Anda di halaman 1dari 23

PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Perkembangan Kurikulum

Dosen Pengampu: Drs. H. Nandang Suhendi,M.Pd.

Disusun Oleh:

Dewi Nurhayati (2020.01.013)

Khairunnisa (2020.01.030)

Resa Rosmawati (2020.01.059)

Silvia Septiani (2020.01.072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL - FALAH (STAIA)

CICALENGKA-BANDUNG

2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, puji dan syukur kami


panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam kami
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W, Karena beliau membawa
manusia dari zaman kebodohan dan kegelapan kepada zaman yang terang
benderang penuh dengan berbagai ilmu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Telaah
Perkembangan Kurikulum yang berjudul “Proses Pengembangan Kurikulum”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, khususnya bapak dosen Drs.H. Nandang
Suhendi,M.Pd. mata kuliah Telaah Perkembangan Kurikulum. Sebagai bantuan
dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima,
mudah-mudahan menjadi amal sholeh dan di terima Allah sebagai sebuah
kebaikan.

Makalah ini belum bisa dikatakan sempurna karena keterbatasan ilmu


yang kami miliki, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan siapa saja yang membacanya.

Bandung, 15 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Konsep Pengembangan Kurikulum ........................................................................ 3
B. Proses Pengembangan Kurikulum .......................................................................... 5
C. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum ..................................................... 13
BAB III ............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKAN .................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting di
kehidupan yang semakin modern ini. Dengan pendidikan bisa lebih
mendapatkan kehidupan yang cukup layak. Biasanya semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kesempatan untuk
mendapat kehidupan yang layak, begitupun sebaliknya semakin rendah
pendidikan seseorang maka semakin sulit untuk mendapatkan kehidupan
yang layak. Untuk mencapai suatu pendidikan yang terarah, terencana dan
sesuai dengan kebutuhan, maka dibentuklah suatu alat yaitu kurikulum.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidiakan. Kurikulum
mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk
kehidupan itu kelak di tentukan oleh kurikulum yang di gunakan oleh
bangsa itu sekarang. Kurikulum dapat merencanakan hasil pendidikan atau
pengajaran yang diharapkan karena dapat menunjukan apa yang harus
dilakukan dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil
pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau
setelah anak didik menyelesaikan program pendidikan. Pembaharuan
kurikulum harus segera dilakukan sebab tidak ada kurikulum yang
sesuai sepanjang masa. Kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senan tiasa cenderung berubah. Dalam
prosesnya juga kurikulum mengalami perubahan-perubahan yang selalu
mengikuti perkembangan zaman yang tentunya kearah yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep pengembangan kurikulum?
b. Bagaimana proses pengembangan kurikulum?
c. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum?

1
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui proses pengembangan kurikulum
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses pengembangan
kurikulum
c. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pengembangan Kurikulum


Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan,
kurikulum diartikan sebagai suatu program yang disediakan untuk siswa.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Oemar Hamalik dalam buku manajemen
pengembangaan kurikulum, kurikulum merupakan suatu program yang
disediakan untuk siswa. Program pendidikan dalam bentuk kegiatan belajar,
tujuannya untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan siswa yang
disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang menyeluruh
sebagai bentuk kebijakan nasional dalam pendidikan yang disesuaikan
dengan visi, misi dan strategi yang dimiliki dari pendidikan nasional. Proses
pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi. (hamalik, 2012, hal. 22)
Dalam buku (Sabda, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Tinjauan
Teoritis), 2016, hal. 178-180) secara garis besar pengembangan kurikulum
dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
1) Pengembangan kurikulum yang baru (curriculum construction).
Pengembangan kurikulum ini adalah pengembangan kurikulum yang
dilakukan untuk satu lembaga pendidikan yang baru, atau untuk sebuah
mata pelajaran baru, atau dapat juga untuk sebuah kegiatan pembelajaran
yang baru, yang sebelumnya sama sekali belum ada kurikulumnya.
2) rnenyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum reconstruction).
Pengembangan kurikulum yang merupakan rekonstruksi kurikulum yang
telah ada adalah pengembangan kurikulum yang telah dianggap
ketinggalan Pengembangan kurikulum dalam bentuk memperbaiki
kurikulum yang telah ada menjadi sebuah konsep kurikulum yang baru.
Dalam hal ini lingkup kegiatannya dapat diacu dari apa yang

3
dikemukakan oleh R.G. Havelock (1976) sebagaimana dikutip oleh
Nasution (1987:158-159) digolongkan dalam enam jenis:
a) Substitusi, penggantian atau penukaran, misalnya mengganti
komponen kurikulum yang lama dengan yang baru.
b) Alterasi atau mengadakan perubahan dalam struktur yang ada,
misalnya struktur organisasi kurikulum yang lama dengan yang
baru yang sesuai dengan kebutuhan sekarang.
c) Penambahan, tanpa mengganggu pola yang lama, misalnya
menambahkan sarana dan alat bantu, bahan pelajaran baru, dan
lain-lain.
d) Re-strukturisasi, misalnya mengadakan reorganisasi kurikulum dan
jadwal pelajaran yang dapat memerlukan perubahan yang
mendalam tentang hubungan antar pribadi, misalnya dengan
menjalankan team-teaching, pendekatan terpadu.
e) Penghapusan cara-cara lama, misalnya menghapuskan metode
yang hanya menggunakan satu buku pelajaran sebagai sumber
satu-satunya dan mengutamakan proses belajar dengan
memanfaatkan banyak sumber seperti perpus-takaan, lingkungan,
dan sebagainya, penghapusan pengajaran klasik, pengha-pusan
sistem ujian, penghapusan buku rapor tradisional, dan lain-lain.
f) Penguatan yang lama, yaitu memantapkan cara-cara lama akan
tetapi dilengkapi dengan pengetahuan yang mutakhir sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penataran dan
penyegaran.

Pada sisi lain pengembangan kurikulum dapat dilihat dari sisi sebagai
sebuah upaya menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar
kurikulurn, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program
pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan, yang diistilahkan
dengan pengembangan kurikulum secara makro (macro curriculum). Pada sisi
lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum (Kurikulum Standar) yang
telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan

4
menuajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah,
seperti penyusunan Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana
Program Pembelajaran (RPP), dan lain-lain, yang diistilahkan dengan
pengembangan kurikulum secara mikro (micro curriculum).

B. Proses Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum diartikan sebagai suatu proses, maka dalam


pelaksanaannya terdiri beberapa langkah yang harus dilakukan sebagaimana
yang digambarkan oleh Hasan (2002) yang dikutip oleh Muhaimin di ambil
dari jurnal (Fajri, 2019) sebagaii berikut.

Chart di atas menggambarkan proses pengembangan kurikulum mulai


dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi. Dalam perencaan kurikulum
dimulai dengan merumuskan ide yang akan dikembangkan menjadi program.
Ide dalam perencaan kurikulum berasal dari:

1. Visi yang dicanangkan


2. Kebutuhan stakeholders dan kebutuhan untuk studi jenjang berikutnya
3. Hasil evaluasi kurikulum yang telah digunakan dan tuntutan
perkembangan ipteks dan zaman
4. Pandangan berbagai pakar keilmuan

5
5. Perkembangan era globalisasi, di mana seseorang dituntut untuk
memiliki etos belajar sepanjang hayat, memperhatikan bidang sosial,
ekonomi. Politik, budaya dan teknologi.
Dari ide di atas kemudian dikembangkan rancangan program dalam
bentuk dokumen seperti format silabus. Rancangan tersebut dikembangkan
lagi dalam bentuk rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan seperti RPP
atau SAP. Rencana tersebut berisi tentang langkah pembelajaran untuk siswa.
Setelah rencana tersebut diterapkan kemudian dievaluasi sehingga dapat
diketahui tingkat efektivitasnya. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh bekal
untuk menyempurnakan kurikulum berikutnya.
Dari penjelasan di atas proses pengembangan kurikulum secara umum
terdiri dari perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Selain proses
kurikulum secara umum diatas, ada empat tahap pengembangan kurikulum
dilihat dari tingkatannya antara lain:
a. Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini membahas pendidikan
pada tingkat nasional yang terdiri dari pendidikan formal, informal, dan
non formal. Dari tingkatannya dapat dilihat secara vertikal dan
horizontal. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan
berdasarkan tingkatan pendidikan dari yang terendah sampai ke tinggi.
Sedangkan Secara horizontal, pengembangan kurikulum berdasarkan
pendidikan yang sederajat, seperti contoh SD, MI, dan program paket A.
(arifin, 2013)
b. Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi
Pengembangan kurikulum tingkat ini memiliki beberapa kegiatan
yang harus dilaksanakan antara lain, merumuskan tujuan yang akan
dicapai sekolah, menyusun SKL (standar kompetensi lulusan), dan
penetapan isi kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi lulusan
berupa rumusan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran pada lembaga

6
pendidikan. SKL tersebut dirumuskan sesuai dengan jenis dan
tingkatannya.
Standar kompetensi lulusan menunjukkan harapan masyarakat,
seperti orangtua, penjabat pemerintah dan swasta tentang dunia
pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain, serta merupakan harapan bagi
pendidikan jenjang tinggi atau dunia kerja. (Fajri, 2019)
c. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
Silabus merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada tingkat
mata pelajaran. Silabus yang terdiri dari kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian,
bentuk penilaian dan alokasi waktu disusun pada setiap semester.
d. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.
Pada tingkat pembelajaran dikelas pengembangan kurikulum
dilakukan dalam bentuk susunan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pendidikan) yang dirancang oleh masing-masing guru. Perencanaan
tersebut juga meliputi sumber belajar yang akan digunakan.

Penjelasan di atas merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada


tiap-tiap tingkatannya. Masing-masing tingkatan memiliki tugas masing-
masing dalam proses pengembangan kurikulum, akan tetapi tetap disesuaikan
dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan menurut Hamalik proses
pengembangan kurikulum yang digunakan di Indonesia dimulai dengan
melihat kebutuhan yang ada. Dari studi kebutuhan serta kelayakan kemudian
menyusun rencana kurikulum, rencana awal dikembangkan menjadi rencana
yang akan diterapkan dalam pelaksanaan kurikulum. Rencana tersebut di uji
coba terlebih dahulu di lapangan sebelum kurikulum dilaksanakan secara
menyeluruh. Setelah dilaksanakan secara menyeluruh kemudian dilakukan
penilaian untuk melihat tingkat keberhasilan kurikulum. Hasil penilaian dapat
digunakan untuk perbaikan kurikulum yang telah ada.

7
Ada beberapa para Ahli yang merumuskan tahapan-tahapan
pengembangan kurikulum, sebagai berikut: (Fajri, 2019)

1. Model administratif
Model administratif adalah model tertua yang pernah digunakan.
Pengembangan dengan model adminisratif dilakukan oleh administrator
pendidikan yang membentuk suatu tim pengarahan pengembangan
kurikulum.
Model administratif sering pula disebut sebagai model garis.
Sehingga pengembangan kurikulum diarahkan dari penjabat pendidikan
yang berada di atas. Kemudian membentuk tim pengarahan yang terdiri
dari pengawas, kepala sekolah dan pengajar. Tim pengarahan memiliki
ugas untuk merencanakan, memberikan pengarahan, merumuskan
falsafah dan tujuan umum pendidikan. (hamalik, 2012, hal. 142-143)
Selanjutnya, tim pengarahan membentuk kelompok kerja untuk
menyusun tujuan pendidikan, rencana pengajaran, dan kegiatan
pembelajaran. Hasil kerja kelompok tersebut direvisi oleh tim pengarah
dan dilakukan uji coba. Kegiatan uji coba bertujuan untuk melihat tingkat
efektifitas dan kelayakannya. Tim pengarah menelaah dan mengevaluasi
uji coba rancangan kurikulum kemudian memutuskan pelaksanaannya.
Pengembangan kurikulum model administratif tersebut dapat
dilaksanakan pada negara yang dengan sistem karena model ini dari
pusat ke bawah . Kekurangan model ini kurikulum biasanya bersifat
seragam secara nasional sehingga tidak disesuaikan dengan kebutuhan
tiap-tiap daerah. (Fajri, 2019)
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, dilakukan kegiatan
monitoring, pengamatan, pengawasan, dan bimbingan yang kemudian
dilakukan pula evaluasi yang hasilnya di gunakan untuk umpan balik
bagi instansi pendidikan tingkat pusat, daerah, dan sekolah. Dalam
pelaksanaannya perlu adanya pengawasan. Kekurangan model ini dapat
dijadikan pertimbangan dalam memilih model pengembangan kurikulm
karena tuntutan masing-masing daerah berbeda-beda.

8
2. Menurut Arich Lewy
Menurut Arich Lewy (1977) proses pengembangan kurikulum
dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagaimana yang dikutip dalam
buku dasar-dasar pengembangan kurikulum karya Burhan Nurgiyanto
terdiri dari penentuan tujuan umum, perencanaan, uji coba dan revisi, uji
lapangan, pelaksanaan kurikulum dan pengawasan mutu kurikulum.
Penjelasan dari enam tahap pengembangan menurut Arich Lewy,
tahap pertama yang dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum
adalah merumuskan tujuan kurikulum secara umum. Tujuan kurikulum
tersebut meliputi nilai dan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta
didik setelah mengikuti pelaksanaan kurikulum. Dalam merumuskan
tujuan ini, para pengembang kurikulum bekerja sama dengan para ahli
disiplin ilmu termasuk psikolog, sosiolog, antropolog, dan pakar-pakar
ilmu lainnya yang relevan. Pakar-pakar ini dianggap mampu memberikan
kontribusi pemikirannya untuk merumuskan tujuan umum kurikulum.
Berdasarkan tahaapan pertama, selanjutnya pengembang
kurikulum menyusun perencanaan kurikulum, mulai dari perencanaan
umum (silabus) sampai dengan perencanaan khusus (RPP) dalam
berbagai kegiatan (intrakulikuler, ekstrakulikuler maupun kokulikuler)
sesuai dengan organisasi kurikulum yang diinginkan. Perencanaan
meliputi bahan/materi pembelajaran, strategi penyampaian, sistem
penilaian, sarana prasarana, biaya serta cara-cara penyampaian kepada
guru-guru agar mereka dapat menggunakannya. Perencanaan yang sudah
disusun kemudian di uji coba. Uji coba bertujuan untuk menguji
perancaan kurikulum yang telah disusun sesuai dengan situasi dan
kondisi objektif di lapangan. Selain itu uji coba juga dilaksanakan untuk
mengetahui kelemahan dari perencaan sehingga dapat diperbaiki. Dalam
uji coba ini, pengembang kurikulum melakukan observasi secara
langsung di kelas dan meminta pendapat peserta didik mengenai kegiatan
pembelajaran dengan kurikulum baru yang telah diikuti. Begitu juga

9
pendapat dari para pakar pendidikan, psikologi, bidang studi, dan lain-
lain termasuk kepala sekolah, orang tua, guru.
Hasil uji coba terbatas adalah memperoleh kurikulum yang lebih
baik. Berdasarkan kurikulum ini kemudian dilakukan kembali uji
lapangan yang lebih luas, yang hampir mirip dengan situasi sebenarnya.
Tujuannya untuk menganalisis kondisi pelaksanaan kurikulum agar
diperoleh hasil yang lebih memadai. Setelah dilakukan uji lapangan,
kemudian dilaksanakan pelatihan untuk kepala sekolah dan guru secara
bertahap. Selanjutnya kurikulum dilaksanakan seluruh sekolah di
berbagai wilayah dalam suatu negara secara uniform. Kurikulum
memiliki sifat dinamis, yaitu mengikuti perubahan dan perkembangan
zaman. Apabila kurikulum memiliki kekurangan dan tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman, maka perlu dilakukan pembaharuan
kurikulum.
3. Model Rogers
Terdapat tahap pengembangan kurikulum dengan model Rogers.
tahap pertama yang dilakukan yaitu memilih target yang akan ikut serta
dalam kelompok intensif dari sistem pendidikan, selanjutnya guru
berpartisipasi dalam pengalaman guru. Pengalaman yang ada
dikembangkan pada masingmasing kelas. Dibutuhkan pula partisipasi
orang tua dalam kegiatan kelompok. (Sukmadinata, 2012, hal. 167) Akan
tetapi dalam tahapan model ini tidak semua orang tua ikut serta dalam
menyusun kurikulum. Orang tua memiliki peran lebih besar pada saat
pelaksanaan kurikulum. Karena dalam proses belajar tidak hanya
berlangsung di sekolah tetapi juga di rumah, sehingga orang tua ikut
mendampingi dan mengawasi kegiatan belajar siswa di rumah. Orang tua
juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai
kegiatan seperti diskusi, pertemuan dengan guru dan pelaporan hasil
belajar. Dari kegiatan tersebut dapat menjadi umpan balik untuk
menyempurnakan kurikulum. (Sukmadinata, 2012, hal. 168) Proses

10
pengembangan kurikulum dengan model rogers lebih memperhatikan
subyek yang berpegaruh dalam pelakasanaan kurikulum.
4. Menurut Tyler
Menurut Tyler, tahapan pengembangan kurikulum terdiri dari
empat tahapan mulai dari menentukan tujuan hingga penilaian. Pertama,
menentukan tujuan pengembangan kurikulum, tahapan yang harus
dilakukan pertama yaitu menentukan tujuan dari pengembangan
kurikulum. Sehingga dapat diketahui arah dan sasaran pencapaian
pendidikan. Kedua, menentukan pengalaman belajar siswa. Setelah
menentukan tujuan kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan
penentuan pengalaman belajar (learning experiences). Pengalaman
belajar merupakan kegiatan interaksi siswa dengan lingkungan.
Pengalaman belajar siswa dapat ditemui dalam proses pembelajaran.
Terdapat beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar yaitu
pengalaman disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, setiap
pengalaman harus memuaskan siswa, siswa terlibat dalam perencanaan
pengalaman belajar, dan dalam pengalaman belajar siswa memiliki
tujuan yang berbeda-beda.
Ketiga, pengorganisasian pengalaman belajar. Pengorganisasian ini
dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara vertikal dan horizontal. Untuk
pengorganisasian secara vertikal menghubungkan pengalaman belajar
suatu kajian ilmu yang sama pada tingkatan yang berbeda. Sedangkan
secara horizontal menghubungkan pengalaman belajar beberapa bidang
pada tingkat yang sama. Keempat, penilaian tujuan belajar sebagai
komponen yang dijadikan perhatian utama. (Idi, 2016, hal. 177-178)
5. Menurut Beauchamp
Ada lima tahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum yang
pertama menetapkan lingkup wilayah yang akan di cakup oleh kurikulum
tersebut (sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, Negara). Tahapan
lingkup wilayah ini ditentukan oleh pihak yang memiliki wewenang
untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum. Setelah

11
menetapkan lingkup wilayah kemudian menetapkan personalia yaitu
pihak yang ikut dalam proses pengembangan kurikulum. Menurut
Beauchamp pihak tersebut antara lain, para ahli pendidikan ataupun ahli
kurikulum yang berada di tingkat pusat, perguruan tinggi dan sekolah.
Selain itu juga para profesional dalam sistem pendidikan serta tokoh-
tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam pendidikan. (Sukmadinata,
2012, hal. 163)
Dalam model ini melibatkan para ahli dan tokoh pendidikan yang
berpengaruh pada pengembangan kurikulum baik secara langsung
maupun tidak. Penetapan ini disesuaikan dengan tingkat dan luas
wilayah. Sebagaimana untuk tingkat provinsi dan nasional tidak begitu
melibatkan guru. Sebaliknya untuk tingkat dibawahnya seperti
kabupaten, kecamatan, dan sekolah keterlibatan guru lebih besar dalam
pengembangan kurikulum. Organisasi dan prosedur pengembangan
kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh
dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan
keseluruhan desain kurikulum. Selanjutnya mengimplementasikan
kurikulum dan mengevaluasi.
6. Menurut Taba
Proses pengembangan kurikulum menurut taba dapat dilakukan
dengan lima langkah. Dimulai dengan Mengadakan unit-unit eksperimen
bersama guru-guru Didalam unit ini diadakan studi yang seksama tetang
hubungan antara teori dan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori
yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen didalam kelas menghasilkan
data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan. Ada 8
langkah dalam kegiatan unit eksperimen menurut Taba yaitu,
mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus, memilih isi,
mengorganisasi isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi
pengalaman belajar, mengevaluasi, melihat sekuens dan keseimbangan.

12
Selanjutnya menguji unit eksperimen, kegiatan ini dilaksanakan
tidak hanya pada kelas ekperimen tetapi di uji juga pada kelas atau
tempat lain sehingga dapat diketahui tingkat validitas dan juga dapat
memperoleh data untuk penyempurnaan. Data yang diperoleh dari
tahapan pengujian kemudian digunakan untuk perbaikan dan
penyempurnaan. Selain melakukan revisi atau perbaikan juga diadakan
konsolidasi, pada kegiatan ini dilakukan penarikan kesimpulan mengenai
hal yang bersifat umum, karena unit eksperimen yang telah digunakan
belum tentu valid untuk sekolah yang lain.
Setelah melakukan kegiatan revisi dan konsolidasi, kemudian
mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum. Pada tahapan ini
dilaksanakan pengkajian oleh ahli kurikulum, tujuannya untuk
mengetahui konsep dan landasan yang digunakan seusia atau tidak.
Kemudian kurikulum baru diterapkan pada daerah yang lebih luas tidak
hanya sekolah yang digunakan untuk eksperimen. Sehingga dengan
langkah ini dapat diketahui maslah yang dihadapi, baik yang berkaitan
dengan pendidik, fasilitas hingga pembiayaan.

C. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum


Dikutif dari (Masykur, 2019) Secara umum langkah-langkah
pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan
tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.
a. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah
menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat
dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan
masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan
pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek
perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja
dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan
prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di masa yang akan datang,

13
sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakankebijakan,
khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan,
baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis
dari ketiga aspek tersebut kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi
serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan
pengembangan tujuan.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan
ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas.
Survei kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam
menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat
melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat,
pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan
oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum
sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan
analisis terhadap kompetensikompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan
suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatanketiga, analisis
tugas merupakan cara yang lebih rumit dibandingkan dengan dua
pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas itu
bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotor.
Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah
deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi
langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan
tujuan.
b. Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai
dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan-tujuan
yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan tersebut meliputi:
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta
tujuan instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional

14
khusus. Tujuan juga dapat dibagi ke dalam beberapa taksonomi tujuan.
Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives
membagi tujuan ini menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Ketiga. domain ini masing-masing terdiri atas beberapa
aspek yang disusun secara hierarkis, Domain kognitif berkenaan dengan
penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain
afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan,
sikap, minat, dan nilainilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan
dengan penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan
motorik. Menurut Davies (1976), ketiga domain tujuan tersebut dirinci
gambar sebagai berikut:

c. Pengorganisasian Materi
Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan
prosedurprosedur tertentu yang merupakan salah satu bagian dalam
pengembangan kurikulum secara keseluruhan. Hal ini berkaitan. dengan
keaiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa yang
harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian
pokok-pokok dan subpokok bahasan serta uraian materi secara garis
besar, juga termasuk scope (ruang lingkup) dan sequence (urutan)-

15
nya..Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh tujuan-tujuan dari
jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan.
Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials,
M.D. Gall (1981) mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan
bahan kurikulum, yaitu : identifikasi kebutuhan, merumuskan misi
kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan
susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan. membuat keputusan
adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan
bahan.
Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah
segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari
kurikulum. Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program
pendidikan berdasarkan jenis dan jenjang sekolah, kemudian dikemas
dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan dalam pokok dan
subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan
pengajaran dalam berbagai bentuknya. Tugas guru adalah
mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan
instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada istilah scope
dan sequence. Scope atau ruang lingkup menyangkut keluasan dan
kedalaman materi kurikulum. Scope materi kurikulum sebenarnya agak
sulit untuk disusun, karena setidaknya.ada dua hall, vaitu (1) materi suatu
ilmu berkembang dan bertambah setiap waktu dan (2) belum ada kriteria
yang pasti tentang materi apa yang perlu diajarkan dan pengorganisasian
bahan yang dapat diterima oleh semua pihak. Namun demikan ada
sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi
kurikulum ini, antara lain: (1) Materi kurikulum harus dipilih
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai; Materi kurikulum dipilih karena
dianggap berharga sebagaiwarisan budaya (positif) dari generasi masa
lalu; (2) Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu

16
disiplin ilmu;(3) Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat
bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini dan masa
yang akan datang; (4) Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan
kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.
Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Sequence materi
kurikulum dapat disusun dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu
struktur disiplin ilmu, taraf perkembangan siswa, dan pembagian materi
kurikulum berdasarkan tingkatan kelas. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam menyusun sekuens bahan ajar, yaitu sekuens kronologis
(urutan kejadian), sekuens kausal (sebab-akibat), sekuens struktural,
sekuens logis dan psikologis, sekuens spiral, dan lain-lain. Untuk itu
dalam penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan beberapa hal
berikut: (1) Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum; (2) Apersepsi
atau pengalaman masa yang lalu; (3) Kematangan dan perkembangan
siswa; (4) Minat dan kebutuhan siswa.
d. Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulumdipilih dan diorganisasikan, langkah
selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar.
Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. strategi, metode
serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yangakan
diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman
visual, pengalaman suara, pengalaman perabaan, pengalaman penciuman,
atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan penciuman. Semua
pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa
dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa, guru, bahan,
tujuan, waktu, sumber, fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar
yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mentalfisik yang menarik
minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang
siswa untuk belajar aktif dan kreatif.

17
e. Penggunaan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali
apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu
mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum, yaitu (1) apakah
kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu
memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2)
apakah kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan
bagaimana cara memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban terhadap
kedua pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah
memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan
dilaksanakan. Ada orang yang beranggapan bahwa penilaian sama
artinya dengan pengukuran, tes atau pemberian nilai. Ketiganya memang
merupakan bagian dari proses penilaian. Penilaian pada
dasarnyamerupakan suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap
suatu hal.
Scriven dalam Nurgiyantoro (1988) mengemukakan bahwa
penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu, pengumpulan informasi,
pembuatan pertimbangan, dan pernbuatan keputusan. Informasi
merupakan bagian dari penilaian yang penting karena berkaitan dengan
data-data awal yang berguna dalam pembuatan keputusan selanjutnya.
Informasi ini bisa berupa kualitatif atau kuantitatif. Pertimbangan adalah
taksiran atau estimasi dari kondisi yang ada sekarang atau merupakan
prediksi penampilan di masa yang akan datang. Sedangkan pengambilan
keputusan adalah suatu pilihan tindakan yang didasarkan pada informasi
yang diperoleh dan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-
komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi
kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan,
kurikulum diartikan sebagai suatu program yang disediakan untuk siswa.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang menyeluruh sebagai
bentuk kebijakan nasional dalam pendidikan yang disesuaikan dengan visi,
misi dan strategi yang dimiliki dari pendidikan nasional. Proses
pengembangan kurikulum mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi. Ada empat tahap dalam pengembangan kurikulum menurut
tingkatannya antara lain, Pengembangan kurikulum pada tingkat makro
(Nasional), tingkat institusi (sekolah), tingkat mata pelajaran (bidang studi),
dan pada tingkat pembelajaran di kelas. Dan ada beberapa tahapan
pengembangan kurikulum menurut para ahli antara lain model administratif,
Arich lewy, Rogers, Tyler, Beauchamp, dan Taba.
Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas
diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian
materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan
pengembangan alat evaluasi.

19
DAFTAR PUSTAKAN

Arifin, Z. (2013). Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pt


Remaja Rosdakarya.
Baderiah. (2018). Buku Ajar. Kota Palop: Lembaga Penerbit Kampus Iain Palopo.
Baharun, H. (2017). Pengembangan Kurikulum Teori Dn Praktik. Yogyakarta:
Pustaka Nurja.
Fajri, K. N. (2019). Proses Pengembangan Kurikulum. Islamika : Jurnal
Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 37-38.
Hamalik, O. (2012). Manajeman Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pt Remaja
Risdakarya.
Idi, A. (2016). Pengembangan Kurikuum: Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Ar-
Ruzz.
Masykur, R. (2019). Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar
Lampung: Cv. Anugrah Utama Raharja.
Sabda, S. (2016). Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis). Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Sukmadinata, N. S. (2012). Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek.
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

20

Anda mungkin juga menyukai