- Perjalanan
- Analisis dan penyusunan laporan hasil analisis kebutuhan pelatihan
- Penyampaian hasil analisis kebutuhan pelatihan
b. Penyusunan Program Pelatihan untuk Tahun 2023
Tujuan : menyusun Program Pelatihan yang akan dilaksanakan di tahun
2021
Output : Program Pelatihan (termasuk kurikulum, silabus, daftar kebutuhan
alat dan daftar kebutuhan bahan latihan)
Kegiatan :
- Rapat Penyusunan Program Pelatihan
- Perjalanan survey
- Penyusunan program pelatihan
- Penyampaian hasil penyusunan program pelatihan
c. Pemasaran Program Pelatihan untuk Tahun 2022 dan 2023
Tujuan : menginformasikan program pelatihan kepada masyarakat sasaran
(pencari kerja) di Kabupaten/Kota sasaran
Output : pendaftar perorangan maupun kelompok
Kegiatan :
- Rapat Persiapan dan Evaluasi
- Cetak leaflet, brosur, media sosial (WA, facebook, instagram, website), banner
- Perjalanan pemasaran
- Penyusunan laporan hasil kegiatan pemasaran
- Penyampaian hasil pemasaran program pelatihan
d. Rekruitmen dan Seleksi Peserta Pelatihan Tahun 2022
Tujuan : menyeleksi calon peserta sesuai persyaratan pelatihan
Sasaran : pendaftar baik perorangan maupun kelompok
Output : calon peserta pelatihan yang sesuai persyaratan dan jumlah kuota
Kegiatan :
- Rapat persiapan dan evaluasi rekruitmen
- Pelaksanaan seleksi
- Penyusunan laporan hasil seleksi calon peserta pelatihan
- Penyampaian hasil seleksi calon peserta pelatihan
e. Monitoring Hasil Pelatihan Tahun 2021
Tujuan : memperoleh data kondisi alumni pelatihan
Sasaran : alumni pelatihan tahun 2021
Output : data kondisi alumni
Kegiatan :
- Rapat persiapan dan evaluasi monitoring
- Perjalanan dinas
- Penyusunan laporan hasil monitoring
- Penyampaian hasil monitoring pelatihan
f. Pendampingan Pasca Pelatihan Tahun 2022
Tujuan : mendampingi alumni pelatihan dalam mengembangkan usaha
sesuai jenis pelatihan
Sasaran : alumni pelatihan 2022
Output : alumni pelatihan terdukung dalam pengembangan usaha
Kegiatan :
- Perjalanan
- Penyusunan laporan hasil pendampingan
- Penyampaian hasil pendampingan alumni pelatihan
g. Pelatihan kerja bagi pencari Kerja di bidang Pertanian mendukung
mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN
Tujuan : membekali peserta pelatihan dengan kompetensi yang dibutuhkan
di pasar kerja atau dunia usaha sektor pertanian
Sasaran : pencari kerja dari Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab.
Banyumas, Kab. Cilacap, Kab. Kebumen, dan Kab. Wonosobo
Target peserta : 96 orang yang terbagi dalam 6 program pelatihan @16 orang
Durasi : 160 JP setara dengan 20 hari pelatihan
Sistem pelatihan : Mobile Training Unit (MTU)
Jenis Pelatihan : Pelatihan Pertanian (1 paket), Pelatihan Perikanan (1 paket),
Pelatihan Peternakan (1 paket), Pelatihan Pengolahan Hasil
Pertanian (2 paket), Pelatihan Menjahit ( 2 paket )
h. Pelatihan kerja bagi pencari Kerja di bidang Pertanian mendukung
mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN - DBHCHT (Dana
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau)
Pelatihan Keliling (Mobile Training Unit)
Tujuan : membekali peserta pelatian dengan kompetensi yang dibutuhkan
di
pasar kerja atau dunia usaha
Sasaran : pencari kerja dari Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab.
Banyumas, Kab. Cilacap dan Kab. Kebumen
Target peserta : 240 orang yang terbagi dalam 15 program pelatihan @16 orang
Durasi : 160 JP setara dengan 20 hari pelatihan
Jenis Pelatihan : Pelatihan Pertanian, Pelatihan Perikanan, Pelatihan Peternakan,
Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Pelatihan Menjahit
Pelatihan Institusional/Boarding
Tujuan : membekali peserta pelatihan dengan kompetensi yang dibutuhkan
di pasar kerja atau dunia usaha
Sasaran : pencari kerja dari Kab. Rembang, Kab. Brebes, Kab. Tegal, Kab.
Pemalang, Kab. Brebes, Kota Semarang, Kota Magelang, dan
Kota
Tegal
Target peserta : 240 orang yang terbagi dalam 15 program pelatihan @ \16 orang
Durasi : 160 JP setara dengan 20 hari pelatihan
Jenis Pelatihan : Pelatihan Pertanian, Pelatihan Perikanan, Pelatihan Peternakan,,
Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian, dan Pelatihan Menjahit.
i. Koordinasi Lintas Lembaga dan Kerjasama dengan Sektor Swasta untuk
Penyediaan Instruktur serta Sarana dan Prasarana Lembaga Pelatihan Kerja.
Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan instruktur pelatihan
Sasaran : Lembaga dan sektor swasta di wilayah Jawa Tengah
Output : Jumlah Instruktur luar yang mengajar pelatihan
Kegiatan :
- Koordinasi dengan Lembaga dan sektor swasta mengenai penyediaan instruktur
luar
- Study banding peserta pelatihan ke sektor swasta

2. Pelatihan Transmigrasi Lokal


Sasaran : Calon Transmigran dari Provinsi Jawa Tengah
Target peserta : 85 orang yang dilaksanakan dalam 4 paket pelatihan
Durasi pelatihan : 50 JP yang dilaksanakan selama 10 hari (menginap/boarding)
Tempat pelatihan : Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi Prov. Jawa Tengah

F. INDIKATOR KERJA
1. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi
Indikator :
1.) Masukan : Rp. 2.524.259.000,-
2.) Keluaran :
- Jumlah dokumen TNA (Training Need Assesment)
- Jumlah naskah kerjasama dengan dunia industry / pelaku usaha
- Jumlah pencari kerja yang mengikuti pelatihan bidang pertanian mendukung
mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN (DBHCHT)
- Jumlah pencari kerja yang mengikuti pelatihan bidang pertanian mendukung
mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN
- Jumlah animo dan pendaftar pelatihan di bidang pertanian mendukung
mekanisme penempatan melalui AKL, AKAD dan AKAN
- Jumlah sarana dan prasarana pelatihan di Balai Pelatihan Kerja dan
Transmigrasi
3.) Hasil : Persentase kenaikan pencari kerja yang memiliki sertifikat pelatihan berbasis
kompetensi di bidang pertanian 7,39 %
2. Kegiatan Penataan persebaran penduduk yang berasal dari lintas daerah Kabupaten/kota
dalam 1 (satu) daerah Provinsi
1.) Masukan : Rp. 352.000.000,-
2.) Keluaran :
- Jumlah transmigran yang mendapatkan pelatihan dibidang pertanian
3.) Hasil : Persentase kenaikan transmigran yang mendapat pelatihan di bidang
pertanian 3,39%

G. BATASAN KEGIATAN
1. Maksud dan Tujuan
a. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja berdasarkan Klaster Kompetensi bertujuan
untuk :
1) melakukan kegiatan identifikasi dan promosi untuk mengetahui kebutuhan
pelatihan masyarakat pencari kerja berdasarkan kebutuhan kompetensi pasar
kerja. Output dari kegiatan ini adalah jenis pelatihan yang dibutuhkan pencari
kerja sesuai kebutuhan pasar.
2) membekali pencari kerja dengan kompetensi di bidang pertanian agar dapat
diserap oleh pasar kerja (bekerja atau berwirausaha mandiri).
b. Penataan persebaran penduduk yang berasal dari lintas daerah Kabupaten/kota
dalam 1 (satu) daerah Provinsi di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi bertujuan
untuk membekali calon transmigran dengan kompetensi di bidang pertanian agar
dapat bekerja atau berwirausaha di tempat tujuan transmigrasi.
2. Cara pelaksanaan kegiatan
a. Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja berdasarkan Klaster Kompetensi dilaksanakan
dengan cara:
1) melakukan kunjungan survey ke Dinas Kabupaten/Kota, Kantor Kecamatan,
Kantor Desa, pengusaha dan perwakilan pencari kerja yang ada di daerah
sasaran, penyusunan program pelatihan, pemasaran program pelatihan ke
daerah-daerah sasaran, pendampingan pasca pelatihan serta monitoring pasca
pelatihan bagi alumni pelatihan
2) menyelenggarakan pelatihan kerja berbasis kompetensi maupun pelatihan
kewirausahaan, baik di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi maupun di
lokasi peserta/daerah sasaran
b. Pelatihan Bidang Pertanian Bagi Calon Transmigran di Balai Pelatihan Kerja dan
Transmigrasi dilakukan dengan cara menyelenggarakan pelatihan bidang pertanian
(dalam arti luas) di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi.
3. Tempat pelaksanaan kegiatan
a. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan
Melalui Mekanisme AKL, AKAD dan AKAN dilaksanakan di lokasi peserta, yaitu
di Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab. Banyumas, Kab. Cilacap, Kab.
Kebumen, dan Kab. Wonosobo
b. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan
Melalui Mekanisme AKL, AKAD dan AKAN – DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau) dilaksanakan di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi (pelatihan
institusional) maupun di lokasi asal peserta (Mobile Training Unit/MTU).
c. Pelatihan Bidang Pertanian Bagi Calon Transmigran di Balai Pelatihan Kerja dan
Transmigrasi dilaksanakan di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi.
4. Pelaksana dan penanggungjawab
Seluruh kegiatan di atas dilaksanakan oleh Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi
(khususnya Seksi Pemasaran Program, Seksi Pelatihan, dan Instruktur didukung oleh
Subbag Tata Usaha) dengan melibatkan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota,
Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa di daerah sasaran.
5. Jadwal
Kegiatan dilaksanakan mulai Februari 2022 s/d Desember 2022.
6. Biaya
Seluruh kegiatan dibiayai dari APBD Tahun Anggaran 2022 dengan rincian terlampir
(Lampiran RKA)
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelaksanaan Latihan Kerja Berdasarkan Klaster Kompetensi

1. Pencetakan Leaflet, Brosur, Banner, Spanduk

2. Rapat Analisis Kebutuhan Pelatihan


3. Analisis Kebutuhan Pelatihan di Daerah
4. Rapat Penyusunan Program Pelatihan 2023
5. Penyusunan Program Pelatihan 2023
6. Rapat Pemasaran Program Pelatihan
7. Pemasaran Program Pelatihan
8. Rapat Rekruitmen dan Seleksi Calon Peserta
Pelatihan
9. Rekruitmen dan Seleksi Calon Peserta
Pelatihan
10. Rapat Monitoring Hasil Pelatihan
11. Monitoring Hasil Pelatihan 2021
12. Pendampingan Pasca Pelatihan Tahun 2022
13. Penyusunan Laporan
14. Koordinasi lintas lambada dan Kerjasama
dengan sector swasta untuk penyediaan
instruktur
15. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan Melalui Mekanisme AKL, AKAD
dan AKAN
a. Pelatihan Kej. Pertanian
b. Pelatihan Kej. Perikanan
c. Pelatihan Kej. Peternakan
d. Pelatihan Kej. PHP
e. Pelatihan Kej. Menjahit
16. Pelatihan Kerja Bagi Pencari Kerja di Bidang Pertanian Mendukung Penempatan Melalui Mekanisme AKL, AKAD
dan AKAN – DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau)
a. Pelatihan Kej. Pertanian
b. Pelatihan Kej. Perikanan
c. Pelatihan Kej. Peternakan
d. Pelatihan Kej. PHP
e. Pelatihan Kej. Menjahit
Pelatihan Bidang Pertanian Bagi Calon Transmigran di Balai Pelatihan Kerja dan Transmigrasi
1. Pelatihan Pertanian
2. Monitoring Daerah Transmigrasi
PROGRAM : PENEMPATAN TENAGA KERJA
SASARAN PROGRAM : MENINGKATNYA PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN
PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
KEGIATAN : 1. PELAYANAN ANTAR KERJA LINTAS DAERAH
KABUPATEN/ KOTA
SUB KEGIATAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
2. PELINDUNGAN PMI (PRA DAN PURNA PENEMPATAN)
DI DAERAH PROVINSI
SUB KEGIATAN PEMBERDAYAAN PMI PURNA
PENEMPATAN

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran
Indonesia;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja;
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
h. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan
Hak Penyandang Disabilitas;
i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2014 tentang
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas;
j. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum
Salah satu tujuan nasional negara Republik Indonesia adalah memajukan
kesejahteraan umum. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hal ketenagakerjaan,
bentuk dari kesejahteraan umum itu adalah jaminan tiap warga negara memperoleh
pekerjaan. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti
bahwa Negara wajib hadir untuk memastikan terpenuhinya hak dasar setiap warga
negara dalam memperoleh pekerjaan.
Permasalahan yang akan selalu muncul adalah masalah keterserapan tenaga
kerja di dunia kerja baik di sektor formal (di dalam hubungan kerja) maupun informal
(diluar hubungan kerja). Semakin rendah keterserapan tenaga kerja maka semakin
tinggi tingkat pengangguran yang ada pada masyarakat. Data Survei Angkatan Kerja
Nasional periode bulan Agustus 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
tingkat penganggur terbuka di Jawa Tengah sejumlah 6,48% atau sebanyak 1,21 juta
orang, bertambah 2,04 persen atau meningkat 396 ribu orang dibanding Agustus 2019.
Sejak Maret 2020 sampai sekarang negara ini mengalami pandemi COVID-19, tidak
terkecuali di Jawa Tengah. Akibat pandemi ini, berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS
Provinsi Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III
mengalami kontraksi sebesar -3,93 persen, sedikit lebih baik dibanding triwulan II
sebesar -5,92 persen. Banyak lapangan usaha berhenti berproduksi, akibatnya terjadi
gelombang PHK dan tenaga kerja dirumahkan secara besar-besaran. Berdasarkan data
yang diolah Disnakertrans Prov. Jateng sampai dengan tanggal 31 Januari 2021, jumlah
tenaga kerja yang ter-PHK sebanyak 16.438 orang, sedangkan tenaga kerja yang
dirumahkan sebanyak 43.962 orang.
Pencari kerja akan selalu ada setiap waktu seiring dengan munculnya lulusan-
lulusan baru dari dunia pendidikan. Jika para ” fresh graduate” tidak terserap maka
pengangguran akan meningkat. Ditambah lagi dengan adanya tantangan-tantangan
berupa bonus demografi, link and match serta disrupsi dalam berbagai bidang
kehidupan sebagai akibat dari industry 4.0 dan pandemi COVID-19
Bonus demografi adalah suatu periode dimana penduduk usia produktif (15 s/d
64 tahun) lebih besar dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif. Pada periode
tahun 2020 s/d 2030 diramalkan oleh BPS sebagai puncak bonus demografi di Indonesia
dimana penduduk usia produktif diproyeksikan sebanyak 64% dari total jumlah
penduduk. Kondisi ini akan menjadi masalah serius jika permasalahan link and match
tidak disikapi dengan sungguh-sungguh dan ditambah lagi dengan rendahnya kualitas
Sumber Daya Manusia dan disrupsi ketenagakerjaan (perubahan profesi dan proses
produksi sebagai akibat industry 4.0) serta dampak pandemi COVID-19.
Tidak terjadinya link and match dunia pendidikan dengan dunia usaha dan dunia
industri, rendahnya kualitas SDM dan disrupsi ketenagakerjaan sebagai akibat dari
industry 4.0 dan pandemi COVID-19 akan menimbulkan residu ketenagakerjaan berupa
pengangguran. Yaitu angkatan kerja yang tidak dapat terserap ke dalam dunia usaha
dan /atau dunia industri. Disinilah perlunya adanya sebuah upaya alternatif yang dapat
dilakukan pemerintah untuk menjawab permasalahan tersebut sebagai wujud kehadiran
negara dalam menjamin tercapainya kesejahteraan umum.
Ditengah kondisi diatas, Presiden Jokowi telah menetapkan pada akhir tahun
2023 pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dapat mencapai 7%. Kebijakan Presiden
tersebut tentunya merupakan pekerjaan berat dan memerlukan strategi dan kreatifitas
seluruh stakeholder untuk mewujudkannya. Dunia ketenagakerjaan menyumbang peran
yang teramat besar dalam pencapaian terget tersebut. Permasalahan pengangguran
yang disebabkan oleh tidak terserapnya tenaga kerja di sektor formal perlu dialihkan ke
sektor informal dengan menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru. Upaya ini
dilakukan dengan menciptakan embrio-embrio usaha yang diharapkan akan
berkembang dan kemudian akan membuka kesempatan kerja dan menyerap tenaga
kerja bagi lingkungan sekitar. Penciptaan embrio-embrio usaha ini dilaksanakan dengan
mengembangkan model-model perluasan kesempatan kerja yaitu melalui Program
Penempatan Tenaga Kerja, Kegiatan Penempatan Tenaga Kerja Lintas Daerah
Kabupaten./ Kota (Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja) dan Kegiatan
Pelindungan PMI (Pra dan Purna Penempatan) di Daerah Provinsi (Sub Kegiatan
Pemberdayaan PMI Purna Penempatan). Pada Tahun 2022, implementasi pelaksanaan
Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dilakukan melalui:
1. Padat Karya Produktif;
2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri;
3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan;
4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja
5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja;
6. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan;
7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela;
8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja.
Sedangkan implementasi Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan
dilakukan melalui :
1. Pemberdayaan PMI Purna
2. Pemberdayaan Keluarga PMI
3. Rakor Pengembangan Desa Migran Produktif
Berdasarkan data BPS sebagaimana dilansir Kementerian Koperasi dan UMKM,
jumlah wirausaha di Indonesia saat ini sebesar 3,1% dari total populasi. Sedangkan
idealnya, untuk menjadi negara maju, paling tidak jumlah wirausaha sebesar 8% dari
total populasi, sehingga masih terbuka peluang sangat besar. Peluang ini didukung
dengan era revolusi industri 4.0, dimana jarak dan tempat bahkan tempat usaha tidak
menjadi masalah dalam menjalankan sebuah usaha. Dengan demikian, upaya
pengentasan pengangguran melalui Program Penempatan Tenaga Kerja sebagaimana
tersebut diatas akan semakin berkembang jika dilakukan mengikuti perkembangan
zaman seperti saat ini. Sehingga akan muncul startup-startup baru hasil dari kegiatan
tersebut dan target pertumbuhan ekonomi 7% pada akhir tahun 2023 dapat
diwujudkan.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan
a. Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan melalui sub-sub Kegiatan
diantaranya :
1. Padat Karya Produktif (Luring)
Kegiatan Padat Karya Produktif dilaksanakan sebagai salah satu upaya
pengembangan sektor informal melalui pembangunan sarana dan prasarana
penunjang usaha produktif masyarakat. Melalui pemenuhan sarana dan
prasarana inilah masyarakat dapat membuka/ menciptakan usaha yang
berkelanjutan. Selain itu kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan tambahan
penghasilan kepada penganggur/ setengah penganggur dalam pembangunan
sarana prasarana tersebut.
2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri (Luring)
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Tenaga Kerja Mandiri dilaksanakan
untuk memberikan bekal wirausaha kepada masyarakat dan Tenaga Kerja
Khusus (Penyandang Disabilitas, Lansia, Keluarga Pekerja Anak) untuk dapat
mandiri. Kegiatan ini merupakan upaya untuk penciptaan wirausaha baru melalui
kegiatan pembekalan wirausaha yang disesuaikan dengan potensi Sumber Daya
Alam dan Sumber Daya Manusia di lokasi kegiatan.
3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan (Luring)
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan merupakan tindak lanjut
dari kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang telah selesai dilaksanakan, baik
Masyarakat Penganggur maupun PMI Purna dan Tenaga Kerja Khusus.
Wirausaha-wirausaha baru yang tercipta dari kegiatan pemberdayaan diberikan
keterampilan lanjutan untuk mengembangkan usahanya dan agar dapat
menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Peserta diberikan kesempatan untuk
bertukar pikiran dan pengalaman dengan peserta lainnya serta diberikan pula
kesempatan untuk belajar kepada pelaku usaha yang berhasil langsung di
tempat usahanya.
4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)
Kegiatan Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan sebagai
media diskusi dan koordinasi lintas sektor dalam pengembangan sektor informal
dan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai forum
untuk pelibatan sektor swasta dalam kegiatan-kegiatan perluasan kesempatan
kerja melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan yang
diharapkan digunakan untuk menunjang perluasan kesempatan kerja melalui
pemberian bantuan sarana usaha yang tidak dapat diberikan oleh Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)
Kegiatan Pembekalan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja
merupakan pembekalan terhadap petugas lapangan atau pendamping wirausaha
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan perluasan kesempatan kerja
agar berhasil dan berdaya guna. Penciptaan wirausaha baru merupakan sebuah
proses dan tidak akan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Untuk itu perlu
dilakukan pendampingan oleh petugas lapangan yang terlatih dan mampu
menjadi konselor dan pemecah masalah manakala terjadi permasalahan dalam
pengembangan wirausaha.
6. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan (Blended Luring dan Daring)
Kegiatan Expo Wirausaha Baru Binaan bertujuan untuk memperkenalkan produk-
produk wirausaha baru binaan yang tercipta dari kegiatan-kegiatan perluasan
kesempatan kerja yang telah dilakukan. Sebagaimana hasil pembinaan dan
evaluasi yang diperoleh terhadap eks peserta pemberdayaan, permasalahan
utama yang menghambat perkembangan wirausaha baru adalah permasalahan
pemasaran. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya membantu
mempromosikan dan memasarkan produk-produk dari wirausaha baru binaan.
7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela (Luring)
Kegiatan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela dilaksanakan untuk
memberikan pendampingan kepada wirausaha baru binaan selama jangka waktu
tertentu. Pendampingan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Sukarela meliputi
aspek motivasi, manajemen organisasi, peningkatan kualitas produksi, strategi
pemasaran, permodalan, dan terkait legalitas usaha. Hasil yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah keberlangsungan usaha dan penyerapan tenaga kerja dari
wirausaha baru yang didampingi.
8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja (Luring)
Kegiatan Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan untuk
menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang peluang dan kesempatan
kerja di sektor informal (wirausaha) dan fasilitasi pemerintah yang dapat diakses
masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan usahanya.

b. Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan dilaksanakan melalui Sub-Sub


Kegiatan sebagai berikut :
1. Pemberdayaan PMI Purna (Luring)
Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna dilaksanakan untuk memberikan bekal
wirausaha kepada PMI Purna untuk dapat mandiri menjadi wirausaha. Kegiatan
ini merupakan upaya untuk penciptaan wirausaha baru melalui kegiatan
pembekalan wirausaha yang disesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan
Sumber Daya Manusia di lokasi kegiatan.
2. Pemberdayaan Keluarga PMI (Luring)
Kegiatan Pemberdayaan Keluarga PMI dilaksanakan untuk memberikan bekal
wirausaha kepada keluarga PMI untuk dapat mandiri menjadi wirausaha baik
sebelum PMI berangkat, maupun saat PMI sudah berada di Negara Penempatan.
Kegiatan ini merupakan bentuk pelindungan secara ekonomi kepada keluarga
PMI dan juga sebagai upaya penciptaan wirausaha baru melalui kegiatan
pembekalan wirausaha yang disesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan
Sumber Daya Manusia di lokasi kegiatan.
3. Rapat Koordinasi Desa Migran Produktif (Daring)
Kegiatan Rapat Koordinasi Desa Migran Produktif dilaksanakan sebagai media
diskusi dan koordinasi lintas sektor dalam penguatan salah satu pilar Desmigratif
yaitu “Usaha Produktif” dengan sasaran PMI Purna dan Keluarga PMI di
Desmigratif. Kegiatan bertujuan sebagai sinergitas dalam pengembangan Usaha
Produktif PMI Purna dan Keluarga PMI Purna diantaranya pelatihan usaha,
sarana dan modal usaha, pemasaran, dan pendampingan usaha sehingga upaya
penanganan Desa-Desa Kantong PMI agar menjadi mandiri dan sejahtera dapat
dilaksanakan secara terpadu.

2. Indikator Kinerja Kegiatan


a. Indikator kinerja kegiatan pada sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah :
1. Meningkatnya usaha masyarakat melalui padat karya produktif;
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha masyarakat dan tenaga
kerja khusus (penyandang disabilitas, lansia, keluarga pekeja anak) yang
mengikuti pembekalan/ pemberdayaan, penciptaan dan pengembangan
kewirausahaan;
3. Meningkatnya keterampilan dan wawasan wirausaha baru binaan untuk
mengembangkan usahanya;
4. Terkoordinasikannya pemangku kepentingan lintas sektor dalam perluasan
kesempatan kerja;
5. Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petugas lapangan perluasan kesempatan
kerja dalam melakukan pendampingan terhadap wirausaha baru binaan;
6. Meluasnya akses pemasaran produk wirausaha baru binaan melalui virtual expo;
7. Meningkatnya usaha wirausaha baru binaan melalui pendampingan TKS;
8. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan informasi peluang dan kesempatan
kerja di luar hubungan kerja (sektor informal).
b. Indikator kinerja kegiatan pada sub kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan
adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha PMI Purna melalui
pengembangan kewirausahaan;
2. Terlindunginya secara ekonomi keluarga PMI yang akan maupun telah berangkat
ke Negara Penempatan melalui pengembangan kewirausahaan;
3. Terkoordinasinya seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam
pengembangan “usaha produktif” bagi PMI Purna dan Keluarga PMI di Desa
Migran Produktif

3. Batasan Kegiatan
a. Batasan Kegiatan pada sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah:
1. Padat Karya Produktif (Luring)
Kegiatan Padat Karya Produktif dilakukan di 7 lokasi dengan masing-masing
lokasi mempekerjakan 10 orang penganggur dan /atau setengah penganggur
selama 10 hari. Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra padat karya,
saat padat karya dan pasca padat karya. Tiga tahapan ini merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya kegiatan ini akan dikelola 10
orang tersebut menjadi usaha yang simultan dan berkelanjutan.
2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri (Luring)
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Tenaga Kerja Mandiri dilakukan
terhadap masyarakat dan/ atau Tenaga Kerja Khusus (Penyandang Disabilitas,
Lansia, Keluarga Pekeja Anak) di Jawa Tengah sebanyak 1.060 orang yang
terbagi dalam 53 angkatan dan masing-masing angkatan sebanyak 20 orang.
Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra pembekalan, saat pembekalan
dan pasca pembekalan. Tiga tahapan ini merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan (Luring)
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan dilakukan terhadap 120
orang wirausaha baru eks peserta pemberdayaan masyarakat, Tenaga Kerja
Khusus, PMI Purna, maupun Keluarga PMI yang terbagi dalam 6 angkatan.
4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)
Kegiatan Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam pengembangan
sektor informal dan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan dilakukan oleh
sebanyak 100 orang peserta dilakukan secara daring.
5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja (Daring)
Kegiatan Pembekalan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja dilakukan
terhadap 35 orang Petugas Lapangan Pendamping Wirausaha Baru dalam
pengembangan usaha dilakukan secara daring.
6. Virtual Expo Wirausaha Baru (Blended)
Kegiatan Expo Wirausaha Baru diikuti oleh 50 stand wirausaha baru binaan, baik
pemberdayaan masyarakat penganggur maupun pemberdayaan PMI Purna dan
Tenaga Kerja Khusus. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan dengan metode blended,
yaitu Luring (Seremonial dan Talkshow) dan Daring (Pameran Produk dan
Transaksi)
7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela (Luring)
Kegitan Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela berupa Pengerahan Tenaga
Kerja Sukarela / Sarjana sebanyak 35 orang yang sebelumnya diseleksi,
kemudian dibekali dan selanjutnya disebar di Kabupaten/ Kota yang
melaksanakan kegiatan Pemberdayaan untuk melakukan pendampingan
wirausaha baru binaan hasil pemberdayaan tersebut selama 9 bulan.
8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja (Luring)
Kegiatan Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilakukan terhadap 350 orang
masyarakat/ siswa/ pencari kerja dilakukan dalam 14 angkatan dengan masing-
masing angkatan sebanyak 25 orang
b. Batasan Kegiatan pada sub kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan adalah:
1. Pemberdayaan PMI Purna (Luring)
Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna dilakukan terhadap 100 orang PMI Purna
terbagi dalam 5 angkatan dengan masing-masing angkatan sebanyak 20 orang.
Kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra pembekalan, saat pembekalan
dan pasca pembekalan. Tiga tahapan ini merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
2. Pemberdayaan Keluarga PMI (Luring)
Kegiatan Pemberdayaan Keluarga PMI dilakukan terhadap 20 orang keluarga PMI
yang belum maupun sudah berangkat ke Negara Penempatan. Kegiatan
dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu pra pembekalan, saat pembekalan dan
pasca pembekalan. Tiga tahapan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
3. Rapat Koordinasi Pengembangan Desa Migran Produktif (Daring)
Kegiatan Rapat Koordinasi Pengembangan Desmigratif dilaksanakan terhadap
100 orang pemangku kepentingan lintas sektor dalam upaya pengembangan
usaha produktif terhadap PMI Purna dan Keluarga PMI pada Desmigratif.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud dan Tujuan pada Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan kerja adalah sebagai
berikut :
1. Padat Karya Produktif
a. Maksud : Menyediakan kesempatan kerja/ berusaha produktif bagi penganggur
dan setengah penganggur melalui sistem padat karya dalam rangka
menumbuhkembangkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
b. Tujuan :
- Mengembangkan produktivitas masyarakat melalui pembangunan sarana dan
prasarana penunjang usaha produktif masyarakat
- Memberikan penghasilan sementara kepada penganggur dan setengah
penganggur sebagai pekerja padat karya produktif
2. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri
a. Maksud : Menciptakan embrio-embrio usaha baru yang dapat memperluas
kesempatan kerja melalui penyerapan tenaga kerja bagi lingkungan sekitar dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pembekalan keterampilan
wirausaha terhadap masyarakat dan tenaga kerja khusus (penyandang disabilitas,
lansia, keluarga pekerja anak).
b. Tujuan :
- Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha
- Membentuk wirausaha baru yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi
dan profesional serta berorientasi pada upaya perluasan dan pengembangan
kesempatan kerja
3. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan
a. Maksud : Mengembangkan wirausaha baru binaan untuk semakin produktif dan
mampu menyerap tenaga kerja
b. Tujuan :
- Meningkatkan kapasitas wirausaha baru binaan dalam pengelolaan dan
pemasaran usaha
- Meningkatkan jejaring komunikasi antar wirausaha lintas daerah, dan
memberikan kesempatan berkolaborasi
- Meningkatkan semangat, bertukar pikiran, dan belajar pada pelaku usaha
sukses
- Meningkatkan pemanfaatan IT bagi wirausaha baru dalam pengembangan
usaha
4. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja
a. Maksud : Membangun kesepahaman seluruh pemangku kepentingan dalam upaya
pengembangan sektor informal dan perluasan kesempatan kerja.
b. Tujuan :
- Meningkatkan partisipasi sektor swasta dan organisasi non pemerintah dalam
program-program perluasan kesempatan kerja
- Menkoordinasikan program-program perluasan kesempatan kerja bagi seluruh
pemangku kepentingan
- Meningkatkan keberhasilan program pengembangan sektor informal melalui
perluasan kesempatan kerja
5. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja
a. Maksud : Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Petugas Lapangan dalam
mendampingi wirausaha baru
b. Tujuan :
- Meningkatkan kemampuan teknis petugas lapangan dalam pendampingan
wirausaha
- Memberikan forum diskusi antar pemandu lapangan dalam penyelesaian
masalah pendampngan wirausaha baik diwaktu pembekalan atau disaat proses
pendampingan
- Meningkatkan softskill petugas lapangan untuk memotivasi, membangun
jejaring, dan merangsang kreatifitas wirausaha baru dampingan
6. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan
a. Maksud : Meningkatkakan pemasaran produk-produk wirausaha baru binaan agar
usaha semakin berkembang dan produktif
b. Tujuan :
- Mengenalkan produk-produk wirausaha baru kepada masyarakat
- Meningkatkan omset wirausaha baru
- Mempertemukan wirausaha baru dengan pembeli atau investor dan wirausaha
lain pada event expo untuk berkolaborasi pengembangan usaha
7. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela
a. Maksud : Meningkatkan usaha wirausaha baru binaan untuk terus berkembang
melalui pendampingan usaha dan memberikan pengalaman kerja serta
penghasilan sementara kepada TKS
b. Tujuan :
- Menyediakan pendamping wirausaha baru binaan untuk perluasan
kesempatan kerja
- Meningkatkan kapasitas wirausaha baru binaan dalam aspek motivasi,
manajemen organisasi, peningkatan kualitas produksi, strategi pemasaran,
permodalan, dan legalitas usaha
- Meningkatkan kemandirian berusaha bagi wirausaha baru binaan
8. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja
a. Maksud : Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat tentang peluang dan
kesempatan kerja di sektor informal (wirausaha) dan fasilitasi pemerintah yang
dapat diakses masyarakat
b. Tujuan :
- Menghapus stigma masyarakat bahwa bekerja hanya di sektor formal.
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa peluang berwirausaha
masih terbuka lebar
- Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Pemerintah memiliki
program-program pengembangan kewirausahaan yang dapat diakses
masyarakat.

b. Maksud dan Tujuan Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan adalah sebagai
berikut :
1. Pemberdayaan PMI Purna
a. Maksud : Memberdayakan PMI Purna untuk dapat mandiri dan menjadi embrio-
embrio usaha baru.
b. Tujuan :
- Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha
- Membentuk wirausaha baru yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi
dan profesional serta berorientasi pada upaya perluasan dan pengembangan
kesempatan kerja
- Mendorong PMI Purna untuk memanfaatkan gajinya selama di luar negeri untuk
memulai usaha dan tidak lagi berangkat ke luar negeri
2. Pemberdayaan Keluarga PMI
a. Maksud : Memberdayakan keluarga PMI baik yang belum maupun sudah
ditempatkan ke negara penempatan untuk dapat mandiri dan menjadi embrio-
embrio usaha baru
b. Tujuan :
- Mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha
- Membentuk wirausaha baru yang mandiri, produktif dan beretos kerja tinggi
dan profesional serta berorientasi pada upaya perluasan dan pengembangan
kesempatan kerja
- Meningkatkan kemandirian berusaha keluarga PMI selama PMI di Luar Negeri
dan memanfaatkan nafkah dari PMI untuk kegiatan produktif
3. Rapat Koordinasi Pengembangan Desmigratif
a. Maksud : Meningkatkan sinergitas antar stakeholder PMI Purna dalam
Pengembangan Desmigratif
b. Tujuan :
- Meningkatkan kerjasama antar pemangku kepentingan Desmigratif
- Meningkatkan kerjasama pelaksanaan pelatihan usaha, sarana dan modal
usaha, pemasaran dan pendampingan usaha bagi PMI Purna dan Keluarga PMI
di Desmigratif
- Meningkatkan keberhasilan program pengembangan sektor informal melalui
perluasan kesempatan kerja di Desmigratif

D. KELUARAN (OUTPUT)
1. Keluaran atau output Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah :
a. Jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam padat karya produktif sebanyak 70
orang;
b. Jumlah masyarakat dan tenaga kerja khusus (penyandang disabilitas, lanisa, keluarga
pekerja anak) yang mengikuti pembekalan/ pemberdayaan dan pengembangan
kewirausahaan sebanyak 1060 orang;
c. Jumlah wirausaha baru binaan yang mengikuti pembinaan lanjutan / upgarding/
shortcourse sebanyak 120 orang;
d. Jumlah pemangku kepentingan yang terkoordinasi dalam upaya perluasan
kesempatan kerja sebanyak 100 orang;
e. Jumlah petugas lapangan / pendamping wirausaha yang mengikuti pemanduan
sebanyak 35 orang;
f. Jumlah wirausaha baru binaan yang terfasilitasi mengakses pasar sebanyak 50 orang;
g. Jumlah Tenaga Kerja Sukarela yang ditugaskan sebanyak 35 orang;
h. Jumlah masyarakat yang mengikuti penyuluhan/ sosialisasi perluasan kesempatan
kerja sebanyak 350 orang

2. Keluaran atau output Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan adalah :
a. Jumlah PMI Purna mengikuti pemberdayaan dan pengembangan kewirausahaan
sebanyak 100 orang;
b. Jumlah kelurga PMI mengikuti pemberdayaan dan Pengembangan kewirausahaan
sebanyak 20 orang;
c. Jumlah Stakeholder PMI Purna yang terkoordinasi dalam upaya pengembangan
Desmigratif sebanyak 100 orang

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTCOME)


1. Hasil (outcome) yang diharapkan dari sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja adalah:
a. Meningkatnya usaha masyarakat melalui padat karya produktif sebanyak 70 orang;
b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha masyarakat dan tenaga kerja
khusus (penyandang disabilitas, lansia, keluarga pekerja anak) yang mengikuti
pembekalan/ pemberdayaan, penciptaan dan pengembangan kewirausahaan
sebanyak 1060 orang;
c. Meningkatnya keterampilan dan wawasan wirausaha baru binaan untuk
mengembangkan usahanya sebanyak 120 orang;
d. Terkoordinasikannya pemangku kepentingan lintas sektor dalam perluasan
kesempatan kerja sebanyak 100 orang;
e. Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petugas lapangan perluasan kesempatan
kerja dalam melakukan pendampingan terhadap wirausaha baru binaan sebanyak
35 orang;
f. Meluasnya akses pemasaran produk wirausaha baru binaan melalui expo dan
jejaring perluasan kesempatan kerja sebanyak 50 orang;
g. Meningkatnya usaha wirausaha baru binaan melalui pendayagunaan sebanyak 35
orang TKS;
h. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan informasi peluang dan kesempatan
kerja di luar hubungan kerja (sektor informal) sebanyak 350 orang.

2. Hasil (outcome) yang diharapkan dari sub kegiatan Pemberdayaan PMI Purna
Penempatan adalah:
a. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan usaha PMI Purna melalui
pengembangan kewirausahaan sebanyak 100 orang ;
b. Terlindunginya secara ekonomi keluarga PMI yang akan maupun telah berangkat ke
Negara Penempatan melalui pengembangan kewirausahaan sebanyak 20 orang;
c. Terkoordinasinya seluruh pemangku kepentingan lintas sektor dalam
pengembangan “usaha produktif” bagi PMI Purna dan Keluarga PMI di Desa Migran
Produktif sebanyak 100 orang

F. KERANGKA DAN METODE PALAKSANAAN


1. Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja:
a. Padat Karya Produktif dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra Padat Karya
(identifikasi, sosialisasi), Saat Padat Karya dan Pasca Padat Karya (pembinaan,
konsultansi, monitoring). Pembangunan sarana penunjang usaha produktif yang
dilakukan menyesuaikan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
setempat dan dilaksanakan selama 10 (sepuluh) hari kerja secara luring.
b. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra
Pembekalan (identifikasi, rekrut, seleksi), Saat Pembekalan dan Pasca Pembekalan
(pembinaan, konsultansi, monitoring) dengan sasaran masyarakat, pencari kerja,
dan tenaga kerja khusus (penyandang disabilitas, lansia, keluarga pekerja anak).
Pembekalan dilaksanakan menyesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan
Sumber Daya Manusia setempat dan dilaksanakan selama 3 (tiga) atau 4 (empat)
hari menyesuaikan dengan jenis pembekalan. Pembekalan dilaksanakan secara
klasikal dan praktek dengan diampu narasumber dan instruktur. Pelaksanaan
kegiatan secara luring.
c. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan secara klasikal,
praktek, dan kunjungan lapangan ke pelaku usaha yang berhasil. Narasumber
berasal dari 2 SKPD teknis tingkat Provinsi, Profesional IT marketer, dan pelaku
usaha. Pelaksanaan kegiatan secara luring.
d. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan secara klasikal
dengan metode ceramah dan diskusi. Narasumber berasal dari Kemnaker RI,
Perusahaan, dan Instansi Tingkat Provinsi yang terkait. Pelaksanaan Kegiatan
secara daring
e. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan secara
klasikal. Narasumber berasal dari Kemnaker RI, Profesional dan Pelaku Usaha.
Pelaksanaan kegiatan secara daring.
f. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan dengan menghadirkan wirausaha-
wirausaha baru binaan eks peserta pemberdayaan untuk mengisi stand-stand
virtual dan memamerkan produk-produknya. Disamping itu juga dilakukan talkshow
kewirausahaan dengan mengundang narasumber yang expert di bidangnya.
g. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela dilaksanakan dalam 3 tahapan kegiatan
yaitu seleksi, pembekalan, dan pengerahan TKS untuk mendampingi wirausaha
baru binaan di 35 Kabupaten/ Kota.
h. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan secara klasikal dengan
metode ceramah dan diskusi. Narasumber berasal dari Pejabat Struktural /
Pengantar Kerja Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Kegiatan dilaksanakan secara luring.

2. Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan:


a. Pemberdayaan PMI Purna dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra
Pembekalan (identifikasi, rekrut, seleksi), Saat Pembekalan dan Pasca Pembekalan
(pembinaan, konsultansi, monitoring) dengan sasaran PMI Purna. Pembekalan
dilaksanakan menyesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia setempat selama 3 (tiga) hari. Pembekalan dilaksanakan secara klasikal
dan praktek dengan diampu narasumber dan instruktur dari pelaku usaha secara
luring.
b. Pemberdayaan Keluarga PMI dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu Pra
Pembekalan (identifikasi, rekrut, seleksi), Saat Pembekalan dan Pasca Pembekalan
(pembinaan, konsultansi, monitoring) dengan sasaran keluarga PMI. Pembekalan
dilaksanakan menyesuaikan dengan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia setempat selama 3 (tiga) hari. Pembekalan dilaksanakan secara klasikal
dan praktek dengan diampu narasumber dan instruktur dari pelaku usaha. Kegiatan
dilaksanakan secara luring.
c. Rapat Koordinasi Pengembangan Desmigratif dilaksanakan secara klasikal dengan
metode ceramah dan diskusi. Narasumber berasal dari Kemnaker RI, PMI Purna
Sukses, BUMDes dan Instansi terkait. Kegiatan dilaksanakan secara daring.

G. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Untuk melaksanakan sub kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dan sub kegiatan
Pemberdayaan PMI Purna Penempatan memerlukan petugas dari Disnakertrans Prov.
Jateng, Dinas Kab/Kota yang membidangi Perluasan Kesempatan Kerja, Perusahaan,
praktisi / tenaga ahli dengan pembagian pekerjaan sesuai tugas pokok dan juga jabatan
masing-masing.

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


1. Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja
a. Padat Karya Produktif dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2022
di Kabupaten Klaten, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten
Purworejo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Demak dan Kabupaten Rembang;
b. Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dilaksanakan mulai bulan Januari sampai
dengan Desember 2022 di seluruh Kab./ Kota Provinsi Jawa Tengah;
c. Peningkatan Kapasitas Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan pada bulan Mei sampai
dengan November 2022 di Kabupaten Semarang, Kota Pekalongan, Kabupaten
Jepara, Kota Magelang, Kota Surakarta, dan Kabupaten Banyumas;
d. Penguatan Jejaring Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan pada bulan Februari
2022 secara daring;
e. Pemanduan Petugas Lapangan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan pada bulan
Maret 2022 secara daring;
f. Virtual Expo Wirausaha Baru Binaan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 dengan
menyesuaikan pelaksanaan Pesta Rakyat Jawa Tengah tahun 2022. Sedangkan
tahapan Pra-Kegiatan dilaksanakan sejak bulan Januari s/d Agustus 2022;
g. Pendayagunaan Tenaga Kerja Sukarela dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, seleksi
dilaksanakan pada bulan Mei 2022 di Kota Semarang, Pembekalan dilaksanakan pada
bulan Juni 2022 di Kota Surakarta, dan Pengerahan dilaksanakan di 35 Kab./ Kota
Jawa Tengah pada bulan April sampai dengan Desember 2022;
h. Penyuluhan Perluasan Kesempatan Kerja dilaksanakan pada bulan Februari sampai
dengan bulan November 2022 di Kabupaten Kendal, Kabupaten Tegal, Kabupaten
Jepara, Kabupaten Wonogiri, Kota Surakarta, Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Batang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Rembang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten
Wonosobo.
2. Sub Kegiatan Pemberdayaan PMI Purna Penempatan :
a. Pemberdayaan PMI Purna dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember
2022 di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten
Kendal, Kabupaten Pati.
b. Pemberdayaan Keluarga PMI dilaksanakan pada bulan September 2022 di Kabupaten
Grobogan.
c. Rapat Koordinasi Pengembangan Desa Migran Produktif dilaksanakan pada bulan Mei
2022 secara daring.

I. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN


Pembiayaan Sub Kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dan Sub Kegiatan
Pemberdayaan PMI Purna Penempatan Tahun 2022 bersumber dari APBD Provinsi Jawa
Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 6.829.000.000,- (enam milyar delapan ratus dua
puluh sembilan ribu rupiah) dengan rincian anggaran biaya sebagaimana terlampir.

J. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disusun sebagai upaya perluasan
kesempatan kerja serta pengurangan pengangguran dan kemiskinan di Jawa Tengah pada
khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BIDANG
PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

AHMAD AZIZ, SE., M.Si.


Pembina Tk. I
NIP. 19680617 199803 1 007
KERANGKA ACUAN KINERJA
( KAK )

PROGRAM
PENGEMBANGAN WILAYAH TRANSMIGRASI
TAHUN 2022

BIDANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN


TRANSMIGRASI

SEKSI TRANSMIGRASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Jln. Pahlawan No. 16 Semarang
SISTEMATIKA KERANGKA ACUAN KINERJA ( KAK )

PROGRAM : Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi


SASARAN PROGRAM : Tersedianya naskah KSAD yang ditandatangani oleh
Provinsi Penempatan dan Penempatan calon
transmigran di Provinsi Penempatan
KEGIATAN : Kegiatan Penataan Persebaran Penduduk yang
Berasal dari Lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1
(Satu) Daerah Provinsi

A. LATAR BELAKANG

Pemerintah telah menetapkan bahwa program transmigrasi merupakan


kebijakan pada urusan pilihan, dan hal ini memberikan konsekuensi bahwa
program transmigrasi harus dilaksanakan di berbagai sektor sesuai dengan
tugas dan fungsinya serta harus dilakukan secara profesional, terpadu dan
transparan sehingga program ketransmigrasian secara tuntas dapat
diselesaikan dengan baik.
Pelaksanaan tugas dan fungsi program transmigrasi meliputi beberapa
kegiatan pokok berkaitan dengan tersedianya lahan, tempat hunian dan
tempat usaha sebagai hasil dari kesepakatan bersama antara daerah asal
dengan daerah penempatan transmigrasi yang tertuang dalam Perjanjian
Kerjasama Antar Daerah, pendaftaran dan seleksi calon transmigran yang
berasal dari 35 kabupaten/kota di wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah
dan pemenuhan hak dan kewajiban transmigran asal Provinsi Jawa Tengah.
Guna mengakomodir tujuan dari program ketransmigrasian tersebut,
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah melalui
PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Menyusun
Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) tahun 2022.
1. Dasar Hukum :
a. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
dengan perubahannya No. 29 Tahun 2009
b. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
c. Keputusan Presiden RI Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Negara.
d. Keputusan Presiden RI Nomor 25 tahun 1994 tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indoensia Nomor 90 Tahun
2019, tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah
g. DPA Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2. Gambaran Umum
Dampak positif pelaksanaan transmigrasi di Jawa Tengah adalah
meningkatkan kesejahteraan rakyat, meratakan persebaran penduduk,
memperkuat ketahanan nasional, meningkatkan kesempatan berusaha,
berkembangnya pembangunan di lokasi penempatan transmigrasi, serta
mengurangi kemiskinan di Jawa Tengah.

Adapun data yang mendukung sebagai berikut :


a. Data Kemiskinan Jawa Tengah pada posisi bulan Maret 2020 sebesar
11,41 % atau 3.98 juta jiwa. Salah satu alternatif yang menjadi pilihan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengatasi permasalahan
kemiskinan melalui program transmigrasi.
b. Minat masyarakat bertransmigrasi di Jawa Tengah masih cukup tinggi.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan
Guna mendukung Program PEMBANGUNAN KAWASAN
TRANSMIGRASI tersebut, Provinsi Jawa Tengah pada Tahun Anggaran
2022 merencanakan kegiatan Kesepakan Kerja Sama Antar Daerah
(KSAD) yang dilaksanakan secara daring.
Kegiatan tersebut mendukung pelaksanakan kegiatan pemindahan
dan penempatan transmigrasi sebanyak 60 KK sesuai alokasi target yang
diberikan dari Pusat. Dengan rincian sub kegiatan sebagai berikut :
a. Urusan Pemerintahan : Urusan Pilihan Transmigrasi
b. Organisasi : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah.
c. Sub. Unit : Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
d. Kegiatan : Penataan Persebaran Penduduk yang
Berasal dari Lintas Daerah Kabupaten/Kota
dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi

2. Indikator Kinerja
Capaian Program : Kesepakatan Kerjasama Antar Daerah dalam
rangka pengembangan kawasan transmigrasi dan
penempatan calon transmigrasi.
a. Masukan Anggaran yang dibutuhkan pada kegiatan Program
PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI tahun 2022 sebesar
Rp. 750.000.000, (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) dengan
rincian :
1) Sub Kegiatan :
a) Rapat Kerjasama Antar Daerah : Rp. 42.693.000,–
(secara daring)
b) Penempatan Transmigrasi : Rp. 290.006.000,–
c) Penjajagan dan Checking Lokasi : Rp. 417.301.000,–

b. Keluaran
1) Jumlah naskah KSAD yang ditandatangani dengan Provinsi
Penempatan.
2) Terlaksananya kegiatan Penjajagan dan Checking Lokasi di lokasi
penempatan transmigrasi.
3) Jumlah calon transmigran yang ditempatkan di Provinsi
Penempatan.
c. Hasil
1) Tersedianya naskah KSAD yang ditandatangani oleh Provinsi
Penempatan.
2) Laporan mengenai kondisi calon lokasi penempatan transmigran
asal Provinsi Jawa Tengah.
3) Penempatan calon transmigran di Provinsi Penempatan.

d. Manfaat
1) Persebaran penduduk di wilayah perbatasan.
2) Mengurangi angka pengangguran di Jawa Tengah.

e. Dampak
1) Berkurangnya angka kemiskinan di Jawa Tengah.
2) Meningkatnya taraf hidup rakyat.

3. Batasan Kegiatan
a. Penataan Persebaran Penduduk yang Berasal dari Lintas Daerah
Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi adalah pemindahan
dan penempatan transmigrasi di luar Jawa.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud.
a. Tersedianya Dokumen Kerjasama Antara Daerah sebagai hasil Rapat
Kerjasama Antar Daerah antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
dengan Daerah Penempatan,
b. Tersedianya laporan mengenai kondisi lokasi penempatan
transmigran asal Provinsi Jawa Tengah,
c. Fasilitasi pemindahan dan penempatan transmigran asal Jawa
Tengah dan tersedianya naskah KSAD.

2. Tujuan
a. Pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program PEMBANGUNAN
KAWASAN TRANSMIGRASI, yang meliputi kegiatan :
1) Rapat Kerjasama Antar Daerah (DARING)
 Alat Tulis Kantor
 Perlengkapan Peserta
 Jasa narasumber/tenaga ahli
 Biaya cetak dan penggandaan
 Makanan dan minuman rapat
 Makanan dan minuman peserta kegiatan

2) Penempatan Transmigrasi (Rapat Ketransmigrasian akan


dilaksanakan secara DARING)
 Alat Tulis Kantor
 Perlengkapan Peserta
 Jasa narasumber/tenaga ahli
 Biaya cetak dan penggandaan
 Sewa Hotel
 Makanan dan minuman rapat
 Makanan dan minuman peserta kegiatan
 Perjalanan dinas dalam daerah
 Perjalanan dinas luar daerah

3) Penjajagan dan Checking Lokasi


 Alat Tulis Kantor
 Biaya cetak dan penggandaan
 Perjalanan dinas luar daerah
b. Tersedianya bahan (input dan out put) yang dapat dipergunakan
sebagai landasan dalam pengambilan langkah dan kebijaksanaan
dibidang ketransmigrasian dalam rangka perluasan kesempatan kerja
dan berusaha.

D. KELUARAN (OUT PUT)


1. Tersedianya naskah KSAD yang ditandatangani oleh Provinsi
Penempatan.
2. Tersedianya laporan mengenai kondisi lokasi penempatan transmigran
3. Penempatan calon transmigran di Provinsi Daerah Penempatan.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)


1. Meningkatnya kesejahteraan warga
2. Status, hak dan kewajiban transmigran terlindungi.

F. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

PERSIAPAN
1. DPA Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI tahun 2022
2. Menetapkan personil pelaksana
3. Menyusun KAK

PELAKSANAAN
1. Menyusun pelaksanaan Program PEMBANGUNAN KAWASAN
TRANSMIGRASI
2. Guna menunjang pelaksanaan kegiatan dialokasikan anggaran sebagai
berikut :
a. Rapat Kerjasama Antar Daerah (DARING) : Rp. 42.693.000,–
 Alat Tulis Kantor : Rp. 1.430.000,–
 Perlengkapan Peserta : Rp. 2.800.000,–
 Jasa narasumber/tenaga ahli : Rp. 32.000.000,–
 Biaya cetak dan penggandaan : Rp. 1.713.000,–
 Makanan dan minuman rapat : Rp. 750.000,–
 Makanan dan minuman Peserta Kegiatan : Rp. 4.000.000,–
b. Penempatan Transmigrasi : Rp. 290.006.000,–
 Alat Tulis Kantor : Rp. 6.521.000,–
 Perlengkapan Peserta : Rp. 3.500.000,–
 Biaya cetak dan penggandaan : Rp. 8.250.000 –
 Jasa narasumber/tenaga ahli : Rp. 16.000.000,–
 Sewa Hotel : Rp. 19.000.000,–
 Makanan dan minuman rapat : Rp. 750.000,–
 Makanan dan minuman Peserta Kegiatan : Rp. 2.000.000,–
 Perjalanan dinas dalam daerah : Rp. 74.000.000,–
 Perjalanan dinas luar daerah : Rp. 158.460.000,–
c. Penjajagan dan Checking Lokasi : Rp. 417.301.000,–
 Alat Tulis Kantor : Rp. 1.861.000,–
 Biaya cetak dan penggandaan : Rp. 3.000.000,–
 Perjalanan dinas luar daerah : Rp. 412.440.000,–

3. Pelaksanaan kegiatan dari bulan Januari s/d Desember.


4. Terwujudnya laporan Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi.

PENGENDALIAN
1. Memonitor kegiatan Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi.
2. Memonitor pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah.
3. Koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengembangan
masyarakat dan kawasan transmigrasi.
4. Menyusun dan mendistribusikan laporan Program Pembangunan
Kawasan Transmigrasi.

G. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN


KEGIATAN)
1. Swakelola.
2. Pengadaan langsung.
3. Pelelangan sederhana.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Penanggung jawab kegiatan pada Program Pembangunan Kawasan
Transmigrasi : Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksana kegiatan Bidang
Pentatrans

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Waktu pelaksanaan : bulan Januari s/d Desember 2022
Tempat pelaksanaan : Wilayah Jawa Tengah

J. BIAYA
Anggaran yang dibutuhkan Kegiatan pada Program PEMBANGUNAN
KAWASAN TRANSMIGRASI tahun 2022 sebesar Rp. 750.000.000, (Tujuh
Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).
K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kinerja (KAK) bidang ketransmigrasian


merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh rangkaian kegiatan
pada Program PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Jawa Tengah
tahun 2022, diharapkan dapat dijadikan acuan pada pelaksanaan Kegiatan
Penataan Persebaran Penduduk yang Berasal dari Lintas Daerah
Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Daerah Provinsi.

Semarang, Februari 2021

KEPALA BIDANG
PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI

AHMAD AZIZ, S.E., M.Si.


Pembina Tingkat I
NIP. 19680617 198903 1 007
KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN
PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN
KERJA BERSAMA UNTUK YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1
(SATU) KAB/KOTA

PROGRAM
HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH

Jl. Pahlawan Nomor : 16 Telp. (024) 8311713 Faksimile (024) 8311711 Semarang

0
KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL


SASARAN PROGRAM : APARAT PEMERINTAH, PEKERJA,PENGUSAHA
KEGIATAN : PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN
PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA UNTUK
YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1
(SATU) KAB/KOTA

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang Undang nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan
suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Daerah
adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan adalah fungsi fungsi
pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi
kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan dan
mensejahterakan masyarakat.

Dalam bidang Ketenagakerjaan, khususnya bidang Hubungan Industrial dan


Jaminan Sosial Tenaga Kerja, fungsi dan kewenangan pembinaan, pelayanan,
pemberdayaan dan mensejahterakan masyarakat merupakan urusan wajib, yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan provinsi untuk bidang
ketenagakerjaan yang lintas kabupaten/kota. Oleh karena itu, Pengesahan Peraturan
Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama untuk yang mempunyai Wilayah
Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, hubungan industrial dan jaminan sosial yang
berskala provinsi, merupakan urusan wajib pemerintahan daerah provinsi. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial di Jawa Tengah merupakan salah
satu kegiatan yang sangat penting karena sangat diperlukan dalam upaya melakukan
pembinaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan industrial dan
jaminan sosial di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

1
Hubungan Industrial merupakan suatu sistem hubungan yang terbentuk antara
para pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja
dan pemerintah yang didasari nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Dalam melaksanakan hubungan industrial, Pemerintah, Pekerja/Serikat Pekerja dan
Pengusaha mempunyai peran dan fungsi masing masing yang saling mendukung
sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara pemerintah, pekerja dan pengusaha
yang terwujud dalam ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Oleh karena itu
perlu adanya peraturan peraturan yang mengatur hubungan kerja antara pengusaha dan
pekerja yang mencerminkan nilai nilai budaya dalam perusahaan khususnya dalam
hubungan industrial.
Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan sarana hubungan industrial
sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003
bahwa hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana sarana sebagai berikut:
 Lembaga Kerjasama Bipartit,
 Lembaga Kerjasama Tripartit,
 Serikat Pekerja/Buruh,
 Organisasi Pengusaha,
 Peraturan Perusahaan,
 Perjanjian Kerja Bersama dan
 Lembaga Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.

Dengan adanya pengaturan mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan oleh
pekerja dan pengusaha melalui sarana sarana hubungan industrial tersebut diharapkan
suasana dan kelangsungan bekerja tertib, nyaman sehingga terwujud suasana yang
kondusif. Hal tersebut diatas sejalan dengan upaya pemerintah dalam memberikan
perlindungan terhadap masyarakat, khususnya para pelaku proses produksi, untuk
menciptakan kondisi hubungan kerja secara harmonis antara pengusaha dengan
pekerja, antara pengusaha dan pemerintah, dan antara pemerintah dengan pekerja.
Upaya pemerintah membuat perangkat aturan dalam menata hubungan kerja telah
dilakukan, namun demikian, seiring dengan perkembangan masyarakat dunia usaha dan
perkembangan teknologi, masih sering muncul permasalahan dalam hubungan kerja
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya data informasi
berkaitan dengan karakteristik atau ciri-ciri khusus suatu populasi di bidang
ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang merupakan daerah pelaksana
otonomi. Data terkait informasi ketenagakerjaan dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam perencanaan dan pembuatan kebijakan, sehingga sangat
diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota dengan Provinsi maupun
Pusat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi permasalahan di
bidang Hubungan Industrial dan Jamsos, melakukan analisis permasalahan dan upaya

2
pemecahan secara komprehensif mengingat bahwa permasalahan Hubungan Industrial
dapat menjadi permasalahan yang melintasi batas wilayah dan dapat mempengaruhi
kondisi Hubungan Industrial pada wilayah lain.

1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali,terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
c. Undang-Undang Nomor No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh;
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
e. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
f. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS);
g. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
h. Keputusan Menakertrans RI Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;
i. Kepmenakertrans RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama;
j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep. 250/Men/XII/ 2008
tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan;
k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
l. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;
m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang
Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan;
n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 2 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Minimal Ketenagakerjaan;
o. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor: SE
04/MEN/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat Syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.

3
p. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedua atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;

2. Gambaran Umum
Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat; makin
berkembang juga dunia usaha. Sehingga permasalahan yang muncul juga semakin
kompleks yang apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh pada wilayah
lain. Oleh karena itu perlu pemetaan potensi masing masing kabupaten/kota sebagai
dasar pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan program kerja utamanya di bidang
Hubungan Industrial. Pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan program akan
berhasil dengan baik apabila tersedia data yang merupakan potensi awal untuk
memetakan kebutuhan kegiatan sesuai dengan kondisi masing masing
Kabupaten/Kota, Provinsi dan atau Pusat.

Secara umum kondisi hubungan kerja yang menyangkut persyaratan kerja di


perusahaan masih belum seluruhnya memenuhi sebagaimana ketentuan dalam
aturan ketenagakerjaan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain
melimpahnya jumlah tenaga kerja serta ketatnya persaingan lowongan kerja
menjadikan para pemberi kerja membuat ketentuan persyaratan kerja untuk
menerima tenaga kerja sedemikian sederhana.

Pengaturan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja diperusahaan


secara normatif telah diatur dalam berbagai peraturan perundangan
ketenagakerjaan. Bahkan sejak tahun 2000 pemerintah telah menerbitkan 3 (tiga)
Undang Undang yang mengatur masalah hubungan kerja tersebut. Diawali dengan
Undang Undang nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan
Undang Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang Undang
nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pada dasarnya ketiga Undang Undang tersebut merupakan bentuk respon


pemerintah dalam rangka menata kondisi hubungan kerja atau hubungan industrial
di Indonesia untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat baik yang
regional, nasional maupun internasional.

Dalam perkembangannya, ketentuan peraturan perundangan tersebut masih


harus diaplikasikan oleh pelaku produksi di perusahaan. Pengaplikasian tersebut
dituangan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Sehingga pembuatan PP/PKB harus sejalan dengan peraturan perundangan yang
ada/tidak bertentangan.

4
Sebelum dilakukan pembuatan Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja
Bersama, diperlukan identifikasi perusahaan wajib PP. Dalam hal ini, perusahaan
yang sudah memenuhi ketentuan mempunyai Peraturan Perusahaan (PP) tetapi
belum membuat Peraturan Perusahaan (PP). Pembuatan Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan kebijakan pemerintah yang
diamanatkan Undang Undang Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa perusahaan
yang mempekerjakan sedikitnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat Peraturan
Perusahaan (PP). Sedangkan untuk perusahaan yang sudah mempunyai Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, diharapkan dapat meningkatkan dari Peraturan Perusahaan
menjadi menjadi Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

PP dan PKB mengatur syarat syarat kerja yang merupakan pencerminan


tanggung jawab dari pengusaha terhadap pekerja untuk meningkatkan
kesejahteraannya yang sekaligus dengan diimbangi peningkatan produktivitas dari
pekerja. Dengan produktivitas yang tinggi dari pekerja diharapkan perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang tinggi pula sehingga akan dapat meningkatkan
gairah kerja mereka yang akan berimbas pada kesejahteraan keluarganya.
Pengaturan syarat syarat kerja yang diatur dalam PP dan PKB sangat strategis untuk
menciptakan Hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkualitas dan
bermartabat di perusahaan.

Dengan semakin maraknya sistem hubungan kerja outsourcing baik oleh


perusahaan maupun instansi pemerintah, yang apabila pelaksanaanya tidak sesuai
peraturan perundangan yang berlaku dapat menimbulkan permasalahan dan
keresahan. Dalam pelaksanaannya outsourcing banyak dilakukan dengan sengaja
untuk menekan biaya pekerja/buruh (labourcost) dengan perlindungan dan syarat
kerja yang diberikan jauh dibawah dari yang seharusnya diberikan (di bawah
standard dalam perundang undangan) sehingga sangat merugikan pekerja/buruh.
Pelaksanaan outsourcing yang demikian akan menimbulkan keresahan dan tidak
jarang diikuti dengan pemogokan sehingga maksud diadakannya outsourcing yaitu
untuk peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas menjadi tidak tercapai
akibat terganggunya proses produksi barang dan jasa.

Disisi lain agar ada ketenangan dalam bekerja harus ada kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi pekerja dan pengusaha yang dapat
menjamin untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Oleh karena
itu, pemerintah menyusun sistem jaminan nasional melalui Undang Undang No. 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan
pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan transformasi
kelembagaan PT. Taspen (persero) dan PT. Asabri (persero) menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang diikuti dengan adanya pengalihan peserta,
program, asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban,yang untuk

5
selanjutnya diatur dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang mengatur tentang BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan mulai


berlaku pada 1 Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4
(empat) program yaitu jaminan kecelakaan (JKK), jaminan hari tua (JHT), jaminan
pensiun (JP) dan jaminan kematian (JK) yang mulai diberlakukan 1 Juli 2015. Dengan
demikian diharapkan setiap orang, termasuk warga asing yang bekerja paling singkat
6 (enam) bulan di Indonesia wajib menjadi peserta program jaminan sosial.

Manfaat dari keikutsertaan dalam program BPJS antara lain:


1. Adanya kepastian jaminan berupa biaya atau santunan atas penghasilan yang
hilang atau berkurang dalam hal tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja, cacat,
sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
2. Terciptanya rasa aman dan ketenangan dalam bekerja yang pada gilirannya
dapat meningkatkan produktivitas kerja,
Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, makin berkembang
juga dunia usaha sehingga permasalahan yang muncul juga semakin kompleks yang
apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh pada wilayah lain. Oleh karena
itu diperlukan data / informasi yang merupakan karakteristik atau ciri ciri khusus
suatu populasi di bidang ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang
merupakan daerah pelaksana Otonomi khususnya dibidang hubungan industrial
sehingga diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota, Provinsi
maupun Pusat.
Langkah langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan inventarisasi
permasalahan di bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, melakukan analisis
permasalahan dan upaya pemecahan secara komprehensip mengingat bahwa
permasalahan hubungan industrial dapat menjadi permasalahan yang melintasi batas
wilayah yang mempengaruhi kondisi hubungan industrial pada wilayah lain.
Pemerintah dalam hal ini Kemnaker RI telah mengeluarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep. 250/Men/XII/ 2008 tentang Klasifikasi
dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan yang telah diperbaharui
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang
Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan sebagai upaya
untuk dapat melakukan sinergitas antara pelaksanaan urusan wajib dibidang
ketenagakerjaan antara Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota. Yang kemudian
diimplementasikan dalam kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih
dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial.

6
B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota terdiri
dari sub-sub kegiatan:
1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial
2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan Jaminan Sosial.
b. Petugas Data HI dan Jamsos yang memahami Pengolahan Data HI dan
Jamsos serta mengikuti rakor pembinaaan Hubungan Industrial.
3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terakit dengan Hubungan Industrial

2. Indikator Kinerja
 Masukan
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota,
Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp
796.140.000,00 (Tujuh Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Empat Puluh
Ribu Rupiah).

 SDM Pendukung
Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1
(Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh sumber
daya manusia pada Seksi Syarat Kerja dan Jaminan Sosial dan Petugas dari
Kabupaten/Kota.

3. Batasan Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran


Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial adalah di Provinsi dan 35
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

7
C MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud
Maksud kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota
adalah:

1. Meningkatkan pemahaman para pelaku proses produksi di perusahaan tentang


pentingnya pembuatan PP/PKB sebagai sarana menjamin kepastian hukum dan
untuk meningkatkan kualitas proses pembuatan PP/PKB di perusahaan dan
meningkatkan kualitas materi PP/PKB yang memenuhi legal formal dan rasa
keadilan kedua belah pihak.

2. Meningkatkan pemahaman tentang latar belakang dan tujuan penyerahan


sebagian pekerjaan pada perusahaan lain kepada perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) maupun terhadap perusahaan atau
instansi pengguna agar tidak menyimpang dari tujuan.

3. Meningkatkan pemahaman bagi pelaku proses produksi di perusahaan dan


masyarakat umum tentang pentingnya perlindungan dan peningkatan
kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan terutama dalam program jaminan
sosial.

4. Untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi perkembangan pelaksanaan


Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial serta untuk mengetahui permasalahan
permasalahan dalam hubungan industrial dan jaminan sosial yang terjadi melalui
data dari kabupaten/kota

5. Untuk mengetahui jumlah perusahaan wajib Peraturan Perusahaan (PP) yang


nantinya akan ditindaklanjuti dengan Bimbingan pembuatan Peraturan
Perusahaan (PP).

 Tujuan
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota
bertujuan:

1. Mewujudkan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)


sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Meningkatkan pemahaman tenaga kerja dan pengusaha tentang syarat-syarat


kerja dan jaminan sosial sehingga dapat menciptakan iklim hubungan industrial
yang harmonis dan kondusif.

3. Mendapatkan data yang akurat mengenai pelaksanaan Hubungan Industrial dan


Jaminan Sosial sesuai permenakertrans nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan

8
atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang Klasifikasi dan
Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan di kabupaten/kota dan
upaya pemecahannya.

4. Menyampaikan informasi terkait Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial guna


menyamakan persepsi antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Jawa Tengah dengan Petugas/Pejabat yang membidangi Ketenagakerjaan di
Kabupaten/Kota.

5. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masalah ketenagakerjaan yang


diharapkan dapat membuka wacana bagi pelaksana di daerah mengenai
berbagai hal yang menyangkut hubungan industrial dan peraturan perundangan
ketenagakerjaan sehingga diharapkan dapat memecahkan masalah
ketenagakerjaan secara komprehensif.

6. Sebagai bahan dalam rangka membuat kebijakan.

D KELUARAN (OUT PUT)

1. Jumlah pengusaha atau pemberi kerja yang mengikuti bimbingan pembuatan PP


(Peraturan Perusahaan) / PKB (Perjanjian Kerja Bersama)

2. Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan jaminan sosial.

3. Jumlah petugas data HI dan Jamsos yang memahami pengolahan data HI dan
Jamsos

4. Jumlah Perusahaan Yang Teridentifikasi belum memenuhi ketentuan PP/PKB

E HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)

1. Meningkatkan jumlah tenaga kerja yang memahami ketentuan dalam syarat kerja
dan jaminan sosial

2. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan

3. Meningkatnya jumlah perusahaan yang memenuhi ketentuan Peraturan Perusahaan


dan Perjanjian Kerja Bersama.

F KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)

 PERSIAPAN
1. Rapat pembahasan rencana kerja
2. Menyusun dan membuat jadwal kegiatan
3. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di
Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait.
4. Membuat SK petugas data

9
 PELAKSANAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja


Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota
dilaksanakan di Provinsi dan 5 eks karesidenan di Provinsi Jawa Tengah, terdiri
dari sub kegiatan sebagai berikut :
1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial
berupa Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan Peraturan
Perusahaan (PP) dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebanyak 5
angkatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja berupa :
a. Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di 4
Kab/Kota
b. Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70 orang
di 35 Kab/Kota
3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan
Industrial berupa Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB sebanyak
175 perusahaan

 MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan setelah kegiatan


dilaksanakan. Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan
diimplementasikan dan untuk mengetahui permasalahan yang muncul sebelum,
selama dan pasca kegiatan serta upaya untuk memecahkan masalah.

G METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)


Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan
Industrial dan Jaminan Sosial dilaksanakan secara klasikal. Informasi disampaikan oleh
narasumber secara interaktif diharapkan peran aktif peserta sebagai bahan masukan.
Untuk Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan PP/PKB setelah materi dari narasumber
dilanjutkan dengan praktek pembuatan PP/PKB. Untuk pengumpulan data sarana
hubungan industrial, dilakukan oleh petugas data provinsi dan kabupaten/kota.

H PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Pengendalian dan pengawasan kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan Dan
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1
(Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial tahun anggaran 2022

10
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang dalam hal ini adalah Kepala
Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan dibantu oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) yaitu Kepala Seksi Syarat Kerja dan Jaminan Sosial.

I WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN


DILAKSANAKAN/JADWAL)

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran


Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial dengan


melaksanakan Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan Peraturan
Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebanyak 5 angkatan di 6 eks
Karesidenan
 Waktu : 1 hari
 Peserta : 175 orang dari perusahaan yang belum membuat PP
 Tempat : 5 Kab./Kota

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan Jaminan


Sosial Tenaga Kerja dengan melaksanakan :
a. Kegiatan Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di 4
Kab./Kota
 Waktu : 1 hari
 Peserta : 140 orang dari perusahaan
 Tempat : 4 Kab./ Kota

b. Kegiatan Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70 orang


 Waktu : 10 bulan
 Peserta : 70 orang dari Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di 35
Kab/Kota
 Tempat : 35 Kab./ Kota

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan Industrial


dengan melaksanakan Kegiatan Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB
sebanyak 175 perusahaan di Kabupaten/kota.

J BIAYA/MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama


Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tahun Anggaran 2022 dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 796.140.000- (Tujuh Ratus
Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Empat Puluh Ribu Rupiah) dengan perincian sebagai
berikut :

11
1 Belanja bahan habis pakai
 Alat tulis kantor Rp 29.931.000,-
 Perlengkapan peserta Rp 38.500.000,-
 Perangko, materai dan benda pos lainnya Rp 400.000,-
2 Belanja Jasa
 Penyuluh Non ASN Rp 87.500.000,-
 Narsum/Modertor/MC/Dirijen/Doa Rp 19.500.000,-
 Paket/Pengiriman Rp 2.000.000,-
 Penanganan Pandemi
Rp 101.250.000,-
3 Belanja Cetak dan Penggandaan Rp 13.404.000,-
4 Belanja Sewa Ruang Rapat Rp 21.000.000,-
5 Belanja Makanan dan Minuman Rp 67.950.000,-
6 Belanja Perjalanan Dinas
 Dalam Daerah Rp 322.295.000,-
 Luar Daerah Rp 92.410.000,-

Untuk perincian keseluruhan terlampir RKA/RAB kegiatan Pengesahan


Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang
Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial TA. 2022.

K PENUTUP
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota diharapkan
mampu mendorong dan menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan
pengusaha di perusahaan. Disamping itu diharapkan tersedia data data terkait
pelaksanaan hubungan industrial dan jaminan sosial dari kabupaten / kota yang dapat
dipergunakan untuk menganalisa secara sistematis pelaksanaan hubungan industrial
yang akan memudahkan upaya dalam pemecahan masalah dan penetapan kebijakan
dalam pelaksanaan hubungan industrial.
Demikian kerangka acuan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Evaluasi
Pelaksanaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan oleh pelaksana.

Semarang, Pebruari 2021


Mengetahui
Kepala Dinas Kepala Bidang
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Provinsi Jawa Tengah

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si M.Sc ENIK NURHAYATINI W., SH,MHum


Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19630616 199003 2 007

12
KERANGKA ACUAN KINERJA
KEGIATAN
PENETAPAN UMP, UMSP, UMK, dan UMSK
T.A. 2022

SEKSI PENGUPAHAN DAN KESJA


BIDANG HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JAMSOS

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH
JL. PAHLAWAN NO. 16 SEMARANG
KERANGKA ACUAN KINERJA ( KAK )
PROGRAM PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA
KETENAGAKERJAAN
KEGIATAN PENETAPAN UMP, UMSP, UMK, dan UMSK
TAHUN ANGGARAN 2022

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh harus menjadi
komitmen bersama untuk dapat menciptakan ketenangan bekerja dan
juga kepastian berusaha. Upah merupakan salah satu unsur
kesejahteraan bagi pekerja/buruh disamping jaminan sosial, fasilitas
kesejahteraan di perusahaan, serta adanya “rasa aman” agar terpenuhi
kebutuhan hidupnya.
Upah layak, adanya program jaminan sosial serta tersedianya
fasilitas kesejahteraan (yang memadai) di dalam perusahaan merupakan
faktor pendorong produktivitas pekerja/buruh. Oleh karena itu perlu
adanya kegiatan yang menunjang pelaksanaan hal-hal dimaksud sebagai
pelaksanaan dari Tupoksi Bidang hubungan industrial dan Jaminan
Sosial, serta sebagai edukasi kepada masyarakat mengenai Kebijakan
Penetapan Upah Minimum dan Kebijakan Pengupahan yang lain.
Pemerintah, pengusaha, pekerja/buruh dan masyarakat pada
umumnya mempunyai kepentingan atas sistem dan kebijakan
pengupahan. Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan di satu sisi
untuk dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi pekerja/buruh
dan keluarganya, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya
beli masyarakat. Di lain sisi kebijakan pengupahan harus mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja serta
menahan laju inflasi.
Para pekerja/buruh dan keluarganya sangat tergantung kepada
upah yang diterima apakah dapat memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, perumahan dan kebutuhan lainnya. Oleh sebab itu
pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh cenderung menuntut upah
yang lebih tinggi untuk meningkatkan taraf hidup. Sementara pengusaha
sering memandang upah sebagai bagian biaya produksi saja dan kurang
memperhatikan bahwa upah mempunyai dampak terhadap gizi
pekerja/buruh, ketenangan pekerja/buruh dan produktivitas kerja
sehingga pengusaha sangat berhati-hati untuk meningkatkan upah.
Dalam kondisi perekonomian yang baik, upah pekerja/buruh
secara riil diharapkan meningkat secara terus-menerus, karena tingkat
penghasilan pekerja/buruh yang layak akan meningkatkan daya beli
masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Namun kenaikan upah pekerja/buruh harus sejalan dengan
peningkatan produktivitas, karena kenaikan upah yang tidak diikuti
dengan peningkatan produktivitas akan menghambat pengusaha untuk
mempertahankan kelangsungan usaha atau memperluas usaha.
Dampak lain dari kenaikan upah yang tidak diikuti kenaikan
produktivitas adalah kecenderungan pengusaha untuk menaikkan harga
jual yang dapat mempercepat laju inflasi. Bila harga semua barang
meningkat, daya beli masyarakat berkurang, sehingga sulit untuk
menciptakan lapangan kerja baru. Kebijakan pengupahan harus dapat
menjawab tantangan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas
kerja dan perluasan lapangan kerja.
Sementara itu kebijakan penetapan upah minimum adalah salah
satu kebijakan pengupahan yang bertujuan untuk memberikan
perlindungan pekerja/buruh. Filosofi upah minimum adalah sebagai
jaring pengaman dan berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja
kurang dari 1 (satu) tahun. Upah minimum, adalah upah bulanan
terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Fungsi
penetapan upah minimum adalah agar tingkat upah pekerja tidak jatuh
sampai titik terendah, akibat tidak seimbangnya antara permintaan
dengan penyediaan tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kebijakan upah minimum merupakan Jaring Pengaman Sosial (Social
Safety Net), bukan merupakan standar upah (upah dasar).
Kebijakan penetapan upah minimum diarahkan pada
peningkatan daya beli pekerja/buruh yang berimplikasi pada 2 hal, yaitu:
a. Meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa yang akan ikut
mendorong perputaran ekonomi rakyat, dan pada gilirannya dapat
memperluas kesempatan kerja.
b. Peningkatan gizi pekerja/buruh yang akan berdampak pada
meningkatnya produktivitas kerja yang selanjutnya akan
menciptakan ketenangan kerja dan kelangsungan usaha.
1. Dasar Hukum
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
2021 tentang Pengupahan, tekad Gubernur akan melaksanakan
semua ketentuan yang ditetapkan pemerintah dengan melakukan
modifikasi-modifikasi sepanjang untuk kesejahteraan masyarakat
maka perlu diadakan penyesuaian indikator dalam penetapan upah
minimum. Dasar pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah Minimum
yang didalamnya terdapat sub kegiatan Pembahasan Upah
Minimum, Workshop Sistem Pengupahan, Sosialisasi Upah
Minimum, Rapat Koordinasi Pengupahan, Pertemuan, Koordinasi
dan Konsolidasi Masalah Pengupahan, Identifikasi Penerapan
Struktur dan Skala Upah, identifikasi data Fasilitas Kesejahteraan
Pekerja, Rapat Koordinasi Kesejahteraan Pekerja, Perusahaan yang
dilakukan Pendampingan Struktur dan Skala Upah adalah :
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
2. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang
Pengupahan;
6. Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan
Pengupahan;
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi
Jawa Tengah;
8. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum
Dalam penetapan Upah Minimum menurut Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah, dalam
hal ini Gubernur Jawa Tengah menetapkan Upah Minimum
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah sesuai ketentuan dalam Peratura
Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, berdasarkan
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan dengan memperhatikan
produktivitas dab pertumbuhan ekonomi, sebagaimana diarahkan
pasal 88 ayat (4). Usulan besaran upah minimum dimaksud
merupakan rekomendasi Bupati/Walikota setelah mendengar
pertimbangan Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota masing-masing,
dengan melalui mekanisme dan prosedur yang benar, ataupun
rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah sebagai
lembaga non struktural yang dibentuk oleh Gubernur untuk
memberikan saran dan pertimbangan dalam rangka : 1) Penetapan
Upah Minimum Provinsi (UMP), 2) Penetapan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral (UMS) 3).
Penerapan Sistem Pengupahan di tingkat provinsi, serta menyiapkan
bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional,
sebagaimana diatur pada Pasal 21 Keputusan Presiden Nomor 107
Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan.
Sesuai dengan Peraturan pemerintah Nomor 36 Tahun 2021
tentang Pengupahan, upah minimum terdiri atas Upah Minimum
Provinsi dan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan syarat
tertentu, yang ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan
ketenagakerjaan. Syarat tertentu dimaksud meliputi pertumbuhan
ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/kota yang
bersangkutan. Sedangkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan
tersebut meliputi variabel :
a. paritas daya beli;
b. tingkat penyerapan tenaga kerja; dan
c. median upah.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2021 tentang Pengupahan, maka perlu dilakukan
penyesuaian-penyesuaian program kebijakan penetapan upah
minimum.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah,
khususnya Seksi Pengupahan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja pada
Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial melaksanakan
tugas sesuai Peraturan Gubernur Nomor 64 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah yakni Melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan di bidang pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja,
meliputi:
1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian di bidang pengupahan dan
kesejahteraan tenaga kerja;
3. menyiapkan bahan peningkatan kapasitas dan kompetensi
pengupahan lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah;
4. Menyiapkan bahan penyusunan dan menetapkan Upah
Minimum Provinsi, Upah Minimum Sektoral Provinsi, Upah
Minimum Kabupaten/Kota dan Upah Minimum Sektoral
Kabupaten/Kota;
5. Menyiapkan bahan pembinaan penyusunan struktur skala
upah;
6. Menyiapkan bahan penerapan, perumusan dan pengembangan
sistem pengupahan tingkat Daerah;
7. Menyiapkan bahan peningkatan fungsi Dewan Pengupahan
Provinsi dan/ atau kabupaten/kota skala Daerah;
8. Menyiapkan bahan pengkajian dan penyebarluasan
implementasi pengupahan lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)
Daerah;
9. Menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan
penyelenggaran fasilitas dan kesejahteraan tenaga kerja skala
Daerah;
10. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang
pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja.

3. Uraian Kegiatan :
Sub Kegiatan
1) Pembahasan Penetapan Upah Minimum
2) Rakor Pengupahan
3) Rakor Kesejahteraan Pekerja
4) Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah Hubungan
Industrial
5) Workshop Sistem Pengupahan
6) Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan Skala Upah di
Perusahaan
7) Identifikasi Data Fasilitas Kesejahteraan Tenaga Kerja
8) Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah
9) Sosialisasi Upah Minimum

4. Indikator Kinerja
a. Masukan.
Kegiatan Penetapan Upah Minimum Tahun 2022
didukung dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran
2022 sebesar Rp. 1.555.100.000,- (satu milyar lima ratus lima
puluh lima juta seratus ribu rupiah).
b. Sumber Daya Manusia.
Sumber Daya manusia pada Seksi Pengupahan dan
Kesejahteraan Tenaga Kerja, merupakan sekretariat yang
mendukung pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah Minimum,
terdiri dari Kepala Seksi dan staf serta Anggota Dewan
Pengupahan Provinsi Jawa Tengah. Kerjasama yang baik dan
intensif dengan petugas dinas kabupaten/kota sangat
mendukung pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah Minimum.

5. Batasan Kegiatan / Ruang Lingkup


Sasaran kegiatan Penetapan Upah Minimum melalui sub
kegiatan-sub kegiatan Pembahasan Penetapan Upah Minimum,
Rakor Pengupahan, Rakor Kesejahteraan Pekerja, Pertemuan
Koordinasi dan Konsolidasi Masalah Hubungan Industrial, Workshop
Sistem Pengupahan, Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan
Skala Upah di Perusahaan, Identifikasi Data Faskesja,
Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah, Sosialisasi
Upah Minimum adalah pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat
buruh, pengusaha/organisasi pengusaha maupun perusahaan,
Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi, Tim Survei
Sistem Pengupahan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi, serta para
pelaku proses produksi pada umumnya, unsur pemerintah yang
terkait dengan bidang ketenagakerjaan, serta akademisi. Sedangkan
ruang lingkupnya adalah Provinsi Jawa Tengah.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan kegiatan Penetapan Upah Minimum melalui
kegiatan Penetapan Upah Minimum melalui sub kegiatan-sub kegiatan
Pembahasan Penetapan Upah Minimum, Rakor Pengupahan, Rakor
Kesejahteraan Pekerja, Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah
Hubungan Industrial, Workshop Sistem Pengupahan, Survei Identifikasi
Penerapan Struktur dan Skala Upah di Perusahaan, Identifikasi Data
Faskesja, Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah,
Sosialisasi Upah Minimum adalah untuk Memberikan perlindungan bagi
pekerja lajang dengan masa kerja dibawah 1 (satu) tahun yang baru
memasuki dunia kerja, serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
pekerja dengan masa kerja diatas 1 (satu) tahun
Beberapa kegiatan diatas untuk meningkatkan prestasi kerja
untuk pekerja baru serta untuk meningkatkan produktivitas
pekerja/buruh yang sudah bekerja lebih dari 1 (satu) tahun, dengan
mempertimbangkan kemampuan, kelangsungan dan eksistensi
perusahaan sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan pekerja/buruh, serta menciptakan hubungan industrial
yang harmonis dan terciptanya iklim kondusif dilingkungan perusahaan.

C. KELUARAN/OUTPUT
Keluaran dari sub-sub kegiatan diatas adalah ditetapkannya
Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang Upah Minimum Provinsi dan
Upah Minimum Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2022 yang memenuhi syarat sebagaimana ketentuan dalam PP No. 36
Tahun 2021 tentang Pengupahan, dilaksanakan serta dipahaminya
keputusan dimaksud oleh pengusaha dan pekerja/buruh serta adanya
persamaan dalam melakukan gerakan pembuatan struktur dan skala
upah pekerja di perusahaan dan memerlukan adanya Sosialisasi dan
penyamaan persepsi pada bulan-bulan adanya perubahan formasi Dewan
Pengupahan Provinsi Jawa Tengah dan Dewan Pengupahan
Kabupaten/Kota.
D. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)
1. Out come
Dengan adanya Kegiatan Penetapan Upah Minimum yang
terdiri dari serangkaian sub-sub kegiatan diatas akan melindungi
pekerja dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, sehingga
akan mencegah adanya pekerja yang jatuh miskin karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup minimalnya, serta untuk
mendorong peningkatan kesejahteraan bagi pekerja dengan masa
kerja diatas 1 (satu) tahun. Pekerja dengan masa kerja dibawah 1
(satu) tahun diharapkan akan mampu untuk membiayai
kehidupannya sendiri, sehingga tidak akan semakin memberatkan
keluarganya, sedangkan untuk pekerja di atas 1 (satu) tahun dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan karena dengan adanya
struktur dan skala upah pekerja memperoleh kejelasan jenjang
penghasilan, dengan tetap memperhatikan kemampuan dan
kelangsungan perusahaan sehingga dapat menciptakan kondisi
hubungan industrial yang harmonis di Provinsi Jawa Tengah.

2. Manfaat.
Manfaat dengan adanya sub-sub kegiatan diatas adalah sebagai
berikut :
a. Adanya pemahaman bahwa upah minimum sebagai jaring
pengaman (safety net) yang merupakan perlindungan agar
pekerja baru dengan masa kerja dibawah 1 (satu) tahun tidak
dibayar dengan upah sangat rendah, sebagai akibat adanya
ketimpangan antara supply and demand tenaga kerja;
b. Adanya pemahaman bahwa upah minimum bukan upah
standar dan bukan dasar upah di perusahaan.
c. Adanya dorongan untuk melakukan perundingan untuk
membuat sistem pengupahan bagi pekerja dengan masa kerja 1
(satu) tahun atau lebih secara bipartit di perusahaan.
d. Memberikan perlindungan bagi pekerja yang masa kerjanya
kurang 1 (satu) tahun.
e. Adanya motivasi untuk membuat struktur dan skala upah di
perusahaan yang memperhatikan kemampuan ekonomi
perusahaan.
3. Dampak
Kegiatan ini memberikan dampak pada terciptanya ketenangan
bekerja dan berusaha yang pada akhirnya dapat menciptakan
hubungan industrial yang harmonis antara pada pelaku proses
produksi (pengusaha dan pekerja) di Provinsi Jawa Tengah. Adanya
komunikasi yang intensif dan efektif antara pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha/manajemen di
perusahaan di seluruh wilayah di Provinsi Jawa Tengah, sehingga
akan mengurangi keresahan di perusahaan.

E. KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)


Persiapan pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
a. Rapat pembahasan rencana kerja.
b. Pembuatan jadwal untuk kegiatan.
c. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.
d. Pembuatan surat ke Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, dan Stake holder terkait.
e. Koordinasi dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Serikat
Pekerja/Buruh, serta stakeholder terkait.

F. METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA PELAKSANAAN KEGIATAN)


Kegiatan Penetapan Upah Minimum dilaksanakan dengan beberapa
metode sebagai berikut :
1. Persidangan Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah, baik yang
dilakukan dalam rangka memberikan saran dan pertimbangan
kepada Gubernur terkait penetapan upah minimum provinsi dan
upah minimum kabupaten/kota tahun yang akan datang.
2. Persidangan dapat dilakukan dengan didahului dengan Rapat Tim
Kecil maupun langsung Sidang Pleno Dewan Pengupahan Provinsi
Jawa Tengah.
3. Pelaksaan survey untuk melakukan identifikasi terhadap
perusahaan-perusahaan, baik besar, menengah maupun kecil, yang
telah dan/atau belum melakukan penerapan struktur dan skala
upah di perusahaan.
4. Workshop dalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat
hubungan industrial dan aparat pemerintah terkait hal – hal yang
diatur dalam ketentuan pengupahan.
5. Workshop sistem pengupahan untuk para pelaku usaha (aparat
pemerintah, HRD perusahaan, serikat pekerja/serikat buruh).
6. Rapat Koordinasi dan/atau Rapat Konsolidasi, serta Pertemuan-
pertemuan dalam rangka membahas permasalahan yang terkait
dengan pengupahan, hubungan industrial, penyediaan fasilitas
kesejahteraan pekerja.

G. PELAKSANAAN DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN


Pengendalian serta pengawasan Kegiatan Penetapan Upah
Minimum Tahun 2022, dilakukan Kuasa Pengguna Anggaran, yang dalam
hal ini dilaksanakan oleh Kepala Bidang Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial pada Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah, yang juga
selaku Pejabat Pembuat Komitmen, dengan dibantu oleh Pejabat
Pelaksanan Teknis.

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ( DIMANA DAN KAPAN AKAN


DILAKSANAKAN)
1. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Penetapan Upah Minimum
diselenggarakan di beberapa tempat sebagai berikut :
a. Di provinsi. Kegiatan Persidangan, dan Sosialisasi Upah
Minimum Kabupaten/Kota dilaksanakan di Kantor
Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah;
b. Di kabupaten/kota dan/atau provinsi. Workshop, Rakor dan
pertemuan dilakukan di Ruang Pertemuan milik pemerintah, di
hotel dan/atau rumah makan/restoran yang representative di
Kabupaten/Kota.
c. Di perusahaan. Kegiatan Survey Identifikasi dan Pendampingan.

2. WAKTU PELAKSANAAN
a. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan serangkaian Kegiatan Penetapan Upah Minimum
adalah sebagai berikut :
1) Pelaksanaan sub-sub kegiatan dalam penetapan upah
minimum dilaksanakan selama kurun waktu 1 ( satu )
tahun, dengan sasaran pada masing-masing sub kegiatan
melibatkan unsur tripartit, sesuai dengan kebutuhan sub
kegiatan, yang terdiri dari unsur pekerja/buruh, serikat
pekerja/serikat buruh, pengusaha/asosiasi pengusaha,
Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Dewan Pengupahan
Kabupaten/Kota, serta stake holder terkait.
2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Provinsi Jawa Tengah,
kegiatan Persidangan Dewan Pengupahan Provinsi Jawa
Tengah, dan Sosialisasi Upah Minimum dilakukan di Kantor
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah,
Kegiatan Pertemuan Konsolidasi dan Koordinasi Hubungan
industrial, Rapat Koordinasi Pengupahan, Workshop Sistem
Pengupahan, Rakor Kesja dalam bentuk klasikal.
3) Sidang dan Rapat Pembahasan Penetepan Upah Minimum
akan dilaksanakan bulan Januari s.d bulan Desember.
4) Workshop Sistem Pengupahan akan dilaksanakan mulai
bulan Februari s/d Agustus,
5) Rakor Pengupahan akan dilaksanakan pada bulan Agustus
6) Rakor Kesja akan dilaksanakan pada bulan Februari s.d
Juni
7) Pertemuan, Koordinasi, Konsolidasi masalah Hubungan
Industrail akan dilaksanakan pada bulan April s.d Juni.
8) Survei Identifikasi Struktur dan Skala Upah di Perusahaan
dilakukan oleh Petugas Kabupaten/Kota, dilaksanakan
bulan Maret s.d September.
9) Survey Identifikasi Data Fasilitas Kesja dilakukan oleh
Petugas Kabupaten/Kota, dilaksanakan bulan Pebruari s.d
Agustus.
10) Sosialisasi Upah Minimum dilaksanakan pada bulan
November.
b. Jadwal dan paket pekerjaan
1) Jadwal pelaksanaan sub-sub kegiatan telah direncanakan
sesuai matrik terlampir, dan dalam kondisi tertentu dapat
dilakukan perubahan pelaksanaan sesuai dengan
kebutuhan dan urgensitas kegiatan.
2) Adapun paket pekerjaan yang dilakukan adalah :
a) Pembahasan Penetapan Upah Minimum biaya sebesar
Rp. 463.100.000 (empat ratus juta enam puluh tiga ribu
seratus ribu rupiah)
b) Rakor Pengupahan Rp. 130.000.000 (seratus tiga puluh
juta rupiah)
c) Rakor Kesejahteraan Pekerja Rp. 305.000.000 (tiga ratus
lima juta rupiah)
d) Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah
Hubungan Industrial Rp. 140.000.000 (seratus empat
puluh juta rupiah)
e) Workshop Sistem Pengupahan Rp. 240.000.000 (dua raus
empat puluh juta rupiah)
f) Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan Skala Upah di
Perusahaan Rp. 65.000.000 (enam puluh lima juta
rupiah)
g) Identifikasi Data Faskesja Rp. 16.000.000 (enam belas
juta rupiah)
h) Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah Rp.
165.000.000 (seratus enam puluh lima juta rupiah)

c. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


No Kegiatan Bulan

Jan Peb Mar Apr Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Mei
Penetapan Upah
1
Minimum
2 Rakor Pengupahan
Rakor
3 Kesejahteraan
Pekerja
Pertemuan
Koordinasi dan
4 Konsolidasi
Masalah Hubungan
Industrial
Workshop Sistem
5
Pengupahan
Survei Identifikasi
6 Penerapan Struktur
dan Skala Upah
Identifikasi Data
7
Faskesja
8 Sosialisasi UM
Pendampingan
Penyusunan
9
Struktur dan Skala
Upah

I. BIAYA / MEKANISME PEMBIAYAAN


1. Rencana Alokasi Anggaran
Kegiatan Penetapan Upah Minimum Tahun 2022 dibiayai oleh Dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. 1..555.100.0000,- (Satu Milyar
lima ratus lima puluh lima juta seratus ribu rupiah)
2. Mekanisme Pembiayaan
Kegiatan penetapan upah minimum dibiayai dengan Dana APBD
Provinsi Jawa Tengah, dengan mekanisme pembayaran langsung dan
LS khususnya untuk kegiatan Rakor Pengupahan.
3. Jadwal dan Rencana Pengeluaran anggaran
1) Pembahasan Penetapan Upah Minimum memebutuhkan dana
Rp.463.100.000 ( empat ratus juta enam puluh tiga ribu seratus
ribu rupiah)
2) Rakor Pengupahan membutuhkan dana sebesar
Rp.130.000.000 (seratus tiga puluh juta rupiah)
3) Rakor Kesejahteraan Pekerja membutuhkan dana sebesar
Rp.305.000.000 (tiga ratus lima juta rupiah)
4) Pertemuan Koordinasi dan Konsolidasi Masalah Hubungan
Industrial membutuhkan dana Rp.140.000.000 (seratus empat
puluh juta rupiah)
5) Workshop Sistem Pengupahan membutuhkan dana
Rp.240.000.000 ( dua raus empat puluh juta rupiah)
6) Survei Identifikasi Penerapan Struktur dan Skala Upah di
Perusahaan membutuhkan dana Rp.65.000.000 (enam puluh
lima juta rupiah)
7) Identifikasi Data Faskesja membutuhkan dana Rp.16.000.000
(enam belas juta rupiah)
8) Pendampingan Penyusunan Struktur dan Skala Upah
membutuhkan dana Rp.165.000.000 (seratus enam puluh lima
juta rupiah).

J. PENUTUP
Kegiatan Penetapan Upah Minimum Tahun Anggaran 2022 ini
diharapkan mampu mencapai target-target yang telah direncanakan
dengan mendapat dukungan dari Dinas yang membidangi
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota se Jateng, unsur tripartit se Jawa
Tengah dan mendapat dukungan dari Bupati/Wallikota se Jawa Tengah
dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara
pekerja dan pengusaha, dan menjaga kondusivitas Provinsi Jawa Tengah.
Demikian rencana pelaksanaan kegiatan Penetapan Upah
Minimum dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan oleh pelaksana.

Semarang, Februari 2021

Mengetahui : KEPALA BIDANG


KEPALA DINAS HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN
TENAGA KERJA, JAMINAN SOSIAL
TRANSMIGRASI DAN
KEPENDUDUKAN
PROVINSI JAWA TENGAH
ENIK NURHAYATINI W, SH, M.Hum
WIKA BINTANG, MM Pembina Tk. I
Pembina Uta Muda NIP. 19630616 199003 2 007
NIP. 19590711 1986
KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN
PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN
KERJA BERSAMA UNTUK YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH DARI 1
(SATU) KAB/KOTA

PROGRAM
HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH

Jl. Pahlawan Nomor : 16 Telp. (024) 8311713 Faksimile (024) 8311711 Semarang
KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL


SASARAN : APARAT PEMERINTAH, PEKERJA,PENGUSAHA
PROGRAM
KEGIATAN : PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN DAN
PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA
UNTUK YANG MEMPUNYAI WILAYAH KERJA LEBIH
DARI 1 (SATU) KAB/KOTA

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang
Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan dan kekhasan suatu daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Urusan pemerintahan adalah fungsi fungsi pemerintahan
yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang
menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan
dan mensejahterakan masyarakat.

Dalam bidang Ketenagakerjaan, khususnya bidang Hubungan Industrial


dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, fungsi dan kewenangan pembinaan,
pelayanan, pemberdayaan dan mensejahterakan masyarakat merupakan urusan
wajib, yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan
provinsi untuk bidang ketenagakerjaan yang lintas kabupaten/kota. Oleh karena
itu, Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama untuk yang mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota,
hubungan industrial dan jaminan sosial yang berskala provinsi, merupakan
urusan wajib pemerintahan daerah provinsi. Sehubungan dengan hal tersebut
diatas, maka Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial di Jawa Tengah merupakan
salah satu kegiatan yang sangat penting karena sangat diperlukan dalam upaya
melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang hubungan
industrial dan jaminan sosial di 35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

Hubungan Industrial merupakan suatu sistem hubungan yang terbentuk


antara para pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur
pengusaha, pekerja dan pemerintah yang didasari nilai nilai Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945. Dalam melaksanakan hubungan industrial,
Pemerintah, Pekerja/Serikat Pekerja dan Pengusaha mempunyai peran dan
fungsi masing masing yang saling mendukung sehingga tercipta hubungan yang
harmonis antara pemerintah, pekerja dan pengusaha yang terwujud dalam
ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Oleh karena itu perlu adanya
peraturan peraturan yang mengatur hubungan kerja antara pengusaha dan
pekerja yang mencerminkan nilai nilai budaya dalam perusahaan khususnya
dalam hubungan industrial.
Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan sarana hubungan industrial
sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun
2003 bahwa hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana sarana sebagai
berikut:
 Lembaga Kerjasama Bipartit,
 Lembaga Kerjasama Tripartit,
 Serikat Pekerja/Buruh,
 Organisasi Pengusaha,
 Peraturan Perusahaan,
 Perjanjian Kerja Bersama dan
 Lembaga Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.

Dengan adanya pengaturan mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan


oleh pekerja dan pengusaha melalui sarana sarana hubungan industrial tersebut
diharapkan suasana dan kelangsungan bekerja tertib, nyaman sehingga terwujud
suasana yang kondusif. Hal tersebut diatas sejalan dengan upaya pemerintah
dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat, khususnya para pelaku
proses produksi, untuk menciptakan kondisi hubungan kerja secara harmonis
antara pengusaha dengan pekerja, antara pengusaha dan pemerintah, dan
antara pemerintah dengan pekerja. Upaya pemerintah membuat perangkat
aturan dalam menata hubungan kerja telah dilakukan, namun demikian, seiring
dengan perkembangan masyarakat dunia usaha dan perkembangan teknologi,
masih sering muncul permasalahan dalam hubungan kerja
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya data informasi
berkaitan dengan karakteristik atau ciri-ciri khusus suatu populasi di bidang
ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang merupakan daerah
pelaksana otonomi. Data terkait informasi ketenagakerjaan dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pembuatan kebijakan, sehingga
sangat diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota dengan
Provinsi maupun Pusat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan
inventarisasi permasalahan di bidang Hubungan Industrial dan Jamsos,
melakukan analisis permasalahan dan upaya pemecahan secara komprehensif
mengingat bahwa permasalahan Hubungan Industrial dapat menjadi
permasalahan yang melintasi batas wilayah dan dapat mempengaruhi kondisi
Hubungan Industrial pada wilayah lain.

1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali,terakhir dengan Undang Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
c. Undang-Undang Nomor No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh;
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
e. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
f. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS);
g. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
h. Keputusan Menakertrans RI Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan lain;
i. Kepmenakertrans RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan
dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama;
j. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep.
250/Men/XII/ 2008 tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis
Informasi Ketenagakerjaan;
k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;

l. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Perubahan atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang Syarat
syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada perusahaan
lain;

m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun


2014 tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008
tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi
Ketenagakerjaan;
n. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 2 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Ketenagakerjaan;
o. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor: SE
04/MEN/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat
Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain.

p. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 11 Tahun 2019 tentang


Perubahan Kedua atas Permenakertrans Nomor 19 tahun 2012 tentang
Syarat syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada
perusahaan lain;

2. Gambaran Umum
Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat; makin
berkembang juga dunia usaha. Sehingga permasalahan yang muncul juga
semakin kompleks yang apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh
pada wilayah lain. Oleh karena itu perlu pemetaan potensi masing masing
kabupaten/kota sebagai dasar pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan
program kerja utamanya di bidang Hubungan Industrial. Pembuatan
kebijaksanaan dan perencanaan program akan berhasil dengan baik apabila
tersedia data yang merupakan potensi awal untuk memetakan kebutuhan
kegiatan sesuai dengan kondisi masing masing Kabupaten/Kota, Provinsi dan
atau Pusat.

Secara umum kondisi hubungan kerja yang menyangkut persyaratan


kerja di perusahaan masih belum seluruhnya memenuhi sebagaimana
ketentuan dalam aturan ketenagakerjaan. Banyak faktor yang mempengaruhi
hal tersebut, antara lain melimpahnya jumlah tenaga kerja serta ketatnya
persaingan lowongan kerja menjadikan para pemberi kerja membuat
ketentuan persyaratan kerja untuk menerima tenaga kerja sedemikian
sederhana.

Pengaturan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja


diperusahaan secara normatif telah diatur dalam berbagai peraturan
perundangan ketenagakerjaan. Bahkan sejak tahun 2000 pemerintah telah
menerbitkan 3 (tiga) Undang Undang yang mengatur masalah hubungan kerja
tersebut. Diawali dengan Undang Undang nomor 21 tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Undang Undang nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, Undang Undang nomor 2 tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta Undang Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pada dasarnya ketiga Undang Undang tersebut merupakan bentuk


respon pemerintah dalam rangka menata kondisi hubungan kerja atau
hubungan industrial di Indonesia untuk mengantisipasi tuntutan
perkembangan masyarakat baik yang regional, nasional maupun internasional.

Dalam perkembangannya, ketentuan peraturan perundangan tersebut


masih harus diaplikasikan oleh pelaku produksi di perusahaan. Pengaplikasian
tersebut dituangan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB). Sehingga pembuatan PP/PKB harus sejalan dengan peraturan
perundangan yang ada/tidak bertentangan.

Sebelum dilakukan pembuatan Peraturan Perusahaan atau Perjanjian


Kerja Bersama, diperlukan identifikasi perusahaan wajib PP. Dalam hal ini,
perusahaan yang sudah memenuhi ketentuan mempunyai Peraturan
Perusahaan (PP) tetapi belum membuat Peraturan Perusahaan (PP).
Pembuatan Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
merupakan kebijakan pemerintah yang diamanatkan Undang Undang
Ketenagakerjaan yang mengatur bahwa perusahaan yang mempekerjakan
sedikitnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat Peraturan Perusahaan (PP).
Sedangkan untuk perusahaan yang sudah mempunyai Serikat Pekerja/Serikat
Buruh, diharapkan dapat meningkatkan dari Peraturan Perusahaan menjadi
menjadi Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

PP dan PKB mengatur syarat syarat kerja yang merupakan


pencerminan tanggung jawab dari pengusaha terhadap pekerja untuk
meningkatkan kesejahteraannya yang sekaligus dengan diimbangi
peningkatan produktivitas dari pekerja. Dengan produktivitas yang tinggi dari
pekerja diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi
pula sehingga akan dapat meningkatkan gairah kerja mereka yang akan
berimbas pada kesejahteraan keluarganya. Pengaturan syarat syarat kerja
yang diatur dalam PP dan PKB sangat strategis untuk menciptakan Hubungan
industrial yang harmonis, dinamis, berkualitas dan bermartabat di perusahaan.

Dengan semakin maraknya sistem hubungan kerja outsourcing baik oleh


perusahaan maupun instansi pemerintah, yang apabila pelaksanaanya tidak
sesuai peraturan perundangan yang berlaku dapat menimbulkan
permasalahan dan keresahan. Dalam pelaksanaannya outsourcing banyak
dilakukan dengan sengaja untuk menekan biaya pekerja/buruh (labourcost)
dengan perlindungan dan syarat kerja yang diberikan jauh dibawah dari yang
seharusnya diberikan (di bawah standard dalam perundang undangan)
sehingga sangat merugikan pekerja/buruh. Pelaksanaan outsourcing yang
demikian akan menimbulkan keresahan dan tidak jarang diikuti dengan
pemogokan sehingga maksud diadakannya outsourcing yaitu untuk
peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas menjadi tidak tercapai
akibat terganggunya proses produksi barang dan jasa.
Disisi lain agar ada ketenangan dalam bekerja harus ada kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi pekerja dan pengusaha yang
dapat menjamin untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.
Oleh karena itu, pemerintah menyusun sistem jaminan nasional melalui
Undang Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dan transformasi kelembagaan PT. Taspen (persero) dan PT.
Asabri (persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang diikuti
dengan adanya pengalihan peserta, program, asset dan liabilitas, pegawai
serta hak dan kewajiban,yang untuk selanjutnya diatur dalam Undang-Undang
No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
mengatur tentang BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan


mulai berlaku pada 1 Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan
menyelenggarakan 4 (empat) program yaitu jaminan kecelakaan (JKK),
jaminan hari tua (JHT), jaminan pensiun (JP) dan jaminan kematian (JK) yang
mulai diberlakukan 1 Juli 2015. Dengan demikian diharapkan setiap orang,
termasuk warga asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia wajib menjadi peserta program jaminan sosial.

Manfaat dari keikutsertaan dalam program BPJS antara lain:

1. Adanya kepastian jaminan berupa biaya atau santunan atas penghasilan


yang hilang atau berkurang dalam hal tenaga kerja mengalami kecelakaan
kerja, cacat, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

2. Terciptanya rasa aman dan ketenangan dalam bekerja yang pada


gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kerja,

Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, makin


berkembang juga dunia usaha sehingga permasalahan yang muncul juga
semakin kompleks yang apabila tidak segera diselesaikan akan berpengaruh
pada wilayah lain. Oleh karena itu diperlukan data / informasi yang
merupakan karakteristik atau ciri ciri khusus suatu populasi di bidang
ketenagakerjaan yang berasal dari Kabupaten/Kota yang merupakan daerah
pelaksana Otonomi khususnya dibidang hubungan industrial sehingga
diperlukan komunikasi yang efektif antara Kabupaten/Kota, Provinsi maupun
Pusat.
Langkah langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan inventarisasi
permasalahan di bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, melakukan
analisis permasalahan dan upaya pemecahan secara komprehensip mengingat
bahwa permasalahan hubungan industrial dapat menjadi permasalahan yang
melintasi batas wilayah yang mempengaruhi kondisi hubungan industrial pada
wilayah lain.
Pemerintah dalam hal ini Kemnaker RI telah mengeluarkan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Kep. 250/Men/XII/ 2008
tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data Dari Jenis Informasi
Ketenagakerjaan yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008 tentang Klasifikasi dan
Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan sebagai upaya untuk
dapat melakukan sinergitas antara pelaksanaan urusan wajib dibidang
ketenagakerjaan antara Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota. Yang
kemudian diimplementasikan dalam kegiatan Pengesahan Peraturan
Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang
Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial.

B. KEGIATAN

1. Uraian Kegiatan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja


Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota
terdiri dari sub-sub kegiatan:

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan


Industrial
2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan Jaminan
Sosial.
b. Petugas Data HI dan Jamsos yang memahami Pengolahan Data HI
dan Jamsos serta mengikuti rakor pembinaaan Hubungan Industrial.
3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terakit dengan Hubungan
Industrial

2. Indikator Kinerja
 Masukan
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
Anggaran 2022 sebesar Rp 796.140.000,00 (Tujuh Ratus Sembilan Puluh
Enam Juta Seratus Empat Puluh Ribu Rupiah).

 SDM Pendukung

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran


Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari
1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial didukung oleh
sumber daya manusia pada Seksi Syarat Kerja dan Jaminan Sosial dan
Petugas dari Kabupaten/Kota.

3. Batasan Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran


Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1
(Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial adalah di Provinsi
dan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

C MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud

Maksud kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran


Perjanjian Kerja Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1
(satu) Kab/Kota adalah:

1. Meningkatkan pemahaman para pelaku proses produksi di perusahaan


tentang pentingnya pembuatan PP/PKB sebagai sarana menjamin
kepastian hukum dan untuk meningkatkan kualitas proses pembuatan
PP/PKB di perusahaan dan meningkatkan kualitas materi PP/PKB yang
memenuhi legal formal dan rasa keadilan kedua belah pihak.

2. Meningkatkan pemahaman tentang latar belakang dan tujuan penyerahan


sebagian pekerjaan pada perusahaan lain kepada perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) maupun terhadap
perusahaan atau instansi pengguna agar tidak menyimpang dari tujuan.

3. Meningkatkan pemahaman bagi pelaku proses produksi di perusahaan dan


masyarakat umum tentang pentingnya perlindungan dan peningkatan
kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan terutama dalam program
jaminan sosial.

4. Untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi perkembangan pelaksanaan


Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial serta untuk mengetahui
permasalahan permasalahan dalam hubungan industrial dan jaminan
sosial yang terjadi melalui data dari kabupaten/kota

5. Untuk mengetahui jumlah perusahaan wajib Peraturan Perusahaan (PP)


yang nantinya akan ditindaklanjuti dengan Bimbingan pembuatan
Peraturan Perusahaan (PP).

 Tujuan

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja


Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu) Kab/Kota
bertujuan:

1. Mewujudkan Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama


(PKB) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Meningkatkan pemahaman tenaga kerja dan pengusaha tentang syarat-


syarat kerja dan jaminan sosial sehingga dapat menciptakan iklim
hubungan industrial yang harmonis dan kondusif.

3. Mendapatkan data yang akurat mengenai pelaksanaan Hubungan


Industrial dan Jaminan Sosial sesuai permenakertrans nomor 1 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Kepmenakertrans RI No. 250/men/XII/2008
tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi
Ketenagakerjaan di kabupaten/kota dan upaya pemecahannya.

4. Menyampaikan informasi terkait Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial


guna menyamakan persepsi antara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah dengan Petugas/Pejabat yang membidangi
Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota.

5. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masalah ketenagakerjaan


yang diharapkan dapat membuka wacana bagi pelaksana di daerah
mengenai berbagai hal yang menyangkut hubungan industrial dan
peraturan perundangan ketenagakerjaan sehingga diharapkan dapat
memecahkan masalah ketenagakerjaan secara komprehensif.

6. Sebagai bahan dalam rangka membuat kebijakan.

D KELUARAN (OUT PUT)

1. Jumlah pengusaha atau pemberi kerja yang mengikuti bimbingan pembuatan


PP (Peraturan Perusahaan) / PKB (Perjanjian Kerja Bersama)

2. Jumlah tenaga kerja yang mengikuti pembinaan syarat kerja dan jaminan
sosial.

3. Jumlah petugas data HI dan Jamsos yang memahami pengolahan data HI


dan Jamsos

4. Jumlah Perusahaan Yang Teridentifikasi belum memenuhi ketentuan PP/PKB

E HASIL YANG DIHARAPKAN (OUT COME)

1. Meningkatkan jumlah tenaga kerja yang memahami ketentuan dalam syarat


kerja dan jaminan sosial

2. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menjadi peserta BPJS


Ketenagakerjaan

3. Meningkatnya jumlah perusahaan yang memenuhi ketentuan Peraturan


Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama.

F KERANGKA PEMIKIRAN (RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN)


 PERSIAPAN

1. Rapat pembahasan rencana kerja

2. Menyusun dan membuat jadwal kegiatan

3. Koordinasi dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di


Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait.

4. Membuat SK petugas data

 PELAKSANAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian


Kerja Bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja lebih dari 1 (satu)
Kab/Kota dilaksanakan di Provinsi dan 5 eks karesidenan di Provinsi Jawa
Tengah, terdiri dari sub kegiatan sebagai berikut :
1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan
Industrial berupa Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan
Peraturan Perusahaan (PP) dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) sebanyak 5 angkatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja berupa :
a. Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan di
4 Kab/Kota
b. Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak 70
orang di 35 Kab/Kota
3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan
Industrial berupa Identifikasi Perusahaan Wajib membuat PP/PKB
sebanyak 175 perusahaan

 MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan setelah


kegiatan dilaksanakan. Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
kegiatan diimplementasikan dan untuk mengetahui permasalahan yang
muncul sebelum, selama dan pasca kegiatan serta upaya untuk
memecahkan masalah.
G METODE PELAKSANAAN (RUMUSAN CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN)
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial dilaksanakan secara klasikal.
Informasi disampaikan oleh narasumber secara interaktif diharapkan peran aktif
peserta sebagai bahan masukan. Untuk Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan
PP/PKB setelah materi dari narasumber dilanjutkan dengan praktek pembuatan
PP/PKB. Untuk pengumpulan data sarana hubungan industrial, dilakukan oleh
petugas data provinsi dan kabupaten/kota.

H PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Pengendalian dan pengawasan kegiatan Pengesahan Peraturan
Perusahaan Dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang Mempunyai
Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan Jaminan
Sosial tahun anggaran 2022 dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
yang dalam hal ini adalah Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan dibantu
oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yaitu Kepala Seksi Syarat Kerja
dan Jaminan Sosial.

I WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN (DIMANA DAN KAPAN AKAN


DILAKSANAKAN/JADWAL)

Pelaksanaan Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran


Perjanjian Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1
(Satu) Kab/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang Terkait dengan Hubungan Industrial


dengan melaksanakan Kegiatan Bimbingan Penyusunan dan Pembuatan
Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebanyak 5
angkatan di 6 eks Karesidenan
 Waktu : 1 hari
 Peserta : 175 orang dari perusahaan yang belum membuat PP
 Tempat : 5 Kab./Kota

2. Penyelenggaraan Pendataan dan Informasi Sarana Hubungan Industrial dan


Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan melaksanakan :
a. Kegiatan Pembinaan Syarat Kerja dan Jaminan Sosial sebanyak 4 angkatan
di 4 Kab./Kota
 Waktu : 1 hari
 Peserta : 140 orang dari perusahaan
 Tempat : 4 Kab./ Kota

b. Kegiatan Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan HI dan Jamsos sebanyak


70 orang
 Waktu : 10 bulan
 Peserta : 70 orang dari Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di 35
Kab/Kota
 Tempat : 35 Kab./ Kota

3. Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama yang Terkait dengan Hubungan


Industrial dengan melaksanakan Kegiatan Identifikasi Perusahaan Wajib
membuat PP/PKB sebanyak 175 perusahaan di Kabupaten/kota.

J BIAYA/MEKANISME PEMBIAYAAN

Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja


Bersama Untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota,
Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tahun Anggaran 2022 dibiayai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah sebesar
Rp 796.140.000- (Tujuh Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Empat Puluh
Ribu Rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

1 Belanja bahan habis pakai


 Alat tulis kantor Rp 29.931.000,-
 Perlengkapan peserta Rp 38.500.000,-
 Perangko, materai dan benda pos Rp 400.000,-
lainnya
2 Belanja Jasa
 Penyuluh Non ASN Rp 87.500.000,-
 Narsum/Modertor/MC/Dirijen/Doa Rp 19.500.000,-
 Paket/Pengiriman Rp 2.000.000,-
 Penanganan Pandemi Rp 101.250.000,-
3 Belanja Cetak dan Penggandaan Rp 13.404.000,-
4 Belanja Sewa Ruang Rapat Rp 21.000.000,-
5 Belanja Makanan dan Minuman Rp 67.950.000,-
6 Belanja Perjalanan Dinas
 Dalam Daerah Rp 322.295.000,-
 Luar Daerah Rp 92.410.000,-

Untuk perincian keseluruhan terlampir RKA/RAB kegiatan Pengesahan


Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Untuk yang
Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu) Kab/Kota, Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial TA. 2022.

K PENUTUP
Kegiatan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama untuk yang Mempunyai Wilayah Kerja Lebih dari 1 (Satu)
Kab/Kota diharapkan mampu mendorong dan menciptakan hubungan kerja yang
harmonis antara pekerja dan pengusaha di perusahaan. Disamping itu
diharapkan tersedia data data terkait pelaksanaan hubungan industrial dan
jaminan sosial dari kabupaten / kota yang dapat dipergunakan untuk
menganalisa secara sistematis pelaksanaan hubungan industrial yang akan
memudahkan upaya dalam pemecahan masalah dan penetapan kebijakan dalam
pelaksanaan hubungan industrial.
Demikian kerangka acuan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Evaluasi
Pelaksanaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan oleh pelaksana.

Semarang, Pebruari 2021


Mengetahui
Kepala Dinas Kepala Bidang
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Provinsi Jawa Tengah

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si M.Sc ENIK NURHAYATINI W., SH,MHum


Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19630616 199003 2 007
KERANGKA ACUAN KERJA

PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN
PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG
BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1
(SATU) DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16


SEMARANG
KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)
PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN,
MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG
BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH
PROVINSI
TAHUN 2022

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI;

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh;
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja;
j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan
Pekerjaan;
l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
Menteri Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran
Lembaga kerja sama Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;
m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan
SP/SB;
n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam
Kelembagaan HI;
o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi
Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;
q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan
dan Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;
r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Kebutuhan Hidup Layak (KHL);
s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi
Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;
t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;
u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama;
v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;
w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;
x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan
Usaha Restoran di Hotel;
y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Penyusunan Struktur dan Skala Upah;
z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum
Kehidupan Hubungan Industrial mulai bulan Maret 2020 mengalami
permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-
19. Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan
yang terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan
baku dan orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan
Eropa, 2). Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari
negara terdampak maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri,
3). Perusahaan bahan baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri.
Kondisi tersebut mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh
perusahaan supaya kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk,
antara lain : 1) melakukan shift para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3).
Merumahkan pekerja; 4). Tidak meneruskan pekerja dengan system hubungan
kerja PKWT; 5). Melakukan PHK, terutama untuk negara yang belum mampu
melakukan recoveri perekonomian. Dengan adanya kebijakan lockdown dan/atau
pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata tidak hanya sektor industri dan
perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa, antara lain pariwisata
dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor ekonomi yang
penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat Indonesia,
disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga
pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,
mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga.
Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah.
Dalam rangka penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi
organisasi pekerja, organisasi pengusaha melalui Pemberdayaan Lembaga
Hubungan Industrial yang ada, antara lain LKS Bipartit, LKS Tripartit, dan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh.
Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis,
kondusif dan dinamis di perusahaan dalam rangka terciptanya ketenangan kerja
dan kelangsungan usaha, serta mencegah terjadi kemiskinan baru, maka
diperlukan pemberdayaan SDM Pekerja/buruh di sektor perekonomian dan
peningkatan peran dan fungsi LKS Bipartit. Atas dasar pemikiran tersebut maka
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah perlu melaksanakan
kegiatan “PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI
1 (SATU) DAERAH/PROVINSI”.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan :
a. Koordinasi Teknis Hubungan Industrial;
b. Pembinaan Hubungan Industrial Bagi PUK SP/SB dan Manjemen di
Perusahaan;
c. Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit;
d. Pemberdayaan SP/SB;
e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial;
f. Verifikasi Keanggotaan SP/SB
2. Indikator Kinerja :
a. Masukan
Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan
dukungan dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp.
512.163.000,- (Lima Ratus Dua belas Juta Seratus Enam Puluh Tiga
Puluh Ribu Rupiah).

b. Hasil
⮚ Meningkatnya peran dan fungsi sarana Hubungan Industrial di
Perusahaan.
⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk
mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta
kelangsungan usaha.
c. Manfaat
⮚ Meningkatnya kualitas Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan Pengusaha
sehingga akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan
peningkatan pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan
Industrial khususnya mentaati hak dan kewajiban masing-masing, serta
adanya peningkatan pemulihan ekonomi masyarakat.
⮚ Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI dan Pejabat Bidang HI di
Jawa Tengah.
3. Batasan Kegiatan :
Ruang lingkup kegiatan Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi adalah
Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Kegiatan ini adalah :
a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Perusahaan
b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan
Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya kesejahteraan
pekerja dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak Covid 19 melalui
peningkatan SDM di bidang perekonomian.
c. Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI di Jawa Tengah.
d. Meningkatnya Pembentukan LKS Bipartit di Kabupaten/ Kota.
2. Tujuan Kegiatan ini adalah :
a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan
Pengusaha didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial
diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman
dan kondusif di Jawa Tengah.
c. Melakukan kerjasama antara pekerja, Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan
Pengusaha untuk tidak melakukan penyimpangan didalam memahami dan
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial
diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis, nyaman
dan Kondusif di Jawa Tengah.

D. KELUARAN
1. Terlaksananya pertemuan Mediator HI dan Pejabat di Bidang HI se-Jawa
Tengah;
2. Terlaksananya kegiatan sebagai pembekalan Sertifikasi HI;
3. Terlaksanya sosialisasi untuk pembentukan LKS Bipartit di perusahaan;
4. Terlaksananya pemberdayaan pengurus atau anggota PUK SP/SB di Kabupaten/
Kota;
5. Terlaksananya koordinasi Hubungan Industrial Provinsi ke Kab/ Kota;
6. Terlaksananya verifikasi keanggotaan SP/SB.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dalam pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial oleh Pengusaha
dan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh di perusahaan untuk mewujudkan Hubungan
Industrial yang harmonis, kondusif dapat Menjaga tingkat kesejahteraan baik
pekerja/ Serikat Pekerja/ Serikat Buruh, supaya tidak merosot dibawah garis
kemiskinan.

F. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Persiapan
a. Mempelajari DPA Tahun 2022
b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan
Anggaran
c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pencegahan Dan Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan
Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi
e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi.
f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pencegahan Dan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan
Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)
Daerah/Provinsi.
g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;
j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an
k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan.
b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/SB dan Manajemen di
Perusahaan sebanyak 3 angkatan
c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 angkatan
d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 angkatan.
3. Pengendalian
Agar kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada
Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dapat terlaksana dengan baik maka
dilakukan pengendalian dan pengawasan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah beserta Kepala Bidang Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan
kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2022

G. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan adalah Klasikal :
Penceramah : a. Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah;
b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;
c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;
d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok
Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di
1 (Satu) Daerah/Provinsi dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Dinas yang membidangi
Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pelaksanaan kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak
Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi :
a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan pada
bulan Februari.
b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/ SB dan Manajemen di
Perusahaan sebanyak 3 (tiga) angkatan pada periode bulan April s.d September.
c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 (delapan) angkatan
pada bulan Maret s.d September.
d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 (lima) angkatan pada bulan Maret s.d
Oktober.
e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial sebanyak 25 (dua puluh lima)
kali di kabupaten/kota yang target pembentukan LKS Bipartit tinggi dan/atau
mudah terjangkau untuk menghadirkan narasumber.

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN


Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok
Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di
1 (Satu) Daerah/Provinsi dibiayai oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2021 sebesar Rp. 600.814.000,- (Enam Ratus Juta Delapan Ratus Ribu ).
dengan rencana penyerapan anggaran sebagai berikut :
1 Belanja Pegawai :
~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 73.000.000
2 Belanja Barang dan Jasa
~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 32.382.000
Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/
~ Rp 50.400.000
Sosialisasi/ Lokakarya
Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/
~ Rp. 63.000.000
Tenaga Ahli
~ Belanja Cetak RP. 4.950.000
~ Belanja Penggandaan RP. 5.952.000
~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 89.500.000
~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 44.850.000
~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 187.780.000
~ Belanja Perdin Luar Daerah Rp. 49.000.000
JUMLAH Rp. 600.814.000

K. PENUTUP
Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok
Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di
1 (Satu) Daerah/Provinsi sangatlah penting untuk peningkatan para pelaku produksi
di Perusahaan, khususnya dalam rangka mendukung terciptanya semangat kerja
bagi para serikat pekerja/ serikat buruh terhadap Perusahaan yang saling
bekerjasama agar menjadikan hubungan menjadikan harmonis dan kondusif.

Semarang,
Mengetahui

KEPALA DINAS PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABID HI DAN JAMSOS
PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum.
Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19630616 199003 2 007
KERANGKA ACUAN KERJA

PELAKSANAAN OPERASIONAL
LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16


SEMARANG
KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)
PELAKSANAAN OPERASIONAL
LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI
TAHUN 2021

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PELAKSANAAN OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA


TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh;
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja;
j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan
Pekerjaan;
l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
Menteri Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran
Lembaga kerja sama Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;
m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan
SP/SB;
n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam
Kelembagaan HI;
o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi
Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;
q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan
dan Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;
r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Kebutuhan Hidup Layak (KHL);
s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi
Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;
t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;
u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama;
v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;
w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;
x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan
Usaha Restoran di Hotel;
y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Penyusunan Struktur dan Skala Upah;
z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.
2. Gambaran Umum
Kehidupan Hubungan Industrial pada triwulan pertama 2020 mengalami
permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-
19. Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan
yang terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan
baku dan orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan
Eropa, 2). Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari
negara terdampak maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri,
3). Perusahaan bahan baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri.
Kondisi tersebut mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh
perusahaan supaya kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk,
antara lain : 1) melakukan shift para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3).
Merumahkan pekerja; 4). Tidak meneruskan pekerja dengan system hubungan
kerja PKWT; 5). Melakukan PHK, terutama untuk negara yang belum mampu
melakukan recoveri perekonomian. Dengan adanya kebijakan lockdown dan/atau
pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata tidak hanya sektor industri dan
perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa, antara lain pariwisata
dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor ekonomi yang
penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat Indonesia,
disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga
pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,
mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga.
Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah.
Dalam rangka penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi
organisasi pekerja, organisasi pengusaha melalui forum Lembaga Hubungan
Industrial yang terdapat di Kabupaten/Kota dan Provinsi yaitu LKS Tripartit.
Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis,
kondusif dan dinamis maka diperlukan Peningkatan peran LKS Tripartit dalam
memberikan masukan bahan pertimbangan kepada Gubernur atau
Bupati/Walikota dalam menetapkan kebijakan. Atas dasar pemikiran tersebut
maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa
Tengah perlu melaksanakan kegiatan “PELAKSANAAN OPERASIONAL
LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI”.
B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan :
a. Pemberdayaan LKS Tripartit;
b. Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota;
c. Forum Komunikasi LKS Tripartit.
2. Indikator Kinerja :
a. Masukan
Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan
dukungan dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp.
560.707.000,- (Lima Ratus Enam Puluh Juta Tujuh ratus Tujuh Ribu
Rupiah).

b. Hasil
⮚ Meningkatnya peran dan fungsi LKS Tripartit Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk
mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta
kelangsungan usaha.
c. Manfaat
⮚ Meningkatnya kualitas anggota LKS Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota
sehingga akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan
peningkatan pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan
Industrial khususnya mentaati hak dan kewajiban masing-masing;
⮚ Meningkatnya kulitas rekopmendasi terkait isu-isu ketenagakerjaan
kepada Gubernur.
4. Batasan Kegiatan :
Ruang lingkup kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit
Daerah Provinsi adalah Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa
Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Kegiatan ini adalah :
a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Jawa Tengah
b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh
dengan Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya
kesejahteraan pekerja dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak
Covid 19 melalui peningkatan SDM di bidang perekonomian.
c. Meningkatnya SDM dan pemahaman anggota LKS Tripartit.
d. Meningkatkan Peran dan Fungsi LKS Tripartit dalam memberikan masukan
bahan pertimbangan pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan pada
Pimpinan Daerah.
3. Tujuan Kegiatan ini adalah :
a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan
Pengusaha didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial
diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman
dan kondusif di Jawa Tengah.

D. KELUARAN
1. Terlaksananya Rapat Badan Pekerja dan Sidang Pleno;
2. Terlaksananya pertemuan LKS Tripartit Provinsi dan Kab/ Kota ;
3. Terlaksananya Pembinaan SDM LKS Tripartit di Kabupaten/ Kota.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dengan adanya Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama
Tripartit Daerah Provinsi, diharapkan dapat menyamakan persepsi dan memecahkan
masalah ketenagakerjaan untuk memberikan Rekomendasi kepada Gubernur Jawa
Tengah dan Instansi terkait.

F. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Persiapan
a. Mempelajari DPA Tahun 2022
b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan
Anggaran
c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga
Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pelaksanaan Operasional Lembaga
Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga
Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pelaksanaan Operasional
Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi.
g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan
stakeholder.
h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;
j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an
k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan Forum LKS Tripartit sebanyak 1 kali sebanyak 132 orang.
b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 lokasi dengan
jumlah peserta 30 orang setiap lokasi.
c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak 8 kali Rapat BP dan 10 kali
Sidang Pleno LKS Tripartit;
3. Pengendalian
Agar kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah
Provinsi dapat terlaksana dengan baik maka dilakukan pengendalian dan
pengawasan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Tengah beserta Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan kegiatan tersebut
dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2021

G. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan adalah Klasikal :
Penceramah : a. Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah;
b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;
c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;
d. Lembaga/stakeholder terkait.
H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN
Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

II. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit
Daerah Provinsi :
a. Kegiatan Forum Komunikasi LKS Tripartit sebanyak 1 kali pada bulan Agustus.
b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 angkatan pada bulan
Juni, Juli dan Agustus.
c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak :
− Rapat BP sebanyak 8 (delapan) kali pada bulan Februari s.d Nopember ;
− Sidang Pleno sebanyak 10 (sepuluh) kali pada bulan Februari s.d Nopember;

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN


Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
dibiayai oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp.
560.707.000,- (Lima Ratus Enam Puluh Juta Tujuh Ratus Tujuh Ribu
Rupiah)

dengan rencana penyerapan anggaran sebagai berikut :


1 Belanja Pegawai :
~ Honorarium PNS Rp. 118.000.000
~ Honorarium Non PNS Rp. 270.000.000
~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 52.200.000
2 Belanja Barang dan Jasa
~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 5.512.000
Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/
~ Rp 19.980.000
Sosialisasi/ Lokakarya
Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/
~ Rp. 3.350.000
Tenaga Ahli
~ Belanja Penggandaan RP. 1.665.000
~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 4.000.000
~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 63.530.000
~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 22.470.000
JUMLAH Rp. 560.707.000
K. PENUTUP
Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
sangatlah penting dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan daerah terkait
isu-isu ketenagakerjaan agar menjadikan hubungan harmonis dan kondusif.

Semarang,
Mengetahui

KEPALA DINAS PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABID HI DAN JAMSOS
PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum.
Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19630616 199003 2 007
KERANGKA ACUAN KERJA

PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16


SEMARANG
KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)
PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN, MOGOK
KERJA DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK
PADA KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI
TAHUN 2022

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI;

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan Organisasi
Lembaga Kerja Sama Tripartit;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja;
j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan Pekerjaan;
l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri
Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran Lembaga kerja sama
Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;
m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan SP/SB;
n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam
Kelembagaan HI;
o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi Keanggotaan
Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;
q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan dan
Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;
r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan
Hidup Layak (KHL);
s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi
Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;
t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;
u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama;
v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;
w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;
x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan Usaha
Restoran di Hotel;
y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penyusunan
Struktur dan Skala Upah;
z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum
Kehidupan Hubungan Industrial mulai bulan Maret 2020 mengalami
permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-19.
Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan yang
terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan baku dan
orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan Eropa, 2).
Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari negara terdampak
maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri, 3). Perusahaan bahan
baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri. Kondisi tersebut
mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan supaya
kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk, antara lain : 1) melakukan shift
para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3). Merumahkan pekerja; 4). Tidak
meneruskan pekerja dengan system hubungan kerja PKWT; 5). Melakukan PHK,
terutama untuk negara yang belum mampu melakukan recoveri perekonomian. Dengan
adanya kebijakan lockdown dan/atau pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata
tidak hanya sektor industri dan perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa,
antara lain pariwisata dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor
ekonomi yang penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat
Indonesia, disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga
pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,
mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga. Kondisi ini
dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah. Dalam rangka
penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi organisasi pekerja,
organisasi pengusaha melalui Pemberdayaan Lembaga Hubungan Industrial yang ada,
antara lain LKS Bipartit, LKS Tripartit, dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis, kondusif dan
dinamis di perusahaan dalam rangka terciptanya ketenangan kerja dan kelangsungan
usaha, serta mencegah terjadi kemiskinan baru, maka diperlukan pemberdayaan SDM
Pekerja/buruh di sektor perekonomian dan peningkatan peran dan fungsi LKS Bipartit.
Atas dasar pemikiran tersebut maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Tengah perlu melaksanakan kegiatan “PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA KEPENTINGAN DI 1
(SATU) DAERAH/PROVINSI”.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan :
a. Koordinasi Teknis Hubungan Industrial;
b. Pembinaan Hubungan Industrial Bagi PUK SP/SB dan Manjemen di Perusahaan;
c. Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit;
d. Pemberdayaan SP/SB;
e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial;
f. Verifikasi Keanggotaan SP/SB
2. Indikator Kinerja :
a. Masukan
Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada
Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan dukungan dana APBD Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 512.163.000,- (Lima Ratus Dua belas
Juta Seratus Enam Puluh Tiga Puluh Ribu Rupiah).

b. Hasil
⮚ Meningkatnya peran dan fungsi sarana Hubungan Industrial di Perusahaan.
⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk
mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta
kelangsungan usaha.
c. Manfaat
⮚ Meningkatnya kualitas Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan Pengusaha sehingga
akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan peningkatan
pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial khususnya
mentaati hak dan kewajiban masing-masing, serta adanya peningkatan
pemulihan ekonomi masyarakat.
⮚ Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI dan Pejabat Bidang HI di Jawa
Tengah.
3. Batasan Kegiatan :
Ruang lingkup kegiatan Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada
Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi adalah Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Jawa Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Kegiatan ini adalah :
a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Perusahaan
b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan
Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya kesejahteraan pekerja
dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak Covid 19 melalui peningkatan
SDM di bidang perekonomian.
c. Meningkatnya SDM dan pemahaman Mediator HI di Jawa Tengah.
d. Meningkatnya Pembentukan LKS Bipartit di Kabupaten/ Kota.
2. Tujuan Kegiatan ini adalah :
a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan Pengusaha
didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial diharapkan
dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman dan kondusif di
Jawa Tengah.
c. Melakukan kerjasama antara pekerja, Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan
Pengusaha untuk tidak melakukan penyimpangan didalam memahami dan
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial diharapkan
dapat menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis, nyaman dan Kondusif di
Jawa Tengah.

D. KELUARAN
1. Terlaksananya pertemuan Mediator HI dan Pejabat di Bidang HI se-Jawa Tengah;
2. Terlaksananya kegiatan sebagai pembekalan Sertifikasi HI;
3. Terlaksanya sosialisasi untuk pembentukan LKS Bipartit di perusahaan;
4. Terlaksananya pemberdayaan pengurus atau anggota PUK SP/SB di Kabupaten/ Kota;
5. Terlaksananya koordinasi Hubungan Industrial Provinsi ke Kab/ Kota;
6. Terlaksananya verifikasi keanggotaan SP/SB.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dalam pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial oleh Pengusaha dan
Serikat Pekerja/ Serikat Buruh di perusahaan untuk mewujudkan Hubungan Industrial yang
harmonis, kondusif dapat Menjaga tingkat kesejahteraan baik pekerja/ Serikat Pekerja/
Serikat Buruh, supaya tidak merosot dibawah garis kemiskinan.

F. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Persiapan
a. Mempelajari DPA Tahun 2022
b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan Anggaran
c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi
e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi.
f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang
Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi.
g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;
j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an
k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan.
b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/SB dan Manajemen di
Perusahaan sebanyak 3 angkatan
c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 angkatan
d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 angkatan.
3. Pengendalian
Agar kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok
Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1
(Satu) Daerah/Provinsi dapat terlaksana dengan baik maka dilakukan pengendalian dan
pengawasan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
beserta Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah dan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan
Januari sampai dengan bulan Desember 2022

G. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan adalah Klasikal :
Penceramah : a. Dinakertrans Provinsi Jawa Tengah;
b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;
c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;
d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja
Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)
Daerah/Provinsi dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pelaksanaan kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di
1 (Satu) Daerah/Provinsi :
a. Kegiatan Koordinasi Teknis Hubungan Industrial sebanyak 1 angkatan pada bulan
Februari.
b. Kegiatan Pembinaan Hubungan Industrial bagi PUK SP/ SB dan Manajemen di
Perusahaan sebanyak 3 (tiga) angkatan pada periode bulan April s.d September.
c. Kegiatan Pembinaan Pembentukan LKS Bipartit sebanyak 8 (delapan) angkatan pada
bulan Maret s.d September.
d. Kegiatan Pemberdayaan SP/SB sebanyak 5 (lima) angkatan pada bulan Maret s.d
Oktober.
e. Koordinasi dan Konsolidasi Hubungan Industrial sebanyak 25 (dua puluh lima) kali di
kabupaten/kota yang target pembentukan LKS Bipartit tinggi dan/atau mudah
terjangkau untuk menghadirkan narasumber.

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN


Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja
Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)
Daerah/Provinsi dibiayai oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar
Rp. 600.814.000,- (Enam Ratus Juta Delapan Ratus Ribu ). dengan rencana
penyerapan anggaran sebagai berikut :

1 Belanja Pegawai :
~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 73.000.000
2 Belanja Barang dan Jasa
~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 32.382.000
Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/
~ Rp 50.400.000
Sosialisasi/ Lokakarya
Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/
~ Rp. 63.000.000
Tenaga Ahli
~ Belanja Cetak RP. 4.950.000
~ Belanja Penggandaan RP. 5.952.000
~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 89.500.000
~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 44.850.000
~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 187.780.000
~ Belanja Perdin Luar Daerah Rp. 49.000.000
JUMLAH Rp. 600.814.000

K. PENUTUP
Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Mogok Kerja
Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada Kepentingan Di 1 (Satu)
Daerah/Provinsi sangatlah penting untuk peningkatan para pelaku produksi di Perusahaan,
khususnya dalam rangka mendukung terciptanya semangat kerja bagi para serikat pekerja/
serikat buruh terhadap Perusahaan yang saling bekerjasama agar menjadikan hubungan
menjadikan harmonis dan kondusif.

Semarang,
Mengetahui

KEPALA DINAS PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABID HI DAN JAMSOS
PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum.
Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19630616 199003 2 007
KERANGKA ACUAN KERJA

PELAKSANAAN OPERASIONAL
LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

PROGRAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

TAHUN ANGGARAN 2022

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


PROVINSI JAWA TENGAH

Jln. Pahlawan No. 16


SEMARANG
KERANGKA ACUAN KINERJA (KAK)
PELAKSANAAN OPERASIONAL
LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI
TAHUN 2021

PROGRAM : HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEGIATAN : PENCEGAHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


HUBUNGAN INDUSTRIAL, MOGOK KERJA DAN PENUTUPAN
PERUSAHAAN YANG BERAKIBAT/BERDAMPAK PADA
KEPENTINGAN DI 1 (SATU) DAERAH PROVINSI

SUB KEGIATAN : PELAKSANAAN OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA


TRIPARTIT DAERAH PROVINSI

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan Organisasi
Lembaga Kerja Sama Tripartit;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit;
i. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu kerja dan waktu istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja;
j. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
k. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2021 tentang Jaminan Kehilangan Pekerjaan;
l. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri
Dalam Negeri Nomor : Per.04/Men/II/2010 dan Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pembentukan dan Peningkatan Peran Lembaga kerja sama
Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;
m. Kepmenakertrans Nomor. Kep.16/Men/2001 tentang Tata cara Pencatatan SP/SB;
n. Kepmenakertrans Nomor. Kep.201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam
Kelembagaan HI;
o. Permenaker Nomor.Per. 06/IV/Men/2005 tentang Pedoman Verifikasi Keanggotaan
Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
p. Permenakertrans Nomor Per. 32/Men/XII/2008 tentang Pedoman Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Bipartit;
q. Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengangkatan dan
Pemberhentian Mediator Hubungan Industrial;
r. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan
Hidup Layak (KHL);
s. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Sanksi
Administratif PP No.78 Tahun 2016 tentang Pengupahan;
t. Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain;
u. Permenakertrans Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama;
v. Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan;
w. Permenaker Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan Forum Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan pada Kawasan Ekonomi Khusus;
x. Permenaker Nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel dan Usaha
Restoran di Hotel;
y. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penyusunan
Struktur dan Skala Upah;
z. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah.

2. Gambaran Umum
Kehidupan Hubungan Industrial pada triwulan pertama 2020 mengalami
permasalahan yang cukup signifikan, akibat beberapa negara terdampak Covid-19.
Perusahaan-perusahaan, terutama untuk sektor industri dan perdagangan yang
terdampak terbagi dalam beberapa criteria, 1). Perusahaan yang bahan baku dan
orientasi pemasaran dari luar negeri, khususnya Cina, Amerika dan Eropa, 2).
Perusahaan yang bahan baku dari luar negeri, baik berasal dari negara terdampak
maupun tidak terdampak, dengan orientasi pasar luar negeri, 3). Perusahaan bahan
baku dari luar negeri dengan orientasi pasar dalam negeri. Kondisi tersebut
mengakibatkan adanya beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan supaya
kondisi keuangan perusahaan tidak semakin memburuk, antara lain : 1) melakukan shift
para pekerja; 2). Mengurangi jam kerja; 3). Merumahkan pekerja; 4). Tidak
meneruskan pekerja dengan system hubungan kerja PKWT; 5). Melakukan PHK,
terutama untuk negara yang belum mampu melakukan recoveri perekonomian. Dengan
adanya kebijakan lockdown dan/atau pelarangan mobilitas penduduk, maka ternyata
tidak hanya sektor industri dan perdagangan yang terdampak, namun juga sektor jasa,
antara lain pariwisata dan transportasi. Sektor industri yang selama ini menjadi sektor
ekonomi yang penting dan menjadi sumber penghidupan mayoritas masyarakat
Indonesia, disamping sektor pertanian, sangat terpengaruh signifikan, sehingga
pertumbuhan ekonomi secara nasional turun drastis hanya mencapai 2 persen.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar upah secara penuh,
mengakibatkan para pekerja mengalami kendala keuangan rumah tangga. Kondisi ini
dapat mempengaruhi kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah. Dalam rangka
penanganan dampak pendemi Covid-19 diperlukan partisipasi organisasi pekerja,
organisasi pengusaha melalui forum Lembaga Hubungan Industrial yang terdapat di
Kabupaten/Kota dan Provinsi yaitu LKS Tripartit.
Dalam rangka upaya menjaga hubungan industrial yang harmonis, kondusif dan
dinamis maka diperlukan Peningkatan peran LKS Tripartit dalam memberikan masukan
bahan pertimbangan kepada Gubernur atau Bupati/Walikota dalam menetapkan
kebijakan. Atas dasar pemikiran tersebut maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Kependudukan Provinsi Jawa Tengah perlu melaksanakan kegiatan “PELAKSANAAN
OPERASIONAL LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT DAERAH PROVINSI”.

B. KEGIATAN
1. Uraian Kegiatan :
a. Pemberdayaan LKS Tripartit;
b. Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota;
c. Forum Komunikasi LKS Tripartit.
2. Indikator Kinerja :
a. Masukan
Kegiatan Pencegahan Dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
Mogok Kerja Dan Penutupan Perusahaan Yang Berakibat/Berdampak Pada
Kepentingan Di 1 (Satu) Daerah/Provinsi dengan dukungan dana APBD Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 560.707.000,- (Lima Ratus Enam Puluh
Juta Tujuh ratus Tujuh Ribu Rupiah).

b. Hasil
⮚ Meningkatnya peran dan fungsi LKS Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota;
⮚ Mewujudkan pengembangan Hubungan Industrial yang harmonis untuk
mencapai ketenangan kerja, peningkatan kesejahteraan pekerja, serta
kelangsungan usaha.
c. Manfaat
⮚ Meningkatnya kualitas anggota LKS Tripartit Provinsi dan Kabupaten/Kota
sehingga akan lebih memahami peraturan perundangan yang berlaku dan
peningkatan pengetahuan serta pemahaman Kelembagaan Hubungan Industrial
khususnya mentaati hak dan kewajiban masing-masing;
⮚ Meningkatnya kulitas rekopmendasi terkait isu-isu ketenagakerjaan kepada
Gubernur.
4. Batasan Kegiatan :
Ruang lingkup kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah
Provinsi adalah Provinsi dan 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Kegiatan ini adalah :
a. Menjaga keharmonisan dalam menjaga hubungan antara pekerja, Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan Pengusaha di Jawa Tengah
b. Meningkatkan koordinasi antara pekerja, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan
Pengusaha untuk menjaga kesejahteraan bersama, khususnya kesejahteraan
pekerja dan anggota keluarga, melalui pencegahan dampak Covid 19 melalui
peningkatan SDM di bidang perekonomian.
c. Meningkatnya SDM dan pemahaman anggota LKS Tripartit.
d. Meningkatkan Peran dan Fungsi LKS Tripartit dalam memberikan masukan bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan pada Pimpinan
Daerah.
3. Tujuan Kegiatan ini adalah :
a. Melakukan kerjasama antara Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dengan Pengusaha
didalam memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Peningkatan dan pemahaman tentang Kelembagaan Hubungan Industrial
diharapkan dapat menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, nyaman dan
kondusif di Jawa Tengah.

D. KELUARAN
1. Terlaksananya Rapat Badan Pekerja dan Sidang Pleno;
2. Terlaksananya pertemuan LKS Tripartit Provinsi dan Kab/ Kota ;
3. Terlaksananya Pembinaan SDM LKS Tripartit di Kabupaten/ Kota.

E. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dengan adanya Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit
Daerah Provinsi, diharapkan dapat menyamakan persepsi dan memecahkan masalah
ketenagakerjaan untuk memberikan Rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah dan
Instansi terkait.

F. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Persiapan
a. Mempelajari DPA Tahun 2022
b. Membuat Rencana Kerja Operasional (RKO) dan Rencana Penyerapan Anggaran
c. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama
Tripartit Daerah Provinsi
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pelaksanaan Operasional Lembaga
Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
e. Membuat Jadwal untuk kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama
Tripartit Daerah Provinsi
f. Membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) kegiatan Pelaksanaan Operasional
Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi.
g. Koordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
h. Membuat Surat ke Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota, dan stakeholder.
i. Pembelian perlengkapan dan peralatan bahan kegiatan dan bahan kerja;
j. Membuat Surat Perintah dan mempersiapkan untuk peng SPJ an
k. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan Forum LKS Tripartit sebanyak 1 kali sebanyak 132 orang.
b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 lokasi dengan jumlah
peserta 30 orang setiap lokasi.
c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak 8 kali Rapat BP dan 10 kali Sidang
Pleno LKS Tripartit;
3. Pengendalian
Agar kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
dapat terlaksana dengan baik maka dilakukan pengendalian dan pengawasan oleh
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah beserta Kepala
Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah dan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2021

G. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan adalah Klasikal :
Penceramah : a. Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah;
b. Kementrian Ketenagakerjaan RI;
c. Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota;
d. Lembaga/stakeholder terkait.

H. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi
dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah
bekerjasama dengan Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota.

II. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah
Provinsi :
a. Kegiatan Forum Komunikasi LKS Tripartit sebanyak 1 kali pada bulan Agustus.
b. Kegiatan Pembinaan SDM LKS Tripartit Kabupaten/Kota di 3 angkatan pada bulan Juni,
Juli dan Agustus.
c. Kegiatan Pemberdayaan LKS Tripartit sebanyak :
− Rapat BP sebanyak 8 (delapan) kali pada bulan Februari s.d Nopember ;
− Sidang Pleno sebanyak 10 (sepuluh) kali pada bulan Februari s.d Nopember;

J. BIAYA/ MEKANISME PEMBIAYAAN


Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi dibiayai
oleh anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar Rp. 560.707.000,-
(Lima Ratus Enam Puluh Juta Tujuh Ratus Tujuh Ribu Rupiah)
dengan rencana penyerapan anggaran sebagai berikut :

1 Belanja Pegawai :
~ Honorarium PNS Rp. 118.000.000
~ Honorarium Non PNS Rp. 270.000.000
~ Uang Harian Peserta Kegiatan Rp. 52.200.000
2 Belanja Barang dan Jasa
~ Belanja Alat Tulis Kantor Rp 5.512.000
Belanja Perlengkapan Diklat/ Seminar/ Bintek/
~ Rp 19.980.000
Sosialisasi/ Lokakarya
Belanja Jasa Pengajar/ Instruktur/ Narasumber/
~ Rp. 3.350.000
Tenaga Ahli
~ Belanja Penggandaan RP. 1.665.000
~ Belanja Sewa Gedung/ Kantor/ Tempat Rp. 4.000.000
~ Belanja Makanan dan Minuman Rapat Rp. 63.530.000
~ Belanja Perdin Dalam Daerah Rp. 22.470.000
JUMLAH Rp. 560.707.000

K. PENUTUP
Kegiatan Pelaksanaan Operasional Lembaga Kerjasama Tripartit Daerah Provinsi sangatlah
penting dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan daerah terkait isu-isu
ketenagakerjaan agar menjadikan hubungan harmonis dan kondusif.

Semarang,
Mengetahui

KEPALA DINAS PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABID HI DAN JAMSOS
PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, M.Si, M.Sc ENIK NURHAYATINI W., SH., M.Hum.
Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19630616 199003 2 007
KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KEGIATAN
PENYELENGGARAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
SUB KEGIATAN
PENEGAKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN DI
PERUSAHAAN

PROGRAM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN


TAHUN ANGGARAN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Jl. Pahlawan No. 16 Telp. (024) 8311713 Fax. (024) 8311711 Semarang
Website : www.disnakertrans.jatengprov.go.id
www.bursakerja-jateng.com
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
PENEGAKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Program : Program Pengawasan Ketenagakerjaan

Sasaran Program : Perlindungan terhadap pelaksanaan norma


ketenagakerjaan, guna memberikan kepastian
hukum dalam upaya peningkatan kesejahteraan
pekerja di Jawa Tengah.

Kegiatan : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

A. LATAR BELAKANG
Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi
dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang–undangan dibidang
ketenagakerjaan, yaitu suatu bidang yang substansinya adalah segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama dan sesudah masa kerja.
Ketentuan dasar (dasar hukum) yang digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan Pengawasan Tenaga Kerja adalah mencakup
segala ketentuan sebagai berikut :
a. UU No. 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa
Tengah.
b. UU No. 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.
c. UU No. 80 Tahun 1957 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 100
tentang Pengupahan yang sama Bagi Pekerja Laki Laki dan Wanita
untuk Pekerjaan yang sama nilainya.
d. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
e. UU No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan.
f. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana
g. UU No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 111
mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan.
h. UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja.
i. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 1


j. UU No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor
81 Tahun 1947 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam
Industri dan Perdagangan.
k. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
l. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
m. Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
n. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tahun 33 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan.
o. Permenaker No. 01 Tahun 2020 tentang perubahan atas
Permenaker 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan.

B. PERMASALAHAN
Perkembangan di bidang ketenagakerjaan yang dinamis membawa
berbagai dampak yang positif maupun negatif. Dampak positifnya antara
lain terbukanya lapangan pekerjaan, berkurangnya pengangguran dan
tumbuhnya iklim investasi yang kondusif. Sedangkan dampak negatifnya
antara lain perusahaan belum mentaati peraturan ketenagakerjaan,
meningkatnya pelanggaran ketenagakerjaan dan meningkatnya
perselisihan hubungan industrial. Agar pelaksanaan peraturan
ketenagakerjaan ditaati maka dibutuhkan peran secara aktif oleh
pemerintah agar terciptanya hubungan industrial yang harmonis.
Berdasarkan ketentuan Pasal 176 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
diamanahkan bahwa pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh
pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan
independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan. Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan untuk
mengawasi ditaatinya peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Prinsip kerja pengawas ketenagakerjaan yaitu benar secara yuridis, benar
secara teknis dan benar secara administratif.

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 2


Tahapan-tahapan dalam pengawasan ketenagakerjaan yang harus
dilakukan yaitu :
1. Preventive Educative
Merupakan upaya pencegahan melalui penyebarluasan norma,
penasihatan teknis, dan pendampingan
2. Repressive Non Justicia
Merupakan upaya paksa diluar lembaga pengadilan untuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk nota
pemeriksaan dan/atau surat pernyataan kesanggupan pemenuhan
ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Repressive Justicia
Merupakan upaya paksa melalui lembaga pengadilan dengan
melakukan proses penyidikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan selaku
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Sesuai dengan tahapan di atas, apabila upaya Preventive Educative
dan repressive non justicia tidak berhasil maka langkah terakhir adalah
upaya repressive justicia. Dengan adanya tindak pidana
ketenagakerjaan, maka pengawas ketenagakerjaan selaku PPNS dapat
melakukan upaya hukum dari penyidikan sampai dengan dibawa ke
pengadilan sesuai dengan kewenangan sesuai peraturan yang berlaku.
Pada sisi lain terdapat faktor sosiologis yang melatar belakangi
penegakan hukum ketenagakerjaan yang masuk ke dalam salah satu
layanan pengawasan ketenagakerjaan. Hingga saat ini, secara
institusional kita masih menghadapi masalah ketenagakerjaan yang
cukup berat dan komplek, khususnya permasalahan di bidang
penegakan hukum ketenagakerjaan antara lain :
a. Masih banyaknya pelanggaran di bidang ketenagakerjaan yang
dilakukan oleh perusahaan
b. Perbedaan persepsi dalam penanggulangan permasalahan dibidang
ketenagakerjaan.
c. Kurangnya keberanian dari pengawas ketenagakerjaan khususnya
Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam proses represif justisia
d. Masih kurangnya koordinasi antar aparat penegak hukum dalam
pelaksanaan penegakan hukum ketenagakerjaan
Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 3
Untuk itu diperlukan adanya upaya yang terus-menerus dan
berkesinambungan guna memecahkan kondisi tersebut diatas, maka
diperlukan upaya antara lain meningkatkan pelayanan pengawasan
ketenagakerjaan yang meliputi pembinaan, pemeriksaan, pengujian dan
penyidikan. Oleh karena itu, di tahun 2022 dilaksanakan kegiatan
Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan pada Program
Pengawasan Ketenagakerjaan.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dari kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan
Ketenagakerjaan sub kegiatan Penegakan Hukum Ketenagakerjaan di
Perusahaan adalah untuk menjamin pelaksanaan norma
ketenagakerjaan agar memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang dipersyaratkan. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah
perlindungan terhadap pelaksanaan norma ketenagakerjaan, guna
memberikan kepastian hukum dalam upaya peningkatan kesejahteraan
pekerja di Jawa Tengah.

D. SASARAN DAN RUANG LINGKUP


Yang menjadi sasaran pada kegiatan ini adalah kasus / aduan yang
disampaikan oleh masyarakat pekerja terhadap perusahaan-perusahaan
dengan upaya penanganan kasus dalam rangka penegakan hukum
ketenagakerjaan demi kepastian hukum ketenagakerjaan serta upaya
Pro Justitia yang dilakukan terhadap perusahaan yang tidak
mengindahkan pembinaan yang cukup oleh pengawas Ketenagakerjaan.

E. INDIKATOR KINERJA
Secara umum kegiatan yang direncanakan di dalam satuan kerja
Tahun 2022 pada Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan ini pada
dasarnya dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya tujuan
penegakan hukum ketenagakerjaan secara konsisten dan teratur, untuk
itu ditetapkanlah indikator kinerja guna menilai efektifitas pencapaian
sasaran kegiatan dimaksud, sebagai berikut :

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 4


1. Masukan
Tersedianya dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022 untuk
Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan sebesar
Rp. 775.000.000,- (Tujuh Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah).
2. Keluaran
Dari masukan yang berupa tersedianya anggaran sejumlah
tersebut diatas, maka diharapkan terlaksananya :
 BAP Tindak Pidana Ketenagakerjaan sebanyak 4 kasus
 Jumlah penanganan kasus ketenagakerjaan sebanyak 270 kasus
 Rakor Penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan yang di ikuti 90
orang
 FGD penanganan kasus ketenagakerjaan yang di ikuti 120 orang.
3. Hasil
Dari kegiatan ini diharapkan terjadinya presentase penurunan
pelanggaran norma ketenagakerjaan hingga 86,21%.
4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah
ketenangan kerja di perusahaan dan adanya kepastian hukum.
5. Dampak
Sedangkan dampak kegiatan ini adalah terlindunginya /
terpenuhinya hak-hak normatif tenaga kerja.

F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan
adalah kegiatan penanganan kasus / aduan ketenagakerjaan yang
bersumber dari laporan mayarakat, atensi dari stakeholder dan tindak
lanjut pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan, kegiatan ini juga
memungkinkan sampai dengan upaya represif justisia (pembuatan
Berita Acara Pro Justicia). Kegiatan ini dilakukan oleh Tim yang terdiri
dari pengawas ketenagakerjaan maupun staf. Adapun sasaran kegiatan
ini sejumlah 270 (dua ratus tujuh puluh) aduan/kasus, perusahaan di 35
Kabupaten/Kota se- Jawa Tengah, peningkatan kapasitas pengawas
ketenagakerjaan sebanyak 120 (seratus dua puluh) orang pengawas
Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 5
dengan penyelenggaraan FGD (Focus Group Discussion), peningkatan
koordinasi antar aparat penegak hukum sebanyak 90 (sembilan puluh)
orang dan proses berita acara pro justisia (BAP) sebanyak 4 (empat)
kasus.

G. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Kegiatan penanganan kasus ketenagakerjaan dilaksanakan di 35
Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah
2. Penyelenggaraan Focus Group Discussion Penanganan Kasus di
Semarang
3. Rapat Koordinasi Penyidikan di Semarang
4. Proses Berita Acara Pro Justisia di salah satu Kabupaten / Kota di 35
Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah

H. PELAKSANA/ PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Penanggung Jawab Kegiatan adalah Kepala Bidang Pengawasan
Ketenagakerjaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan pelaksana
terdiri Kepala Seksi Penegakan Hukum Ketenagakerjaan selaku Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan, Pengawas Ketenagakerjaan dan Staf di
lingkungan Seksi Penegakan Hukum Ketenagakerjaan sebagai pelaksana
serta Pelaksana di daerah adalah Pengawas Ketenagakerjaan.

I. JADWAL KEGIATAN
1. Persiapan : Januari 2022
2. Pelaksanaan : Januari s/d Desember 2022
3. Pengendalian : Januari s/d Desember 2022
4. Monitoring : Januari s/d Desember 2022
5. Evaluasi dan Pelaporan : Desember 2022

J. BIAYA :
Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2022
dengan biaya untuk sub Penegakan Hukum Ketenagakerjaan di
Perusahaan sebesar Rp. 775.000.000 (Tujuh Ratus Tujuh Puluh Lima
Juta Rupiah). Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Terlampir.
Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 6
J. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kegiatan (KAK), Kegiatan
Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan sub kegiatan Penegakan
Hukum Ketenagakerjaan di Perusahaan Tahun 2022 ini disusun untuk
dapat digunakan sebagai mestinya.

Semarang,
Mengetahui :

KEPALA DINAS
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KEPALA BIDANG
PROVINSI JAWA TENGAH PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Ir. SAKINA ROSELLASARI, Msi,Msc MUMPUNIATI, SH, MM


Pembina Utama Muda Pembina
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19710520 199403 2 010

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 7


Lampiran

Kak peeegakan Hukum ketegakerjaan 2022 8


KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN
PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
PROGRAM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


Jl. Pahlawan Nomor 16 Telp. (024) 8311713, Fax. (024) 8311711

SEMARANG
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN NORMA KERJA

PROGRAM : Program Pengawasan Ketenagakerjaan


SASARAN PROGRAM : Tujuan dari diadakannya Kegiatan Pengawasan dan
Pembinaan Norma Kerja:
1. Peningkatan kepatuhan terhadap pelaksanaan
norma ketenagakerjaan, guna memberikan
perlindungan tenaga kerja dan peningkatan
kesejahteraan pekerja di Provinsi Jawa Tengah.
2. Peningkatan perlindungan penempatan tenaga
kerja guna memberikan kepastian hukum dalam
upaya pencegahan terjadinya kasus.
3. Peningkatan perlindungan tenaga kerja melalui
penghapusan diskriminasi di tempat kerja guna
menciptakan kesetaraan gender dan mengurangi
kesenjangan gender di tempat kerja.
4. Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber
daya manusia dalam pelayanan dan pengolahan
data di bidang pengawasan ketenagakerjaan.
5. Peningkatan perlindungan hak anak dan
pemenuhan akses pendidikan, khususnya
penghapusan pekerja anak pada BPTA melalui
melakukan intervensi langsung pada pengurangan
pekerja anak melalui program pengembangan
penanganan, penanggulangan dan penghapusan
pekerja anak pada Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk Anak secara bertahap.
6. Mengimplementasikan program Rencana Aksi
Provinsi (RAP) PBPTA sesuai Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2008 dan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Pekerja Anak.
KEGIATAN : Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan

1
A. LATAR BELAKANG
Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang–undangan di bidang
ketenagakerjaan, yaitu suatu bidang yang substansinya adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan
sesudah masa kerja.
Ketentuan dasar (dasar hukum) yang digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan Pengawasan dan Pembinaan Norma
Ketenagakerjaan adalah mencakup segala ketentuan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi
Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950
Halaman 86-92).
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan
Perburuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1951).
3. Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1957 tentang Ratifikasi Konvensi
ILO Nomor 100 tentang Pengupahan yang sama Bagi Pekerja Laki Laki
dan Wanita untuk Pekerjaan yang sama nilainya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 171 Tahun 1957).
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga
Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 8).
5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1961 tentang Pengesahan Konvensi
ILO Nomor 106 mengenai Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan
Kantor-Kantor (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
1961).
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970).
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 1981).
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
ILO Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1984,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277).
9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO

2
Convention Nomor 138 mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan
Bekerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3835).
10. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi
ILO Nomor 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836).
11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang pengesahan Konvensi
ILO Nomor 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera
Penghapusan bentuk–bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3941).
12. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2000,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989).
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2002,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235).
14. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279).
15. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi
ILO Nomor 81 Tahun 1947 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan
Dalam Industri dan Perdagangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 91 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4309).
16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).
17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 242
Tahun 2017).
18. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional.
19. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan

3
Tenaga Kerja Asing.
20. Keputusan Presiden R.I. Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Konvensi Hak Anak.
21. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
22. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan
23. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
24. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor: 09 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Dinas Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.
25. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Pekerja Anak.

B. PERMASALAHAN
Seperti telah diutarakan di muka bahwa tugas pokok dan fungsi
Pengawas Ketenagakerjaan adalah dari pembinaan yang bersifat persuasif
edukatif sampai dengan penegakan hukum ketenagakerjaan, terutama
yang terkait dengan aspek perlindungan hak-hak tenaga kerja. Sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya, terutama
produktivitas tenaga kerja, di samping untuk terkondisinya ketenangan
kerja dan pertumbuhan usaha. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi ini,
sebagaimana telah ditetapkan didalam Pasal 176 dan Pasal 180 Undang-
undang Nomor 13 tahun 2003 jo Pasal 3 Undang-undang Nomor 3 tahun
1951, yang antara lain meliputi:
a. Mengawasi berlakunya Undang-Undang dan Peraturan Perburuhan
pada khususnya.
b. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan soal-soal hubungan kerja dan
keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat
undang-undang dan peraturan-peraturan perburuhan.
c. Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan kepadanya dengan
undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya.
Di dalam melaksanakan pengawasan ketenagakerjaan, Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan memeriksa semua unsur atau obyek
pengawasan yang harus diawasi sebagaimana hal ini diatur lebih lanjut di

4
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Pengawasan Terpadu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, yang mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan menjadi urusan wajib bagi
Pemerintah Provinsi. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka
menjadi tugas pokok Pemerintah Provinsi untuk melaksanakannya,
termasuk didalamnya Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan, dengan
pembagian kewenangan pada skala tingkatan Pemerintah Provinsi. Oleh
karena itu Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan di Pemerintah Daerah
Provinsi, mempunyai tugas dan fungsi yang bersifat skala Provinsi,
disamping melakukan fungsi pengawasan ketenagakerjaan kepada
perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah Jawa Tengah guna
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dari kegiatan Pengawasan Ketenagakerjaan
adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan norma ketenagakerjaan guna
peningkatan kepatuhan pelaksanaan norma ketenagakerjaan dan
norma penempatan tenaga kerja agar memenuhi norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan serta untuk meningkatkan
perlindungan pekerja perempuan di tempat kerja.
2. Untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia
dalam pelayanan dan pengolahan data di bidang pengawasan
ketenagakerjaan.
3. Untuk mengembalikan anak ke sekolah sebagai upaya menangani dan
menanggulangi serta menghapuskan pekerja anak pada bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk di Jawa Tengah dalam pengawasan norma kerja
perempuan dan anak.
Sedangkan tujuan dari kegiatan Pengawasan Ketenagakerjaan
adalah:
1. Perlindungan terhadap pelaksanaan norma ketenagakerjaan dan
norma penempatan tenaga kerja serta perlindungan pekerja
perempuan di tempat kerja, guna memberikan kepastian hukum dalam
upaya peningkatan kesejahteraan pekerja di Jawa Tengah.

5
2. Peningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia dalam
pelayanan dan pengolahan data di bidang pengawasan
ketenagakerjaan.
3. Melakukan intervensi langsung pada pengurangan pekerja anak
melalui program pengembangan penanganan, penanggulangan dan
penghapusan pekerja anak pada Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk
Anak secara bertahap dalam perlindungan norma kerja perempuan
dan anak.
4. Mengimplementasikan program Rencana Aksi Provinsi (RAP) PBPTA
sesuai Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2008 dan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Pekerja Anak.

D. SASARAN DAN RUANG LINGKUP


Sasaran pada kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan
Ketenagakerjaan adalah :
1. Perusahaan-perusahaan di Kabupaten/Kota dengan jumlah perusahaan
yang diawasi sebanyak 900 perusahaan baik perusahaan kecil,
menengah dan besar.
2. Pekerja anak yang akan dikembalikan ke dunia pendidikan melalui
Kegiatan Penarikan Pekerja Anak ke Dunia Pendidikan (PPA-P) dengan
kriteria, yaitu :
a. Yang bersangkutan pekerja anak;
b. Berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin;
c. Tidak Sekolah
d. Usia anak 13 s.d 17 tahun
e. Mempunyai ID Keluarga dan atau ID Individu Anak.
f. Jumlah pekerja anak yang akan dikembalikan ke dunia pendidikan
untuk masing-masing Kabupaten/Kota minimal 60 anak, karena
diharapkan setiap Kabupaten/Kota dapat menyelenggarakan
pendampingan antara 2 s/d 3 shelter (60 anak).
3. Desiminasi penghapusan diskriminasi di tempat kerja dengan peserta
60 perusahaan.
4. Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia dalam
pelayanan melalui rakor pengawasan ketenagakerjaan dengan pserta

6
80 orang dan pengolahan data di bidang pengawasan ketenagakerjaan
dengan peserta 20 orang.
5. Pemeriksaan terhadap 50 P3MI/Kancab P3MI dan lembaga
penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri lainnya;
6. Pemeriksaan terhadap 70 perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing;

E. INDIKATOR KINERJA
Secara umum kegiatan yang direncanakan di dalam satuan kerja
Tahun 2022 pada Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan ini pada dasarnya
dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya tujuan dilakukannya
pengawasan ketenagakerjaan yakni perlindungan hak-hak normatif pekerja
secara konsisten dan teratur serta pemenuhan akses pendidikan, untuk itu
ditetapkanlah indikator kinerja guna menilai efektifitas pencapaian sasaran
kegiatan dimaksud, sebagai berikut:
1. Masukan
Tersedianya dana APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022 untuk Sub
Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Norma Kerja di Perusahaan pada
Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan sebesar Rp.
2.800.000.000,- (Dua Milyar Delapan Ratus Juta Rupiah).

2. Keluaran
 Meningkatnya jumlah perusahaan yang dilakukan pengawasan dan
pemeriksaan norma ketenagakerjaan sebanyak 775 perusahaan.
 Jumlah pekerja anak yang ditarik dari dunia kerja dikembalikan ke
dunia sekolah sebanyak 60 anak di 3 kab/kota.
 Jumlah perusahaan yang mengikuti Desiminasi Penghapusan
Diskriminasi di Tempat Kerja sebanyak 60 perusahaan.
 Jumlah petugas administrasi teknis pengawasan yang memahami
pengolahan data pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 20
orang.
 Jumlah peserta yang mengikuti rapat koodinasi (rakor)
pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 160 orang.
 Pemeriksaan dan Pengawasan Perusahaan Penempatan Pekerja
Migran Indonesia (P3MI) di 50 perusahaan.
 Pemeriksaan dan pengawasan terhadap perusahaan penempatan

7
tenaga kerja asing di 80 perusahaan.

3. Hasil
 Meningkatnya pelayanan pengawasan ketenagakerjaan, melalui
pemeriksaan perusahaan sebanyak 775 (tujuh ratus tujuh puluh
lima) perusahaan.
 Pemenuhan akses pendidikan sebanyak 60 (enam puluh) orang
anak di 3 kab/kota.
 Meningkatnya penghapusan diskriminasi di tempat kerja di 60
(enam puluh) perusahaan.
 Meningkatnya kompetensi pelayanan pengawasan
ketenagakerjaan melalui rakor pengawasan ketenagakerjaan
sebanyak 160 (seratus enam puluh) orang peserta rakor.
 Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia dalam
pengolahan data pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 20 (dua
puluh) orang.
 Pengawasan di 80 (tujuh puluh) perusahaan pengguna tenaga
kerja asing.
 Pengawasan di 50 (lima puluh) Perusahaan Penempatan Pekerja
Migran Indonesia (P3MI).

4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah
ketenangan kerja di perusahaan dan adanya kepastian hukum dalam
pelaksanaan norma ketenagakerjaan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengurangan pekerja anak
dan penarikan pekerja anak pada bentuk pekerjaan terburuk di Jawa
Tengah dalam mengimplementasikan perlindungan norma kerja
perempuan dan anak. Beserta Meningkatkan Ketertiban rekruitmen
dalam rangka penempatan TKI, penempatan TKA yang sesuai
peraturan perundangan.

5. Dampak
Sedangkan dampak kegiatan ini adalah terlindunginya / terpenuhinya
hak-hak normatif tenaga kerja agar dalam pelaksaan norma

8
ketenagakerjaan di perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan meningkatnya perlindungan terhadap
hak-hak perempuan dan anak. Beserta meningkatkan perlindungan
dan ketertiban penempatan TKI baik di dalam negeri maupun di luar
negeri dan terawasinya perusahaan pengguna Tenaga Kerja Asing
(TKA).

F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


Penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan, adalah kegiatan
pemeriksaan dan pengawasan perusahaan secara menyeluruh. Kegiatan ini
dilakukan pegawai pengawas ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah baik
yang berada di Semarang maupun yang berada di masing-masing Satuan
Pengawasan Ketenagakerjaan di 6 (enam) wilayah eks-bakorwil yaitu
Semarang, Pati, Pekalongan, Magelang, Surakarta dan Banyumas. Dari
kegiatan ini diharapkan dapat tercapai keseragaman penerapan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan. Untuk itu, perusahaan prioritas
sasaran kegiatan adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja di atas
50 orang. Adapun sasaran kegiatan ini sejumlah 775 perusahaan di 35
Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, penghapusan diskriminasi di tempat
kerja di 60 (enam puluh) perusahaan dengan mengadakan Seminar atau
Webinar, peningkatan kompetensi pelayanan pengawasan ketenagakerjaan
melalui rakor pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 160 (seratus enam
puluh) orang peserta rakor pengawasan ketenagakerjaan melalui video
conference dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam
pengolahan data pengawasan ketenagakerjaan sebanyak 20 (dua puluh)
orang melalui bimbingan teknis secara langsung atau daring. Sedangkan
penarikan pekerja anak untuk dikembalikan ke dunia pendidikan
dilaksanakan dengan pendampingan di shelter dengan melalui pentahapan
dengan verifikasi data yang ada kemudian dilakukan Home Visit oleh
Pendamping yang sudah direkrut dan melalui pelatihan pendamping.
Pendampingan di shelter dilakukan selama 15 hari untuk diberikan motivasi
dan pendidikan oleh Pendamping dan Tutor. Masing-masing pendamping
mendampingi 10 pekerja anak dan pada akhir kegiatan pendamping akan
merekomendasikan pekerja anak untuk lanjutan pendidikan. Hasil
rekomendasi menjadi bahan bagi Dinas terkait untuk melakukan program

9
intervensi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Serta pelaksanaan
pengawasan penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri
dilaksanakan dengan cara pemeriksaan dan pengawasan sejumlah 80
(delapan puluh) perusahaan pengguna tenaga kerja asing (TKA) dan
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia 50 (lima puluh)
perusahaan.

G. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


 Pemeriksaan norma kerja di 775 perusahaan di Jawa Tengah.
 Pemeriksaan 80 (tujuh puluh) perusahaan pengguna tenaga kerja
asing di Jawa tengah.
 Pemeriksaan Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia
(P3MI) di 50 (lima puluh) perusahaan di Jawa Tengah.
 Penarikan pekerja anak sebanyak 60 anak di 3 Kab/Kota.
 Kegiatan Seminar / Webinar Penghapusan Diskriminasi di tempat kerja
di Kota Semarang
 Pelatihan data pengawasan di Kota Semarang
 Rakor Pengawasan Ketenagakerjaan di Kota Semarang.

H. PELAKSANA/ PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Penanggung Jawab Kegiatan adalah Kepala Bidang Pengawasan
Ketenagakerjaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan pelaksana
Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi baik yang berada di Semarang
maupun yang berada di Satuan Pengawasan Ketenagakerjaan di 6 (enam)
wilayah eks-bakorwil yaitu Semarang, Pati, Pekalongan, Magelang,
Surakarta dan Banyumas. Adapun, penarikan pekerja anak dengan
pelaksana terdiri dari Ketua Kepala Seksi Pengawasan Norma Kerja selaku
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Sekretaris dilaksanakan oleh
koordinator yang menangani kegiatan, dan Anggota adalah Staf di
lingkungan seksi Pengawasan Norma Kerja dan Pelaksana di daerah adalah
Bidang Pengawasan di lingkungan Dinas yang membidangi
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.

10
I. JADWAL KEGIATAN
1. Persiapan : Januari s/d Februari 2022
2. Pelaksanaan : Februari s/d Nopember 2022
3. Pengendalian : Februari s/d Desember 2022
4. Monitoring dan Evaluasi : Januari s/d Desember 2022
5. Pelaporan : Desember 2022

J. BIAYA :
Kegiatan Penyelenggaraan Pengawasan Ketenagakerjaan dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2021 dengan
biaya untuk Sub Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Norma Kerja di
Perusahaan sebesar Rp. 2.800.000.000,- (Dua Milyar Delapan Ratus Juta
Rupiah). Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) terlampir.

J. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Penyelenggaraan
Pengawasan Ketenagakerjaan Sub Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan
Norma Kerja di Perusahaan Tahun 2022 ini disusun untuk dapat digunakan
sebagai mestinya.

Semarang,
Mengetahui :

KEPALA DINAS KEPALA BIDANG


TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
PROVINSI JAWA TENGAH

Ir. SAKINA ROSELLASARI, MSi,MSc MUMPUNIATI, SH,MM


Pembina Utama Muda Pembina Tk. I
NIP. 19660821 199303 2 006 NIP. 19710520 199403 2 010

11
Lampiranz

12

Anda mungkin juga menyukai