Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ANTIOKSIDAN”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
RISKI AGUS SALIM SIMANJUNTAK (2020700005)
NURIL AULIYAH HARAHAP (202070000 )

PRODI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Padangsidimpuan, Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................4

A. Pengertian antioksidan..............................................................................................................4

A. Sumber antioksidan...................................................................................................................5

Yang Perlu Diketahui tentang Suplemen Antioksidan.......................................................................6

B. Penggolongan antioksidan berdasarkan sumbernya.................................................................7

a. Antioksidan alami..................................................................................................................7

b. Antioksidan sintetik...............................................................................................................7

C. Penggolongan antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya..................................................7

Antioksidan primer........................................................................................................................8

Antioksidan Sekunder....................................................................................................................8

Antioksidan Tersier........................................................................................................................8

D. Metode pengujian antioksidan..................................................................................................8

Metode DPPH................................................................................................................................8

Metode CR.....................................................................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................10

A. KESIMPULAN............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk mengikat radikal bebas, mencegah
kerusakan yang ditimbulkan dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan kondisi ketidakseimbangan
antara produksi Reactive Oxygen Species (ROS) atau senyawa radikal bebas dengan antioksidan,
dimana jumlah senyawa radikal bebas lebih banyak dari pada jumlah antioksidan dalam tubuh. Maka
dibutuhkan tambahan antioksidan yang cukup karena stres oksidatif yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan dan kematian sel. Antioksidan secara kimia diartikan sebagai senyawa pemberi elektron
(elektron donor). Secara biologis, antioksidan diartikan sebagai senyawa yang mampu menangkal atau
meredam radikal bebas. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang memiliki sifat oksidan (mengandung radikal bebas) sehingga aktivitasnya dapat di
hambat Winarti, 2010 dalam Sayuti (2015). Antioksidan merupakan senyawa yang memiliki peranan
penting dalam menjaga kesehatan karena dapat menangkap molekul radikal bebas sehingga
menghambat reaksi oksidatif dalam tubuh, yang merupakan penyebab dari berbagai penyakit.
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu antioksidan alami dan sintetik.
Antioksidan alami bersumber dari tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buahbuahan. Antioksidan
sintetik yaitu butyl hidroksilanisol (BHA), butil hidroksittoluen (BHT), propilgallat, dan etoksiquin
Antioksidan juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan enzimatis dan non enzimatis.
Contoh antioksidan enzimatis adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation
peroksidase (Sayuti, 2015). Contoh antioksidan non enzimatis adalah antioksidan larut air (polar) dan
larut lemak (non polar). Contoh-contoh antioksidan polar adalah vitamin C, zat-zat logam, dan
polifenol. Lalu, contoh dari antioksidan non polar adalah vitamin E atau tokoferol, flavonoid, dan
karotenoid (Sayuti, 2015). Ada dua macam pengukuran nilai antioksidan yaitu, nilai aktivitas
antioksidan dan nilai total antioksidan. Perbedaan jenis pengukuran tersebut juga diuji dengan metode
yang berbeda juga. Nilai aktivitas antioksidan biasanya diuji dengan metode DPPH (2,2- diphenyl
picrylhydrazyl), CUPRAC (Cupric Ion Reducing Antioxidant Capacity), FIC (Ferrous Ion Chelating)
dan ABTS (2,2’-Azinobis[3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid]-diammonium salt). Sedangkan,
nilai total antioksidan diuji dengan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) dan
Fosfomolibdate. Dalam review yang dilakukan oleh Meilinawati (2020), dikatakan jika metode
DPPH, CUPRAC dan FRAP merupkan metode yang cukup efektif dalam kemampuannya menguji
nilai antioksidan pada suatu bahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Antioksidan?

2. Apa Manfaat Antioksidan?


BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan
pangan. Penggunaan meliputi bahan, antara lain lemak hewani, minyak nabati, produk pangan
dengan kadar lemak tinggi, produk pangan berkadar lemak rendah, produk daging, produk
ikan, dan produk-produk lain. Antioksidan sintetik antara lain butil hidroksilanisol, butil
hidroksitoluen, propil gallat, dan etoksiquin. Sifat-sifat kimia : sifat-sifat kimia pada
antioksidan antara lain sinergisme dapat diartikan sebagai peranan gabungan antara dua atau
lebih agensia sedemikian rupa sehingga masing-masing agensi bila tanpa dilakukan
penggabungan. Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah ketengikan bahan diantaranya
secara inhibitor dan pemecah peroksida. Efek terhadap kesehatan : penggunaan antioksidan
secara berlebihan menyebabkan lemah otot, mual-mual, pusing-pusing, dan kehilangan
kesadaran; sedangkan penggunaan dosis rendah secara terus-menerus menyebabkan tumor
kandung kemih, kanker sekitar lambung, dan kanker paru.

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses


oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas,
sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Antioksidan seperti tiol atau asam
askorbat (vitamin C) mengakhiri reaksi berantai ini. Untuk menjaga keseimbangan tingkat
oksidasi, tumbuhan dan hewan memiliki suatu sistem yang kompleks dari tumpangsuh
antioksidan, seperti glutation dan enzim (misalnya: katalase dan superoksida dismutase) yang
diproduksi secara internal atau dapat diperoleh dari asupan vitamin C, vitamin A dan vitamin
E.
Antioksidan secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang
mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah.  Antioksidan juga sesuai didefinisikan
sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen
reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh
maupun faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena
memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam
makromolekul biologi. Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan
sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan
kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang
berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-
senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan
pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
Antioksidan banyak digunakan dalam suplemen makanan dan telah diteliti untuk
pencegahan penyakit seperti kanker atau penyakit jantung koroner. Meskipun studi awal
menunjukkan bahwa suplemen antioksidan dapat meningkatkan kesehatan, pengujian lanjutan
yang lebih besar termasuk beta-karoten, vitamin A, dan vitamin E secara tunggal atau dalam
kombinasi yang berbeda menunjukkan bahwa suplementasi tidak berpengaruh pada tingkat
kematian.  Uji klinis acak konsumsi antioksidan termasuk beta karoten, vitamin E, vitamin C
dan selenium menunjukkan tidak ada pengaruh pada risiko kanker atau mengalami
peningkatan risiko kanker.  Suplementasi dengan selenium atau vitamin E tidak mengurangi
risiko penyakit kardiovaskular. Dengan contoh-contoh ini, stres oksidatif dapat dianggap
sebagai penyebab atau konsekuensi dari beberapa penyakit, merangsang pengembangan
obat senyawa antioksidan potensial untuk mengobati penyakit.
Antioksidan memiliki banyak kegunaan industri, seperti pengawet dalam makanan
dan kosmetik serta untuk mencegah degradasi karet dan bensin.
A. Sumber antioksidan
Antioksidan secara alami bisa Anda peroleh dari buah, sayur, kacang-kacangan, dan tanaman
herbal, seperti daun mimba, kunyit, keladi tikus maupun bunga sedap malam. Selain itu,
daging tanpa lemak dan ikan juga mengandung antioksidan. Namun, jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan rumput laut atau makanan laut selain ikan.
Berikut ini adalah jenis-jenis makanan yang dapat menjadi sumber antioksidan:
1. Mangga
Buah bewarna kuning ini banyak mengandung antioksidan polifenol, beta karoten, serat,
dan vitamin C. Kandungan nutrisi yang ada pada mangga tersebut bisa meningkatkan
kekebalan tubuh, membantu penyerapan zat besi, dan baik untuk pencernaan.
2. Stroberi
Stroberi yang memiliki warna merah cerah mengandung antosianin yang tinggi. Sebuah
penelitian membuktikan bahwa kandungan antosianin dalam stroberi dapat menurunkan risiko
terkena penyakit jantung, dengan mengurangi kadar kolesterol jahat di dalam darah dan
meningkatkan kadar kolesterol baik.
3. Bayam
Bayam mengandung berbagai nutrisi dan antioksidan yang cukup tinggi, serta rendah kalori.
Sayur ini merupakan salah satu sumber lutein dan zeaxanthin terbaik, yang berfungsi untuk
melindungi mata dari radikal bebas.
4. Teh dan kopi
Tidak hanya nikmat dikonsumsi, teh dan kopi juga mengandung antioksidan yang baik untuk
kesehatan. Kedua minuman ini mengandung flavonoid dan polifenol yang bisa membantu
melawan kanker serta mencegah penyumbatan pembuluh darah arteri. Kafein yang terdapat
pada minuman ini juga dapat membantu mencegah kepikunan.
5. Cokelat hitam (dark chocolate)
Bagi Anda pencinta cokelat, rutinlah mengonsumsi cokelat hitam. Cokelat jenis ini
mengandung mineral dan antioksidan yang tinggi. Antioksidan yang terkandung dalam
cokelat hitam dipercaya mampu mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan peradangan.
6. Makanan laut dan biji-bijian
Makanan laut seperti kerang dan rumput laut, serta biji-bijian mengandung antioksidan
selenium dan zinc. Zat ini memiliki peranan yang penting dalam proses metabolisme tubuh
dan mencegah dampak buruk akibat radikal bebas.

Yang Perlu Diketahui tentang Suplemen Antioksidan


Antioksidan buatan tersedia dalam bentuk suplemen makanan. Suplemen ini bekerja seperti
antioksidan alami yang mampu mencegah kerusakan akibat radikal bebas dan menangkal
penyakit.
Kendati baik untuk kesehatan, mengonsumsi suplemen antioksidan dengan dosis yang tinggi
juga bisa berisiko bagi kesehatan. Berikut adalah risiko mengonsumsi antioksidan berlebih
berdasarkan jenisnya:
 Kanker paru-paru, jika berlebihan dalam mengonsumsi betakaroten bagi para perokok
 Kanker prostat dan stroke, jika mengonsumsi vitamin E dalam dosis tinggi

 Keracunan, jika berlebihan dalam mengonsumsi suplemen antioksidan yang


mengandung vitamin larut lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K

Guna memperoleh manfaat antioksidan, akan lebih baik jika Anda mengonsumsi makanan
yang kaya akan zat ini setiap hari.
Namun jika Anda ingin menggunakan suplemen antioksidan, sebaiknya konsultasikan
terlebih dahulu dengan dokter. Dokter akan menyarankan jenis suplemen antioksidan yang
sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, beserta dosis yang tepat.

B. Penggolongan antioksidan berdasarkan sumbernya


a. Antioksidan alami
alami biasanya lebih diminati, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan
manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami
dapat ditemukan pada sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu. 
Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid. menyatakan bahwa
fraksi alkaloid pada daun “Peumus boldus” dapat berperan sebagai antioksidan. menyatakan
bahwa golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun
mengkudu berasal dari golongan flavonoid. Gingseng yang berperan sebagai
antioksidan, antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, mengandung saponin
glikosida (steroid glikosida). Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada daun “Ipomea
pescaprae” menunjukkan keberadaan senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin. Tanin
yang banyak terdapat pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
menyatakan bahwa “Pleurotus ostreatus” yang mengandung triterpenoid, tanin, dan sterois
glikosida dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikroba
b. Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetis adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia dan
diproduksi untuk tujuan komersial. Contoh antioksidan sintetik adalah sebagai berikut :
- Butil Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil Hidroksi Toluen (BHT), ditambahkan pada
lemak / minyak goreng agar tidak cepat basi (tengik). Dalam hal ini kita pernah mencium
dari bau yang dimiliki oleh minyak goreng lawas yang dimana terbilang sangatlah
memiliki bau. Hal itu dapat diartikan bahwa minyak itu sendiri telah memiliki oksidasi
dengan udara dimana zat antioksidan itu akan melakukan asam lemak yang tak jenuh
yang dimana akan berada pada bagian minyak maupun lemak sehingga tidak akan
teroksidasi dari cahaya.
- TBHQ (Tertiary butylhydroquinone) adalah salah satu jenis antioksidan sintetis yang
digunakan untuk mencegah atau menghambat kerusakan pangan. Produk olahan yang
mengandung TBHQ termasuk:
-         Makanan ringan, termasuk keripik kentang
-         Mie dan ramen instan
-         Makanan cepat saji
-         Makanan beku
-         Permen
-         Mentega
-         Cokelat
C. Penggolongan antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi antioksidan
primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang
stabil, dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal
reaksi rantai serta antioksidan tersier. Mekanisme kerja antioksidan seluler menurut Ong et al.
(1995) antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau
oksigen tunggal; mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif; mengubah jenis oksigen
rekatif menjadi kurang toksik; mencegah kemampuan oksigen reaktif; dan memperbaiki
kerusakan yang timbul.
Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan
memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil.
Contoh
Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation
dimustase.
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaksi
berantai.
Contoh
Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh
radikal bebas.
Contoh
Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida
reduktase.

D. Metode pengujian antioksidan


Metode DPPH
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah metode DPP
Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas
dengan mendonorkan atom hidrogen.[36] Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu
kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini
menggunakan kontrol positif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan
sampel. Kontrol positif ini dapat berupa tokoferol, BHT, dan vitamin C. Uji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil (DPPH) sebagai
radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari senyawa
antioksidan, misalnya troloks, yang mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin.
Metode CR
Larutan Ce(IV) sulfat yang diberikan pada sampel akan menyerang senyawa
antioksidan. Senyawa antioksidan dapat berperan sebagai pemindah elektron, maka perusakan
struktur oleh elektron reaktif yang berasal dari oksidator kuat seperti Ce(IV) tidak
terjadi. Metode ini berdasarkan spektrofotometri yang pengukurannya dilakukan
pada panjang gelombang 320 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur Ce(IV)
yang tidak bereaksi dengan kuersetin dan senyawa flavonoid lain.[4] Kapasitas reduksi Ce(IV)
pada sampel dapat diukur konsentrasi dan pH larutan yang sesuai membuat Ce (IV) hanya
mengoksidasi antioksidan, dan bukan senyawa organik lain yang mungkin teroksidasi. Hal ini
membuat penentuan panjang gelombang maksimum dan nilai pH larutan penting untuk
diketahui dan dijaga selama pengukuran agar tidak terjadi pergeseran panjang gelombang
selama pengukuran.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Antioksidan secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang
mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah.  Antioksidan juga sesuai
didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal
bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal
dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies
yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan
elektron dalam makromolekul biologi. Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang
sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat
menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan,
dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah
senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak
terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk
menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan,
antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
DAFTAR PUSTAKA
Sharifi-Rad, et al. (2020). Lifestyle, Oxidative Stress, and Antioxidants: Back and
Forth in the Pathophysiology of Chronic Diseases. Frontiers in Physiology, doi:
10.3389/fphys.2020.00694.
Tagliaferri, et al. (2019). The Controversial Role of Vitamin D as an Antioxidant:
Results from Randomised Controlled Trials. Nutrition Research Reviews. 32(1), pp.
99-105.
Gómez-Guzmán, et al. (2018). Potential Role of Seaweed Polyphenols in
Cardiovascular-Associated Disorders. Marine Drugs. 16(8), pp. 250.
Larsson, S.C. & Orsini, N. (2018). Coffee Consumption and Risk of Dementia and
Alzheimer’s Disease: A Dose-Response Meta-Analysis of Prospective Studies.
Nutrients. 10(10), pp. 1501.
Liguori, et al. (2018). Oxidative Stress, Aging, and Diseases. Clinical Interventions in
Aging. 13, pp. 757–772.
Jarosz, et al. (2017). Antioxidant and Anti-inflammatory Effects of Zinc. Zinc-
dependent NF-κB Signaling. Inflammopharmacology. 25(1), pp. 11–24.
National Institutes of Health (2021). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus.
Antioxidants.
Victoria State Government Australia (2020). Better Health Channel. Antioxidants.
Harvard Health Publishing Harvard Medical School (2020). Flavonoids: The Secret to
Health Benefits of Drinking Black and Green Tea?
Harvard T.H. Chan School of Public Health. The Nutrition Source. Antioxidants.
Sass, C. Health (2020). 6 Health Benefits of Mangoes.
Arnarson, A. Healthline (2019). Antioxidants Explained in Simple Terms.
Gunnars, K. Healthline (2018). 10 Evidence-Based Benefits of Green Tea.
O'Brien, S. Healthine (2018). 7 Surprising Health Benefits of Eating Seaweed.
Raman, R. Healthline (2018). 12 Healthy Foods High in Antioxidants.
Van De Walle, G. Healthline (2018). Should You Take Antioxidant Supplements?
Lehman, S. & Blackburn, S. Verywell Fit (2020). The Health Benefits of Antioxidants.
Lehman, S. & Swaim, E. Verywell Fit (2020). How Free Radicals Damage the Body.
Griffin, M. & Ratini, M. WebMD (2021). Selenium.

Anda mungkin juga menyukai