Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PERATURAN UMUM

1. PERATURAN UMUM

1.1 UMUM

Apabila tidak ditentukan lain, peraturan yang berlaku dan mengikat seolah-olah disebutkan kata demi kata dalam
uraian dan syarat-syarat adalah :
 Algemene Voorwarden Van openbare Warken in Indonesia 28 Mei 1941 (AV – 1941)
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI – 2)
 Peraturan-peraturan umum dari Dinas Kesehatan Kerja
 Peraturan Perburuan Indonesia dan lain-lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat
 Pedoman Pumpling Indonesia 1979
 Peraturan Perusahaan Listrik Negara tentang In stalasi Listrik dan /Tenaga (NI – 2)
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI - 1982)
 Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (NI – 5)
Jika dalam uraian dan syarat-syarat ini terdapat penambahan dari peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan
pada pasal-pasal berikutnya, uraian dan syarat-syarat ini mengikat.
Kontraktor harus melaksanakan juga pekerjaan-pekerjaan atau bagian pekerjaan yang walaupun tidak jelas
disebutkan dalam uraian dan syarat-syarat serta gambar-gambar, tetapi masih berada dalam lingkup pekerjaan
berdasarkan kebiasaan yang berlaku dalam bidang pembangunan. Pelaksanaan pekerjaan tersebut harus
mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan Direksi/Koordinator Daerah di lapangan.

1.2 URAIAN DAN SYARAT-SYARAT, GAMBAR KERJA DAN PHOTO DOKUMENTASI

Uraian dan syarat-syarat ini serta gambar-gambarnya digunakan sebagai pedoman dasar dalam melaksanakan
pekerjaan ini.
Gambar-gambar detail merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari uraian dan syarat-syarat ini.
Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan uraian dan syarat-syarat ini maupun perubahan-perubahan yang
terjadi pada waktu pelaksanaan, pemborong diwajibkan mentaati keputusan Direksi/Koordinator Daerah.
Jika dalam gambar terdapat kekurangan penjelasannya atau perbedaan-perbedaan, pemborong diwajibkan
menanyakan pada Direksi/Koordinator Daerah serta membuat gambar-gambar pelengkap atas petunjuk-petunjuk
Direksi/Koordinator Daerah dan disahkan oleh Direksi/Koordinator Daerah. Tidak dibenarkan sama sekali bagi
pemborong untuk memperbaiki sendiri hal-hal tersebut diatas. Akibat kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemborong.

1.3 RENCANA KERJA

Sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus bersama-sama dengan Direksi/Koordinator Daerah
merundingkan rencana kerja dan rencana waktu pelaksanaan, segera setelah pelulusan pekerjaan.
Setelah disetujui maka dua exemplar cetakan rencana kerja dan waktu pelaksaan harus diserahkan kepada
Direksi/Koordinator Daerah dan satu exemplar harus berada di tempat pekerjaan.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dan pengiriman/penyediaan bahan/alat-alat, sesuai dengan rencana kerja
dan rencana waktu penyediaan bahan-bahan / alat-alat seperti tersebut pada ayat di atas. Rencana kerja ini akan
dipakai oleh Direksi/Koordinator Daerah sebagai dasar untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kelambatan pekerjaan dan prestasi pemborong.

1.4 KANTOR KONTRAKTOR DAN KANTOR DIREKSI/KOORDINATOR DAERAH, GUDANG DAN SARANA LAINNYA
1.4.1 Lokasi Kantor dan Gudang
Apabila diperlukan, Kontraktor wajib menyertakan denah yang menunjukan tempat yang diusulkan untuk
lokasi kantor, gudang atau rencana lainnya untuk disetujui oleh Direksi/Koordinator daerah.
1.4.2 Kantor Kontraktor Wakil Direksi/Koordinator Daerah, Gudang dan Bangunan Sementara
 Kantor untuk Kontraktor di Proyek dibuat oleh Kontraktor sendiri sesuai dengan kebutuhan personil di
lapangan.
 Kantor Kontraktor dan Kantor Direksi/Koordinator Daerah tersebut merupakan bangunan sementara
dengan lantai rabat beton diplester, konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup atap asbes
semen gelombang/seng, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk pengawasan dan pencahayaan.

Page 1 of 46
 Dalam kantor harus dipasangi dengan kabel untuk penerangan dan lampu listrik. Penerangan listrik
dilengkapi dengan lampu neon lengkap dengan difuser dan stop kontak yang cukup.
 Kantor harus disediakan air bersih terus menerus. Saluran drainase yang cukup harus disediakan
 Semua ruang kantor harus dilengkapi dengan perabotan seperti meja tulis, papan tulis (White baord),
lemari arsip, mistar gambar, lemari, keranjang sampah kertas, rak arsip, gantungan jas dan barang
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas lapangan.
 Bahan-bahan bangunan yang penting, misalnya PC, alat-alat dan sebagainya harus disimpan dalam
gudang yang dapat dikunci sehingga tidak akan mudah hilang atau rusak oleh pengaruh cuaca.
 Selama masa pembangunan / pelaksanaan pekerjaan, semua pemasukan dan pengeluaran barang
ke/dari proyek harus mendapat ijin terlebih dahulu dari Direksi/Koordinator Daerah.
 Kontraktor harus senantiasa memelihara kebersihan dan keamanan bangunan kerja, gudang berikut
inventarisnya.
 Bangunan sementara tersebut setelah pelaksanaan pekerjaan selesai dan apabila tidak diperlukan harus
dibongkar atas perintah Direksi/Koordinator Daerah.

1.5 BAHAN-BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Bahan-bahan bangunan, peralatan, perpipaan beserta accessoriesnya dan lain-lain yang disediakan oleh Pemberi
Tugas/Direksi/Koordinator Daerah dinyatakan pada daftar lampiran nomor.
Bahan-bahan dan peralatan lain diperlukan untuk pekerjaan yang tidak disediakan oleh Pemberi
Tugas/Direksi/Koordinator Daerah seperti tersebut diatas harus disediakan oleh pemborong.
Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh material yang akan dipakai untuk dimintakan persetujuan dari
Direksi/Koordinator Daerah dan tidak diperkenankan memesan / mengirim dahulu sebelum persetujuan diberikan.
Direksi/Koordinator Daerah akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar untuk
memeriksa/mencocokkan pengiriman-pengiriman selanjutnya.
Direksi/Koordinator Daerah berwewenang untuk meminta keterangan mengenai asal dan mutu bahan bangunan dan
lain-lain. Apabila dianggap perlu, Direksi atau Koordinator Daerah berhak menelitinya dengan mengirimkan contoh-
contoh ke Balai Penelitian Bahan-Bahan di Bandung. Segala ongkos yang bertalian dengan penelitian tersebut adalah
tanggung jawab pemborong.
Jika ada bahan-bahan yang ditolak oleh Direksi/Koordinator Daerah, Kontraktor diwajibkan untuk segera mengangkat
bahan-bahan tersebut keluar halaman pekerjaan atas perintah pertama dari Direksi/Koordinator Daerah selambat-
lambatnya dalam waktu 3x24 jam. Jika bahan-bahan yang sedang dikerjakan dan ternyata mengandung cacat, maka
bahan-bahan tersebut dianggap sebagai ditolak. Dalam hal ini pemakaian bahan-bahan tersebut harus segera
dihentikan dan bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut harus dibongkar.

1.6 ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT BANTU

Pada prinsipnya pemborong harus menyediakan alat kerja sendiri termasuk penyediaan air, penerangan, aliran listrik
dan sebagainya.
Disamping alat-alat yang diperlukan seperti tersebut di atas, Pemborong harus pula menyediakan alat-alat ukur
Theodolit dan water – pas untuk keperluan penentuan atau pemeriksaan letak dan tinggi bangunan/pipa/alat-alat lain
yang sedang dan akan dilaksanakan. Semua biaya pengukuran adalah menjadi tanggung jawab pemborong.
Dalam surat penawarannya, pemborong harus melampirkan daftar alat-alat yang disebut diatas. Kontraktor hendaknya
mencantumkan jumlah dan kapasitas dari masing-masing alat yang sesuai dengan scope pekerjaan yang akan
dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Daftar alat-alat yang dilampirkan dalam surat penawaran akan merupakan pula faktor pertimbangan untuk pemilihan
Pemborong.

1.7 PERSONALIA KONTRAKTOR

Kontraktor tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain di luar proyek ini kepada para wakil ataupun pelaksana-
pelaksananya.
Selama jam kerja, wakil atau pelaksana pemborong harus berada di tengah-tengah pekerjaan kecuali berhalangan atau
sakit.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, pemborong diwajibkan mengajukan bagan organisasi, lengkap dengan
nama dan alamat para karyawan utama.
Kontraktor hanya boleh mengerjakan staf/pekerja di lapangan yang bukan merupakan pembawa penyakit types, cholera
atau dysentry.

1.8 KECELAKAAN DAN KESEHATAN

Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung menjadi beban pemborong.


Sehubungan dengan ayat di atas, pemborong diwajibkan menyediakan kotak PPPK lengkap terisi menurut kebutuhan.

Page 2 of 46
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, pemborong diwajibkan menyediakan alat pemadam kebakaran. Antara lain
botol-botol pemadam kebakaran BCF/CO2, pasir dalam bak kayu dan / atau karung, galah-galah secukupnya serta
pemeliharaannya.
Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawannya, dan juga harus menyediakan Toilet/WC umum.

Sejauh tidak disebutkan dalam uraian dan syarat-syarat ini,maka semua ketentuan umum lainnya dan dikeluarkan oleh
jawatan/instansi pemerintah cq.undang-undang keselamatan kerja dan lain sebagainya, termasuk semua
perubahan/tambahan hingga kini tetap berlaku.

1.9 PENGAMANAN
Setelah pemborong mendapatkan batas-batas daerah kerja dan lain-lain sebagainya, maka pemborong bertanggung
jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya mengenai :

a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang sengaja ataupun tidak.


b. Penggunaan sesuatu yang keliru.
c. Kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.

Terhadap semua kejadian-kejadian yang disebut di atas, pemborong harus melaporkan kepada Direksi/Koordinator
Daerah dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
Untuk mencegah kejadian di atas, pemborong diizinkan mengadakan pengamanan antara lain penjagaan,
penerangan pada malan hari dan sebagainya.
1.10. TUNTUTAN TERHADAP KERUSAKAN
Setiap kerusakan yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dikerjakan pemborong yang tidak termasuk dalam lingkup
kontrak, harus diperbaiki dan dikembalikan pada keadaan semula oleh pemborong. Biaya perbaikan tersebut menjadi
tanggung jawab pemborong.

1.11. PEMBUANGAN AIR SISA


Segala jenis aliran air, air buangan, air apapun juga yang ada sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan yang
sifatnya sementara harus dibuang menurut cara-cara pembuangan yang telah ditentukan Direksi/Koordinator Daerah,
pejabat-pejabat ataupun orang-orang yang terkena akibat air tersebut. Semua biaya pembuangan air ini menjadi
tanggung jawab pemborong.
1.12. KEBERSIHAN LAPANGAN
Kontraktor harus mengusahakan agar keadaan lapangan tetap bersih, tidak ada sisa-sisa material atau sampah yang
berserakan. Setelah penyempurnaan pekerjaan maka segala bahan-bahan sisa, sampah-sampah dan konstruksi
sementara harus dikeluarkan dari lapangan, sehingga keadaan lapangan kembali seperti keadaan semula.
1.13. RAMBU-RAMBU LALU LINTAS
Bila pelaksanaan pekerjaan berhubungan dengan lalu lintas umum, maka pemborong harus memasang tanda-tanda
lalu lintas yang harus disetujui dahulu oleh Direksi/Koordinator Daerah demi keselamatan lalu lintas.
1.14. T E S T
Kontraktor sudah harus memperhitungkan segala biaya untuk pengetesan bahan dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai
dengan uraian dan syarat-syarat ini.
1.15. UKURAN DAN PEIL
Ukuran dapat dilihat dalam gambar-gambar detail, sedangkan ukuran lainnya yang belum terdapat dalam gambar
harus dirundingkan dengan Direksi/Koordinator Daerah.

Peil Dasar/Induk (Reference Point) akan ditentukan dan diberikan oleh Direksi/Koordinator Daerah lapangan.
Kontraktor harus membuat patok-patok beton yang permanen di sekitar tempat pekerjaan untuk memudahkan
pengukurannya. Biaya pematokan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

Pematokan yang diperlukan untuk menentukan letak pekerjaan-pekerjaan yang tepat berdasarkan gambar/petunjuk
Direksi/Koordinator Daerah harus dilakukan pemborong dan biaya pematokan tersebut menjadi tanggung jawab
pemborong.
Setelah pekerjaan dan pematokan selesai dan disetujui Direksi/Koordinator Daerah, pekerjaan selanjutnya baru boleh
dimulai.

Page 3 of 46
Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain tiap bagian pekerjaan dan segera
melaporkan kepada Direksi/Koordinator Daerah setiap terdapat perbedaan ukuran/selisih, untuk mendapatkan
keputusan perbaikannya. Tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan
Direksi/koordinator Daerah.
Pengukuran sudut hanya boleh dilakukan dengan alat ukur Theodolite. Pengukuran siku dengan benang menurut
Pytagoras hanya boleh dilakukan untuk bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan Direksi/Koordinator
Daerah.

Papan bangunan (Bouwplank) harus dipasang pada patok-patok kayu yang terpancang di dalam tanah, sehingga
tidak berubah dan bergerak. Setelah selesai pemasangan, pemborong harus melaporkannya kepada
Direksi/Koordinator Daerah untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya dilaksanakan.

Hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. Adanya pengawasan dari Direksi/Koordinator
Daerah tidak mengurangi tanggung jawab tersebut.

Page 4 of 46
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PEKERJAAN SIPIL

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PEKERJAAN SIPIL


2.1 PEKERJAAN TANAH
1) Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan, walaupun tidak jelas disebutkan dalam uraian dan
syarat-syarat ini harus juga dilaksanakan oleh Kontraktor dengan baik sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi/Koordinator Daerah.
2) Pekerjaan tanah yang harus dilaksanakan pada garis besarnya meliputi ;
 Pembersihan lapangan
 Pekerjaan galian
 Pekerjaan penimbunan
 Pekerjaan pemadatan
 Pembuangan tanah sisa galian
3) Semua peralatan yang umum diperlukan untuk pekerjaan tanah meliputi :
 Jack Hammer untuk tanah keras / berbatu
 Pompa – pompa air untuk tempat yang berair
 Penumbuk untuk memadatkan dan lain-lain (mekanis ataupun manual)
Harus disediakan oleh pemborong dalam jumlah yang cukup dan digunakan pada tempat yang membutuhkan.

2.2 PEMBERSIHAN LAPANGAN

Tempat pekerjaan harus bersih dari semak-semak dan rintangan-rintangan lainnya, sedangkan pohon-pohon atau
pagar hidup tidak boleh ditebang atau disingkirkan kecuali yang ada dalam batas penggalian atau yang jelas diberi
tanda gambar bahwa pohon/pagar hidup tadi harus disingkirkan. Bila disebabkan oleh satu hal pemborong harus
melakukan penebangan, maka pemborong harus meminta izin/petunjuk terlebih dahulu dari Direksi/Koordinator
Daerah.

2.3 PEKERJAAN GALIAN


2.3.1 semua penggalian yang dilakukan secara mekanis harus dihentikan pada batas 10 cm sebelum kedalaman
yang ditentukan, pekerjaan selanjutnya harus dikerjakan dengan tangan.
2.3.2 Bilamana kedalaman galian ternyata lebih dalam dari batas yang ditentukan maka bagian ini harus ditimbun
kembali dengan bahan yang akan ditentukan oleh Direksi/Koordinator Daerah. Bahan pengisi tersebut dapat
berupa tanah urug, pasir padat atau beton tumpuk. Biaya-biaya tambahan akibat penggalian yang lebih ini
menjadi tanggung jawab pemborong.
2.3.3 Bidang-bidang dasar dan dinding galian dimana konstruksi akan dibuat langsung diatas/pada bidang
dasar/dinding tersebut, harus dikerjakan dengan tepat mengikuti garis-garis kedalaman/kemiringan yang
ditentukan dan bilamana diminta oleh Direksi/Koordinator Daerah harus disiram dan dipadatkan baik-baik
dengan alat-alat yang tepat sehingga di dapat suatu bidang (Dasar/dinding) yang padat dan kokoh.
2.3.4 Apabila pada waktu penggalian dijumpai lapisan tanah yang tidak sesuai untuk dasar pondasi, maka atas
petunjuk Direksi/Koordinator Daerah lapisan tanah tersebut harus dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan
yang sesuai dan dipadatkan dengan baik lapis demi lapis Q= 15 cm.
2.3.5 Bidang-bidang dasar tanah pondasi harus dijaga tetap kering, rata dan kokoh. Untuk itu, bila dasar pondasi
direncanakan tidak pada lapisan keras/batuan, maka penggalian harus ditunda minimal 20 cm sebelum
mencapai batas galian yang ditentukan, kecuali pekerjaan dasar pondasi (Urugan pasir dan lantai kerja) dapat
dikerjakan seluruhnya segera setelah penggalian mencapai kedalaman yang ditentukan. Tanah pondasi yang
menjadi berlumpur karena alasan apapun harus segera diperbaiki dengan mengeluarkan lumpur tersebut dan
mengganti/mengisi kembali dengan bahan yang ditentukan Direksi/Koordinator Daerah dan dipadatkan baik
lapis demi lapis @ = 15 cm.
2.3.6 Bila dipandang perlu Direksi/Koordinator Daerah dapat memerintah untuk melengkapi lubang galian yang
akan/sedang dibuat dengan turap penahan untuk mencegah kelongsoran-kelongsoran yang mungkin terjadi.
Turap-turap ini harus direncanakan sedemikian rupa sehingga keamanan pekerja-pekerja cukup terjamin.
Persetujuan yang diberikan Direksi/Koordinator Daerah untuk penggunaan jenis bahan dan konstruksi tertentu
tidak membebaskan pemborong dari akibat yang mungkin terjadi sewaktu panggilan. Semua pekerjaan
penggalian sedapat mungkin dikerjakan dengan keadaan kering. Bila diperlukan bendungan darurat, maka
konstruksi bendungan harus cukup kokoh dan rapat untuk mencegah masuknya air. Pompa harus disediakan
secukupnya dan digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi/koordinator Daerah.
2.3.7 Lapisan keras/batuan yang akan menjadi dasar pondasi harus dibersihkan dari tanah, kotoran-kotoran dan
bagian yang lepas. Celah-celah dan retakan-retakan harus diisi dengan adukan pondsi nantinya. Dalam hal
demikian pekerjaan pondasi dapat langsung dikerjakan di atas lapisan tersebut, tanpa lantai kerja.

Page 5 of 46
2.3.8 Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah hasil galian. Sedikitnya
sebelum pekerjaan ditinggalkan, sekeliling lubang galian dalam jarak minimum 3 m harus bersih dari timbunan
tanah.

2.4 PEKERJAAN PENIMBUNAN


2.4.1 Pekerjaan penimbunan baik dengan tanah hasil galian ataupun dengan bahan yang didatangkan dari luar
harus dikerjakan lapis demi lapis dan tiap lapis harus dipadatkan baik-baik. Tebal maximum tiap lapis harus
disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang digunakan, secara umum tebal tiap lapis tidak boleh lebih
dari 30 cm.
2.4.2 Bahan timbunan yang akan digunakan harus mendapatkan persetujuan Direksi/Koordinator Daerah terlebih
dahulu. Bahan ini dapat berupa tanah hasil galian ataupun bahan yang didatangkan dari luar berupa tanah
liat, pasir urug, ataupun tanah urug biasa. Dalam hal-hal tertentu digunakan campuran antara pasir dengan
kapur sebagai bahan timbunan.

2.5 PEKERJAAN PEMADATAN


2.5.1 Cara-cara dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan harus disesuaikan dengan jenis dan
letak dari tanah yang akan dipadatkan. Untuk pemadatan ringan dapat digunakan Portable soil Compactor.
Penggunaan alat-alat penumbuk konvensional dengan berat 15-20 kg hanya dapat digunakan dalam hal-hal
tertentu dengan persetujuan Direksi/Koordinator Daerah. Pemadatan tanah/pasir harus selalu disertai dengan
penyiraman secukupnya untuk mencapai kepadatan optimal.
2.5.2 Tempat-tempat yang berair harus dikeringkan dahulu sebelum dilakukan pemadatan. Lumpur-lumpur yang
terjadi akibat genangan air harus dikeluarkan dan diganti dengan tanah/ bahan lain yang disetujui
Direksi/Koordinotor Daerah.

2.6 PEMBUANGAN TANAH SISA GALIAN


Tanah sisa galian yang tidak dipakai harus diangkut dan dibuang terutama di tempat-tempat di sekitar pekerjaan.
Tanah ini harus diratakan baik-baik sehingga tidak mengganggu aliran air ataupun menimbulkan gangguan-gangguan
lain di daerah sekitarnya.

2.7 PEKERJAAN ANSTAAMPING


A. Umum

Pekerjaan ini mencakup pemasangan batu kososng pada dasar pondasi yang telah disipakan sebagaimana
ditunjukan dalam gambar.

B. Persyaratan Bahan
Batu

a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila
perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang
bersama-sama.

C. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Lubang galian pondasi sudah disetujui oleh direksi pekerjaan.


2. Lubang galian harus terbebas dari material organik lainya dan telah dihampar pasir dengan ketebalan 10
Cm.
3. Batu harus ditanamkan secara kokoh pada dasar galian pondasi yang telah disiapkan dan dipadatkan
sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan
batu kosong yang diperlukan.
4. Celah-celah antar batu dapat diisi sebagaian dengan batu biji atau batu-batu kecil Dan atau pasir
sedemikian sehinnga sisa dari rongga-rongga tersebut harus terisi dengan campuran sampai padat dan
rapih.

D. Pengajuan Kesiapan Kerja

1. Untuk setiap pekerjaan Anstamping yang dibayar menurut Pasal ini, sebelum memulai pekerjaan, Penyedia
Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang melintang yang menunjukan
permukaan yang telah disiapkan untuk pemasangan batu kosong/anstamping.
2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, metode kerja dari pelaksanaan Pasangan
Anstamping.

Page 6 of 46
2.8 PEKERJAAN PONDASI

1. Umum

Pekerjaan ini mencakup pembuatan Pondasi sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan,
galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

2. Persayaratan Bahan

1. Batu
a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila
perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang
bersama-sama.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15
cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah
kali lebarnya.
2. Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya
dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971

3. Semen
a) Semen yang digunakan haruslah dari jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85. Terkecuali
diperkenankan oleh direksi pekerjaan, penggunaan bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat dipergunakan
dalam proyek.
4. Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari
bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan;
dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di
atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat
tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi

A. Persayaratan Galian
 Semua pekerjaan pasangan pondasi baru boleh dikerjakan bila galian tanah pondasi sudah diperiksa
dan disetujui oleh direksi.
 Sebelum pekerjaan pondasi dimulai, lubang-lubang galian harus kering, bersih dan memiliki
kepadatan yang memadai.
 Pada bagian dasar galian pondasi harus terlebih dahulu diurug dengan pasir dengan ketebalan 10
cm, kemudian dipasang batu kosong/anstmping dari batu kali/gunung tebal 20 cm. Lebar urugan
pasir dan pasangan batu kosong/anstampin disesuiakan dengan gambar detail.

B. Persayaratan Campuran

 Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampur
adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata, kemudian air
ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang
diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari
proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan. Adukan
semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang.

Page 7 of 46
 Pasangan pondasi batu gunung/batu Kali ini dibuat dengan adukan spesies 1pc : 3psr
 Setinggi 20 cm dibawah sloof pasangan pondasi dibuat dengan adukan 1pc : 3psr dan diberi angker
double untuk mengikat sloof dengan pondasi dengan jarak tiap 1,5 m menggunakan besi beton 12 Ø
mm

C. Pemasangan Batu Gunung/Kali


 Batu/kali/gunung yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan dari kotoran
dan tanah yang mengandung bahan organis atau lempung atau bahan terkontaminasi lainya dan
telah dibasahi sampai merata sebelum adukan semen di tempatkan. Air yang tergenang pada
permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan semen.
 Landasan Adukan semen diletakan diatas permukaan anstamping dan disebar merata, dengan
ketebalan paling sedikit 3 cm, harus dipasang pada pondasi yang telah disiapkan sesaat sebelum
penempatan masing-masing batu pada lapis pertama. Batu besar pilihan harus digunakan pada
lapis pertama/dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindari
pengelompokan batu yang berukuran sama.
 Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus
dipasang sejajar dengan muka didnding dari batu yang terpasang.
 Landasan yang akan menerima juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus
disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang. Tebal dari landasan
adukan harus rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk
menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh
 Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk pemasangan batu yang lebih besar dari
ukuran yang tidak bisa ditangani oleh dua orang. Menggelinding atau menggulingkan batu pada
pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
 Banayaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dbatasi sehingga
batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau
lepas seelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar dan
adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang kembali dengan adukan baru
 Semua bidang permukaan pondasi bagian luar diatas tanah yang kelihatan harus
diplester/diberaben dengan adukan 1pc : 3psr kemudian diaci dengan saus semen sampai
kedalaman minimal 15 cm dibawah permukaan tanah asli.

D. Pekerjan Akhir Pasangan Pondasi Batu Kali

 Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan pekerjaan,
tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.
 Permukaan yang telah selesai harus dirawat Segera setelah pemasangan, Pasangan Pondasi harus
dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Pasangan
pondasi harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan pasangan batu.
 Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang tidak lebih
dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali harus
dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

E. Ketentuan Lubang dan Delatasi


 Pada ruang yang menghedakai adanya lubang untuk instalasi air bersih atau air kotor atau saluran
pipa, ke saluran pembuangan yang berhubungan dengan Dinding dari pasangan batu harus
dilengkapi dengan lubang. Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, lubang dibuat dari pipa PVC tebal 5 mm dengan diameter 100 mm.
 Pada pondasi dengan model dena yang memyngkinkan adanya pemisahan struktur, maka delatasi
harus dibentuk dengan lebar 30 mm dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang
digunakan untukpembentukan sambunagnharus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk
sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan.
 Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan yang berbutir kasar dengan gradasi menerus
yang dipilih sedemikian sehingga tanah yang ditahan tidak dapat bergeser dan menjadi pondasi
untuk lantai diatasnya.

Page 8 of 46
2.9 PEKERJAAN BETON
2.9.1 U m u m
 Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Peraturan
Beton Indonesia (P. B. I., NI-2 1971). Kontraktor harus melaksanakan pekerjaannya dengan ketetapan
dan ketelitian yang tinggi menurut spesifikasi, gambar-gambar kerja dan instruksi-instruksi
Direksi/Koordinator Daerah.
 Direksi/Koordinator Daerah berhak untuk memberikan/mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
pemborong. Pengawasan Direksi/Koordinator Daerah tidak membebaskan pemborong dari tanggung
jawabnya atas kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan / penyimpangan dalam pelaksanaan.
 Semua pekerjaan yang tidak baik atau tidak memenuhi spesifikasi ini harus dibongkar dan
diganti/diperbaiki atas biaya pemborong.
 Semua material harus mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi syarat-syarat P.B.I 1971.

2.9.2 Ma terial
a. S e m e n
 Semen yang digunakan adalah jenis Portland cement yang harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dlam NI – 8, 1972. Semen harus diperoleh dari satu pabrik yang telah disetujui
Direksi/Koordinator Daerah dan dikirimkan ke tempat pekerjaan dengan kantong tersegel dan utuh. Bila
karena sesuatu hal terpaksa harus menggunakan semen dari pabrik lain harus mendapat persetujuan
lebih dahulu dari Direksi/Koordinator Daerah.
 Bila Direksi/Koordinator Daerah menganggap perlu, pemborong harus mengirimkan surat pernyataan dari
pabrik yang menyatakan type, kwalitasi semen beserta manufacturers test certificate yang menyatakan
memenuhi semua syarat yang ditentukan dalam NI – 8. Sementara yang menggumpal, sweeping atau
kantongnya robek/rusak ditolak untuk digunakan.
 Gudang tempat penimbunan semen harus cukup baik, tidak bocor dan tidak luas sehingga penimbunan
semen dapat diatur denganbaik. Semen di dalam kantong tidak boleh disusun lebih dari 2 meter tingginya
dan bagian bawah berada minimum 30 cm di atas lantai. Penempatan harus sedemikian rupa sehingga
semen lama dapat digunakan terlebih dahulu.

b. Agregat
 Agregat yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat percobaan yang tercantum dalam P.B.I – 1971
Bab 3 ayat 3.3, 3.4 dan 3.5.
 Agregat harus memenuhi pasir alam yang bersih, bebas dari lumpur, jasad organik, garam, alkoli dan
butir-butir uang lunak.di samping itu pasir harus tajam/kasar, keras dan tidak mengandung bahan –
bahan yang merugikan beton sampai batas maximum 5% berat. Kadar lumpur dari pasir tidak boleh
melebihi 4% (terhadap berat kering) dan jika melebihi agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan.
 Agregat kasar dapat berupa kerikil alam atau crushed stones yang mempunyai gradasi yang baik, Keras,
padat tidak berpori dan bersifat kekal, tidak pecah/hancur karena pengaruh cuaca. Kadar lumpur dalam
agregat kasar tidak boleh lebih dari 1% dan jika lebih agregar harus dicuci lebih dahulu sebelum
digunakan. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 2,5 cm, dan tidak lebih dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
 5 (Lima) minggu sebelum pengecoran dimulai sample yang telah diambil dengan ukuran tertentu, type
tertentu, ditest sesuai dengan percobaan yang tercantum dalam P.B.I 1971. Dari hasil-hasil ini
pemborong mengambil contoh-contoh yang representatif untuk diambil grading analysisnya. Bila agregat
yang disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah telah terpilih, pemborong harus menjaga agar semua
pengiriman material selanjutnya mempunyai kualitas dan grading yang sama selama pekerjaan.
 Percobaan-percobaan selanjutnya untuk menentukan kebersihan dan grading dari material-material
harus dibuat paling sedikit satu percobaan untuk setiap pengiriman 25 ton.
 Agregat halus dan kasar diangkut dan disimpan terpisah, dan harus dicegah terjadinya degradasi dari
berbagai ukuran partikel. Stock ples harus dibentuk diatas platfom dari beton dan atau kayu keras yang
disetujui. Agregat harus dijaga kebersihannya dan bebas dari material-material lain. Tempat yang cukup
harus disediakan unutk menjamin tersedianya kedua macam agregat tersebut selama pekerjaan
berlangsung.

c. A i r
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam. Alkali, garam, bahan-
bahan organis dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

d. Bahan pencampur / admixture


 Penggunaan admixture pada campuran beton tidak diizinkan kecuali dengan persetujuan tertulis dari
Direksi/Koordinator Daerah.

Page 9 of 46
 Untuk itu pemborong harus telah membuat percobaan-percobaan perbandingan berat dan WC ratio
dengan penambahan admixture tersebut. Hasil dari cruishing test kubus-kubus berumur 7,14 dan 28
hari (dari laboratorium berwenang) harus dilaporkan kepada Direksi/Koordinator Daerah untuk dapat
disetujui.
2.9.3 Mutu beton
Mutu beton yang digunakan adalah K-175, K 225
Beton untuk lantai kerja campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr.
Mutu baja tulangan yang digunakan adalah U-24

2.9.4 Rencana Campuran Beton (Concrete mix Design)


 5 (lima)minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, pemborong harus membuat design
procedur dan preliminary test atas biaya sendiri untuk mendapatkan mutu seperti yang disyaratkan.
Campuran harus menggunakan perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil dan air.
 Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat 4.6 dan dievaluasi kekuatan
karakteristiknya menurut ayat 4.5
 Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kwalitas dari semen dan / atau agregat diganti, maka harus
dicari lagi campuran yang baru, sehingga tetap memenuhi syarat, sesuai ayat 2 di atas.
 Jumlah semen dalam 1 m3 beton strukturil harus sekurang-kurangnya 340 kg, dan untuk pondasi,
reservoir dan luifel atap jumlah minimum tersebut adalah 375 kg/m 3 beton.

2.9.5 Pegujian Beton dan Peralatannya


 Kontraktor harus menyediakan tenaga dan alat-alat kerja untuk melakukan semua test di lapangan pada
beton dan material untuk beton seperti yang tercantum dalam PBI 1971 atau sesuai dengan
diperintahkan oleh direksi/Koordinator Daerah. Kontraktor harus menyediakan alat dan tempat untuk
melakukan percobaan berikut
- Slump test
- Test specciments
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
- Test kadar lumpur
Kontraktor juga harus menyediakan peralatan untuk menentukan moisture content dari agregat halus,
timbangan dan lain alat yang diperlukan.
 Pengujian slump agregat segera setelah beton keluar dari mixer maksimum 5 cm dan maximum 10 cm
untuk campuran dengan batu pecah (Crushed Stones).
 Kontraktor harus membuat dan mengangkut semua test specimens ke laboratorium yang
ditentukan/disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah untuk dilakukan compession test pada 7 hari, 14
hari, dan 28 hari. Setiap kubus harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor kode dan hari
pembuatan, bersama-sama dengan satu tanda dari bagian pekerjaan mana sample diambil. Sistem dari
pengukuran dan pemadatan dari kubus akan ditentukan oleh Direksi/Koordinator Daerah.
 Kontraktor harus mencatat secara lengkap hasil-hasil semua test, dan dilaporkan/diserahkan kepada
Direksi/Koordinator daerah secara rutin.

2.9.6 Baja Tulangan


 Baja tulangan harus bebas dari debu, karat,minyak, gemuk, serpihan-serpihan kayu dan kotoran lain
yang dapat mengurangi pelekatannya pada beton. Bila dianggap perlu oleh Direksi/Koordinator Daerah
tulangan harus disikat atau dibersihkan dengan cara lain sebelum dipergunakan. Pengecoran tidak boleh
dilaksanakan sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah. Bilamana
terjadi kelambatan/penundaan dalam pengecoran maka pembesian dibersihkan/diperbaiki lagi.
 Baja tulangan (besi beton) harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama berlangsung tidak akan
berubah tempat (bergeser). Semua persyaratan seperti yang tercantum dalam PBI bab 5 harus dipenuhi.
Pengikat penulangan dilakukan dengan kawat ikat yang berkualitas besi lunak dengan ukuran diameter
lebih dari 1 mm. tulangan harus betul-betul bebas dari acuan dan / atau lantai kerja dengan cara
menempatkan ganjal-ganjal beton (Precast mortar spacing blok) dan mengikatkan pada tulangan baja.
Sengkang (beugel) haru sdiikat pada tulangan utama, sedang jarak antara harus sesuai dengan gambar.
 Sambungan batang tulangan dengan pengelasan tidak diizinkan. Sambungan-sambungan tulangan harus
mengikuti syarat-syarat yang terdapat dalam PBI bab 8 dan ketentuan dalam gambar.
 Mutu dari baja tulangan harus mengikuti syarat-syarat dari PBI bab 3.7. jenis besi U-24 ini mempunyai
tegangan leleh karakteristik 2400 kg/cm2 dan pada percobaan lengkung 188 derajat tidak memperlihatkan
tanda-tanda getas atau kelemahan lainnya. Untuk mendapatkan jaminan akan kwalitas besi yang
digunakan, maka disamping adanya certificate dari supplier juga harus dimintakan certificate dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum 2 contoh.
 Percobaan stress strain dan pelengkungan 1800 untuk setiap 20 ton besi dan setiap ukuran diameter
baja.

Page 10 of 46
 Semua tulangan harus dibengkokan dengan bentuk dan ukuran sepeti tercantum dalam gambar srta
mengikuti syarat-syarat dalam P.B.I dan diletakkan sesuai dengan gambar dan dengan memperhatikan
selimut beton yang tetap. Tulangan tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan dengan cara yang dapat
mengakibatkan kerusakan material.
 Kontraktor harus mengusahakan agar ukuran besi yang dipasang adalah sesuai gambar. Dalam hal
terdapat kesulitan untuk mendapatkan besi dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar maka dapat
dilakukan penukaran ukuran diameter besi yang terdekat atau dengan kombonasi, dengan catatan ;
- Besi pengganti bermutu sama
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar, dlam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas penampang.
- Panjang overlapping sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang dapat menyulitkan
pembetonan ataupencapaian vibrator.

2.9.7 A c u a n (Bekisting)
 Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah pergeseran atau perubahan
penyangga. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung. Sambungan
pada bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal.
 Tiang-tiang penyangga yang vertikal untuk semua bekisting harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya kerusakan, over stress dan pergeseran
tempat pada bagian kontruksi yang dibebani. Struktur tiang penyangga harus benar-benar kuat dan kaku
menunjang berat sendiri dari beban-beban yang berada di atasnya selama pelaksanaan.
 Kecuali diterangkan lain dalam gambar, bekisting untuk semua balok dan plat lantai dilaksanakan dengan
menggunakan anti lendut ke atas sebagai berikut : semua balok dn plat lantai sebesar 0,2 % lebar
bentang pada tengah bentang. Semua balok dan plat cantilever 0,4% dari bentang, dihitung dari ujung
bebas.
 Sebelum dipergunakan kembali semua bekisting harus dibersihkan dahulu untuk menghindari
kemungkinan terjadinya keropos atau cacat pada beton. Segera sebelum beton dicor, bagian dalam dari
bekisting harus dibersihkan dari semua material lain termasuk air.
 Setiap bagian dari bekisting harus diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi/Koordinator Daerah sebelum
pengecoran beton dilakukan.
 Sebelum pemasangan besi tulangan, bekisting untuk beton yang tidak diplester lagi (exposed concrete)
harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. Sedangkan bekisting untuk
beton biasa harus dibasahi air dengan seksama segera sebelum beton dicor.
 Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi, pada tepi bawahnya harus
dibuatkan bukaan pada kedua sisi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada
dasar kolom/dinding tersebut. Setelah kebersihannya diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Koordinator
Daerah, bukaan ini boleh ditutup kembali.
 Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban
rencana dengan adanya pembongkatan tiap bagian bekisting atau penyangga berada di pihak
pemborong.
 Waktu minimal dari saat sesuainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran bekisting dari
bagian-bagian struktur adalah sebagai berikut :

Bagian Struktur Waktu min.Pembongkaran bek.(hari)


o Sisi balok dn dinding 3
o Penyangga plat lantai 21
o Penyangga balok 21

2.9.8 Pembuatan Beton dan peralatannya.


 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas pembuatan campuran beton yang baik uniform dan
memenuhi syarat-syarat ini, pemborong harus menyediakan dan menggunakan mesin pencampur beton
(beton molen) yang baik, dan volumetric sistem untuk mengukur air dengan tepat.
 Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus dengan
persetujuan Direksi/Koordinator Daerah. Pencampuran material-material harus dengan perbandingan
berat.
 Sebelum mengaduk beton, bagian dalam gentong pengaduk harus bersih dari sisa beton dan kotoran-
kotoran lainnya. Pengadukan dilakukan terus-menerus selama 2,5 menit setelah semua material,
Page 11 of 46
termasuk air, dimasukan dalam gentong pengaduk. Mesin pengaduk harus berputar pada kecepatana
tetap yaitu : 70 putaran / menit. Mesin pengaduk tidak boleh diisi melebihi kemampuannya. Seluruh
adukan harus dikeluarkan sebelum material untuk adukan berikutnya dimasukkan.
 Pencampuran kembali beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tidak diizinkan, demikiannjuga
penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan tidak
diperkenankan sama sekali.
 Pengadukan dengan tangan hanya diperkenankan pada keadaan darurat dan segera dilaporkan pad
Direksi/Koordinator Daerah untuk diketahui dan mendapatkan persetujuannya. Pengadukan dengan
tangan terbatas sampai 0,2 m3 dan dikerjakan pada tempat pengadukan yang betul-betul rapat air.

2.9.9 Pengangkutan dan Pengecoran Beton


 Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum Direksi/Koordinator Daerah memeriksa dan menyetujui
bekisting (form Eork), tulangan, angker-angker dan lain-lain, di mana beton akan dicor. Tempat dimana
beton akan dituang harus bebas dai segala macam kotoran, serpihan-serpihan kayu dan genangan air.
 Isi dari mixer yang dikeluarkan pada satu operasi yang continuous harus diangkut tanpa menimbulkan
degradasi. Beton harus diangkut dengan alat pengangkut yang bersih dan kedap air dan cara
pengangkutannya tersebut telah mendpatkan persetujuan Direksi/Koordinator Daerah.
 Alat-alat dan tempat yang digunakanuntuk pengangkutan beton harus dibersihkan dan dicuci bila
pekerjaan berhenti lebih lama dari 30 menit dan pada akhir pekerjaan.
 Semua campuran beton ditempat pekerjaan harus sudah dicor dan dipadatkan pada tempatnya dalam
waktu 40 menit setelah penuangan air ke dalam mixer.
 Beton pada umumnya tidak boleh dijatuhkan bebas/dituangkan dari ketinggian lebih besar dari 1,5 m.
pengecoran harus dilaksanakan dengan menghindari timbulnya degradasi. Beton harus diletakkan dalam
lapisan tidak boleh lebih dari 60 cm tebalnya dan dipadatkan sesuai dengan ketentuan di bawah.
Pengecoran dari satu/bagian dari pekerjaan harus dilaksanakan dengan satu operasi yang continous
atau sampai Construction Jinot tercapai.
 Beton, acuan dan penulangannya tidak boleh diganggu selama lebih kurang 24 jam setelah pengecoran
kecuali dengan izin Direksi/Koordinator Daerah. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari
kecuali dengan izin dari Direksi/Koordinator Daerah. Izin ini tidak diberikan bila sistim lampu kerja yng
digunakan pemborong belum disetuji Direksi/koordinator daerah.
 Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan konstruksi.
Bila siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana maka tempat-tempatnya
harus disetujui Direksi/Koordinator daerah.

2.9.10 Pemadatan beton


 Beton harus dipadatkan keseluruhannya dengan mechanical vibrator yang dikerjakan oleh orang-orang
yang berpengalaman. Pekerjaan beton telah selesai harus bebas dari lubang-lubang dan keropos-
keropos (Honey combing).
 Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan frekwensi tidak kurang dari 6000
cycless/menit. Harus dihindarkan penggetaran yang berlebihan (over vibration). Penggetaran tidak boleh
dikenakan pada tulangan-tulangan, terutama tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.
 Kontraktor harus menyediakan paling sedikit satu vibrator cadangan untuk mengganti yang rusak pada
waktu sedang dipakai.

2.9.11 Perlindungan Terhadap Cuaca


 Pada waktu panas bagian yang telah dicor harus dilindungi dengan penutup-penutup yang basah dan
berwarna muda atau dengan memercik air.
 Tidak diperkenankan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton yang baru dicor harus dilindungi dari
curahan hujan.
 Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang terkena hujan harus diperiksa,
diperbaiki dan dibersihkan dahulu dari beton yang tercampur atau terkikis air hujan. Pengecoran
selanjutnya harus mendapat izin Direksi/Koordinator Daerah terlebih dahulu.

2.9.12 Perawatan
 Perawatan pendahuluan dari bidang permukaan beton yang kelihatan harus segera dilakukan setelah
bidang permukaan beton tersebut cukup keras untuk menghindari kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan
terus-menerus dibuat basah dengan cara menggenangi (ponding), atau bila tidak mungkin dapat
menggunakan goni-goni basah untuk menutupnya.

Page 12 of 46
 Perawatan harus terus-menerus dilakukan sampai sekurang-kurangnya 7 hari atau menurut petunjuk
Direksi/Koordinator Daerah.
 Bidang-bidang cetakan harus selalu dibasahi selam perawatan. Bila cetakan dibuka dalam masa
perawatan maka bidang perawatan beton yang kelihatan harus dirawat dengan cara seperti di atas.

2.9.13 Penyelesaian Bidang-bidang Beton


 Bidang-bidang permukaan beton yang tidak terlihat setelah pekerjaan selesai, tidak perlu diplester. Hanya
bagian-bagian yang kurang sempurna/keropos dan lubang-lubang harus ditambal dengan campuran
speci yang sama segera setelah acuan dibongkar. Sebelum bagian-bagian yang lepas harus disingkirkan,
dibersihkan dan disiram dengan air semen kental sebelum penambalan dimulai.
 Semua bidang permukaan beton yang kelihatan harus diplester dengan campuran speci yang sama.
Bidang-bidang yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu, dibersihkan dari sisa-sisa kayu,
cetakan dan bagian-bagian yang lepas dibuang. Sebelum diplester, bidang-bidang tersebut disiram
dengan air semen kental dahulu.
 Meskipun dalam spesifikasi/gambar tidak ditentukan bahwa suatu bidang beton harus diplester, tetapi bila
ternyata hasil pekerjaan pemborong kurang memuaskan Direksi/Koordinator Daerah maka bidang
tersebut haerus diplester sesuai ketentuan di atas dan semua biaya tambahan yang diakibatkannya
menjadi tanggungan pemborong. Semua balok dan plat cantilever 0,4 % dari benteng, dihitung dari ujung
bebas.

2.9.14 Pekerjaan Pipa Yang Tertanam Di Dalam Beton/Pasangan


Semua bagian pipa yang tertanam dalam beton/pasangan yang rapat air harus dilengkapi dengan flens
sehingga tidak akan menimbulkan kebocoran setelah pipa tersebut terpasang. Cara-cara pemasangan bagian
pipa yang tertanam untuk jenis galvanized Iron Pipe dan Ductile Iron Pipe adalah dengan Flensring yang dilas.

2.9.15 Test Hidrolis Untuk Beton


Bangunan reservoir dan struktur beton lainnya yang digunakan untuk menahan air, harus ditest keadaan rapat
airnya dengan cara :
 Semua outlet dari bangunan ditutup dan bangunan tadi diisi air jernih dan bersih hingga ke permukaan
outflow (peluap). Ketinggian permukaan air harus segera dicatat sesudah diisi dan sesudah 48 jam.
 Setelah 48 jam berkurangnya volume akibat turunnya muka air tidak boleh lebih dari 0,5 % volume
reservoir. Bilamana melebihi itu atau kebocoran tampak dari luar, maka pemborong wajib menanggung
semua biaya perbaikannya untuk meyakinkan bahwa rapat air dari bangunan tadi sudah selesai dengan
yang diinginkan Direksi/Koordinator Daerah.

2.9.16 Penolakan Pekerjaan Beton


 Direksi/Koordinator Daerah berhak menolak pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat. Kontarktor
harus mengganti/memperbaiki/membongkar pekerjaan beton yangtidak memenuhi syarat atas biaya
sendiri ,sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Direksi/Koordinator Daerah.
 Pengujian Compresive Strength dari pengujian kubus harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tidak boleh melebihi dari satu nilai di antara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut
kurang dari T.bk.
b. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang
dari (T bk + 0,82 Sr)
c. Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara4 (empat) hasil pemeriksaan benda uji berturut-
turut tidak boleh lebih besar 4,3 Sr
d. Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus memenuhi T bk = t bm – 1,64
Sr.
 Bila Compresive test dari kelompok kubus gagal memenuhi syarat di atas,maka Direksi/Koordinator
Daerahakan menolak semua pekerjaan-pekerjaan beton dari mana kubus-kubus tersebut diambil.

2.10 PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


2.10.1 Material
a. Semen Portland
Semua semen yang dipakai disini adalah dari jenis dan kwalitet seperti yang dipakai pada pekerjaan
beton dan secara umum harus mengikuti syarat-syarat yang terdapat dalam peraturan Semen Portland
Indonesia NI-8.

b. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Butir-butir pasir harus tajam dan keras, tidak dapatdihancurkan dengan tangan.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% dan pasir harus bebas dari segala macam bahan kimia, sesuai
NI-3 pasal 14 ayat 2. Bila pasir yang digunakan tidak memenuhi syarat tersebut di atas

Page 13 of 46
Direksi/Koordinator Daerah dapat memerintahkan untuk mencucinya dan hasilnya harus mendapat
persetujuandari Direksi/Koordinator Daerah dahulu sebelum digunakan.
 Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali untuk dipakai.
 Khusus untuk plesteran, harus digunakan pasir yang lebih halus.

c. Batu Alam
Untuk pemasangan batu dapat dipakai batu bulat (dari gunung) batu belah atau batu karang asalkan
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Harus cukup keras, bersih dan sesuai besar bentuknya.
 Tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk
 Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan tidak hitam, biru atau kecoklat-
coklatantanpa garis-garis kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya harus
mempunyai kepadatan dan warna putih yang merata.

d. Bata Merah
 Bata merah yang dipakai harus dibuat dari tanah liat melalui proses pembakaran.
 Ukuran nominalnya adalah 6 m x 12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak jauh menyimpang
 Bata merah yang dipakai harus bata yang berkwalitas No.1 dan telah mendapat persetujuan
Direksi/Koordinator Daerah. Warna harus merah tua, merata tanpa cacat atau mengandung kotoran.

e. A i r
Air yang digunakan untuk membuat adukan adalah sama dengan yang diisyaratkan untuk pekerjaan
beton.

2.10.2 Adukan
 Jenis adukan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk pasangan batu kali 1 PC : 3 psr
- Untuk pasangan trasram 1 PC : 2 psr
- Untuk pasangan dinding bata 1 PC : 5 psr
 Adukan harus dibuat secarahati-hati di dalam bak kayu yang dalam keadaan kering kemudian diberi air
sesuai dengan persyaratan sampai didapat campuran yang plastis.
 Adukan yang sudah mengering tidak boleh dicampur dengan adukan yang baru.

2.10.3 Macam-Macam Pasangan


a. Pasangan Bata Merah
 Semua pasangan dinding yang diletakkan di atas sloff beton/pondasi, harus menggunakan adukan
transram sampai setinggi 15-20 cm dari lantai. Selebihnya dengan adukan biasa. Untuk pasangan
dinding kamar mandi, toilet, tempat cuci dan sebagainya juga dipakai adukan transram sampai setinggi
1,50 m di atas bidang lantai, selebihnya dipakai adukan biasa.
 Penembokan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
 Di dalam satu hari pasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari satu meter dan pengakhirannya harus
dibuat bertangga menurun untuk menghindari retaknya dinding di kemudian hari.
 Pada pasangan setengah bata, satu sama lain harus terdapat ikatan yang sempurna.
 Untuk dinding setengah batu pada tiap-tiap pertemuan tegak lurus harus diperkuat dengan kolom
praktis. Demikian juga untuk setiap luas dinding maximum 12 m2 harus diberi penguat kolom/balok
praktis. Semua pertemuan tegak lurus harus benar-benar bersudut 90 derajat.
 Sebelum mulai pemasangan, batu bata harus direndam dulu dalam air selama setengah jam dan
permukaan yang dipasangpun harus bersih juga.
 Tebal siur bata tidak boleh kurang dari 1 cm (10 mm)
 Sebagai persiapan plesteran air harus dikerok sedalam 1 cm agar plesteran yang akan dipasang terikat
baik.
 Semua rangka kayu/kusen harus dipasang terlebih dahulu agar dapat melanjutkan pekerjaan pasangan.
 Dimana diperlukan pasangan pipa atau alat-alat lain yang ditanam dalam dinding, maka harus dibuat
pahatan-pahatan (bobokan) secukupnya pada pasangan dinding sebelum diplester. Pahatan tersebut
setelah pipa/alat-alat terpasang harus ditutup dengan adukanplesteran yang dilaksanakan bersama-
sama dengan plesteran seluruh dinding. Bila permukaan pipa/peralatan lain yang ditanam tersebut licin
(misalnya pipa PVC) maka pipa tersebut harus diselubungi trlebih dahulu dengan kawat ayam dengan
maksud agar plesteran dapat melekat dengan baik.

Page 14 of 46
b. Pasangan Batu
Pasangan batu harus menurut ukuran-ukurandalam gambar rencana, dikerjakandengan rapih dan baik.
Pondasi batu kali harus dipasang di atas lantai kerja. Adukan yang dipakai adalah adukan dengan
campuran 1 pc : 3 pasir

2.10.4 Pekerjaan Plesteran


a. Adukan Untuk Plesteran
 Plesteran trsram dengan campuran 1 PC : 2 Psr
 Plesteran biasa dengan campuran 1 PC : 5 psr
 Plesteran beton dengan campuran 1 PC : 2 psr
 Plesteran sudut dengan campuran 1PC : 3 psr
Digunakan untuk pengakhiran sudut dari bidang-bidang plesteran.
b. Persiapan dinding/pasangan yang akan diplester
 Semua siar dipermukaan dinding/pasangan hemdaknya dikerok sedalam 1 cm agar bahan plesteran
dapat lebih melekat.
 Semua permukaan yang diplester harus dibersihkan dan disiram airsebelum bahan plesteran
ditempelkan.
 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak penempelan
plesteran.

c. Pelaksanaan pekerjaan Plesteran


 Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan tangan sesuai dengan persyaratan
Direksi/Koordinator Daerah.
 Kontraktor harus membuat contoh-contoh bidang plesteran dari setiap macan pekerjaan plesteran
sesuai dengan yang diminta untuk mendapatkan persetujuaqn Direksi/Koordinator Daerah dan untuk
seterusnya semua pekerjaan plesteran harus sama dengan contoh. Untuk dapat mencapai tebal
plesteran yang rata, sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang.
 Bidang beton yang akan diplester harus dipahat dulu permukaannya agar plesteran dapt lebih
melekat.
 Semua sudut horizontal luar maupun dalam serta garis tegaknyadalam pekerjaan plesteranharus
dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku. Sudut luar hendaknya dibuat tumpul.
 Bila mana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata), maka bidang tersebut harus
diperbaiki. Plestran dari bidang yang diperbaiki harus rata dengan bidang di sekitarnya.

2.11 PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA


1. Umum

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan Kusen Pintu,
Jendela, ventilasi, daun jendela, daun pintu, jalusi, pemasangan kaca, penyetelan dan pemasangan
perlengkapan lainnya.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pembuatan kusen, penyetelan dan
pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan kusen dan
memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan secara tertulis oleh direksi.

2. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;


a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41) yang disahkan
dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941, dan tambahan Lembaran
Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan umum
yang dilelangkan atau disingkat dalam Bahasa Indonesia : SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan di Indonesia
atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961 NI.5)
d) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
e) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
f) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan.

Page 15 of 46
3. Pengajuan kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan seperti balok kayu, papan,
kaca, dan perlengkapan untuk penggantung, yang memenuhi seluruh sifat klas kayu, dimensi, kualitas bahan.
b) Untuk bahan yang digunakan sebagai penggantung, kontraktor harus menyerahkan kepada direkasi brosur-
brusur pabrikan yang menunjukan kulaitas dan jenis bahan.
c) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi untuk
disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan spesifikasi.
d) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan kosen berikut metode pelaksanaannya, dan
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan dimulai.

4. Bahan

a) Besi
Besi yang digunakan adalah Besi dengan Jenis Bahan Tahan karat
b) Kayu
Kayu yang digunakan baik balok kayu dan papan adalah dari jenis klas 1 bayam yang kering tidak cacat,
lurus dan dimensi yang sesuai.
c) Bahan Penyambung
 Bahan Penyambung yang digunakan dalam pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela adalah dari jenis paku
dengan dimensi/ukuran yang sesui dengan tebal kayu.
 Jika bahan penyambung terbuat dari pen kayu, maka harus dari kayu yang keras dan kuat dan kayu
kosen dilubangi menggunakan bor, dengan ukuran mata bor lebih kecil 1/6 dari pen kayu, untuk
mndapatkan kekencangan dalam penyambungan.
 Bahan Penyambung Besi adalah Sistim Pengelasan
d) Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca terang tebal 5 MM.

5. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Kusen

A. Persayaratan
 Semua pekerjaan Kusen baru boleh dikerjakan bila semua bahan sudah diperiksa dan disetujui oleh
direksi.
 Kayu harus diserut sampai bersih, menampakan permukaan yang licin, sampai mendapatkan
dimensi seperti yang ditunukan pada gambar atau sebagaimana yang diperintahkan direksi.
 Kusen pintu dan jendela yang telah dikerjakan harus siku, sambungan-sambungan serta bagian yang
tertanam di tembok sebelum dipasang harus dimeni sampai rata terlebih dahulu,
 Kusen yang akan dipasang, harus diwaterpass agar benar-benar siku dari semua sudut, dan diikat
dengan ikatan dari kayu sebagai penayangga agar tidak bergeser selama pekerjaan pemasangan
pada didnding tembok.
 Hubungan tiang kusen dengan lantai memakai neut dengan angker dok Ø10 mm tinggi neut 10 cm
 Rangka daun pintu panil dibuat dari kayu klas 1 bayam atau jati dengan ketebalan jadi 3,6 cm x 10
cm atau sesuai dengan gambar, sedangkan daun pintu ditutup dengan panil/papan kayu bayam tebal
3 cm sesuai gambar.
 Semua daun pintu harus dikerjakan dengan baik dan sempurna menampakan permukaan yang
menarik, sehingga siap dipakai, jarak alas pintu dengan lantai maksimal 1,5 mm.
 Untuk daun pintu dan jendela kaca rangka dibuat dari kayu bayam atau jati dengan ukuran 3,0 cm x
10 cm sedangkan kacanya dipakai kaca bening 5 mm.
 Angker kusen dipasang besi angker 10mm, jarak maksimal 80cm, untuk tiang kusen yang
menempel ke tembok, ujung angker memakai kait 5cm dan panjang besi angker adalah 15 cm
 List-list untuk kaca, jendela dan ventilasi dibuat dari kayu klas I bayam kualitas baik, lurus, siku
ukuran 1 ½ dan 2 ½ cm.
 Pada saat pemasangannya diberi dempul dan dipaku sehingga kaca tidak bergetar, kaca yang
dipakai adalah kaca bening tebal 5mm (sesuai dengan gambar detail kusen)
 Semua pintu dan daun jendela harus dilengkapi engsel, grendel dan jendela dilengkapi juag dengan
hak angin.
 Jelusi atap, dan kusen jalusinya dipakai kayu Klas I bayam dengan bentuk dan ukuran sesuai
gambar
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang
diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.

Page 16 of 46
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari
proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan. Adukan
semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang.
 Pasangan dinding transram dengan adukan 1pc : 3psr, dipasang pada setiap kaki dinding mulai dari
sloof sampai ketinggian 30 cm di tas permukaan lantai.
 Pasangan dinding biasa dibuat dari pasangan batu merah/batako dengan adukan 1pc : 4psr.
 Semua permukaan pasangan batu bata yang kelihatan, diplester dengan adukan 1pc : 4psr untuk
plesteran biasa, 1pc : 3psr untuk tembok trastram dan kolom serta pondasi selanjutnya diaci dengan
saus semen.

B. Pekerjan Akhir Pasangan Kusen


Kusen yang telah dipasang pada dinding dibersihkan kembali dari bekas lelahan adukan pasangan
dinding

2.12 PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND


1. Umum

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan Rangka Atap,
Penutup Atap, Plafond dan List Plank dan pemasangan perlengkapan lainnya pada atap dan plafond
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pembuatan Rangka Ata, penyetelan dan
pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan Atap, Plafond
dan List Plank dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukan dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh direksi.
2. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;


a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41) yang disahkan
dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941, dan tambahan Lembaran Negara
Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan
atau disingkat dalam Bahasa Indonesia : SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan di Indonesia atau
disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961 NI.5)
d) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
e) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
f) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas selama pelaksanaan
pekerjaan.

3. Pengajuan kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan seperti balok kayu,
papan, Tripleks dan seng serta bahan-bahan lainnya untuk pekerjaan dalam bab ini.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi untuk
disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode pelaksanaannya, dan
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan dimulai.

4. Bahan

a) Kayu
 Kayu yang digunakan untuk Rangka Kuda-kuda adalah kayu balok klas II meranti merah dengan ukuran
terpasang adalah 5/10.
 Kayu yang digunakan untuk gording adalah kayu balok klas II meranti merah dengan ukuran terpasang
adalah 5/10.
 Papan List Plank dari papan klas II meranti merah dengan ukuran dan cara pemasangan sesuai gambar.
 Semua bahan kayu, harus dari kayu yang lurus dan tidak cacat.

b) Penutup Atap
 Penutup atap menggunakan seng gelombang BJLS 0,30 MM.
 Bubungan menggunakan seng licin 0,30 MM
Page 17 of 46
c) Plafond
 Plafond menggunakan tripleks 3,00 MM.
 Rangka menggunakan usuk 5/7 dari kayu klas II meranti merah.
 List Plafon menggunakan tripleks 9,00 MM atau kayu list 5x1 CM.

5. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

1. Persayaratan
a. Rangka Atap

 Semua pekerjaan Atap dan Plafond baru boleh dikerjakan bila semua bahan sudah diperiksa
dan disetujui oleh direksi.
 Kayu harus diserut sampai bersih, menampakan permukaan yang licin, sampai mendapatkan
dimensi seperti yang dituntukan pada gambar atau sebagaimana yang diperintahkan direksi.
 Rangka kuda-kuda harus dibentuk sesuai gambar atau yang diperintahkan oleh direksi, dengan
membentuk ikatan-ikatan yang rapih dan kokoh. Pengunci menggunakan baut dengan diamter
yang disyetujui direksi.
 Baut pengunci harus mempunyai ring yang cukup untuk memberi kekuatan pengancing
 Gording dipasang dengan jarak maks. 80 CM atau seperti yang ditunjukan dalam gambar dan
seperti yang diperintahkan direksi. Gording dipaku pada kuda-kuda dengan menggunakan paku
yang sesuai.

 Bagian kayu yang akan disambung terlebih dahulu harus dimenie dan seluruh bagian kayu untuk
pekerjaan rangka atap ini sebelum dinaikkan harus diredusi 2x sampai rata dan baik.

b. List Plank
 List plank dipasang setelah rangka kuda-kuda terpasang, dengan ukuran dan lapis sesuai
gambar. diwaterpas untuk mendapat pasangan yang benar-benar lurus.
 List plak dipaku menggunakan paku yang sesuai.
 Listplank memakai kayu ukuran jadi 35 cm (2 x 2 x 20) siku-siku , diserut rata , dimenie, digosok,
diamplas sampai rata serta halus lalu dicat kilap minimal 3x cat sampai rata, baik serta halus.
 Listplank yang bengkok atau tidak rata harus diganti.

c. Plafond
 Rangka penggantung dibuat dari kayu klas II (Meranti merah) berkualitas baik, lurus dan tidak
banyak cacat dengan ukuran 5/7 cm.
 Balok penggantung induk dipakai ukuran 5/10 cm, dipasang menempel pada tembok sedangkan
rangka pembagi dipasang dipakai ukuran 5/7 pada sisi yang akan ditempel tripleks harus diserut
rata dan pemasangannya harus lurus dan waterpass.
 List plafond dibuat dari kayu klas II (meranti merah) dengan ukuran 1x5 cm, dipasang pada tepi
plafond dan pada overstek.
 Tinggi plafond disesuaikan dengan gambar detail pada kuda-kuda.
 Rangka plafond seluruhnya harus diserut rata satu sisi.
 Ukuran tripleks yang terpasang harus sesuai gambar dan seperti yang diperintahkan oleh
direksi.
 Sambungan tripleks pada palfond harus di beri dumpul secukupnya agar tidak menampakan
sambungan yang membentuk petak-petak.
 Lubang-lubang yang dibuat untuk kabel instalasi dan utilitas lainnya harus dibuat sedemikian
agar tidak merusak pafond dan harus ditutup sempurna.
d. Penutup Atap

 Pekerjaan penutup atap menggunakan seng gelombang BJLS yang dipaku pada gording
dengan menggunakan paku seng dengan jarak dan ukuran seperti yang diperintahkan direksi
 Sambungan lewatan pada atap seng harus cukup memberikan kemanan dari luapa/rembesasn
air saat hujan. Sambungan lewatan harus mendapat persetujuan dari direksi.

Page 18 of 46
2. Pekerjan Akhir
Rangka atap, list plank,penutup atap dan plafon yang telah dipasang pada harus menampakan keutuhan
dan menampakan performa yang memuaskan.

2.13 PEKERJAAN LANTAI

1. Umum

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan Lantai dan
Pelapis Dinding.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan dan pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan lantai dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh direksi.

2. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;


a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41) yang
disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941, dan tambahan
Lembaran Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan
umum yang dilelangkan atau disingkat dalam Bahasa Indonesia : SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan di Indonesia
atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
d) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
e) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan.

3. Pengajuan kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk pekerjaan dalam
bab ini.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi untuk
disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode pelaksanaannya, dan
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan dimulai.

4. Bahan

a) Keramik
 Keramik harus dari kualitas baik yang disetujui oleh direksi
 Ukuran keramik adalah 40 x 40 untuk lantai, 30 x 30 untuk tangga, 20 x 20 untuk lantai KM/WC dan 10 x
20 untuk dinding KM/WC.
b) Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya
dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971

c) Semen
 Semen yang digunakan haruslah dari jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85. Terkecuali
diperkenankan oleh direksi pekerjaan, penggunaan bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
 Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat dipergunakan
dalam proyek.
 Saus semen untuk nat antara keramik harus sewarna dengann keramik
d) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari
bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan;
dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di
atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat

Page 19 of 46
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat
tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

5. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Lantai

a) Persayaratan Tanah Dasar


 Semua pekerjaan pasangan Lantai Keramik baru boleh dikerjakan bila pekerjaan urugan dan
pemadatan tanah dasar dalam bangunan sudah diperiksa dan disetujui oleh direksi.
 Sebelum pekerjaan pasangan Lantai dimulai, permukaan urugan harus berupa sirtu, memiliki
permukaan menampakan mosaik batu yang tertanam rata dan terbebas dari tanah humus dan
material organis lannya
 Permukaan urugan harus dibasahi sampai merata, sebelum dihampar adukan 1 pc : 3 psr.

b) Persayaratan Campuran
 Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampur
adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata, kemudian air
ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang
diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari
proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan. Adukan
semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang.
 Pasangan adukan pada lantai dengan adukan 1pc : 3psr, dipasang pada setiap kali pemasangan
keramik.
 Pada nat tepi keramik diisi saus semen dengan warna yang sama dengang keramik.
 Pasangan dinding biasa dibuat dari pasangan batu merah/batako dengan adukan 1pc : 4psr.

c) Pemasangan Lantai dan Dinding Keramik

 Pemasangan keramik pada lantai dan didnding diletakan di atas adukan 1Pc : 3Psr setebal ±5 cm.
Keramik dipakai tidak keropos dan tidak cacat. Keramik harus direndam dalam air terlebih dahulu
sebelum dipasang.

 Landasan Adukan semen diletakan diatas permukaan urugan yang sudah dipadatkan dan sudah
disetujui direksi. Permukaan urugan dari material sirtu, membentuk mosaik batu tang tertanam rata
yang telah dibasahi.

 Pemasangan keramik harus disiku dan lurus antara keramik diberi nat 2mm-4mm, sebelum
dipangsang keramik harus direndam pada air hingga jenuh . Keramik yang dipakai dari kualitas baik
atau harus dengan persetujuan Direksi.
d) Pekerjan Akhir Pasangan Dinding

Pekerjaan keramik yang telah selesai dalam satu tahapan pemasangan harus diperiksa untuk mengecek
kerataan, simetris dan siku. Jika tidak memenuhi maka harus dibongkar dan dikerjakan kembali mulai
dasu landasan.

e) Ketentuan Lubang dan Delatasi

 Pada ruang yang menghedakai adanya lubang untuk instalasi air bersih, atau air kotor atau saluran
pipa atau kabel listrik atau jaringan utilitas lainnya, harus disiapkan dengan lubang pada keramik
dengan diameter disesuaikan dengan lubang instalasi yang masuk atau melewati dinding.
 Lubang pada keramik untuk kepentingan utilitas, harus dibuat rapi dan tidak menimbulkan cacat dan
retak pada keramik.

Page 20 of 46
2.14 PEKERJAAN SANITAIR

1. Umum

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan Pemasangan
Closed Duduk, Closed Jongkok, Bak Air lapis keramik termasuk penguras, Wastafel, Floor Drain, Kran Air
dan Septictank termasuk resapan.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan dan pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dan harus memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh direksi.

2. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;

a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41) yang
disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941, dan tambahan
Lembaran Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan
bangunan umum yang dilelangkan atau disingkat dalam Bahasa Indonesia : SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan di
Indonesia atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
d) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
e) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan.

3. Pengajuan kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk pekerjaan dalam
bab ini. Jika bahan-bahan adalah material pabrikan maka kontraktor wajib menyerahkan contoh dan jenis
bahan dalam bentuk brosur.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi untuk
disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode pelaksanaannya, dan
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan dimulai.
4. Bahan

a) Closed Duduk
 Closed duduk yang digunakan adalah closed duduk lengkap dengan kualitas setara Toto.
 Closed duduk dilengkapi dengan Jet Spray yang berkualitas baik setara Toto.

b) Closed Jongkok
Closed Jongkok yang digunakan dari kualitas baik dan disetujui direksi.

c) Watafel
Wastafel yang digunakan dari kualiats baik dan distetujui oleh direksi

d) Bak Air.
 Bak air dibuat dari pasangan bata transram 1pc : 3psr, dan diplester dengan campuran kedap air 1pc : 3psr,
selanjutanya bak air dilapisi keramik dengan ukuran sebagaiaman diperintahkan direksi.
 Bak air di lengkapi dengan penguras bak.
e) Kran Air
Kran air yang digunakan harus dari kualitas baik, yang disetujui oleh direksi.

f) Floor Drain
Floor drain harus dari bahan yang awet, kuat dan tidak karat, dengan model perangkap udara dan plat kuningan
yang dapat dibuka untuk dibersihkan. Ukuran dan dimensi floor drain berdasarkan persetujuan direksi.

g) Septictank dan Peresapan


 Septictank dan Peresapan terbuat dari pasangan bata. Bagian atas penutup menggunakan plat baja tulangan
dan dibuat lubang periksa dengan penutup dari plat beton yang dapat dibuka. Pada septictank dipasang pipa
hawa dengan tinggi dan diameter sebagaimana diperintahkan direksi.

Page 21 of 46
 Sepetictan harus dibuat sesuai gambar dan terbuat dari adukan kedap air 1pc : 3psr dan pada bagian dalam
didnding diplester dengan pelestaran 1 pc: 3 psr, sedangkan lantai septictank dari beton rabat 1pc : 2psr : 3
krk.
 Peresapan dibuat dari susunan bata, dengan lantai dilapisi bahan-bahan yang dapat memudahkan resapan
air.

5. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Sanitair

1. Persayaratan Instalasi
 Semua pekerjaan pasangan Sanitair baru boleh dikerjakan bila pekerjaan instalasi atau jaringan
utiltas yang menghubungkan bagian-bagian yang akan dipasang sudah disiapkan dan sudah
memenuhi syarat serta disetujui direksi.
 Semua jaringan instalasi sudah dipastikan tertanam kuat, tidak bergeser, tidak tersumbat dengan
material atau kotoran dan elevasi yang sesuai untuk mengalirkan air.

2. Pemasangan

 Pemasangan closed, wastafel dan keran diletakan di atas tempat yang telah disediakan. adukan
saus semen dan lem perekat harus disiapkan untuk pemasangan untuk menjamin tidak adanya
kebocoran dan dudukan tepat pada tempatnya dan stabil.
 Pipa saluran air dari wastafel ke saluran pembuangan memakai pipa PVC tebal 2”, tebal 5 mm.
Sedangkan pipa dari klosed ke septicktank memakai pipa PVC 4”, tebal 5 mm
 Setictank dipasangan pada galian yang telah disetetujui. Pada dinding saptictank dipasang dinding
bata dengan adukan 1Pc : 3Psr dan diplester dengan lapisan kedap air 1pc : 3Psr pada bagian
dalamnya. Pada lantai dibuat dari adukan rabat beton 1pc : 2 Psr : 3 krk setebal ±5 cm, dihampar
pada landasan yang telah dipadatkan dengan Sirtu tebal 10 cm. Pada penutup atas terbuat dari plat
beton betulang dan dipasang pipa hawa dan lubang kontrol dari palat beton betulang yang dapat
dibuka tutup.
 Resapan dipasang pada galian yang telah distetujui, dengan menyusun batu 1 batu sig zag, dan
pada lantai dihampar material pasri, sirtu dan ijuk untuk memudahkan resapan air. Pada pentup atas
digunakan plat beton bertulang dilengkapi lubang periksa dari plat beton bertulang yang dapat
dibuka tutup.Keramik dipakai tidak keropos dan tidak cacat. Keramik harus direndam dalam air
terlebih dahulu sebelum dipasang.
 Floor Drain dipasang pada setiap lantai WC/KM sesuai dengan notasi gambar dan arah
pembuangannya juga sesuai dengan gambar detail dan memakai bahan dari pipa PVC  2”
tebal 5 mm.
 Pembuangan dari bak kontrol ke septictank juga dari bahan pipa paralon  4” tebal 5 mm, sesuai
gambar detail.

3. Pekerjan Akhir

Pekerjaan sanitair yang telah selesai dalam satu tahapan pemasangan harus diperiksa untuk mendapat
persetujuan. Jika tidak memenuhi maka harus dibongkar dan dikerjakan kembali.

2.15 PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. Umum

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan pemasangan
penggantung dan pengunci pada pintu dan jendela serta boven.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan dan pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

2. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;

a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41) yang
disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941, dan tambahan
Page 22 of 46
Lembaran Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum untuk pelaksanaan bangunan
umum yang dilelangkan atau disingkat dalam Bahasa Indonesia : SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan di Indonesia
atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
d) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
e) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan.

3. Pengajuan kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk pekerjaan dalam
bab ini. Jika bahan-bahan adalah material pabrikan maka kontraktor wajib menyerahkan contoh dan jenis
bahan dalam bentuk brosur.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi untuk
disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode pelaksanaannya, dan
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan dimulai.
4. Bahan

a) Kunci Pintu
Kunci pintu yang digunakan adalah jenis kunci tanam yang berkualitas baik. Jenis kunci yang digunakan
dalam bab ini adalah diperuntukan untuk kunci pintu biasa, kunci pintu utama dan kunci pintu pada KM/WC.
b) Handle Pintu
Handle pintu diperuntukan untuk pintu utama, dari bahan yang berkualitas baik. Bentuk dan modelnya harus
disetujui oleh direksi.

c) Engsel
Engsel dari bahan kuning kualitas baik. Engsel diperuntukan untuk pintu dan jendela serta boven. Bentuk dan
ukuran harus disetujui oleh direksi.

d) Gredel dan Kait angin


Grendel dan kait angin harus dari bahan yang berkulaitas baik dari besi kuningan. Pengadaan berdasarkan
persetujuan Direksi.

5. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Penggantung dan Pengunci

a) Persayaratan Lubang
 Sebelum dipasang penggantung dan pengunci, lubang-lubang untuk penempatan penggantung dan
pengunci sudah di siapkan dan sudah mememenuhi sayarat dan disetujui direksi.
 Ukuran lubang harus benar-benar pas dengan penggantung atau pengunci untuk menjamin
kerapatan dan tidak ada sisa lubang yang keliahatan.
 Jika lubang tidak pas dengan pengunci ata penggantung maka lubang harus diganjal dengan bahan
dari kayu yang sejenis diberi rekatan yang kuat, didumpul rapi agar tidak kelihatan adanya
sambungan.

b) Pemasangan

 Penggantung dan pengunci harus dipasang pada tempat yang telah disiapkan dengan kerapatan
yang baik, tanpa ada lubang yang tersisa.
 Semua penggantung dan pengunci harus diikat dengan skrup dan menjamin tidak adanya
pergeseran atau lepas.
 Penggantung yang tidak pas pada lubang harus diperbaiki dengan kerapian yang sempurna.
 Daun Pintu mengguakan 3 (tiga) buah engsel ukuran besar, sedangkan daun jendela dan boven
mengunakan 2 buah engsel ukuran sedang.
 Grendel dipasang pada jendela dan boven
 Untuk pintu utama dipasang handle sebagaimana ditunjukan dalam gambar
 Pada pintu doble, salah satu daunnya dipasang grendel atas dan bawah.

c) Pekerjan Akhir
Pekerjaan yang telah selesai dalam satu tahapan pemasangan harus diperiksa untuk mendapat
persetujuan. Jika tidak memenuhi maka harus dibongkar dan dikerjakan kembali.

Page 23 of 46
2.16 PEKERJAAN PENGECATAN

1. Umum

Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan pengecatan pada
dinding tembok/partisi, kayu, plafond dan residu kap atap.

2. Pengajuan kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk pekerjaan dalam bab
ini. Jika bahan-bahan adalah material pabrikan maka kontraktor wajib menyerahkan contoh dan jenis bahan
dalam bentuk brosur.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi untuk
disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode pelaksanaannya, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan dimulai.
3. Bahan

a) Cat Tembok
b) Plamir tembok
c) Cat Kayu
d) Dumpul
e) Residu

Semua bahan harus dari kualitas baik, dan disetujui direksi.

4. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persayaratan Permukaan Bidang


 Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan/bidang yang terkena cat harus benar-benar rata, tidak
menunjukan adanya retak-ratak dan bersih.
 Bidang tembok yang akan dicat terlebih dahulu diplamur supaya permukaannya rata kemudian
diamplas.
 Bidang kayu kusen, list kaca dan listplank yang baru sebelum dicat harus dimenie dahulu selanjutnya
didempul, diplamir dan diamplas sampai rata, halus dan baik.
 Bahan-bahan menie, dempul, plamur untuk pekerjaan ini harus dikhususkan untuk
diperuntukkannya.
.

b) Pelaksnaan Pengecatan
 Pengecatan Bidang tembok, kayu kosen, list kaca dan Listplank, setelah semua bidang telah
mendapat persetujuan dari direksi untuk boleh melakukan pengencatan.
 Pengecatan bidang tembok, kayu kosen, list kaca dan Listplank dilakukan sampai 3 (tiga) kali
sapuan.
 Meredusi kayu kap dilakukan sebelum kerangka kap distel dan dipasangkan/ dinaikkan.
 Untuk daun pintu diplitur atau diteacoil minimal 3 x jalan sampai rata dan mengkilap

c) Pekerjan Akhir
Pekerjaan yang telah selesai harus menampakan bidang dengan warna cat yang merata tanpa
meninggalkan bercak bercak.

Page 24 of 46
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PERPIPAAN

3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PERPIPAAN


3.1 PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan :
1. Pipa Transmisi : adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai reservoir/bak
penampung.
2. Pipa Distribusi : adalah ruas pipa pembawa air dari reservoir/bak penampung air sampai
jaringan pipa pelayanan.
3. Pipa Eksisting : adalah pipa yang telah terpasang dan telah digunakan.
4. Pipa baja (steel) : adalah pipa yang terbuat dari bahan baja.
5. Pipa PVC : adalah pipa yang terbuat dari bahan polyvinyl chlorida.
6. Pipa PE : adalah pipa yang terbuat dari bahan polyethylen
7. Pipa DCIP : adalah pipa yang terbuat dari ductile cast iron
8. Pipa GIP/GSP : adalah pipa yang terbuat dari bahan besi/baja yang dilapisi/digalvanis.
9. Pengangkatan : adalah pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukkan kedalam
kendaraan pengangkut, maupun dari kendaraan pengangkut kelokasi
pemasangan pipa.
10. Defleksi : adalah besar sudut pembelokkan yang diijinkan pada pipa.
11. Samb. Push –On : adalah proses penyambungan pipa pada pipa dengan tekanan air yang
tinggi.
12. Samb. Mechanical Joint : adalah proses penyambungan pipa pada pipa yang tidak mendapatkan
tekanan air tinggi.
13. Pengelasan : adalah merupakan proses penyambungan pipa dan atau accessories
dengan dilakukan pemanasan dan penambahan bahan penyambung.
14. Sambungan Flexible : adalah sambungan yang tidak statis.
15. Testing Pekerjaan Pipa : adalah uji coba yang dilakukan pada pipa setelah terpasang.
16. Test radiographic : adalah test yang dilakukan terhadap pipa yang
17. Pekerjaan galian : adalah pekerjaan yang meliputi semua pemindahan bahan-bahan dari
dalam tanah , apapun yang dijumpai termasuk rintangan alam yang terdapat
dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut.
18. Pekerjaan perbaikan : adalah pekerjaan perbaikan kembali sarana yang dirusak ketika dilakukan
pekerjaan galian menjadi keadaan semula.
19. Pekerjaan penggelontoran : adalah pekerjaan pembersihan pipa yang telah dipasang.
20. Pekerjaan pengurugan : adalah pekerjaan perbaikan lapisan tanah galian dan dipadatkan setelah
selesai pekerjaan pemasangan pipa.
21. Beton : adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur pasir, kerikil, air dan
semen Portland atau bahan penguat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya.
22. Bahan tambahan : adalah bahan lain yang ditambahkan kedalam pembuatan beton, selain
semen, pasir, kerikil dan air yang tidak memberi pengaruh yang kurang baik
pada beton.
23. Pengujian beton : adalah proses yang dilakukan terhadap beton untuk mengetahui kekuatan
karakteristik beton, kadar air yang dimiliki.
24. Bekisting : adalah cetakan beton.
25. Lantai kerja : adalah lantai yang terbuat dari beton dan terletak paling bawah dari lapisan
struktur pondasi.
26. Bahan pilihan : adalah merupakan tanah asli hasil penggalian yang tidak mengandung
batuan atau bahan padat lain yang berukuran lebih besar dari 5 mm,

Page 25 of 46
mempunyai gradasi yang baik dan tidak mengandung bahan organik seperti
rumput, akar tanaman atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya yang bersifat
mengembang.
27. Reservoir (distribusi) : adalah bangunan penampung air bersih dari instalasi pengolahan air atau
mata air untuk kemudian didistribusikan kedaerah pelayanan melalui
jaringan perpipaan.
28. Muka air maksimum : adalah ketinggian muka air maksimum dalam reservoir/bak
29. Muka air minimum : adalah ketinggian muka air minimum dalam reservoir/bak dimana bagian air
ini tidak boleh diganggu untuk mencegah agar endapan pada dasar
reservoi/bak tidak terbawa keluar.
30. Manhole (lubang inspeksi): adalah lubang untuk keluar masuk inspector pada saat melakukan
pengoperasian, pemeriksaan atau perbaikan terhadap perlengkapan
didalam reservoir/bak.
31. Pipa inlet : adalah pipa masuk dari jaringan kedalam reservoir/bak
32. Pipa outlet : adalah pipa keluaran untuk mengalirkan air dari reservoir/bak ke system
perpipaan.
33. Pipa by pass : adalah pipa yang dipasang pada pipa inlet dan dihubungkan dengan pipa
outlet, dilengkapi dengan valve, sehingga dapat terjadi sambungan
langsung dari system jaringan pipa masuk dan jaringan pipa keluar.
34. Pipa peluap : adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air dalam
reservoir/bak.
35. Pipa penguras. : adalah pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan air pencuci serta Lumpur-
lumpur dan kotoran yang mengendap didasar reservoir/bak.
36. Bak penguras : adalah bak yang didalamnya dilengkapi dengan katup/valve untuk
mengeluarkan/menguras kotoran yang ada didalam jaringan pipa.
37. Bak Air Valve : adalah bak yang didalamnya terdapat katup penguras/air valve yang
bertujuan untuk mengeluarkan udara yang terperangkap didalam pipa.
38. Accessoris pipa : adalah perlengkapan/alat bantu yang bertujuan untuk agar pengaliran air
didalam pipa dapat berjalan lancar.
39. Jalan aspal : adalah jalan yang lapisan atasnya aspal yang dipanaskan hingga mencapai
temperatur 150 – 1700C.
40. Jalan gravel : adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan.
41. Jalan beton : adalah jalan yang lapisan permukaan jalannya terbuat dari beton.
42. Trotoar : adalah lokasi di sisi jalan raya yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.

3.2 PERSYARATAN MATERIAL


3.2.1 U m u m
a. Pipa dan accessories yang dipasok merupakan produksi dalam negeri sesuai dengan standart yang
berlaku (SNI/SII/ASTM)
b. Barang yang dipasok (pipa) harus dilampirkan Sertifikat Jaminan Mutu/Garansi bermaterai dari pabrik
pembuat.
c. Harus disebutkan merk dan pabrik yang membuat dengan jelas pada setiap ujung pipa atau body pipa
yang dipasok.
d. Semua pipa dan peralatan yang dipasok harus dalam kondisi 100% (seratus persen) baru dan tidak
cacat.
e. Barang/Material yang dipasok (pipa dan accessories) harus ada penjelasan secara lengkap, jenis,
diameter, klas, tebal, kuat tekan dan lain lain.
f. Material yang dipasok dilengkapi dengan brosur-brosur dan cara-cara pemasangannya yang lengkap.
g. Semua pipa dan peralatannya harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.
h. Penyedia barang/jasa harus menyediakan semua pipa dan perlengkapannya (Accessories) dalam
jumlah yang sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya dan harus memenuhi persyaratan teknis yang

Page 26 of 46
ditentukan dalam bestek ini, setiap perubahan jumlah maupun spesifikasi harus disetujui atau atas
permintaan dari pihak Proyek.
i. Semua barang akan diperiksa/ditest sesuai prosedur pihak pabrik dan diuji sesuai dengan standart
yang dipakai atas biaya rekanan, dan laporan pengujian /test disampaikan kepada Pimpro.
j. Inspeksi Pabrik
 Setelah sebagian/seluruh pipa diproduksi oleh pihak pabrik dan siap untuk dikirim ke lokasi proyek,
pihak rekanan segera menyampaikan pemberitahuan kepada Proyek untuk pelaksanaan
Pemeriksaan/Inspeksi Pabrik/Barang.
 Inspeksi pabrik dilaksanakan untuk mengadakan penilaian teknis produk pipa yang akan dipasok
dengan membandingkan spesifikasi yang tercantum dalan Surat Perjanjian (Kontrak), hasil dari
inspeksi pabrik dibuatkan Berita Acara dan merupakan dokumen yang mengikat.
 Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan Inpeksi pabrik ditanggung oleh pihak penyedia
barang/jasa.

3.2.2 Pipa GIP/GSP/ (Galvanized Iron Pipe/Galvanized Steel Pipe)


a. Pipa
 Pipa Steel dibuat di Pabrik dengan system ERW (Electric Resistance Welded), untuk menghindari
turbelensi dalam pengalirannya.
 Pipa GIP/GSP Dia. 13 mm – 150 mm harus sesuai dengan standar SII. 0161-81/SNI. 0039-87 atau
BS 1387/67 atau standar lain yang ekuivalent sedangkan untuk pipa dengan Dia.  200 mm
menggunakan standar ASTM A.120 (penggunaan air minum) dan harus memenuhi Standart
Internasional ISO, serta lebih diutamakan Pabrik yang memiliki ISO 9002
 Bahan pipa GIP/GSP tidak boleh menyebabkan air yang mengalir menjadi beracun atau merugikan /
membahayakan kesehatan dan tahan terhadap bahan-bahan kimia seperti larutan asam, alkali,
garam dan lain-lain juga tahan terhadap panas matahari.
 Panjang Pipa normal adalah 6 meter/batang kecuali ditentukan lain.
 Lapisan (Coating) pada pipa dilakukan didalam dan diluar pipa dari bahan yang tidak
merugikan/membahayakan kesehatan (Galvanize) dan dapat mencegah terjadinya korosi pada pipa.
 Kelas pipa GIP/GSP yang digunakan adalah medium class dengan Hidrostatic Test Pressure 50
Kgf/cm2.
 Toleransi tebal untuk pipa GIP klas medium, untu positif (tambah) tidak terbatas, untuk negatif
(kurang) sesuai dengan yang tertulis dalam brosur yang diajukan oleh rekanan.
 Pada setiap batang pipa harus terlihat jelas ukuran pipa, klas, panjang, standart SNI atau ekuivalent
pipa serta pabrik pembuatnya.
 Untuk barang yang dikirim dan memenuhi syarat, segera dibuat Berita Acara oleh pihak Proyek
(Panitia Penerima Barang) dengan disetujui Pimpro, sedangkan untuk barang yang tidak memenuhi
syarat dan dinyatakan ditolak harus diganti dengan barang yang baru dan sesuai dengan standart
yang ditentukan didalam kontrak.

Page 27 of 46
Spesifikasi Pipa GIP / GSP

Diameter Pipa Tebal Berat Test


Nominal Pipa Pipa Tekan Standart Klas Pipa

Inch mm mm Kg/m Kgf/cm2

½ 15 2.60 1.23 50 SNI 0039- Pipa Medium


87
BS-1387/67

1 25 3.2 3.17 50 SNI 0039- Pipa Medium


87
BS-1387/67

1.5 40 3.2 3.66 50 SNI 0039- Pipa Medium


87
BS-1387/67

2 50 3.6 5.16 50 ASTM Schd. 40


A.120

2.5 75 3.65 6.64 50 ASTM Schd. 40


A.120
Keterangan :
- Standart Mutu dan Cara Uji Pipa Paja Lapis Seng diharuskan oleh Pabrik yang memiliki SNI No.
07.0039.1987
- Galvanized Pipe (ASTM A.120) : Zinc coating = 550 gr/m 2 (77m) minimum
b. Sambungan Pipa
 Sambungan-sambungan untuk pipa GIP/GSP dia. 0,5 – 6,0 inchs menggunakan jenis sambungan
socket ulir dalam (threath) dan untuk pipa dengan diameter 8,0 inchs menggunakan jenis
sambungan dengan pengelasan (welded).

3.2.3 Fitting Pipa


 Fitting-fitting yang digunakan adalah baru dan harus sesuai dengan jenis pipa yang diadakan tanpa harus
dimodifikasi/diubah terlebih dahulu dan merupakan proses fabrikasi/Home Industri
 Fitting yang dibuat dari bahan ductile iron sesuai dengan standar ISO/DIS 2531 atau grey iron sesuai
dengan standar ISO/R 13 atau standar lain yang equivalent. Fiting-fiting ini harus dilapisi diluar dan di
dalam untuk mencegah korosif dengan bitumen (Bituminous Coating). Lapisan tersebut harus bebas dari
bau, rasa, dan tidak membahayakan kesehatan.
 Cara penyambungan antara accessories pipa dan pipa yang menggunakan flange diharuskan
mempunyai jumlah dan ukuran lubang yang sama serta terletak dalam satu garis.

1. Sluice Valve dan / Gate Valve dan Valve Lainya ( Menggunakan Sistim Flange )
a. Sluice Valve dengan Nominal diameter 3 inch atau lebih besar
 Body harus terbuat dari Cast Iron
 Gate dari sluice valve harus berbentuk baji
 Semua sluice valve harus dilengkapi dengan Non Rising Spindle, gland packing dan Stuffing box.
 Material dari spindel harus terbuat dari stenless Steel atau Forged brass.
 Kedua ujung sluice valve adalah flange.
 Sluice Valve yang dipasang dibawah tanah harus dilengkapi dengan burried service kit yang terdiri
dari surface box, keycap, dustring, protecting pipe dan extended spindle.
 Sluice valve yang dipasang diatas tanah atau yang menggunakan valve box harus dilengkapi dengan
handwheel yang terbuat dari cast atau melleable cost iron.
 Valve harus dilindungi dibagian luar dengan zat pelindung epoxy.

b. Sluice Valve dengan Nominal diameter lebih kecil dari 3 inch


 Sluice valve harus terbuat dari bronze
 Sluice valve harus dilengkapi dengan gate yang berbentuk baji.
Page 28 of 46
 Sluice Valve harus dilengkapi dengan non rising spindle, dengan gland packing dan stuffing box.
 Ujung Valve adalah socket dan dilengkapi dengan ulir.
 Sluice valve yang dipasang diatas tanah atau dalam valve box harus dilengkapi dengan handwheel
yang terbuat dari cast atau melleable cast iron.
 Sluice valve yang dipasang di bawah tanah harus dilengkapi dengan burred service kit sama sperti
yang disyaratkan untuk sluice valve dengan diameter 2 inch atau lebih besar.
2. Air Valve
 Type air valve harus seperti yang ditujukan dalam gambar
 Body harus terbuat dari cast iron
 Semua peralatan yang bergerak harus dibuat dari stenless steel atau bronze.
 Pelampung terbuat dari karet atau stenless steel.
 Air valve dilengkapi dengan gunmetal plug cock.
 Tekanan pengujian dari air valve 14 kg f /cm².
3. Water Meter
 Water meter harus memenuhi/sesuai dengan ISO 4064-B atau standart setara

 Water meter dengan dia. 150 mm – 250 mm harus memenuhi persyaratan sbb :

- Jenis : Magnet drive


- Body : SII 0788-83
- Saringan : dari bahan anti karat
- Bahan : Cast iron all flange
- Tekanan kerja : Max. 50 bar atau Min. 20 bar
- Pembacaan : 7 (tujuh) digit register unit dengan ukuran
- Max. Flow rate 120 s/d 1200 m3/h
- Nominal Flow rate 40 s/d 400 m3/h
- Minimal Flaw rate 3,2 s/d 400 m3/h
- Water meter disuplai lengkap dengan conector (Gasket dan Nut) dengan cover glass terbuat dari kaca
dengan tebal 4 mm
4. Bend Nondrat dan Material Joint Non Drat harus Schedule 40

5. Flange Steel / Sandart Gis


Semua Flange Steel dan perlengkapannya harus sesuai dengan ukuran dan standart ISO – 2531 seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel C.4
Tabel C.4
Standar Flange
 Pipa Jumlah Diameter Diameter
D C
Nominal Lubang Lubang Baut
2 50 165 125 4 19 16
3 75 200 160 8 19 16
4 100 220 180 8 19 16
6 150 285 240 8 23 20
8 200 340 295 12 23 20
10 250 405 355 12 23 20
Keterangan :
- DN/DN = Diameter nominal untuk pipa
- D = Flange OD
- d1 = Diameter lingkaran baut
- d = Diameter lubang baut
= Lubang baut harus sambung/tegak lurus pada garis tengah flange
= Lubang baut atara tee, bend, gate valve harus sama dengan lubang dan
diameternya.

Page 29 of 46
6. Packing Flange
Bahan bakunya harus terbuat dari karet alam (chlorophere) dengan ketebalannya packing untuk flange yang
tersembunyi harus menutupi seluruh permukaan flange yang tersembunyi minimal 5 mm.
7. Accessories Pipa
Accessories lainnya disesuaikan dengan jumlah, jenis yang ada dalam Rencana Anggaran Biaya dalam
Kontrak
Jumlah accessories yang diadakan harus ditambah kurang lebih (1-2) % dari jumlah accessories yang
diadakan untuk menjaga kerusakan yang ada.

3.2.4 Pengiriman dan Pengangkutan


1. Saat pengiriman pipa, bagian ujung yang berulir harus dibungkus dengan tutup plastik agar tidak rusak
dratnya.
2. Saat pengiriman accessories, bagian yang kecil harus dibungkus/terlindung dalam kotak.
3. Accessories yang berukuran besar dalam pengiriman harus terlindung atau terkemas rapih dalam box.
4. Semua pipa dan acceosires diangkut di dalam kendaraan truck atau alat angkut lainnya dengan
memperhatikan keselamatan pekerja angkutan dan keamanan pipa itu sendiri serta harus mengikuti
peraturan lalu lintas yang berlaku, selama perjalanan maupun pada saat penurunnya.
5. Kerusakaan yang terjadi akibat pengangkutan yang ceroboh adalah menjadi tanggung jawab Rekanan
dan wajib mengganti pipa dan atau accessories yang rusak tersebut dengan biaya Pemborong.
6. Pengangkutan atau penurunan pipa ke atas atau turun dari alat angkut ( Truck ) harus hati-hati bagi pipa
yang beratnya lebih dari 59 kg harus menggunakan alat bantu mekanis, seperti foorklift atau katrol.
7. Pada pengangkutan pipa yang panjangnya 6 meter dan melebihi panjang truck, maka ujung pipa tersebut
disatukan kemudian dibungkus dengan karung goni untuk mencegah tercecernya pipa selama perjalanan.
8. Pada saat pengangkutan accessories tidak boleh dilakukan dengan jalan melemparkannya, sebab dapat
merusak ulir atau joint-joint yang terdapat di dalam acceosries tersebut, sehinigga kualitasnya akan
menurun.
9. Segala macam biaya yang dikeluarkan dalam pengiriman dan pengangkutan pipa dan accessories ini
termasuk juga biaya yang dikeluarkan untuk pengepakan, bongkar muat, peralatan bongkar dan muat
serta keselamatan kerja dan lain-lain merupakan tanggungan Kontraktor dan sudah termasuk dalam
harga kontrak.

3.2.5 Penyimpanan

1. Pipa
Penyimpanan pipa tidak boleh menyentuh tanah langsung, melainkan harus dialasi dahulu dengan balok
kayu. Pipa tidak boleh terkena sinar matahari atau hujan. Jadi harus diberi pelindung yang tahan terhadap
perubahan suhu, cuaca atau kelembaban.
Apabila sudah ada gudang penyimpanan, maka pipa tersebut dimasukan kedalam gudang dan disusun
dengan rapi sedemikan rupa sehingga memudahkan pengeluarannya, dan juga agar susunan pipa tidak
akan melorot atau roboh.
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pengangkutan sampai dengan penyimpanan di dalam gudang
(jika sudah punya gudang ) adalah merupakan tanggung jawab Kontraktor dan sudah termasuk dalam
harga kontrak.
Untuk menjaga masuknya kotoran ke dalam pipa, maka pada kedua ujungnya pipa tersebut ditutup
dengan plastik dan diikat dengan kuat.
Penumpukkan pipa tidak boleh melebihi 2 meter

2. Accesories
Semua accessories maupun fitting harus dimasukkan ke dalam gudang disusun, disimpan dengan rapi.
Penyimpanan, penyusunan semua accessories dan fitting tersebut harus di kelompokan sesuai jenis yang
sama ( misal : gate valve dengan gate valve dan seterusnya )
Semua accessories / fitting yang mempunyai ulir harus dilumasi/diberi gemuk pada ulirnya, kecuali untuk
fitting dari bahan pipa PVC.
Segala macam biaya yang dikeluarkan dalam penyimpanan pipa dan accessories ini termasuk juga biaya
yang dikeluarkan untuk sewa gudang/tempat merupakan tanggungan Kontraktor dan sudah termasuk
dalam harga kontrak.

Page 30 of 46
3.3 PENGADAAN MESIN POMPA AIR , MESIN LISTRIK, KABEL, PANEL DAN LAIN LAIN

A. MESIN POMPA AIR

 Pengadaan mengacu pada prinsip prinsip sebagai berikut :


1. Mampu mendorong air dengan ketinggian maximum 320 Meter
2. Pompa yang mampu bekerja dengan gaya centrifugal ( Multi Stage )
3. Pompa mampu tahan terhadap korosi dan karakteristik lingkungan
4. Pompa yang tahan terhadap suhu 180” farenheit
5. Pompa yang mampu betahan sesuai umur rencana 15 Tahun
6. Pompa dengan tingkat operasional standart dan Mudah dalam Pengoperasian dan Pengontrolan
7. Pompa dengan suku cadang dapat didapat pada distributor
8. Harus memiliki referensi dari distributor

B. Pemasangan
1. Dalam Melakukan Pemasangan harus Menyediakan Ahli Mekanikal dan Elektrikal yang memiliki referensi
kerja setara dengan Karakteristik Pompa Yang dimaksud

C. MESIN PEMBANGKIT LISTRIK ( GENSET )

 Mesin Pembangkit Yang Di Rekomendasikan Adalah Mesin Silen Type Dengan Kapasitas 10 Kw
 Harus memiliki Referensi dari Disributor
 Dalam Melakukan Pemasangan harus Menyediakan Ahli Mekanikal dan Elektrikal yang memiliki referensi
kerja setara dengan Karakteristik Pompa Yang dimaksud

D. MESIN POMPA AIR

 Pompa Multi Stage Head 160 Meter 10 Hz 5.5 Kw


 Kapasitas 1,977 Liter/detik
 Total head 160 meter
 Dia. Pipa 2"
 Type CR 5 – 36
 In let (suction) & Out let (discharge) DN 25/32 mm (1¼) Flange
 Material Pompa : Base : Cast Iron; Impeller; shaft; Chamber: Stainless Steel
 Power Motor : Max. 5,5 kw/3Ph/ 3 x 380-415DV/2920-2940 rpm
 Motor standard : IEC
 Motor Type 132 SC
 IE Efficiency class IE3

E. KABEL, PANEL DAN ASESORIS LAINNYA

Panel Listrik automatic adalah Menggunakan Sensor automatc System dengan indicator Outomatik Leveling
Minimum Air dalam Reservoar, Outomatik indicator Tekanan, indikator System Temperatur ada Motor , dan
Aliran Air
Kabel Listrik yang dimaksud adalah Memiliki Standart Internasioanal ( ISO ) Dan harus Menurut
Rekomendasi dari Ahli Elektrikal
Asesoris Lain yang degan standart ISO

3.4 PENGADAAN PIPA BAJA DAN PERLENGKAPANNYA.


3.4.1 Pengadaan Pipa Baja dan Perlengkapannya
Semua pipa dan alat penyambung harusdidisain untuk menerima tekanankerjaminimal sebesar 0.98Mpa (10.0
kg/cm2)kecuali ditentukan lain.
Referensi

Standar lain yang digunakan adalah :


 SNI 07-0068-1987 Pipa Baja untuk konstruksi umum, mutu dan cara uji.
 SNI 0039-1987 Pipa Baja Bergalvanis
 SNI 07-0242-1989 Pipa baja tanpa kambuh,mutu dan cara uji
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa.
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 SNI 07-0949-1991 Pipa baja coal-tar enamel lapis lindung bagian luar.

Page 31 of 46
 SNI 07-1769-1990 Penyambung pipa air minum bertekanandari besi yang
kelabu.
 SNI 07-1969-1991 Pipa air minum bertekanan besar itu kelabu,penyambung.
 SNI 07-2255-1991 Pipa baja saluran air
 SNI 07-2195-1991 Permukaan pipa flens,dimensi.
 SNI 07-2196-1991 Flens pipa, toleransi dimensi.
 SNI 07-3080-1991 Pipa spigot dan socket dari besi tuang modular untuk
jaringan pipa bertekanan, bagian 2
 SNI 07-3025-1992 persyaratanlas- ketentuan umum, Persyaratan servis
untuk sambungan las.
 SNI 07-3026-1992 Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu standar
las.
 SNI 07-3027-1992 Faktor-faktoryang harus dipertimbangkan dalam
penilaian perusahaan yang menggunakan las sebagai cara utama pabrikasi
 SNI 07-3078-1992 Flens logam – flens besi tuang.
 SNI 07-3073-1992 Penyambung pipa baja tanpa pasuanberulir.
 SNI 07-6398-2000 Tatacara pelapisan epoksi cair untuk bagian dalam dan
luar pada pelapisan air dari baja.
 SNI 07-3360-1994 Penyambung pipabaja dan baja paduan dengan las
tumpul.
 SII 2527-90 Water Supply Steel pipe
 ISO 7/1 Pipe threads where pressuretight jins are made on the
threads
 ISO 1459 Metalic coating – Protection against corrosion by hot
dipalvanzing guilding principles
 ISO 1461 MEtalic coating hot – Dip galvanized coating
Onfabricatedferrous product requirements
 ASTM A 570 Steel, sheet and Strip, carbo, hot roller structural quality
 AWWA C 200 steel water pipe 6 Inches and larger
 AWWA C 203 Coal-tar Protective coating and lining for steel water pipe
lines enameland tape hot applied
 AWWA C 205 Cement mortar protective lining and coating for steel
Water 4 inches and large shop applied.
 AWWA C 208 Dimension for steel waster pipe fitting.
 AWWA Manual M11 Steel pipe design and installation
 AWWA C 210 Liquid epoxy coating system for he interior and
exteriorsteel water pipe
 JIS G 3101 Rolled steel for general structure
 JIS G 3452 Carbon steel pipes for Ordinary piping
 JIS G 3457 Arc welded carbon steel pipe
 JIS B 2311 Steel butt-welding pipe fitting for ordinary use
 JIS G 3451 Fitting of coating steel pipesfor water service
 JIS G 550 Spheroidal Graphite iron castings
 JIS G 5702 Blackheart malleable iron castings
 JIS G 3445 Carbon steelpipes for pressure service
 JIS K 6353 Rubber goods pipes for water works

3.4.2 Pipa Baja dan Fitting

1. Material dan Fabrikasi


Pipa baja/steel harus dibuat dari pelat atau lembaran baja dan sambungannya menggunakan pengelastumpul (arc-
welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan di pabrik, dites dan dibersihkan.

Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum tidak kurang dari 226 N/mmz (22300
kg/cm2) dan harus memenuhi standar berikut :
 SNI 07-0949-1989 Pelat baja karbon untuk uap dan bejana tekan
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa
 ASTM A 283, grade D
 ASTN A 570, Grade 33
 JIS G 3101, Class 2
 JIS G 3452, SGP
 JISG 3457,STPY

Page 32 of 46
Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI -07-0822-1989 atau SNI 2527-90 atauJIS G 3452
dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan harus cukup merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat secara
otomatis, kecuali atas persetujuan pengguna barang boleh dilakukan pengelasan manual dengan prosedur yang
sesuai oleh tukang yang berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling yang dibuat pabrik harus dengan pengelasan
sudut (Butt welded). Banyaknya pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah satu pengelasan memanjang
dan tiga pengelasan keliling untuk setiap batang pipa. Panjang setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau
kurang, kecuali ditentukan lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang - seling pada sisi yang berlawanan untuk bagian yang berurutan.
Tidak diizinkan adanya ring, pelat ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun pada bagian
dalam pipa.

2. Dimensi Pipa
Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran diameter nominal berikut ini harus mempunyai ukuran diameter luar dan
ketebalan dinding minimum sebelum dilapisi pelindung dalam dan luar sebagai berikut :
DIAMETER LUAR DAN KETEBALAN DINDING PIPA BAJA
Diameter Nominal Diameter Luar Ketebalan Dinding
(mm) (mm) Minimum (mm)
100 114.3 4.5
150 168.3 5.0
200 219.1 5.8
250 273.0 6.6
300 323.8 6.9
350 355.6 6.0
400 406.4 6.0

3. Fitting
Semua fitting baja /steel harus dari bahan yang sama dan difibrikasi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada
bagian3.2 dan harus didisain dengan kekuatan yang sama dengan pipanya. Rinmg penguat atau saddle penguat
dapat dipasang pda bagian luar bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual M11 dan diameter luar dinding fitting
harus sesuai dengan persyaratan yang dispesifikasikan dengan persyaratan yang dispesifikasikan dalam bagian 3.2
dan standar berikut :
 Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil : JIS B 2311
 Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar : JIS B 2311 (sampai dengan 500 mm) dan JIS G 3451.
atauAWWA C 208.

“Bend” yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih kecil harus terdiri dari dua potongan bend.
Bend yang mempunyai sudut defleksi yang lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat harus difabrikasi
dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih besar dari 45 derajat harus
terdiri dari empat potongan bend.

3.4.3 Coating dan Linning (Lapisan Pelindung Luar dan Dalam)


1. Proteksi Bagian Luar
a. Pemasangan Bawah Tanah
Permukaan luar pipa dan fitting untuk pemasangan di bawah tanah harus dilapisi coal tar enamel dan dibalut dengan
bonded double asbestos felt sebagaimana dispesifikasikan pada Appendix A, Sec.A1.2dalam AWWA C 203. Lapisan
primer dan coal tar enamel adalah sebagai berikut :
 Primer : Type B sesuai denganbagian A.2.4dari AWWAC.203
 Coal Tar Enamel : Type I sesuai dengan bagian A.25. Table 1 dari AWWA C 203.

Konstruksi dari proteksi luar seperti diuraikan di atas harus terdiri dari berikut ini :
 Primer, type Byangdispesifikasikan di atas
 Coal tar enamel, type I yang dispesifikasikan di atas, ketebalan lapisan kering 2,4 mm +/-0,8 mm
 Bonded asbestos felt
 Coal tar enamel, type I sama seperti di atas,tebal kering lapisan0,8 mm minimum.
 Bonded aasbestos felt; dan
 Satu lapisan water resistant white wash.
System pelindung luar lainnya yang menjamin kualitas yang sama atau lebih dari pada yang di spesifikasikan di
atas dapat diterima atas persetujuan engineer tetapi segala system proteksi yang menggunakan polyethylene tapi
tidak diperkenankan.

Page 33 of 46
b. Pemasangan di Atas Tanah
Semua pipa dan fitting yang akan digunakan sebagai jembatan dan terpapar diluar/dapat terlihat langsung, harus dicat
di pabrik dengan lapisan primer dan lapisan pertama (first coat) yang sesuai dengan susunan berikut ini :
 Persiapan permukaan : SSPC- SP-6 atau SP-3
 Primer : Etchin primer, ketebalan minimum lapisan kering 20 mikron.

Lapisan pertama : Read lead atau lead suboxide primer, ketebalan lapisan kering 35 mikron.
Persiapan permukaan harus dilakukan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Steel Structure Painting Council, USA
dan kelas yang disebutkan di atas, primer dan Etching Primer, Class 2.
Lapisan pertama harus sesuai dengan JIS K 5622, read lead Anticorrosive Paint, Class 1 atau JIS K 5623, Lead-
Suboxide Anticorrosive paint,Calss 1 atau sesuai dengan persetujuan pengguna barang.

3.4.4 Lapisan Pelindung Dalam


1. Umum
Semua pipa dan fitting untuk pemasangan di bawah tanah harus diberi lapisan dalam dari adukan semen (cement
mortar) atau epoxy atau coal tar epoxy sesuai dengan AWWA C.210. semua jalur pipa di atas tanah harus
menggunakanepoxy atau caol tarepoxy sebagai lapisan dalamsesuaidengan AWWA C.210.
Semua bahan lapisan pelindung luar dan dalam yang kontak langsung dengan air bersih harus dilengkapi dengan
sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga kesehatan masyarakat yang berwenang untuk penggunaan pada air minum.
Penyedia jasa Pengadaan harus menyerahkan sertifikat yang menjamin perayaratan untuk saluran air minum.

2. Lapisan Adukan Semen (Cement Mortar Lining)


Lapisan adukan semen harus sesuai dengan AWWA C.205atau standar internasional lainnya yang disetujui dengan
kualitas yang sama atau lebih tinggi dari pada standar yang telah disebutkan di atas.
Lapisan adukan semen tersebut harus mempunyai ketebalan yang sama kecuali pada sambungan atau pada bagian
dinding pipa yang terputus. Ujung dari lapisan harus dibiarkan menyudut dan lurus kearah sumbu memanjang pipa.
Ketebalan lapisan harus mengikuti table di bawah ini :

KETEBALAN CEMENT MORTAR LINING


(mm) Ketebalan Lining Toleransi Untuk
(mm) Ujung Pipa

100 sampai 250 6 -1.6 to + 3.2


300 sampai 600 8 -1.6 to + 3.2

3. System Lapisan Epoxy Atau Coal tar Epoxy


System pelapisan dengan epoxy dan coal tarepoxy sesuai denganAWWA C.210 dan dilaksanakan di pabrik. System
tersebut terdiri dari sebgai berikut :

a. System pelapisan dengan epoxy


 Satu lapisan liquid two part chemicallycured rust inhibitive epoxy primer
 Satu lapisan atau lebih liquid two part epoxy finish coat yang tidak mengandung coal tar.
b. System pelapisan dengan coal tar epoxy
 Satu lapisan liquid two part chemicallycured rust inhibitive epoxy primer
 Dua lapisan dari two part coal tar epoxy finish coat.
Primer dan finish coat harus berasal dari pabrik yang sama.
System pelapisan epoxy ini dapat juga terdiri dari dua atau lebih lapisan dengan epoxy yang sama tanpa
menggunakan primer tersendiri. System alternatif ini harus memenuhi persyaratan AWWAC.210 dan lapisan pertama
dan system alternatif ini dianggap sebagai lapisan primer.
Ketebalan lapisan kering total dari keduasistem pelapisan tidak boleh kurang dari 400 mikron dan lebih kecildari
H600mikron.

3.4.5 Pelapisan Coating dan Lining Pada Ujung Pipa


1. Ujung Rata / Datar
Spesifikasi pelapisan / coating harus dikupas/cutbacksebesar 370 mm, lining yang sesuai spesifikasi diperpanjang
sampai ujung pipa. Ujung pipa dan permukaan luar, lebih dari 370 mmdari ujung pipa harus dicat dengan epoxy atau
coal tar epoxy seperti yang dispesifikasikan pada bagian 7.3.1 Proteksi Bagian Luar.

Plat baja ringan (mild steel) dari sambungan ikatan (bonding terminal) pada ujung datar harus dibuat pada seperti
digambarkan. Untuk proteksi katodik yang dipasang pada perpipaan air bersih dari baja yang ditanam dalam tanah.
Ukuran dari plat adalah panjang 50 mm, lebar 30 mm dan ketebalan 5 mm.

Page 34 of 46
2. Ujung Bevel
Lining dan coating harus dikupas/cutback seperti dispesifikasikan di bawawh ini :

Cutback Lining
Nominal Cutback Tar Epoxy Mortar
(mm) Coating (mm) (mm)

80 - 350 100 80 3±1


400-700 150 80 3±1

Bagian yang dikupas harus dicat dengan primer seperti dispesifikasikan pada sub bagian sebelumnya. Detail dari
coating dan lining pada ujung bevel.
3. Ujung Flange
Untuk ujung flange tidak perlu pengupasan lining atau coating. Seluruh permukaan dari flens harus dicat dengan epoxy
atau coal tar epoxy seperti dispesifikasikan pada 7.3.1 Proteksi bagian Luar, Bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung Luar dan
lapisan Dalam.

4. Coating dan Lining Pipa-pipa Khusus dan Fitting


Semua bagian luar dann bagian dalam permukaan dari pipa dan fitting khusus berikut ini harus dicat dengan epoxy atau
coal tar epoxy seperti dispesifikasikan pada bagian 7.3.1 Proteksi Bagian Luar, bagian 7.3.2 Lapisan Pelindung Luar
dan Lapisan Dalam (Coating dan Lining) ;
 Double flange short piece digunakan untukair valve assembly
 Short piece digunakan untuk valve assembly
 Flange dan spigot digunakan untuk valve assembly
 Blank Flange

5. Lapisan Pelindung Sambungan


a. Umum
Lapisan pelindung luar pada sambungan digunakan sebagai proteksi terhadap korosi pada semua sambungan pipa
dengan pengelasan dilapangan dan tertanam didalam tanah, dan harus diselubungi oleh lembaran yang tahan
panas-susut (heat shrinkable sleeve orsheet).

Penyedia jasa pengadaan harus menyediakan lapisan sambungan (coal) sesuai dengan spesifikasi dan
memasukkannya ke dalam Billof Quantity. Bahan lapisan sambungan kulit ini harus mencukupi untuk menutup
permukaan yang harus dilindungi dan memasukkan tambahan (allowance) 20%. Penyedia jasa pengadaan harus
menyerahkan perincian dari volume bahan tersebut.

b. Selubung atau Lembaran Tahan Panas-Susut (Heat Shrinkable Sleeveor Sheet)


Selubung atau lembaran bahan tahan panas-susut harus terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapiasn luar
menggunakan cross linked polyethylene dan lapisan dalam butyl rubber based adhesive.

Panjang selubung tersebut tidak boleh kurang dari 600 mm dan ketebalan lapisan minimumluar dan lapisan dalam
sebelum susut adalah sebagai berikut :

Diameter Pipa ketebalan Minimum Ketebalan Minimum dan


(mm) Lapisan Luar Lapisan Dalam
(mm) (mm)

< = 350 0.6 0.6


400 0.9 0.6
450 1.2 0.6
Karakteristik fisik lapisan luar dan lapisan dalam adalah sebagai berikut :
Karakteristik fisik lapisan luar
 Specific Gravity (min) : 0.91 (JIS K 112)
 Kekuatan tarik :

- Circumferential (Min., N/mm2) : 17.7 (JIS K6760)


- Axial (Min., N/mm2) : 14.7 (JIS K 6760)
 Elongasi :
- Circumferential (Min., N/mm2) : 250 (JIS K6760)
- Axial (Min., N/mm2) : 500 (JIS K 6760)

Page 35 of 46
 Identification hardness
(Min.,Shore D) : 43 (JIS K 72150)
 Dielectric Strenght
(Min.,kV/mm) : 30 (JIS K 6911)

 VolumeResistivity
(Min., Ohm-cm) : 1x10^14 (JIS K 6911)
 Shrinkage*
- Circumferential (Min., N/mm2) : 40
- Circumferential (Min., N/mm2) :8

Catatan : (.,) menunjukan standard dari metoda pengetesan yang diterapkan


*Pada 200 derajat celcius untuk 20 menit.

Kriteria Fisik Lapisan Dalam


 Spesific Grafity (Min) : 1.0 (JIS K 7112)
 Consistency (Max) : 80 (JIS K 2220)
 Softening Point (Min degrees C) : 60 (JIS K 2207)
 Penetration (Max) : 90 (JIS K 2207)
Catatan : (.,) memperlihatkan standard dari metoda pengetesan yang diterapkan.
Penyedia barang harus menyediakan 6 (Enam) set perlengkapanheat-shrink flame. Setiap set perlengkapan ini
terdiri dari pembakar dengan nozzle, bak sebelum pembakarandan stop valve, three-layer heavy duty hose,
pengatur tekanan gas dengan pengukur dan lain sebagainya. Tiga (3) set tambahan dari pembakardan pengatur
tekanan gas harus juga disediakan.
6. Pengecetan Tanda (Marking)
Semua pipa baja/steel dan fitting harus diberi tanda (marking)dengan jelas pada bagian tengahnya. Bahan cet tersebut
harus dibagi dari long oil alkyd resin seperti berikut ini atau dari mutu yang setara.
P.T Dimet Indonesia VYGARD 260
ICI ICI SUPER
P.T ICI Paint Indonesia STRUCTURE FINISH
NIPPON PAINT BODELAC 9000
P.T Nippon Paint Indonesia ALKYD RESIN

7. Perlindungan Korosi Petrolatum (Petrolatum CorrosionProtection Tape)


Perlindungan korosi petrolatum harus dari Densotape untuk perlindungan korosi dan harus terbuat darikain tidak
beranyam dari fiber sintetis yang menyerap dengan kandungan petrolatum, anorganik tak aktif dan pengisi organic,
serta pengawet organic. Bahan ini harus didesain untuk perlindungan korosi tinggi dan tahan lama dengan mengikat
adhesive, insulasi elektris, insulasi air, tahan cuaca, tahan kimia, anti mikroognisme, dll.
Setelah petrolatum pelindung korosi digunakan, permukaannya harus dilindungi dengan pita pembungkus kecuali
ditentukan lain. Pita pembungkus harus berupa PVC adhesive atau material lain yang disetujui oleh Pengguna Barang.
Pita pembungkus harus dari pabrik yang sama dengan pelindung korosi petrolatum.

8. Sambungan Fleksibel dan Kopling


a. Umum
Semua sambungan fleksibel dan koplingdidesain untuk tekanan kerja maksimum sebesar 0.98 Mpa (10.0kg/cm 2)
kecuali ditentukan lain.
b. Referensi
Yang dipakai sebagai referensi adalah standar-standar berikut :
 AWWAC 219 Bolted, Sleeve-Type Coupling for Plain-end pipe
 JIS G 3101 Rolled Steel Pipes for Water Sercive
 JIS G 3443 Coating Steel Pipes for Water service
 JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for Machine Structure Purpose
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure Service
 JIS G 5502 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5402 BlackheartMalleable Iron Castings
 JIS K6353 Rubber Goodsfor Water WorksService

9. Sambungan Dengan Sistim Las

Setiap Pengelasan Harus Menggunakan Material dan sambungan dengan Kuat Tekan Minimum 40 Bar

Page 36 of 46
3.5 PERSYARATAN TEKNIS UNTUK PEMASANGAN PIPA
a. Jalur Pipa
Arah jalur pipa dan kedalamannya harus menurut apa yang ditentukan dalam gambar dan spesifikasi teknik, kecuali
apabila Direksi/Koordinator Daerah menentukan lain. Sebelum memulai penggalian parit, maka jalur pipa harus
dipatok terlebih dahulu oleh pemborong dan disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah.
b. Lubang-lubang Percobaan
Direksi/Koordinator Daerah dapat memerintah menggali lubang-lubang percobaan di depan galian parit pada
kedalaman sedemikian rupa sehingga Direksi/Koordinator Daerah dapat menyesuaikan parit yang selanjutnya.
Biaya pembuatan lubang percobaan adalah menjadi tanggungan Pemborong.
c. Bangunan-bangunan yang sudah ada
Bangunan-bangunan yang sudah ada, pondasi beserta batu-batuan, batang-batang pohon, akar atau benda lain
yang tak terduga kehadirannya yang dijumpai dalam penggalian harus disingkirkan oleh pemborong. Biaya
menyingkirkan benda-benda tersebut adalah menjadi tanggungan Pemborong.
d. Sarana-sarana yang sudah ada
Apabila parit harus dekat atau melintasi jalur-jalur sarana yang ada (saluran pembuangan, pipa-pipa, kabel-kabel
dan lain-lain) pemborong harus membuat penyangga sementara atau permanen atau menyediakan perlengkapan
lain yang diperlukan. Setiap kerusakan yang terjadi terhadap sarana yang sudah ada tersebut, harus diperbaiki oleh
pemborong sehingga berfungsi seperti keadaan semula dan biaya perbaikan menjadi tanggungan Pemborong.
e. Kuburan
Apabila jalur pipa melalui kuburan, maka pemborong harus berhati-hati, penggalian diluar batas yang ditentukan
harus dicegah. Andaikan selama penggalian tersebut menjumpai kuburan, maka Pemborong harus
memindahkannya dengan terlebih dahulu merundingkan dengan yang berwenang atas kuburan tersebut, semua
biaya pemindahan kuburan tersebut adalah tanggungan Pemborong.
f.Pagar dan Dinding
Apabila parit akan melalui pagar atau dinding yang tak dapat dihindari menurut pendapat Direksi/Koordinator
Daerah, maka pemborong harus menyingkirkannya dan mendirikan kembali pagar dan dinding tersebut seperti
keadaan semula setelah pekerjaan pemasangan pipa selesai seluruhnya. Biaya pembongkaran dan perbaikan
kembali adalah menjadi tanggungan Pemborong.
g. Pemeriksaan oleh Direksi/Koordinator Daerah
Kontraktor tidak dibenarkan meletakkan pipa-pipa di dalam parit sebelum parit yang bersangkutan diperiksa dan
disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah.
k. Material Galian
Kontraktor harus menyediakan tempat penampungan sementara guna penyimpanan material galian yang akan
digunakan untuk penimbunan kembali. Untuk setiap material yang tidak cocok untuk penimbunan kembali atau
untuk keperluan lain, maka Pemborong harus segera menyingkirkannya dari lapangan. Biaya penyingkiran ini
adalah tanggungan Pemborong.

l. Timbunan Kembali
Parit-parit harus ditimbun paling lama 1 hari setelah pengetesan pipa kecuali jika Direksi/Koordinator Daerah
menentukan lain.
Sebelum pipa dipasang, 10 cm lapisan pasir diletakkan pada dasar saluran sebagai bantalan dari pada pipa.
Lapisan tadi harus dipadatkan dan rata. Untuk pemasangan pipa yang normal atau sepanjang jalan, urugan pasir
setebal minimal 10 cm diatas pipa harus dilakukan seperti ditunjukkan dalam gambar. Urugan pasir tersebut harus
dipadatkan dan diratakan.
Untuk pasangan pipa melintasi jalan, urugan setebal 40 cm diatas pipa harus dilakukan seperti ditunjukkan dalam
gambar. Pasir yang digunakan untuk urugan berdiameter maximal 2 mm dan bebas dari lempung dan zat organik.
Setelah urugan pasir, saluran diurug dengan tanah urug yang bebas dari kerikil, benda-benda tajam, zat organik dan
dipadatkan lapis demi lapis.
Permukaan tanah timbunan harus beberapa cm di atas permukaan tanah asli untuk mengimbangi adanya
penurunan. Sebelum pipa ditest penimbunan dilaksanakan setebal 40 cm kecuali ditempat sambungan tidak
ditimbun sehingga sambungan masih dapat terlihat. Penimbunan harus segera disempurnakan setelah test pipa
dilaksanakan dan disetujui Direksi/Koordinator Daerah.

Page 37 of 46
3.5.1 Pekerjaan Galian
 Galian untuk jalur pipa harus merupakan galian terbuka dengan lebar galian harus sedemikian rupa agar pipa
dapat diletakkan dan disambung dengan baik, lebar galian yang dianjurkan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan
Tabel 3.3a dan 3.3b.
 Pada tanah yang lembek kedalaman galiannya harus 75 cm dibawah elevasi dasar pipa.
 Panjang maksimum jalur penggalian yang diijinkan pada satu lokasi penggalian adalah 100 meter.
 Kedalaman parit harus dihitung dari permukaan tanah. Kedalaman dan lebar parit harus menurut dimensi yang
ditentukan dalam gambar, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi/Koordinator Daerah. Dasar parit harus rata
sesuai dengan permukaan dinding pipa yang akan ditanam.
 Apabila parit digali lebih dari apa yang direncanakan maka Pemborong harus menimbunnya dengan pasir dan
memadatkannya kembali sampai permukaan yang direncanakan. Biaya penimbunan dan pemadatan adalah
menjadi tanggungan Pemborong.
 Apabila dalam galian dijumpai batu, tembok, bekas pondasi atau benda lain, yang dapat menghalangi atau
membuat kedudukan pipa menjadi tidak benar pemborong harus menghilangkannya minimal 20 cm dibawah dasar
parit yang direncanakan, kemudian mengurug dan memadatkannya dengan parit sampai pada kedalaman yang
direncanakan.
 Saluran yang telah digali dan diperiksa oleh Direksi/Koordinator Daerah harus segera dipasang pipa dan
dipadatkan kembali. Peletakkan pipa harus disesuaikan dengan kemajuan galian parit.
 Kontraktor harus membuat juga galian-galian yang diperlukan untuk pembuatan dan peletakkan thrust block, bak-
bak valve dan lain-lain sesuai dengan gambar atau petunjuk Direksi/Koordinator Daerah.
Gambar 1
Typical Pemasangan Pipa GIP

Urugan
Tan
Tanah H
ah
Kembali
Asli
Tanah h
urug
PilihanDi 
a.
Pi h
pa
w  w

Tabel 3.5.1
Spesifikasi Galian Tanah Pipa GIP

Ø (Dia.Pipa) W w H h

Inch (mm) cm cm cm Cm

½ 15 16.50 7.5 25 7.5

¾ 20 17.00 8.5 30 7.5

1 25 22.50 10 30 7.5

11/2 40 24.00 10 30 7.5

2 50 25.00 10 30 7.5

3 75 32.50 12.5 35 10

4 100 40.00 15 40 10

6 150 45.00 20 40 10

8 200 60.00 20 40 10

10 250 65.00 20 50 15

Page 38 of 46
3.5.2 Pekerjaan pengurugan
 Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengurugan adalah :
- Bahan pilihan
- Pasir alam/pasir urug yang tersusun dari butiran halus sampai kasar, tidak menggumpal, bebas dari
kotoran sampah, abu dan bahan-bahan organic, serta tidak mengandung tanah liat dan lempung lebih
dari 5% berat seluruhnya.
 Urugan dibawah pipa mulai dari alas sampai dengan garis tengah pipa dan diletakkan secara berlapis
dengan ketebalan kurang dari 15 cm, dan dipadatkan hingga mencapai kepadatan 95 % dan mempunyai nilai
indeks plastisitas sebesar 6 % - 50 %.
 Urugan diatas pipa mulai dari garis tengah pipa dan diletakkan secara berlapis dan dipadatkan sampai
dengan 10 cm diatas pipa.
 Urugan tanah kembali merupakan urugan tanah yang berasal dari bahan galian kemudian dipadatkan
sampai rata dengan permukaan tanah asli, tebal dari urugan tanah tergantung dari diameter pipa yang
ditanam.
 Perbaikan bekas galian
- Jalan beraspal
 Lapisan tanah dasar harus mencapai kepadatan 90% modified proctor
 Lapisan sub base harus mencapai kepadatan 95% kepadatan modified proctor.
 Ketebalan minimum lapisan macadam adalah 60 mm, dan dipadatkan.
 Lapisan penetrasi dari tipe RC-2 bitumen disebarkan setelah lapisan macadam dipadatkan.
- Jalan gravel
Perbaikaannya adalah 100 mm subgrade dan 100 mm bahan gravel dengan gradasi PI lebih besar dari
10, dipadatkan sampai 95% modified proctor.
- Jalan beton
 Beton yang digunakan harus kelas K225
 Agregat kasar dengan ukuran 20 mm dan 38 mm boleh digunakan.
 Lalu lintas diijinkan untuk lewat diatas cor-coran 7 hari dengan menggunakan semen yang cepat
mongering dan 10 hari jika digunakan semen biasa.
- Trotoar beton
 Ketebalan lapisan beton minimum = 60 mm
 Beton harus sekelas K 125.
- Perbaikan kembali saluran dan pinggir jalan
Pekerjaan perbaikan kembali harus termasuk beton dasar, bekisting dan pemasangannya pada posisi
lurus dan berbelok.
- Perbaikan jalan umum
Untuk lebih jelasnya dalam perbaikan lapisan kembali dapat dilihat pada gambar pelaksanaan.
3.5.3 Pekerjaan Pemasangan Pipa
Pekerjaan Pemasangan Pipa GIP / GSP
1. Pengangkatan
Peralatan pengangkat ini harus mempunyai kemampuan minimum satu ton atau berat 1 (satu) batang pipa dengan
diameter terbesar yang akan dipasang, dan peralatan yang dianjurkan adalah crane.
2. Pengangkutan
Peralatan ini harus dapat mengangkut pipa sesuai dengan kondisi yang diperlukan
 Perletakan pipa
Pipa yang akan dipasang harus diberi dasar material padat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2
3. Penyambungan pipa
Penyambungan pipa harus dilakukan menurut petunjuk dari pabrik dan disetujui oleh Direksi/Koordinator Daerah.
Semua permukaan luar dan dalam dari ujung pipa atau perlengkapan pipa (Accessories) yang akan disambung
harus bersih.
Pipa DCIP, GIP/DSP dan Steel
 Penyambungan dengan tipe flens/flange dan mur diputar dengan ukuran kunci putar dalam table 3.5.3.a
dan semua flange menggunakan gasket dn harus benar-benarpada posisinya.
 Penyambungan dengan tipe ulir (drat), bagian luar dari ulir harus dilindungi dengan cat bitumen.

Page 39 of 46
Gambar 2
Typical Perletakan Pipa Pada Dasar Galian

Tipe 1 Tipe 2
Dasar galian rata pengurugan dipadatkan sampai Pipa diletakkan diatas material terpilih tebal 100
garis tengah pipa mm pengurugan dipadatkan sampai puncak pipa.

Tipe 3 Tipe 4
Pipa diletakkan pada permukaan pasir, kerikil atau Pipa diletakkan pada material granular yang
batu pecah dengan tebal 1/8 kali diameter pipa dipadatkan sampai dengan garis tengah pipa dan
minimum. 100 mm material terpilih atau granular dipadatkan sampai
puncak pipa

Tabel 3.5.2.a
Standar Puntir Untuk Mur Pada Sambungan Tipe Flens

Ukuran Baut Diameter Nominal Pipa Standart Puntir

(mm) (mm) (kg-m)


16 75 – 200 6
20 250 – 300 9
22 350 – 400 12
24 450 – 600 18

 Penyambungan dengan las


- Tukang las harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup dan harus mempunyai sertifikat yang
dikeluarkan oleh “Program khusus Pertamina-Bechtel “ atau sertifikat yang setara.
- Batang las tidak boleh yang menyerap air dan rata-rata kelembaban tidak boleh lebih dari 2,5 % untuk
illiminated rod dan 0,5% untuk low hydrogenious rod.
- Mesin las harus dari jenis AC arc welding machine atau DC arc welding machine.
- Pengelasan dilakukan secara dua lapis, (satu lapis pengelasan secara lurus, searah sambungan pipa dan
lapis kedua secara zig-zag)
- Untuk menghindari karat pada sambungan, setelah pengelasan dilakukan pengecatan dengan cat
pelindung atau setara.
 Perlindungan terhadap karat pada sambungan flens, coupling, dan flens adaptor diluar bak kontrol dengan
menggunakan pita, mastic dan pasta harus tanpa dipanaskan.
 Pada proses penyambungan pada pipa, besarnya defleksi yang diperbolehkan dapat dilihat pada Tabel
3.5.3.b dan Tabel 3.5.3.c
 Sambungan dengan angkur tidak diperbolehkan ada defleksi
Page 40 of 46
4. Pemotongan Pipa
 Kontraktor harus memotong pipa bilamana diperlukan dengan alat pemotong pipa yang tidak merusak lapisan
pelindung dan lapisan pencegah korosif pada pipa dan bila diperlukan, Pemborong harus membuat ulir pada
ujung pipa yang telah dipotong.
 Pemotongan ujung pipa untuk jembatan pipa harus dibuat miring dan kemiringan ujung pipa tersebut harus
dipotong dengan sudut 30 derajad diukur dari garis yang sejajar dengan sumbu pipa dengan toleransi 50 – 00
dengan lebar permukaannya lebih kurang 1/16 inch sampai 1/32 inch
5. Perlengkapan Pipa (accessories)
 Perlengkapan pipa seperti valve, air valve dan lain-lain harus ditempatkan sesuai dalam gambar atau petunjuk
Direksi/Koordinator Daerah di lapangan.

Tabel 3.5.2.b
Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Pada Tanah Keras
a. Untuk Sambungan Push-On

Diameter Nominal Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan


(mm) (derajat)

75 – 200 5o

250 – 350 4o

400 3o30`

b. Untuk Sambungan Mechanical Joint

Diameter Nominal Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan

(mm) (derajat)

75 – 300 5o

350 4o50`

400 4o10`

Page 41 of 46
Tabel 3.5.2.c
Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Pada Tanah Lembek

Dia. Nominal Push On Joint Mechanical Joint


mm Sudut Defleksi Panjang Def. Sudut Defleksi Panjang Def.
(cm) (cm)

75 5o00` -- 5o00` --

100 5o00` 52 5o00` 52

150 5o00` 52 5o00` 52

200 5o00` 52 5o00` 52

250 4o00` 41 5o00` 52

300 4o50` 41 5o00` 52

Keterangan :
Defleksi yang diijinkan untuk panjang pipa 6,00 meter
3.5.4 Testing Pekerjaan Pemasangan Pipa
 Uji coba secara hidrolis harus dilakukan selama pelaksanaan pembangunan jalur-jalur pipa, peralatan pembantu
yang digunakan adalah pompa, alat ukur, dongkrak dan strust.
 Pengujian pipa harus sesuai dengan tata cara pengujian pipa. Pada sistem pengaliran air secara pemompaan,
pengetesan pipa dilakukan bagian demi bagian dimana panjang maksimum dari bagian pipa yang ditest adalah
500 m. Pengetesan dilakukan dengan cara memompakan air kedalam pipa yang akan ditest sehingga
mencapai tekanan 8 atmosphere dan dibiarkan selama 1 jam. Setelah 1 jam, apabila tekanan turun, tekanan
harus dinaikkan lagi sehingga 8 atmosphere dengan cara memompakan air kedalam pipa. Pekerjaan perpipaan
dianggap memuaskan jika air yang dipompakan untuk menaikkan tekanan sehingga kembali pada tekanan 8
atmosphere setelah 1 jam tidak lebih dari (0,01 x d) liter tiap jam km, dimana d adalah diameter pipa yang ditest
dalam mm. Apabila air yang dipompakan lebih dari 0,01 x d liter, maka pemborong harus menentukan sumber
kebocoran dan memperbaikinya. Pekerjaan pengetesan harus diulang setelah perbaikan dilaksanakan. Biaya
untuk pengetesan sudah harus dihitung dan termasuk dalam nilai kontrak.
 Kebocoran yang dapat diterima saat pengujian terlihat pada Tabel 3.5.4
Tabel 3.5.3
Kebocoran Yang Diijinkan/Km Pada Saat Pengujian Pipa

Diameter Nominal Jumlah Kebocoran


(mm) (l/jam)

75 2,55

100 3,04

150 4,56

200 6,08

250 7,60

300 9,12

3.5.5 Pekerjaan Penggelontongan


Dilaksanakan dengan menggunakan air bersih dari pipa eksisting
Sumber air dari pipa eksisting hanya dari 1 (satu) sumber saja
Waktu penggelontoran adalah 3 menit untuk 100 meter panjang pipa
Jaringan pipa dapat diterima bila air hasil penggelontoran setelah melewati waktu yang ditetapkan dalam keadaan
bersih dengan dibuktikan lewat parameter warna, kekeruhan dan Ph.

Page 42 of 46
Sebelum setiap bagian pipa diserahkan, maka kedalam pipa harus dialirkan air bersih dengan kecepatan tinggi
untuk pencucian, sehingga air yang mengalir menjadi jernih dan tidak mengandung endapan. Jika ada
kerusakan pada perlengkapan pipa dan pompa yang diakibatkan karena adanya benda-benda seperti kerikil dan
lain-lain karena pencucian yang dilakukan Pemborong tidak sempurna, maka Pemborong harus memperbaiki
kerusakan-kerusakan tersebut atau mengganti barang-barang yang rusak dan biaya perbaikan dan penggalian
menjadi tanggungan Pemborong.
3.5.6 Lapisan Pelindung Pipa
Lapisan pelindung luar terdiri dari :
 Pipa baja yang terekspose : lapisan pipa harus teridiri dari (Tabel 3.8)
 Pipa baja yang terpendam dilapis dengan menggunakan epoxy
 Lapisan pelindung bagian dalam adalah cement mortar lining dan diberi semprotan furnace cement.
 Sleeving yang terbuat bahan polyethylene yang berbentuk lembaran film berwarna hitam

Tabel 3.5.4
Bahan-Bahan Pelapisan Pipa Baja dan Fitting

Lapisan Bahan Ketebalan

Pertama Meni besi Minimum dalam keadaan


Kering = 50 mikron

Kedua Cat dasar Dalam keadaan kering = 50


mikron

Ketiga Dua lapis cat terakhir Dalam keadaan kering = 50


mikron

3.5.7 Thrust Support


 Trust Support diberikan pada deaerah pipa yang menggantung diatas tanah
 Bahan harus dari beton kelas D = 200 kg/cm diletakkan pada tanah dengan pondasi agregat setebal minimum 20
cm
 Pipa Penyangga menggunakan Pipa medium dengan Perkuatan Pengelasan
 Ukuran thrust block ditunjukkan dalam gambar standar/typical kecuali jika Direksi/Koordinator Daerah menentukan
lain.

3.5.8 Thrust Block


 Trust block diberikan pada semua percabangan pipa, bend, reducer, tee, valve dan lain-lain dengan ukuran 2 inch
dan lebih besar harus diberi trust block, serta harus diletakkan sedemikian rupa untuk memudahkan
pemindahannya.
 Bahan harus dari beton kelas D = 200 kg/cm diletakkan pada tanah dengan pondasi agregat setebal minimum 20
cm
 Ukuran thrust block ditunjukkan dalam gambar standar/typical kecuali jika Direksi/Koordinator Daerah menentukan
lain.

3.5.9 Pipa Driving


 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan driving sleeve dari beton bertulang (concrete) dan diikuti dengan
pemasukan pipa.
 Kedalaman bagian atas sleve yang dipancang minimum 2,00 meter
 Pada permukaan dasar ruang penembus dipasang pondasi batuan dengan ketebalan 15 cm pada seluruh
permukaannya.
 Pada pondasi batuan diberi lantai kerja dengan mutu beton kelas E dan ketebalan 15 cm

3.5.10 Pekerjaan Beton


Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur agregat halus, agregat kasar, air dan semen Portland atau
bahan penguat hidrolis lain sejenis, dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. (SK SNI S-36-1990-03)

Page 43 of 46
1. Persyaratan material
 Semen
- Semen portland tipe I – V
- Semen portland-pozolan
- Semen tidak menggumpal, sweeping atau kantungnya rusak.
- Gudang tempat penimbunan harus baik dan tidak bocor.
 Agregat
Agregat harus memenuhi standard seperti dalam Tabel 3.5.9.a dan Tabel 3.5.10.b

Tabel 3.5.5.a
Gradasi Agregat Halus

Batas % Berat Yang Lewat Ayakan


Ayakan Umum Khusus
(mm) Kasar Sedang Halus

10,00 100 -- -- --

5,00 89 – 100 -- -- --

2,36 60 – 100 60 – 100 65 – 100 80 – 100

1,18 30 – 100 30 – 90 45 – 100 70 – 100

0,60 15 – 100 15 – 54 25 – 80 55 – 100

0,30 5 – 70 5 – 40 5 – 48 5 - 70

0,15 0 -15 -- -- --

b
Tabel 3.5.5.b
Gradasi Agregat Kasar

% Berat Yang Lewat Ayakan


Ayakan Ukuran Nominal Agregat
(mm) 40 – 5 mm 20 – 5 mm 10 – 5 mm

50 100 -- --

37,5 89 – 100 100 100

20,0 35 – 70 85 – 100 90 – 100

10,0 10 – 40 0 – 25 50 - 85

5,0 0 –5 0–5 0 – 10

 Air
Persyaratan untuk air yang digunakan adalah :
- Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung yang dapat dilihat secara visual.
- Tidak mengandung garam, asam dan zat organic yang dapat merusak beton.

Page 44 of 46
 Kandungan khlorida tidak lebih dari 50 ppm dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm
sebagai SO3.

 Bahan tambahan
Bila digunakan tidak boleh menghasilkan beton yang kurang padat, lebih berpori dan
mempunyai struktur permukaan kurang baik.
 Baja Tulangan
Jenis besi harus mempunyai tegangan leleh karakteristik 2400 kg/cm2.
2. Pengujian beton
Semua beton yang digunakan harus dilakukan pengujian slump test dan test kadar lumpur.
3. Pemasangan tulangan baja
 Harus bebas kotoran, karat, minyak dan gemuk.
 Kawat ikat yang berkualitas besi lunak dan berdiameter 1 mm digunakan untuk pengikatan
tulangan.
4. Bekisting
 Tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah pergeseran
 Permukaannya harus halus dan rata.
5. Campuran Beton
Jumlah semen dalam 1 m3 beton struktur adalah sekurang-kurangnya 340 kg dan untuk pondasi
adalah 375 kg/m3 beton
3.5.11 Perlintasan Pipa (Jembatan Pipa)
 Pemasangan pipa yang melintasi saluran/sungai/kali harus sesuai dengan gambar kecuali jika
Direksi/Koordinator Daerah menentukan lain.
 Untuk lintasan dimana pipa tidak tertanam didalam tanah, pipa GIP/GSP/steel/DCIP harus digunakan,
sedangkan pipa PVC tidak diperkenankan.
 Untuk pipa yang tertimbun dalam tanah dibawah saluran/jalan, pipa harus diberi pelindung seperti apa yang
ditunjukkan dalam gambar.
 Batas konstruksi jembatan pipa adalah kedua ujung sambungan flexible/bend.
1. konstruksi bangunan bawah
- Pembuatan lantai kerja dengan beton K 100.
- Tanah yang tidak sesuai untuk lapisan pondasi harus diganti
- Untuk pondasi pancang kepala pancang harus disiapkan kedalam bangunan bawah sedalam 10 cm.
2. Perpipaan
Cincin pendukung harus terbuat dari besi baja dengan baja tahan karat.
3. Pengelasan
Pengelasan harus diuji dengan test radiographic atau yang setara.
3.5.12 Alat Ukur
Alat ukur yang biasa digunakan didalam pekerjaan air bersih adalah meter air baik pada Pipa Transmisi maupun
Pipa Distribusi, dengan ketentuan yangberlaku untuk meter air sebagai berikut :
 Mempunyai kesalahan pengukuran maksimum 5 % dalam plus dan minus.
 kehilangan tekanan pada kemampuan ukur nominal tidak boleh melampaui nilai 25 kPa, dan kemampuan
ukur maksimal tidak melampaui 100 kPa.
 harus mampu menahan tekanan 1600 kPa (16 Bar) selama 5 menit tidak bocor atau basah.
 harus dilengkapi dengan alat penyetel untuk memperbaiki hubungan antara debit yang ditunjukkan dan debit
yang sebenarnya.

Page 45 of 46
Pemasangan meter air :
1. Sebelum dipasang, pipa harus lakukan penggelontoran.
2. Meter air harus dipasang pada posisi horizontal, dan dilindungi dari udara dingin, kerusakan dan benturan.
3. Sisi inlet dan outlet darimeter harus dipasang persis pada sumbu memanjang pipa pelayanan.
4. Jalur pipa antara katup inlet dan outlet dan perlenkapan lainnya harus cukup luas untuk memungkinkan
pemasangan meter air dan accessories lain yang diperlukan pada pemasangan meter air.
5. Meter air tidak boleh dipasang pada pipa yang bengkok karena akan menyebabkan kerusakan pada meter
air, terutama pada meter air dengan gelang plastik dan dipasang terbuka.
6. Pada system ulir dari plastik hindari penggunaan kunci pipa pada badan meter tersebut.
7. Pada system ulir dari plastik, rubber gasket harus dari bahan karet, dan jangan dari fiber atau kulit.

Tabel 3.5.6
Bahan Pada Pemasangan Alat Ukur

Bahan Spesifikasi

Alat Ukur Sesuai Standar No. SK SNI S-01-1990-F

Accessories Alat Ukur Sesuai dengan jenis pipa dan standart yang berlaku dui
Indonesia

Beton Untuk Bangunan Alat Standart Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air no. SK
SNI S-36-1990-03

3.5.13 Pekerjaan Pemasangan Alat Pelengkap


1. Katup Udara (Air Valve)
Dipasang pada semua titik titik yang tinggi terutama pada pipa Transmisi.
2. Katup (Valve)
Pada pemasangan pipa, katup dan accessoriesnya dilakukan setelah pengecoran beton lantai bak kontrol, dan
sebagian pipa tertanam dalam dinding bak kontrol.

3. Katup Penguras (Wash – Out)


Harus dipasang pada semua titik terendah atau ujung pipa
Tidak boleh dihubungkan kesuatu roil atau saluran benam yang menyebabkan aliran kembali ke system
perpipaan.
4. Bend
Bend digunakan untuk perubahan arah vertical dan horizontal yang mendadak dan tidak dapat dihindari
5. Penutupan Ujung Pipa
 Harus menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang digunakan, missal :
- Pipa GIP/GSP :menggunakan blank flange (untuk flange joint), cap untuk mechanical dengan konstruksi
penguat sementara.
 Jika pekerjaan tidak diteruskan harus diberi konstrukasi penguat yang permanen atau trust block dengan
adukan 1 : 2 : 3.
 Material yang digunakan, harus bersih dan bebas dari minyak, ili, ter, aspal atau bahan minyak pelumas
lainnya.
 Jika air masuk kedalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan, maka tutup kedua ujung pipa
jangan dibuka sebelum parit galian dipompa sampai kering.
6. Bak Katup
 Konstruksi dari beton bertulang/pasangan
 Untuk dibawah trotoir, tutup manhole harus terbuat dari beton bertulang (pra cetak).
 Pemutar katup harus dapat dioperasikan melalui strat pot yang dicor didalam beton
 Untuk lokasi dibawah jalan digunakan tutup manhole dari ductile cast iron.
 Tutup manhole harus dapat menahan beban minimum beban maksimum yang akan terjadi diatasnya.
 Tutup manhole harus dipasang dengan menggunakan baut dan mur stainless.

Page 46 of 46

Anda mungkin juga menyukai