0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang upaya penurunan emisi karbon di Indonesia untuk mencapai target Persetujuan Paris. Komitmen penurunan emisi karbon Indonesia saat ini belum memadai untuk mencapai target penurunan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius. Beberapa saran yang disarankan antara lain meningkatkan porsi energi terbarukan hingga 45% di sektor kelistrikan, menetapkan target netral karbon pada 2050, dan memanfaatkan
Dokumen tersebut membahas tentang upaya penurunan emisi karbon di Indonesia untuk mencapai target Persetujuan Paris. Komitmen penurunan emisi karbon Indonesia saat ini belum memadai untuk mencapai target penurunan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius. Beberapa saran yang disarankan antara lain meningkatkan porsi energi terbarukan hingga 45% di sektor kelistrikan, menetapkan target netral karbon pada 2050, dan memanfaatkan
Dokumen tersebut membahas tentang upaya penurunan emisi karbon di Indonesia untuk mencapai target Persetujuan Paris. Komitmen penurunan emisi karbon Indonesia saat ini belum memadai untuk mencapai target penurunan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius. Beberapa saran yang disarankan antara lain meningkatkan porsi energi terbarukan hingga 45% di sektor kelistrikan, menetapkan target netral karbon pada 2050, dan memanfaatkan
Kenaikan suhu global telah mencapai 0.85°C dibandingkan dengan kondisi
rata-rata pada masa praindustri. Jika kenaikan tingkat emisi GRK terus berlanjut, maka diprediksi pada tahun 2100 konsentrasi CO2 di atmosfer akan melampaui 1.000 ppm, dan kenaikan suhu global diperkirakan mencapai lebih dari 4-5°C.1 Apabila hal ini terjadi, maka dampak perubahan iklim akan menjadi semakin sulit untuk diatasi, kerugian akibat bencana iklim menjadi semakin besar, dan sebagai konsekuensinya investasi yang harus dikeluarkan untuk pembangunan/pengembangan infrastruktur dan restorasi ekosistem yang tangguh iklim akan menjadi semakin mahal. The 21st Session of the Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change/COP 21 UNFCCC (Sidang Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim ke-21) telah dilaksanakan di Paris pada 2015 dengan dihadiri oleh 195 (seratus sembilan puluh lima) negara yang merupakan para pihak pada UNFCCC dan berhasil mengadopsi Persetujuan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim) pada tanggal 12 Desember 2015. Persetujuan Paris (Paris Agreement) ini memuat ketentuan mengenai Kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) yang diharapkan akan diimplementasikan pada tahun 2020. Persetujuan Paris ini pada dasarnya merupakan komitmen bersama untuk menahan laju kenaikan suhu rata-rata global dibawah 2°C di atas suhu di masa praindustrialisasi dan melanjutkan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C di atas suhu di masa praindustrialisasi. Upaya ini diharapkan akan secara signifikan mengurangi risiko dan dampak merugikan perubahan iklim. Komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon belum cukup memadai untuk mencapai target Persetujuan Paris, dalam menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1.5 derajat celsius sejak zaman pra-industri. Melalui studi Deep Decarbonization of Indonesia’s Energy System yang dikeluarkan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR), untuk mencapai target Perjanjian Paris netral karbon pada 2050, Indonesia harus mencapai puncak emisi di sektor energi pada tahun 2030 dan bauran energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan mencapai 45%. Sektor energi sendiri harus mengurangi penurunan emisi sebesar 314 juta ton CO2e untuk dapat mencapai target penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030 sesuai dengan komitmen Indonesia pada Persetujuan Paris. IESR memberikan beberapa masukan yang dapat digunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam menguatkan NDC melalui pengurangan emisi di sektor energi: 1. Kepastian Indonesia mencapai target net-zero Pemerintah perlu memperjelas skenario untuk mencapai net-zero emission dengan sisa waktu 10 tahun yaitu dari tahun 2051 sampai dengan 2060 karena ketidaksinambungan antara tahun akhir proyeksi yang dibuat serta target untuk mencapai netral karbon 2. Minimnya target bauran Energi Terbarukan (ET) Bauran ET pada sektor ketenagalistrikan hanya sebesar 43%, sedangkan bauran batubara sebesar 38%, gas alam sebesar 10% dan bioenergy with carbon capture and storage (BECCS) sebesar 8%. Dengan terus menurunnya harga energi terbarukan khususnya teknologi modul surya dan teknologi penyimpanan energi, Indonesia akan mampu mencapai nol emisi di sektor ketenagalistrikan (100% dari energi terbarukan) pada tahun 2045, dengan biaya pembangkitan listrik dan kebutuhan investasi yang bahkan lebih rendah dibanding tetap mempertahankan PLTU batubara. Penggunaan energi alternatif untuk menurunkan gas karbon yaitu dengan : 1. Menggunakan kendaraan listrik 2. Menggunakan biodigester untuk mengubah limbah pertanian dan peternakan menjadi bahan bakar gas 3. Memanfaatkan Bahan Bakar Nabati (BNN), salah satu jenis BBN berbasis biofuel yang sudah diterapkan pemerintah sampai saat ini adalah bieotanol. Ethanol fuel grade 99.5% merupakan bio-energi yang mampu menjadi pengganti bahan bakar fosil.