Anda di halaman 1dari 38

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kadispsiad


DINAS PSIKOLOGI Nomor Kep/02/III/2019
Tanggal 04 Maret 2019

KEPEMIMPINAN TNI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting baik pada


masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. Dihadapkan pada
kondisi saat ini yang selalu berubah karena pengaruh pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi, mengakibatkan perubahan-
perubahan mengenai kepemimpinan terutama mengenai kepemimpinan
yang bertitik berat pada peran pemimpin. Peran seorang pemimpin pada
hakekatnya adalah membuat orang yang dipimpin mampu berkembang
menjadi seorang pemimpin, sehingga kualitas kepemimpinannya akan
mampu memenuhi tuntutan persaingan yang ada.

b. Dalam kaitannya dengan hal di atas, bahwa kepemimpinan militer


memiliki karakteristik yang berbeda dengan kepemimpinan secara umum.
Sebagai Perwira/Pemimpin/Pimpinan dituntut untuk memiliki fleksibilitas
yang tinggi, mengetahui kemampuan bawahan secara cermat dan
memahami dengan tepat situasi dan kondisi satuan serta lingkungannya.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan persiapan yang baik. Di
samping itu dalam kemiliteran pada hakekatnya seorang pemimpin harus
dapat bertindak sebagai Komandan, Pemimpin, Guru, Bapak, Pembina
dan teman seperjuangan.

c. Dengan demikian bahwa Perwira siswa yang nantinya di Kesatuan


memiliki beban tugas dan tanggung jawab yang besar dalam
mengendalikan anggota, maka perlu mempelajari Ilmu Kepemimpinan TNI.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Modul Mata Kuliah Psikologi dan Kepemimpinan materi


Kepemimpinan TNI ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah
satu bahan ajaran pada Prodi Pendidikan Pembentukan Perwira TNI AD
Program Diploma-3 (Ahli Madya).

b. Tujuan. Modul Mata Kuliah Psikologi dan Kepemimpinan materi


Kepemimpinan TNI ini disusun dengan tujuan sebagai pedoman bagi
Calon Perwira TNI AD dalam proses belajar mengajar pada Prodi
Pendidikan Pembentukan Perwira TNI AD Program Diploma-3 (Ahli
Madya).

3. Ruang Lingkup dan Tata urut.

a. Pendahuluan.

b. Konsep Dasar Kepemimpinan.

c. Faktor Psikologi Sosial, Ciri-ciri dan Azas Kepemimpinan TNI.

d. Prinsip-prinsip dan Teknik Kepemimpinan TNI.


2

e. Pola Kepemimpinan TNI.

f. Pembinaan Kepemimpinan TNI.

g. Penutup.

4. Referensi.

a. Keputusan Kasad Nomor Kep/1024/XII/2020 taanggal 21 Desember


2020, tentang Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi.

b. Keputusan Kasad Nomor Kep/989/XII/2016 tanggal 2 Desember


2017 tentang Doktrin Induk Kepemimpinan TNI AD.

c. Adiwiyoto Anton (2001) Seni Kepemimpinan PT Mitra Utama.

d. Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A (2003) Teori dan Praktik


Kepemimpinan, penerbit Rineka Cipta.

e. Prof.Dr. Velthzal Rivai, M.B.A. (2000), Kepemimpinan dan Perilaku


Organisasi, edisi kedua PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

5. Pengertian.

a. Kepemimpinan TNI adalah seni dan kecakapan dalam


mempengaruhi dan membimbing seorang bawahan, sehingga dari pihak
yang dipimpin timbul kemauan, kepercayaan, hormat dan ketaatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang dipikulkan kepadanya
dengan menggunakan alat dan waktu, tetapi mengandung keserasian
antara tujuan kekompakan atau kesatuan dengan kebutuhan-kebutuhan
atau tujuan-tujuan perorangan.

b. Komando adalah suatu wewenang yang diberikan kepada seorang


anggota militer dengan dan karena jabatannya mempunyai wewenang
formal atas perorangan dan kesatuan-kesatuan bawahannya.

c. Kewibawaan adalah daya pribadi yang khusus ada pada seseorang


yang dapat membawa pengaruh kepada yang dipimpin, salah satu usaha
untuk memperoleh dan memiliki kekuasaan dalam arti kewibawaan
(Gezag) ini adalah dengan cara mempelajari, memperhatikan serta
mempraktekan ilmu kepemimpinan.

BAB II
KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

6. Umum. Keberhasilan suatu kegiatan pelaksanaan tugas tergantung


kepada kepemimpinan seseorang. Kepemimpinan TNI merupakan syarat mutlak
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin/Komandan. Tercapainya
keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, maka sebagai seorang
pemimpin/Komandan dituntut untuk memiliki syarat-syarat, sifat-sifat dan gaya
kepemimpinan.

7. Syarat-syarat Pemimpin TNI. Syarat yang perlu dimiliki oleh seorang


pemimpin yaitu:
3

a. Watak/moral yang baik (karakter/budi):

1) Arti: Semua gejala pada seseorang (seluruh kepribadian) yang


dilihat dari pandangan betul atau salah, baik atau buruk.

2) Guna: Untuk mendapat respek dan kepercayaan.

3) Petunjuk memupuk, menguasai atau membiasakan:

a) Jujur: dapat dipercaya dalam mengerjakan sesuatu,


baik diawasi/tidak diawasi, berterus terang dan cinta
kebenaran.

b) Integrity: memelihara etika kebenaran dan keadilan


(perasaan halus mengenai etika keadilan dan kebenaran
dengan kesediaan menggunakannya pada tingkah laku
sendiri). Moral dan tingkah laku dijaga supaya terlepas dari
kemungkinan celaan.

c) Tanggung jawab: hasrat menyelesaikan tugas kewajiban:

(1) pergunakan semua kecakapan dan sumber-


sumber yang ada pada Komando untuk mencapai hasil
maksimum; dan

(2) terus menerus mempersiapkan diri untuk


tanggung jawab yang lebih besar supaya tidak kandas.

b. Intelegensi:

1) Arti: Kemampuan mencakup/mengaborsi pengetahuan


menghadapi situasi-situasi yang baru dan melihat hubungan-
hubungan kenyataan dalam suatu situasi.

2) Guna: Dalam pertempuran dan latihan-latihan intelegensi


perlu mempergunakan prinsip-prinsip yang fundamental pada
situasi yang berubah-ubah.

3) Petunjuk menguasai. Memupuk, membiasakan, menganalisa


situasi dengan cepat dan teliti apa yang dikerjakan dan tidak ragu-
ragu dalam mengerjakan.

c. Waspada.

1) Arti: Kesadaran jiwa dan fisik yang meliputi kewaspadaan,


ketangkasan dan kebenaran jiwa.

2) Guna: Untuk dapat mengambil keputusan dan dapat


bertindak dengan segera tidak membiarkan kesempatan yang baik
terlewatkan.

3) Petunjuk menguasai atau memajukannya:


(a) belajar kepada pemimpin pada masa lalu dan
mengambil keuntungan pengalaman mereka;

(b) jangan berhenti belajar dan berusaha mempergunakan


yang dipelajarinya;
4

(c) senantiasa pelihara jiwa dan fisik agar energi menjadi


semakin besar; dan

(d) biasakan memperkirakan keadaan yang akan datang.

8. Sifat-sifat Kepemimpinan. Sifat-sifat kepemimpinan antara lain


sebagai berikut:

a. Jujur. Berwatak terang-terangan, sehat dalam prinsip-prinsip


moral, benar-benar dapat dipercaya.

b. Berpengetahuan. Memiliki wawasan dan pengetahuan luas


terutama yang menyangkut pekerjaan sehari-hari.

c. Berani. Suatu tingkatan mental yang mengakui adanya ketakutan


terhadap bahaya atau celaan-celaan, akan tetapi memungkinkan
seseorang menghadapinya dengan tenang dan keteguhan hati.

d. Tegas. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat,


menyatakan dengan jelas tanpa ragu-ragu.

e. Dapat diandalkan. Kepastian pelaksanaan kewajiban dengan


secepat-cepatnya.

f. Berinisiatif. Mengetahui apa yang harus dilakukan dan berani


memulai suatu tindakan meskipun tidak ada perintah.

g. Bijaksana. Kemampuan bergaul dengan orang lain tanpa


menimbulkan ketegangan.

h. Adil. Tidak berat sebelah dan teguh melaksanakan Komando.

i. Antusias. Menunjukkan minat dengan kegembiraan dan


bersemangat yang berkobar-kobar dalam melaksanakan kewajiban.

j. Berwibawa. Memberikan kesan yang baik dalam bentuk lahir dan


kelakuan pada setiap saat.

k. Ulet/tahan uji. Stamina mental dan fisik diukur dari kemampuan


seseorang untuk bertahan terhadap sakit, lelah dan kesulitan atau
kemalangan yang luar biasa.

l. Tidak mementingkan diri sendiri. Mendahulukan kepentingan


orang lain baik di dalam memenuhi kebutuhan maupun di dalam
mencapai kemajuan.

m. Setia. Setia terhadap negara dan bangsa terhadap tentara,


kesatuannya, atasannya, bawahannya dan sesamanya.

n. Mampu membuat pertimbangan. Kualitas tentang


mempertimbangkan fakta-fakta dan pendapat untuk kemungkinan
pemecahan persoalan sebagai dasar dari keputusan-keputusan yang
sehat.

9. Gaya Kepemimpinan. Dalam Kepemimpinan TNI dikenal gaya


kepemimpinan yaitu:
5

a. Gaya kepemimpinan otokratis. Gaya ini kadang-kadang dikatakan


kepemimpinan yang terpusat pada diri pemimpin (leadership center) atau
tipe direktif. Gaya ini ditandai dengan banyaknya petunjuk yang
datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali
tidak ada peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan. Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa,
bagaimana, kapan dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang
menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin otokratis
adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia
memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta
menjatuhkan hukuman.

b. Gaya kepemimpinan birokratis. Gaya ini dapat dilukiskan


dengan kalimat: “Memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku memimpin
ditandai dengan ketatnya pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi
pemimpin dan anak buahnya. Sebenarnya gaya ini merupakan bentuk
lain dari gaya kepemimpinan otokratis.

c. Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya ini kadang-kadang


disebut gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah (employe
center), kepemimpinan dengan kesederajatan (equalitaria), kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif dalam gaya ini terjadi komunikasi dua arah.
Pemimpin berkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan
dan keputusan bersama. Keputusan bersama tersebut tidak mencakup
keputusan tentang tujuan organisasi.

d. Gaya kepemimpinan bebas. Dalam gaya kepemimpinan ini,


pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali
membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Pemimpin
melimpahkan sepenuhnya kepada anak buahnya dalam menentukan
tujuan serta cara yang dipilih untuk mencapai tujuan itu. Peran
pemimpin hanyalah menyediakan keterangan yang diperlukan serta
mengadakan hubungan dengan pihak luar.

BAB III
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGI SOSIAL, CIRI-CIRI DAN
AZAS KEPEMIMPINAN TNI

10. Umum. Di dalam kepemimpinan TNI masalah faktor psikologi sosial


perlu diperhatikan, karena masing-masing individu mempunyai ciri
kepemimpinan yang berbeda, walaupun berbeda, tidak akan lepas dari azas
kepemimpinan TNI.

11. Faktor-faktor Psikologi Sosial.

a. Inti dari kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengendalikan


anggota-anggota bawahannya dan dalam pengendalian itu hendaknya ada
keseimbangan antara mengerti akan diri sendiri dengan mengerti akan
keadaan anggota bawahannya. Mempelajari dan mengetahui soal-soal
yang bersangkutan dengan keadaan psikologis anggota merupakan suatu
hal yang sangat penting, karena dengan demikian dapat diterapkan
kepemimpinan yang tepat pada keadaan yang tepat pula. Sudah menjadi
kenyataan bahwa bagi TNI khususnya dan masyarakat Indonesia
6

umumnya, pengertian pemimpin maupun Komandan mencakup juga


pengertian sebagai Bapak, Guru dan Pembina.

b. Manusia sebagai individu tidaklah sama, karena pada manusia


terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsip satu dengan yang lainnya
yaitu perbedaan-perbedaan dalam hal intelegensi, jasmani dan rohani.
Karena perbedaan-perbedaan tersebut seseorang akan menjadi berlainan
dan hal ini akan berpengaruh kepada kepribadian anggota yang menjadi
tidak sama pula. Dengan mengetahui kemampuan dari para anggota
bawahan akan memudahkan bagi setiap pimpinan atau Komandan untuk
menentukan sifat, macam ataupun beratnya tugas pekerjaan yang dapat
dibebankan kepada anggota-anggota tersebut.

c. Sebab-sebab perbedaan tersebut pada umumnya karena faktor


keturunan, lingkungan dan pengalaman. Perbedaan keturunan
mempunyai pengaruh kepada perbedaan dalam pembawaan masing-
masing, perbedaan lingkungan mempengaruhi sifat seseorang dan
perbedaan pengalaman dapat berakibat kepada kemampuan yang tidak
sama. Oleh karena perbedaan-perbedaan itu, maka untuk dapat
melakukan kepemimpinan sebaik-baiknya, seorang pemimpin atau
Komandan harus memiliki pengetahuan sedalam-dalamnya tentang
pribadi anggota-anggota satu demi satu.

d. Di samping perbedaan-perbedaan yang terdapat pada diri manusia,


perlu diketahui pula kebutuhan-kebutuhan pribadi yang harus
diperhatikan. Dalam hubungan ini dikenal ada dua macam kebutuhan,
antara lain:

1) Kebutuhan pokok (primary neds). Kebutuhan pokok atau


kebutuhan fisik merupakan kebutuhan-kebutuhan anggota yang
harus dipenuhi agar mereka dapat hidup dan bekerja,
melaksanakan tugas-tugas yang diperuntukkan baginya.

2) Kebutuhan lain-lain (secondary neds). Kebutuhan lain-lain


merupakan kebutuhan-kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi
dapat mengakibatkan ketegangan-ketegangan di dalam jiwa karena
kebiasaan-kebiasaan seseorang.

e. Untuk dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok maupun


kebutuhan-kebutuhan yang lain itu, manusia mempunyai keinginan-
keinginan. Dalam hal ini ada tiga macam keinginan manusia yang timbul,
justru karena mereka hidup dalam suatu lingkungan dimana masing-
masing membutuhkan. Ke tiga macam keinginan itu berkisar kepada:

1) keinginan untuk diterima oleh lingkungan (sosial approval);


2) keinginan memiliki rasa aman dalam hatinya (security); dan

3) keinginan mendapatkan pengakuan (penghargaan-


penghargaan).

Setiap manusia sebagai makhluk sosial tentu menginginkan


untuk tidak dibenci oleh masyarakat sekelilingnya, demikian pula ia
pun menghendaki adanya rasa aman di dalam hatinya. Dengan
demikian akan didapat ketenangan di dalam jiwanya sehingga dapat
bekerja dan melaksanakan tugasnya dengan sempurna. Di
samping itu, pengakuan dan kepercayaan yang diberikan kepada
7

seseorang akan banyak berpengaruh kepada moril yang harus


terpelihara.

f. Satu faktor lagi yang perlu diperhatikan adalah tentang penyesuaian


diri (adjusment). Penyesuaian diri berarti menempatkan diri keadaan
yang lama kepada keadaan atau lingkungan yang baru, seperti halnya
seorang warga negara biasa yang harus menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan yang baru sebagai anggota TNI atau seorang prajurit TNI yang
harus menyesuaikan diri dengan tugas di luar lingkungannya. Waktu
penyesuaian diri dari keadaan lama ke dalam keadaan yang baru
biasanya memerlukan waktu dan hal ini dapat berpengaruh kepada
faktor-faktor mental, jasmani dan rohani seseorang. Oleh karena itu
pimpinan perlu ikut serta turun tangan untuk dapat mempercepat proses
penyesuaian diri tersebut.

g. Dengan mengetahui dan memahami berbagai faktor psikologi dan


sosial di atas, seorang pemimpin atau Komandan akan dapat
menyesuaikan dirinya kepada keadaan anggota-anggota bawahannya
dalam situasi yang bermacam-macam dengan sebaik-baiknya. Dengan
demikian ia akan mengenal dirinya sendiri lebih baik lagi dan mampu
menganalisa keadaan secara lebih obyektif. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa tidak semua pengetahuan yang terdapat dalam lapangan
psikologi dapat dipergunakan dalam lingkungan TNI atau kepemimpinan
di luar TNI, justru karena situasi dan lingkungan TNI maupun
kepemimpinan di luar TNI adalah berbeda dengan situasi dan lingkungan
yang umumnya dipelajari oleh ahli-ahli psikologi.

12. Ciri-ciri Kepemimpinan. Terdapat 4 (empat) ciri-ciri kepemimpinan yang


dapat diambil sebagai pegangan untuk mengetahui baik buruknya
kepemimpinan yaitu moril, disiplin, jiwa kesatuan dan kecakapan (keterampilan)
dari kesatuan atau organisasi yang dipimpin.

a. Moril.

1) Moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang


berhubungan dengan tugas dan meliputi kemampuan untuk
melakukan apa yang harus dilakukan. Moril adalah suatu yang
subyektif, psikis dan suka ditangkap serta bertalian dengan
perasaan-perasaan tentang pekerjaan dan organisasi.

2) Moril yang tinggi adalah keadaan alam pikiran seorang


prajurit yang membuatnya puas dalam lingkungannya, percaya
kepada diri sendiri, kawan-kawan dan pimpinannya serta berkeras
hati untuk dapat melaksanakan segala tugasnya seefisien mungkin.
Oleh karena itu seorang prajurit yang bermoril tinggi akan
mempunyai kepercayaan yang teguh kepada organisasi, pemimpin
dan tujuan dari organisasinya.

3) Dua kesatuan yang sama dalam perlengkapan, sama dalam


disiplin dan kepemimpinan yang relatif sama pula, tetapi salah
satunya memiliki keunggulan moril terhadap yang lain, maka
kesatuan yang memiliki moril yang lebih tinggi biasanya yang
memenangkan pertempuran.

4) Ciri-ciri adanya moril yang baik ditandai dengan:

a) adanya perhatian yang besar;


8

b) kegembiraan;

c) perasaan taat yang mendalam;

d) sungguh-sungguh melaksanakan kewajiban-kewajiban;

e) perintah-perintah maupun petunjuk-petunjuk ditaati


dengan baik; dan

d) kerja sama dengan kegiatan bekerja dengan ikhlas.

5) Ciri-ciri adanya moril rendah menunjukkan:

a) sikap masa bodoh;

b) tidak ada sifat berlomba;

c) rasa tidak adil;

d) sering terjadi pelanggaran; dan

e) kebencian yang aktif dan mendalam terhadap pimpinan.

6) Moril sebagai keadaan jiwa seseorang dapat mudah berubah-


ubah karena pengaruh keadaan yang berlaku dalam organisasi.
Dalam hubungan ini yang dapat mempengaruhi keadaan jiwa
seseorang itu antara lain adalah:

a) kepemimpinan;

b) kepercayaan;

c) penghargaan atas penyelesaian tugas;

d) solidaritas rombongan dan kebanggaan terhadap


kesatuan;

e) latihan dan pelajaran;

f) kesejahteraan dan rekreasi;

g) kesempatan untuk mengembangkan bakat;

h) pengaruh-pengaruh; dan

i) struktur organisasi.

Untuk dapat memiliki moril yang tinggi, kepemimpinan yang


baik dalam hal ini adalah suatu kepemimpinan yang dapat
menyatukan kepentingan-kepentingan organisasi dengan
kepentingan anggota dengan kata lain adanya keseimbangan yang
timbal balik.

b. Disiplin.

1) Disiplin adalah ketaatan dengan tidak ragu-ragu dan tulus


ikhlas kepada perintah-perintah atau petunjuk-petunjuk yang
9

diberikan oleh Atasan/Pimpinan/Komandan dengan


mempergunakan pikirannya. Disiplin yang baik adalah disiplin
yang timbul karena keinsyafan, pengertian yang baik mengenai
tujuan dan karena loyal kepada Atasan/Pimpinan/Komandan
ataupun tim. Pujian pimpinan kepada anggota bawahannya, baik
perorangan ataupun kesatuan terhadap sesuatu tugas yang telah
diselesaikan dengan baik dapat memperkuat ikatan disiplin dan
memperkokoh kerja sama tim secara lebih lancar dan kompak.

2) Musuh yang terbesar dari disiplin di dalam kesatuan atau


organisasi adalah ragu-ragu atau rasa takut yang biasanya timbul
karena hal-hal yang belum diketahui. Oleh karena itu, penerangan-
penerangan yang bersifat pengisian jiwa dan penerangan mengenai
segala hal, sehingga tidak ada hal yang tidak mereka ketahui akan
merupakan usaha yang baik untuk mengatasi perasaan-perasaan
tersebut. Di samping itu dengan memberikan kegiatan-kegiatan
yang kontinue akan tumbuh pula rasa percaya pada dirinya,
sehingga rasa ragu-ragu atau rasa takut itu setidaknya akan
berkurang.

c. Jiwa kesatuan (corpsgeest).

1) Jiwa kesatuan adalah loyalitas, kebanggaan dan antusias


yang tertanam pada anggota terhadap kesatuan atau korpsnya.
Apabila moril merupakan jiwa perorangan, maka jiwa kesatuan ini
adalah jiwa yang dihasilkan dari kesatuan/korpsnya ataupun
badan/organisasi sebagai satu keseluruhan.

2) Moril dan jiwa kesatuan mempunyai pengaruh yang timbal


balik. Di dalam kesatuan atau organisasi dengan jiwa kesatuan
yang tinggi, ketidakpuasan perseorangan dari beberapa anggota di
dalam kesatuan itu dapat padam oleh semangat kesatuan yang ada.
Apabila antara anggota dengan anggota terdapat kerja sama, saling
percaya dan perasaan saling terbuka, maka melalui suatu proses
tertentu dalam waktu yang relatif lama, moril kesatuan yang baik itu
akan dapat menjelma menjadi jiwa kesatuan yang baik pula.

3) Seperti halnya dengan moril atau disiplin, jiwa kesatuan dapat


juga naik turun, hal ini tergantung pada pimpinan, keadaan dan
moril dari perorangan di dalamnya.

d. Kecakapan/ketangkasan.

1) Kecakapan/ketangkasan adalah kepandaian dalam


melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dan dapat
menyelesaikannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dengan
tenaga yang sedikit-dikitnya dan dengan keributan yang sekecil-
kecilnya.

2) Apabila moril, disiplin dan jiwa kesatuan adalah berhubungan


dengan jiwa perorangan, maka jiwa tersebut harus diisi dan
dilengkapi dengan ketangkasan yaitu kecakapan teknis, kecakapan
taktis dan kecakapan fisik, sehingga pada akhirnya kesatuan,
badan atau organisasi itu akan menjadi suatu tim yang kompak.
Kecakapan/ketangkasan dari kesatuan, badan atau organisasi itu
dapat dicapai melalui latihan-latihan, pelajaran-pelajaran,
10

pembagian tugas yang sesuai, penempatan yang tepat dan lain


sebagainya.

Pada akhirnya, apabila ke 4 (empat) ciri-ciri kepemimpinan tersebut


adalah moril, disiplin, jiwa kesatuan atau kecakapan/ketangkasan itu
dimiliki oleh suatu kesatuan, badan atau organisasi dengan baik, maka
niscaya akan dicapai daya tempur atau kepemimpinan yang baik.

13. Azas Kepemimpinan. Azas kepemimpinan TNI adalah kenyataan yang


harus diterapkan oleh seorang Pemimpin/Komandan untuk mengatasi
perbuatan atau langkah-langkah sendiri dan sekaligus untuk memberikan
petunjuk kepada yang dipimpin tentang perbuatan atau langkah-langkah yang
harus dilakukan seorang pimpinan/Komandan.

a. 11 Azas Kepemimpinan TNI. Azas kepemimpinan merupakan


proyeksi dari hakekat kepemimpinan Pancasila, kepemimpinan Sapta
Marga dan kepribadian TNI. Ke sebelas azas kepemimpinan TNI tersebut
dengan sengaja tetap menggunakan istilah/bahasa “Jawa kuno” dengan
maksud untuk tetap menjamin keaslian/kemurnian dan menghindarkan
kemungkinan-kemungkinan salah tafsir. 11 Azas kepemimpinan tersebut
yaitu:

1) “Taqwa“ adalah beriman kepada Tuhan YME dan taat


kepadaNya.

2) “Ing Ngarso Sung Tulodo” adalah suri tauladan di hadapan


anak buah.

3) “Ing Madya Mangun Karso” adalah ikut bergiat serta


menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.

4) “Tut Wuri Handayani” adalah mempengaruhi dan memberikan


dorongan dari belakang kepada anak buah.

5) “Waspada Purba Wisesa” adalah selalu waspada menguasai


serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah.
6) “Ambeg Parama Arta” adalah dapat memilih dengan tepat
mana yang harus didahulukan.

7) “Prasaja”adalah tingkah laku yang sederhana dan tidak boleh


berlebihan.

8) “Satya” adalah sikap loyal yang timbal balik, dari atasan


terhadap bawahan, bawahan terhadap atasan dan ke samping.

9) “Gemi Nastiti” adalah kesadaran dan kemampuan untuk


membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada
yang benar-benar diperlukan.

10) “Belaka” adalah kemampuan, kerelaan dan keberanian untuk


mempertanggungjawabkan.

11) “Legawa” adalah kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk


pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya
kepada generasi berikutnya.
11

b. Penjelasan 11 azas kepemimpinan.

1) Taqwa.

a) Secara harfiah mempunyai banyak arti, antara lain:


bertahan, luhur, berdarma bhakti, hati-hati dan sebagainya,
tetapi pada hakekatnya berarti usaha dan kegiatan seseorang
yang sangat utama dalam perkembangan hidupnya. Bagi
bangsa Indonesia khususnya warga TNI sebagai umat
beragama, maka taqwa itu berarti taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, sebab dengan
taqwa kepada Tuhan YME, maka sekaligus akan dapat
terpenuhi kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan maupun
terhadap rakyat. Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka
yang:

(1) mampu bertahan terhadap godaan hidup, berlaku


dan berperisai untuk memelihara diri dari gangguan
hawa nafsu;

(2) aktif bertindak (taat) melaksanakan ajaran-ajaran


Tuhan; dan

(3) menyerahkan penilaian atas segala dharma bakti


dan amal usahanya semata-mata kepada penilaian/
kehendak Tuhan.

b) Taqwa tak dapat dipisahkan dengan pengertian moral,


budi pekerti dan akhlak, yaitu sikap yang digerakkan oleh jiwa
yang menimbulkan tindakan perbuatan manusia terhadap
Tuhan, terhadap sesama manusia, sesama makhluk dan
terhadap diri sendiri.

2) Ing Ngarso Sung Tulodo. Yang berarti seorang pemimpin/


Komandan harus dapat memberi contoh dan tauladan yang baik
pada anak buahnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam
tugas maupun dalam masyarakat luas.

a) TNI sebagai suatu keseluruhan merupakan sesuatu


yang abstrak, sedangkan secara konkrit/kenyataannya di
manifestasikan oleh kegiatan-kegiatan anggota secara
individu. Ini berarti bahwa gambaran (image) dari TNI
sebenarnya ditentukan oleh sifat, sikap serta tingkah laku
segenap anggota TNI secara individu.

b) Karena setiap tingkah laku seorang anggota TNI akan di


identifikasikan (disamakan) dengan TNI sebagai keseluruhan,
maka dalam diri setiap anggota TNI harus terpelihara, tumbuh
dan berkembang dengan baik rasa ingin menjadi manusia
tauladan sebagaimana dikendalikan oleh kepemimpinan Sapta
Marga.

c) Mengenai azas tauladan ini, bagaimana seorang


Pemimpin/Komandan, perlu diingat dan dipegang ucapan
“Napoleon Bonaparte” yang mengatakan bahwa: “Tidak ada
prajurit yang jelek melainkan si pemimpin itulah yang jelek”.
12

3) Ing Madya Mangun Karso. Mempunyai persamaan


pengetahuan dengan “Opinion Leader“, yang menuntut seorang
pemimpin untuk mampu menangkap jiwa dan kehendak orang yang
dipimpinnya dan dapat merumuskan secara jelas sehingga mudah
dipahami oleh yang dipimpin.

a) Dengan kewenangannya sebagai Pemimpin/ Komandan,


disertai dengan perhatiannya yang teliti terhadap aspirasi
yang hidup di tengah-tengah anak buah, akan memudahkan
timbulnya ide (buah pikiran yang baik ataupun inisiatif).
Kemampuan dan kemauan dari pimpinan yang demikian akan
menumbuhkan rasa segan (respek) dari anak buah terhadap
pimpinan sebagai pengakuan yang obyektif dan rasional
terhadap kebenaran dari kepemimpinannya.

b) Azas Ing Madya Mangun Karso merupakan salah satu


azas yang sangat tepat untuk diterapkan dalam
kepemimpinan di luar TNI, namun azas ini juga sesuai dengan
tata cara (prosedur) kerja di lingkungan TNI yang dikenal
efektif dan efesien, di mana Pimpinan/Komandan memberikan
petunjuk pengarahan selanjutnya memberikan kesempatan
kepada anggota untuk mengolah menjadi saran tindakan yang
praktis pragmatis, yang berarti memberi kesempatan kepada
pembantu/anggotanya untuk menumbuh kembangkan bakat
kemampuan, inisiatifnya sejalan dengan kebijaksanaan
atasan/pimpinan.

4) Tut Wuri Handayani, mempunyai persamaan pengertian


dengan kepemimpinan “Demokratis”, yang berarti pimpinan
memberi kesempatan kepada anggota masyarakat untuk
berkembang dan membangun diri sendiri, sedang pimpinan
membatasi diri dari memberi petunjuk dan koreksi bila ada hal-hal
yang dianggap perlu/keliru. Dalam hal ini tindakan pimpinan
biasanya lebih banyak berperan sebagai “Solidarity Maker” dari pada
sebagai pimpinan. Azas ini terutama diperlukan untuk dapat
mengenali lebih mendalam keadaan dan kenyataan-kenyataan yang
hidup (aspirasi) di kalangan masyarakat.

a) Fungsi dan tugas pimpinan dalam masyarakat


demokratis adalah untuk mengantarkan masyarakat
mencapai cita-cita yang berarti pimpinan sebagai penyambung
lidah anggota, di samping itu sebagai motor penggerak dan
sekaligus sebagai pengenal/penunjuk jalan bagi yang
dipimpinnya, tidak dibenarkan bila hanya berfungsi sebagai
majikan terhadap yang dipimpinnya.

b) Agar seorang pimpinan dapat membawa anggotanya


kearah tujuan yang dicita-citakan serta dapat berfungsi
sebagai motor penggerak dan pengemudi, dia harus mampu
untuk:

(1) terus menerus memelihara dan mengarahkan


cita-cita, kemauan dan tekad yang dipimpinnya untuk
sampai ketempat tujuan, tanpa lesu, tanpa kendor
ataupun pudar di tengah jalan;
13

(2) menanamkan dan memelihara keyakinan


anggotanya bahwa mereka mampu untuk mencapai
tujuan yang dicita-citakan;

(3) menumbuhkan dan memupuk kemampuan cita-


cita itu sendiri; dan

(4) menggerakkan dan menyalurkan kemampuan


yang sudah ada kearah tindakan nyata menunju kearah
tercapainya tujuan yang dicita-citakan.

5) Waspada Purba Wisesa, berarti siap menghadapi segala


kemungkinan keadaan, karena senantiasa mengetahui
perkembangan situasi dan kondisi yang dihadapi. Selain itu juga
berarti waspada dalam arti kebal terhadap kemungkinan pengaruh
negatif yang dapat mengganggu mental ideologi anggota/
kesatuan/masyarakat.

a) Pimpinan yang memiliki wewenang/Komando harus


sanggup dan berani mengadakan koreksi/tegoran yang perlu,
bila terjadi penyimpangan/penyelewengan dalam
pelaksanaan tugas, tidak pandang bulu, tetapi bijaksana,
sehingga langkah/tindakan itu tidak saja merupakan
hukuman bagi yang bersalah, tetapi juga peringatan bagi yang
lain. Dengan demikian ia telah mengadakan tindakan
pengamanan terhadap keseluruhan kesatuan/lingkungan dan
bencana/ penyelewengan yang lebih luas. Untuk itu ia harus
memiliki sifat-sifat kepemimpinan dan mampu
mempergunakan teknik-teknik kepemimpinan secara tepat
untuk menjaga kewibawaan.

b) Dihubungkan dengan azas-azas kepemimpinan yang


lain azas ini berfungsi sebagai azas pengaman.

6) Ambeg Parama Arta, berarti dapat memilih dengan tepat hal-


hal mana yang harus dilakukan sesuai dengan kepentingan.

a) Mempunyai tujuan untuk mengambil tindakan secara


tepat, sehingga keseluruhan tugas dapat diselenggarakan
ataupun memudahkan terselesaikannya keseluruhan tugas.
Untuk itu pemimpin harus memiliki kemampuan untuk
menilai, mempertimbangkan dan memutuskan tindakan
secara bijak.

b) Azas ini juga berarti azas penghematan tenaga,


memungkinkan beberapa tugas dapat diselesaikan secara
sekaligus yang merupakan suatu cara penyelesaian tugas
yang paling tepat, cepat dan hemat.

c) Dihubungkan dengan azas-azas kepemimpinan lainnya,


azas ini berperan pula sebagai azas operasional yang
memerlukan kemampuan seorang Pemimpin untuk
mengambil keputusan dengan tepat dan pada waktu yang
tepat pula.

7) Prasaja, berarti tingkah laku yang bersahaja dan tidak


berlebihan.
14

a) Azas ini erat hubungannya dengan sifat, sikap dan


tingkah laku yang harus ditunjukkan oleh seorang Pemimpin
sebagai contoh dan tauladan bagi anggota-anggotanya,
kesederhanaan ini tidak hanya dalam hal-hal yang tampak
saja, tetapi juga prasaja dalam jiwanya, dalam pemikirannya,
sehingga tugas-tugas yang diberikannya mudah dihadapi dan
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

b) Kesederhanaan dapat pula mempertinggi kewibawaan


seorang pimpinan, karena justru sikap dan sifatnya yang
sederhana itu akan menimbulkan rasa hormat, segan dan taat
kepadanya.

c) Dengan kesederhanaan maka pendekatan-pendekatan


terhadap anggota dapat dilakukan dengan lebih mendalam,
begitu pula penyesuaian diri terhadap lingkungan/anggota/
masyarakat dapat dilakukan dengan lebih mudah.

d) Dalam hubungan operasional, penggunaan azas ini


akan dapat menumbuhkan inisiatif di kalangan anggota, di
mana pemimpin cukup memberi petunjuk tentang “APA” yang
harus dilakukan, sedangkan “BAGAIMANA” tugas itu akan
diselesaikan diberikan kesempatan pada anggota untuk bebas
berpikir (berkreasi) sesuai dengan situasi dan kondisi masing-
masing.

e) Hubungan azas-azas kepemimpinan merupakan azas


pengendalian bagi Pemimpin, di mana pemimpin memberikan
petunjuk pengarahan, anggota bekerja dengan berkreasi dan
selanjutnya Pemimpin memberi koreksi bila perlu.

f) Walaupun demikian, kesederhanaan sesorang Pemimpin


itu harus tetap dapat memperhatikan/menjaga
kewibawaannya, yang berarti harus selalu menempatkan diri
pada kedudukan yang semestinya.

8) Satya, berarti cinta (setia=loyal) kepada tugas, atasan,


bawahan dan kawan.

a) Sikap loyal kepada atasan merupakan keharusan bagi


setiap bawahan, sikap loyal tersebut harus disadari atas
kesadaran dan tanggung jawab serta pengertian akan
pentingnya tugas dan tercapainya tujuan organisasi (tujuan
bersama).

b) Sikap loyal yang berupa disiplin itu harus merupakan


disiplin yang hidup, yang berdasarkan tanggung jawab karena
pengertian dan faham akan jalan pikiran Pimpinan berarti
adanya kepercayaan yang penuh pada atasan. Pengertian dan
kepercayaan bawahan ini hanya mungkin diperoleh bila
Pimpinan selalu memberikan keterangan-keterangan yang
baik, selalu membimbing bawahan dan berterus terang.

c) Hubungan dengan azas kepemimpinan lainnya, azas


Satya berperan sebagai pemupuk rasa tanggung jawab
bersama, yang akan menggunakan rasa senasib dan
sepenganggungan serta jiwa korsa yang tinggi.
15

9) Gemi Nastiti, berarti hemat dalam segala hal, hemat dalam


biaya dan materiil. Hemat harus merupakan sifat yang menonjol
bagi seorang Pemimpin TNI dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari.

a) Hemat dalam penggunaan biaya, karena anggaran TNI


diperoleh dari rakyat, untuk itu penggunaannya harus benar-
benar penting (urgent) dan secara efesien demi
terselenggaranya pelaksanaan program.

b) Hemat dalam penggunaan materiil, karena


pengadaannya diperoleh dari uang rakyat, karena itu harus
dipelihara dengan baik, digunakan secara tepat dan hati-hati
secara penuh rasa tanggung jawab.

10) Belaka, mengandung arti terus terang (jujur dan terbuka)


dalam pelaksanaan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat terbuka/berterus terang seorang Pemimpin dan selalu
memberikan keterangan yang diperlukan anggota/bawahan, akan
menumbuhkan rasa percaya dan kesetiaan serta kecintaan
(loyalitas) bawahan terhadap Pemimpinnya, yang berarti pula akan
dapat meningkatkan kemampuan kesatuan/kelompok dalam
menunaikan tugas-tugasnya.

a) Azas ini juga mengandung arti berani bertanggung


jawab terhadap segala tindakan yang telah dilakukannya,
termasuk di dalamnya berani memberikan laporan-laporan
kepada atasan secara lengkap, menurut keadaan yang
sebenarnya dan tanpa menyembunyikan hal-hal yang
mungkin dipandang kurang baik oleh atasan serta berani/
bersedia melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

b) Azas belaka banyak berguna bagi seorang Pemimpin


untuk dapat menentramkan dan meyakinkan bawahan dalam
menghadapi keadaan dan kesejahteraan yang mungkin
meresahkan mereka. Penyampaian azas ini secara edukatif
dan konstruktif, diharapkan bahwa keadaan yang meresahkan
tersebut bukan saja dapat diredakan, bahkan dapat
menumbuhkan rasa kesadaran dan membangkitkan
semangat/kegairahan bekerja.

11) Legawa, mengandung arti adanya kemauan, kerelaan dan


keikhlasan untuk pada waktunya melimpahkan tanggung jawab dan
kedudukan Pimpinan kepada generasi berikutnya, secara jujur dan
dengan hati terbuka.

a) Kewajiban seorang Pemimpin adalah senantiasa


membimbing bawahan kearah peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang secara berangsur-angsur memberikan
kesempatan dan tugas tanggung jawab kedudukan bila suatu
saat harus mundur dapat melimpahkan tanggung jawab dan
kedudukan tersebut kepada generasi berikutnya. Bimbingan
dan pengarahan Pimpinan secara terarah dan berencana
sangat diperlukan demi terpeliharanya dan terwujudnya cita-
cita serta tujuan perjuangan bangsa, yang bagaimanapun juga
harus tetap dimiliki, dijunjung tinggi dan dipertahankan
kelangsungannya.
16

b) Generasi tua harus rela dan berarti terbuka serta ikhlas


melimpahkan tanggung jawab dan kedudukannya kepada
generasi berikutnya, sebaliknya generasi muda harus dapat
menyadari dan menghayati arti perjuangan dan pengabdian
yang telah di dharmabhaktikan oleh generasi sebelumnya.

c) Pelaksanaan azas legawa memerlukan kemauan yang


kuat, karena biasanya manusia bersikap sangat hemat bila ia
harus mengeluarkan kepandaian untuk orang lain.

BAB IV
PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK KEPEMIMPINAN TNI

14. Umum. Prinsip kepemimpinan akan memberikan pedoman dalam


operasional kepemimpinan seseorang. Seorang Pemimpin yang berhasil dengan
baik yaitu Pemimpin yang mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
mengambil/menerapkan prinsip-prinsip dan teknik kepemimpinan yang tepat
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.

15. Prinsip-prinsip Kepemimpinan. Prinsip kepemimpinan merupakan


kebenaran fundamental yang akan membantu Pemimpin dalam menerapkan
kepemimpinannya. Prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut yaitu:

a. Mahir dalam soal-soal teknis dan taktis.

b. Mengetahui diri sendiri, cari dan usahakan selalu perbaikan-


perbaikan.

c. Yakinkan diri bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan


dijalankan.

d. Ketahui anggota-anggota bawahan dan jaga serta pelihara


kesejahteraan mereka.

e. Usahakan dan pelihara selalu agar anggota mendapatkan


keterangan-keterangan yang diperlukan.

f. Berikan contoh dan tauladan yang baik.

g. Tumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan para anggota.

h. Latih anggota-anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak.

i. Buat keputusan-keputusan yang sehat pada waktunya.

j. Berikan tugas dan pekerjaan Komando sesuai kemampuannya.

k. Bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan.

16. Penerapan Prinsip-prinsip Kepemimpinan dan Teknik-tekniknya.

a. Prinsip: “Mahir dalam soal teknis dan taktis”.

1) Dasar:
17

a) harus memiliki pengetahuan yang luas, memahami


aspek teknis, cara kerja, organisasi, administrasi dan
instruksi;

b) harus memiliki pengertian yang sehat tentang


hubungan antar manusia, mengetahui dan memahami
persoalan-persoalan yang dihadapi anggota; dan

c) harus cakap dan mampu mengambil keputusan-


keputusan yang sesuai dengan keadaan, kemampuan dan
kemahiran anggota.

2) Tekniknya:

a) berusaha dapat mengikuti pendidikan seluas mungkin


dan mempelajari perkembangan teknik yang terakhir dengan
membaca, meneliti dan belajar sendiri;

b) mencari dan memperluas pengetahuan dengan jalan


bergaul dengan Pemimpin/orang-orang yang banyak
pengetahuan dan pengalaman;

c) menggunakan setiap kesempatan untuk melatih


(mempersiapkan) diri memegang Pimpinan pada eselon yang
lebih tinggi/atas;

d) mengenali, memahami dan mengunjungi eselon/


anggota bawahan untuk mengenali dan mengetahui
kemampuan dan batas-batas kemampuan semua unsur yang
ada di satuan; dan

e) mengembangkan diri sebagai pendidik untuk menilai


kemampuan/ketangkasan semua unsur yang ada di satuan.

b. Prinsip: Mengetahui diri sendiri, mencari dan mengusahakan


perbaikan-perbaikan.

1) Dasar:

a) pemimpin harus mampu menilai diri sendiri mengenal


dan mengakui kelemahan dan kekuatan diri;

b) selalu berusaha memperbaiki diri dengan mengurangi


kelemahan dan mempergunakan sebaik-baiknya kekuatan
yang dimiliki; dan

c) paham dan menguasai prinsip kepemimpinan serta


melaksanakan teknik kepemimpinan secara sehat dan
bertanggung jawab.

2) Tekniknya:

a) selalu mawas diri secara obyektif, selalu berusaha


memperbaiki diri dengan mengurangi kesalahan, bila perlu
meminta nasehat;
18

b) mengambil pelajaran dari sukses-sukses/kegagalan


Pemimpin-pemimpin yang terkenal dengan mempelajari
sebab-sebabnya;

c) mengembangkan rasa hormat dan rasa kemanusiaan


yang layak terhadap orang lain; dan

d) mengusahakan memiliki kemahiran berbicara dan


menulis dengan baik, mengembangkan hidup dan falsafah
hidup dan palsafah kerja, menentukan tujuan dengan tegas
dan merencanakan cara-cara mencapainya.

c. Prinsip: “Yakinkan diri, bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan


dijalankan”.

1) Dasar:

a) pemimpin harus mampu memberikan perintah-perintah


yang jelas, singkat, tepat dan positif, selanjutnya mampu
mengawasi secara baik pelaksanaan perintah tersebut;

b) pemimpin harus pandai (mampu) memanfaatkan


pembantu-pembantu (staf) dengan sebaik-baiknya; dan

c) pemimpin harus bertanggung jawab atas pelaksanaan


tugas yang diberikan kepada anggota bawahannya, karena itu
usahakan/jamin bahwa mereka paham/mengerti betul tugas-
tugas yang dikerjakan.

2) Tekniknya:

a) kembangkan kemampuan berpikir dengan tenang,


teratur dan terarah, mengeluarkan perintah secara singkat,
jelas, tepat dan positif;

b) mengusahakan selalu jangan sampai terjadi keragu-


raguan di kalangan anggota/bawahan;

c) menggunakan pembantu (staf) dan Pimpinan bawahan


sebaik-baiknya adalah kunjungan untuk pengawasan dan
sekaligus memberikan keterangan-keterangan, penjelasan dan
petunjuk;

d) menggunakan rantai Komando sebaik-baiknya dan


melakukan koreksi secepatnya bila terjadi kekeliruan dalam
pelaksanaan tugas; dan

e) mengadakan inspeksi/pengawasan secara bijaksana


dan tidak mematikan inisiatif Pimpinan bawahan.

d. Prinsip: “Ketahui anggota bawahan dan jaga serta pelihara


kesejahteraannya “.

1) Dasar:

a) pemimpin harus selalu mengetahui, mengawasi dan


bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anggota;
19

b) pengertian yang baik tentang keadaan anggota/


bawahan, mengenali dan memahami benar tentang
kebutuhan-kebutuhan mereka akan sangat berguna bagi
rencana-rencana penugasan yang tepat; dan

c) hubungan dan pengertian yang baik dengan anggota/


bawahan akan menumbuhkan keadilan mereka untuk patuh,
percaya, hormat, kerjasama dan bantuan yang ikhlas.

2) Tekniknya:

a) tunjukkan bahwa Pimpinan adalah sahabat dari


bawahan dengan mengadakan kunjungan, kontak pribadi dan
mengembangkan pengetahuan serta pengertian yang
mendalam tentang keadaan, sifat tingkah laku serta
lingkungan kehidupan sehari-hari mereka;

b) memberikan bantuan dan perhatian yang nyata


terhadap kesejahteraan (lahir dan bathin) mereka;

c) mengusahakan untuk selalu mengetahui sikap mental


mereka dan mengusahakan untuk dapat membantu
memecahkan persoalan-persoalan dan masalah-masalah yang
dihadapinya;

d) bertingkah jujur, adil tanpa memihak, mencegah


pemberian hukuman kelompok atas dasar kesalahan
seseorang, mencegah hukuman yang bersifat menghina,
sebaiknya menunjukkan kewibawaan melalui pengertian dan
perikemanusiaan dan menjauhkan dari keinginan hendak
berbuat jasa; dan

e) menganjurkan agar anggota/bawahan selalu berusaha


untuk maju dengan cara belajar dan berusaha.

e. Prinsip: “Usahakan dan pelihara selalu agar anggota mendapatkan


keterangan-keterangan yang diperlukan“.

1) Dasar:

a) berikan penjelasan dan yakinkan bahwa tugas,


keadaan, maksud dan tujuan telah dipahami staf, Pimpinan
bawahan dan anggota;

b) adakan pemeriksaan dan penelitian langsung bahwa


penjelasan telah sampai kepada eselon terbawah;

c) ketahui dan ikuti secara terus menerus perkembangan


prestasi setiap anggota dan keseluruhan organisasi; dan

d) waspada dan siaga terhadap setiap provokasi dan issu


negatif dan hentikan segala hal yang merugikan dengan
penjelasan yang benar dan tepat.
20

2) Tekniknya:

a) menjelaskan dan yakinkan bahwa semua anggota telah


paham tentang APA, MENGAPA dan BAGAIMANA tugas harus
dilaksanakan;

b) memegang teguh rahasia dengan senantiasa waspada


terhadap kemungkinan issu yang merugikan dan hentikan
segera issu negatif dengan penjelasan/keterangan yang benar;

c) selalu membangkitkan kepercayaan dan semangat jiwa


kesatuan;

d) selalu memberikan keterangan tentang kemampuan dan


kemajuan kesatuan sendiri serta kemampuan/kemajuan
musuh dan bagaimana cara-cara mengatasinya; dan

e) mengusahakan agar setiap anggota paham tentang


peraturan-peraturan yang berlaku, terutama yang
berhubungan dengan kesejahteraannya.

f. Prinsip: “Berikan tauladan dan contoh yang baik “.

1) Dasar:

a) dalam keadaan bagaimanapun Pimpinan harus bersikap


baik, gagah, tangkas, corect, optimis dan dapat menguasai
emosi, agar anggota tetap loyal, percaya dan taat kepadanya
serta sukses dalam tugas;

b) pimpinan harus sanggup menunjukkan sikap suka dan


duka bersama anggota, tidak lari dari kesulitan, tidak
menjelek-jelekkan atasan, kawan dan tidak suka membentuk
suatu klik (kelompok khusus/menyendiri); dan

c) pimpinan harus mampu mentaati peraturan-peraturan


yang berlaku serta terpuji dalam sikap, tindak dan
pembicaraannya.

2) Tekniknya:

a) selalu memperlihatkan kesegaran fisik, bersikap


toleransi dan mampu menguasai emosi;

b) menunjukkan inisiatif dan mempertinggi semangat


inisiatif anggota, bersikap optimis, membantu anggota tanpa
pilih kasih;

c) selalu berusaha bersikap tabah menghadapi kesulitan,


tidak menghindari tanggung jawab atas kesalahan yang
diperbuat dan tidak melupakan kesejahteraan anggota;

d) membina kerja sama sebaik-baiknya demi penyelesaian


tugas kelompok/organisasi secara keseluruhan; dan
21

e) menunjukkan simpati kepada anggota yang mengalami


penderitaan/kesulitan dan usahakan bantuan pemecahan
persoalan dihadapi sejauh mungkin.

g. Prinsip: “Tumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan para


anggota“.

1) Dasar:

a) setiap tugas dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.


Pemimpin berkewajiban untuk melatih dan mempersiapkan
anggotanya untuk mampu melaksanakan tugas-tugas yang
semakin berat/penting;
b) pimpinan membatasi diri dan memberi petunjuk,
pengarahan tentang APA yang harus dilakukan, sedang
pelaksanaannya tentang BAGAIMANA, serahkan kepada
anggota/bawahan. Pimpinan melakukan pengawasan sebaik-
baiknya, memberi kesempatan bawahan untuk bekerja dan
berinisiatif, campur tangan dibatasi hanya bila terbentur pada
kesulitan-kesulitan; dan

c) pupuk selalu kesanggupan anggota untuk bertanggung


jawab. Berikan pujian/penghargaan atas hasil karya, inisiatif
dan akalnya yang baik.

2) Tekniknya:

a) menggunakan rantai komando sebaik-baiknya,


memberikan wewenang yang diperlukan, melakukan
pengawasan yang teliti tapi jangan terlalu mencampuri,
berikan kesempatan bawahan untuk melakukan pekerjaan
yang lebih besar/penting;

b) memberikan pujian kepada yang berinisiatif dan


bersemangat kerja yang baik;

c) memberikan petunjuk, nasehat dan teguran secara


bijaksana yang bersikap mendorong dan memperbaiki;

d) bersikap tegas, ikhlas demi membela dan


mempertanggungjawabkan tindakan bawahan; dan

e) yakinkan bahwa semua anggota telah ditempatkan pada


tempat dan jabatan yang tepat.

h. Prinsip: “Latih anggota-anggota bawahan sebagai tim yang


kompak“.

1) Dasar:

a) team work merupakan kunci bagi suksesnya tugas,


karena itu prinsip ini hakekatnya merupakan tujuan dari
kepemimpinan militer. Pimpinan harus selalu menumbuhkan
dan mengembangkan team work sebaik-baiknya melalui
latihan dan bimbingan yang terus menerus;
22

b) pimpinan berkewajiban untuk menanamkan arti


pentingnya team work yang kompak bagi suksesnya tugas.
Melalui kerja sama yang baik dan terkoordinasi dapat
dikembangkan spontanitas dan kesatuan usaha dalam
menghadapi krisis dalam setiap penyelesaian tugas; dan

c) suasana kerja sama yang baik, saling bantu dan


koordinasi akan berpengaruh baik bagi jiwa korsa, moril dan
ketangkasan suatu kesatuan/organisasi, begitu sebaliknya.

2) Tekniknya:

a) mengusahakan selalu praktek kerja sama yang baik


dalam lingkungan kesatuan/organisasi sendiri;

b) menumbuhkan dan mengembangkan pengertian team


work, menuju pada kesadaran bahwa suatu tugas dikerjakan
oleh semua dan untuk kepentingan bersama;

c) tunjukkan pentingnya saling mengenal antara


Pimpinan, pembantu pimpinan dan antara para anggota agar
dapat diketahui kekuatan/kemampuan dan kelemahan
masing-masing agar selanjutnya memudahkan dilakukan
kerja sama, saling bantu, saling isi mengisi dengan sebaik-
baiknya; dan

d) tunjukkan dengan jelas dan tegas tanggung jawab setiap


anggota/pejabat serta perannya dalam rangka keseluruhan
tugas yang dihadapi, demi hasil kerja dan daya guna yang
sebesar-besarnya.

i. Prinsip: “Buat keputusan-keputusan yang sehat dan pada


waktunya”.

1) Dasar:

a) pimpinan harus mampu melakukan pertimbangan


secara tepat dan cepat untuk mencapai keputusan yang sehat,
tepat pada waktunya. Ia harus mampu berpikir dengan
tenang, terlihat kesempatan yang baik justru karena
kelancaran kerja dan kesempatan kesatuan/ organisasi
banyak ditentukan oleh keputusan yang diambilnya;

b) pimpinan harus mengambil keputusan tanpa ragu-ragu


dan tanpa rasa khawatir/takut. Karena keragu-raguan
Pimpinan itu sering menimbulkan kegagalan/ kurang
berhasilnya tugas, terutama dalam menghadapi keadaan kritis
gawat atau kurang menguntungkan; dan

c) keputusan yang telah diambil segera disampaikan


kepada yang berkepentingan tepat pada waktunya agar tidak
menimbulkan kesulitan yang dapat menghambat penyelesaian
tugas selanjutnya.
23

2) Tekniknya:

a) mengembangkan cara berpikir logis dan teratur dengan


membiasakan diri selalu membuat pertimbangan-
pertimbangan keadaan secara obyektif dan terus menerus,
baik mengenai tugas-tugas yang dihadapi maupun tentang
kehidupan sehari-hari;

b) selalu mempertimbangkan nasehat/saran dari pimpinan


bawahan, buatlah perkiraan/pertimbangan yang cermat,
sebelum mengambil keputusan yang tepat dan sehat;
c) selalu memberikan dorongan dan petunjuk yang
diperlukan anggota;

d) yakinkan bahwa setiap anggota staf benar-benar


mengerahkan kebijaksanaan dan rencana-rencana pimpinan
yang paling akhir; dan

e) selalu memperhatikan hal-hal yang mungkin terjadi


sebagai akibat dari keputusan-keputusan yang telah diambil.

j. Prinsip: “Berikan tugas dan pekerjaan komando sesuai


kemampuan“.

1) Dasar:

a) untuk dapat mencapai hasil yang maksimal, Pimpinan


wajib mengenal/memahami kemampuan dan pembatasan
yang ada pada kesatuan/organisasi. Pemberian tugas harus
sepadan dengan kemampuan dan pembatasan tersebut;

b) pimpinan harus yakin bahwa tugas yang diberikan akan


mendorong anggota untuk bekerja lebih keras dan secara
maksimal; dan

c) pimpinan harus tahu/paham benar kemampuan setiap


anggota dalam kesatuan organisasinya. Kegagalan dalam
penggunaan kesatuan organisasi dapat menghasilkan
kepercayaan atasan, bawahan dan juga diri sendiri yang
berakibat turunnya moril dan jiwa korsa.

2) Tekniknya:

a) selalu mengusahakan untuk mengetahui dan


memahami benar-benar kemampuan dan pembatasan yang
ada dalam kesatuan/organisasi sampai dengan orang demi
orang;

b) memberikan tugas kepada anggota bawahan sesuai


dengan kemampuannya;

c) mengadakan analisa terhadap tugas-tugas yang


diterima dari atasan, laporkan dan ajukan permintaan
tambahan alat dan tenaga bila memang benar-benar
diperlukan;
24

d) menggunakan kesatuan/organisasi secara maksimal;


dan
e) menggunakan setiap waktu yang tersedia untuk melatih
dan meningkatkan pengetahuan/kemampuan anggota/
organisasi.

k. Prinsip: “Bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang


dilakukan”.

1) Dasar:
a) tanpa perintah atau instruksi seorang Pemimpin
senantiasa harus dapat mengembangkan inisiatifnya. Tugas
yang timbul karena inisiatif ini biasanya merupakan
kelanjutan/penyempurnaan dari tugas sebelumnya;

b) hanya Pemimpin saja yang harus bertanggung jawab


terhadap apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan
oleh kesatuan/organisasi; dan

c) seorang Pemimpin harus mampu meneliti diri sendiri


tentang kemungkinan kesalahan dirinya sebelum ia
melimpahkan kepada seorang anggota/eselon bawahannya.

2) Tekniknya:

a) mempelajari dan memahami tugas dan tanggung jawab


atasan, kembangkan inisiatif sejauh mungkin dan kerjakan
apa yang menurut pendapat sendiri akan diperintahkan oleh
atasan;

b) menggunakan kesempatan sebaik-baiknya agar


kesatuan/organisasi diberi tugas dan tanggung jawab lebih
besar/penting;

c) melaksanakan setiap tugas sebaik-baiknya dan


pertanggungjawabkan pelaksanaannya;

d) menerima dengan ikhlas kritik yang sehat dan


mengakui kesalahan secara jujur, meneliti sebab-sebab
kegagalan yang dialami dan bertanya kepada diri sendiri
tentang kemungkinan kesalahan diri; dan

e) memperkuat dan mengembangkan hal-hal yang benar


dan bersikap selalu berani membela kebenaran.

BAB V
POLA KEPEMIMPINAN TNI

17. Umum. Pola kepemimpinan TNI banyak dipengaruhi oleh Pemimpin itu
sendiri, apakah pola kepemimpinannya lebih efektif, lebih cakap, belum matang
atau lebih matang. Hal ini akan terlihat dan terjelma dalam kewibawaan
Pemimpin dan kepemimpinannya pada pelaksanaan tugasnya.

18. Pola Umum Kepemimpinan. Dalam kepustakaan mengenai


kepemimpinan, dijumpai beberapa pola kepemimpinan (leadership pattens) yang
25

apabila dilihat dari berbagai segi pandangan dapat dibedakan menurut sifat dan
lingkungan tugas.

a. Dari segi sifat. Seorang Pemimpin melaksanakan kepemimpinannya


dibedakan dalam pola-pola sebagai berikut:

1) Kepemimpinan Otoriter. Dalam hal ini Pemimpin tidak


bersifat membimbing, tetapi lebih bersikap memerintah dan
mengendalikan bawahan, agar mereka dengan disiplin yang keras
dan rasa loyalitas yang tinggi dapat mencapai misi atau tujuan yang
dikehendaki oleh pemimpin itu. Kekuasaan penting bagi Pemimpin
yang demikian itu, karena tanpa kekuasaan ia akan kehilangan
sarana untuk mencapai tujuan. Pola kepemimpinan otoriter baik
atau buruk, masih disesuaikan dengan kondisi dan situasi
lingkungan yang ada. Dalam keadaan darurat atau sangat darurat
terutama pada saat-saat bawahan tidak mempunyai lagi semangat
juang, pola kepemimpinan otoriter seringkali diperlukan.
Sebaliknya dalam kondisi bawahan cukup mempunyai inisiatif dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya, kepemimpinan yang
demikian tidak diperlukan.

2) Kepemimpinan Demokratis. Dalam hal ini Pemimpin bersifat


membimbing bawahan. Ia menjelaskan kebijaksanaan umum
kepada bawahan dengan pedoman-pedoman pelaksanaan yang tidak
mengikat. Bawahan diharapkan dapat memilih cara-cara yang
dikehendaki dalam mencapai tujuan dan dengan demikian secara
spontan timbul rasa kesadaran akan tanggung jawab bawahan
terhadap pencapaian tujuan bersama. Bawahan diharapkan
bergerak sendiri, namun apabila ada penyimpangan barulah
Pemimpin memberikan pengarahannya.

3) Kepemimpinan Liberal. Pola kepemimpinan liberal


memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahannya untuk
bertindak dalam mencapai tujuan bersama. Pemimpin hanya akan
memberikan nasehat apabila diminta oleh bawahan. Inisiatif
diserahkan sepenuhnya kepada bawahan, garis-garis umumnya saja
yang ia jelaskan pada tingkat awal tugas. Apabila kepemimpinan
otoriter menitik beratkan inisiatif dan kemampuan pada diri
pemimpin dan kepemimpinan demokratis menitik beratkan inisiatif
dan kemampuan pada kelompok dalam keseluruhannya, maka pada
kepemimpinan liberal inisiatif dan kemampuan ada pada masing-
masing individu. Kebebasan individu menjadi pangkal tolak
utama.

4) Kepemimpinan Paternalistis. Pola kepemimpinan ini banyak


terdapat di negara-negara Asia, termasuk di Indonesia. Dalam
kepemimpinan ini pemimpin dianggap juga sebagai seorang ayah
yang harus melindungi bawahan seperti keluarga sendiri. Pemimpin
sebagai pola seorang ayah harus dapat menjadi panutan yaitu
seseorang yang dapat dianut, karena itu ia harus dapat memberikan
teladan kepada bawahannya.

b. Dari segi lingkungan tugas. Seorang pemimpin melaksanakan


kepemimpinannya menyesuaikan dengan suatu lingkungan tugas
tertentu, misalnya:
26

1) Kepemimpinan militer. Yang dimaksud kepemimpinan militer


adalah kepemimpinan yang tugas militer, meliputi tugas-tugas
operasi, taktik, manajemen dan administrasi.

2) Kepemimpinan sosial. Yang dimaksud kepemimpinan sosial


adalah kepemimpinan yang langsung berkaitan dengan tugas-tugas
sosial atau kemasyarakatan.

19. Pola Kepemimpinan TNI. Pola kepemimpinan TNI (dari sifatnya) terdiri
dari:

a. Otoriter. TNI sebagai organisasi militer profesional memerlukan


kepemimpinan yang bersifat otoriter untuk menegakkan disiplin militer
yang kuat. Tanpa tegaknya disiplin militer yang kuat, organisasi militer
hanya akan merupakan gerombolan bersenjata yang justru akan
membahayakan kondisi pertahanan hukum itu sendiri.

b. Demokratis. Menempatkan TNI bukan hanya sebagai militer


profesional saja, tetapi juga sebagai kekuatan sistim pertahanan semesta
(Sishanta). Dalam kedudukan TNI sebagai kekuatan Hanta, maka TNI
harus mampu membawakan suatu pola kepemimpinan yang dapat
mengakomodasikan aspirasi rakyat Indonesia dalam suatu mekanisme
sesuai dengan pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu dalam
kedudukannya sebagai kekuatan Sishanta kepemimpinan TNI harus
bersifat Demokratis (Pancasilais).

BAB VI
PEMBINAAN KEPEMIMPINAN TNI

20. Umum. Pembinaan kepemimpinan TNI merupakan suatu masalah yang


tidak boleh diabaikan, karena hanya dengan pembinaan yang intensif, mutu
para pemimpin TNI dapat terpelihara dan dikembangkan secara baik.
Kepemimpinan TNI harus selalu ditingkatkan, dikembangkan dan
disempurnakan, baik melalui pendidikan, latihan maupun praktek di lapangan.
Pembinaan Kepemimpinan TNI meliputi pembinaan terhadap ketiga unsur pokok
kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya yaitu pembinaan
terhadap si Pemimpin/Komandan, pembinaan terhadap mereka yang dipimpin
dan pembinaan terhadap keadaan ataupun lingkungan yang dihadapi.

21. Pembinaan terhadap si Pemimpin.

a. Pembinaan terhadap si pemimpin pada dasarnya merupakan


peningkatan diri pribadinya agar sifat-sifat kepemimpinan tetap
terpelihara dengan baik, bahkan berkembang menjadi lebih sempurna
lagi. Maka Pemimpin harus memegang teguh norma-norma Kode Etik
Perwira “Budhi Bhakti Wira Utama” sebagai berikut:

1) Budhi; Perwira TNI berbudi luhur, bersendikan:

a) ketuhanan Yang Maha Esa;

b) membela kebenaran dan keadilan; dan

c) memiliki sifat-sifat kesederhanaan.

2) Bakti; Perwira TNI berbakti untuk:


27

a) mendukung cita-cita nasional;

b) mencintai kemerdekaan dan kedaulatan Negara


Republik Indonesia;

c) menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia; dan

d) setiap saat bersedia membela kepentingan nusa dan


bangsa guna mencapai kebahagiaan rakyat Indonesia.

3) Wira; Perwira TNI adalah Ksatria:

a) pemegang teguh kesetiaan dan ketaatan;

b) pimpinan (soko Guru) dari bawahannya; dan

c) berani bertanggung jawab atas tindakannya.

4) Utama; Perwira TNI adalah:

a) penegak persaudaraan dan perikemanusiaan; dan

b) penjunjung tinggi nama dan kehormatan corps Perwira


TNI.

b. Sikap dan perilaku Pemimpin terhadap anggota bawahannya harus


tercermin sebagai berikut:

1) sebagai Pemimpin;

a) mengetahui kondisi jiwa dan aspirasi yang hidup dalam


hati sanubari orang lain;

b) pandai menilai dan menghargai pendapat, pendirian,


kehendak dan sikap orang lain;

c) bijaksana dalam membina kesatuan perasaan dan


pendapat dalam mencapai tujuan;

d) senantiasa berusaha untuk menjadi contoh/teladan


dalam perkataan dan perbuatan;

e) mampu memberikan bimbingan/Pimpinan/tuntutan


yang diperlukan;

f) menimbulkan dan memelihara kewibawaan pimpinan


atas dasar kepercayaan, keikhlasan dan kerelaan yang
dipimpin; dan

g) mampu melahirkan pimpinan-pimpinan baru.

2) sebagai Komandan;

a) berpendirian teguh, tegas dan bertanggung jawab;


28

b) mempunyai keberanian moril, kecakapan teknis,


keterampilan dan kemampuan dalam mengambil keputusan
dan memberikan perintah;

c) penuh inisiatif dan dinamis;

d) bijaksana dalam menggunakan wewenang untuk


mencapai tujuan dalam pelaksanaan tugas; dan

e) memelihara kondisi fisik dengan sebaik-baiknya.

3) sebagai Guru;

a) senantiasa memelihara dan meningkatkan pengetahuan


sesuai dengan perkembangan/tuntutan pelaksanaan tugas;

b) menguasai tata cara memberi instruksi;

c) memiliki kesabaran dan ketenangan dalam mendidik


dan melatih;

d) kesediaan untuk memberikan bantuan, baik secara


perorangan maupun dalam hubungan kesatuan guna
mencapai kemajuan dan keterampilan kerja; dan

e) merupakan pelita dan penyuluh yang tak pernah


padam.

4) sebagai Pembina;

a) menguasai fungsi-fungsi pembinaan yang meliputi


perencanaan, penyusunan, pengarahan dan pengawasan;

b) senantiasa berusaha meningkatkan hasil dan daya guna


dalam mencapai tujuan;

c) ambeg Parama Arta; dan

d) bertanggung jawab penuh mengenai kelangsungan


usaha atau tugas.

5) sebagai Bapak; dan

a) berperilaku sederhana;

b) mengenal setiap bawahannya;

c) bersifat terbuka dan ramah tamah serta mengayomi;

d) bijaksana tetapi tegas dan adil; dan

e) mendorong dan berusaha meningkatkan kesejahteraan


bawahan, materiil dan spirituil.

6) Sebagai teman seperjuangan. Ditinjau dari segi pertumbuhan


TNI, pertama-tama sebagai pejuang, kemudian sebagai tentara
profesional, sedangkan sebagai kekuatan sosial sudah jelas
29

bahwa masing-masing sebagai teman seperjuangan. Karena itu


seorang pemimpin harus dapat menempatkan dirinya sedemikian
rupa, sehingga terasa oleh anggota bahwa pimpinannya merupakan
kawan/teman juga dalam mencapai tujuan/tugas pokok.
22. Pembinaan terhadap yang Dipimpin.

a. Pembinaan terhadap yang dipimpin akan berkisar kepada


bagaimana anggota-anggota bawahan dapat diarahkan menuju ke sasaran
yang diinginkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Dengan
demikian yang menjadi masalah adalah cara atau metoda apa yang harus
dipergunakan untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Metoda yang
dipergunakanpun akan berbeda pula antara mereka yang bertugas di
bidang militer dengan yang berada di bidang non militer.

b. Seorang Pemimpin/Komandan harus memiliki kemampuan dan


ketegasan antara lain seperti cepat mengambil tindakan, tepat dalam
mengambil keputusan, tegas dan mempunyai tanggung jawab penuh.
Sebaliknya di bidang non Hankam perlu lebih ditonjolkan cara-cara
yang demokratis persuasif dan edukatif.

c. Cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi anggota-anggota


yang dipimpin sehingga memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas-tugasnya antara lain sebagai berikut:

1) Persuasif. Berarti penyadaran atau pembujukan, merupakan


metoda untuk memimpin anggota dengan membujuk/mengajak
dengan halus, sehingga anggota yang dipimpin itu tidak merasa
dipaksa atau dibawa kearah tindakan tertentu.

2) Implikasi. Mengandung harapan-harapan yang tidak kentara


yaitu melalui dialog atau tindakan di mana anggota dibawa ke
sasaran tertentu.

3) Sugesti. Merupakan cara membawa anggota melakukan


tindakan tertentu dengan memberikan saran atau harapan-harapan
kepada mereka.

4) Diskusi. Bersifat terbuka yaitu membahas masalah-masalah


dalam forum dialog.

5) Permintaan (Request). Bersifat lebih terbuka lagi yaitu


membahas masalah yang dikehendaki (diminta) secara langsung.

6) Nasehat (Advice). Menggantikan metoda permintaan apabila


metoda itu sudah tidak efektif. Dengan memberikan nasehat-
nasehat kepada anggota bawahan diharapkan bersedia menjalankan
kehendak Pimpinan/Komandan.

7) Dorongan (Inducement). Metoda ini dimaksudkan bahwa bila


perlu anggota bawahan didorong untuk melaksanakan
perintah/harapan Pimpinan/Komandan.

8) perintah (Command). Merupakan metoda yang lebih keras


lagi yaitu melalui perintah paksaan (bukan perintah dalam arti
umum), perintah yang memaksakan anggota untuk menjalankan
sesuatu tanpa alternatif lain dan disertai dengan sanksi-sanksi
tertentu apabila hal itu tidak dilaksanakan.
30

d. Dari cara dan metoda tersebut di atas, tidak ada metoda yang paling
baik, kesemuanya itu tergantung situasi dan kondisi. Apabila tidak
cukup digunakan metoda persuasif, maka digunakan tindakan yang keras
dan cepat, mungkin harus dipilih metoda perintah.

23. Pembinaan terhadap Keadaan Lingkungan Sosial.

a. Pembinaan terhadap keadaan ataupun lingkungan merupakan


masalah yang tidak kalah pentingnya dengan pembinaan unsur-unsur
pokok kepemimpinan lainnya, justru keadaan atau lingkungan sebagai
faktor ekstern akan sangat berpengaruh kepada azas, prinsip maupun
teknik kepemimpinan mana yang harus diterapkan.

b. Seorang Pemimpin/Komandan wajib berusaha untuk senantiasa


dapat menguasai keadaan lingkungan yang dihadapi dan mampu
membawa serta menjadikan keadaan/lingkungan sedemikian rupa,
sehingga ditemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas. Oleh
karena itu pembinaan kepemimpinan tidak akan lengkap apabila di
samping pembinaan pribadi si Pemimpin/Komandan dan yang dipimpin
tidak disertai dengan pembinaan terhadap keadaan ataupun lingkungan
itu.

c. Untuk dapat menguasai keadaan lingkungan yang dihadapi perlu


ditempuh berbagai langkah tertentu antara lain:

1) usahakan agar selalu terdapat komunikasi dengan lingkungan


yang dihadapi untuk mengetahui dan memahami keadaan aspirasi
aspirasi yang hidup dalam lingkungan itu dan turut menghayati
aspirasi-aspirasi tersebut;

2) usahakan agar memiliki kepekaan sosial yang tinggi, sehingga


dapat ikut merasakan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya;

3) usahakan agar sejauh mungkin dapat memenuhi kebutuhan


yang diperlukan oleh lingkungan dengan sebaik-baiknya, baik dari
segi materiil maupun spiritual;

4) usahakan untuk memiliki kemampuan menemukan hal-hal


baru yang menguntungkan bagi lingkungan serta mendorong
lingkungan itu untuk mewujudkan; dan

5) usahakan untuk senantiasa dapat memberikan pertolongan


kepada siapapun tanpa pamrih sesuatu dan sanggup untuk hidup
sesuai norma-norma yang dianggap baik oleh lingkungan itu.
RAHASIA
31

BAB VII
PENUTUP

24. Penutup. Demikian Modul Mata Kuliah Psikologi dan Kepemimpinan


materi Kepemimpinan TNI ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman
bagi Calon Perwira TNI AD dalam proses belajar mengajar pada Prodi Pendidikan
Pembentukan Perwira TNI AD Program Diploma-3 (Ahli Madya).

Kepala Dinas Psikologi Angkatan Darat

Dr. Eri R Hidayat, MBA,MHRMC.


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

RAHASIA
1

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Sub lampiran II Kep Kadispsiad


DINAS PSIKOLOGI Nomor Kep/02/III/2019
Tanggal 04 Maret 2019

KOPSTUK SATUAN SESUAI LP

FORMAT DISKUSI KEPEMIMPINAN TNI

1. Pendahuluan.
2. Maksud dan tujuan.

a. Maksud.
b. Tujuan.

3. Ruang lingkup.
4. Pokok masalah.
5. Langkah-langkah pemecahan masalah.

a. Mengenali masalah/identifikasi masalah.


b. Pengumpulan data dan fakta.
 
1) Data.
2) Fakta.

6. Analisa data dan fakta.

7. Pemecahan masalah yang dilakukan untuk dijadikan bahan masukan


bagi para Danramil sebagai berikut:

8. Kesimpulan dan saran.

a. Kesimpulan
b. Saran

Tempat pelaksanaan diskusi, tanggal,bulan,tahun


KETUA KELOMPOK (BERAPA?)

NAMA
NOMOR CAPA

Kepala Dinas Psikologi Angkatan Darat

Dr. Eri R Hidayat, MBA,MHRMC.


Brigadir Jenderal TNI
2

CONTOH CARA MENGISI FORMAT

(TUANGKAN JUDUL JAWABAN POKOK MASALAH)

CONTOH
JAWABAN POLA KEPEMIMPINAN DAN SOLUSI MENYELESAIKAN MASALAH YANG
TERJADI DI…………(SESUAI LP)

1. Pendahuluan.
(Diambil dari KAUM & KASUS dibuat mengerucut ke bawah, susunan dari
luas ke sempit)

a. Ambil dari Kaum ttg Brigade.

b. Ambil dari Kaum ttg Batalyon.

c. Ambil dari Kaum ttg Geo, Demo, Konsos wilayah.

d. Ambil dari Kaum ttg Kompi.

2. Maksud dan tujuan.

a. Maksud. Memberikan gambaran kepada pimpinan tentang pola


kepemimpinan Danton .... dan cara menyelesaikan permasalahan
Peleton……Kompi….

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan Pimpinan


dalam menentukan Pola kepemimpinan dan cara menyelesaikan masalah
yang terjadi di Peleton……Kompi…..

3. Ruang lingkup.

a. Pendahuluan.

b. Pokok masalah.

c. Langkah-langkah pemecahan masalah.

d. Analisa data dan fakta.

e. Pemecahan masalah.

f. Kesimpulan.

4. Pokok masalah. Dari latar belakang permasalahan yg ada di keadaan


khusus dan keadaan khusus lanjutan, maka dibuat suatu rumusan masalah
yang terdiri dari pokok-pokok masalah sebagai berikut: (diambil di pasal 4/
persoalan)

Contoh:

a. Pola kepemimpinan apa yang telah diterapkan oleh Danton……

b. Pola kepemimpinan yang bagaimana yang cocok digunakan/


diterapkan…..

c. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah yang terjadi di ……


3

5. Langkah-langkah pemecahan masalah.

a. Mengenali masalah/identifikasi masalah.

(Menginventarisir/memilah milah penyebab masalah dan dampak


dari penyebab masalah)

1) Contoh: Adanya anggota yang gajinya Minus (-)

2) Contoh: Adanya anggota yang membuat pelanggaran

3) Dst.

b. Pengumpulan data dan fakta.

1) Data.

(Data diambil dari keadaan Umum dan keadaan khusus


seperti data satuan, wilayah dan anggota)

a) Contoh: Kompi…... berada di wilayah…..

b) …………………………………………………………………………

c) Dst.

2) Fakta.

(Fakta diambil dari keadaan Khusus dan keadaan khusus


lanjutan yang mengandung peristiwa/kejadian mengandung unsur
TAJAM-BUTA SIABIDIBAME)

a) Contoh: Pada TAJAMBUTA Kopda Polan melakukan KDRT

b) …………………………………………………………………………

c) Dst.

6. Analisa data dan fakta.

(Menganalisa data dan fakta yang telah dituangkan yang menyebabkan


terjadinya permasalahan/pelanggaran: Mengandung unsur sebab-akibat/
mengapa, apa alasan berbuat latar belakang kejadian/peristiwa/ perbuatan)
 
a. Contoh : Polan mencuri karena gajinya sudah minus keluarga butuh
biaya.

b. ………………………………………………………………………………

c. Dst.

7. Pemecahan masalah yang dilakukan untuk dijadikan bahan masukan


bagi Pimpinan sebagai berikut:

(Masukan perbuatan yang dilakukan oleh Danton (sesuai LP) yang


menyebabkan terjadinya permasalahan)

a. Contoh Danton dalam memimpin anggota selalu keras tidak mau


menerima saran masukan dari rekan maupun bawahan sehingga
menimbulkan permasalahan di satuannya….. Bagaimana alternatif solusi
penyelesaiannya......
4

b. Contoh Setiap ada permasalahan yang terjadi di satuannya tidak


ditangani secara tuntas sehingga menimbulkan masalah baru.

c. Cara penyelesaian permasalahan yang terjadi dibuat secara rinci.

d. Dst.

8. Kesimpulan dan saran.

a. Kesimpulan

1) Contoh Pola kepemimpinan yang digunakan oleh Danton….

2) Contoh Pola kepemimpinan yang cocok digunakan oleh Danton


yang sesuai untuk mengatasi masalah.

b. Saran

1) Contoh Untuk mencegah kejadian terulangnya disarankan agar


Danton mengkombinasikan Pola kepemimpinan ……. dihadapkan pada
perrmasalahan..................................................

2) ………………………………………………………………………………

3) ……………………………………………………………………………...

Tempat pelaksanaan diskusi, tanggal,bulan,tahun


KETUA KELOMPOK (BERAPA?)

NAMA
NOMOR CAPASUS
5

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT


DINAS PSIKOLOGI

BLANGKO PENILAIAN PRAKTIK SIKAP DAN PERILAKU PEMIMPIN


PRODI DIKTUKPA TNI AD PROGRAM D-3 (AHLI MADYA) TA . 20

Mata Kuliah : Kepemimpinan


Bahan Kajian : Kepemimpinan TNI
Pendidikan : Prodi Diktukpa TNI AD Program D-3 (Ahli Madya) TA. 20...
Nama : ....................................
Nomor Capa : ....................................

UNSUR
NO KRITERIA SKOR NILAI
PENILAIAN
1 2 3 4 5 6
Sikap dan
Perilaku 100 .......... ........
Pemimpin
24
a. mengetahui kondisi jiwa dan
aspirasi yang hidup dalam hati (4) ( ........)
sanubari orang lain.
b. pandai menilai dan
menghargai pendapat, pendirian, (4) ( ........)
kehendak dan sikap orang lain.
c. bijaksana dalam membina
kesatuan perasaan dan pendapat (4) ( ........)
dalam mencapai tujuan.
d. senantiasa berusaha untuk
Sebagai
1. menjadi contoh/teladan dalam (4) ( ........)
Pemimpin
perkataan dan perbuatan.
e. mampu memberikan bim-
bingan/Pimpinan/tuntutan yang (4) ( ........)
diperlukan.
f. menimbulkan dan memelihara
kewibawaan pimpinan atas dasar
(4) ( ........)
kepercayaan, keikhlasan dan
kerelaan yang dipimpin.
g. mampu melahirkan pim-
pinan-pimpinan baru
20 .......... .........
a. berpendirian teguh, tegas dan
(4) ( ........)
bertanggung jawab.
b. mempunyai keberanian moril,
kecakapan teknis, keterampilan
dan kemampuan dalam meng- (4) ( ........)
ambil keputusan dan membe-
Sebagai
2. rikan perintah
Komandan
c. penuh inisiatif dan dinamis. 4 ( ........)
d. bijaksana dalam menggunakan
wewenang untuk mencapai
4 ( ........)
tujuan dalam pelaksanaan
tugas.
e. memelihara kondisi fisik
4 ( ........)
dengan sebaik-baiknya
6

1 2 3 4 5 6
18 .......... .........
a. senantiasa memelihara dan
meningkatkan pengetahuan
(4)
sesuai dengan perkembangan/ ( ........)
tuntutan pelaksanaan tugas.
b. menguasai tata cara memberi
(4) ( ........)
instruksi;
c. memiliki kesabaran dan
ketenangan dalam mendidik dan (4) ( ........)
melatih.
Sebagai Guru
d. kesediaan untuk memberikan
bantuan, baik secara perorangan
maupun dalam hubungan
(3) ( ........)
kesatuan guna mencapai
kemajuan dan keterampilan
kerja.
e. merupakan pelita dan
penyuluh yang tak pernah (3) ( ........)
padam.
18 .......... .........
a. menguasai fungsi-fungsi pem-
binaan yang meliputi peren-
(5) ( ........)
canaan, penyusunan, peng-
erahan dan pengawasan.
b. senantiasa berusaha mening-
Sebagai
4. katkan hasil dan daya guna (4) ( ........)
Pembina
dalam mencapai tujuan.
c. ambeg Parama Arta. (4) ( ........)
d. bertanggung jawab penuh
mengenai kelangsungan usaha (5) ( ........)
atau tugas.
15 ..........
a. Berperilaku sederhana. (3) ( ........)
b. Mengenali bawahannya. (3) ( ........)
c. Bersifat terbuka dan ramah
(3) ( ........)
tamah serta mengayomi.
Sebagai
5. d. Bijaksana tetapi tegas dan
Bapak (3) ( ........)
adil.
e. mendorong dan berusaha
meningkatkan kesejahteraan (3) ( ........)
bawahan, materiil dan spirituil.
5 ..........
Dapat menempatkan dirinya
sedemikian rupa, sehingga terasa
Sebagai oleh anggota bahwa pimpinannya
6. Teman merupakan kawan/teman juga (5) ( ........)
Seperjuangan dalam mencapai tujuan/tugas
pokok.

Jumlah 100

Bandung, ......,......,20...
PENILAI,

.............
............................
7

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT


DINAS PSIKOLOGI

BLANGKO PENILAIAN PRODUK DAN DISKUSI KEPEMIMPINAN TNI

BAHAN KAJIAN : KEPEMIMPINAN TNI (PRAKTEK)


YON/KOMPI/TON : ......................................................
HARI/TGL DISKUSI : ......................................................
PRAKTEK DISKUSI NILAI
NO NILAI ANALISA NILAI PRODUK
NO POKOK LANGKAH PEMECAHAN KESIMPULAN
CAPA PRODUK PENDAHULUAN DATA & DISKUSI &
MASALAH PEMECAHAN MASALAH & SARAN
FAKTA DISKUSI
SKOR
100 10 20 20 20 20 10 100 200 : 2
NILAI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
dst

Bandung, .......,......., 20.......


PENILAI,

................................................

Anda mungkin juga menyukai