Anda di halaman 1dari 3

Bab 1

Metode Filsafat

Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha” berarti melalui , dan “Hodos” artinya cara,
jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta,
bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud” Jadi,
dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran tercapai sesuai
Metode ilmiah adalah suatu prosedur atau tata cara sistematis yang digunakan para ilmuwan untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.[1] Metode ilmiah
melibatkan pengamatan dan pengukuran yang cermat, pelaksanaan eksperimen, pengujian, dan
modifikasi hipotesis.dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Proses dalam metode ilmiah
melibatkan membuat dugaan (penjelasan hipotesis), menurunkan prediksi dari hipotesis
sebagai konsekuensi logis, dan kemudian melakukan eksperimen atau
pengamatan empiris berdasarkan prediksi tersebut.

metode filsafat itu adalah sebuah cara atau prosedur bagaimana orang itu berpikir filsafat yang dengan
cara tersebut bisa sampai pada tujuan filsafat itu sendiri.

Terdapat beberapa metode-metode yang digunakan dalam berfilsafat, seperti metode kritis, intuitif,
skolastik, matematis, empiris-eksperimental, transcendental, dialektis, fenomenologis eksistensialisme,
dan analitika bahasa.

1. Metode Kritis

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Socrates dan Plato. Prinsip dasar
dari metode ini adalah analisis atas istilah dan berbagai pendapat. Berdasarkan prinsip
dasar ini, filsafat dipahami sebagai suatu penafsiran yang menjelaskan sekaligus
mempertentangkan keyakinan. Dengan jalan mempertanyakan (berdialog),
membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, hingga kemudian ditemukan
hakekatnya
2. Metode Intuitif

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Plotinos dan Bergson. Metode ini
pada dasarnya bersandar pada instropeksi intuitif dengan menggunakan simbol-simbol
untuk membersihkan intelek sehingga kemudian tercapailah suatu penerangan dalam
pikiran manusia. Menurut Bergson dengan jalan pembaharuan antara kesadaran dan
proses perubahan, tercapailah pemahaman langsung mengenai kenyataan.

3. Metode Skolastik

Dalam sejarahnhya metode ini banyak dipakai oleh Aristoteles dan Thomas Aquinas
pada abad pertengahan. Metode ini pada prinsipnya bersifat sintetis-deduktif. Dengan
bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya
kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan.

4. Metode Matematis

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Descrates dan para pengikutnya.
Metode ini dimulai dengan analisa terhadap hal-hal yang bersifat kompleks. Berdasarkan
intuisi mengenai hakekat-hakekat sederhana, kemudian dari hakekat-hakekat ini
dideduksikan secara matematis dengan segala pengertian lainnya.
5. Metode Empiris

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Hobbes, John Locke, Berkeley, dan
Hume. Metode ini memiliki pijakan pada sikap bahwasannya hanya pengalamanlah
(emperia) yang dapat menyajikan pengertian yang benar. Maka dari itu semua
pengertian atau ide-ide dalam instrospeksi dibandingkan dengan kesan-kesan (impressi)
dan kemudian disusun bersama-sama secara geometris.

6. Metode Transendental

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Immanuel Kant dan beberapa
kelompok neo-skolastik. Metode ini pada dasarnya memiliki titik tolak dari pengertian
tertentu, dengan jalan analisa, kemudian diselidiki syarat-syarat a priori bagi pengertian
sedemikian. Metode transendental ini menurut Thomas Aquinas adalah jalan agama
atau jalan kefilsafatan untuk dapat menemukan makna kesatuan, kebaikan atau
kebenaran.

7. Metode Dialektis

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Hegel dan Karl Marx. Metode ini
pada prinsipnya mengikuti dinamika alamiah menurut triadik: tesis, antitesis dan sintesis
sehingga kemudian dapat dicapai sebuah hakekat kenyataan.

8. Metode Fenomenologis

Dalam sejarahnya metode ini banyak digunakan oleh Edmund Husserl dan beberapa
kelompok eksistensialisme. Metode ini pada dasarnya melakukan pemangkasan secara
sistematis terhadap hal-hal yang dianggap tidak signifikan. Diharapkan dari
pemangkasan ini filosof kemudian sampai pada kesadaran hakiki.

9. Metode Analitika Bahasa


Metode ini dipergunakan oleh Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, G.E. Moore dan
Gottlob Frege. Metode ini pada prinsipnya melakukan penemuan kebenaran melalui
analisis logika formal dan filsafat bahasa. Metode ini bertujuan menemukan kejelasan
argumentatif dalam bahasa kefilsafatan

Anda mungkin juga menyukai