Anda di halaman 1dari 15

Refarat

GAMBARAN RADIOLOGIS EMPIEMA THORAX

Oleh :
Nurlana Ali 18014101027

Masa KKM:
14 November – 11 Desember 2022

Pembimbing :
dr. Andre Ulaan, M.Kes, Sp.Rad(K)TR

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul

“Gambaran Radiologis pada Empiema Thorax”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada Desember 2022

Oleh:

Nurlana Ali 18014101027

Masa KKM:
14 November – 11 Desember 2022

Pembimbing :

dr. Andre Ulaan, M.Kes, Sp.Rad(K)TR

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3

A. Definisi...................................................................................................................3

B. Etiologi...................................................................................................................4

C. Gambaran Radiologis.............................................................................................5

D. Penatalaksanaan......................................................................................................8

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Empiema merupakan salah satu infeksi pleura yang terjadi akibat kumpulan cairan

eksudatif (pus) di rongga pleura. Empiema sering berhubungan dengan terjadinya infeksi paru

ipsilateral, namun penyakit ini dapat disebabkan oleh kondisi lain seperti infeksi dari oragn

tubuh lain, atau akibat tindakan invasive. Penyakit ini pertama kali diketahui oleh Hippocrates

dan dihubungkan dengan angka kematian yang tinggi.1

Empiema saat ini masih menjadi masalah penting dalam bidang penyakit paru. Angka

kematian penyakit ini berkisar antara 5 hingga 30 persen dengan 1 insidens bervariasi

berdasar kondisi komorbid. Walaupun terapi antibiotika berkembang pesat, drainase pleura

memadai dan pembedahan dekortikasi tersedia, terapi ini belum dapat menurunkan angka

kematian empiema. Pada 20-30% pasien empiema, pemberian antibiotika dan drainase

dengan perkutaneous chest tube gagal mengendalikan infeksi. Penelitian lain melaporkan

bahwa 5-10% pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit berkembang menjadi empiema

dan angka kematian meningkat secara bermakna dibandingkan pasien pneumonia tanpa

empiema. Angka kematian juga akan meningkat hingga 40% pada immunocompromised.2

Sebanyak 60-70% pasien dengan empiema memiliki penyakit dasar yang serius.

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan tumor paru mempunyai kontribusi sekitar

sepertiga dari pasien dengan empiema. Gejala empiema biasanya nonspesifik dapat bersifat

akut atau kronik. Sebagian besar pasien mempunyai keluhan sesak napas, demam, batuk dan

atau nyeri dada. Namun, beberapa pasien empiema hanya mengalami penurunan berat badan,

iii
kelelahan, dan malaise. Tuberkulosis pleura kadang-kadang menjadi manifes pada pasien

dengan reaktivasi dan bronkopleural fistula. Pasien biasanya menghasilkan banyak sputum,

demam dan kadang-kadang nyeri dada.2

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Empyema adalah gugusan cairan eksudatif pada rongga pleura yg berhubungan

dengan infeksi paru-paru. Akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura diakibatkan

oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura, serta merupakan

komplikasi dari infeksi pneumonia maupun penyakit sistemik disebut juga efusi

pleura. Empyema suatu kondisi dimana nanah berkumpul diruang pleura yang terletak

di antara paru paru dan permukaan dinding dada.3

Efusi pleura merupakan suatu cairan yang menumpuk di bagian rongga

panggul. Cairan yang menumpuk dirongga panggul tersebut akan dikeluarkan melalui

selang WSD. Tindakan invasive yang dilakukan oleh perawat adalah mengeluarkan

udara dan cairan berupa darah ataupun pus dari rongga pleura atau rongga thorax.

Kemudian perawatan WSD meupakan suatu tindakan drainase intraplueral yang

digunakan setelah prosedur intrathoraka satu atau lebih kateter dada dipasng dirongga

pleura dan difikasi ke dinding dada yang kemudian akan disambung ke dinding dada

yang kemudian disambung ke system drainase atau suction.4

Empiema thoraks (ET) merupakan menumpuknya nanah dirongga dada, yang

mungkin terisolasi atau tidak. Empyema adalah hadiah antibiotik bisa tunggal atau

ganda. Antibiotik itu merupakan obat obatan yang sering dipakai atau digunakan,

terkait dengan banyaknya kejadian infeksi banteri yang diderita oleh banyak orang.5

v
B. Etiologi

Bendasarkan etiologi, empiema karena proses infeksi tertentu 68,9% memiliki

toraks supuratif 19,6% karena infeksi nonspesifik. Empiema dapat membentuk fistula

yang menghubungkan Rongga pleura dan bronkus dikenal sebagai fistula pleura

bronkial. Empiema suatu kondisi dimana infeksi TB paru berdasarkan klinis dan nilai

pada cairan empyema.

Pneumonia adalah proses peradangan diparu-paru, biasanya disebabkan oleh

agen infeksius. Empiema sering kali ditimbulkan sang komplikasi pneumonia, namun

mampu pula ditimbulkan sang infeksi ditempat lain. Empiema juga

merupakan trauma, pembedahan, keganasan, gangguan vaskular, penyakit

imunodefisiensi, dan infeksi pada area yang berdekatan, seperti orofaring, esofagus,

mediastinum, atau jaringan subdiafragma. Empiema adalah eksudat pleura dengan

kultur bakteri positif atau kadar leukosit, dan protein di atas 15.000/mm3 3.0 g/dL

atau lebih.3

Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan menumpuk di rongga pleura.

Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi dengan 10-20 ml cairan. Jumlah cairan

karena tingkat produksi cairan di lapisan pleura, dapat melebihi volume normal.

Cairan parietal melebihi kecepatan absorpsi cairan oleh limfatik dan pembuluh darah

blood. Darah mikropleural viseral ini berfungsi untuk memudahkan pergerakan paru-

paru di rongga dada saat bernafas. Situasi ini bisa mengancam nyawa, dan pertukaran

dengan menghambat ekspansi paru-paru udara terhalang.4

vi
Empiema tuberkulosis adalah infeksi aktif dan kronis pada rongga pleura yang

meliputi sejumlah besar bakteri tuberkulosis. Empiema jamur jarang terjadi (kurang

dari 1% dari infeksi pleura). Candida sp adalah penyebab paling umum dan dapat

ditemukan pada pasien imunosupresi. Jumlah mortalitas tinggi (hingga 73%). Candida

sp adalah patogen yang paling umum. Pada empiema dada yang disebabkan oleh

jamur; Empiema dada karena jamur berfilamen lainnya sangat jarang dan hanya kasus

sporadis telah dilaporkan.6

C. Gambaran Radiologis

1. Foto Thorax

Hasil pemeriksaan foto toraks infeksi pleura akan tampak mirip dengan

penyebab lain dari efusi pleura. Jika terdapat lokulasi, cairan mungkin tidak

menunjukkan tanda klasik meniscus sign dan dapat membentuk gambaran

lentikular di dinding dada. Adanya gambaran konsolidasi paru dengan efusi,

dengan tanda dan gejala klinis infeksi, mengarah pada diagnosis pneumonia

dengan efusi parapneumonik.7

vii
Gambar 1.1 Radiografi toraks PA pasien dengan efusi pleura parapneumonik
ekstensif kanan sebelum (A) dan setelah terapi dengan instilasi urokinase
intrapleura (B)

2. USG Thorax

Radiografi USG pleura merupakan modalitas yang cepat, aman dan efektif

dalam memastikan adanya cairan pleura dan memperkirakan volume pleura. USG

juga dapat membedakan antara cairan pleura dan penebalan, dan membantu

thoracocentesis dalam menentukan lokasi optimal untuk diagnostik dan intervensi

terapeutik secara real time. Penggunaan USG pleura real-time oleh operator terlatih

telah terbukti meningkatkan keamanan pengambilan sampel, dengan pengurangan

pneumotoraks iatrogenic.7

Gambar 2.1 Ultrasonografi Menunjukkan Efusi Pleura Parapneumonik


Bersepta Kompleks.

3. CT SCAN TORAKS

Pemeriksaan CT Scan tidak diperlukan pada tahap efusi parapneumonia

sederhana. Fase ini dapat didiagnosis dengan menggunakan foto toraks dan

viii
ultrasonografi (USG). USG lebih baik digunakan untuk mendeteksi septa pada

efusi parapneumonia kompleks atau empyema. CT scan harus dipertimbangkan

untuk digunakan untuk menentukan penyebab infeksi pleura seperti keganasan,

peforasi esofagus, atau terhirup benda asing.7

Gambar 3.1 Hasil CT-Scan Empyema

Pleural split sign adalah peningkatan dan penebalan pleura parietal dan

visceral yang dipisahkan oleh cairan pleura sehingga kedua lapisan pleura terlihat.

Gelembung gas yang mengendap di dalam cairan pleura sebelum dilakukan

intervensi menunjukkan adanya mikroorganisme. Posisi gas yang terpisah juga

ix
dapat digunakan untuk menyimpulkan adanya sekat, yang sering tidak terlihat

pada CT.7

D. Penatalaksanaan

1) Non Farmakologis

Tindakan drainase di indikasikan pada empiema, efusi pleura terlokulasi yang

luas, efusi parapneumonia dengan pH < 7,20, glukosa < 60mg/dl, atau ditemukannya

kuman pada pewarnaan Gram ataupun kultur. Jika mengacu kepada klasifikasi Light,

tindakan drainase diperlukan pada kelas 3 hingga kelas 7. Drainase dari rongga pleura

yang terinfeksi merupakan hal yang mendasar dari tatalaksana empiema. Secara

tradisional, torakostomi dilakukan dengan kateter dengan lubang besar, tetapi sampai

saat ini belum ada consensus mengenai ukuran drainase yang ideal.8

Apabila keputusan dilanjutkan dengan intervensi bedah, pilihan dengan

pendekatan terbuka versus torakoskopi harus dibuat dengan 2 tujuan utama yaitu (1)

evakuasi cairan dan/ atau bahan yang berpotensi terinfeksi dan (2) ekspansi ulang paru

secara lengkap. Dengan kedua pendekatan tersebut, pertimbangan teknis utama dalam

pelaksanaannya adalah adanya akses yang aman ke dada, drainase rongga pleura, dan

manuver untuk memungkinkan ekspansi penuh paru (yaitu dengan pelepasan

ligamentum pulmonalis inferior) yang mengakibatkan obliterasi ruang kosong di

hemitoraks.8

2) Farmakologis

Tatalaksana definitif farmakologis empyema adalah pemberian antibiotic.

Pilihan antimikroba empiris harus dipandu oleh riwayat klinis, pola resistensi

x
antibiotik lokal, kebijakan penatalaksanaan menggunakan antibiotik, dan sifat

farmakologis antibiotik. Untuk pasien dengan community-acquired empyema, di mana

risiko untuk terinfeksi S.aureus yang resisten methicillin dan infeksi gram negatif

sangat rendah, sefalosporin generasi kedua atau anti pseudomonas, sefalosporin

generasi ketiga (misalnyaCeftriaxone) atau aminopenicillin dengan beta laktamase

inhibitor (misalnya, ampisilin/sulbaktam) akan efek yang baik terhadap bakteri yang

paling banyak diidentifikasi sebagai penyebab empyema. Bakteri anaerob harus

dieradikasi dengan baik. Walaupun pada kultur ditemukan hanya bakteri aerobic

monomikroba, pemberian antibiotic untuk eradikasi anaerob tetap masuk akal utnuk

diberikan dikarenakan frekuensi infeksi anaerob yang lebih tinggi, dan akibat hasil

kultur yang inkonsisten. Antibiotik empiris dengan aktivitas melawan organisme

atipikal umumnya tidak diperlukan.8

xi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Empyema adalah gugusan cairan eksudatif pada rongga pleura yg berhubungan

dengan infeksi paru-paru. Akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura diakibatkan

oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura, serta merupakan

komplikasi dari infeksi pneumonia maupun penyakit sistemik disebut juga efusi

pleura. Bendasarkan etiologi, empiema karena proses infeksi tertentu 68,9% memiliki

toraks supuratif 19,6% karena infeksi nonspesifik. Tujuan menurut penatalaksanaan

empyema merupakan eradikasi infeksi, mengembalikan aliran cairan pleura normal,

paru-paru bisa mengembang dan mengembalikan fungsi respirasi normal.

xii
DAFTAR PUSTAKA
1. Light RW, L. Y. (2016). Textbook of Pleural Disease (3rd ed.). Boca Raton:

Taylor and Francis Group.

2. dedy Surjanto, Y. H. 2013. Karakteristik Pasien Empiema di Rumah Sakit Dr.

Moewardi. J Respir Indo 33(2):117.

3. Hasan, H., & Ambarwati, D. (2019). Empiema. Jurnal Respirasi,

4(1),26.

https://doi.org/10.20473/jr.v4-i.1.2018.26-32

4. Simanjuntak. (2015). Efusi Pleura Kanan yang Disebabkan oleh Carcinoma

Mammae Dextra Metastase ke Paru. Medula, 1(September), 72–78.

5. Irawan, E., Medison, I., Anggraini, F., & Mizarti, D. (2020). Sepsis Et Causa

Empiema Dekstra Et Causa Community Acquired Pneumonia Dengan

Komorbid Diabetes Melitus. YARSI Medical Journal, 28(2), 001–013.

xiii
https://doi.org/10.33476/jky.v28i2.1418

6. Manurung, M. I. (2018). Universitas Sumatera Utara Skripsi. Analisis

Kesadahan Total Dan Alkalinitas Pada Air Bersih Sumur Bor Dengan Metode

Titrimetri Di PT Sucofindo Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2, 44–48.

7. Hafis Herdiman, Dewi Wahyu Fitrina, Dessy Mizati. 2022. Diagnosis dan

Penatalaksanaan Empiema. Human care journal. 7(1): 21-23.

8. Amin. (2015). Ilmu Penyakit Paru. 2015.

http://weekly.cnbnews.com/news/article.html?no=124000

xiv

Anda mungkin juga menyukai