Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

OPTIK METROPOLITAN

Dosen Pembimbing :

RETNO ADRIYANI, ST, M.Kes

Oleh :

NUR HAMIDHA
202001019

PROGRAM STUDI D III REFRAKSI OPTISI


AKADEMI REFRAKSI OPTISI SURABAYA
TAHUN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Higiene Saitasi Perusahaan yang
berjudul Identifikasi Bahaya di Tempat Kerja di Optik Metropolitan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Pembimbing Retno Adriyani, ST, M.Kes pada bidang studi mata kuliah Higiene Sanitasi
Perusahaan. Selain itu, Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Retno
Adriyani, ST, M.Kes karena makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang sanitasi di tempat kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surabaya, 21 Juni 2021

Nur Hamidha

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1


B. Tujuan Survey ………………………………………………………………… 2
C. Manfaat ………………………………………………………………………… 2

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………………………………………… 3

A. Identitas Perusahaan ………………………………………………………….. 3


B. Struktur Organisasi Perusahaan …………………………………………….. 4
C. Aktivitas Kegiatan Operasional Perusahaan ………………………………... 5

BAB III PELAKSANAAN SURVEY…………………………………………………….. 6

A. Jadwal/Program Selama Survey …………………………………………….. 6


B. Pelaksanaan Kegiatan ………………………………………………………… 6

BAB IV EVALUASI HASIL KEGIATAN ……………………………………………... 8

BAB V PENUTUP …………………………………………………………………………11

A. Kesimpulan …………………………………………………………………… 11
B. Saran ………………………………………………………………………….. 12

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………15


ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.

Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan


kerugian kepada 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap
pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik
lingkungan di dalam  perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk
barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan.

Setiap proses produksi, peralatan/mesin, dan tempat kerja yang digunakan


untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang
bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Potensi  bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari
berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar
proses kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang beresiko menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan beberapa faktor seperti kondisi yang
menyimpang, kesalahan manusia dan organisasi, kegagalan komponen, dan pengaruh
kecelakaan dari luar

Akibat dari kecelakaan dapat menyebabkan kerugian langsung maupun tidak


langsung. Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan kerja yang langsung
dirasakan dan berdampak pada organisasi. Sedangkan kerugian tidak langsung
merupakan kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut kerugian tersembunyi
seperti kerugian jam kerja, kerugian produksi, kerugian sosial, citra dan kepercayaan
konsumen.
1

Mengantisipasi hal ini, pemerintah telah mencanangkan upaya peningkatan


keselamatan dan kesehatan kerja misalnya dengan mewajibkan penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3) karena keselamatan telah menjadi salah satu hak asasi
manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan dihargai oleh anggota masyarakat
lainnya. Peningkatan kecelakaan kerja dapat disebabkan karena adanya potensi
bahaya dari lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi bahaya di tempat kerja.
Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya
yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita
dapat berhati-hati, waspada, dan melakukan . langkah-langkah pengamanan agar tidak
terjadi kecelakaan.

B. Tujuan Survey

1. Untuk mengetahui macam-macam metode identifikasi bahaya


2. Untuk mengidentifikasi bahaya dari kecelakaan kerja di suatu perusahaan
3. Untuk meningkatkan skill dalam mengidentifikasi bahaya yang terjadi di
perusahaan

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui macam-macam metode identifikasi bahaya


2. Dapat mengidentifikasi bahaya dari kecelakaan kerja di suatu perusahaan
3. Dapat meningkatkan skill dalam mengidentifikasi bahaya yang terjadi diperusahaan
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Identitas Perusahaan

Optik Metropolitan terletak di Jl. Kapas krampung No.12 Surabaya, Jawa Timur. Mulai
didirikan pada tahun 2012 dan memiliki bidang usaha kacamata (frame) dan lensa kacamata.

Identitas Optik Ideal secara singkat :

1. Nama Perusahaan : Optik Metropolitan


2. Tahun Berdiri : 2012
3. Alamat : Kapas Krampung
4. Telepon : 0895395119292
5. Nama Pemilik : Djoko Sutedjo
6. Bidang Usaha : Frame kacamata dan lensa kacamata

Produk/barang dan jasa yang disediakan oleh Optik Metropolitan antara lain :

- Pembuatan kacamata resep (miopi/hipermetropi/presbiopi/silinder)


- Pengecekan mata
- Perbaikan/reparasi kacamata dan lensa
- Penjualan soft lens dan contact lens
- Penjualan aksesoris kacamata

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi menggambarkan bagaimana pekerjaan dibagi berdasarkan fungsinya,


dikelompokkan, dan dikoordinasikan sehingga tokoh yang terlibat didalamnya dapat
melaksanakan fungsinya masing-masing. fungsi dan tanggung jawab dari masing-masing
posisi, antara lain :
3

1. Pemilik Usaha

Pemilik usaha mempunyai fungsi seperti memutuskan visi dan misi perusahaan,
kebijakan perusahaan, segmen pasar yang dituju, penentuan supplier, harga jual suatu produk,
pengangkatan dan pemecatan karyawan dan keputusan – keputusan penting lainnya.

2. Devisi Teknis

Menangani masalah – masalah teknis yang berkaitan dengan jasa perbaikan, pemasangan,
dan pembuatan kacamata serta lensa. Divisi ini juga menangani pemeriksaan mata dan
menentukan spesifikasi Teknik lensa yang sesuai untuk customer.

3. Devisi Keuangan

Bertugas mengerjakan hal – hal yang berhubungan dengan keuangan seperti melakukan
pencatatan keuangan dan memiliki wewenang mengeluarkan dana guna keperluan-keperluan
operasional took seperti pembelian stok bingkai kacamata dan lensa, gaji pegawai, mencatat
penerimaan dan pengeluaran toko, penjualan kacamata dan aksesoris lainnya. Pemilik juga
turun tangan langsung Dalam penanganan divisi ini.

4. Divisi Pelayanan

Bertugas untuk melayani kebutuhan customer seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan


mengenai harga dan stok produk tertentu serta melakukan pencatatan jika terjadi pemesanan
maupun pembelian barang. Jika terjadi pemesanan kacamata, maka daftar pesanan tersebut
akan diserahkan ke dividi teknis untuk ditindaklanjuti

5. Administrasi dan Gudang

Jabatan ini terdiri dari accounting atau akuntan Akuntansi, CMT, dan kasir di


perusahaan.Tugasnya adalah mengatur keuangan perusahaan dan mencatat setiap
pengeluaran dan pemasukan serta mengurus hal-hal yang berhubungan dengan outsourcing
4

C. Aktivitas Kegiatan Operasional Perusahaan

Dalam kegiatan operasionalnya Optik Metropolitan memulai kegiatan efektif mulai


pukul 10.00 pagi, yang biasanya dilakukan adalah membersihkan ruangan optik setelah itu
kegiatan pengecekan barang. Pada pukul 12.00 sampai pukul 12.30 para karyawan
beristirahat makan siang. Kemudian mulai pukul 12.30 kegiatan dilanjutkan kembali, dan
pada pukul 16.00 para karyawan akan diperbolehkan pulang.
5

BAB III
PELAKSANAAN SURVEY

A. Jadwal/Program Selama Survey

Waktu Pelaksanaan : Minggu, 20 Juni 2021

Tempat Survey : Jl. Kapas Krampung No.12 Surabaya, Jawa Timur.

Uraian Kegiatan :

B. Pelaksanaan Kegiatan

 Cara Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti guna
memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian. Data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan beberapa teknik, yaitu:

1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dengan pencatatan yang dilakukan
secara sistematis, logis objektif serta dan rasional berkaitan dengan berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya, maupun dalam situasi buatan
untuk mencapai tujuan tertentu
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses komunikasi yang cukup menentukan dalam
keberhasilan suatu penelitian. Diperlukan keterampilan peneliti dalam
berkomunikasi dengan responden, sehingga memberikan rasa aman dan nyaman
pada responden untuk memberikan jawaban dan penjelasan yang benar. Pada
penelitian ini wawancara dilakukan dalam bentuk semi struktur yaitu pertanyaan
yang diajukan sudah terstruktur dalam pedoman wawancara kemudian satu
persatu pertanyaan diperdalam untuk memperoleh keterangan lebih lanjut.
6

Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data yang


digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teknik pengumpulan data yang
dilakukan.

 Pengolahan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah :

a. Pedoman observasi

Pedoman observasi dikembangkan oleh peneliti untuk memandu dan mempermudah


teknik pengamatan yang dilakukan agar tetap fokus pada tujuan penelitian. Peneliti
menyusun serangkaian materi yang diobservasi dalam pedoman observasi dan
selanjutnya bentuk pengamatan dituangkan dengan mencantumkan tanda check list
(√) pada kolom yang telah disediakan. Selain itu pula beberapa catatan yang berupa
temuan-temuan dalam kegiatan observasi dituliskan dalam pedoman observasi.
Observasi dilakukan oleh penulis untuk mengungkapkan beberapa data yang
berkaitan dengan penelitian antara lain: aspek pendukung yang berkaitan dengan
sarana prasarana baik sebelum eksperimen maupun sesudah dan perilaku hygiene
selama melakukan kegiatan peroptikan

b. Pedoman wawancara.

Wawancara dilakuan dalam kegiatan penelitian ini untuk mengungkapkan data


deskripsi kegiatan peroptikan yang dilakukan kepada pemilik usaha, divisi teknis,
divisi keuangan, divisi pelayanan di Optik Metropolitan di Surabaya. Jenis wawancara
yang digunakan adalah wawancara terstruktur dalam dua bentuk yaitu tertutup dan
terbuka. Pedoman wawancara tertutup dilakukan dengan menyiapkan alternative
jawaban yang diberikan oleh responden. Analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif. Sedangkan pedoman wawancara terbuka dipersiapkan untuk alternative
jawaban yang lebih luar dari responden
7
BAB IV
EVALUASI HASIL KEGIATAN

A. Metode Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di
lingkungan kerja. Organisasi harus menetapkan metode identifikasi bahaya yang akan
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain :

 Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan, misalnya meliputi sluruh bagian,  proses
atau peralatan kerja atau aspek K3 seperti bahaya kebakaran, penyakit akibat kerja,
kesehatan, dan lainnya.
 Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kualitatif atau kuantitatif
 Waktu pelaksanaan identifikasi bahaya, misalnya di awal proyek, pada saat operasi.
pemeliharaan atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup organisasi.

Metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari  bahaya
sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan
proaktif memiliki kelebihan :

 Bersifat preventi karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau


cedera
 Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement ) karena dengan
mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan
 Meningkatkan “awareness” semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal adanya
bahaya di sekitar tempat kerjanya
 Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat
menimbulkan kerugian.

Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk
memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi bahaya
tersebut menjadi suatu risiko.
1. Mencari informasi data potensi bahaya
Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari MSDS, petunjuk
teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan
2. Analisis risiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan,
frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana Tindakan untuk mengatasi risiko
tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat
juga terjadi, namun melalui upaya sistematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh.
3. Evaluasi risiko
Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang sangat
menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Konsultasi dan nasehat dari para ahli
seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko.
4. Menentukan langkah pengendalian.
Apabila dari hasil evaluasi menunjukkan adanya risiko membahayakan bagi
kelangsungan kerja maupun Kesehatan dan keselamatan pekerja perlu di tekunkan
langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti.

B. Faktor penyebab kecelakaan:

 Kurangnya Pengawasan Dalam urutan domino, kurangnya pengawasan


merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian.
Pengawasan dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading)
dan pengendalian (controlling).

 Insiden. Insiden yang mengakibatkan cidera fisik atau kerusakan harta benda, tipe
kecelakaan kerja antara lain : terbentur, terjatuh ke bawah atau pada permukaan
yang sama, terjepit, terperangkap, terpeleset, panas, dingin, radiasi, kebisingan,
kontak dengan bahan-bahan berbahaya dan beban kerja yang berlebihan.
 Kerugian. Akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada
manusia itu sendiri, harta benda atau properti. Kerugian-kerugian yang penting
dan tidak langsung adalah terganggunya proses produksi yang berakibat
menurunnya produktivitas.

Dalam identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan hazard atau bahaya


di area produksi Optik Metropolitan yang meliputi :

a) Machinery Entrapment Hazard, misalnya terjepit, terpotong, dan luka akibat


mesin (Hazard Code : MEH)
b) Fire Hazard, misalnya bahaya kebakaran (Hazard Code : FRH).
c) Noise Hazard, misalnya bahaya kebisingan (Hazard Code : NSH).
d) LEV Hazard, misalnya bahaya debu, uap beracun yang memerlukan local
exhaust ventilation (Hazard Code : LVH).
e) Manual Handling Hazard atau Ergonomic Hazard, misalnya bahaya akibat
cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, konstruksi
salah, misal : melakukan aktivitas handling manual seperti terkilir, penyakit
yang timbul akibat aspek ergonomis, dan juga karena adanya efek terhadap
tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan bentuk,
dislokasi (Hazard Code : MHH).

10

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang dilakukan merupakan salah
satu dari upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga dapat meminimalisir
adanya kecelakaan kerja di Optik Ideal Bandar Lampung. Dari hasil identifikasi, penilaian
dan pengendalian risiko di bagian produksi, maka disimpulkan bahwa :
Identifikasi bahaya yang dilakukan oleh Optik Ideal Bandar Lampung dilakukan dengan
mempertimbangkan hazard atau bahaya yang ada dalam setiap kegiatan, Bahaya yang ada
diantaranya : Machinery Entrapment Hazard, Fire Hazard, Noise Hazard, LEV Hazard, dan
Manual Handling Hazard atau Ergonomic Hazard

Pengendalian risiko yang dilakukan oleh Optik Ideal Bandar lampung dilakukan dengan
identifikasi bahaya dalam setiap tahap, kemudian penilaian risiko untuk mengetahui nilai
risiko dari setiap tahap yang meliputi risiko tinggi, sedang, dan rendah. Cara yang dilakukan
dalam pengendalian risiko bahaya di Optik Ideal Lampung, antara lain, Yaitu :

1. Pengadaan training berupa training alat pelindung diri untuk meningkatkan kesadaran
akan pentingnya pemakaian alat pelindung diri bagi keselamatan tenaga kerja
2. Penyediaan alat pemadam kebakaran, kotak alat pelindung diri, dan kotak P3K
3. Pengawasan risiko ditinjau ulang paling sedikit setahun sekali.
4. Penghargaan K3 untuk tenaga kerja dalam disiplin pemakaian alat pelindung diri.
5. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan tipe potensi bahaya yang ada
sehingga tenaga kerja terlindung dari potensi bahaya yang timbul dalam aktivitas
pekerjaannya.

11

B. Saran :

1. Sebaiknya ada peringatan kepada tenaga kerja yang tidak memakai alat
pelindung diri ketika bekerja
2. Sebaiknya lebih ditingkatkan tentang awareness penggunaan alat pelindung diri
untuk tenaga kerja bagian workshop maintenance engineering.
3. Sebaiknya perlu adanya training alat pelindung diri secara rutin untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemakaian alat pelindung diri bagi
keselamatan tenaga kerja karena training alat pelindung diri belum dilaksanakan
dengan rutin.
4. Sebaiknya perlu adanya pembentukan ketua di setiap shift kerja yang
bertanggung jawab untuk pendisiplinan penggunaan alat pelindung diri.
12

LAMPIRAN

Checklist
Checklist ini dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan housekeeping yang diterapkan di perusahaan

Nama : Nur Hamidha

Tanggal : 21 Juni 2021


Lokasi : Optik Metropolitan
Alamat : Jl. Kapas krampung No.12 Surabaya, Jawa Timur

A. Hazard Fisik Resiko Keterangan

Kebisingan ya Karena dekat dengan jalan raya, Kebisingan dapat menggangu


konsentrasi karyawan dalam bekerja.

Suhu Udara dan Kelembapan ya Temperatur yang nyaman akan membuat karyawan bekerja dengan
nyaman dan mampu menghasilkan output sesuai dengan yang
diharapankan.

Pencahayaan ya Diberi lampu, Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan akan
membantu menciptakan semangat dan kegairahan kerja.

Tekanan Udara ya Sirkulasi atau pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan
pikiran.

Terkena Benda Tajam ya Peralatan memotong lensa di simpan di tempat yang aman

Kebersihan Lingkungan Kerja ya Disapu dan juga di pel setiap harinya, Kebersihan lingkungan kerja secara
tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja dan kenyamanan seorang
karyawan.

B. Hazard Biologis

Virus ya Jenis – jenisnya seperti : HIV AIDS, influenza, dan hepatitis, covid – 19

Bakteri ya Jenis – jenisnya seperti : Tibi, bacillus anthrax , legionilla pnelmophila

Jamur ya Jenis – jenisnya seperti : T. corporis, T. croris, dan T. pedis

Parasit ya Jenis – jenisnya seperti : Malaria, cacing tambang dan scabies.

C. Hazard Fisiologis

Tata Ruang Kerja ya Tidak terhalang oleh etalase optik, Tata ruang atau penataan ruangan yang
ada di dalam ruang kerja akan memengaruhi kenyamanan karyawan
dalam bekerja.

Pengaturan Shift ya Dibuat hanya satu shift yaitu dimulai dengan jam kerja dari jam 09.00 –
18.00

Pekerja Sering ya Pekerja sering membungkuk karena menggosok lensa atau memfaset
Membungkuk/Menjangkau/Jongkok

Kebersihan Lantai ya Bersih dan kering juga berkeramik dapat Mengurangi kecelakaan di
tempat kerja, akan meminimalisir kecelakaan dan cedera di tempat kerja,
seperti terpeleset atau terjatuh di lantai basah.

Tersedia APAR ya Jenis: APAR Dry Chemical Powder

D. Hazard Sosio-Psikologis

Hubungan Interpersonal Dengan Karyawan Lain ya Ketika hubungan sesama karyawan baik maka karyawan akan nyaman
ketika bekerja sehingga dapat menghasilkan output yang tinggi. Begitu
pula sebalinya.

Rutinitas Kerja ya Rutinitas Kerja dimulai dari jam 09.00 – 18. 00

Suasana Kerja ya DIbuat dengan nyaman dan kondusif

konflik batin dengan lingkungan yang ada di ya Contohnya: aksi bullying, kata-kata kasar dari rekan kerja, tekanan dan
tempat kerja himpitan pekerjaan, deadline pekerjaan yang tidak masuk akal,
persaingan kerja tidak sehat, kerjaan yang monoton, jenjang karir tidak
bagus, alat bantu kerja yang tidak memadai, dll

E. Hazard Kimiawi

Debu ya Etalase optik di bersihkan setiap hari agar tidak banyak debu yang
menempel dan noda membandel

F. Hazard Ergonomi

Ketidaksesuaian desain kerja ya Gerakan repetitif (berulang-ulang) seperti membungkuk-berdiri-


membungkuk, durasi dan frekuensi bekerja melebihi batas, bekerja
dengan postur tubuh yang janggal seperti berputar di area pinggang,
menunduk,

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/32872921/MAKALAH_IDENTIFIKASI_BAHAYA_docx

https://www.scribd.com/document/361619127/Makalah-Identifikasi-Bahaya-emy-Ariviana-
r0215036

https://core.ac.uk/download/pdf/16507986.pdf

https://galihendradita.wordpress.com/2019/12/05/pengendalian-risiko-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-dalam-faskes-dan-fktp-lain/

https://firecek.com/environmental-hazard-di-tempat-kerja/

Anda mungkin juga menyukai