Anda di halaman 1dari 5

Humas UB: Lahan Parkir Terbatas, Maba

Dilarang Membawa Motor


 23 September 2016 LPM Perspektif  0 Komentar Jalan, Jumlah Mahasiswa, Kampus Dieng, Lahan, Maba, Parkir, UB

Ramai – Terlihat antrian parkir kendaraan bermotor di samping Fakultas Kedokteran Gigi pada
Kamis (22/9).
Malang, PERSPEKTIF – Melalui Surat Edaran Rektor Nomor: 3428/SE/2016 UB menetapkan
kebijakan pelarangan bagi mahasiswa baru (maba) untuk  membawa kendaraan bermotor ke dalam
areal kampus Universitas Brawijaya (UB) selama satu semester awal. Kebijakan tersebut
diberlakukan untuk mengurangi kepadatan kendaraan di UB, hal ini disebabkan karena tidak
seimbangnya jumlah kendaraan dengan ruas jalan yang ada di UB.
Pranatalia Pratami selaku Kepala Sub-Bagian Kearsipan dan Humas (UB), mengungkapkan bahwa
melalui kajian yang telah dilakukan pihak rektorat, menunjukkan ruas badan jalan UB tidak
seimbang dengan banyaknya mahasiswa UB, yang akhirnya berdampak pada kepadatan lalu lintas di
dalam lingkungan kampus.

 “Kondisi keterbatasan lahan yang sudah tidak memungkinkan menambah ruas atau pun lahan parkir,
di dalam lingkungan UB membuat  diberlakukannya larangan maba membawa kendaraan bermotor
ke dalam kampus, sebagai salah satu solusi  mengurangi masalah tersebut,” ungkapnya

Berdasarkan data Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PERSPEKTIF tahun ini jumlah maba UB


sebanyak 12.827, terdiri dari mahasiswa Strata 1 dan Program Vokasi.
Menanggapi kebijakan pelarangan maba membawa kendaraan bermotor ke dalam kampus UB,
Muhammad Zahid Abdurahman selaku Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) UB, menyatakan
kebijakan tersebut dinilai tidak adil bagi para maba, namun merupakan jalan tengah untuk mengatasi
masalah kepadatan. “ini mungkin solusi jangka pendek, yang mau tidak mau diambil dan harus ada
yang dikorbankan,” ujar mahasiswa Fakultas Teknik tersebut

Maba Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) 2016, Aditya Nolan mengaku cukup kesulitan dengan
diberlakukannya kebijakan tersebut, jarak tempat tinggalnya yang berada di Lawang mengharuskan
dirinya membawa kendaraan bermotor untuk pergi ke kampus. Ia menambahkan parkir di luar areal
kampus membuatnya mengeluarkan biaya ekstra.

“Nggak mungkin juga kan setiap hari harus bayar Rp 5.000 untuk parkir, tapi kalo emang sudah
begitu peraturannya, mau gimana lagi,” tuturnya.
Juru Parkir UB, Arif, turut menanggapi kepadatan kendaraan yang ada di UB. Ia mengakui bahwa
parkiran sering penuh dan mengharuskan mahasiswa beralih ke tempat lain untuk dapat memarkir
kendaraannya. “Lahannya hanya seberapa, tapi mahasiswanya begitu banyak, tiap tahun nambah,
kecuali yang keluar sama dengan yang masuk, kan jika seperti ini, jadinya pasti tetep penuh terus,”
ungkapnya.
Menyikapi kepadatan kendaraan yang ada di UB, Zahid menuturkan bahwa pihak EM telah
melakukan komunikasi dengan pihak rektorat, ia menilai pihak rektorat tengah melakukan upaya
untuk mengurai kepadatan kendaraan di UB.

“Upaya  seperti pembangunan kampus UB Dieng yang akan menjadi pengalih pusat keramaian,
diawali pemindahan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan juga beberapa gedung fakultas yang
memiliki fasilitas parkir di dalamnya seperti FIA dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
yang masih dalam tahap pembangunan, diharapkan dapat mengurangi kepadatan yang ada di kampus
pusat,” pungkasnya. (els/fam/lta)

Anda mungkin juga menyukai