Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROFIL PELAKU, KORBAN DAN PERBUATAN FRAUD


Dosen Pengampuh : Suhartono, S.E., M.Si., Ak., CRBAP., CIAE.

OLEH
KELOMPOK 3 :
KAMELIA 90400120044
NUR OFIKASARI 90400120045
SULFRIA ANGRIANI 90400120069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu „Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur khadirat Allah yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Profil Pelaku, Korban Dan Perbuatan
Fraud” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Akuntansi Forensik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan agar dapat menjadi lebih baik
kedepannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 23 Maret 2023

Penulis
Contents
BAB 1.................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
C. Tujuan penelitian ....................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6
A. Profiling dalam kejahatan............................................................................................................ 6
B. Profiling Korban Fraud ......................................................................................................... 10
C. Profiling Perbuatan Fraud ..................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Akuntansi forensik sangat erat kaitannya dengan fraud atau kecurangan. Beberapa
tahun terakhir istilah akuntan forensik mulai banyak terdengar dalam lingkup akuntansi.
Akuntansi forensik juga erat kaitannya dengan audit investigatif. Dari segi istilah forensik
dan investigative ini dapat dipahami bahwa lingkup pembahasan akuntansi forensik dan
audit investigatif ini berhubungan dengan dunia hukum. Jadi, dapat dikatakan bahwa
akuntan forensik merupakan profesi yang berkaitan dengan masalah-masalah di bidang
akuntansi, auditing, dan juga hukum. Profesi akuntan forensik banyak berfokus pada
pemecahan serta pengungkapan kasus-kasus terkait dengan tindak kecurangan atau fraud
yang khususnya melibatkan masalah- masalah yang bersifat finansial (financial crime).
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan fraud ke dalam tiga
jenis, yaitu, corruption, asset missappropriation, dan fraudulent statement. Ketiga kategori
fraud tersebut dikenal dengan istilah fraud tree.

Menurut Report to The Nations 2018, fraud merupakan salah satu bentuk kejahatan
financial (financial crime) yang mudah sekali terjadi baik di perusahaan kecil maupun
perusahaan besar sekelas multinasional. Fraud sering kali dilakukan oleh pihak dari dalam
perusahaan itu sendiri. Karyawan, manajer, bahkan pemilik perusahaan bisa saja menjadi
pelaku fraud. Tindakan fraud ini tentunya dapat merugikan instansi dimana fraud tersebut
terjadi.

Salah satu bentuk fraud yang seringkali terjadi menurut ACFE adalah kasus korupsi
(corruption). Korupsi merupakan salah satu fraud yang memiliki risiko yang signifikan bagi
organisasi di banyak industri dan wilayah. Umar (2016:20) mengatakan bahwa “layaknya
virus yang kejam, korupsi dapat menimbulkan wabah yang sangat merugikan dan
menyerang berbagai aspek mulai dari sisi ekonomi karena memang tujuan korupsi adalah
mendapatkan kemanfaatan ekonomi, serta aspek lainnya baik keamanan, moral, maupun
sosial kemasyarakatan”. Hal tersebut menguatkan bahwa korupsi memang dapat merugikan
banyak pihak.

Profiling atau analisis profil adalah teknik investigasi kejahatan yang digunakan
untuk mengidentifikasi karakteristik, perilaku, dan pola yang mungkin terkait dengan
pelaku kejahatan. Profiling bisa digunakan untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan yang
tidak dikenal atau untuk membantu mengonfirmasi kecurigaan terhadap seseorang yang
sudah dikenal.Profil pelaku kejahatan dapat dihasilkan dengan menganalisis berbagai
informasi, termasuk bukti fisik, saksi mata, dan catatan kejahatan sebelumnya.

Analisis ini dapat mengungkapkan detail tentang karakteristik pelaku kejahatan


seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan motivasi kejahatan. Namun, penting
untuk diingat bahwa profiling bukanlah teknik investigasi yang sempurna. Profiling dapat
memberikan petunjuk yang berguna bagi penyidik, tetapi harus selalu dikaitkan dengan
bukti fisik dan saksi mata untuk memastikan kesimpulan yang tepat. Selain itu, profiling
tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk menuduh atau menyalahkan seseorang tanpa
bukti yang cukup.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latang belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat di simpukan yaitu
sebagai berikut:

1. Bagaimana profilling dalam kejahatan ?


2. Bagaimana profilling korban fraud ?
3. Bagaimana profillig perbuatan fraud ?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui profiling dalam kejahatan.
2. Untuk mengetahui profiling dalam korban fraud.
3. Untuk mnegetahui profiling dalam perbuatan fraud.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profiling dalam kejahatan


Profiling adalah upaya untuk mengidentifikasi profil. Profiling dalam memberantas
kejahatan bukanlah upaya baru. Menurut FBI yang dimaksud dengan profiling adalah
penggambaran seorang tersangka yang dicari berdasarkan jenis-jenis kejahatan yang biasa
dilkakan oleh segolongan orang dari kultur atau ras tertentu. Misalnya untuk kasus penuhan
FBI mengidentifikasi pelaku berdasarkan statistik di semua negara bagian bahwa :

1) Orang kulit hitam biasanya membunuh orang dengan berkelompok (keroyokan)


dibanding orang kulit putih yang perorangan.
2) Orang kulit putih lebih banyak membunuh didalam rumah dibanding orang kulit
hitam diluar rumah atau orang kulit putih lebih banyak membunuh menggunakan
pisau dibanding kulit hitam.
3) Jika digolongkan berdasarkan ras kultur misalnya orang kulit putih dari ras hispanik
Italia, irlandia sedangkan orang kulit hitam dibedakan dengan jamaican, cuban atau
native African.

Jika Casere Lambris,mengamati para penjahat dan faktor keturiman sebagai penentu
tingkah laku kriminal, maka ACEL atau Association of Certified Fraud Examiners di
Amerika Serikat melakukan profiling penjahat kerah putih di Amerika Serikat sebagai
berikut :

Profil Penjahat Kerah Putih di Amerika Serikat

1) Laki-laki, kulit putih, berpendidikan S1


2) Suka mengambil risiko
3) Egois
4) Rasa ingin tau yang tinggi
5) Keinginan untuk melanggar ketentuan dan sedapat mungkin mencari jalan pintas
6) Bekerja sepanjang hari untuk memberikan kesan bahwa ia pekerja keras.
7) Di bawah tekanan dan penyendiri, meskipun pada saat yang sama ia mempunyai
hubungan kerja yang erat dengan pemasok tertentu.
8) Termotivasi oleh ketamakan dan hadiah-hadiah yang bersifat
materi,menghamburkanUang secara teratur.
9) Berada dalam kesulitan keuangan seperti memiliki uang yang banyak
10) Tidak bahagia di tempat kerjanya dan mengeluh karena diperlakukan tidak adil atau
atasannya korup
11) Menganggap auditor, inspektur atau atasannya sebagai musuh.

Gambaran diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Dalam profil tersebut secara spesifik disebutkan bahwa profil pelaku kejahatan
kerah putih adalah orang berkulit putih. Untuk dapat melakukan kejahatan kerah
putih, seseorang mesti menduduki jabatan "kerah putih". Dan melalui berbagai
program pemerintah disana, kelompok minoritas seperti etnis Afro American dan
Latino, mulai memperoleh peluang menduduki jabatan kerah putih. Sebaliknya,
profil pelaku kejahatan perampokan pembunuhan dan kejahatan lain dengan
kekerasan menunjuk kepada etnis minoritas yang tidak berpendidikan dan tidak
mempunyai lapangan kerja.
b) Pelaku kejahatan kerah putih di Amerika Serikat berasal dari kelompok
berpenghasilan menengah ke atas mereka sering dihubungkan dengan ketamakan .
c) Sejalan dengan argumen yang menjelaskan profil etnis dan kelompok penghasilan
menengah ke atas, kita dapat memaklumi profil pendidikan mereka

George A. Manning, seorang akuntan forensik dari kantor pajak Amerika Serikat
menulis tentang profile dari organisasi yang melakukan kejahatan yang terorganisasikan.
Dinana pelaku kejahatan ini lazimnya merupakan penyelundup pajak. Dalam masyarakat
dengan beraneka ragam etnis seperti di Amerika Serikat, profiling dilakukan dari segi
budaya atau kebiasaan etnis yang bersangkutan.
Berikut beberapa ciri penjahat dari etnis Asia yang dikemukakan Manning:

 Para penjahat di Asia menyepelekan dan tidak menganggap penegak hukum sebagai
abdi masyarakat. Menurutnya di Asia penegak hukum berfungsi untuk melindungi
parapenguasa dan pertai meraka bukan untuk melindungi masyarakat.
 Mereka menciptakan "mata uang bawah tanah" dengan mempertukarkan komoditas
Mata uang bawah tanah ini memungkinkan mereka menghilangkan jejak dokumen
dan melakukan penyelundupan pajak. Biasanya mereka menanamkan uang mereka
dalam emas, permata, intan dan berlian dari;pada menggunakan jasa perbankan.
 Menyelenggarakan "perkumpulan simpan pinjam" yang sangat informal. Terdiri
atas 10-20 orang, umumnya wanita Terjadi tawar menawar untuk penggunaan uang
dalam periode tertentu, pemenangnya adalah penawaran tertinggi. Di indonesia
dikenal dengan sebutan arisan.
 Kebanyakan orang Asia yakin bahwa setiap pejabat dapat dibeli, tindakan
penyuapan sangat biasa di Asia karena mereka menggangapnya sebagianway of life.
Suap dimulai dan jumlah yang kecil seperti free lunches dan terus meningkat
sampai jumlah yang sangat besar.

Peringatan dari Manning ini mengingatkan penulis pada beberapa kebijakan KPK
yang merupakankewajiban bagi pimpinan KPK, yakni:

 Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai pertemuan dengan pihak lain.


 Menolak dibayari makan, biaya akomodasi dan bentuk kesenangan lain oleh
siapapun.
 Membatasi pertemuan di ruang publik
 Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai keluarga, kawan dan pihak lain
yang secara intensifmasih berkomunikasi.

Jika dibandingkan dengan profiling yang dilakukan terhadap profil pelaku korupsi di
Indonesia ditemukan bahwa penerima suap (bribe) adalah pejabat, pegawai negeri sipil dan
militer, di pemerintah pusat atau daerah sedangkan profil pemberi suap adalah pengusaha.
Hal ini dikuatkan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Indonesia Corruption
Watch (ICW), menyatakan bahwa profil korupsi terbanyak berasal dari kalangan pejabat
atau pegawai kementerian dan pemerintah daerah. Pada penelitian yang dilakukan tahun
2015 kurun waktu semester 1. ICW telah mengidentifikasi 10 latar belakang pekerjaan
yang paling banyak melakukan tindak pidana korupsi

 Urutan teratas sebanyak 212 pelaku berlatar pejabat negara yang paling banyak
terjerat korupsi.
 Pada urutan selanjutnya yang paling banyak melakukan korupsi adalah pegawai
swasta, mulai dari tingkat direktur, komisaris dan pegawai sebanyak 97 orang.
 Selanjutnya, latar belakang kepala daerah seperti kepala desa, camat, dan lurah
menempati posisi ketiga dengan jumlah pelaku mencapai 28 orang.
 Sedangkan posisi selanjutnya secara berurutan salah kepala daerah 27 orang, kepala
dinas 26 orang, anggota DPR/DPRD DPD 24 orang, pejabat atau pegawai lembaga
negara lain 12 orang, direktur pejabat pegawai BUMN atau BUMD 10 orang.
 Dua posisi terakhir ialah kelompok masyarakat dengan pelaku 10 orang, dan pejabat
atau pegawai bank juga10 orang.

Profiling sangat penting dan bermanfaat, bagi para pemeriksa menjadi sebuah
kebutuhan agar mampu mendeteksi secara dini sumber-sumber permasalahan. Bagi para
pejabat perbendahan, sebagai langkah awal mengetahui profil para pelaksana kegiatan yang
dapat digunakan sebagai alat control atas kewenangan yang diembannya. hanya kita peru
memahami makna dari profil yang dihasilkan.

Di pasar uang dan pasar modal, profil pelaku fraud sering kali mengagumkan.
Kebanyakan dari mereka cerdas, mempunyai truck record yang luar biasa, pekerja keras
dan cenderung menjadi informal leader dengan kharisma yang melampaui wewenang yang
diberikan jabatan, contohnya Nick Lesson dalam kasus Barings Bank merupakan profil
pelaku fraud yang bersifat spekulatif di bursa valuta asing.
B. Profiling Korban Fraud
Profiling umumnya dilakukan terhadap pelaku kejahatan tetapi juga dapat dilakukan
untuk korban kejahatan. Berikut berbagai pengertian korban yang dikemukakan oleh para
ahli maupun sumber dari konvensi-konvensi adalah sebagai berikut:

1. Arik Gosita
Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat
tindakan orang lain yang mencari pemenuhan, kepentingan diri sendiri atau orang
lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi pihak yang dirugikan.
2. Muladi
Korban (Victim) adalah orang-orang yang baik secara individu maupunkolektif
telah menderita kerugian termasuk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi
atau gangguan subtansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui perbuatan
atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-masing negara, termasuk
penyalahgunaan kekuasaan.
1. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2004 tentang komisi kebenaran dan
rekonsiliasi Korban adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang
mengalami penderitaan baik fisik, mental, maupun emosional, Kerugian
ekonomi atau mengalmi pengabdian, pengurangan atau perampasan hak-hak
dasarnya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
termasuk korban adalah ahli warisnya.
2. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan
korban, yang dimaksud dengan korban adalah "sesorang yang mengalami
penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh
suatu tindak pidana"
3. kamus Crime Dictionary yang dikutip seorang ahli (Abdussalam, 2010:5)
bahwa Victim adalah "orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau
penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas
perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak
pidana dan lainnya". Disini jelas yang dimaksud "orang yang mendapat
penderitaan fisik dan seterusnya" itu adalah korban dari pelanggaran atau
tindak pidana.
4. Resolusi Majelis Umum PBB No. 40/34 Tahun 1985 adalah orang-orang,
baik secara individual maupun kolektif, yang menderita kerugian akibat
perbuatan atau tidak berbuat yang menlanggar hukum pidana yang berlaku
disuatu negara, termasuk peraturan yang melarang penyalahgunaan
kekuasaan.

Pada dasarnya korban tidak hanya orang-perorangan atau kelompok yang secara
langsung menderita akibat dari perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerugian
penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di dalamnya keluarga
dekat atau tanggungan langsung dari korban, kiranya untuk korban institusi, masyarakat,
bangsa, dan Negara dikaitkan maraknya kejahatan baik kualitas maupun kuantitas dapat
ditambahkan, antara lain sebagai berikut:

1. Dalam perkara korupsi dapat menjadi korban tindak pidana korupsi berupa kerugian
keuangan Negara dan perekonomian Negara, kualitas kehidupan, rusaknya
insfrastuktur dan sebagainya.
2. Dalam tindak pidana terorisme, dapat mengalami korban jiwa masyarakat,
keresahan masyarakat, kerusakan infrastuktur, terusiknya ketenangan, kerugian
materiil, dan imateral lainnya.
3. Dalam tindak pidana narkotika, dapat menjadi korban rusaknya generasi muda,
menurunya kualitas hidup masyarakat, dan sebagainya.
4. Dalam tindak pidana perusakan lingkungan hidup, pembabatan hutan dan illegal
logging, dapat menyebabkan rusaknya, lingkungan, tanah tandus, banjir bandang,
serta merusak infrastuktur dan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.

Profiling dapat dilakukan terhadap korban fraud bertujuan untuk memudahkan


akuntan forensic untuk mengetahui apa yang menjadi sasaran dari pelaku, bagaimana fraud
dilakukan, mengetahui letak kelemahan perusahaan. Seperti contohnya, pihak manajemen
perusahaan berusaha membuat laporan keuangan perusahaan terlihat dalam kondisi yang
baik dengan memanipulasi data demi mendapatkan bonus dan mempertahankan posisinya.
Dalam hal ini tentu saja perusahan akan sangat dirugikan oleh tindak kecurangan oleh
pihak manajemen. Untuk mengetahui bagaimana manajemen dapat menggali informasi
yang diperlukan berkaitan dengan kebijakan dan pengendalian perusahaan. Apabila
ditemukan kebijakan maupun pengendalian dirasa kurang dan berpotensi menimbulkan
fraud, dengan begitu pihak korban dalam hal ini selaku pemilik perusahaan dapat
memperbaiki kebijakan maupun pengendalian baik di dalam perusahaan.

C. Profiling Perbuatan Fraud


Profiling juga dapat dapat dilakukan dalam upaya mengenal perbuatannya atau cara
melaksanakan perbuatannya (modus operandi). Profil dri fraud disebut juga tipologi fraud.
Dengan mengumpulkan tipologi fraud, lembaga-lembaga yang berwenang dapat
mengantisipasijenis fraud yang memanfaatkan perusahaan di negara-negara surge pajak
(tax haven countries) atau komisaris bank yang aktif menjalankan usahanya, atau pemegang
saham yang tidak tercatat sebagai pemegang saham yang tidak tercatat sebagai pemegang
saham atau pegawai rendahan yang menjadi pemegang saham boneka. Pakar-pakar hukum
pidana menghimpun kasus-kasus tindak pidana berdasarkan konsep hukum yang diterapka.
Sehingga memudahkan mereka dalam menyiapkan argument untuk kasus serupa.
DAFTAR PUSTAKA

Prita D.S., Wardayat, S.M., Liyati, E., & Firly, A. (2020). Profiling Selebriti Fraud:
Analisis Profil Koruptor Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Pajak. 20(1), 266-275.

https://www.scribd.com/document/325209922/Makalah-Mendeteksi-Fraud-dan-Profiling

Tunakotta, Thedorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:

Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai