Anda di halaman 1dari 10

SISTEM EKSKRESI

PENDAHULUAN
Saat bernapas, kita mengeluarkan karbon dioksida. Di saat udara panas, tubuh kita
mengeluarkan keringat. Sebaliknrya di saat udara dingin, kita sering mengeluarkan air
seni (urin). Mengapa tubuh kita melakukan hal demikian? Apa sebenarnya yang
dikeluarkan bersama keringat dan air seni tersebut?
Berbagai reaksi kimia terjadi di dalam sel-sel tubuh kita untuk menjaga kita tetap hidup.
Reaksi kimia tersebut menghasilkan beberapa zat sisa yang bersifat racun dan harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebagai contoh, pemecahan glukosa dalam sistem
pernapasan menghasilkan zat sisa berupa karbon dioksida. Karbon dioksida bersifat racun
bagi tubuh sehingga dikeluarkan dari dalam darah meJalui paru-paru.
Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dalam tubuh dengan tujuan agar
kesetimbangan tubuh terjaga disebut ekskresi. Ekskresi melibatkan alat-alat khusus dan
membentuk suatu sistem yang disebut sistem ekskresi. Sistem ekskresi sangat berperan
dalam menjaga homeostasis (setimbangan) tubuh dengan cara osmoregulasi.
Osmoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam
cairan sel atau cairan tubuh. Pada bab ini kita akan mempelajari sistem ekskresi Pada
manusia, hewan vertebrata, dan hewan invertebrate.
SISTEM EKSKRESI MANUSIA
Alat ekskresi pada manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati, dan paru-paru (Gambar 8.1). Air
dapat dikeluarkan melalui semua alat ekskresi tersebut, tetapi setiap alat ekskresi
mengeiuarkan zat sisa metabolisme yang berbeda. Pada bagian ini akan dibahas alat-alat
ekskresi pada manusia.

Ginjal
Pada manusia, ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi. Secara
lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah sebagai berikut:
1. mengekskresikan zat sisa seperti urea, asam urat, kreatinin, kreatin, dan zat lain
yang bersifat racun;
2. Mengatur volume plasma darah dan jumlah air di dalam tubuh; . menjaga tekanan
osmosis dengan cara mengatur ekskresi garam-garam, yaitu membuang jumlah
garam yang berlebihan dan menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang;
3. mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang bersifat
basa, tetapi dapat pula mengekskresikan urin yang bersifat asam;
4. menjalankan fungsi sebagai hormone, dengan menghasilkan dua macam zat, yaitu
renin dan eritropoietin yang diduga memiliki fungsi endokrin.
Struktur Ginjal
Ginjal diselubungi oleh suatu kapsul vang terbentuk dari jaringan serabut. Bagian luar
ginjal disebut korteks, sedangkan bagian
dalamnya disebut medula. Pada bagian dalam
terdapat ruang kosong (pelvis). Pada ginjal
terdapat nefron yang merupakan unit fungsional
dan struktural terkecil. Pada manusia terdapat
sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri
dari badan Malpighi (mengandung glomerulus
yang diselubungi oleh kapsula Bowman) dan
saluran nefron.
Nefron mengandung dua macam unsur, yaitu
unsur pembuluh (elemen vaskuler) dan unsur
epitel. Bagian nefron yang mengandung unsur
pembuluh, yaitu arterial, glomerulus
(kumpulan kapiler), arterial eferen, arterial
kapiler tubuler. Bagian nefron mengandung
unsur epitel, yaitu Capsula Bowman, tubulus
kontortus Proksimal, lengkung Henle yang
terdiri dari saluran menurun dan saluran naik,
tubulus kontortus distal, dan saluran Pengumpul (tubulus kolektifuS) (Perhatikan
gambar).
Pada medula terdapat piramida ginjal dan piala
ginjal yang banyak mengandung pembuluh-
pembuluh untuk mengumpulkan hasil ekskresi.
Pembuluh-pembuluh tersebut berhubungan dengan
ureter yang bermuara pada kantung kemih (vesica
urinaria). Kantung kemih berfungsi sebagai tempat
penampungan urin sementara. Urin keluar dari
tubuh melalui Iubang urin yang sebelumnya
melewati uretra terlebih dahulu. Nefron ada dua
macam, yaitu nefron korteks dan nefron
jukstamedula. Nefron korteks terletak di bagian
korteks, pada umumnya ditandai oleh adanya
lengkung Henle yang pendek. Nefron jukstamedula
memiliki glomerulus yang letaknya di bagian
korteks dekat bagian medula serta memiliki
lengkung Henle yang panjang dan menjulur jauh ke
dalam bagian medula (Gambar 8.3).
Proses Pembentukan Urin
Di dalam ginjal terjadi pembentukan urin.
Pembentukan urin terjadi melalui serangkaian
proses filtrasi (penyaringan) zat-zat sisa yang
beracun, reabsorpsi (penyerapan kembali), dan
augmentasi (pengeluaran zat sisa yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh dan tidak mungkin
disimpan lagi). Lihat gambar 8.4.

Filtrasi (Penyaringan)
pembentukan urin diawali dengan filtrasi darah di
Glomelurus. Filtrasi merupakan perpindahan
cairan dari glomerulus menuju ke ruang capsula
Bowman dengan menembus membran filtrasi.
Membran filtrasi terdiri dari tiga lapisan, yaitu sel
endothelium glomerulus, membrane basalis, dan epitel Capsula Bowman. sel-sel
endotelium glomerulus dalam badan Malpighi akan mempermudah proses filtrasi. Di
dalam glomerulus, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring
dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil penyaringan tersebut berupa urin primer
(filtrat glomerulus). Urin primer mengandung zat yang hampir sama dengan cairan yang
menembus kapiler menuju ke ruang antarsel. Dalam keadaan normal, urin primer tidak
mengandung eritrosit, tetapi mengandung protein yang kadarnya kurang dari 0,03.
Kandungan elektrolit (senyawa yang larutannya merupakan pengantar listrik) dan
kristaloid (kristal halus yang terbentuk dari protein) dari urin primer juga hampir sama
dengan cairan jaringan. Kadar anion di dalam urin primer termasuk ion Cl- dan ion HCO3 -
lebih tinggi 5% daripada kadar anion plasma, sedangkan kadar kationnya lebih rendah
5% daripada kadar kation plasma. Selain itu, urin primer mengandung glukosa, garam-
garam, natrium, kalium, dan asam amino.

Reabsorbsi (penyerapan kembali)


Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dan tubulus renalis menuju ke
pembuluh darah yang mengelilinginya, yaitu kapiler peritubuler. Sel-sel tubulus renalis
secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat dalam urin primer. Reabsorpsi
tergantung dari kebutuhan akan zat-zat yang terdapat di dalam urin primer. Zat-zat
makanan seluruhnya direabsorpsi, sedangkan reabsorpsi garam anorganik bervariasi
tergantung dari kadar zat tersebut di dalam plasma. Setelah reabsorpsi, kadar urea menjadi
lebih tinggi dan zat-zat yang dibutuhkan tidak ditemukan lagi. Urin yang dihasilkan setelah
proses reabsorpsi disebut urin sekunder (filtrat tubulus).
Reabsorpsi air
Pada keadaan normal, hampir 99% dari air yang menembus membran filtrasi akan
direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Tabel 8.1 memperlihatkan jumlah persentase air
yang direabsorpsi di beberapa bagian tubulus renalis. Reabsorpsi di tubulus kontortus
proksimal dilakukan dengan proses osmosis yang disebut reabsorpsi obligat. Sebaliknya,
reabsorpsi air di tubulus kontortus distal disebut reabsorpsi fakultatif, yaitu reabsorpsi
yang terjadi tergantung dari kebutuhan. Jadi, jika tubuh terlalu banvak mengandung air,
tidak terjadi reabsorpsi. Sedangkan jika tubuh mengandung air dengan jumlah yang sedikit,
terjadilah reabsorpsi. Reabsorpsi air di tubulus kontortus distal dipengaruhi oleh hormon
antidiuretik (ADH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis (Gambar 8.5). Bila sekresi
hormon antidiuretik dari kelenjar hipofisis sangat berkurang, maka reabsorpsi air akan
dihambat. Hal tersebut menyebabkan jumlah urin yang diekskresikan menjadi banyak dan
dapat mencapai 20 L selama sehari semalam. Keadaan yang demikian disebut diabetes
insipidus.

Reabsorpsi zat tertentu


Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. Sebagai contoh,
pada sisi tubulus yang berdekatan dengan lumen tubulus renalis terjadi difusi ion Na,
sedangkan pada sisi sel tubulus yang berdekatan dengan kapiler terjadi transpor aktif ion
Na (Gambar 8.6). Adanya transpor aktif Na di sel tubulus ke kapiler menyebabkan
menurunnya kadar ion Na di sel tubulus renalis, sehingga difusi Na terjadi dari lumen sel
tubuJus renalis. Pada umumnya zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi secara transpor
aktif.
Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi adalah protein, asam amino,
glukosa, dan vitamin. Glukosa merupakan sumber energi, sedangkan protein dan asam
amino merupakan bahan pengganti sel yang sudah tua. Zat- zat tersebut direabsorpsi
secara aktif di tubulus proksimal, sehingga tidak ada lagi di lengkung Henle. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam
tubulus kontortus distal. Peristiwa ini disebut juga sekresi tubular. Sel-sel tubulus
mengeluarkan zat-zat tertentu yang mengandung ion hidrogen dan ion kalium kemudian
menyatu dengan urin sekunder. Penambahan ion hidrogen sangat penting karena
membantu menjaga kesetimbangan pH dalam darah. Jika pH dalam darah mulai turun,
sekresi ion hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan pH normal (7,3 - 7,4)
dan urin yang dihasilkan memiliki pH dengan kisaran 4,5 - 8,5. Urin yang terbentuk akan
disimpan sementara di kantung kemih untuk selanjutnya dibuang melalui urethra.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Urin


Proses pembentukan urin dipengaruhi oleh dua factor, yaitu faktor internal yang
menyangkut hormon (antidiuretik dan insulin) dan faktor eksternal yang menyangkut
jumlah air yang diminum.
Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon antidiuretik dikeluarkan oleh kelenjar saraf
hipofisis (neurohipofisis). Pengeluaran hormon ini
ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang
secara terus-menerus mengendalikan tekanan
osmotik darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam
darah). Oleh karena itu, hormon ini akan
mempengaruhi proses reabsorpsi air pada tubulus
kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap
air akan meningkat. Oleh karena cara kerja dan
pengaruhnya inilah, hormon tersebut disebut sebagai
hormon antidiuretik.
Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada saat
dalam keadaan dehidrasi atau kekurangan cairan
tubuh (saat kehausan atau banyak mengeluarkan
keringat), konsentrasi air dalam darah akan turun.
Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat
dan dialirkan oleh darah menuju ke ginjal. ADH selain
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga
meningkatkan permeabilitas saluran pengumpul,
sehingga memperbesar membran sel saluran
pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, Ialu masuk
ke dalam darah (Gambar 8.7). Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi
air dalam darah. Namun, akibatnya urin yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih pekat.

Konsep Penting:
Proses pembentukan urin melalui 3 tahapan, yaitu sebagai berikut:
Filtrasi: terjadi di glomerulus dan menghasilkan urin primer (filtrate glomerulus)
Reabsorbsi: terjadi di tubulus renalis (ginjal) utamanya di TKP, namun juga terjadi di
lengkung henle dan TKD dan menghasilkan urin sekunder (filtrate tubulus)
Augmentasi: terjadi di tubulus distal dan menghasilkan urin yang sesungguhnya

Hormon insulin
Hormon Insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans (sel beta
pancreas), yang berfungsi untuk mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Penderita
kencing manis (diabetes melitus) memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah,
sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi. Akibat dari keadaan tersebut adalah terjadi
gangguan reabsorpsi di dalam tubulus distal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.

Jumlah air yang diminum


Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika kita
meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah menjadi tinggi, dan konsentrasi protein
dalam darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini
menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya
filtrasi dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menyebabkan menurunnya penyerapan
air, sehingga urin yang dihasilkan meningkat dan encer.

Gangguan dan Kelainan Ginjal


Ginjal manusia merupakan alat utama ekskresi, sehingga jika ada gangguan ginjal tentu
akan menggangu sistem ekskresi. Luka berat, banyak kehilangan darah, keracunan zat-zat
tertentu dan penyakit tertentu dapat menimbulkan terganggunya fungsi ginjal, terutama
terganggunya pembentukan urin. Beberapa kelainan atau gangguan tersebut antara lain
sebagai berikut:

Gangguan Gagal ginjal dan uremia


Kegagalan fungsi ginjal yang akut dapat menyebabkan nefritis, perdarahan, dan fungsi
ginjal terhenti. Gejala yang umum alah tidak terjadinya pembentukan urin yang disebut
anuria Gejala ini berbahaya karena dapat menimbulkan uremia. Uremia yaitu terbawanya
urin ke dalam aliran darah yang disebabkan adanya kebocoran pada salah satu saluran
dalam nefron. Akibat dari keadaan tersebut, penyerapan air oleh darah akan terganggu,
sehingga terjadi penimbunaan air pada kaki dan timbul bengkak (edema), demikian pula
pada organ tubuh yang lain.

Nefritis
Nefritis adalah peradangan pada nefron karena bakteri Streptococcus yang masuk melalui
saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, bakteri terbawa oleh darah ke ginjal. Akibat
adanya peradangan, protein yang masuk bersama urin primer tidak dapat disaring,
sehingga akan ikut keluar bersama urin. Nefritis kronis biasanya terjadi pada orang lanjut
usia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah dalam ginjal,
dan rusaknya glomerulus atau tubulus.

Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan kelenjar hipofisis gagal
mensekresikan hormone antidiuretik. sehingga ekskresi urin meningkat. Pada umumnya
urin yang diekskresikan berjumlah antara 4 - liter setiap hari, tetapi dapat mencapai 12 -
15 liter setia hari, tergantung dari jumlah air yang diminum. Penderi diabetes insipidus
cenderung mengalami dehidrasi dan pengeluaran elektrolit dari cairan tubuh. Akan tetapi,
kecenderungan ini diimbangi oleh perasaan ingin minum dan ingin makan makanan yang
Iebih banyak mengandung garam. Penyakit ini umumnya ditimbulkan oleh Tumor
hipotalamus atau hipofisis yang mengakibatkan rusaknya bagian hipotalamus yang
mengatur sekresi hormon antidiuretik.

Diabetes melitus
Diabetes melitus atau dikenal dengan kencing manis, yaitu terdapatnya glukosa dalam
urin yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas.
Menurunnya hormon insulin menyebabkan terganggunya proses perombakan glikogen
menjadi glukosa dan reabsorpsi glukosa dalam glomerulus.

Albuminaria
Albuminuria yaitu terdapatnya molekul albumin dan protein lain di dalam urin.
Albuminaria disebabkan terjadinya kerusakan pada alat filtrasi dalam ginjal sehingga
protein dapat lolos pada proses filtrasi.

Kencing batu
Kencing batu atau batu ginjal , yaitu terbentuknya butiran-butiran dari senyawa kalsium
dan penimbunan asam urat, sehingga membentuk CaCO 3 (kalsium karbonat), pada ginjal
atau saluran urin yang dapat menyebabkan kesulitan pengeluaran urin. Kencing batu dapat
terjadi karena factor hormone (yang dihasilkan oleh kelenjar anak gondok paratiroid)dan
jika seseorang kurang minum atau sering menahan buang air kecil.
Paru-paru
Ekskret dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang
dihasilkan dari proses pernapasan. Proses
pengangkutan CO2 telah dibicarakan dalam system
pernapasan. Pada prinsipnya, pengangkutan
CO2terjadi melalui 3 cara., yaitu terlarut dalam plasma
darah (7-10%), berikatan dengan hemoglobin (20%),
dan dalma bentuk ion HCO 3- (70%) melalui proses
berantai yang disebut pertukaran klorida.
Mekanisme pertukaran klorida adalah sebagai berikut.
Darah pada alveolus paru-paru mengikat oksigendan
mengangkutnya ke sel-sel jaringan. Dalam jaringan,
darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan bersama H2O
yang dikeluarkan dalam bentuk uap air. Reaksi kimia tersebut secara ringkas dapat kita
tuliskan sebagai berikut:
CO2 + H2O  H2CO3 + HCO3- + H+
Ion H+ yang bersifat racun diikat oleh hemoglobin, sedangkan HCO 3- keluar dari sel darah
merah dan masuk ke dalam plasma darah. Sementara itu pula, kedudukan HCO 3- digantikan
oleh ion Cl- (klorida) dari plasma darah.

Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak di bagian kanan atas rongga
perut. Hati selain berperan dalam sistem pencernaan, juga berperan dalam sistem ekskresi
(Gambar 8.10). Fungsi hati dalam sistem ekskresi adalah menghasilkan empedu secara
terus-menerus yang ditampung dalam kantung empedu. Hati setiap hari menghasilkan
empedu sebanyak 800 - 1000 mL. Empedu mengandung air, asam empedu, garam empedu,
kolesterol,. fosfolipid (lesitin), zat warna (pigmen) empedu (billirubin dan biliverdin), dan
beberapa ion.
Empedu berasal dari penghancuran hemoglobin
eritrosit yang telah tua. Hemoglobin dalam eritrosit
akan diuraikan menjadi hemin (kristal), zat besi, dan
globin. Zat besi dan globin akan disimpan di dalam
hati, kemudian dikirim ke sumsum tulang merah
untuk pembentukan antibodi atau hemoglobin baru.
Sedangkan hemin akan dirombak menjadi bilirubin
dan biliverdin yang merupakan zat warna bagi
empedu dan mengandung warna hijau biru. Zat warna
tersebut di dalam usus akan mengalami oksidasi
menjadi urobilin sehingga warna feses dan urin
menjadi kekuningan. Empedu berfungsi untuk
mencerna lemak, mengaktifkan lipase, berperan pada absorpsi lemak dalam usus halus,
mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air, dan
pembentukan urea. Jika sel tubuh kelebihan asam amino, asam amino tersebut akan
mengalami deaminasi. Deaminasi merupakan pemindahan gugus amin (-NH) dari asam
amino. Deaminasi mengakibatkan terkumpulnya amonia yang bersifat racun. Hati dengan
bantuan enzim arginase akan mengubah arginin (salah satu asam amino esensial) menjadi
ornitin dan urea. Urea akan dibuang melalui ginjal, sedangkan ornitin akan mengikat
amonia yang bersifat racun dan akan dikeluarkan ke dalam empedu dan urin.

Kulit
Kulit merupakan organ terbesar yang terdapat
di seluruh permukaan tubuh dan terdiri dari
beberapa jaringan yang memiliki fungsi spesifik.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung tubuh
terhadap segala bentuk rangsangan. Selain itu,
kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi, yaitu
untuk mengeluarkan keringat.
Berdasarkan strukturnya kulit terdiri dari dua
lapisan, yaitu epidermis dan dermis.

Epidermis (Lapisan Luar)


Epidermis terdiri dari stratum korneum
(lapisan tanduk), stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum
basale. Stratum korneum mengalami deskuamasi (kehilangan sisik) secara terus-menerus
pada permukaannya. Sel-sel yang kehilangan sisik tersebut mengalami pembaruan selama
proses keratinisasi (pembentukan zat tandukkeratin). Di bawah stratum korneum terdapat
lapisan yang mengandung butir-butir melanin (pigmen hitam pada kulit) yang dihasilkan
oleh melanosit. Di bawahnya lagi terdapat stratum spinosum dan stratum basale,
merupakan daerah tempat terjadinya proliferasi (perbanyakan) sel dan awal terjadinya
keratinisasi, Lihat Gambar 8.11.

Dermis (Lapisan Dalam)


Dermis merupakan lapisan pada jaringan penyambung yang sebagian besar terdiri dari
serat kolagen, retikuler, dan elastin. Pada dermis terdapat rambut, pembuluh darah,
kelenjar minyak (kelenjar sebasea), kelenjar keringat, dan saraf (Gambar 8.11). Kelenjar
keringat tersebar luas pada sebagian besar permukaan tubuh. Pengeluaran keringat berada
di bawah pusat pengatur suhu, yaitu hipotalamus. Aktivitas kelenjar keringat juga
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan suhu di dalam pembuluh darah. Ketika
suhu lingkungan meningkat (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh darah
melebar sehingga aliran darah lebih banyak. Hal tersebut menyebabkan penyaringan air
dan sisa metabolisme oleh kelenjar keringat meningkat. Meningkatnya aktivitas kelenjar
keringat menyebabkan keluarnya keringat dari kulit dengan cara penguapan. Penguapan
pada permukaan kulit akan menurunkan suhu sehingga akan mengurangi rasa panas pada
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai