Anda di halaman 1dari 3

C.

MAJAS PERTAUTAN

1. Majas Metonimia atau Netomia

Jika dilihat pada proses pembentukannya, majas ini digolongkan juga dalam majas
perbandingan, namun jika dilihat dari hubungan dengan makna, maka metonimia
digolongkan menjadi majas pertautan. Ciri khas pada majas ini yaitu penggunaan nama merk
atau simbolik yang memiiki hubungan yang dekat dengan gagasan atau ide yang sebenarnya.

Terdapat pada halaman : 160

(1). ‘Sebagai orang terakhir yang meluncur di tali sepanjang seratus meter dengan belasan
M16 menembaki.’

Gaya bahasanya : kalimatnya menggunakan nama merk sebagai simbol yaitu M16

Maknanya : M16 merupakan merk senapan.

Halaman : 230

(2)’Sedan hitam akhirnya tiba di depan gerbang baja markas Keluarga Tong.”

Gaya bahasanya : kalimatnya menggunakan nama merk sebagai simbol yaitu sedan hitam

Maknanya : sedan hitam merupakan mobil.

2. Majas Sinekdoke
Majas ini juga digolongkan ke dalam majas perbandingan seperti metonimia. Sinekdok
terbagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya.

1. Pars pra toto


Bagian dari majas sinekdok yang menyebutkan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan
keseluruhan.
Terdapat pada halaman : 12
(1). ‘Bahkan saat Tauke Besar meninggal, bapak kau tidak kelihatan batang hidungnya.’
Gaya bahasanya : kata batang hidungnya dijadikan sebagai perwakilan untuk menyatakan
tokoh Bapak Bujang
Maknanya : Bapak bujang tidak hadir ketika Tauke Besar meninggal.
2. Totem Pro Parie
Bagian dari majas sinekdok jenis ini menyebutkan keseluruhan yang ditujukan untuk
menyatakan sebagian dari sesuatu.
Terdapat pada halaman : 4
(1). ‘Mungkin itulah kenapa intonasi pedalaman Sumatera terdengar kasar’.
Gaya bahasanya : pedalaman Sumatera dijadikan sebagai ungkapan keseluruhan yang
ditujukan untuk menyatakan sebagian.
Maknanya : bahwa orang-orang yang tinggal di daerah pedalaman Sumatera memiliki
intonasi suara yang kasar.

Hal 151 :
(2). ‘Kelompok Arab itu muncul dari balik kepul debu dengan pedang teracung.’
Gaya bahasanya : Kelompok Arab dijadikan sebagai ungkapan keseluruhan yang ditujukan
untuk menyatakan sebagian.
Maknanya : bahwa orang-orang yang tergabung dalam kelompok Arab muncul dari balik
kepul debu.

3.  Majas Eufemisme
Pada majas ini menggunakan kata-kata ungkapan yang lebih halus untuk mengungkapkan
suatu kata yang dirasa kasar yang dapat menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain.

4. Majas Antonomasia
Majas antonomasia merupakan sebuah ungkapan gelar , atau jabatan dengan gaya bahasa
yang menyatakan suatu hal dengan menjelaskan sifat atau karakteristik dari hal tersebut.
Dalam majas ini sifat atau karakteristik tersebut dijadikan sebagai identitas pengganti nama
atau nama lain dari suatu hal yang dinyatakan dalam kalimat.

Terdapat pada Hal 3


(1). ’Orang bermata sipit itu mengangguk. Berseru memerintah rombongannya.’
Gaya bahasanya : bermata sipit dijadikan sebagai gelar untuk menjelaskan identitas sebagai
pengganti nama.
Maknanya : menjelaskan bahwa orang yang bermata sipit itu adalah tokoh Tauke Muda.

5.Majas Erotesis
Majas Erotesis merupakan ungkapan gaya bahasa yang disampaikan dalam bentuk pertayaan
yang tidak memerlukan jawaban. Pada penerapannya dalam kalimat, majas ini bertujuan
untuk mengingatkan, menyindir, dan lain sebagainya.
Terdapat pada halaman : 126
(1). ‘Sialan, kemana si Yuki dan Kiko?.’
Gaya Bahasanya : kalimatnya merupakan kalimat tanya yang tidak ada jawaban.
Maknanya : sebagai keluhan hati, karena Yuki dan Kiko tidak hadir.

halaman 141
(2). Hei, apasih yang dipelajari selama itu? Sekarang ditambah pula kuliah empat tahun,
seolah tidak cukup dua belas tahun tersebut.”
Gaya bahasanya : kalimatnya merupakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban
Maknanya : sebagai sindiran Kopong terhadap Bujang.
6. Majas Paralelisme
Majas Paralelisme merupakan majas perulangan yang biasanya digunakan untuk penegasan
makna frase di didalam puisi.
-Tidak ada-

7. Majas Elipsis
Majas Elipsis merupakan ungkapan dengan gaya bahasa dalam suatu kalimat atau wacana
yang pada penerapannya menghilangkan salah satu unsur dalam wacana atau kalimat.
Penghilangan salah satu unsur kalimat tersebut dimaksudkan agar menambah kesan estetika
pada penyampaianya.
Terdapat pada halaman : 8
(1). Orang itu menggeleng
Gaya bahasanya : kalimatnya tidak memiliki objek
Maknanya : orang yang menggeleng itu adalah Tauke muda

8. Majas Asindeton
Majas Asidenton adalah majas yang menyebutkan kata dengan berurutan tanpa memakai kata
penghubung.
Terdapat pada halaman : 195
(1),’Aku terbangun, memperbaiki posisi duduk, kembali memasang sabuk pengaman.
Gaya bahasanya : kalimatnya menyebutkan kata yang berurutan tetapi tidak memakai kata
penghubung.
Maknanya : menjelaskan urutan kegiatan si Bujang.

9 . Majas Polisindeton
Majas Polisindeton adalah majas yang menyebutkan kata dengan berurutan dan memakai
kata penghubung.
Terdapat pada halaman 8 :
(1). ‘Menyibak semak, melompati sungai kecil, batang kayu melintang, meneliti tubir
lembah, mendaki, dan meluncur.
Gaya bahasanya : kalimatnya menyebutkan kata berurutan dan menggunakan kata
penghubung (dan).
Maknanya : menjelaskan urutan kegiatan yang dilakukan Bujang ketika di hutan.

Anda mungkin juga menyukai