Anda di halaman 1dari 8

Psikologi Belajar

Ratna Mustika Handayani, M.Psi., Psikolog.


Gestalt

• Pertama kali dikemukakan oleh Max Wertheimer pada tahun 1912,


bersama rekannya Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Pada dasarnya
mereka memiliki kontribusi masing-masing dalam psikologi gestalt,
namun mereka memiliki sudut pandang/ ide-ide yang sama mengenai
proses belajar yang kemudian disebut sebagai Psikologi Gestalt.
• Berawal dari perjalanan Wertheimer saat naik kereta menuju Rhineland
“jika dua cahaya berkedip-kedip (hidup & mati) akan memberi kesan
bahwa satu cahaya sedang bergerak maju mundur.”
• Kesimpulan Wertheimer dari kesan tersebut adalah jika mata melihat
stimuli dengan cara tertentu, penglihatan itu akan memberi ilusi gerakan
(phi phenomenon) yaitu Perasaan adanya gerakan muncul dari kombinasi
kedua elemen (cahaya hidup & cahaya padam).
• Aliran Gestalt yakin bahwa “walaupun pengalaman psikologis berasal
dari elemen sensoris/ indrawi namun pengalaman itu berbeda dengan
elemen sensoris itu sendiri, artinya apa yang ditangkap oleh indra tidak
sepenuhnya dapat menjelaskan fenomena yang sebenarnya terjadi.
Gestalt
• “Apa yang me-mediasi pengalaman indrawi untuk
dapat menjelaskan fenomena yang sebenarnya
terjadi?”  organisme menambahkan “sesuatu”
pada pengalaman, dimana “sesuatu” itu adalah
kecenderungan individu untuk menata atau
mengorganisasikan hal-hal yang ia peroleh melalui
pengalaman indrawi (peran aktif fungsi otak).
• Gestalt yakin bahwa “organisme tidak melihat stimuli
secara terpisah-pisah, namun stimuli tersebut
dikelompokkan/ diorganisasikan/ditata hingga
menjadi sesuatu yang bermakna.”
• Gestalt artinya melihat segala sesuatu secara
menyeluruh hingga menjadi sesuatu yang bermakna.
Konsep Teoritis Utama --Teori Medan Psikologi--

• Medan (field) adalah “sistem yang saling terkait secara dinamis,


dimana setiap bagiannya saling mempengaruhi satu sama lain. Tak
ada yang bermakna jika ia terpisah-pisah.”
• Teori Medan Psikologi menyatakan bahwa “Apa pun yang terjadi
dalam diri seseorang akan mempengaruhi segala sesuatu dalam diri
individu tsb”  Artinya: perilaku manusia pada waktu tertentu akan
ditentukan oleh beberapa fakta psikologis (pengalaman yang
disadari) pada waktu tertentu.”
Misal:
1. Anda pernah memiliki pengalaman jika membeli barang dengan
jenis & kualitas yang sama di Toko A lebih murah dari pada di Toko B,
maka selanjutnya anda akan lebih memilih Toko A sebagai tempat
berbelanja.
2. Disela-sela jam kuliah, Anda merasa lapar dan ingin makan bakso.
Maka dalam menentukan tempat makan akan tergantung pada
pengalaman anda sebelumnya (warung bakso yang enak dimana,
harganya terjangkau atau tidak dengan uang yang sedang anda miliki
saat ini, jaraknya terjangkau atau tidak untuk anda datangi).
Konsep Teoritis Utama
--Teori Medan--
• Hal-hal yang dialami secara sadar itu lah yang
akan mepengaruhi perilaku.
• Segala sesuatu yang pernah dialami individu di
masa lalu, terlebih dahulu harus disadari untuk
bisa mempengaruhi perilakunya saat ini.
• Perubahan-perubahan dalam fakta psikologis
(pengalaman yang disadari) akan mepengaruhi
seluruh ruang kehidupan individu ybs.
Konsep Teoritis Utama --Nature vs Nurture--

• Natur vs Nurture menggambarkan perbedaan pendapat antara aliran Behavioris


dengan aliran Gestalt dalam memaknai peran fungsi otak pada proses belajar.
• Behavioris menyatakan bahwa otak merupakan penerima pasif dan gudang
penyimpanan informasi atas pengalaman-pengalaman seorang individu.
Sehingga, isi pikiran & sifat manusia ditentukan oleh penglaman-penglamannya
(Nurture).
• Gestalt menyatakan bahwa otak beperan aktif terhadap informasi sensoris
(informasi/ pengalaman yang diterima oleh indera). Otak memiliki sifat alami
(Nature) yakni selalu melakukan penataan agar informasi-informasi sensoris
tersebut menjadi bermakna setelah diproses oleh otak.
• Kemampuan otak untuk menata dan memberi makna terhadap informasi-
informasi tsb merupakan “sifat alami” otak (bukan sesuatu yang dipelajari).

Pengalaman indrawi  otak (menerima & mengorganisasi/ menata informasi


secara menyeluruh)  pengetahuan (informasi yang bermakna)  Respon.
Konsep Teoritis Utama –Hukum Pragnanz--

• Hukum Pragnanz merupakan salah satu prinsip persepsi.


• Hukum Pragnanz pada intinya menyatakan bahwa setiap kejadian
psikologis memiliki kecenderungan untuk menjadi sederhana, lengkap,
dan bermakna.
• Prinsip persepsi yang terkait langsung dengan proses belajar dan
memori adalah “Priciple of Closure” yakni setiap individu memiliki
kecenderungan untuk menyelesaikan pengalaman yang belum lengkap
agar menjadi bermakna.
• Dalam hal ini, otak berperan aktif untuk menata agar pengalaman-
pengalaman sensoris (indrawi) yang diterima individu menjadi lengkap
dan bermakna.
Misal: Saat kita melihat gambar lingkaran dengan garis putus-putus, maka
kita cenderung memaknainya sebagai lingkaran yang utuh.
 Gambar lingkaran putus-putus (merupakan informasi/pengalaman yang
diterima oleh indrawi).
 Gambar lingkaran utuh (merupakan pengalaman secara sadar yang
dimunculkan oleh otak ).
Insightful Learning
• Insighful Learning dalam sudut pandang Gestalt mirip dengan
trial & eror (namun bukan secara behavioral dengan melakukan
banyak respon), tapi trial & eror secara kognitif.
• Prinsip dari insightful learning yaitu “Saat menghadapi suatu
problem (stimulus), organisme akan berpikir untuk
mempertimbangkan berbagai solusi yang berbeda-beda hingga
salah satu solusi dianggap mampu memecahkan problem tsb.”

4 karakteristik Insightful Learning:


1. Transisi dari prasolusi ke solusi terjadi secara mendadak dan
komplit.
2. Solusi yang diperoleh melalui insightful learning ini biasanya
bebas dari kekeliruan.
3. Solusi tsb akan diingat dalam waktu lama.
4. Mudah diaplikasikan ke permasalahan-permasalahan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai