Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ISLAM DAN OKSIDENTALISME

Dosen Pembimbing : Ibnul Arobi, M.Fil.I

Oleh :

Putri Prawessittinawaroh ( 6654)

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN PROBOLINGGO

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan segala puji bagi Allah Swt. Yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan
amal. Dan berkat rahmat dan hiyah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“ISLAM DAN OKSIDENTALISME “yang insyaallah tepat pada waktunya.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen: Ibnul Arobi, M.Fil.I yang telah
membimbing kami dengan kelancaran tugas ini. Dan tak lupa pula terima kasih pada teman-
teman kelompok yang telah ikut serta membantu dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan. Akhirnya kritik,
saran dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman
dalam penulisan kearah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiinn.

Kraksaan, 22 Oktober 2022

Penyusun
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan penguasa langit dan bumi, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Oksidentalisme Islam “
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam,
serta menambah pengetahuan mengenai Islam di Negara Timur . Makalah ini terdiri
dari 4 bagian:
Pendahuluan
Pembahasan
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Makalah ini tidak dapat terselesaikan tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Muhsin Khalida selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam
2. Semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,
kami mengharap kritik dan saran sebagai penyempurnaan ke depan.

Yogyakarta, 25 Oktober 2011

Tim penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Apakah hubungan antara Oksidentalisme dan Orientalisme, apakah Oksidentalisme


itu, adakah ayat dalam al-qur’an tentang oksidentalisme, apakah kandungan atau
makna dari ayat-ayat yang berhubungan dengan barat dan timur itu, bagaimanakah
pendefinisian tentang oksidentalisme, apa tujuan dari Oksidentalisme, bagaimanakah
sejarah perkembangan Oksidentalisme, apa saja aliran – aliran Oksidentalisme,
siapakah tokoh – tokoh Oksidentalisme.

BAB II
PEMBAHASAN
Oksidentalisme dianggap orang sebagai ilmu tandingan bagi ilmu orientalisme. Ada
juga yang memperlawankan antara keduanya. Sebagian menganggap oksidentalisme
hanya sebagai reaksi terhadap orientalisme. Akan tetapi, kami lebih memahami
keduanya sebagai pasangan, bagaikan barat adalah pasangan timur, langit pasangan
bumi, siang pasangan malam, dan pasangan-pasanga lain disemesta ciptaan Tuhan.
Oksidentalisme dan orientalisme merupakan dua aliran pemikiran yang nantinya
harus bertemu pada kutub kesadaran akademik-teoritik/inductive dan kutub deductive
dialektik holistik/ scientificcum doctrinaire.
Oksidentalisme adalah kebalikan (antonim) dari istilah oreantalisme yang dalam
pengertian umum, orientalisme adalah suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan
merangkum semua aspek kehidupan masyarakat Timur. kiriYang disebut Timur
meliputi kawasan yang luas, termasuk Timur Jauh (negara-negara Asia yang jauh dari
Eropa, seperti Jepang dan Cina), Timur Dekat (negara-negara Asia yang dekat dengan
Benua Eropa, seperti Turki), dan Timur Tengah (negara-negara Asia yang terletak di
antara keduanya, seperti negara-negara Arab). Occidentalism berarti “watak, kultur,
adat istiadat, dan lain sebagainya dari occident”. Occidentalize bermakna “membuat
atau menjadikan berbudaya atau beradat-istiadat, berkarakter, berwatak occidental
(Webster’s New World College Dictionary 1996:937). Di antara orang-orang islam
atau orang-orang non barat yang berkultur dengan kultur oksidental itu, disebut
sebagai occidentalizing atau occidentalized (Ziauddin Sardar, 1987).
Istilah oksidentalisme dipopulerkan oleh Dr. Hasan Hanafi seorang pemikir dari
Mesir dan juga penulis al yasar al Islam - islam menjabarkan pengertian
Oreantalisme, kami menarik kesimpulan bahwa pengertian secara umum
oksidentalisme adalah kajian kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan
meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat Barat. Dalam
oksidentalisme, posisi subjek objek menjadi terbalik, Timur sebagai subjek pengkaji
dan Barat sebagai objek kajian. Walau istilah oksidentalisme adalah antonim dari
Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan lain, oksidentalisme tidak memiliki tujuan
hegemoni dan dominasi sebagaimana orientalisme. Tetapi, para oksidentalis hanya
ingin merebut kembali ego Timur yang telah dibentuk dan direbut Barat.
Dalam kitab suci al-Qur’an banyak sekali dijumpai ayat yang mengandung istilah-
istilah yang berhubungan dengan oksidentalisme dan orientalisme dan kebanyakan
kedua istilah itu disebutkan beriringan atau berpasangan dalam satu ayat dan ada juga
yang tidak. Di dalam al-Qur’an mengandung banyak sekali istilah yang bermakna
“barat, timur, matahari terbenam atau terbit, seperti al-maghrib, al-masyriah,
gharbiyyah, dan syarqiyyah. Salah satu kutipan ayat yang memberikan paham konsep
barat dah timur:
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit/ thala’at condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam/ gharabat, menjauhi mereka ke
sebelah kiri, sedang mereka berada di tempat yang lapang di dalamnya. Yang
demikian itu adalah tanda-tanda kebesaran kekuasaan Allah. Barang siapa yang
ditunjuki Allah, maka dia mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang disesatkan-Nya,
maka engkau tiada akan mendapatkan seseorang yang akan membimbingnya”. (Qs.
Al-Kahfi, 18:17).
Jelas sekali dengan ayat tersebut Allah memberikan bimbingan-Nya kepada siapa saja
yang dikehendaki-Nya dengan cara-Nya sendiri, yang manusia manapun tidak akan
sanggup berbuat serupa. Terbit dan terbenam matahari berada di tempat yang sama
yaitu gua atau kahf. Hanya keluar masuk gua itulah timur dan barat.
Sangat banyak ayat yang menjelaskan konsep barat dan timur yang diajarkan islam,
tidak sedikit pun mengandung makna kontradiktif, diskriminatif, dan subjektif. Hal ini
jauh berbeda dengan pemikiran manusia, yang cenderung mempertentangkan dan
menempatkan masing-masingnya dalam kategori-kategori pernilaian yang penuh
diskriminatif.
Pendefinisian tentang oksidentalismedengan salah satu cara Edward Said
memformulasikan orientalisme. Ada tiga cara yang agak berbeda (Bryan S. Turner,
Runtuhnya Universalitas Sosiologi Barat,2006), yang bisa dipakai, yaitu: pertama,
oksidentalisme dipandang atau dapat dipandang sebagai suatu epistemologi dan
ontologi tertentu yang mencakapkan perbedaan yang jelas antara timur dan barat.
Kedua,oksidentalisme mungkin bisa juga dilihat sebagai istilah akademik yang
merujuk kepada seperangkat lembaga, disiplin ilmu, dan berbagai aktivitas, yang
biasanya terbatas pada perguruan-perguruan tinggi timur yang berkepentingan dengan
kajian tentang masyarakat dan kebudayaan barat. Ketiga, oksidentalisme dapat
dipandang sebagai sebuah lembaga berbadan hukum yang berkepentingan dengan
masyarakat-masyarakat barat.
Tujuan dari oksidentalisme adalah untuk menandingi orientalisme, menghilangkan
berbagai penderitaan lama yang diakibatkan orientalisme, dan menantang serta
melawan segala macam ancaman yang semakin luas diberikannya terhadap kehidupan
dunia timur. Maka tujuan utama oksidentalisme adalah keilmuan atau intelektual.
Dengan demikian, budaya barat akan dapat dipahami secara kritis oleh dunia timur,
dan juga salah paham yang selama ini yang terjadi antar kedua belah pihak dapat
dihilangkan. Menjadi tujuan oksidentalisme juga untuk mengikis habis perasaan self
isolationism yang terdapat dikalangan masyarakat timur agar dapat berdialog dengan
masyarakat barat. Sebaliknya masyarakat barat itu sendiri harus menghilangkan
mental superioritas, sikap dominan, dan barat sentris mereka.
Sejarah munculnya oksidentalisme minimal ada dua, yaitu: pertama,A. Mukti Ali,
dalam tulisannya yang terbit tahun 1965 menyatakan,”Oksidentalisme harus segera
lahir di Indonesiaini, dan patutlah sekiranya, kalau Institut Islam Negeri (sekarang
UIN), Al-jami’ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah (Sunan Kalijaga) menjadi ibu
kandungnya” (A. Mukti Ali,1965:32). Pernyataan ini menunjukkan bahwa sampai
tahun 1965 oksidentalisme belum dikenal orang. Kedua, James G. Carrier mengedit
sekumpulan tulisan beberapa penulis, dan menerbitkannya tahun 1995 dengan judul
Occidentalism Images of the West, mengklaim atau mengakui bahwa dialah yang
pertama kali memunculkan dan memperkenalkan istilah oksidentalisme itu kepada
publik.
Aliran-aliran oksidentalisme:
· Western Occidentalisms
· Romantic Occidentalism
· Anthopological Occidentalism
· Wise Occidentalism
· South Asian Occidentalism

Dalam kajian ini kami sebutkan beberapa tokoh oksidentalisme yang mayoritas
mereka adalah pemikir dan tokoh pembaharu islam.

1. Jamaluddin al-Afghani.,
Jamaluddin Al-Afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik Islam.
Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga ke seluruh penjuru dunia. Sepak
terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya
yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh
pemerintahan kolonial ketika itu, Inggris. Tapi, komitmen dan konsistennya yang
sangat tinggi terhadap nasib umat Islam, membuat Al-Afghani tak pernah kenal lelah
apalagi menyerah.
2. Dr. Muhammad Abduh.,
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa
Mahallat Nashr di kabupaten al-Buhairah, Mesir tahun 1849 M. Dan beliau wafat
pada tahun 1905 M.
3. Sheikh Muhammad Rasyid Ridha.,
Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, sebuah desa sekitar 4 km dari Tripoli,
Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H.; Beliau adalah bangsawan Arab yang
memiliki garis keturunan langsung dari Sayyidina Husen, putera Ali bin Abu Thalib
dan Fatimah puteri Rasulullah Saw.
4. Dr. Muhammad Imarah.,
Muhammad Imarah atau Amarah lahir di Desa Sharwah-Qalain Propinsi Kafr Al-
Syaikh Mesir, seorang intelektual kelas kakap di Tanah Arab. Responnya yang cukup
antusias pada dunia akademis, terutama dalam menyikapi tren pemikiran Islam, telah
mengibarkan namanya dalam dunia pendidikan dan pemikiran Islam kontemporer.
5. Dr. Hasan Hanafi.,
Dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Hasan Hanafi, pemikir muslim
modernis dari Mesir, adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol
pembaruan dan revolusioner, seperti Islam kiri, oksidentalisme, Tema-tema tersebut ia
kemas dalam rangkaian proyek besar; pembaruan pemikiran Islam, dan upaya
membangkitkan umat dari ketertinggalan dan kolonialisme modern.
6. Nurcholish Madjid.M.A.,
Lahir di Jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram 1358), dari keluarga kalangan
pesantren. Pendidikan yang ditempuh: Sekolah Rakyat di Mojoanyar dan Bareng
(pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar (sore); Pesantren Darul 'Ulum di
Rejoso, Jombang; KMI (Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah) Pesantren Darus Salam
di Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta (Sarjana Sastra Arab,
1968), dan Universitas Chicago, Illinois, AS (Ph.D., Islamic Thought, 1984).
7. Adian Husaini, M.A.,
Lahir Bojonegoro, 17 Desember 1965 adalah ketua Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam
(KISDI) dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia
(KISP-MUI), Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia
(MUI), dan anggota pengurus Majlis Tabligh Muhammadiyah.

Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh oksidentalisme lain yang kami tidak sebutkan
di sini, karena nanti akan membuat tulisan ini terlalu panjang dan membosankan
pembaca

BAB II
HASIL PENELITIAN

Menurut kelompok kami setelah membaca buku “Pergumulan Timur Menyikapi Barat
Dasar-dasar Oksidentalisme” serta artikel-artikel tentang oksidentalisme, maka kami
dapat menjelaskan bahwa oksidentalisme adalah kebalikan (antonim) dari istilah
oreantalisme yang dalam pengertian umum, orientalisme adalah suatu kajian
komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat
Timur. kiriYang disebut Timur meliputi kawasan yang luas, termasuk Timur Jauh
(negara-negara Asia yang jauh dari Eropa, seperti Jepang dan Cina), Timur Dekat
(negara-negara Asia yang dekat dengan Benua Eropa, seperti Turki), dan Timur
Tengah (negara-negara Asia yang terletak di antara keduanya, seperti negara-negara
Arab). Occidentalism berarti “watak, kultur, adat istiadat, dan lain sebagainya dari
occident”.
Sedangkan menurut Dr. Hasan Hanafi seorang pemikir dari Mesir dan juga penulis al
yasar al Islam - islam menjabarkan pengertian Oreantalisme, kami menarik
kesimpulan bahwa pengertian secara umum oksidentalisme adalah kajian kebaratan
atau suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek
kehidupan masyarakat Barat. Dalam oksidentalisme, posisi subjek objek menjadi
terbalik, Timur sebagai subjek pengkaji dan Barat sebagai objek kajian. Walau istilah
oksidentalisme adalah antonim dari Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan lain,
oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana
orientalisme. Tetapi, para oksidentalis hanya ingin merebut kembali ego Timur yang
telah dibentuk dan direbut Barat.

BAB IV
KESIMPULAN
Islam merupakan agama samawi terakhir yang diturunkan Allah kepada manusia
melalui utusan terakhir-Nya Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan
rasul, hal ini menjadikan ajaran Islam sebagai agama paripurna yang
menyempurnakan segala aturan dari agama-agama samawi sebelumnya. Kedatangan
agama Islam yang didakwahkan Nabi Muhammad menampakkan kilaunya setelah
Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan seruannya diterima dengan baik di sana,
cahaya Islam mulai menyala dan dalam waktu yang singkat menerangi kegelapan di
jazirah Arabia, bahkan lambat laun menerangi daerah-daerah sekitarnya sehingga
pada masa itu Madinah telah menjelma menjadi sebuah negara besar dengan seorang
pemimpin besar tak kalah besarnya dengan Imperium Rumawi di Barat dan Imperium
Persia di Timur.
Kaum orientalis Barat yang dengan kiprahnya telah banyak memberikan pengaruh
utamanya kepada orang Barat terhadap cara bersikap terhadap Islam dan Timur
selama berabad-abad di zaman kolonial, kehadiran orientalis dan pengaruhnya ini
telah memunculkan reaksi dari dunia Timur dengan memunculkan ide oksidentalisme
dengan cara mempelajari Barat dan memberikan pemahaman yang berimbang
terhadap dunia Barat dan dunia Timur.
Motif di balik kajian oksidentalisme adalah untuk mempelajari akar kemajuan bangsa-
bangsa barat, memfilternya dan menerapkanya di dunia timur hingga timur keluar dari
keterbelakangannya. Selain itu Oksidentalisme diharapkan mampu menghilangkan
kecurigaan yang tidak mendasar terhadap barat yang terus mengendap dipikiran orang
timur.
Menurut kami dampak positif dan negatif akibat oksidentalisme tergantung pada
pribadi oksidentalis itu sendiri. Seorang oksidentalis yang benar menurut kami, ialah
yang tidak terlalu terpengarah dengan kemajuan peradaban barat dan lantas
mengadopsi apa saja yang yang diproduksi oleh barat, boleh mengambil dan meniru
barat tetapi harus memfilternya dengan landasan islam dan iman, karena kalau tidak
akan menimbulkan semacam racun dalam masarakat timur khususnya ummat islam.
Islam yang universal, mengajarkan libralisme dalam berfikir, memfungsikan akal
sebagai anugerah fitrah tetapi dibatasi oleh dua pokok pondasi dasar yaitu Al-qur'an
dan As-sunnah, seagaimana ungkapan yang sering kita dengar “ kamu punya
kebebasan tetapi kebebasanmu dibatasi oleh kebebasan orang lain”, bersebrangan
dengan libralisme yang didengung-dengungkan dan dianut oleh barat, yaitu libralisme
tanpa batas, dan ini berbahaya sehingga kita harus berhati-hati.

DAFTAR PUSTAKA

Daya, Prof. Dr. Burhanuddin.2008.Pergumulan Timur Menyikapi Barat: Dasar- Dasar


Oksidentalisme.Yogyakarta:SUKA Press.
http://dutabengkalis.blogspot.com/2009/02/istilah-oksidentalisme-dipopulerkan.html

Anda mungkin juga menyukai