Makalah Oksidentalisme Kelompok 2 B-3
Makalah Oksidentalisme Kelompok 2 B-3
MENUJU OKSIDENTALISME
DOSEN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
MATEMATIKA
YOGYAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa memberikan penulis
pertolongan, hidayah, dan kesempatan dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Menuju
Oksidentalisme” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam yang
diampu oleh Bapak Dr. H. M. Anis Mashduqi, Lc., M.Si. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Menuju Oksidentalisme bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
A. PAHAM OKSIDENTALISME.................................................................................................5
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
KESIMPULAN..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Filosof – filosof di dunia ini banyak sekali, dengan berbagai ide atau gagasannya
mereka mencoba menggali hakikat sesuatu dengan konsep dasar ontologi, epistemologi dan
aksiologi yang berbeda – beda. Untuk mendapatkan hakikat dimana hakikat tersebut dapat
lebih bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat, para Filosof saling mengkritik satu
sama lainnya. Mulai dari filosof yang berkembang di barat hingga timur. Walaupun objek
kajian yang mereka bahas sama, namun dalam hasil yang didapatkan pasti terdapat
perbedaan walaupun perbedaan itu tidak signifikan. Ketika munculnya paham Orientalisme
maka sebagai lawannya muncullah paham Oksidentalisme. Dimana salah satu pencetus
paham Oksidentalisme ini adalah seorang filosof terkenal yaitu Hasan Hanafi.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk membahas permasalahan
tersebut dalam makalah yang berjudul “MENUJU OKSIDENTALISME” yang akan
membahas serta memaparkan pemikiran – pemikiran tentang paham Oksidentalisme.
.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Oksidentalisme?
2. Bagaimana sejarah munculnya paham Oksidentalisme?
3. Apa saja faktor – faktor pendorong terjadinya Oksidentalisme?
4. Siapakah tokoh – tokoh Oksidentalisme?
5. Bagaimana Oksidentalisme di Indonesia?
TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian dari paham Oksidentalisme
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya paham Oksidentalisme
3. Untuk mengetahui faktor – faktor pendorong terjadinya Oksidentalisme
4. Untuk mengenal tokoh – tokoh Oksidentalisme
5. Untuk mengetahui mengenai paham Oksidentalisme yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PAHAM OKSIDENTALISME
Secara etimologis, istilah oksidentalisme berasal dari Bahasa inggris Occidentalism yang
berarti hal-hal yang berhubungan dengan barat, baik budaya, ilmu dan aspek sosialnya. Secara
terminologis oksidentalis adalah suatu cara dan kebiasaan yang dilakukan sarjana timur untuk
memberi karakteristik dunia barat yang mencangkup studi tentang budayabahasa,sastraagama dan
sebagai hal mengenai kebaratan. Luthfi asy-syaukani sendiri dalam karanganya oksidentalisme:
kajian barat tentang keritik orientalisme terhadap ulumul qur’an mengatakan secara harfiah
oksidentalismeberarti hal hal yang berhubungan dengan barat baik itu budayailmu sosial dan aspek
sosial lainnya. Walau istilah oksidentalisme adalah antonim dari orientalisme.tetapi para
oksidentalis hanya merebut kembali ego timur yang telah dibentuk dan direbut barat lebih jelasnya
disajikan table perbedaannya .
Ketika bangsa barat mulai bangkit dari keterbelakangan mereka, setelah belajar dari dunia
timur khususnya peradaban islam, dunia islam mulai keropos, sedikit demi sedikit dan terus
terpuruk disebabkan pemimpin-pemimpin islam yang lemah, setelah peradaban islam dihancur-
ludeskan oleh pasukan Tartar(bangsa mongol). Maka barat semakin menunjukkan jayanya dan terus
berkembang hingga abad ini. Dari sini muncul tokoh-tokoh orientalis yang dengan seiring
perjalanan waktu telah berubah menjadi suatu kajian yang bukan hanya mempelajari keilmuan
peradaban timur tapi semua yang berkaitan dengan ketimuran termasuk bagaimana cara menguasai
dunia timur(islam) dan penjajahan. Atas dasar itu, muncul kesadaran baru didunia timur bahwa
selama ini mereka dibodoh-bodohi kajian-kajian ketimuran(orientalisme) itu. Lahirlah apa yang
disebut kajian kebaratan atau yang dikenal oksidentalisme.
1. Awal terjadinya keguncangan peradaban barat dengan sains barat membuat ego kehilangan
keseimbangan. Ia sekuat tenaga mengejar ilmu yang tidak diketahuinya untuk dipelajari dan
dikuasai. Ia terpikat oleh pesona the other. Dalam keterpikatannya, ia melupakan dirinya dan
berubah menjadi the other dan akhirnya teralienasi.
2. Awal kebangkitan dari guncangan imperialisme yang ditandai dengan munculnya seruan
untuk menggunakan cara yang ditempuh penjajah dalam menguasai timur(islam). Kita
diharapkan dapat membebaskan diri dari penjajah dengan cara ilmu pengetahuan yang
digunakan oleh barat untuk menjajah kita. Dengan demikian kita dapat menyerang barat
dengan senjata mereka, yaitu ilmu pengetahuan dan peradaban yang tidak mengenal
perbedaan antara islam dan Kristen.
3. Gerakan reformasi dan keinginan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani,
tasawuf dan tradisi lama penguasa, serta munculnya seruan untuk mengambil barat sebagai
contoh kebangkitan modern.
4. Dibangunnya negara modern setelah terlepas dari negara elit, dan dibutuhkannya teoritisi,
teknokrat, sarjana dan birokrat untuk mengisi pos-pos pemerintahan. Dalam hal ini Tahtawi
dapat disebut sebagai pemukanya
5. Awalnya pengirimann delegasi keilmuan dan warga timur ke barat untuk belajar disana.
Kemudian setelah pulang mereka melakukan modernisasi masyarakat, membangun negara
dan menciptakan kecenderungan baru pemikiran dan kebudayaan, mendampingi
kecenderungan lama yang sudah ada.
6. Kunjungan timbal balik antara timur dan barat, dan dikenalnya the other oleh ego yang
kemudian dianggap sebagai cermin bagi ego. Kebanggaan kepada barat pun merebak
dikalangan timur. Sehingga muncul anggapan bahwa barat adalah satu-satunya tipe
modernisasi.
7. Arus penerjemahan dari barat yang dimulai sejak berdirinya madrasah al-Aslun beralihnya
gerakan penerjemahan, seperti yang terjadi pada “Diwan Al-Hikmah” pada masa al-
Makmun, dari usaha perorangan menjadi kerja yang terorganisir dan diawasi negara; serta
berlanjutnya transferensi yang tiada hentinya sampai sekarang tanpa dimulainya fase inovasi.
8. Awal penulisan tema-tema tentang wacana barat dalam bidang pemikiran, politik, sosial,
etika, hukum dan lainnya yang mengakibatkan tersebarnya madzhab barat diatas realitas kita
dan kemudian menjadi fokus kebudayaan pemikat bagi umat manusia.
1. Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin al-Afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik islam.
Kebesaran dan kiprahnya memebawa hingga ke seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya
dalam menggerakkan kesadaran umat islam dan gerakan revolusionernya yang
membangkitkan dunia islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintah
kolonial inggris ketika itu.
2. Dr.Muhammad Abduh
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa
Mahallat Nashr di kabupaten al-Buhairah Mesir tahun 1849 M dan beliau wafat pada tahun
1905 .
3. Sheikh Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, sebuah desa sekitar 4 km dari Tripoli,
Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H. beliau adalah bangsawan Arab yang memiliki garis
keturunan langsung dari Sayyidina Husen, putera Ali bin Abu Thalib dan Fatimah puteri
Rasulullah SAW.
4. Nurcholish Madjid.M.A
Lahir di Jombang 17 maret 1939 (6 Muharram 1358), dari keluarga kalangan pesantren.
Pendidikan yang ditempuh; sekolah rakyat di Mojoanyar dan bareng (pagi) dan madrasah
Ibtidaiyah di Mojoanyar (sore); pesantren Darul ‘Ulum di Rejoso, Jombang; KMI
(Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah) pesantren Darus Salam di Gontor, Ponorogo; IAIN
Syarif Hidayatullah di Jakarta (sarjana sastra arab, 1968), dan Universitas Chicago,
Illinois,AS (Ph.D.Islamic Thought, 1984).
5. Adlan Husaini,M.A
Lahir Bojonegoro, 17 desember 1965 adalah ketua dewan dakwah Islamiyah Indonesia,
sekretaris jenderal komite Indonesia untuk solidaritas dunia islam (KISDI) dan komite
Indonesia untuk solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), anggota komisi
kerukunan umat beragama majelis ulama Indonesia (MUI) dan anggota pengurus majelis
Tabligh Muhammadiyah.
6. Dr.Hasan Hanafi
Dilahirkan di Chairo, Mesir pada 14 Februari 1993 M. Hasan Hanafi, pemikir muslim
modernis dari Mesir adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan
dan revolusioner, seperti islam kiri, oksidentalisme, tema-tema tersebut ia kemas dalam
rangkaian proyek besar yaitu pembaruan pemikiran islam, dan upaya membangkitkan umat
dari ketertinggalan dan kolonialisme modern.
Dan masih banyak tokoh-tokoh oksidentalisme lainnya.
E. PAHAM OKSIDENTALISME DI INDONESIA
Oksidentalisme, dimaksudkan Hasan Hanafi sebagai alat untuk menghadapi superioritas
Barat (westernisme). Selama ini kedudukan barat sebagai pengkaji timur adalah bias, hegemonik,
pengontrol, menimbulkan stereotipe, berfungsi sebagai alat imperialisme dan menimbulkan
inferioritas timur. Oksidentalisme dirancang untuk netral, tidak serupa orientalisme yang bias.
Dengan oksidentalisme Hasan Hanafi bermaksud memberikan respon dan kritik balik terhadap
serangan orientalisme. Oksidentalisme untuk Hasan Hanafi adalah alternatif untuk kaum muslim
modern dalam memandang barat dengan perspektif baru. Kalau selama ini umat islam telah menjadi
obyek kajian lewat wacana orientalisme yang diciptakan barat, sudah seharusnya kita umat islam
membangun ilmu dengan berlandaskan epistemologi baru lewat diskursus oksidentalisme
(Assyaukani,2010:6).
Mereka ada yang menolak barat in toto, yang lain menerima seutuhnya dan adapula yang
menerima bagian-bagian tertentu dari barat dan menolak bagian-bagian lainnya, terutama unsur-
unsur barat yang dinilai dengan nilai-nilai ketimuran. Diantara tiga kecenderungan itu, maka
kecenderungan ketiga kelihatannya lebih merata. Sikap ini bukan hanya hidup dikalangan penduduk
yang biasa disebut kaum modern atau reformis, tapi juga dikalangan kaaum yang dijuluki sebagai
kaum tradisionalis(Daya,2008:97).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara etimologis silsilah Okidentalisme berasal dari bahasa Inggris Occidentalisme yang
berarti hal-hal yang berhubungan dengan barat, baik budaya, ilmu dan aspek sosialnya. Secara
terminologis, Oksidentalisme diartikan sebagai suatu bidang kajian secara speifik mengkaji barat
dengan sudut pandang atau karangka Timur. Kajian ini meliputi banyak hal seperti peradaban,
filsafat, seni, agama dan sejarahnya.
Oksidentalisme lahir sebagai respon terhadap maraknya westernisasi dan penilaian yang
tidak seimbang oleh Orientalisme. Ilmu baru ini bertujuan salah satunya untuk memutarbalikkan
Barat yang sebelumnya menjadi subyek (Orientalisme) dirubah menjadi obyek yang dikaji. Begitu
juga Timur yang sebelumnya menjadi obyek dirubah menjadi subyek. Hanya dengan begitu kita
akan berdiri setara dengan Barat. Sebagai ilmu baru, Oksidentalisme hadir ke ruang publik yang
sangat beragam. Sehingga, mau tidak mau, ia harus menerima berbagai bentuk penilaian, seperti
diapresiasi, diragukan, dikritik, atau bahkan ditolak. Namun sebagai orang Timur, Oksidentalisme
masih sebagai gerakan pemikiran yang harus disempurnakan dalam bentuk sikap dan prilaku sehari-
hari. faktor yang mendorong untuk melakukan kajian oksidentalisme menurut Hassan Hanafi adalah
ingin membebaskan bangsa timur dari pengaruh hegemoni barat.
Tujuan oksidentalis itu sendiri ialah sebagai sebuah upaya pembebasan. Berbicara plus dan
minus akibat kajian oksidentalisme sama halnya dengan membicarakan peperangan antara kebaikan
dan keburukan artinya, sudah menjadi sunnatullah di dunia ini sesuatu yang dianggap sempurna
akan nampak kekurangannya, dalam kajian oksidentalisme ada kebaikan yang bisa diambil dan ada
juga keburukan yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Daya, Burhanuddin, Pergumulan Timur Menyikapi Barat :Dasar-dasar Oksidentalisme, (Ttp: Suka Press,
2008). hal 88.
Hadi, Saiful, Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, (Jakarta : Insan Cemerlang, tth).Hlm 53.
Mahmud, MOh. Natir, Orientalisme(berbagai pendekatan barat dalam studi Islam),(Kudus: MASEIFA
jendela ilmu, 2013). 157.
Mahmud, MOh. Natir, Orientalisme(berbagai pendekatan barat dalam studi Islam),(Kudus: MASEIFA
jendela ilmu, 2013). 158.
Nurhakim, Moh, Islam, Tradisi dan Reformasi “Pragmatisme” Agama dalam pemikiran Hasan
Hanafi(Malang:Bayumedia, 2003),hlm.84.
Basri Marwah, Hasan, dan Verdiansyah, Very, Islam Dan Barat: Membangun Teologi Dialog, (Jakarta; LSIP-
Lembaga Studi Islam Progresif, 2004).