Anda di halaman 1dari 81

Spesifikasi Teknis

BAB I
PERATURAN UMUM

1. PERATURAN UMUM
1.1 UMUM
Apabila tidak ditentukan lain, peraturan yang berlaku dan mengikat
seolah-olah disebutkan kata demi kata dalam uraian dan syarat-syarat adalah:
 Algemene Voorwarden Van openbare Warken in Indonesia 28 Mei 1941
(AV – 1941)
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI – 2)
 Peraturan-peraturan umum dari Dinas Kesehatan Kerja
 Peraturan Perburuan Indonesia dan lain-lain yang dikeluarkan oleh
Jawatan/Instansi Pemerintah setempat
 Pedoman Pumpling Indonesia 1979
 Peraturan Perusahaan Listrik Negara tentang In stalasi Listrik dan /Tenaga
(NI – 2)
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI - 1982)
 Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (NI – 5)
Jika dalam uraian dan syarat-syarat ini terdapat penambahan dari peraturan-
peraturan sebagaimana dinyatakan pada pasal-pasal berikutnya, uraian dan
syarat-syarat ini mengikat.
Kontraktor harus melaksanakan juga pekerjaan-pekerjaan atau bagian
pekerjaan yang walaupun tidak jelas disebutkan dalam uraian dan syarat-
syarat serta gambar-gambar, tetapi masih berada dalam lingkup pekerjaan
berdasarkan kebiasaan yang berlaku dalam bidang pembangunan.
Pelaksanaan pekerjaan tersebut harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang
diberikan Direksi/Koordinator Daerah di lapangan.

1
Spesifikasi Teknis
1.2 URAIAN DAN SYARAT-SYARAT, GAMBAR KERJA DAN PHOTO
DOKUMENTASI
Uraian dan syarat-syarat ini serta gambar-gambarnya digunakan sebagai
pedoman dasar dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Gambar-gambar detail merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
uraian dan syarat-syarat ini.
Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan uraian dan syarat-syarat
ini maupun perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pelaksanaan,
pemborong diwajibkan mentaati keputusan Direksi/Koordinator Daerah.
Jika dalam gambar terdapat kekurangan penjelasannya atau perbedaan-
perbedaan, pemborong diwajibkan menanyakan pada Direksi/Koordinator
Daerah serta membuat gambar-gambar pelengkap atas petunjuk-petunjuk
Direksi/Koordinator Daerah dan disahkan oleh Direksi/Koordinator Daerah. Tidak
dibenarkan sama sekali bagi pemborong untuk memperbaiki sendiri hal-hal
tersebut diatas. Akibat kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemborong.

1.3 RENCANA KERJA


Sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus bersama-
sama dengan Direksi/Koordinator Daerah merundingkan rencana kerja dan
rencana waktu pelaksanaan, segera setelah pelulusan pekerjaan.
Setelah disetujui maka dua exemplar cetakan rencana kerja dan waktu
pelaksaan harus diserahkan kepada Direksi/Koordinator Daerah dan satu
exemplar harus berada di tempat pekerjaan.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dan pengiriman/penyediaan
bahan/alat-alat, sesuai dengan rencana kerja dan rencana waktu penyediaan
bahan-bahan / alat-alat seperti tersebut pada ayat di atas. Rencana kerja ini akan
dipakai oleh Direksi/Koordinator Daerah sebagai dasar untuk menentukan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan dan prestasi
pemborong.

2
Spesifikasi Teknis
1.4 KANTOR KONTRAKTOR DAN KANTOR DIREKSI/ KOORDINATOR DAERAH,
GUDANG DAN SARANA LAINNYA
1.4.1 Lokasi Kantor dan Gudang
Apabila diperlukan, Kontraktor wajib menyertakan denah yang
menunjukan tempat yang diusulkan untuk lokasi kantor, gudang atau
rencana lainnya untuk disetujui oleh Direksi/Koordinator daerah.
1.4.2 Kantor Kontraktor Wakil Direksi/Koordinator Daerah, Gudang dan
Bangunan Sementara
 Kantor untuk Kontraktor di Proyek dibuat oleh Kontraktor sendiri sesuai
dengan kebutuhan personil di lapangan.
 Kantor Kontraktor dan Kantor Direksi/Koordinator Daerah tersebut
merupakan bangunan sementara dengan lantai rabat beton diplester,
konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup atap asbes semen
gelombang/seng, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk
pengawasan dan pencahayaan.
 Dalam kantor harus dipasangi dengan kabel untuk penerangan dan
lampu listrik. Penerangan listrik dilengkapi dengan lampu neon lengkap
dengan difuser dan stop kontak yang cukup.
 Kantor harus disediakan air bersih terus menerus. Saluran drainase
yang cukup harus disediakan
 Semua ruang kantor harus dilengkapi dengan perabotan seperti meja
tulis, papan tulis (White baord), lemari arsip, mistar gambar, lemari,
keranjang sampah kertas, rak arsip, gantungan jas dan barang lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas lapangan.
 Bahan-bahan bangunan yang penting, misalnya PC, alat-alat dan
sebagainya harus disimpan dalam gudang yang dapat dikunci
sehingga tidak akan mudah hilang atau rusak oleh pengaruh cuaca.
 Selama masa pembangunan / pelaksanaan pekerjaan, semua
pemasukan dan pengeluaran barang ke/dari proyek harus mendapat
ijin terlebih dahulu dari Direksi/Koordinator Daerah.
 Kontraktor harus senantiasa memelihara kebersihan dan keamanan
bangunan kerja, gudang berikut inventarisnya.

3
Spesifikasi Teknis
 Bangunan sementara tersebut setelah pelaksanaan pekerjaan selesai
dan apabila tidak diperlukan harus dibongkar atas perintah
Direksi/Koordinator Daerah.

1.5 BAHAN-BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN


Bahan-bahan bangunan, peralatan, perpipaan beserta accessoriesnya
dan lain-lain yang disediakan oleh Pemberi Tugas/ Direksi/ Koordinator Daerah
dinyatakan pada daftar lampiran nomor.
Bahan-bahan dan peralatan lain diperlukan untuk pekerjaan yang tidak
disediakan oleh Pemberi Tugas/Direksi/Koordinator Daerah seperti tersebut
diatas harus disediakan oleh pemborong.
Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh material yang akan dipakai
untuk dimintakan persetujuan dari Direksi/Koordinator Daerah dan tidak
diperkenankan memesan / mengirim dahulu sebelum persetujuan diberikan.
Direksi/Koordinator Daerah akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui
sebagai standar untuk memeriksa/mencocokkan pengiriman-pengiriman
selanjutnya.
Direksi/Koordinator Daerah berwewenang untuk meminta keterangan
mengenai asal dan mutu bahan bangunan dan lain-lain. Apabila dianggap perlu,
Direksi atau Koordinator Daerah berhak menelitinya dengan mengirimkan
contoh-contoh ke Balai Penelitian Bahan-Bahan di Bandung. Segala ongkos
yang bertalian dengan penelitian tersebut adalah tanggung jawab pemborong.
Jika ada bahan-bahan yang ditolak oleh Direksi/Koordinator Daerah,
Kontraktor diwajibkan untuk segera mengangkat bahan-bahan tersebut keluar
halaman pekerjaan atas perintah pertama dari Direksi/Koordinator Daerah
selambat-lambatnya dalam waktu 3x24 jam. Jika bahan-bahan yang sedang
dikerjakan dan ternyata mengandung cacat, maka bahan-bahan tersebut
dianggap sebagai ditolak. Dalam hal ini pemakaian bahan-bahan tersebut harus
segera dihentikan dan bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut
harus dibongkar.

4
Spesifikasi Teknis
1.6 ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT BANTU
Pada prinsipnya pemborong harus menyediakan alat kerja sendiri
termasuk penyediaan air, penerangan, aliran listrik dan sebagainya.
Disamping alat-alat yang diperlukan seperti tersebut di atas, Pemborong
harus pula menyediakan alat-alat ukur Theodolit dan water – pas untuk
keperluan penentuan atau pemeriksaan letak dan tinggi bangunan/pipa/alat-alat
lain yang sedang dan akan dilaksanakan. Semua biaya pengukuran adalah
menjadi tanggung jawab pemborong.
Dalam surat penawarannya, pemborong harus melampirkan daftar alat-
alat yang disebut diatas. Kontraktor hendaknya mencantumkan jumlah dan
kapasitas dari masing-masing alat yang sesuai dengan scope pekerjaan yang
akan dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Daftar alat-alat yang dilampirkan dalam surat penawaran akan merupakan
pula faktor pertimbangan untuk pemilihan Pemborong.

1.7 PERSONALIA KONTRAKTOR


Kontraktor tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain di luar proyek
ini kepada para wakil ataupun pelaksana-pelaksananya. Selama jam kerja, wakil
atau pelaksana pemborong harus berada di tengah-tengah pekerjaan kecuali
berhalangan atau sakit.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, pemborong diwajibkan
mengajukan bagan organisasi, lengkap dengan nama dan alamat para karyawan
utama. Kontraktor hanya boleh mengerjakan staf/pekerja di lapangan yang bukan
merupakan pembawa penyakit types, cholera atau dysentry.

1.8 KECELAKAAN DAN KESEHATAN


Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung
menjadi beban pemborong. Sehubungan dengan ayat di atas, pemborong
diwajibkan menyediakan kotak PPPK lengkap terisi menurut kebutuhan.
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, pemborong diwajibkan
menyediakan alat pemadam kebakaran. Antara lain botol-botol pemadam
kebakaran BCF/CO2, pasir dalam bak kayu dan / atau karung, galah-galah
secukupnya serta pemeliharaannya.

5
Spesifikasi Teknis
Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawannya, dan juga
harus menyediakan Toilet/WC umum.
Sejauh tidak disebutkan dalam uraian dan syarat-syarat ini, maka semua
ketentuan umum lainnya dan dikeluarkan oleh jawatan/instansi pemerintah
cq.undang-undang keselamatan kerja dan lain sebagainya, termasuk semua
perubahan/tambahan hingga kini tetap berlaku.

1.9 PENGAMANAN
Setelah pemborong mendapatkan batas-batas daerah kerja dan lain-lain
sebagainya, maka pemborong bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu
yang ada di daerahnya mengenai:
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang sengaja
ataupun tidak.
b. Penggunaan sesuatu yang keliru.
c. Kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
Terhadap semua kejadian-kejadian yang disebut di atas, pemborong
harus melaporkan kepada Direksi/Koordinator Daerah dalam waktu paling lambat
24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
Untuk mencegah kejadian di atas, pemborong diizinkan mengadakan
pengamanan antara lain penjagaan, penerangan pada malam hari dan
sebagainya.

1.10. TUNTUTAN TERHADAP KERUSAKAN


Setiap kerusakan yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dikerjakan
pemborong yang tidak termasuk dalam lingkup kontrak, harus diperbaiki dan
dikembalikan pada keadaan semula oleh pemborong. Biaya perbaikan tersebut
menjadi tanggung jawab pemborong.

1.11. PEMBUANGAN AIR SISA


Segala jenis aliran air, air buangan, air apapun juga yang ada sebagai
akibat dari pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya sementara harus dibuang
menurut cara-cara pembuangan yang telah ditentukan Direksi/Koordinator

6
Spesifikasi Teknis
Daerah, pejabat-pejabat ataupun orang-orang yang terkena akibat air tersebut.
Semua biaya pembuangan air ini menjadi tanggung jawab pemborong.

1.12. KEBERSIHAN LAPANGAN


Kontraktor harus mengusahakan agar keadaan lapangan tetap bersih,
tidak ada sisa-sisa material atau sampah yang berserakan. Setelah
penyempurnaan pekerjaan maka segala bahan-bahan sisa, sampah-sampah dan
konstruksi sementara harus dikeluarkan dari lapangan, sehingga keadaan
lapangan kembali seperti keadaan semula.

1.13. RAMBU-RAMBU LALU LINTAS


Bila pelaksanaan pekerjaan berhubungan dengan lalu lintas umum, maka
pemborong harus memasang tanda-tanda lalu lintas yang harus disetujui dahulu
oleh Direksi/Koordinator Daerah demi keselamatan lalu lintas.

1.14. T E S T
Kontraktor sudah harus memperhitungkan segala biaya untuk pengetesan
bahan dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan uraian dan syarat-syarat ini.

1.15. UKURAN DAN PEIL


Ukuran dapat dilihat dalam gambar-gambar detail, sedangkan ukuran
lainnya yang belum terdapat dalam gambar harus dirundingkan dengan
Direksi/Koordinator Daerah.
Peil Dasar/Induk (Reference Point) akan ditentukan dan diberikan oleh
Direksi/Koordinator Daerah lapangan. Kontraktor harus membuat patok-patok
beton yang permanen di sekitar tempat pekerjaan untuk memudahkan
pengukurannya. Biaya pematokan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
Pematokan yang diperlukan untuk menentukan letak pekerjaan-pekerjaan
yang tepat berdasarkan gambar/petunjuk Direksi/Koordinator Daerah harus
dilakukan pemborong dan biaya pematokan tersebut menjadi tanggung jawab
pemborong.
Setelah pekerjaan dan pematokan selesai dan disetujui
Direksi/Koordinator Daerah, pekerjaan selanjutnya baru boleh dimulai.

7
Spesifikasi Teknis
Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama
lain tiap bagian pekerjaan dan segera melaporkan kepada Direksi/Koordinator
Daerah setiap terdapat perbedaan ukuran/selisih, untuk mendapatkan keputusan
perbaikannya. Tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan
tersebut tanpa persetujuan Direksi/koordinator Daerah.
Pengukuran sudut hanya boleh dilakukan dengan alat ukur Theodolite.
Pengukuran siku dengan benang menurut Pytagoras hanya boleh dilakukan
untuk bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan Direksi/Koordinator
Daerah.
Papan bangunan (Bouwplank) harus dipasang pada patok-patok kayu
yang terpancang di dalam tanah, sehingga tidak berubah dan bergerak. Setelah
selesai pemasangan, pemborong harus melaporkannya kepada
Direksi/Koordinator Daerah untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya
dilaksanakan.
Hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
Adanya pengawasan dari Direksi/Koordinator Daerah tidak mengurangi tanggung
jawab tersebut.

8
Spesifikasi Teknis
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PEKERJAAN SIPIL

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PEKERJAAN SIPIL


2.1 PEKERJAAN TANAH
1) Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan, walaupun tidak
jelas disebutkan dalam uraian dan syarat-syarat ini harus juga dilaksanakan
oleh Kontraktor dengan baik sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi/Koordinator Daerah.
2) Pekerjaan tanah yang harus dilaksanakan pada garis besarnya meliputi ;
 Pembersihan lapangan
 Pekerjaan galian
 Pekerjaan penimbunan
 Pekerjaan pemadatan
 Pembuangan tanah sisa galian
3) Semua peralatan yang umum diperlukan untuk pekerjaan tanah meliputi :
 Jack Hammer untuk tanah keras / berbatu
 Pompa – pompa air untuk tempat yang berair
 Penumbuk untuk memadatkan dan lain-lain (mekanis ataupun manual)
Harus disediakan oleh pemborong dalam jumlah yang cukup dan digunakan
pada tempat yang membutuhkan.

2.2 PEMBERSIHAN LAPANGAN


Tempat pekerjaan harus bersih dari semak-semak dan rintangan-
rintangan lainnya, sedangkan pohon-pohon atau pagar hidup tidak boleh
ditebang atau disingkirkan kecuali yang ada dalam batas penggalian atau yang
jelas diberi tanda gambar bahwa pohon/pagar hidup tadi harus disingkirkan. Bila
disebabkan oleh satu hal pemborong harus melakukan penebangan, maka
pemborong harus meminta izin/petunjuk terlebih dahulu dari Direksi/Koordinator
Daerah.

2.3 PEKERJAAN GALIAN

9
Spesifikasi Teknis
2.3.1 Semua penggalian yang dilakukan secara mekanis harus dihentikan pada
batas 10 cm sebelum kedalaman yang ditentukan, pekerjaan selanjutnya
harus dikerjakan dengan tangan.
2.3.2 Bilamana kedalaman galian ternyata lebih dalam dari batas yang
ditentukan maka bagian ini harus ditimbun kembali dengan bahan yang
akan ditentukan oleh Direksi/Koordinator Daerah. Bahan pengisi tersebut
dapat berupa tanah urug, pasir padat atau beton tumpuk. Biaya-biaya
tambahan akibat penggalian yang lebih ini menjadi tanggung jawab
pemborong.
2.3.3 Bidang-bidang dasar dan dinding galian dimana konstruksi akan dibuat
langsung diatas/pada bidang dasar/dinding tersebut, harus dikerjakan
dengan tepat mengikuti garis-garis kedalaman/kemiringan yang ditentukan
dan bilamana diminta oleh Direksi/Koordinator Daerah harus disiram dan
dipadatkan baik-baik dengan alat-alat yang tepat sehingga di dapat suatu
bidang (Dasar/dinding) yang padat dan kokoh.
2.3.4 Apabila pada waktu penggalian dijumpai lapisan tanah yang tidak sesuai
untuk dasar pondasi, maka atas petunjuk Direksi/Koordinator Daerah
lapisan tanah tersebut harus dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan
yang sesuai dan dipadatkan dengan baik lapis demi lapis Q= 15 cm.
2.3.5 Bidang-bidang dasar tanah pondasi harus dijaga tetap kering, rata dan
kokoh. Untuk itu, bila dasar pondasi direncanakan tidak pada lapisan
keras/batuan, maka penggalian harus ditunda minimal 20 cm sebelum
mencapai batas galian yang ditentukan, kecuali pekerjaan dasar pondasi
(Urugan pasir dan lantai kerja) dapat dikerjakan seluruhnya segera setelah
penggalian mencapai kedalaman yang ditentukan. Tanah pondasi yang
menjadi berlumpur karena alasan apapun harus segera diperbaiki dengan
mengeluarkan lumpur tersebut dan mengganti/mengisi kembali dengan
bahan yang ditentukan Direksi/Koordinator Daerah dan dipadatkan baik
lapis demi lapis @ = 15 cm.
2.3.6 Bila dipandang perlu Direksi/Koordinator Daerah dapat memerintah untuk
melengkapi lubang galian yang akan/sedang dibuat dengan turap
penahan untuk mencegah kelongsoran-kelongsoran yang mungkin terjadi.
Turap-turap ini harus direncanakan sedemikian rupa sehingga keamanan

10
Spesifikasi Teknis
pekerja-pekerja cukup terjamin. Persetujuan yang diberikan
Direksi/Koordinator Daerah untuk penggunaan jenis bahan dan konstruksi
tertentu tidak membebaskan pemborong dari akibat yang mungkin terjadi
sewaktu panggilan. Semua pekerjaan penggalian sedapat mungkin
dikerjakan dengan keadaan kering. Bila diperlukan bendungan darurat,
maka konstruksi bendungan harus cukup kokoh dan rapat untuk
mencegah masuknya air. Pompa harus disediakan secukupnya dan
digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi/koordinator Daerah.
2.3.7 Lapisan keras/batuan yang akan menjadi dasar pondasi harus dibersihkan
dari tanah, kotoran-kotoran dan bagian yang lepas. Celah-celah dan
retakan-retakan harus diisi dengan adukan pondsi nantinya. Dalam hal
demikian pekerjaan pondasi dapat langsung dikerjakan di atas lapisan
tersebut, tanpa lantai kerja.
2.3.8 Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan
tanah hasil galian. Sedikitnya sebelum pekerjaan ditinggalkan, sekeliling
lubang galian dalam jarak minimum 3 m harus bersih dari timbunan tanah.

2.4 PEKERJAAN PENIMBUNAN


2.4.1 Pekerjaan penimbunan baik dengan tanah hasil galian ataupun dengan
bahan yang didatangkan dari luar harus dikerjakan lapis demi lapis dan
tiap lapis harus dipadatkan baik-baik. Tebal maximum tiap lapis harus
disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang digunakan, secara umum
tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 30 cm.
2.4.2 Bahan timbunan yang akan digunakan harus mendapatkan persetujuan
Direksi/Koordinator Daerah terlebih dahulu. Bahan ini dapat berupa tanah
hasil galian ataupun bahan yang didatangkan dari luar berupa tanah liat,
pasir urug, ataupun tanah urug biasa. Dalam hal-hal tertentu digunakan
campuran antara pasir dengan kapur sebagai bahan timbunan.

2.5 PEKERJAAN PEMADATAN


2.5.1 Cara-cara dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan
harus disesuaikan dengan jenis dan letak dari tanah yang akan
dipadatkan. Untuk pemadatan ringan dapat digunakan Portable soil

11
Spesifikasi Teknis
Compactor. Penggunaan alat-alat penumbuk konvensional dengan berat
15-20 kg hanya dapat digunakan dalam hal-hal tertentu dengan
persetujuan Direksi/Koordinator Daerah. Pemadatan tanah/pasir harus
selalu disertai dengan penyiraman secukupnya untuk mencapai
kepadatan optimal.
2.5.2 Tempat-tempat yang berair harus dikeringkan dahulu sebelum dilakukan
pemadatan. Lumpur-lumpur yang terjadi akibat genangan air harus
dikeluarkan dan diganti dengan tanah/ bahan lain yang disetujui
Direksi/Koordinotor Daerah.

2.6 PEMBUANGAN TANAH SISA GALIAN


Tanah sisa galian yang tidak dipakai harus diangkut dan dibuang terutama di
tempat-tempat di sekitar pekerjaan. Tanah ini harus diratakan baik-baik sehingga
tidak mengganggu aliran air ataupun menimbulkan gangguan-gangguan lain di
daerah sekitarnya.

2.7 PEKERJAAN BETON


2.7.1 U m u m
 Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai persyaratan-persyaratan
yang tercantum dalam Peraturan Beton Indonesia (P. B. I., NI-2 1971).
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaannya dengan ketetapan dan
ketelitian yang tinggi menurut spesifikasi, gambar-gambar kerja dan
instruksi-instruksi Direksi/Koordinator Daerah.
 Direksi/Koordinator Daerah berhak untuk memberikan/mengawasi
setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pemborong. Pengawasan
Direksi/Koordinator Daerah tidak membebaskan pemborong dari
tanggung jawabnya atas kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan /
penyimpangan dalam pelaksanaan.
 Semua pekerjaan yang tidak baik atau tidak memenuhi spesifikasi ini
harus dibongkar dan diganti/diperbaiki atas biaya pemborong.
 Semua material harus mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi
syarat-syarat P.B.I 1971.

12
Spesifikasi Teknis
2.7.2 M a t e r i a l
a. S e m e n
 Semen yang digunakan adalah jenis Portland cement yang harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dlam NI – 8, 1972. Semen
harus diperoleh dari satu pabrik yang telah disetujui
Direksi/Koordinator Daerah dan dikirimkan ke tempat pekerjaan
dengan kantong tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal terpaksa
harus menggunakan semen dari pabrik lain harus mendapat
persetujuan lebih dahulu dari Direksi/Koordinator Daerah.
 Bila Direksi/Koordinator Daerah menganggap perlu, pemborong harus
mengirimkan surat pernyataan dari pabrik yang menyatakan type,
kwalitasi semen beserta manufacturers test certificate yang
menyatakan memenuhi semua syarat yang ditentukan dalam NI – 8.
Sementara yang menggumpal, sweeping atau kantongnya robek/rusak
ditolak untuk digunakan.
 Gudang tempat penimbunan semen harus cukup baik, tidak bocor dan
tidak luas sehingga penimbunan semen dapat diatur denganbaik.
Semen di dalam kantong tidak boleh disusun lebih dari 2 meter
tingginya dan bagian bawah berada minimum 30 cm di atas lantai.
Penempatan harus sedemikian rupa sehingga semen lama dapat
digunakan terlebih dahulu.

b. Agregat
 Agregat yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat percobaan
yang tercantum dalam P.B.I – 1971 Bab 3 ayat 3.3, 3.4 dan 3.5.
 Agregat harus memenuhi pasir alam yang bersih, bebas dari lumpur,
jasad organik, garam, alkoli dan butir-butir uang lunak.di samping itu
pasir harus tajam/kasar, keras dan tidak mengandung bahan – bahan
yang merugikan beton sampai batas maximum 5% berat. Kadar
lumpur dari pasir tidak boleh melebihi 4% (terhadap berat kering) dan
jika melebihi agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
 Agregat kasar dapat berupa kerikil alam atau crushed stones yang
mempunyai gradasi yang baik, Keras, padat tidak berpori dan bersifat

13
Spesifikasi Teknis
kekal, tidak pecah/hancur karena pengaruh cuaca. Kadar lumpur
dalam agregat kasar tidak boleh lebih dari 1% dan jika lebih agregar
harus dicuci lebih dahulu sebelum digunakan. Dimensi maksimum dari
agregat kasar tidak lebih dari 2,5 cm, dan tidak lebih dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
 5 (Lima) minggu sebelum pengecoran dimulai sample yang telah
diambil dengan ukuran tertentu, type tertentu, ditest sesuai dengan
percobaan yang tercantum dalam P.B.I 1971. Dari hasil-hasil ini
pemborong mengambil contoh-contoh yang representatif untuk diambil
grading analysisnya. Bila agregat yang disetujui oleh
Direksi/Koordinator Daerah telah terpilih, pemborong harus menjaga
agar semua pengiriman material selanjutnya mempunyai kualitas dan
grading yang sama selama pekerjaan.
 Percobaan-percobaan selanjutnya untuk menentukan kebersihan dan
grading dari material-material harus dibuat paling sedikit satu
percobaan untuk setiap pengiriman 25 ton.
 Agregat halus dan kasar diangkut dan disimpan terpisah, dan harus
dicegah terjadinya degradasi dari berbagai ukuran partikel. Stock ples
harus dibentuk diatas platfom dari beton dan atau kayu keras yang
disetujui. Agregat harus dijaga kebersihannya dan bebas dari material-
material lain. Tempat yang cukup harus disediakan unutk menjamin
tersedianya kedua macam agregat tersebut selama pekerjaan
berlangsung.

c. A i r
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam. Alkali, garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan
lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

d. Bahan Pencampur/Admixture

14
Spesifikasi Teknis
 Penggunaan admixture pada campuran beton tidak diizinkan
kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi/Koordinator Daerah.
 Untuk itu pemborong harus telah membuat percobaan-percobaan
perbandingan berat dan WC ratio dengan penambahan admixture
tersebut. Hasil dari cruishing test kubus-kubus berumur 7,14 dan 28
hari (dari laboratorium berwenang) harus dilaporkan kepada
Direksi/Koordinator Daerah untuk dapat disetujui.

2.7.3 Mutu beton


Mutu beton yang digunakan adalah K-100, K-125, K-175, & K 225
Beton unutk lantai kerja campuran K-100
Mutu baja tulangan yang digunakan adalah P12

2.7.4 Rencana Campuran Beton (Concrete mix Design)


 5 (lima) minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai,
pemborong harus membuat design procedur dan preliminary test atas
biaya sendiri untuk mendapatkan mutu seperti yang disyaratkan.
Campuran harus menggunakan perbandingan berat antara semen,
pasir, kerikil dan air.
 Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat
4.6 dan dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5
 Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kwalitas dari semen dan /
atau agregat diganti, maka harus dicari lagi campuran yang baru,
sehingga tetap memenuhi syarat, sesuai ayat 2 di atas.
 Jumlah semen dalam 1 m3 beton strukturil harus sekurang-kurangnya
340 kg, dan untuk pondasi, reservoir dan luifel atap jumlah minimum
tersebut adalah 375 kg/m3 beton.

2.7.5 Pegujian Beton dan Peralatannya


 Kontraktor harus menyediakan tenaga dan alat-alat kerja untuk
melakukan semua test di lapangan pada beton dan material untuk
beton seperti yang tercantum dalam PBI 1971 atau sesuai dengan

15
Spesifikasi Teknis
diperintahkan oleh direksi/Koordinator Daerah. Kontraktor harus
menyediakan alat dan tempat untuk melakukan percobaan berikut
- Slump test
- Test specciments
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
- Test kadar lumpur
Kontraktor juga harus menyediakan peralatan untuk menentukan
moisture content dari agregat halus, timbangan dan lain alat yang
diperlukan.
 Pengujian slump agregat segera setelah beton keluar dari mixer
maksimum 5 cm dan maximum 10 cm untuk campuran dengan batu
pecah (Crushed Stones).
 Kontraktor harus membuat dan mengangkut semua test specimens ke
laboratorium yang ditentukan/disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah
untuk dilakukan compession test pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
Setiap kubus harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor
kode dan hari pembuatan, bersama-sama dengan satu tanda dari
bagian pekerjaan mana sample diambil. Sistem dari pengukuran dan
pemadatan dari kubus akan ditentukan oleh Direksi/Koordinator
Daerah.
 Kontraktor harus mencatat secara lengkap hasil-hasil semua test, dan
dilaporkan/diserahkan kepada Direksi/Koordinator daerah secara rutin.

2.7.6 Baja Tulangan


 Baja tulangan harus bebas dari debu, karat, minyak, gemuk, serpihan-
serpihan kayu dan kotoran lain yang dapat mengurangi pelekatannya
pada beton. Bila dianggap perlu oleh Direksi/Koordinator Daerah
tulangan harus disikat atau dibersihkan dengan cara lain sebelum
dipergunakan. Pengecoran tidak boleh dilaksanakan sebelum
penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah.
Bilamana terjadi kelambatan/penundaan dalam pengecoran maka
pembesian dibersihkan/diperbaiki lagi.

16
Spesifikasi Teknis
 Baja tulangan (besi beton) harus dipasang sedemikian rupa sehingga
selama berlangsung tidak akan berubah tempat (bergeser). Semua
persyaratan seperti yang tercantum dalam PBI Bab 5 harus dipenuhi.
Pengikat penulangan dilakukan dengan kawat ikat yang berkualitas
besi lunak dengan ukuran diameter lebih dari 1 mm. tulangan harus
betul-betul bebas dari acuan dan/atau lantai kerja dengan cara
menempatkan ganjal-ganjal beton (Precast mortar spacing blok) dan
mengikatkan pada tulangan baja. Sengkang (beugel) haru sdiikat pada
tulangan utama, sedang jarak antara harus sesuai dengan gambar.
 Sambungan batang tulangan dengan pengelasan tidak diizinkan.
Sambungan-sambungan tulangan harus mengikuti syarat-syarat yang
terdapat dalam PBI Bab 8 dan ketentuan dalam gambar.
 Mutu dari baja tulangan harus mengikuti syarat-syarat dari PBI Bab 3.7.
jenis besi ini mempunyai tegangan leleh karakteristik 1200 kg/cm2 dan
pada percobaan lengkung 188 derajat tidak memperlihatkan tanda-
tanda getas atau kelemahan lainnya. Untuk mendapatkan jaminan
akan kwalitas besi yang digunakan, maka disamping adanya certificate
dari supplier juga harus dimintakan certificate dari laboratorium baik
pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum 2 contoh.
 Percobaan stress strain dan pelengkungan 1800 untuk setiap 20 ton
besi dan setiap ukuran diameter baja.
 Semua tulangan harus dibengkokan dengan bentuk dan ukuran sepeti
tercantum dalam gambar srta mengikuti syarat-syarat dalam P.B.I dan
diletakkan sesuai dengan gambar dan dengan memperhatikan selimut
beton yang tetap. Tulangan tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan
dengan cara yang dapat mengakibatkan kerusakan material.
 Kontraktor harus mengusahakan agar ukuran besi yang dipasang
adalah sesuai gambar. Dalam hal terdapat kesulitan untuk
mendapatkan besi dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar
maka dapat dilakukan penukaran ukuran diameter besi yang terdekat
atau dengan kombonasi, dengan catatan ;
- Besi pengganti bermutu sama

17
Spesifikasi Teknis
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar, dlam hal ini
yang dimaksudkan adalah jumlah luas penampang.
- Panjang overlapping sambungan harus disesuaikan kembali
berdasarkan diameter besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping
sambungan yang dapat menyulitkan pembetonan ataupencapaian
vibrator.

2.7.7 A c u a n (Bekisting)
 Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah
pergeseran atau perubahan penyangga. Permukaan bekisting harus
halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung. Sambungan pada
bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam arah horisontal
dan vertikal.
 Tiang-tiang penyangga yang vertikal untuk semua bekisting harus
dibuat sebaik mungkin untuk memberikan penunjang seperti yang
dibutuhkan, tanpa adanya kerusakan, over stress dan pergeseran
tempat pada bagian kontruksi yang dibebani. Struktur tiang penyangga
harus benar-benar kuat dan kaku menunjang berat sendiri dari beban-
beban yang berada di atasnya selama pelaksanaan.
 Kecuali diterangkan lain dalam gambar, bekisting untuk semua balok
dan plat lantai dilaksanakan dengan menggunakan anti lendut ke atas
sebagai berikut: semua balok dn plat lantai sebesar 0,2 % lebar
bentang pada tengah bentang. Semua balok dan plat cantilever 0,4%
dari bentang, dihitung dari ujung bebas.
 Sebelum dipergunakan kembali semua bekisting harus dibersihkan
dahulu untuk menghindari kemungkinan terjadinya keropos atau cacat
pada beton. Segera sebelum beton dicor, bagian dalam dari bekisting
harus dibersihkan dari semua material lain termasuk air.
 Setiap bagian dari bekisting harus diperiksa terlebih dahulu oleh
Direksi/Koordinator Daerah sebelum pengecoran beton dilakukan.

18
Spesifikasi Teknis
 Sebelum pemasangan besi tulangan, bekisting untuk beton yang tidak
diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang
tidak meninggalkan bekas pada beton. Sedangkan bekisting untuk
beton biasa harus dibasahi air dengan seksama segera sebelum beton
dicor.
 Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi,
pada tepi bawahnya harus dibuatkan bukaan pada kedua sisi untuk
mengeluarkan kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada dasar
kolom/dinding tersebut. Setelah kebersihannya diperiksa dan disetujui
oleh Direksi/Koordinator Daerah, bukaan ini boleh ditutup kembali.
 Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau
pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya
pembongkatan tiap bagian bekisting atau penyangga berada di pihak
pemborong.
 Waktu minimal dari saat sesuainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur adalah sebagai
berikut :
Bagian Struktur Waktu min.Pembongkaran
bek.(hari)
o Sisi balok dn dinding 3
o Penyangga plat lantai 21
o Penyangga balok 21

2.7.8 Pembuatan Beton dan peralatannya.


 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas pembuatan campuran
beton yang baik uniform dan memenuhi syarat-syarat ini, pemborong
harus menyediakan dan menggunakan mesin pencampur beton (beton
molen) yang baik, dan volumetric sistem untuk mengukur air dengan
tepat.
 Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material-material harus dengan persetujuan Direksi/Koordinator
Daerah. Pencampuran material-material harus edngan perbandingan
berat.

19
Spesifikasi Teknis
 Sebelum mengaduk beton, bagian dalam gentong pengaduk harus
bersih dari sisa beton dan kotoran-kotoran lainnya. Pengadukan
dilakukan terus-menerus selama 2,5 menit setelah semua material,
termasuk air, dimasukan dalam gentong pengaduk. Mesin pengaduk
harus berputar pada kecepatana tetap yaitu: 70 putaran / menit. Mesin
pengaduk tidak boleh diisi melebihi kemampuannya. Seluruh adukan
harus dikeluarkan sebelum material untuk adukan berikutnya
dimasukkan.
 Pencampuran kembali beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras
tidak diizinkan, demikiannjuga penambahan air pada adukan beton
yang sudah jadi dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan tidak
diperkenankan sama sekali.
 Pengadukan dengan tangan hanya diperkenankan pada keadaan
darurat dan segera dilaporkan pad Direksi/Koordinator Daerah untuk
diketahui dan mendapatkan persetujuannya. Pengadukan dengan
tangan terbatas sampai 0,2 m3 dan dikerjakan pada tempat
pengadukan yang betul-betul rapat air.

2.7.9 Pengangkutan dan Pengecoran Beton


 Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum Direksi/Koordinator
Daerah memeriksa dan menyetujui bekisting (form Eork), tulangan,
angker-angker dan lain-lain, di mana beton akan dicor. Tempat dimana
beton akan dituang harus bebas dai segala macam kotoran, serpihan-
serpihan kayu dan genangan air.
 Isi dari mixer yang dikeluarkan pada satu operasi yang continuous
harus diangkut tanpa menimbulkan degradasi. Beton harus diangkut
dengan alat pengangkut yang bersih dan kedap air dan cara
pengangkutannya tersebut telah mendpatkan persetujuan
Direksi/Koordinator Daerah.
 Alat-alat dan tempat yang digunakanuntuk pengangkutan beton harus
dibersihkan dan dicuci bila pekerjaan berhenti lebih lama dari 30 menit
dan pada akhir pekerjaan.

20
Spesifikasi Teknis
 Semua campuran beton ditempat pekerjaan harus sudah dicor dan
dipadatkan pada tempatnya dalam waktu 40 menit setelah penuangan
air ke dalam mixer.
 Beton pada umumnya tidak boleh dijatuhkan bebas/dituangkan dari
ketinggian lebih besar dari 1,5 m. pengecoran harus dilaksanakan
dengan menghindari timbulnya degradasi. Beton harus diletakkan
dalam lapisan tidak boleh lebih dari 60 cm tebalnya dan dipadatkan
sesuai dengan ketentuan di bawah. Pengecoran dari satu/bagian dari
pekerjaan harus dilaksanakan dengan satu operasi yang continous
atau sampai Construction Jinot tercapai.
 Beton, acuan dan penulangannya tidak boleh diganggu selama lebih
kurang 24 jam setelah pengecoran kecuali dengan izin
Direksi/Koordinator Daerah. Semua pengecoran harus dilaksanakan
siang hari kecuali dengan izin dari Direksi/Koordinator Daerah. Izin ini
tidak diberikan bila sistim lampu kerja yng digunakan pemborong
belum disetuji Direksi/koordinator daerah.
 Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian sehingga tidak
banyak mengurangi kekuatan konstruksi. Bila siar-siar pelaksanaan
tidak ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana maka tempat-
tempatnya harus disetujui Direksi/Koordinator daerah.

2.7.10 Pemadatan beton


 Beton harus dipadatkan keseluruhannya dengan mechanical vibrator
yang dikerjakan oleh orang-orang yang berpengalaman. Pekerjaan
beton telah selesai harus bebas dari lubang-lubang dan keropos-
keropos (Honey Combing).
 Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan
frekwensi tidak kurang dari 6000 cycless/menit. Harus dihindarkan
penggetaran yang berlebihan (over vibration). Penggetaran tidak boleh
dikenakan pada tulangan-tulangan, terutama tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras.
 Kontraktor harus menyediakan paling sedikit satu vibrator cadangan
untuk mengganti yang rusak pada waktu sedang dipakai.

21
Spesifikasi Teknis
2.7.11 Perlindungan Terhadap Cuaca
 Pada waktu panas bagian yang telah dicor harus dilindungi dengan
penutup-penutup yang basah dan berwarna muda atau dengan
memercik air.
 Tidak diperkenankan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton
yang baru dicor harus dilindungi dari curahan hujan.
 Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang
terkena hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dahulu dari
beton yang tercampur atau terkikis air hujan. Pengecoran selanjutnya
harus mendapat izin Direksi/Koordinator Daerah terlebih dahulu.

2.7.12 Perawatan
 Perawatan pendahuluan dari bidang permukaan beton yang kelihatan
harus segera dilakukan setelah bidang permukaan beton tersebut
cukup keras untuk menghindari kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan
terus-menerus dibuat basah dengan cara menggenangi (ponding),
atau bila tidak mungkin dapat menggunakan goni-goni basah untuk
menutupnya.
 Perawatan harus terus-menerus dilakukan sampai sekurang-
kurangnya 7 hari atau menurut petunjuk Direksi/Koordinator Daerah.
 Bidang-bidang cetakan harus selalu dibasahi selam perawatan. Bila
cetakan dibuka dalam masa perawatan maka bidang perawatan beton
yang kelihatan harus dirawat dengan cara seperti di atas.

2.7.13 Penyelesaian Bidang-bidang Beton


 Bidang-bidang permukaan beton yang tidak terlihat setelah pekerjaan
selesai, tidak perlu diplester. Hanya bagian-bagian yang kurang
sempurna/keropos dan lubang-lubang harus ditambal dengan
campuran speci yang sama segera setelah acuan dibongkar. Sebelum
bagian-bagian yang lepas harus disingkirkan, dibersihkan dan disiram
dengan air semen kental sebelum penambalan dimulai.

22
Spesifikasi Teknis
 Semua bidang permukaan beton yang kelihatan harus diplester
dengan campuran speci yang sama. Bidang-bidang yang akan
diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu, dibersihkan dari sisa-sisa
kayu, cetakan dan bagian-bagian yang lepas dibuang. Sebelum
diplester, bidang-bidang tersebut disiram dengan air semen kental
dahulu.
 Meskipun dalam spesifikasi/gambar tidak ditentukan bahwa suatu
bidang beton harus diplester, tetapi bila ternyata hasil pekerjaan
pemborong kurang memuaskan Direksi/Koordinator Daerah maka
bidang tersebut haerus diplester sesuai ketentuan di atas dan semua
biaya tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggungan pemborong.
Semua balok dan plat cantilever 0,4 % dari benteng, dihitung dari
ujung bebas.

2.7.14 Pekerjaan Pipa Yang Tertanam Di Dalam Beton/Pasangan


Semua bagian pipa yang tertanam dalam beton/pasangan yang rapat air
harus dilengkapi dengan flens sehingga tidak akan menimbulkan
kebocoran setelah pipa tersebut terpasang. Cara-cara pemasangan
bagian pipa yang tertanam untuk jenis galvanized Iron Pipe dan Ductile
Iron Pipe adalah dengan Flensring yang dilas.

2.7.15 Test Hidrolis Untuk Beton


Bangunan reservoir dan struktur beton lainnya yang digunakan untuk
menahan air, harus ditest keadaan rapat airnya dengan cara:
 Semua outlet dari bangunan ditutup dan bangunan tadi diisi air jernih
dan bersih hingga ke permukaan outflow (peluap). Ketinggian
permukaan air harus segera dicatat sesudah diisi dan sesudah 48 jam.
 Setelah 48 jam berkurangnya volume akibat turunnya muka air tidak
boleh lebih dari 0,5 % volume reservoir. Bilamana melebihi itu atau
kebocoran tampak dari luar, maka pemborong wajib menanggung
semua biaya perbaikannya untuk meyakinkan bahwa rapat air dari
bangunan tadi sudah selesai dengan yang diinginkan
Direksi/Koordinator Daerah.

23
Spesifikasi Teknis
2.7.16 Penolakan Pekerjaan Beton
 Direksi/Koordinator Daerah berhak menolak pekerjaan beton yang
tidak memenuhi syarat. Kontarktor harus
mengganti/memperbaiki/membongkar pekerjaan beton yangtidak
memenuhi syarat atas biaya sendiri sesuai dengan instruksi yang
diberikan oleh Direksi/Koordinator Daerah.
 Pengujian Compresive Strength dari pengujian kubus harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tidak boleh melebihi dari satu nilai di antara 20 nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut kurang dari T.bk.
b. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda
uji berturut-turut terjadi kurang dari (T bk + 0,82 Sr)
c. Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara4 (empat) hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar 4,3 Sr
d. Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut
harus memenuhi T bk = t bm – 1,64 Sr.
 Bila Compresive test dari kelompok kubus gagal memenuhi syarat di
atas, maka Direksi/Koordinator Daerahakan menolak semua
pekerjaan-pekerjaan beton dari mana kubus-kubus tersebut diambil.

2.8 PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


2.8.1 Material
a. Semen Portland
Semua semen yang dipakai disini adalah dari jenis dan kwalitet seperti
yang dipakai pada pekerjaan beton dan secara umum harus mengikuti
syarat-syarat yang terdapat dalam peraturan Semen Portland
Indonesia NI-8.

b. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

24
Spesifikasi Teknis
 Butir-butir pasir harus tajam dan keras, tidak dapatdihancurkan
dengan tangan.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% dan pasir harus bebas dari
segala macam bahan kimia, sesuai NI-3 pasal 14 ayat 2. Bila pasir
yang digunakan tidak memenuhi syarat tersebut di atas
Direksi/Koordinator Daerah dapat memerintahkan untuk mencucinya
dan hasilnya harus mendapat persetujuandari Direksi/Koordinator
Daerah dahulu sebelum digunakan.
 Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali untuk
dipakai.
 Khusus untuk plesteran, harus digunakan pasir yang lebih halus.

c. Batu Alam
Untuk pemasangan batu dapat dipakai batu bulat (dari gunung) batu
belah atau batu karang asalkan memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Harus cukup keras, bersih dan sesuai besar bentuknya.
 Tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk
 Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda
dan tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatantanpa garis-garis
kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya
harus mempunyai kepadatan dan warna putih yang merata.

d. Bata Merah
 Bata merah yang dipakai harus dibuat dari tanah liat melalui proses
pembakaran.
 Ukuran nominalnya adalah 6 m x 12 cm x 24 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang
 Bata merah yang dipakai harus bata yang berkwalitas No.1 dan telah
mendapat persetujuan Direksi/Koordinator Daerah. Warna harus
merah tua, merata tanpa cacat atau mengandung kotoran.

25
Spesifikasi Teknis
e. A i r
Air yang digunakan untuk membuat adukan adalah sama dengan yang
diisyaratkan untuk pekerjaan beton.

2.8.2 Adukan
 Jenis adukan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk pasangan batu kali 1 PC : 4 psr
- Untuk pasangan trasram 1 PC : 2 psr
- Untuk pasangan dinding bata 1 PC : 4 psr
 Adukan harus dibuat secarahati-hati di dalam bak kayu yang dalam
keadaan kering kemudian diberi air sesuai dengan persyaratan sampai
didapat campuran yang plastis.
 Adukan yang sudah mengering tidak boleh dicampur dengan adukan
yang baru.

2.8.3 Macam-Macam Pasangan


a. Pasangan Bata Merah
 Semua pasangan dinding yang diletakkan di atas sloff beton/pondasi,
harus menggunakan adukan transram sampai setinggi 15-20 cm dari
lantai. Selebihnya dengan adukan biasa. Untuk pasangan dinding
kamar mandi, toilet, tempat cuci dan sebagainya juga dipakai adukan
transram sampai setinggi 1,50 m di atas bidang lantai, selebihnya
dipakai adukan biasa.
 Penembokan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
 Di dalam satu hari pasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari satu
meter dan pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun untuk
menghindari retaknya dinding di kemudian hari.
 Pada pasangan setengah bata, satu sama lain harus terdapat ikatan
yang sempurna.
 Untuk dinding setengah batu pada tiap-tiap pertemuan tegak lurus
harus diperkuat dengan kolom praktis. Demikian juga untuk setiap
luas dinding maximum 12 m2 harus diberi penguat kolom/balok praktis.
Semua pertemuan tegak lurus harus benar-benar bersudut 90 derajat.

26
Spesifikasi Teknis
 Sebelum mulai pemasangan, batu bata harus direndam dulu dalam
air selama setengah jam dan permukaan yang dipasangpun harus
bersih juga.
 Tebal siur bata tidak boleh kurang dari 1 cm (10 mm)
 Sebagai persiapan plesteran air harus dikerok sedalam 1 cm agar
plesteran yang akan dipasang terikat baik.
 Semua rangka kayu/kusen harus dipasang terlebih dahulu agar dapat
melanjutkan pekerjaan pasangan.
 Dimana diperlukan pasangan pipa atau alat-alat lain yang ditanam
dalam dinding, maka harus dibuat pahatan-pahatan (bobokan)
secukupnya pada pasangan dinding sebelum diplester. Pahatan
tersebut setelah pipa/alat-alat terpasang harus ditutup dengan
adukanplesteran yang dilaksanakan bersama-sama dengan plesteran
seluruh dinding. Bila permukaan pipa/peralatan lain yang ditanam
tersebut licin (misalnya pipa PVC) maka pipa tersebut harus
diselubungi trlebih dahulu dengan kawat ayam dengan maksud agar
plesteran dapat melekat dengan baik.

b. Pasangan Batu
Pasangan batu harus menurut ukuran-ukurandalam gambar rencana,
dikerjakandengan rapih dan baik. Pondasi batu kali harus dipasang di
atas lantai kerja. Adukan yang dipakai adalah adukan dengan
campuran 1 pc : 4 pasir

2.8.4 Pekerjaan Plesteran


a. Adukan Untuk Plesteran
 Plesteran trsram dengan campuran 1 PC : 2 Psr
 Plesteran biasa dengan campuran 1 PC : 4 psr
 Plesteran beton dengan campuran 1 PC : 2 psr
 Plesteran sudut dengan campuran 1PC : 3 psr
Digunakan untuk pengakhiran sudut dari bidang-bidang plesteran.
b. Persiapan dinding/pasangan yang akan diplester

27
Spesifikasi Teknis
 Semua siar dipermukaan dinding/pasangan hemdaknya dikerok
sedalam 1 cm agar bahan plesteran dapat lebih melekat.
 Semua permukaan yang diplester harus dibersihkan dan disiram
airsebelum bahan plesteran ditempelkan.
 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak penempelan plesteran.
c. Pelaksanaan pekerjaan Plesteran
 Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan
tangan sesuai dengan persyaratan Direksi/Koordinator Daerah.
 Kontraktor harus membuat contoh-contoh bidang plesteran dari
setiap macan pekerjaan plesteran sesuai dengan yang diminta
untuk mendapatkan persetujuaqn Direksi/Koordinator Daerah dan
untuk seterusnya semua pekerjaan plesteran harus sama dengan
contoh. Untuk dapat mencapai tebal plesteran yang rata, sebaiknya
diadakan pemeriksaan secara silang.
 Bidang beton yang akan diplester harus dipahat dulu
permukaannya agar plesteran dapt lebih melekat.
 Semua sudut horizontal luar maupun dalam serta garis
tegaknyadalam pekerjaan plesteranharus dilaksanakan secara
sempurna, tegak dan siku. Sudut luar hendaknya dibuat tumpul.
 Bila mana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata),
maka bidang tersebut harus diperbaiki. Plestran dari bidang yang
diperbaiki harus rata dengan bidang di sekitarnya.

28
Spesifikasi Teknis
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PERPIPAAN

3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PERPIPAAN


3.1 PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Pipa Transmisi : adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air
sampai reservoir/bak penampung.
2. Pipa Distribusi : adalah ruas pipa pembawa air dari reservoir/bak
penampung air sampai jaringan pipa pelayanan.
3. Pipa Eksisting : adalah pipa yang telah terpasang dan telah
digunakan.
4. Pipa baja (steel) : adalah pipa yang terbuat dari bahan baja.
5. Pipa PVC : adalah pipa yang terbuat dari bahan polyvinyl
chlorida.
6. Pipa PE : adalah pipa yang terbuat dari bahan polyethylen
7. Pipa DCIP : adalah pipa yang terbuat dari ductile cast iron
8. Pipa GIP/GSP : adalah pipa yang terbuat dari bahan besi/baja
yang dilapisi/digalvanis.
9. Pengangkatan : adalah pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi
penumpukkan kedalam kendaraan pengangkut,
maupun dari kendaraan pengangkut kelokasi
pemasangan pipa.
10. Defleksi : adalah besar sudut pembelokkan yang diijinkan
pada pipa.
11. Samb. Push –On : adalah proses penyambungan pipa pada pipa
dengan tekanan air yang tinggi.
12. Samb. Mechanical Joint : adalah proses penyambungan pipa pada
pipa yang tidak mendapatkan tekanan air tinggi.
13. Pengelasan : adalah merupakan proses penyambungan pipa
dan atau accessories dengan dilakukan

29
Spesifikasi Teknis
pemanasan dan penambahan bahan
penyambung.
14. Sambungan Flexible : adalah sambungan yang tidak statis.
15. Testing Pekerjaan Pipa : adalah uji coba yang dilakukan pada pipa setelah
terpasang.
16. Test radiographic : adalah test yang dilakukan terhadap pipa yang
17. Pekerjaan galian : adalah pekerjaan yang meliputi semua
pemindahan bahan-bahan dari dalam tanah,
apapun yang dijumpai termasuk rintangan alam
yang terdapat dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan tersebut.
18. Pekerjaan perbaikan : adalah pekerjaan perbaikan kembali sarana yang
dirusak ketika dilakukan pekerjaan galian
menjadi keadaan semula.
19. Pekerjaan penggelontoran : adalah pekerjaan pembersihan pipa yang
telah dipasang.
20. Pekerjaan pengurugan : adalah pekerjaan perbaikan lapisan tanah galian
dan dipadatkan setelah selesai pekerjaan
pemasangan pipa.
21. Beton : adalah bahan yang diperoleh dengan
mencampur pasir, kerikil, air dan semen Portland
atau bahan penguat hidrolis lain yang sejenis,
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
22. Bahan tambahan : adalah bahan lain yang ditambahkan kedalam
pembuatan beton, selain semen, pasir, kerikil
dan air yang tidak memberi pengaruh yang
kurang baik pada beton.
23. Pengujian beton : adalah proses yang dilakukan terhadap beton
untuk mengetahui kekuatan karakteristik beton,
kadar air yang dimiliki.
24. Bekisting : adalah cetakan beton.
25. Lantai kerja : adalah lantai yang terbuat dari beton dan terletak
paling bawah dari lapisan struktur pondasi.

30
Spesifikasi Teknis
26. Bahan pilihan : adalah merupakan tanah asli hasil penggalian
yang tidak mengandung batuan atau bahan
padat lain yang berukuran lebih besar dari 5 mm,
mempunyai gradasi yang baik dan tidak
mengandung bahan organik seperti rumput, akar
tanaman atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya
yang bersifat mengembang.
27. Reservoir (distribusi) : adalah bangunan penampung air bersih dari
instalasi pengolahan air atau mata air untuk
kemudian didistribusikan kedaerah pelayanan
melalui jaringan perpipaan.
28. Muka air maksimum : adalah ketinggian muka air maksimum dalam
reservoir/bak
29. Muka air minimum : adalah ketinggian muka air minimum dalam
reservoir/bak dimana bagian air ini tidak boleh
diganggu untuk mencegah agar endapan pada
dasar reservoi/bak tidak terbawa keluar.
30. Manhole (lubang inspeksi):adalah lubang untuk keluar masuk inspector
pada saat melakukan pengoperasian,
pemeriksaan atau perbaikan terhadap
perlengkapan didalam reservoir/bak.
31. Pipa inlet : adalah pipa masuk dari jaringan kedalam
reservoir/bak
32. Pipa outlet : adalah pipa keluaran untuk mengalirkan air dari
reservoir/bak ke system perpipaan.
33. Pipa by pass : adalah pipa yang dipasang pada pipa inlet dan
dihubungkan dengan pipa outlet, dilengkapi
dengan valve, sehingga dapat terjadi sambungan
langsung dari system jaringan pipa masuk dan
jaringan pipa keluar.
34. Pipa peluap : adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan
kelebihan air dalam reservoir/bak.

31
Spesifikasi Teknis
35. Pipa penguras. : adalah pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan
air pencuci serta Lumpur-lumpur dan kotoran
yang mengendap didasar reservoir/bak.
36. Bak penguras : adalah bak yang didalamnya dilengkapi dengan
katup/valve untuk mengeluarkan/menguras
kotoran yang ada didalam jaringan pipa.
37. Bak Air Valve : adalah bak yang didalamnya terdapat katup
penguras/air valve yang bertujuan untuk
mengeluarkan udara yang terperangkap didalam
pipa.
38. Accessoris pipa : adalah perlengkapan/alat bantu yang bertujuan
untuk agar pengaliran air didalam pipa dapat
berjalan lancar.
39. Jalan aspal : adalah jalan yang lapisan atasnya aspal yang
dipanaskan hingga mencapai temperatur 150 –
1700C.
40. Jalan gravel : adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil
yang dipadatkan.
41. Jalan beton : adalah jalan yang lapisan permukaan jalannya
terbuat dari beton.
42. Trotoar : adalah lokasi di sisi jalan raya yang
diperuntukkan bagi pejalan kaki.

3.2 PERSYARATAN MATERIAL


3.2.1 U m u m
a. Pipa dan accessories yang dipasok merupakan produksi dalam negeri
sesuai dengan standart yang berlaku (SNI/SII/ASTM)
b. Barang yang dipasok (pipa) harus dilampirkan Sertifikat Jaminan
Mutu/Garansi bermaterai dari pabrik pembuat.
c. Harus disebutkan merk dan pabrik yang membuat dengan jelas pada
setiap ujung pipa atau body pipa yang dipasok.
d. Semua pipa dan peralatan yang dipasok harus dalam kondisi 100%
(seratus persen) baru dan tidak cacat.

32
Spesifikasi Teknis
e. Barang/Material yang dipasok (pipa dan accessories) harus ada
penjelasan secara lengkap, jenis, diameter, klas, tebal, kuat tekan dan
lain lain.
f. Material yang dipasok dilengkapi dengan brosur-brosur dan cara-cara
pemasangannya yang lengkap.
g. Semua pipa dan peralatannya harus cocok untuk dipasang di daerah
tropis.
h. Penyedia barang/jasa harus menyediakan semua pipa dan
perlengkapannya (Accessories) dalam jumlah yang sesuai dengan
Rencana Anggaran Biaya dan harus memenuhi persyaratan teknis
yang ditentukan dalam bestek ini, setiap perubahan jumlah maupun
spesifikasi harus disetujui atau atas permintaan dari pihak Proyek.
i. Semua barang akan diperiksa/ditest sesuai prosedur pihak pabrik dan
diuji sesuai dengan standart yang dipakai atas biaya rekanan, dan
laporan pengujian /test disampaikan kepada Pimpro.
j. Inspeksi Pabrik
 Setelah sebagian/seluruh pipa diproduksi oleh pihak pabrik dan
siap untuk dikirim ke lokasi proyek, pihak rekanan segera
menyampaikan pemberitahuan kepada Proyek untuk pelaksanaan
Pemeriksaan/Inspeksi Pabrik/Barang.
 Inspeksi pabrik dilaksanakan untuk mengadakan penilaian teknis
produk pipa yang akan dipasok dengan membandingkan spesifikasi
yang tercantum dalan Surat Perjanjian (Kontrak), hasil dari inspeksi
pabrik dibuatkan Berita Acara dan merupakan dokumen yang
mengikat.
 Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan Inpeksi pabrik
ditanggung oleh pihak penyedia barang/jasa.

3.2.2 Pipa PE (Polyethylene)


a. Pipa
 Pipa poliethylen (PE) harus sesuai dengan standar ISO/ASTM atau
standar lain yang ekuivalent.

33
Spesifikasi Teknis
 Bahan pipa polyethylene (PE) tidak boleh meyebankan air
yangmelaluinya beracun atau merugikan/membahayakan
kesehatan dan tahan terhadap bahan-bahan kimia seperti larutan
asam, alkali, garam dan lain-lain
 Panjang pipa untuk dia 20 mm (1/2”) sampai dengan dia 63 mm (2”)
adalah100 meter, untuk dia 75 mm (2 ½ “)sampai dengan dia 90
mm (3”)adalah 50 meter dan untuk diameter lebih besar 110 mm
(4”) adalah 6 meter/batang kecuali ditentukan lain.
 Standard pipa polyethylene (PE)adalah SNI 06 – 4829 – 2005 / ISO
4427.96

Spesifikasi pipa polyethylene (PE)


Diameter Tebal Panjan Test
Pipa Nominal Pipa g Teka
Pipa n Standard Klas Pipa
Roll/Bt
g
ND OD (mm) (mtr) Bar
(Inch) (mm)
½ 20 2,30 100 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
¾ 25 2,30 100 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
1 32 3,00 100 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
11/2 50 3,00 100 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
2” 63 3,80 100 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
21/2 75 4,50 50 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
3” 90 5,40 50 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)

34
Spesifikasi Teknis
4” 110 6,60 6 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
6” 160 9,50 6 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
8” 200 11,90 6 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)
10” 250 14,80 6 10 SNI 06- SDR – 17
4829.2:2012 S-8 (PN-10)

b. Sambungan Pipa
Dalam instalasi pipa polyethylene (PE) adalah beberapa metoda
penyambungan, secara umum metoda penyambungan dapat
dimasukkan dalam 2 (Dua) kelompok besar, yang masing-masing
terdiri dari beberapa penyambungan, berikut adalah
pengelompokannya:
1. Sambungan mekanis (Mechanical Joint)
Pada kelompok ini penyambungan dilakukan dengan cara mekanis
yaitu tanpa penggunaan mesin khusus, yang diperlukan hanya
peralatan bantu biasa.
 Flange Joint
Penyambungan jenis ini menggunakan stub end yang
dikombinasikan dengan flens dan diikat dengan mur dan baut,
selain untuk penyambungan antara pipa atau fitting PE dengan
pipa atau fitting dari material lainnya, seperti penyambungan PE
dengan PVC atau PEdengan GIP
 Compession Fitting
Cara penyambungan jenis ini menggunakan fitting khusus yang
caranya ralatif lebih praktis, ada beberapa tipe dan bentuk fitting
yang digunakan dalam pernyambungan jenis ini. Jenis ini juga
sering disebut dengan istilah quick Jiont, fitting ini dibuat dari
material Poly Propelene (PP) dengan ukuran Ø ½ “ (20 mm)
sampai dengan Ø 4 “ (110 mm)

35
Spesifikasi Teknis
 Mechanical bolt coupling (Giboult coupling)
Sama seperti sambungan flens, fitting ini biasanya digunakan
juga untuk menyambung pipa dan fitting PE dengan pipa dan
fitting dari material lainnya,prinsip kerjanya adalah dengan
mengencangkan baut dan mour, sehingga o-ring di sisi dalam
akan menekan pipa sehingga pipa tidak bergerak.
2. Sambungan Pengelasan (Welding Joint)
Berbeda dari sambungan mekanis, kelompok penyambungan jenis
ini memerluikan mesin khusus, karena dalam proses kerjanya
membutuhkan panas dan periode waktu tertentu, untuk beberapa
jenis penyambungan membutuhkan tekanan. Karena system
pengelasan pipa polyethylene (PE) ini dengan cara meleburkan
permukaan yang disambungkan, maka sambungan pengelasan
sering disebut juga Fusion Joint.
 Buttfusion
Pada penyambungan ini kedua sisi yang disambungkan
dipanaskan hingga lunak, kemudian dengan tekanan sejajar
sumbu kedua sisi disatukan dalam waktu tertentu.
 Head fusion
Ada dua jenis cara penyambungan dengan headfusion, tetapi
prinsip dasar keduanya adalah sama, yaitu pemanasan pada
permukaan dalamm fitting/coupling dan permukaan luar material
yang akan disambungkan.

c. Fitting
 Fitting yang digunakan adalah baru dan harus sesuai dengan jenis
pipa yang diadakan tanpa harus dimodifikasi /diubah terlebih
dahulu dan merupakan proses fabrikasi/Hand Made
 Fitting yang tidak dibuat dari PE harus dibuat dari ductile ironsesuai
dengan standar ISO/R 13 atau standar lain yang equivalent. Fitting-
fitting ini harus dilapisi di luar dan di dalam untuk mencegah korosif
dengan bitumen (Bituminous Coating). Lapisan tersebut harus
bebas dari bau, rasa, dan tidak membahayakan kesehatan.

36
Spesifikasi Teknis
3.2.3 Pipa GIP/GSP/ (Galvanized Iron Pipe/Galvanized Steel Pipe)
a. Pipa
 Pipa Steel dibuat di Pabrik dengan system ERW (Electric
Resistance Welded), untuk menghindari turbelensi dalam
pengalirannya.
 Pipa GIP/GSP Dia. 13 mm – 150 mm harus sesuai dengan standar
SII. 0161-81/SNI. 0039-87 atau BS 1387/67 atau standar lain yang
ekuivalent sedangkan untuk pipa dengan Dia.  200 mm
menggunakan standar ASTM A.120 (penggunaan air minum) dan
harus memenuhi Standart Internasional ISO, serta lebih
diutamakan Pabrik yang memiliki ISO 9002
 Bahan pipa GIP/GSP tidak boleh menyebabkan air yang mengalir
menjadi beracun atau merugikan / membahayakan kesehatan dan
tahan terhadap bahan-bahan kimia seperti larutan asam, alkali,
garam dan lain-lain juga tahan terhadap panas matahari.
 Panjang Pipa normal adalah 6 meter/batang kecuali ditentukan lain.
 Lapisan (Coating) pada pipa dilakukan didalam dan diluar pipa dari
bahan yang tidak merugikan/membahayakan kesehatan (Galvanize)
dan dapat mencegah terjadinya korosi pada pipa.
 Kelas pipa GIP/GSP yang digunakan adalah medium class dengan
Hidrostatic Test Pressure 50 Kgf/cm2.
 Toleransi tebal untuk pipa GIP klas medium, untu positif (tambah)
tidak terbatas, untuk negatif (kurang) sesuai dengan yang tertulis
dalam brosur yang diajukan oleh rekanan.
 Pada setiap batang pipa harus terlihat jelas ukuran pipa, klas,
panjang, standart SNI atau ekuivalent pipa serta pabrik
pembuatnya.
 Untuk barang yang dikirim dan memenuhi syarat, segera dibuat
Berita Acara oleh pihak Proyek (Panitia Penerima Barang) dengan
disetujui Pimpro, sedangkan untuk barang yang tidak memenuhi
syarat dan dinyatakan ditolak harus diganti dengan barang yang
baru dan sesuai dengan standart yang ditentukan didalam kontrak.

37
Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Pipa GIP / GSP
Diameter Tebal Berat Test
Pipa Pipa Pipa tekan Standart Klas Pipa
Nominal
Inch mm mm Kg/m Kgf/cm2
½ 15 2,7 1,22 50 SNI 0039- Pipa Medium A
87
BS-1387/67

¾ 20 2,39 1,58 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67

1 25 3,3 2,44 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67

1 1/2 40 3,4 3,61 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67

2 50 3,8 5,1 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67

2 1/2 63 3,8 5,1 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67

3 75 4,2 8,47 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67

4 100 4,7 12,00 50 SNI 0039- Pipa Medium A


87
BS-1387/67
6 150 5,00 19,20 50 SNI 0039- Pipa Medium A

38
Spesifikasi Teknis
87
BS-1387/67
8 200 5,00 26,40 50 ASTM Galvanized
A.120
10 250 6,35 41,73 59 ASTM Galvanized
A.120
Keterangan :
- Standart Mutu dan Cara Uji Pipa Paja Lapis Seng diharuskan oleh
Pabrik yang memiliki SNI No. 07.0039.1987
- Galvanized Pipe (ASTM A.120) : Zinc coating = 550 gr/m2 (77m)
minimum

b. Sambungan Pipa
 Sambungan-sambungan untuk pipa GIP/GSP dia. 0,5 – 6,0 inchs
menggunakan jenis sambungan socket ulir dalam (threath) dan
untuk pipa dengan diameter 8,0 inchs menggunakan jenis
sambungan dengan pengelasan (welded).

3.2.4 Fitting Pipa


 Fitting-fitting yang digunakan adalah baru dan harus sesuai dengan
jenis pipa yang diadakan tanpa harus dimodifikasi/diubah terlebih
dahulu dan merupakan proses fabrikasi/Home Industri
 Fitting yang dibuat dari bahan ductile iron sesuai dengan standar
ISO/DIS 2531 atau grey iron sesuai dengan standar ISO/R 13 atau
standar lain yang equivalent. Fiting-fiting ini harus dilapisi diluar dan di
dalam untuk mencegah korosif dengan bitumen (Bituminous Coating).
Lapisan tersebut harus bebas dari bau, rasa, dan tidak membahayakan
kesehatan.
 Cara penyambungan antara accessories pipa dan pipa yang
menggunakan flange diharuskan mempunyai jumlah dan ukuran
lubang yang sama serta terletak dalam satu garis.

39
Spesifikasi Teknis
1. Sluice Valve
a. Sluice Valve dengan Nominal diameter 3 inch atau lebih besar
 Body harus terbuat dari Cast Iron
 Gate dari sluice valve harus berbentuk baji
 Semua sluice valve harus dilengkapi dengan Non Rising Spindle,
gland packing dan Stuffing box.
 Material dari spindel harus terbuat dari stenless Steel atau Forged
brass.
 Kedua ujung sluice valve adalah flange.
 Sluice Valve yang dipasang dibawah tanah harus dilengkapi
dengan burried service kit yang terdiri dari surface box, keycap,
dustring, protecting pipe dan extended spindle.
 Sluice valve yang dipasang diatas tanah atau yang menggunakan
valve box harus dilengkapi dengan handwheel yang terbuat dari
cast atau melleable cost iron.
 Valve harus dilindungi dibagian luar dengan zat pelindung epoxy.

b. Sluice Valve dengan Nominal diameter lebih kecil dari 3 inch


 Sluice valve harus terbuat dari bronze
 Sluice valve harus dilengkapi dengan gate yang berbentuk baji.
 Sluice Valve harus dilengkapi dengan non rising spindle, dengan
gland packing dan stuffing box.
 Ujung Valve adalah socket dan dilengkapi dengan ulir.
 Sluice valve yang dipasang diatas tanah atau dalam valve box
harus dilengkapi dengan handwheel yang terbuat dari cast atau
melleable cast iron.
 Sluice valve yang dipasang di bawah tanah harus dilengkapi
dengan burred service kit sama sperti yang disyaratkan untuk sluice
valve dengan diameter 2 inch atau lebih besar.
2. Air Valve
 Type air valve harus seperti yang ditujukan dalam gambar
 Body harus terbuat dari cast iron

40
Spesifikasi Teknis
 Semua peralatan yang bergerak harus dibuat dari stenless steel atau
bronze.
 Pelampung terbuat dari karet atau stenless steel.
 Air valve dilengkapi dengan gunmetal plug cock.
 Tekanan pengujian dari air valve 14 kg f /cm².
3. Water Meter
 Water meter harus memenuhi/sesuai dengan ISO 4064-B atau standart
setara
 Water meter dengan dia. 150 mm – 250 mm harus memenuhi
persyaratan sbb :
- Jenis : Magnet drive
- Body : SII 0788-83
- Saringan : dari bahan anti karat
- Bahan : Cast iron all flange
- Tekanan kerja : Max. 50 bar atau Min. 20 bar
- Pembacaan : 7 (tujuh) digit register unit dengan ukuran
- Max. Flow rate 120 s/d 1200 m3/h
- Nominal Flow rate 40 s/d 400 m3/h
- Minimal Flaw rate 3,2 s/d 400 m3/h
- Water meter disuplai lengkap dengan conector (Gasket dan Nut)
dengan cover glass terbuat dari kaca dengan tebal 4 mm
4. Flange Steel
Semua Flange Steel dan perlengkapannya harus sesuai dengan ukuran
dan standart ISO – 2531 seperti yang ditunjukkan dalam Tabel C.4

Tabel C.4
Standar Flange
 Pipa Jumlah Diameter Diameter
D C
Nominal Lubang Lubang Baut
2 50 165 125 4 19 16
3 75 200 160 8 19 16
4 100 220 180 8 19 16

41
Spesifikasi Teknis
6 150 285 240 8 23 20
8 200 340 295 12 23 20
10 250 405 355 12 23 20

Keterangan :
- DN/DN = Diameter nominal untuk pipa
- D = Flange OD
- d1 = Diameter lingkaran baut
- d = Diameter lubang baut
= Lubang baut harus sambung/tegak lurus pada garis
tengah flange
= Lubang baut atara tee, bend, gate valve harus sama
dengan lubang dan diameternya.

5. Packing Flange
Bahan bakunya harus terbuat dari karet alam (chlorophere) dengan
ketebalannya packing untuk flange yang tersembunyi harus menutupi
seluruh permukaan flange yang tersembunyi minimal 5 mm.
6. Accessories Pipa
Accessories lainnya disesuaikan dengan jumlah, jenis yang ada dalam
Rencana Anggaran Biaya dalam Kontrak
Jumlah accessories yang diadakan harus ditambah kurang lebih (1-2) %
dari jumlah accessories yang diadakan untuk menjaga kerusakan yang
ada.

3.2.5 Pengiriman dan Pengangkutan


1. Saat pengiriman pipa, bagian ujung yang berulir harus dibungkus
dengan tutup plastik agar tidak rusak dratnya.
2. Saat pengiriman accessories, bagian yang kecil harus
dibungkus/terlindung dalam kotak.
3. Accessories yang berukuran besar dalam pengiriman harus terlindung
atau terkemas rapih dalam box.

42
Spesifikasi Teknis
4. Semua pipa dan acceosires diangkut di dalam kendaraan truck atau
alat angkut lainnya dengan memperhatikan keselamatan pekerja
angkutan dan keamanan pipa itu sendiri serta harus mengikuti
peraturan lalu lintas yang berlaku, selama perjalanan maupun pada
saat penurunnya.
5. Kerusakaan yang terjadi akibat pengangkutan yang ceroboh adalah
menjadi tanggung jawab Rekanan dan wajib mengganti pipa dan atau
accessories yang rusak tersebut dengan biaya Pemborong.
6. Pengangkutan atau penurunan pipa ke atas atau turun dari alat angkut
(Truck) harus hati-hati bagi pipa yang beratnya lebih dari 59 kg harus
menggunakan alat bantu mekanis, seperti foorklift atau katrol.
7. Pada pengangkutan pipa yang panjangnya 6 meter dan melebihi
panjang truck, maka ujung pipa tersebut disatukan kemudian
dibungkus dengan karung goni untuk mencegah tercecernya pipa
selama perjalanan.
8. Pada saat pengangkutan accessories tidak boleh dilakukan dengan
jalan melemparkannya, sebab dapat merusak ulir atau joint-joint yang
terdapat di dalam acceosries tersebut, sehinigga kualitasnya akan
menurun.
9. Segala macam biaya yang dikeluarkan dalam pengiriman dan
pengangkutan pipa dan accessories ini termasuk juga biaya yang
dikeluarkan untuk pengepakan, bongkar muat, peralatan bongkar dan
muat serta keselamatan kerja dan lain-lain merupakan tanggungan
Kontraktor dan sudah termasuk dalam harga kontrak.

3.2.6 Penyimpanan
1. Pipa
Penyimpanan pipa tidak boleh menyentuh tanah langsung, melainkan
harus dialasi dahulu dengan balok kayu. Pipa tidak boleh terkena sinar
matahari atau hujan. Jadi harus diberi pelindung yang tahan terhadap
perubahan suhu, cuaca atau kelembaban.
Apabila sudah ada gudang penyimpanan, maka pipa tersebut
dimasukan kedalam gudang dan disusun dengan rapi sedemikan rupa

43
Spesifikasi Teknis
sehingga memudahkan pengeluarannya, dan juga agar susunan pipa
tidak akan melorot atau roboh.
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pengangkutan sampai dengan
penyimpanan di dalam gudang (jika sudah punya gudang) adalah
merupakan tanggung jawab Kontraktor dan sudah termasuk dalam
harga kontrak.
Untuk menjaga masuknya kotoran ke dalam pipa, maka pada kedua
ujungnya pipa tersebut ditutup dengan plastik dan diikat dengan kuat.
Penumpukkan pipa tidak boleh melebihi 2 meter

2. Accesories
Semua accessories maupun fitting harus dimasukkan ke dalam gudang
disusun, disimpan dengan rapi.
Penyimpanan, penyusunan semua accessories dan fitting tersebut
harus di kelompokan sesuai jenis yang sama (misal : gate valve
dengan gate valve dan seterusnya)
Semua accessories / fitting yang mempunyai ulir harus dilumasi/diberi
gemuk pada ulirnya, kecuali untuk fitting dari bahan pipa PVC.
Segala macam biaya yang dikeluarkan dalam penyimpanan pipa dan
accessories ini termasuk juga biaya yang dikeluarkan untuk sewa
gudang/tempat merupakan tanggungan Kontraktor dan sudah
termasuk dalam harga kontrak.

3.3 PENGADAAN PIPA POLYETHYLENE DAN PERLENGKAPANNYA


3.3.1 UMUM
Semua pipa dan alat penyambung harus di desain untuk menerima tekanan
kerja minimal sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.

Referensi
Standar lain yang digunakan adalah:
 SNI 06-4829-2005 Pipa polietilene untuk air minum
 SNI 19-6779-2002 Metoda pengujian perubahan panjang pipa
polietilena

44
Spesifikasi Teknis
 SNI 06-4821-1998 Metode pengujian dimensi pipa polietilene untuk
air minum
 ISO 4427 : 1996 Polyetylene pipes for water supply specifications
 ISO 6964-1986 Polyolefin pipes and fittings – determination of
Carbon blackcontent by calcinations pyrolysis –
Test method and basic specification
 ISO /TR 10837 – 1991 Determination of the thermal stability of polyetilene
for us in gas pipes and fitting’s
 ISO 11420 : 1996 Method for the assessment of the degree of
carbon black dispersion in polyolefin pipes, fittings
and compound’s
 ISO 6259 / 1985 Pipe for polyethylene – part 1 : Determination of
tensile properties
 ISO 3126 : 1974 Plastic pipe – measurement of dimension
 ISO 1167 : 1996 Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids –
resistance to internal pressure – test method
 ISO 1133 : 1991 Plastic – determination of the melt mass – flow
rate (MFR) and melt volume flow rate (MVR) of
thermoplastics
 ISO 2505 – 1 – 1991 Thermoplastics pipe – longitudinal reversion – part
1 : determination methods
 ISO 3607 : 1997/E Tolerances on outside diametersand wall
thikenesses
 AS/NZS 4130 : 97 Polyethylene pipes for pressure application
 ASTM D 3350 – 1999 Standard specification polyethylene pipes for water
supply

3.3.2 Spesifikasi Teknis


1. Ovalitas
Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstruksi namun sebelum digulung harus
sesuai dengan kelas N:
a. Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1
mm), dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm

45
Spesifikasi Teknis
b. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan
0,02dn, dibulatkan menjadi 0,1mm
c. Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn,
dibulatkan menjadi 0,1 mm
Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18dn dan
pipa jangan sampai mernjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan
peralatan untuk penggulung ulang.
2. Panjang Pipa
Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari
persetujuan antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ± 0,05 m.
Diameter gulungan minimum harus 18 x dn.

3.3.3 Sifat Mekanik


1. Ketahanan Hidrostatik
Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagaimana
table dibawah ini:
KETAHANAN HIDROSTATIK PIPA
JENIS BAHAN TEGANGAN UJI (Mpa)
100 jam pada 165 jam1) pada 1000 jam pada
200C 800C 800C
PE 100 12.4 5.5 5.0
PE 80 9.0 4.6 4.0

Catatan:
1)
Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan
Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah
merupakan kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam
ternyata gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya
dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangann uji yang
baru, dan waktu kegagalan minimum yang baru supaya dipilih
sebagaimana tabel di bawah

46
Spesifikasi Teknis
KETAHANAN HIDROSTATIK PADA KEKUATANSUHU 800C
KEBUTUHAN UJI ULANG
PE 80 PE 100
Tegangan Waktu Tegangan Waktu Kegagalan
Mpa kegagalan Mpa Minimum (jam)
Minimum
(jam)
4.6 165 5.5 165
4.5 219 5.4 233
4.4 283 5.3 332
4.3 394 5.2 476
4.2 533 5.1 688
4.1 727 5.0 1000
4.0 1000

2. Kuat Tarik
Nilai kuat tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjangan minimum harus 400
%, bila diuji pada suhu 200C

3.3.4 Sifat Fisik


1. Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE minimum
harus 20 menit jika diuji pada suhu 2000C. contoh yang diuji supaya diambil
dari permukaan sebelah dalam pipa.
 Nilai Perubahan Arah panjang
 Nilai Perubahan arah panjang maksimum 3%

3.3.5 Dimensi Pipa


1. Ketebalan Pipa
Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI- 06-4829-2005
tentang pipa polietilena untuk air minum

47
Spesifikasi Teknis
2. Bahan Baku Pipa
Bahan baku yang digunakan untuk membuat pipa polietilena,
harusmerupakan bahann baku yang menyatakan layak digunakan untukair
minum yang dikeluarkan oleh pemasok bahan baku, hal tersebut dibuktikan
dengan Certificate Badan independen BODYCOTE

3.3.6 Sambungan
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara pemanasan yaitu
denganmenggunakan Butt Fusion dan Smbungan Elektrofusion, atau dengan
Mechanical Joint.
Penyambungan dengan menggunakan Butt Fusion dilakukan untuk pipa
dengan diameter mulai dari 63mm dengan ketebalan minimum 4,7
mmdengan SDR13,6. Penyambungan dengan Mechanical Joint
direkomendasikan untukpipa dengan diameter 20 -110mm. sedangkan
dengan penyambungan dengan elektrofusion dapat digunakan untuk semua
ukuran pipa.

3.3.7 Pengujian Pipa


Acuan normative untuk pengujian pipa polietilena adalah SNI 06- 4-1991
tentang metoda pengambilan contoh uji pipa PE untuk air minum dan SNI06-
4821-1998 tentang metode pengujiandimensi pipa polietilene untuk air minum.

3.3.8 Penandaan Pipa


Penandaan pada batang pipa, sekurang-kurangnya mencantumkan:
 Nama pabrik pembuat ataumerek dagang
 Dimensi luar pipa
 Tekanan kerja nominal
 Jenis material yang digunakan
 Seri pipa
 Tanggal produksi

48
Spesifikasi Teknis
3.4 PENGADAAN PIPA BAJA DAN PERLENGKAPANNYA.
3.4.1 Pengadaan Pipa Baja dan Perlengkapannya
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan
kerja minimal sebesar 0.98Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.

Referensi
Standar lain yang digunakan adalah:
 SNI 07-0068-1987 Pipa Baja untuk konstruksi umum, mutu dan cara
uji.
 SNI 0039-1987 Pipa Baja Bergalvanis
 SNI 07-0242-1989 Pipa baja tanpa kambuh,mutu dan cara uji
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa.
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 SNI 07-0949-1991 Pipa baja coal-tar enamel lapis lindung bagian
luar.

 SNI 07-1769-1990 Penyambung pipa air minum bertekanan dari besi


yang kelabu.
 SNI 07-1969-1991 Pipa air minum bertekanan besar itu kelabu,
penyambung.
 SNI 07-2255-1991 Pipa baja saluran air
 SNI 07-2195-1991 Permukaan pipa flens, dimensi.
 SNI 07-2196-1991 Flens pipa, toleransi dimensi.
 SNI 07-3080-1991 Pipa spigot dan socket dari besi tuang modular
untuk jaringan pipa bertekanan, bagian 2
 SNI 07-3025-1992 persyaratanlas- ketentuan umum, Persyaratan
servis untuk sambungan las.
 SNI 07-3026-1992 Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu
standar las.
 SNI 07-3027-1992 Faktor-faktoryang harus dipertimbangkan dalam
penilaian perusahaan yang menggunakan las
sebagai cara utama pabrikasi
 SNI 07-3078-1992 Flens logam – flens besi tuang.

49
Spesifikasi Teknis
 SNI 07-3073-1992 Penyambung pipa baja tanpa pasuanberulir.
 SNI 07-6398-2000 Tata cara pelapisan epoksi cair untuk bagian
dalam dan luar pada pelapisan air dari baja.
 SNI 07-3360-1994 Penyambung pipabaja dan baja paduan dengan
las tumpul.
 SII 2527-90 Water Supply Steel pipe
 ISO 7/1 Pipe threads where pressuretight jins are made on
the threads
 ISO 1459 Metalic coating – Protection against corrosion by
hot dipalvanzing guilding principles
 ISO 1461 MEtalic coating hot – Dip galvanized coating
Onfabricatedferrous product requirements
 ASTM A 570 Steel, sheet and Strip, carbo, hot roller structural
quality
 AWWA C 200 steel water pipe 6 Inches and larger
 AWWA C 203 Coal-tar Protective coating and lining for steel
water pipe lines enameland tape hot applied
 AWWA C 205 Cement mortar protective lining and coating for
steel Water 4 inches and large shop applied.
 AWWA C 208 Dimension for steel waster pipe fitting.
 AWWA Manual M11 Steel pipe design and installation
 AWWA C 210 Liquid epoxy coating system for he interior and
exteriorsteel water pipe
 JIS G 3101 Rolled steel for general structure
 JIS G 3452 Carbon steel pipes for Ordinary piping
 JIS G 3457 Arc welded carbon steel pipe
 JIS B 2311 Steel butt-welding pipe fitting for ordinary use
 JIS G 3451 Fitting of coating steel pipesfor water service
 JIS G 550 Spheroidal Graphite iron castings
 JIS G 5702 Blackheart malleable iron castings
 JIS G 3445 Carbon steelpipes for pressure service
 JIS K 6353 Rubber goods pipes for water works

50
Spesifikasi Teknis
3.4.2 Pipa Baja dan Fitting
1.Material dan Fabrikasi
Pipa baja/steel harus dibuat dari pelat atau lembaran baja dan sambungannya
menggunakan pengelastumpul (arc-welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan
di pabrik, dites dan dibersihkan.
Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum
tidak kurang dari 226 N/mmz (22300 kg/cm2) dan harus memenuhi standar
berikut:
 SNI 07-0949-1989 Pelat baja karbon untuk uap dan bejana tekan
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa
 ASTM A 283, grade D
 ASTN A 570, Grade 33
 JIS G 3101, Class 2
 JIS G 3452, SGP
 JISG 3457,STPY
Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI -07-0822-
1989 atau SNI 2527-90 atauJIS G 3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar
pengelasan harus cukup merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat secara
otomatis, kecuali atas persetujuan pengguna barang boleh dilakukan
pengelasan manual dengan prosedur yang sesuai oleh tukang yang
berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling yang
dibuat pabrik harus dengan pengelasan sudut (Butt welded). Banyaknya
pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah satu pengelasan
memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap batang pipa. Panjang
setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali ditentukan lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang - seling pada sisi yang
berlawanan untuk bagian yang berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat
ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun pada bagian
dalam pipa.

51
Spesifikasi Teknis
2.Dimensi Pipa
Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran diameter nominal berikut ini harus
mempunyai ukuran diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum
dilapisi pelindung dalam dan luar sebagai berikut:

DIAMETER LUAR DAN KETEBALAN DINDING PIPA BAJA


Diameter Nominal Diameter Luar Ketebalan
Dinding
(mm) (mm) Minimum (mm)
100 114.3 4.5
150 168.3 5.0
200 219.1 5.8
250 273.0 6.6
300 323.8 6.9
350 355.6 6.0
400 406.4 6.0

3.Fitting
Semua fitting baja /steel harus dari bahan yang sama dan difibrikasi sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan pada bagian3.2 dan harus didisain dengan
kekuatan yang sama dengan pipanya. Rinmg penguat atau saddle penguat
dapat dipasang pda bagian luar bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual
M11 dan diameter luar dinding fitting harus sesuai dengan persyaratan yang
dispesifikasikan dengan persyaratan yang dispesifikasikan dalam bagian 3.2
dan standar berikut :
 Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil : JIS B 2311
 Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar: JIS B 2311 (sampai
dengan 500 mm) dan JIS G 3451. Atau AWWA C 208.
“Bend” yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih kecil
harus terdiri dari dua potongan bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi
yang lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat harus difabrikasi
dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend yang mempunyai sudut
defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri dari empat potongan bend.

52
Spesifikasi Teknis
3.4.3 Coating dan Linning (Lapisan Pelindung Luar dan Dalam)
1. Proteksi Bagian Luar
a. Pemasangan Bawah Tanah
Permukaan luar pipa dan fitting untuk pemasangan di bawah tanah harus dilapisi
coal tar enamel dan dibalut dengan bonded double asbestos felt sebagaimana
dispesifikasikan pada Appendix A, Sec.A1.2dalam AWWA C 203. Lapisan
primer dan coal tar enamel adalah sebagai berikut:
 Primer : Type B sesuai denganbagian A.2.4dari AWWAC.203
 Coal Tar Enamel : Type I sesuai dengan bagian A.25. Table 1 dari AWWA
C 203.
Konstruksi dari proteksi luar seperti diuraikan di atas harus terdiri dari berikut ini:
 Primer, type Byangdispesifikasikan di atas
 Coal tar enamel, type I yang dispesifikasikan di atas, ketebalan lapisan
kering 2,4 mm +/-0,8 mm
 Bonded asbestos felt
 Coal tar enamel, type I sama seperti di atas, tebal kering lapisan0,8 mm
minimum.
 Bonded aasbestos felt; dan
 Satu lapisan water resistant white wash.
System pelindung luar lainnya yang menjamin kualitas yang sama atau lebih
dari pada yang di spesifikasikan di atas dapat diterima atas persetujuan
engineer tetapi segala system proteksi yang menggunakan polyethylene tapi
tidak diperkenankan.

b. Pemasangan di Atas Tanah


Semua pipa dan fitting yang akan digunakan sebagai jembatan dan terpapar
diluar/dapat terlihat langsung, harus dicat di pabrik dengan lapisan primer dan
lapisan pertama (first coat) yang sesuai dengan susunan berikut ini:
 Persiapan permukaan : SSPC- SP-6 atau SP-3
 Primer: Etchin primer, ketebalan minimum lapisan kering 20 mikron.
Lapisan pertama: Read lead atau lead suboxide primer, ketebalan lapisan kering
35 mikron.

53
Spesifikasi Teknis
Persiapan permukaan harus dilakukan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh
Steel Structure Painting Council, USA dan kelas yang disebutkan di atas, primer
dan Etching Primer, Class 2.
Lapisan pertama harus sesuai dengan JIS K 5622, read lead Anticorrosive Paint,
Class 1 atau JIS K 5623, Lead-Suboxide Anticorrosive paint,Calss 1 atau sesuai
dengan persetujuan pengguna barang.

3.4.4 Lapisan Pelindung Dalam


1. Umum
Semua pipa dan fitting untuk pemasangan di bawah tanah harus diberi lapisan
dalam dari adukan semen (cement mortar) atau epoxy atau coal tar epoxy
sesuai dengan AWWA C.210. semua jalur pipa di atas tanah harus
menggunakanepoxy atau caol tarepoxy sebagai lapisan dalamsesuaidengan
AWWA C.210.
Semua bahan lapisan pelindung luar dan dalam yang kontak langsung dengan
air bersih harus dilengkapi dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga
kesehatan masyarakat yang berwenang untuk penggunaan pada air minum.
Penyedia jasa Pengadaan harus menyerahkan sertifikat yang menjamin
perayaratan untuk saluran air minum.
2. Lapisan Adukan Semen (Cement Mortar Lining)
Lapisan adukan semen harus sesuai dengan AWWA C.205atau standar
internasional lainnya yang disetujui dengan kualitas yang sama atau lebih tinggi
dari pada standar yang telah disebutkan di atas.
Lapisan adukan semen tersebut harus mempunyai ketebalan yang sama kecuali
pada sambungan atau pada bagian dinding pipa yang terputus. Ujung dari
lapisan harus dibiarkan menyudut dan lurus kearah sumbu memanjang pipa.
Ketebalan lapisan harus mengikuti table di bawah ini:

54
Spesifikasi Teknis
KETEBALAN CEMENT MORTAR LINING
(mm) Ketebalan Lining Toleransi Untuk
(mm) Ujung Pipa

100 sampai 250 6 -1.6 to + 3.2


300 sampai 600 8 -1.6 to + 3.2

3. Sistem Lapisan Epoxy Atau Coal tar Epoxy


Sistem pelapisan dengan epoxy dan coal tarepoxy sesuai denganAWWA C.210
dan dilaksanakan di pabrik. System tersebut terdiri dari sebgai berikut:
a. Sistem pelapisan dengan epoxy
 Satu lapisan liquid two part chemicallycured rust inhibitive epoxy primer
 Satu lapisan atau lebih liquid two part epoxy finish coat yang tidak
mengandung coal tar.
b. Sistem pelapisan dengan coal tar epoxy
 Satu lapisan liquid two part chemicallycured rust inhibitive epoxy primer
 Dua lapisan dari two part coal tar epoxy finish coat.
Primer dan finish coat harus berasal dari pabrik yang sama.
System pelapisan epoxy ini dapat juga terdiri dari dua atau lebih lapisan dengan
epoxy yang sama tanpa menggunakan primer tersendiri. System alternatif ini
harus memenuhi persyaratan AWWAC.210 dan lapisan pertama dan system
alternatif ini dianggap sebagai lapisan primer.
Ketebalan lapisan kering total dari keduasistem pelapisan tidak boleh kurang
dari 400 mikron dan lebih kecildari 600mikron.

3.4.5 Pelapisan Coating dan Lining Pada Ujung Pipa


1. Ujung Rata / Datar
Spesifikasi pelapisan / coating harus dikupas/cutbacksebesar 370 mm, lining yang
sesuai spesifikasi diperpanjang sampai ujung pipa. Ujung pipa dan permukaan
luar, lebih dari 370 mmdari ujung pipa harus dicat dengan epoxy atau coal tar
epoxy seperti yang dispesifikasikan pada bagian 7.3.1 Proteksi Bagian Luar.
Plat baja ringan (mild steel) dari sambungan ikatan (bonding terminal) pada ujung
datar harus dibuat pada seperti digambarkan. Untuk proteksi katodik yang

55
Spesifikasi Teknis
dipasang pada perpipaan air bersih dari baja yang ditanam dalam tanah. Ukuran
dari plat adalah panjang 50 mm, lebar 30 mm dan ketebalan 5 mm.

2. Ujung Bevel
Lining dan coating harus dikupas/cutback seperti dispesifikasikan di bawawh ini :

Cutback Lining
Nominal Cutback Tar Epoxy Mortar
(mm) Coating (mm) (mm)

80 - 350 100 80 3±1

400-700 150 80 3±1

Bagian yang dikupas harus dicat dengan primer seperti dispesifikasikan pada sub
bagian sebelumnya. Detail dari coating dan lining pada ujung bevel.
3. Ujung Flange
Untuk ujung flange tidak perlu pengupasan lining atau coating. Seluruh
permukaan dari flens harus dicat dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti
dispesifikasikan pada 7.3.1 Proteksi bagian Luar, Bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung
Luar dan lapisan Dalam.
4. Coating dan Lining Pipa-pipa Khusus dan Fitting
Semua bagian luar dann bagian dalam permukaan dari pipa dan fitting khusus
berikut ini harus dicat dengan epoxy atau coal tar epoxy seperti dispesifikasikan
pada bagian 7.3.1 Proteksi Bagian Luar, bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung Luar dan
Lapisan Dalam (Coating dan Lining) ;
 Double flange short piece digunakan untukair valve assembly
 Short piece digunakan untuk valve assembly
 Flange dan spigot digunakan untuk valve assembly
 Blank Flange

56
Spesifikasi Teknis
5. Lapisan Pelindung Sambungan
a. Umum
Lapisan pelindung luar pada sambungan digunakan sebagai proteksi terhadap
korosi pada semua sambungan pipa dengan pengelasan dilapangan dan
tertanam didalam tanah, dan harus diselubungi oleh lembaran yang tahan
panas-susut (heat shrinkable sleeve orsheet).
Penyedia jasa pengadaan harus menyediakan lapisan sambungan (coal)
sesuai dengan spesifikasi dan memasukkannya ke dalam Billof Quantity.
Bahan lapisan sambungan kulit ini harus mencukupi untuk menutup
permukaan yang harus dilindungi dan memasukkan tambahan (allowance)
20%. Penyedia jasa pengadaan harus menyerahkan perincian dari volume
bahan tersebut.

b. Selubung atau Lembaran Tahan Panas-Susut (Heat Shrinkable Sleeveor


Sheet)
Selubung atau lembaran bahan tahan panas-susut harus terdiri dari lapisan
luar dan dalam. Lapiasn luar menggunakan cross linked polyethylene dan
lapisan dalam butyl rubber based adhesive.
Panjang selubung tersebut tidak boleh kurang dari 600 mm dan ketebalan
lapisan minimumluar dan lapisan dalam sebelum susut adalah sebagai berikut:

Diameter Pipa ketebalan Minimum Ketebalan Minimum


dan
(mm) Lapisan Luar Lapisan Dalam
(mm) (mm)

< = 350 0.6 0.6


400 0.9 0.6
450 1.2 0.6

Karakteristik fisik lapisan luar dan lapisan dalam adalah sebagai berikut:
Karakteristik fisik lapisan luar

57
Spesifikasi Teknis
 Specific Gravity (min) : 0.91 (JIS K 112)
 Kekuatan tarik :
- Circumferential (Min., N/mm2) : 17.7 (JIS K6760)
- Axial (Min., N/mm2) : 14.7 (JIS K 6760)
 Elongasi :
- Circumferential (Min., N/mm2) : 250 (JIS K6760)
- Axial (Min., N/mm2) : 500 (JIS K 6760)
 Identification hardness
(Min.,Shore D) : 43 (JIS K 72150)
 Dielectric Strenght
(Min.,kV/mm) : 30 (JIS K 6911)
 VolumeResistivity
(Min., Ohm-cm) : 1x10^14 (JIS K 6911)
 Shrinkage*
- Circumferential (Min., N/mm2) : 40
- Circumferential (Min., N/mm2) :8

Catatan : (.,) menunjukan standard dari metoda pengetesan yang diterapkan


*Pada 200 derajat celcius untuk 20 menit.

Kriteria Fisik Lapisan Dalam


 Spesific Grafity (Min) : 1.0 (JIS K 7112)
 Consistency (Max) : 80 (JIS K 2220)
 Softening Point (Min degrees C) : 60 (JIS K 2207)
 Penetration (Max) : 90 (JIS K 2207)
Catatan : (.,) memperlihatkan standard dari metoda pengetesan yang
diterapkan.
Penyedia barang harus menyediakan 6 (Enam) set perlengkapanheat-shrink
flame. Setiap set perlengkapan ini terdiri dari pembakar dengan nozzle, bak
sebelum pembakarandan stop valve, three-layer heavy duty hose, pengatur
tekanan gas dengan pengukur dan lain sebagainya. Tiga (3) set tambahan
dari pembakardan pengatur tekanan gas harus juga disediakan.

58
Spesifikasi Teknis
6. Pengecetan Tanda (Marking)
Semua pipa baja/steel dan fitting harus diberi tanda (marking) dengan jelas pada
bagian tengahnya. Bahan cet tersebut harus dibagi dari long oil alkyd resin seperti
berikut ini atau dari mutu yang setara.
P.T Dimet Indonesia VYGARD 260
ICI ICI SUPER
P.T ICI Paint Indonesia STRUCTURE FINISH
NIPPON PAINT BODELAC 9000
P.T Nippon Paint Indonesia ALKYD RESIN

7. Perlindungan Korosi Petrolatum (Petrolatum CorrosionProtection Tape)


Perlindungan korosi petrolatum harus dari Densotape untuk perlindungan korosi
dan harus terbuat darikain tidak beranyam dari fiber sintetis yang menyerap
dengan kandungan petrolatum, anorganik tak aktif dan pengisi organic, serta
pengawet organic. Bahan ini harus didesain untuk perlindungan korosi tinggi dan
tahan lama dengan mengikat adhesive, insulasi elektris, insulasi air, tahan cuaca,
tahan kimia, anti mikroognisme, dll.
Setelah petrolatum pelindung korosi digunakan, permukaannya harus dilindungi
dengan pita pembungkus kecuali ditentukan lain. Pita pembungkus harus berupa
PVC adhesive atau material lain yang disetujui oleh Pengguna Barang. Pita
pembungkus harus dari pabrik yang sama dengan pelindung korosi petrolatum.

8. Sambungan Fleksibel dan Kopling


a. Umum
Semua sambungan fleksibel dan koplingdidesain untuk tekanan kerja
maksimum sebesar 0.98 Mpa (10.0kg/cm2) kecuali ditentukan lain.
b. Referensi
Yang dipakai sebagai referensi adalah standar-standar berikut :
 AWWAC 219 Bolted, Sleeve-Type Coupling for Plain-end pipe
 JIS G 3101 Rolled Steel Pipes for Water Sercive
 JIS G 3443 Coating Steel Pipes for Water service
 JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for Machine Structure Purpose
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure Service

59
Spesifikasi Teknis
 JIS G 5502 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5402 BlackheartMalleable Iron Castings
 JIS K6353 Rubber Goodsfor Water WorksService

3.5 PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PEMASANGAN PIPA


a. Jalur Pipa
Arah jalur pipa dan kedalamannya harus menurut apa yang ditentukan dalam
gambar dan spesifikasi teknik, kecuali apabila Direksi/Koordinator Daerah
menentukan lain. Sebelum memulai penggalian parit, maka jalur pipa harus
dipatok terlebih dahulu oleh pemborong dan disetujui oleh Direksi/Koordinator
Daerah.
b. Lubang-lubang Percobaan
Direksi/Koordinator Daerah dapat memerintah menggali lubang-lubang
percobaan di depan galian parit pada kedalaman sedemikian rupa sehingga
Direksi/Koordinator Daerah dapat menyesuaikan parit yang selanjutnya. Biaya
pembuatan lubang percobaan adalah menjadi tanggungan Pemborong.
c. Bangunan-bangunan yang sudah ada
Bangunan-bangunan yang sudah ada, pondasi beserta batu-batuan, batang-
batang pohon, akar atau benda lain yang tak terduga kehadirannya yang
dijumpai dalam penggalian harus disingkirkan oleh pemborong. Biaya
menyingkirkan benda-benda tersebut adalah menjadi tanggungan Pemborong.
d. Sarana-sarana yang sudah ada
Apabila parit harus dekat atau melintasi jalur-jalur sarana yang ada (saluran
pembuangan, pipa-pipa, kabel-kabel dan lain-lain) pemborong harus membuat
penyangga sementara atau permanen atau menyediakan perlengkapan lain
yang diperlukan. Setiap kerusakan yang terjadi terhadap sarana yang sudah
ada tersebut, harus diperbaiki oleh pemborong sehingga berfungsi seperti
keadaan semula dan biaya perbaikan menjadi tanggungan Pemborong.
e. Kuburan
Apabila jalur pipa melalui kuburan, maka pemborong harus berhati-hati,
penggalian diluar batas yang ditentukan harus dicegah. Andaikan selama
penggalian tersebut menjumpai kuburan, maka Pemborong harus
memindahkannya dengan terlebih dahulu merundingkan dengan yang

60
Spesifikasi Teknis
berwenang atas kuburan tersebut, semua biaya pemindahan kuburan tersebut
adalah tanggungan Pemborong.
f. Pagar dan Dinding
Apabila parit akan melalui pagar atau dinding yang tak dapat dihindari menurut
pendapat Direksi/Koordinator Daerah, maka pemborong harus
menyingkirkannya dan mendirikan kembali pagar dan dinding tersebut seperti
keadaan semula setelah pekerjaan pemasangan pipa selesai seluruhnya.
Biaya pembongkaran dan perbaikan kembali adalah menjadi tanggungan
Pemborong.
g. Pemeriksaan oleh Direksi/Koordinator Daerah
Kontraktor tidak dibenarkan meletakkan pipa-pipa di dalam parit sebelum parit
yang bersangkutan diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah.
k. Material Galian
Kontraktor harus menyediakan tempat penampungan sementara guna
penyimpanan material galian yang akan digunakan untuk penimbunan kembali.
Untuk setiap material yang tidak cocok untuk penimbunan kembali atau untuk
keperluan lain, maka Pemborong harus segera menyingkirkannya dari
lapangan. Biaya penyingkiran ini adalah tanggungan Pemborong.
l.Timbunan Kembali
Parit-parit harus ditimbun paling lama 1 hari setelah pengetesan pipa kecuali
jika Direksi/Koordinator Daerah menentukan lain.
Sebelum pipa dipasang, 10 cm lapisan pasir diletakkan pada dasar saluran
sebagai bantalan dari pada pipa. Lapisan tadi harus dipadatkan dan rata.
Untuk pemasangan pipa yang normal atau sepanjang jalan, urugan pasir
setebal minimal 10 cm diatas pipa harus dilakukan seperti ditunjukkan dalam
gambar. Urugan pasir tersebut harus dipadatkan dan diratakan.
Untuk pasangan pipa melintasi jalan, urugan setebal 40 cm diatas pipa harus
dilakukan seperti ditunjukkan dalam gambar. Pasir yang digunakan untuk
urugan berdiameter maximal 2 mm dan bebas dari lempung dan zat organik.
Setelah urugan pasir, saluran diurug dengan tanah urug yang bebas dari kerikil,
benda-benda tajam, zat organik dan dipadatkan lapis demi lapis.
Permukaan tanah timbunan harus beberapa cm di atas permukaan tanah asli
untuk mengimbangi adanya penurunan. Sebelum pipa ditest penimbunan

61
Spesifikasi Teknis
dilaksanakan setebal 40 cm kecuali ditempat sambungan tidak ditimbun
sehingga sambungan masih dapat terlihat. Penimbunan harus segera
disempurnakan setelah test pipa dilaksanakan dan disetujui Direksi/Koordinator
Daerah.
3.5.1 Pekerjaan Galian
 Galian untuk jalur pipa harus merupakan galian terbuka dengan lebar galian
harus sedemikian rupa agar pipa dapat diletakkan dan disambung dengan
baik, lebar galian yang dianjurkan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Tabel
3.3a dan 3.3b.
 Pada tanah yang lembek kedalaman galiannya harus 75 cm dibawah elevasi
dasar pipa.
 Panjang maksimum jalur penggalian yang diijinkan pada satu lokasi
penggalian adalah 100 meter.
 Kedalaman parit harus dihitung dari permukaan tanah. Kedalaman dan lebar
parit harus menurut dimensi yang ditentukan dalam gambar, kecuali jika
ditentukan lain oleh Direksi/Koordinator Daerah. Dasar parit harus rata
sesuai dengan permukaan dinding pipa yang akan ditanam.
 Apabila parit digali lebih dari apa yang direncanakan maka Pemborong harus
menimbunnya dengan pasir dan memadatkannya kembali sampai permukaan
yang direncanakan. Biaya penimbunan dan pemadatan adalah menjadi
tanggungan Pemborong.
 Apabila dalam galian dijumpai batu, tembok, bekas pondasi atau benda lain,
yang dapat menghalangi atau membuat kedudukan pipa menjadi tidak benar
pemborong harus menghilangkannya minimal 20 cm dibawah dasar parit
yang direncanakan, kemudian mengurug dan memadatkannya dengan parit
sampai pada kedalaman yang direncanakan.
 Saluran yang telah digali dan diperiksa oleh Direksi/ Koordinator Daerah
harus segera dipasang pipa dan dipadatkan kembali. Peletakkan pipa harus
disesuaikan dengan kemajuan galian parit.
 Kontraktor harus membuat juga galian-galian yang diperlukan untuk
pembuatan dan peletakkan thrust block, bak-bak valve dan lain-lain sesuai
dengan gambar atau petunjuk Direksi/ Koordinator Daerah.

62
Spesifikasi Teknis
Gambar 1
Typical Pemasangan Pipa HDPE

Urugan Tanah Kembali


Tanah Asli
H

Pasir Urug h

Dia.

Pipa

w  w

Tabel 3.5.1
Spesifikasi Galian Tanah Pipa HDPE

Ø (Dia.Pipa) W w H h
Inch (mm) cm cm cm Cm
½ 22 17.00 7.5 25 7.5
¾ 25 17.00 7.5 30 7.5
1 32 23.20 10 30 7.5
11/2 50 25.00 10 30 7.5
2 63 26.30 10 30 7.5
3 90 34.00 12.5 35 8
4 110 41.00 15 40 10
6 160 56.00 20 40 10
8 200 60.00 20 40 10
10 250 65.00 20 50 15

63
Spesifikasi Teknis
Gambar 2
Typical Pemasangan Pipa GIP

Urugan Tanah Kembali


Tanah Asli
H

Tanah urug Pilihan h

Dia.

Pipa

w  w

Tabel 3.5.2
Spesifikasi Galian Tanah Pipa GIP

Ø (Dia.Pipa) W w H h
Inch (mm) cm cm cm Cm
½ 15 16.30 7.5 25 7.5
¾ 20 17.00 8.5 30 7.5
1 25 22.50 10 30 7.5
11/2 40 24.00 10 30 7.5
2 50 25.00 10 30 7.5
3 75 32.50 12.5 35 10
4 100 40.00 15 40 10
6 150 45.00 20 40 10
8 200 60.00 20 40 10
10 250 65.00 20 50 15

64
Spesifikasi Teknis
3.5.2 Pekerjaan pengurugan
 Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengurugan adalah :
- Bahan pilihan
- Pasir alam/pasir urug yang tersusun dari butiran halus sampai kasar,
tidak menggumpal, bebas dari kotoran sampah, abu dan bahan-bahan
organic, serta tidak mengandung tanah liat dan lempung lebih dari 5%
berat seluruhnya.
 Urugan dibawah pipa mulai dari alas sampai dengan garis tengah pipa
dan diletakkan secara berlapis dengan ketebalan kurang dari 15 cm, dan
dipadatkan hingga mencapai kepadatan 95 % dan mempunyai nilai
indeks plastisitas sebesar 6 % - 50 %.
 Urugan diatas pipa mulai dari garis tengah pipa dan diletakkan secara
berlapis dan dipadatkan sampai dengan 10 cm diatas pipa.
 Urugan tanah kembali merupakan urugan tanah yang berasal dari bahan
galian kemudian dipadatkan sampai rata dengan permukaan tanah asli,
tebal dari urugan tanah tergantung dari diameter pipa yang ditanam.
 Perbaikan bekas galian
- Jalan beraspal
 Lapisan tanah dasar harus mencapai kepadatan 90% modified
proctor
 Lapisan sub base harus mencapai kepadatan 95% kepadatan
modified proctor.
 Ketebalan minimum lapisan macadam adalah 60 mm, dan
dipadatkan.
 Lapisan penetrasi dari tipe RC-2 bitumen disebarkan setelah lapisan
macadam dipadatkan.
- Jalan gravel
Perbaikaannya adalah 100 mm subgrade dan 100 mm bahan gravel
dengan gradasi PI lebih besar dari 10, dipadatkan sampai 95%
modified proctor.
- Jalan beton
 Beton yang digunakan harus kelas K225
 Agregat kasar dengan ukuran 20 mm dan 38 mm boleh digunakan.

65
Spesifikasi Teknis
 Lalu lintas diijinkan untuk lewat diatas cor-coran 7 hari dengan
menggunakan semen yang cepat mongering dan 10 hari jika
digunakan semen biasa.
- Trotoar beton
 Ketebalan lapisan beton minimum = 60 mm
 Beton harus sekelas K 125.
- Perbaikan kembali saluran dan pinggir jalan
Pekerjaan perbaikan kembali harus termasuk beton dasar, bekisting
dan pemasangannya pada posisi lurus dan berbelok.
- Perbaikan jalan umum
Untuk lebih jelasnya dalam perbaikan lapisan kembali dapat dilihat
pada gambar pelaksanaan.

3.5.3 Pekerjaan Pemasangan Pipa


3.5.3.1 Pekerjaaan PemasanganPipa PE
1. Penurunan Pipa ke Dalam Galian
Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memuaskan Direksi
harus disediakan dan digunakan oleh kontraktor bagi keamanan
kelancaran pekerjaan.
Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan
kedalaman galiannya dapat dengan 2 cara: baik dilepaskandulu dari
gulungannya baruditurunkan atau diturunkan dahulu dalam bentuk roll
baru dilepas. Pipa PE diameter besar diproduksi dalam bentuk batang.
Semua pipa, “fitting” dan “Valve” harus diturunkan ke dalam galian satu
per satu, dengan menggunakan Derek, tali/tambang. Atau dengan
perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun pada bahan lapisan
pelindung luar dan dalamnya. Bahan tersebut dengan alasan apapun
tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan ke dalam galian.
Jika terjadi kerusakan pada pipa, “Fitting”, “Valve” atau perlengkapan
lain dalam penanganannya kerusakan tersebut harus segera
diberitahukan kepada Direksi. Direksi harus menetapkan perbaikan atau
penolakan bahanyang rusak tersebut.

66
Spesifikasi Teknis
2. Pemeriksaan sebelum pemasangan
Pipa, “valve” dan “fitting” harus diperiksa dengan sesama dari kerusakan
pada saat pemasangannya. Bahan yang rusak yang ditemukan
sebelumnya, selama atau sesudah pemasangan pada kedudukan akhir,
pipa harus diperiksa secara seksama dari retakan dan kerusakan.
Pipa atau “Fitting”yang rusak harus diletakkan terpisah untuk
pemeriksaan Direksi.
3. Penyambungan Pipa
Jenis sambungan pipa polyethylene adalah sebagai berikut:
a. Sambungan mekanis :
 Mechanical –join: sambungan plastic, injection
(20 mm-63 mm) imulded, tipe push –in dengan O-ring dan ulir
 Sambungan dari metal
b. Welding (head fusion) :
 But Welding (63 mm – 250 mm)
 Socket welding (20 mm – 125 mm)
 Saddle welding
c. Electro welding (25 mm – 125 mm)
 Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan
pemanas,cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus
disediakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menyerahkan
datateknis dan contoh untuk persetujuan Direksi.
1). Penyambungan dengan sambungan mekanis
Pipa dimasukkan ke dalam sambungan lalu mur penekannya
dikencangkan
Penyambungan system mekanik lainnya juga sama seperti
halnya penyambungan-penyambungan yang biasa dilakukan.
2). Penyambungan pipa dengan Welding (hedt fusion)
- Butt welding
Pipa diklem pada alatpenekan. Kedua permukaan pipa
harus dibersihkan dan diratakan dengan pengetap.

67
Spesifikasi Teknis
Setelah alat pengetap dilepaskan, plat pemanas dijepit
diantara kedua permukaan pipa dengan sedikit tekanan
untuk beberapa detik.
Kemudian plat pemanas dilepaskan. Tekan kedua pipa
dengan tekanan tertentu sampai mendapatkan lebar yang
dikehendaki dari bagian yang menyatu. Hilangkan tekanan
untuk beberapa saat, setelag dingin klem dapat dibuka.
- Socket welding
Pipa dipotong tegak lurus dengan sumbunya. Permukaan
luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan
dengan cairan pembersih khusus. Jepit bagian ujung pipa
yang sebelumnya telah diukur dengan mall yang sudah
ditentukan. Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas
dan socket sambungan ke dalam spigot pemanas untuk
beberapa detik. Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa
harus segera dimasukkan ke dalam socket sambungan.
Biarkan beberapa saat sampai dingin.
- Sudle welding
Mula-mula kedua permukaan yang akan dilas harus
dibersihkan dengan cairan pembersih. Taruh piringan
pemanas di antara pipa sudle dengan tekanan tertentu
untuk beberapa saat. Lepaskan piringan pemanas dan
sambung segera pipa dengan sudle tersebut
dengantekana tertentu umtuk beberapa saat. Setelah
sambungan dingin baru pipa dilubangi dengan alat yang
biasanya sudah ada pada sambungannya.
3). Penyambungan dengan elektro welding
Kontraktor harus menyediakan CONTROL BOX khusus
dengan tegangan yang harus sama dengan tegangan dari
spesifikasi sambungan yang ditentukan oleh produsen
sambungan tersebut. Mula-mula kedua permukaan yang akan
disambung harus dibersihkan dengan cairan pembersih.
Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas.

68
Spesifikasi Teknis
Kemudian kabel dari control box disambung dengan
sambungan yang tersedia. Hidupkan control boxdan secara
otomatis akan berhenti sendiri bila proses penyambungan
selesai. Sebagai kontrol, material dari dalam akan keluar dari
lubang indicator pada sambungan.

3.5.3.2 Pekerjaan Pemasangan Pipa GIP / GSP


1. Pengangkatan
Peralatan pengangkat ini harus mempunyai kemampuan minimum satu ton
atau berat 1 (satu) batang pipa dengan diameter terbesar yang akan dipasang,
dan peralatan yang dianjurkan adalah crane.
2. Pengangkutan
Peralatan ini harus dapat mengangkut pipa sesuai dengan kondisi yang
diperlukan
 Perletakan pipa
Pipa yang akan dipasang harus diberi dasar material padat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2
3. Penyambungan pipa
Penyambungan pipa harus dilakukan menurut petunjuk dari pabrik dan disetujui
oleh Direksi/Koordinator Daerah. Semua permukaan luar dan dalam dari ujung
pipa atau perlengkapan pipa (Accessories) yang akan disambung harus bersih.
Pipa DCIP, GIP/DSP dan Steel
 Penyambungan dengan tipe flens/flange dan mur diputar dengan ukuran
kunci putar dalam table 3.5.3.a dan semua flange menggunakan gasket dn
harus benar-benarpada posisinya.
 Penyambungan dengan tipe ulir (drat), bagian luar dari ulir harus dilindungi
dengan cat bitumen.

69
Spesifikasi Teknis
Gambar 2
Typical Perletakan Pipa Pada Dasar Galian

Tipe 1 Tipe 2
Dasar galian rata pengurugan Pipa diletakkan diatas material terpilih
dipadatkan sampai garis tengah pipa tebal 100 mm pengurugan dipadatkan
sampai puncak pipa.

Tipe 3 Tipe 4
Pipa diletakkan pada permukaan Pipa diletakkan pada material
pasir, kerikil atau batu pecah dengan granular yang dipadatkan sampai
tebal 1/8 kali diameter pipa minimum. dengan garis tengah pipa dan
100 mm material terpilih atau granular
dipadatkan sampai puncak pipa

70
Spesifikasi Teknis
Tabel 3.5.3.a
Standar Puntir Untuk Mur Pada Sambungan Tipe Flens
Ukuran Baut Diameter Nominal Standart Puntir
Pipa
(mm) (mm) (kg-m)
16 75 – 200 6
20 250 – 300 9
22 350 – 400 12
24 450 - 600 18

 Penyambungan dengan las


- Tukang las harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup dan
harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh “Program khusus
Pertamina-Bechtel “ atau sertifikat yang setara.
- Batang las tidak boleh yang menyerap air dan rata-rata kelembaban
tidak boleh lebih dari 2,5 % untuk illiminated rod dan 0,5% untuk low
hydrogenious rod.
- Mesin las harus dari jenis AC arc welding machine atau DC arc
welding machine.
- Pengelasan dilakukan secara dua lapis, (satu lapis pengelasan secara
lurus, searah sambungan pipa dan lapis kedua secara zig-zag)
- Untuk menghindari karat pada sambungan, setelah pengelasan
dilakukan pengecatan dengan cat pelindung atau setara.
 Perlindungan terhadap karat pada sambungan flens, coupling, dan flens
adaptor diluar bak kontrol dengan menggunakan pita, mastic dan pasta
harus tanpa dipanaskan.
 Pada proses penyambungan pada pipa, besarnya defleksi yang
diperbolehkan dapat dilihat pada Tabel 3.5.3.b dan Tabel 3.5.3.c
 Sambungan dengan angkur tidak diperbolehkan ada defleksi

71
Spesifikasi Teknis
4. Pemotongan Pipa
 Kontraktor harus memotong pipa bilamana diperlukan dengan alat
pemotong pipa yang tidak merusak lapisan pelindung dan lapisan
pencegah korosif pada pipa dan bila diperlukan, Pemborong harus
membuat ulir pada ujung pipa yang telah dipotong.
 Pemotongan ujung pipa untuk jembatan pipa harus dibuat miring dan
kemiringan ujung pipa tersebut harus dipotong dengan sudut 30 derajad
diukur dari garis yang sejajar dengan sumbu pipa dengan toleransi 50 –
00 dengan lebar permukaannya lebih kurang 1/16 inch sampai 1/32 inch

5. Perlengkapan Pipa (accessories)


 Perlengkapan pipa seperti valve, air valve dan lain-lain harus ditempatkan
sesuai dalam gambar atau petunjuk Direksi/Koordinator Daerah di lapangan.

Tabel 3.5.3.b
Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Pada Tanah Keras
a. Untuk Sambungan Push-On
Diameter Nominal Besar Sudut Defleksi Yang
(mm) Diijinkan
(derajat)
75 – 200 5o
250 – 350 4o
400 3o30`

b. Untuk Sambungan Mechanical Joint


Diameter Nominal Besar Sudut Defleksi Yang
(mm) Diijinkan
(derajat)
75 – 300 5o
350 4o50`
400 4o10`

72
Spesifikasi Teknis
Tabel 3.5.3.c
Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Pada Tanah Lembek

Dia. Push On Joint Mechanical Joint


Nominal
mm Sudut Panjang Def. Sudut Panjang Def.
Defleksi (cm) Defleksi (cm)
75 5o00` -- 5o00` --
100 5o00` 52 5o00` 52
150 5o00` 52 5o00` 52
200 5o00` 52 5o00` 52
250 4o00` 41 5o00` 52
300 4o50` 41 5o00` 52
Keterangan :
Defleksi yang diijinkan untuk panjang pipa 6,00 meter

3.5.4Testing Pekerjaan Pemasangan Pipa


 Uji coba secara hidrolis harus dilakukan selama pelaksanaan pembangunan
jalur-jalur pipa, peralatan pembantu yang digunakan adalah pompa, alat
ukur, dongkrak dan strust.
 Pengujian pipa harus sesuai dengan tata cara pengujian pipa. Pada sistem
pengaliran air secara pemompaan, pengetesan pipa dilakukan bagian demi
bagian dimana panjang maksimum dari bagian pipa yang ditest adalah 500
m. Pengetesan dilakukan dengan cara memompakan air kedalam pipa
yang akan ditest sehingga mencapai tekanan 8 atmosphere dan dibiarkan
selama 1 jam. Setelah 1 jam, apabila tekanan turun, tekanan harus
dinaikkan lagi sehingga 8 atmosphere dengan cara memompakan air
kedalam pipa. Pekerjaan perpipaan dianggap memuaskan jika air yang
dipompakan untuk menaikkan tekanan sehingga kembali pada tekanan 8
atmosphere setelah 1 jam tidak lebih dari (0,01 x d) liter tiap jam km, dimana
d adalah diameter pipa yang ditest dalam mm. Apabila air yang dipompakan
lebih dari 0,01 x d liter, maka pemborong harus menentukan sumber
kebocoran dan memperbaikinya. Pekerjaan pengetesan harus diulang

73
Spesifikasi Teknis
setelah perbaikan dilaksanakan. Biaya untuk pengetesan sudah harus
dihitung dan termasuk dalam nilai kontrak.
 Kebocoran yang dapat diterima saat pengujian terlihat pada Tabel 3.5.4

Tabel 3.5.4
Kebocoran Yang Diijinkan/Km Pada Saat Pengujian Pipa
Diameter Jumlah Kebocoran
Nominal (l/jam)
(mm)
75 2,55
100 3,04
150 4,56
200 6,08
250 7,60
300 9,12

3.5.5Pekerjaan Penggelontongan
 Dilaksanakan dengan menggunakan air bersih dari pipa eksisting
 Sumber air dari pipa eksisting hanya dari 1 (satu) sumber saja
 Waktu penggelontoran adalah 3 menit untuk 100 meter panjang pipa
 Jaringan pipa dapat diterima bila air hasil penggelontoran setelah melewati
waktu yang ditetapkan dalam keadaan bersih dengan dibuktikan lewat
parameter warna, kekeruhan dan Ph.
 Sebelum setiap bagian pipa diserahkan, maka kedalam pipa harus dialirkan
air bersih dengan kecepatan tinggi untuk pencucian, sehingga air yang
mengalir menjadi jernih dan tidak mengandung endapan. Jika ada
kerusakan pada perlengkapan pipa dan pompa yang diakibatkan karena
adanya benda-benda seperti kerikil dan lain-lain karena pencucian yang
dilakukan Pemborong tidak sempurna, maka Pemborong harus
memperbaiki kerusakan-kerusakan tersebut atau mengganti barang-barang
yang rusak dan biaya perbaikan dan penggalian menjadi tanggungan
Pemborong.

74
Spesifikasi Teknis
3.5.6Lapisan Pelindung Pipa
Lapisan pelindung luar terdiri dari :
 Pipa baja yang terekspose : lapisan pipa harus teridiri dari (Tabel 3.8)
 Pipa baja yang terpendam dilapis dengan menggunakan epoxy
 Lapisan pelindung bagian dalam adalah cement mortar lining dan
diberi semprotan furnace cement.
 Sleeving yang terbuat bahan polyethylene yang berbentuk lembaran
film berwarna hitam

Tabel 3.5.6
Bahan-Bahan Pelapisan Pipa Baja dan Fitting
Lapisan Bahan Ketebalan
Pertama Meni besi Minimum dalam
keadaan Kering = 50
mikron
Kedua Cat dasar Dalam keadaan
kering = 50 mikron
Ketiga Dua lapis cat Dalam keadaan
terakhir kering = 50 mikron

3.5.7 Thrust Block


 Trust block diberikan pada semua percabangan pipa, bend, reducer, tee,
valve dan lain-lain dengan ukuran 2 inch dan lebih besar harus diberi trust
block, serta harus diletakkan sedemikian rupa untuk memudahkan
pemindahannya.
 Bahan harus dari beton kelas D = 200 kg/cm diletakkan pada tanah dengan
pondasi agregat setebal minimum 20 cm
 Ukuran thrust block ditunjukkan dalam gambar standar/typical kecuali jika
Direksi/Koordinator Daerah menentukan lain.

3.5.8 Pipa Driving


 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan driving sleeve dari beton
bertulang (concrete) dan diikuti dengan pemasukan pipa.

75
Spesifikasi Teknis
 Kedalaman bagian atas sleve yang dipancang minimum 2,00 meter
 Pada permukaan dasar ruang penembus dipasang pondasi batuan dengan
ketebalan 15 cm pada seluruh permukaannya.
 Pada pondasi batuan diberi lantai kerja dengan mutu beton kelas E dan
ketebalan 15 cm

3.5.9 Pekerjaan Beton


Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur agregat halus, agregat
kasar, air dan semen Portland atau bahan penguat hidrolis lain sejenis, dengan
atau tanpa bahan tambahan lainnya. (SK SNI S-36-1990-03)
1. Persyaratan material
 Semen
- Semen portland tipe I – V
- Semen portland-pozolan
- Semen tidak menggumpal, sweeping atau kantungnya rusak.
- Gudang tempat penimbunan harus baik dan tidak bocor.
 Agregat
Agregat harus memenuhi standard seperti dalam Tabel 3.5.9.a dan
Tabel 3.5.10.b
Tabel 3.5.9.a
Gradasi Agregat Halus
Batas % Berat Yang Lewat Ayakan
Ayakan Umum Khusus
(mm) Kasar Sedang Halus
10,00 100 -- -- --
5,00 89 – 100 -- -- --
2,36 60 – 100 60 – 100 65 – 100 80 – 100
1,18 30 – 100 30 – 90 45 – 100 70 – 100
0,60 15 – 100 15 – 54 25 – 80 55 – 100
0,30 5 – 70 5 – 40 5 – 48 5 - 70
0,15 0 -15 -- -- --

76
Spesifikasi Teknis
Tabel 3.5.10.b
Gradasi Agregat Kasar
% Berat Yang Lewat Ayakan
Ayakan Ukuran Nominal Agregat
(mm) 40 – 5 mm 20 – 5 mm 10 – 5 mm
50 100 -- --
37,5 89 – 100 100 100
20,0 35 – 70 85 – 100 90 – 100
10,0 10 – 40 0 – 25 50 - 85
5,0 0 –5 0–5 0 – 10

 Air
Persyaratan untuk air yang digunakan adalah :
- Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
yang dapat dilihat secara visual.
- Tidak mengandung garam, asam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
 Kandungan khlorida tidak lebih dari 50 ppm dan senyawa sulfat
tidak lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.
 Bahan tambahan
Bila digunakan tidak boleh menghasilkan beton yang kurang
padat, lebih berpori dan mempunyai struktur permukaan kurang
baik.
 Baja Tulangan
Jenis besi harus mempunyai tegangan leleh karakteristik 2400
kg/cm2.

2. Pengujian beton
Semua beton yang digunakan harus dilakukan pengujian slump test
dan test kadar lumpur.
3. Pemasangan tulangan baja
 Harus bebas kotoran, karat, minyak dan gemuk.

77
Spesifikasi Teknis
 Kawat ikat yang berkualitas besi lunak dan berdiameter 1 mm
digunakan untuk pengikatan tulangan.
4. Bekisting
 Tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah pergeseran
 Permukaannya harus halus dan rata.
5. Campuran Beton
Jumlah semen dalam 1 m3 beton struktur adalah sekurang-
kurangnya 340 kg dan untuk pondasi adalah 375 kg/m3 beton

3.5.10 Perlintasan Pipa (Jembatan Pipa)


 Pemasangan pipa yang melintasi saluran/sungai/kali harus sesuai dengan
gambar kecuali jika Direksi/Koordinator Daerah menentukan lain.
 Untuk lintasan dimana pipa tidak tertanam didalam tanah, pipa
GIP/GSP/steel/DCIP harus digunakan, sedangkan pipa PVC tidak
diperkenankan.
 Untuk pipa yang tertimbun dalam tanah dibawah saluran/jalan, pipa harus
diberi pelindung seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar.
 Batas konstruksi jembatan pipa adalah kedua ujung sambungan
flexible/bend.
1. konstruksi bangunan bawah
- Pembuatan lantai kerja dengan beton K 100.
- Tanah yang tidak sesuai untuk lapisan pondasi harus diganti
- Untuk pondasi pancang kepala pancang harus disiapkan kedalam
bangunan bawah sedalam 10 cm.
2. Perpipaan
Cincin pendukung harus terbuat dari besi baja dengan baja tahan karat.

3. Pengelasan
Pengelasan harus diuji dengan test radiographic atau yang setara.

78
Spesifikasi Teknis
3.5.11 Alat Ukur
Alat ukur yang biasa digunakan didalam pekerjaan air bersih adalah meter air
baik pada Pipa Transmisi maupun Pipa Distribusi, dengan ketentuan
yangberlaku untuk meter air sebagai berikut:
 Mempunyai kesalahan pengukuran maksimum 5 % dalam plus dan
minus.
 kehilangan tekanan pada kemampuan ukur nominal tidak boleh
melampaui nilai 25 kPa, dan kemampuan ukur maksimal tidak melampaui
100 kPa.
 harus mampu menahan tekanan 1600 kPa (16 Bar) selama 5 menit
tidak bocor atau basah.
 harus dilengkapi dengan alat penyetel untuk memperbaiki
hubungan antara debit yang ditunjukkan dan debit yang sebenarnya.
Pemasangan meter air :
1. Sebelum dipasang, pipa harus lakukan penggelontoran.
2. Meter air harus dipasang pada posisi horizontal, dan dilindungi dari udara
dingin, kerusakan dan benturan.
3. Sisi inlet dan outlet darimeter harus dipasang persis pada sumbu
memanjang pipa pelayanan.
4. Jalur pipa antara katup inlet dan outlet dan perlenkapan lainnya harus
cukup luas untuk memungkinkan pemasangan meter air dan accessories
lain yang diperlukan pada pemasangan meter air.
5. Meter air tidak boleh dipasang pada pipa yang bengkok karena akan
menyebabkan kerusakan pada meter air, terutama pada meter air dengan
gelang plastik dan dipasang terbuka.
6. Pada system ulir dari plastik hindari penggunaan kunci pipa pada badan
meter tersebut.
7. Pada system ulir dari plastik, rubber gasket harus dari bahan karet, dan
jangan dari fiber atau kulit.

79
Spesifikasi Teknis
Tabel 3.5.11
Bahan Pada Pemasangan Alat Ukur
Bahan Spesifikasi
Alat Ukur Sesuai Standar No. SK SNI S-01-1990-F
Accessories Alat Ukur Sesuai dengan jenis pipa dan standart
yang berlaku dui Indonesia
Beton Untuk Bangunan Standart Spesifikasi Beton Bertulang
Alat Kedap Air no. SK SNI S-36-1990-03

3.5.12 Pekerjaan Pemasangan Alat Pelengkap


1. Katup Udara (Air Valve)
Dipasang pada semua titik titik yang tinggi terutama pada pipa Transmisi.
2. Katup (Valve)
Pada pemasangan pipa, katup dan accessoriesnya dilakukan setelah
pengecoran beton lantai bak kontrol, dan sebagian pipa tertanam dalam dinding
bak kontrol.
3. Katup Penguras (Wash – Out)
 Harus dipasang pada semua titik terendah atau ujung pipa
 Tidak boleh dihubungkan ke suatu roil atau saluran benam yang
menyebabkan aliran kembali ke sistem perpipaan.
4. Bend
Bend digunakan untuk perubahan arah vertical dan horizontal yang mendadak
dan tidak dapat dihindari.
5. Penutupan Ujung Pipa
 Harus menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang digunakan,
missal :
- Pipa GIP/GSP: menggunakan blank flange (untuk flange joint), cap
untuk mechanical dengan konstruksi penguat sementara.
 Jika pekerjaan tidak diteruskan harus diberi konstrukasi penguat yang
permanen atau trust block dengan adukan 1 : 2 : 3.
 Material yang digunakan, harus bersih dan bebas dari minyak, ili, ter,
aspal atau bahan minyak pelumas lainnya.

80
Spesifikasi Teknis
 Jika air masuk kedalam parit galian, sebelum pemasangan pipa
dilanjutkan, maka tutup kedua ujung pipa jangan dibuka sebelum parit
galian dipompa sampai kering.
6. Bak Katup
 Konstruksi dari beton bertulang/pasangan
 Untuk dibawah trotoir, tutup manhole harus terbuat dari beton bertulang (pra
cetak).
 Pemutar katup harus dapat dioperasikan melalui strat pot yang dicor
didalam beton
 Untuk lokasi dibawah jalan digunakan tutup manhole dari ductile cast iron.
 Tutup manhole harus dapat menahan beban minimum beban maksimum
yang akan terjadi diatasnya.
 Tutup manhole harus dipasang dengan menggunakan baut dan mur
stainless.

81

Anda mungkin juga menyukai