`[
MODUL PERKULIAHAN
P322150002
Audit Internal
Standar Profesi Auditor
Internal
Abstrak Sub-CPMK 1
Pembahasan
Prinsip pengendalian internal
02
Febrian Kwarto, SE., M.Ak., Ak
Fakutas Ekonom dan Bisnis Akuntansi
Mengapa Kontrol?
Komite Organisasi Sponsor (COSO) (www.coso.org) dari Komisi Treadway telah
menyarankan bahwa Eksekutif senior telah lama mencari cara untuk lebih
mengontrol perusahaan yang mereka jalankan. Pengendalian internal dilakukan
untuk menjaga perusahaan tetap pada jalur menuju tujuan profitabilitas dan
pencapaian misinya dan untuk meminimalkan kejutan di sepanjang jalan. Mereka
memungkinkan manajemen untuk menghadapi lingkungan ekonomi dan
persaingan yang berubah dengan cepat, mengubah permintaan dan prioritas
pelanggan, dan melakukan restrukturisasi untuk pertumbuhan di masa depan.
Pengendalian internal mendorong efisiensi, mengurangi risiko kehilangan aset,
dan membantu memastikan keandalan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan. Karena pengendalian internal melayani banyak tujuan
penting, ada peningkatan panggilan untuk sistem pengendalian internal yang lebih
baik dan catatan laporannya. Pengendalian internal semakin dipandang sebagai
solusi untuk berbagai potensi masalah
Sistem pengendalian internal harus mengatasi risiko yang terkait dengan
pengelolaan keuangan lembaga dan dengan jelas mengartikulasikan harapan dan
akuntabilitas internal untuk pengelolaan risiko ini.
Materi tambahan ini memberikan panduan sehubungan dengan prinsip-prinsip
pengendalian internal dan menguraikan kerangka kerja pengendalian internal
yang didasarkan pada persyaratan FMCF.
Kerangka pengendalian internal dirancang untuk membantu lembaga untuk:
1) Identifikasi kontrol yang ada dalam seluruh fungsi bisnis mis. manajemen
operasi
2) Identifikasi area yang memerlukan kontrol tambahan dan/atau penguatan
sehingga dapat ditingkatkan dan dikembangkan
3) Periksa status kerangka kerja untuk pengendalian internal yang diterapkan
di seluruh organisasi dan berikan panduan untuk diskusi dan pemikiran.
Model yang disajikan dikembangkan dengan menggunakan prinsip pengendalian
internal COSO – kerangka terintegrasi yang dianggap sebagai standar
internasional untuk pengendalian internal.
Standar audit internal IIA atau yang biasa disebut dengan IPPF dianggap sebagai
pedoman dan bukti yang mengatur praktik audit internal di dunia di bawah
kerangka praktik standar profesional yang komprehensif, kode etik dan pedoman
Standar, bersama dengan Kode Etik, mencakup seluruh unsur yang diwajibkan
dari Kerangka Kerja Praktik Profesional Internasional, oleh karena itu, kesesuaian
dengan Kode Etik dan Standar menunjukkan kesesuaian dengan seluruh unsur
yang diwajibkan dalam Kerangka Kerja Praktik Profesional Internasional. Standar
menggunakan istilah-istilah sebagaimana didefinisikan secara khusus dalam Daftar
Istilah. Untuk memahami dan menerapkan Standar secara benar, perlu
dipertimbangkan maknamakna spesifik dalam Daftar Istilah. Lebih lanjut, Standar
menggunakan istilah ‘harus’ untuk persyaratan yang mutlak harus dipenuhi, dan
istilah ‘semestinya’, untuk kesesuaian yang sangat dianjurkan (kecuali apabila
berdasarkan pertimbangan profesional, keadaan yang ada membenarkan perlunya
deviasi). Standar terdiri dari dua kelompok utama: Standar Atribut dan Standar
Kinerja. Standar Atribut mengatur atribut organisasi dan individu yang
melaksanakan audit internal. Standar Kinerja mengatur sifat audit internal dan
menyediakan kriteria mutu untuk mengukur kinerja jasa audit internal tersebut.
Standar Atribut dan Standar Kinerja diterapkan pada seluruh jenis jasa audit
internal. Standar Implementasi merinci Standar Atribut dan Standar Kinerja
dengan menyajikan persyaratan yang sesuai untuk setiap jenis jasa audit internal,
yaitu dengan kode
1) untuk asurans/Assurance Kode A, dan
2) untuk konsultansi/Consulting dengan Kode C
Jasa assurance (asurans) merupakan kegiatan penilaian bukti secara
obyektif oleh auditor internal untuk memberikan pendapat atau simpulan
mengenai suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau permasalahan-
Aktivitas audit internal harus independen dan auditor internal harus obyektif dalam
melaksanakan tugasnya. Independensi adalah kondisi bebas dari situasi yang
dapat mengancam kemampuan aktivitas auditor internal untuk dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara tidak memihak. Untuk mencapai tingkat
independensi yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan tanggung jawab
aktivitas audit internal, Kepala Audit Internal harus memiliki akses langsung dan
tak terbatas kepada Manajemen Senior dan Dewan. Hal tersebut dapat dicapai
melalui hubungan pelaporan ganda kepada Manajemen Senior dan Dewan.
Ancaman terhadap independensi harus dikelola dari tingkat individu auditor
internal, penugasan, fungsional, dan organisasi. Objektivitas adalah suatu sikap
mental tidak memihak yang memungkinkan auditor internal melaksanakan tugas
sedemikian rupa sehingga mereka memiliki keyakinan terhadap hasil kerja mereka
dan tanpa kompromi dalam mutu. Objektivitas mensyaratkan auditor internal
untuk tidak menempatkan pertimbangannya mengenai permasalahan audit lebih
rendah dari hal lainnya. Ancaman terhadap objektivitas harus dikelola dari tingkat
individu auditor internal, penugasan, fungsional, dan level organisasi.
Independensi organisasi dapat terpenuhi secara efektif apabila Kepala Audit
Internal melapor secara fungsional kepada Dewan. Contoh laporan fungsional
kepada Dewan meliputi keterlibatan Dewan dalam:
Standar Kinerja
Aktivitas audit internal dikatakan memberi nilai tambah bagi organisasi dan
pemangku kepentingannya apabila mempertimbangkan strategi, tujuan dan risiko-
risiko; berupaya keras dalam menyediakan cara untuk mengembangkan proses
tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian; dan secara objektif memberikan
asurans yang relevan. Untuk membangun perencanaan berbasis risiko, Kepala
Audit Internal menanyakan kepada manajemen senior dan Dewan serta
memperoleh suatu pemahaman mengenai strategi organisasi, tujuan kegiatan
kunci, risiko-risiko terkait, dan proses manajemen risiko. Kepala Audit Internal
harus mengkaji dan menyesuaikan perencanaan seperlunya untuk merespon
perubahan dalam berbagai hal: usaha, risiko, operasi, program, sistem, dan
pengendalian organisasi. Sesuai, dalam hal ini, mengacu pada gabungan dari
pengetahuan, kecakapan/keahlian, dan kompetensi lain yang diperlukan untuk
melaksanakan rencana. Memadai mencakup kuantitas sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai rencana. Sumber daya digunakan secara efektif
apabila digunakan dengan cara yang dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan
yang telah disetujui. Bentuk dan isi kebijakan dan prosedur tergantung pada
ukuran dan struktur aktivitas audit internal, serta kompleksitas pekerjaannya.
Laporan dan komunikasi Kepala Audit Internal kepada Manajemen Senior dan
Dewan harus mencakup informasi mengenai:
1) Piagam audit.
5) Kesesuaian dengan Kode Etik dan Standar, serta rencana aksi untuk
mengatasi permasalahan kesesuaian signifikan yang ada.
3) Respon risiko yang sesuai telah dipilih dan sesuai dengan selera risiko
organisasi; dan
Qualified Internal Auditor (QIA) adalah sertifikasi profesi dalam bidang audit
internal yang menunjukkan kualitas dan profesionalisme dari individu yang
memilikinya. Sertifikat QIA juga merupakan pengakuan bahwa yang bersangkutan
telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi
auditor internal tingkat internasional.
Sertifikat QIA diberikan oleh suatu lembaga yaitu Dewan Sertifikasi Qualidied
Internal Auditor (DS-QIA) yang terdiri dari para pakar maupun praktisi senior
dalam bidang audit internal. Sampai saat ini, Yayasan Pendidikan Internal Audit
(YPIA) adalah satu-satunya lembaga yang diberi wewenang oleh DS-QIA untuk
menyelenggarakan pendidikan audit intern dan ujian Sertifikasi QIA. Program
Sertifikasi QIA dapat diikuti oleh masyarakat luas yang berprofesi sebagai auditor
ataupun mahasiswa dari perguruan tinggi yang memiliki kerjasama pendidikan
audit intern dengan DS-QIA.
Program Sertifikasi QIA didapat harus dengan mengikuti pelatihan audit internal
yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) melalui
beberapa jenjang pelatihan yaitu Tingkat Dasar, Tingkat Lanjutan dan Tingkat
Manajerial. Di setiap jenjang pelatihan peserta diberikan ujian sertifikasi dari
setiap materi pelatihan.
1) Sertifikat QIA hanya dapat diberikan kepada peserta yang telah memiliki
pengalaman kerja dalam bidang audit internal paling sedikit selama 1 tahun
dan telah lulus dari ± 23 materi ujian yang diselenggarakan dalam 5 (lima)
jenjang pendidikan.
Materi Sertifikasi QIA meliputi pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai
oleh auditor internal di setiap jenjang/tingkat pelatihan.
4. Manajemen Keuangan
5. Perilaku Organisasi
8. Teknologi Informasi I
9. Perpajakan
Kesepuluh materi diberikan dalam 2 (dua) jenjang pelatihan dan ujian sertifikasi
yaitu Tingkat Dasar I dan Tingkat Dasar II. Sertifikat Audit Internal Tingkat Dasar
akan diberikan setelah lulus semua materi ujian.
b) Tingkat Lanjutan wajib memahami:
1. Pelaksanaan Penugasan Audit
2. Perencanaan Audit Tahunan
3. Audit Sampling
4. Teknologi Informasi II
5. Manajemen Operasi
6. Lingkungan Bisnis Global
7. Fraud Risk and Control
8. Komunikasi Penugasan Audit
9. Jenis Penugasan Audit
10. Akuntansi Manajemen
11. Teknologi Informasi III
Kesebelas materi diberikan dalam 2 (dua) jenjang pelatihan dan ujian sertifikasi
yaitu Tingkat Lanjutan I dan Tingkat Lanjutan II. Sertifikat Audit Internal Tingkat
Lanjutan akan diberikan setelah lulus semua materi ujian.
Daftar Pustaka
Sawyer's Internal Auditing: Enhancing and Protecting Organizational Value, 7th
Edition. 2019. The IIA The IIA’s International Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing, January 2017, Revision (IPPF). The IIA Institute
(English Version, available in Indonesian Version).