138 bahasa
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Baja
Ferit
Austenit
Sementit
Grafit
Martensit
Mikrostruktur
Sferoidit
Pearlit
Bainit
Ledeburit
Martensit temper
Struktur Widmanstätten
Jenis
Baja krus
Baja karbon
Baja pegas
Baja paduan
Baja maraging
Baja nirkarat
Baja cuaca
Baja alat
Jembatan Baja.
Diagram fasa besi-karbon.
Berbagai sampel baja flatbar tempa-total. Yang pertama di paling kiri, adalah baja yang sudah normal. Yang
kedua telah melalui martensit tanpa tempa, proses penyiraman. Bagian lainnya telah melalui proses tempa di
oven menurut temperatur mereka masing-masing, selama satu jam. "Standar tempaan" seperti ini biasa
digunakan oleh pandai besi sebagai pembanding, memastikan bahwa pekerjaan mereka ditempa sesuai
dengan warna yang diinginkan.
Besi dapat ditemukan pada bagian kerak bumi hanya dalam bentuk bijih, biasanya
dalam bentuk besi oksida seperti magnetit dan hematit. besi diekstraksi dari bijih
besi dengan menghilangkan atom oksigen dan kemudian menggabungkannya kembali
dengan atom lain seperti karbon. Proses ini disebut peleburan, yang pertamakali
digunakan pada logam dengan titik lebur yang lebih rendah dari besi seperti timah,
yang meleleh di titik 250 °C (482 °F), serta tembaga yang meleleh di titik 1.100 °C
(2.010 °F), kemudian kombinasi dari timah dan tembaga yaitu perunggu, yang titik
lelehnya lebih rendah dari 1.083 °C (1.981 °F) .[4] Sebagai pembanding, besi tempa
meleleh di sekitar suhu 1.375 °C (2.507 °F).[4] Ada sejumlah kecil besi yang sudah
melalui proses ini pada masa lampau dengan cara memanaskan bijih yang ditanam
pada bara api dan kemudian menggabungkan kedua logam dengan menempanya
menggunakan palu. Kandungan karbon yang terkandung juga dapat dikontrol.
Temperatur tinggi pada proses peleburan dapat dicapai dengan metode kuno yang
sudah dipakai sejak zaman Perunggu. Karena tingkat oksidasi besi meningkat sangat
cepat diatas suhu 800 °C (1.470 °F), maka harus diperhatikan bahwa proses peleburan
harus dilaksanakan pada lingkungan dengan tingkat oksigen rendah. Proses peleburan
akan menghasilkan paduan yang dinamakan baja. [4] Kelebihan karbon dan pengotor
lainnya dapat dihilangkan dengan beberapa proses bertahap.
Beberapa material lainnya juga ditambahkan ke campuran besi/karbon untuk
mendapatkan baja dengan karakteristik yang
diinginkan. Nikel dan mangan ditambahkan untuk menambah
kekuatan, krom ditambahkan untuk meningkatkan kekerasan dan titik didih, serta
penambahan vanadium juga menambah kekerasan serta mengurangi
dampak kelelahan logam.[5]
Untuk mencegah korosi, harus ditambahkan kromium paling sedikit 11% wt sehingga
membentuk oksida yang keras pada permukaan baja; baja ini dikenal dengan stainless
steel (baja anti noda). Tungsten ditambahkan pada pembentukan cementit, sehingga
pada kecepatan penyiraman yang lebih rendah akan membentuk martensit. Di sisi lain,
sulfur, nitrogen, dan fosfor membuat baja menjadi getas, sehingga elemen ini harus
dipisahkan ketika pemrosesan.[5]
Densitas baja bervariasi tergantung dari unsur pembentuknya, namun umumnya berada
di antara 7.750 dan 8.050 kg/m3 (484 dan 503 lb/cu ft), atau 775 dan 805 g/cm3 (448
dan 465 oz/cu in).[6]
Meski dalam rentang konsentrasi campuran yang rendah besi dan karbon membentuk
baja, namun dapat terbentuk berbagai macam struktur metalurgi yang berbeda dengan
sifat yang sangat berbeda pula. Memahami sifat-sifat ini sangat penting dalam produksi
baja. Pada suhu ruangan, bentuk besi yang paling stabil adalah struktur body-centered
cubic (BCC) yang disebut ferrit atau besi-α. Besi ini merupakan logam lunak yang
hanya dapat melarutkan karbon dalam konsentrasi kecil, tidak lebih dari 0.021 wt%
pada 723 °C (1.333 °F), dan hanya 0.005% pada 0 °C (32 °F). Pada 910 °C besi murni
berubah menjadi struktur face-centered cubic (FCC), yang disebut austenit atau besi-γ.
Struktur FCC austenit dapat melarutkan karbon lebih banyak, sampai 2.1% [7] (karbonnya
38 kali ferrit) pada 1.148 °C (2.098 °F), yang disebut besi tuang (cast iron).[8]
Ketika baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,8% dipanaskan, maka
fase austenitic (FCC) campuran mencoba berubah menjadi fase ferrit (BCC),
menghasilkan karbon yang berlebih. Kandungan karbon didalamnya tidak lagi pas
didalam struktur austenit FCC. Salah satu cara untuk kandungan karbon supaya bisa
terlepas dari austenit tersebut adalah dengan menggunakan reaksi pengendapan solusi
cairan material tersebut menjadi sementit, sehingga tersisa besi fasa BCC disekitarnya
yang disebut ferit yang kandungan karbonnya lebih rendah. Kedua solusi ini, ferit dan
sementit, mengendap secara bersamaan dan membuat sebuah struktur berlapis yang
disebut pearlit, dinamai begitu karena kesamaanya dengan material ibu segala mutiara.
Dalam sebuah komposisi hypereutectoid (kandungan karbon diatas 0.8%), karbon
tersebut akan mengendap terlebih dahulu dengan bentuk sebagai sementit, masuk
kedalam bulir pinggiran austenit sampai presentase karbon didalam bulir berkurang
hingga mencapai komposisi eutektoid (0.8% karbon), disaat bersamaan struktur pearlit
terbentuk. Untuk baja yang memiliki komposisi hypoeutektoid (kandungan karbon
dibawah 0.8%), ferit akan terbentuk didalam bulir-bulir besi hingga komposisi lainnya
akan naik hingga mencapai 0.8% bagian karbon, dimana struktur pearlit akan terbentuk
pada saat yang bersamaan.[9] Contoh tersebut berasumsi bahwa proses penyiraman
terjadi perlahan, memberikan waktu yang cukup untuk migrasi karbon dalam cairan
solusi.
Dengan meningkatnya kecepatan penyiraman, karbon akan memiliki waktu yang lebih
sedikit untuk membentuk karbit pada pinggiran bulir namun akan menghasilkan pearlit
yang semakin halus dan halus dalam jumlah besar di dalam struktur bulir tersebut;
itulah alasannya kenapa karbit disebar berjauhan dan berfungsi sebagai pencegah
cacat didalam bulir tersebut, menghasilkan perkerasan struktur baja. Pada pendinginan
kecepatan sangat tinggi yang dihasilkan oleh proses penyiraman, kandungan karbon
tidak sempat lagi bermigrasi tapi terkunci ditengah-tengah permukaan austenit dan
membentuk martensit. Martensit ialah sebuah bentuk karbon dan besi yang
disupersaturasi juga sangat tertekan dan terbebani sehingga sangatlah keras namun
rapuh dan tidak elastis. Tergantung dari kandungan karbonnya, fase martensitik sendiri
terdiri dari beberapa bentuk. Dibawah 0.2% kandungan karbon, maka akan terbentuk
kristal BCC ferit, tapi pada kandungan karbon yang lebih tinggi martenit akan
membentuk struktur tetragonal terpusat (BCT). Tidak ada aktifasi energi panas untuk
perubahan wujud dari austenit ke martensit. [butuh klarifikasi] Lebih dari itu, tidak ada perubahan
komposisional sehingga atom-atom penyusun biasanya tidak berganti pasangan. [10]
Martensit memiliki kepadatan yang lebih rendah dari austenit karena mengembang
ketika terjadi pendinginan, jadi perubahan wujud yang terjadi antara mereka hanyalah
perubahan volume. Dalam hal ini, pengembangan terjadi. Beban internal dari
penggembungan ini biasanya berwujud kompresi fisik terhadap kristal martensite
dan tekanan terhadap ferit sisanya, dan pergeseran yang cukup banyak pada
keduanya.Apabila penyiraman tidak dilaksanakan dengan benar, beban internal dalam
baja tersebut akan mengakibatkan pecahnya struktur ketika pendinginan. Paling
minimal hal ini akan menyebabkab perkerasan kerja dan ketidaksempurnaan lainnya.
Sangat umum terjadinya getas penyiraman untuk terbentuk ketika baja diberi perlakuan
penyiraman air, meskipun tidak selalu terlihat mata. [11]
Perlakuan panas[sunting | sunting sumber]
Ada berbagai perlakuan panas yang biasa digunakan pada proses pengolahan baja.
Perlakuan panas yang paling sering digunakan
adalah annealing, quenching, dan tempering. Annealing adalah perlakuan panas
terhadap baja yang dilakukan dengan memanaskan baja hingga temperatur cukup
tinggi untuk membuat baja lunak. Proses ini terjadi dalam tiga tahapan, pemulihan,
rekristalisasi, dan penumbuhan butir. Temperatur yang dibutuhkan untuk annealing
bergantung pada jenis annealing dan kandungan elemen campuran dalam baja.
Quenching dan tempering awalnya melibatkan pemanasan baja hingga fasanya
berubah menjadi austenit lalu dilakukan pendinginan menggunakan media pendingin oli
atau air. Penurunan temperatur yang tiba-tiba menghasilkan struktur martensit yang
keras dan getas. Baja lalu diproses melalui proses tempering yang merupakan salah
satu jenis dari annealing. Pada proses ini sebagian dari struktur martensit akan berubah
menjadi sementit, atau spheroidite untuk mengurangi tegangan internal dan cacat
dalam baja, sehingga baja lebih ulet dan lebih tahan terhadap keretakan.
Pengertian proses ereksi pada konstruksi baja secara umum adalah suatu proses yang
terdiri dari perakitan komponen baja sehingga menjadi satu kesatuan yang
dilaksanakan di lapangan. Proses ereksi terdiri dari proses pengangkatan dan
menempatkan komponen baja ke posisi yang diinginkan, kemudian menghubungkan
mereka bersama-sama.
Setelah besi melalui proses peleburan dari bijih, besi tersebut akan mengandung
karbon yang berlebih. Untuk menjadikannya baja yang normal, perlu dilelehkan dan
diproses ulang untuk mengurangi kandungan karbonnya hingga mencapai jumlah yang
diinginkan, maka setelah itu elemen-elemen lain dapat ditambahkan. Cairan ini lalu
dituang secara terus-menerus membentuk lempeng besi panjang atau dituang menjadi
batangan baja. Sekitar 96% baja dituang secara kontinu dan 4%nya diproduksi dalam
wujud batangan ingot.[12]
Batangan-batangan ingot ini kemudian dipanaskan didalam lubang peluruh
dan digulung ketika masih panas menjadi lempengan, billet, atau billet tempa.
Lempengan akan digulung panas atau dingin menjadi lembaran logam atau pelat. Billet
yang bersuhu dingin atau panas digulung menjadi batangan, tongkat, dan kabel.
Tempaan digulung dingin atau panas menjadi baja struktural, seperti I-beam dan besi
rel. Dalam sebuah pabrik baja modern proses-proses ini terjadi di dalam sebuah jalur
perakitan, bijih besi masuk dan produk baja keluar. [13] Kadang setelah baja tersebut
selesai digulung kemudian diberi perlakuan panas untuk peningkatan kekuatan, tetapi
jarang dilaksanakan.[14]
Baja karbon rendah. Baja jenis ini cocok digunakan sebagai bahan paku
keling dan peralatan yang tidak memerlukan kekuatan besar. Baja ini mampu
dirol dalam keadaan dingin dan hasilnya halus dengan ukuran yang bagus.
Baja karbon. Baja ini sukar dibengkokkan, dilas maupun dipotong,
mempunyai kekuatan lebih tinggi dari pada baja karbon rendah. Biasanya
digunakan sebagai bahan baut, poros dan gandar.
Baja karbon tinggi. Baja ini dikenal juga sebagai baja peralatan dan
mempunyai sifat sukar dibengkokkan, dilas maupun dipotong, sehingga
diperlukan proses pelunakan terlebih dahulu sebelum dipotong. Proses
pelunakan ini melalui proses perlakuan panas. Logam ini banyak digunakan
untuk drills, taps, dies, reamers, hammers dan lain-lain.
Baja paduan tahan karat (Stainless steel). Baja jenis ini dibagi menjadi tiga
macam, yaitu baja tahan karat martensit, baja tahan karat ferit dan baja tahan
karat austenit.
Baja tahan karat martensit. Baja ini mempunyai komposisi kimia sebagai
berikut: 12 – 13% Cr, 0,1 – 0,3% C. Kadar Cr tersebut merupakan batas
terendah untuk ketahanan asam, oleh karena itu baja ini sukar berkarat di
udara. Mempunyai ketahanan panas yang baik sekali sampai 500oC,
mempunyai sifat mekanik yang baik serta dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan alat potong, mesin-mesin perkakas, dan lain-lain.
Baja tahan karat ferit. Baja ini mempunyai komposisi kimia 16 – 18% Cr,
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan komponen yang berasal dari
pelat tipis, bagian dalam konstruksi dan untuk peralatan dapur, dan lain-lain.
Baja tahan karat austenit. Baja ini juga diberi nama baja tahan karat delapan
belas delapan. Komposisi kimia baja ini adalah sebagai berikut: 18% Cr, 8%
Ni, tahan korosi, mampu las, dan mampu bentuk lebih baik. Oleh karena itu
baja ini lebih banyak digunakan untuk : indutri kimia, turbin, mesin jet, mesin
mobil sampai pada bangunan kapal.
Baja tahan panas. Baja jenis ini banyak dipakai untuk keperluan pembuatan :
ketel uap, turbin gas, berbagai reaktor industri kimia, peralatan bertemperatur
tinggi, bertekanan tinggi dan untuk lingkungan korosif. Baja tahan panas
digolongkan menjadi dua macam golongan yaitu baja tahan panas ferit dan
austenit.
Baja tahan panas ferit. Yang termasuk baja jenis ini adalah : Baja Mo, baja
Cr-Mo ; untuk ketel uap. Baja Cr-Mo-V, baja Cr-Mo-W : keduanya dapat
digunakan untuk struktur turbin uap. Baja 12 Cr : dipakai untuk sudu turbin
uap. Baja Si-Cr : digunakan sebagai katup motor.
Baja tahan panas austenit. Baja ini dibagi menjadi dua macam yaitu baja
tahan karat austenit 18-8 yang diperkuat dengan Ti, Nb, dan Mo, dan baja
cor tahan panas yang mempunyai kekuatan tinggi dan sulit dikenai pekerjaan
panas, sehinga perlu dicor. Contoh baja cor tahan panas adalah baja Ni-Cr
yang mengandung 20% Ni. Baja ini bersifat tahan oksidasi pada temperatur
tinggi dan berkekuatan baik.
Baja Standar[sunting | sunting sumber]
Baja mempunyai Standar kualitas produksi, semisal standar American Iron and Steel
Institute (AISI) dikeluarkan oleh negara Amerika Serikat, ada juga Standar Internasional
American Society for Testing and Materials (ASTM). Keduanya sering dijadikan rujukan
sebagai standar kualitas baja. Namun demikian ada juga Standar Nasional Indonesia
(SNI) dijadikan rujukan kualitas baja di Indonesia.
Baja Paduan AISI 4320. Baja paduan jenis ini bersifat sebagai berikut:
Komposisi kimia : 0,23% C, 0,7% Mn, 0,35% Si, 2% Ni, 0,65 % Cr dan 0,3 %
Mo. Kekuatan tarik minimal : 0,8618 x 109 N/m2 dengan Modulus elastisitas :
1.999×1011 N/m2 dan berat jenisnya = 8318,75 kg/m3. Baja paduan ini
mudah dibentuk dan mampu dilas.
Baja Paduan AISI H11. Baja jenis ini bersifat sebagai berikut: Komposisi
kimia: 0,35%C, 5% Cr, 0,4%V, dan 1,5% Mo. Kekuatan tarik baja ini
mencapai 1,793 x 109 N/m2 dengan Modulus elastisitas sebesar: 1.999 x
1011 N/m2, berat jenis = 8318,75 kg/m3. Baja paduan ini mudah dibentuk
dan dilas.
Baja ASTM A312 TP 304L. Baja ini mempunyai komposisi kimia yang terdiri
dari unsur-unsur : 0,035% C, 2% Mn, 0,04% P, 0,03% S, 0,75% Si, 8-13% Ni,
dan 18–20% Cr, serta berkekuatan tarik sebesar 70 MPA.
Baja SNI untuk Struktur
Sudah biasa terdengar sebutan "industri besi dan baja" sebagai suatu kesatuan, tetapi
dari perspektif sejarah mereka adalah produk yang berbeda. Industri baja sering
digunakan sebagai indikator perkembangan ekonomi, dikarenakan peran baja untuk
memenuhi kebutuhan infrastruktur dan perkembangan ekonomi secara menyeluruh.[15]
Tahun 1980, lebih dari 500.000 pekerja di industri baja. Pada tahun 2000, pekerja di
industri baja menurun hingga 224.000. [16]
Perkembangan ekonomi di India dan Tiongkok yang pesat mengakibatkan peningkatan
permintaan baja pada tahun belakangan ini. Antara tahun 2000 hingga 2005,
permintaan dunia terhadap baja meningkat sekitar 6%. Sejak tahun 2000, beberapa
perusahaan baja Tiongkok dan India[17] telah menjadi perusahaan besar di industri ini,
seperti Tata Steel, Shanghai Baosteel Corporation dan Grup Shagang. Produsen baja
terbesar di dunia saat ini adalah China Baowu Group. [18]
Pada tahun 2005, British Geological Survey menyatakan bahwa Tiongkok adalah
produsen baja terbesar di dunia, sekitar sepertiga produksi baja dunia berasal dari
Tiongkok, disusul oleh Jepang, Russia dan Amerika Serikat. [19]
Tahun 2008, baja menjadi komoditas perdagangan di London Metal Exchange. Pada
akhir 2008, industri baja sempat terjatuh sehingga banyak menyebabkan pemutusan
hubungan kerja.[20]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Baja kuno[sunting | sunting sumber]
Penempaan menggunakan tungku tempa selama Abad Pertengahan
Baja pada zaman kuno dan antik sudah dikenal dan biasanya diproduksi
menggunakan tungku tempa dan tungku wadah.[21][22]
Pembuatan baja paling tua dalam sejarah sampai sekarang adalah beberap keping
perkakas besi yang digali dari sebuah situs arkeologi di Anatolia (Kaman-Kalehoyuk)
dan berusia hampir 4.000 tahun lamanya, bertanggal 1.800 SM. [23]
[24]
Horace mengidentifikasi adanya senjata-senjata berbahan baja
seperti falcata di Semenanjung Iberia, sedangkan Baja Nordik sempat digunakan
oleh Pasukan Roma.[25]
Reputasi dari Besi serik di India Selatan (baja wootz) tumbuh dengan pesatnya di
seantero dunia pada saat itu.[22] Situs-situs pembuatan logam di Sri Lanka menggunakan
oven yang memanfaatkan angin muson, mampu untuk membuat baja berkadar karbon
tinggi. Produksi massal baja Wootz di Tamilakam menggunakan tungku wadah dan
sumber karbon seperti tanaman Avaram terjadi di abad ke-enam SM, sebuah pionir
untuk produksi dan metalurgi baja modern.[21][22]
Orang-orang Tiongkok di Periode Negara Perang (403-221 SM) memiliki baja yang
diperkeras dengan penyiraman,[26] sedangkan orang Tiongkok pada periode Dinasti
Han (202 SM - 220 AD) membuat baja dengan melelehkan besi tempa dan besi tuang
bersama-sama, menghasilkan produk akhir yaitu baja berkandungan karbon menengah
pada abad ke-1 M.[27][28]
Orang Haya dari Afrika Timur menemukan sebuah oven yang bisa merekagunakan
untuk membuat baja karbon pada suhu 1.802 °C (3.276 °F) nyaris 2.000 tahun lalu
lamanya. Baja Afrika Timur ini kemungkinan bertanggal 1.400 SM menurut Richard
Hooker.[29][30]
Baja Woodz dan Damaskus[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Baja Wootz dan Baja Damaskus
Bukti-bukti adanya produksi baja berkarbon tinggi tertua di Subkontinen India ditemukan
di Kodumana, wilayah Tamil Nadu, Golconda di wilayah Andhra
Pradesh dan Karnataka, serta di wilayah Samanalawewa, Sri Langka.[31] Baja ini dikenal
kemudian sebagai baja Wootz, dibuat di India Selatan pada periode abad ke-enam SM
dan diekspor ke seluruh dunia.[32][33] Teknologi baja yang sudah ada sebelum 326 SM di
wilayah tersebut ditemukan dalam isi literatur Tamil Sangam, Arab dan Latin sebagai
baja-baja yang terbaik di dunia dan diekspor ke orang-orang Roma, Mesir, Tiongkok
dan Arab pada saat itu - yang mereka sebut besi Serik.[34] Sebuah Perkumpulan Tamil di
Tissamaharama pada tahun 200 SM, di Tenggara Sri Lanka, membawa serta artifak
besi dan baja dari periode klasik.[35][36][37]
Orang Tiongkok dan lokal di wilayah Anuradhapura, Sri Lanka juga mengadopsi metoda
pembuatan baja Wootz dari Dinasti Chera Tamil di India Selatan pada abad ke-5 M. [38]
[39]
Di Sri Lanka, metoda pembuatan baja kuno ini menggunakan sebuah oven angin
yang unik, memanfaatkan angin muson yang memiliki kemampuan pembuatan baja
berkadar karbon tinggi.[40][41] Karena hal ini, maka asal-muasal teknologi baja di India bisa
diestimasi pada rentang waktu 400-500 SM.[32][41]
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b c Ashby, Michael F. and Jones, David R. H. (1992) [1986]. Engineering
Materials 2 (edisi ke-with corrections). Oxford: Pergamon Press. ISBN 0-08-032532-7.
2. ^ Harper, Douglas. "steel". Online Etymology Dictionary.
3. ^ Prawoto, Yunan (2013). Integration of Mechanics into Materials Science Research: A Guide
for Material Researchers in Analytical, Computational and Experimental Methods (dalam
bahasa Inggris). Lulu.com. ISBN 9781300712350.
4. ^ Lompat ke:a b c Smelting. Encyclopædia Britannica. 2007.
5. ^ Lompat ke:a b "Alloying of Steels". Metallurgical Consultants. 2006-06-28. Diakses
tanggal 2007-02-28.
6. ^ Elert, Glenn. "Density of Steel". Diakses tanggal 2009-04-23.
7. ^ Beberapa sumber menyatakan perbedaan dalam angka ini, sehingga dibulatkan menjadi
2.1%, meskipun begitu nilai ini hanya digunakan untuk keperluan akademik karena plain-
carbon steel amat jarang dibuat dengan kandungan karbon seperti ini. Lihat:
Smith & Hashemi 2006, hlm. 363—2.08%.
Degarmo, Black & Kohser 2003, hlm. 75—2.11%.
Ashby & Jones 1992—2.14%.
8. ^ Smith & Hashemi 2006, hlm. 363.
9. ^ Smith & Hashemi 2006, hlm. 365–372.
10. ^ Smith & Hashemi 2006, hlm. 373–378.
11. ^ "Quench hardening of steel". keytometals.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-
17. Diakses tanggal 2009-07-19.
12. ^ Smith & Hashemi 2006, hlm. 361
13. ^ Smith & Hashemi 2006, hlm. 361–362.
14. ^ Bugayev, K.; Konovalov, Y.; Bychkov, Y.; Tretyakov, E.; Savin, Ivan V. (2001). Iron and
Steel Production. The Minerva Group, Inc. hlm. 225. ISBN 978-0-89499-109-7.
15. ^ "Steel Industry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-18. Diakses tanggal 2009-07-
12.
16. ^ "Congressional Record V. 148, Pt. 4, April 11, 2002 to April 24, 2002". United States
Government Printing Office.
17. ^ "India's steel industry steps onto world stage". Diakses tanggal 2009-07-12.
18. ^ "worldsteel | Top steel-producing companies". www.worldsteel.org (dalam bahasa Inggris).
Diakses tanggal 2022-01-07.
19. ^ "Long-term planning needed to meet steel demand". The News. 2008-03-
01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-02. Diakses tanggal 2010-11-02.
20. ^ Uchitelle, Louis (2009-01-01). "Steel Industry, in Slump, Looks to Federal Stimulus". The
New York Times. Diakses tanggal 2009-07-19.
21. ^ Lompat ke:a b Davidson, Hilda Ellis (1998). The Sword in Anglo-Saxon England: Its
Archaeology and Literature. Boydell & Brewer Ltd. p. 20. ISBN 0851157165.
22. ^ Lompat ke:a b c Srinivasan, S.; Ranganathan, S. "Wootz Steel: an advanced material of the
ancient world". Bangalore: Department of Metallurgy, Indian Institute of Science. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2019-02-11. Diakses tanggal 2018-02-06.
23. ^ Akanuma, H. (2005). "The significance of the composition of excavated iron fragments
taken from Stratum III at the site of Kaman-Kalehöyük, Turkey". Anatolian Archaeological
Studies. 14: 147–158.
24. ^ "Ironware piece unearthed from Turkey found to be oldest steel". The Hindu. Chennai,
India. 2009-03-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-29. Diakses tanggal 2009-03-
27.
25. ^ "Noricus ensis", Horace, Odes, i. 16.9
26. ^ Wagner, Donald B. (1993). Iron and Steel in Ancient China: Second Impression, With
Corrections. Leiden: E.J. Brill. hlm. 243. ISBN 90-04-09632-9.
27. ^ Needham, Joseph (1986). Science and Civilization in China: Volume 4, Part 3, Civil
Engineering and Nautics. Taipei: Caves Books, Ltd. hlm. 563.
28. ^ Gernet, Jacques (1982). A History of Chinese Civilization. Cambridge: Cambridge University
Press. p. 69. ISBN 0521497817.
29. ^ "Civilizations in Africa: The Iron Age South of the Sahara". Washington State University.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-19. Diakses tanggal 2007-08-14.
30. ^ Africa's Ancient Steelmakers Diarsipkan 2013-07-23 di Wayback Machine.. Time,
September 25, 1978.
31. ^ Wilford, John Noble (1996-02-06). "Ancient Smelter Used Wind To Make High-Grade
Steel". The New York Times.
32. ^ Lompat ke:a b Srinivasan, Sharada; Ranganathan, Srinivasa (2004). India's Legendary
Wootz Steel: An Advanced Material of the Ancient World. National Institute of Advanced
Studies. OCLC 82439861. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-11. Diakses
tanggal 2018-02-06.
33. ^ Feuerbach, Ann (2005). "An investigation of the varied technology found in swords, sabres
and blades from the Russian Northern Caucasus" (PDF). IAMS. 25: 27–43 (p. 29). Diarsipkan
dari versi asli (PDF) tanggal 2011-04-30. Diakses tanggal 2018-02-06.
34. ^ Srinivasan, Sharada (1994). "Wootz crucible steel: a newly discovered production site in
South India". Papers from the Institute of Archaeology. 5: 49–59. doi:10.5334/pia.60.
35. ^ Hobbies – Volume 68, Issue 5 – Page 45. Lghtner Publishing Company (1963)
36. ^ Mahathevan, Iravatham (24 June 2010). "An epigraphic perspective on the antiquity of
Tamil". The Hindu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-01. Diakses tanggal 31
October 2010.
37. ^ Ragupathy, P (28 June 2010). "Tissamaharama potsherd evidences ordinary early Tamils
among population". Tamilnet. Tamilnet. Diakses tanggal 31 October 2010.
38. ^ Needham, Joseph (1986). Science and Civilization in China: Volume 4, Part 1, Civil
Engineering and Nautics (PDF). Taipei: Caves Books, Ltd. hlm. 282. ISBN 0521058023.
Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-03. Diakses tanggal 2018-02-06.
39. ^ Manning, Charlotte Speir. "Ancient and Mediæval India. Volume 2". ISBN 9780543929433.
40. ^ Juleff, G. (1996). "An ancient wind powered iron smelting technology in Sri
Lanka". Nature. 379 (3): 60–63. Bibcode:1996Natur.379...60J. doi:10.1038/379060a0.
41. ^ Lompat ke:a b Coghlan, Herbert Henery. (1977). Notes on prehistoric and early iron in the
Old World. Oxprint. pp. 99–100