Kata tarekat berasal dari bahasa Arab al-tharq, jamaknya al-thuruk merupakan isim musytaraq yang
secara epistimologi berarti jalan, tempat lalu atau metode. Dalam istilah Tasawuf, tarekat berarti jalan
yang lurus yang dipakai oleh setiap calon sufi untuk mencapai tujuannya, yaitu berada sedekat mungkin
dengan Allah atau dengan kata lain berada di hadirat-Nya tanpa dibatasi oleh dinding atau hijab.
Ajaran pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci
atau taharah, pada syari’at dengan air atau tanah , pada hakekat bersih dari hawa nafsu, pada hakekat
bersih dari selain Allah, semuanya itu untuk mencapai ma’rifat terhadap Allah.
Seorang pengikut atau penganut tarekat (salik), setidaknya harus memiliki dan mengetahui etika dan
tata krama. Karena, dengan etika atau tata krama itu, ilmu yang didapatkan dari seorang mursyid (guru)
akan menjadi berkah (barokah). Tarekat sebagai suatu perkumpulan manusia yang memilki tujuan
tentulah ada nilai atau etika berperilaku yang harus diiketahui seluruh anggota tarekat. Dalam hal ini
Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan seorang mursyid (guru) yang perlu
membimbing nya. Oleh karena itu, ada adab-adab yang perlu diperhatikan seorang murid terhadap
mursyid nya sebagaimana yang dituliskan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya, al-Adab fid
t.th.,halaman 431).
=> Seorang murid hendaknya mendahului salam kepada guru. Hal ini sejalan dengan hadits
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa
=> Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu dari pada orang-orang di sekitarnya. Apa
bila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah murid
lebih tahu dari pada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru.
3. Berdiri ketika guru berdiri
=> Bila guru berdiri, murid sebaiknya lekas berdiri juga. Hal ini tidak hanya penting kalau-
kalau guru memerlukan bantuan sewaktu-waktu, misalnya uluran tangan agar segera bisa
tegak berdiri, tetapi juga merupakan sopan santun yang terpuji. Demikian pula jika guru
=> etika guru memberikan suatu penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan
oleh orang lain, sebaiknya murid tidak langsung menyangkal penjelasan guru. Sebaiknya
murid meminta izin terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapat orang lain yang
berbeda. Jika guru berkenan, murid tentu boleh menyampaikan hal itu.
=> Dalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, murid hendaknya bertanya
kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya
kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman dan bukannya
=> Guru tidak sama dengan teman, dan oleh karenanya tidak bisa disetarakan dengan teman.
Seorang murid harus memosisikan guru lebih tinggi dari teman sendiri sehingga ketika
berbicara dengan guru tidak boleh sambil tertawa atau bersenyum yang berlebihan.
=> Bisa saja seorang murid memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika ini memang
terjadi, murid tidak perlu mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang
banyak. Lebih baik murid meminta komentar sang guru tentang pendapatnya yang
berbeda. Cara ini lebih sopan dari pada menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan
teman-teman.
=> Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin ia membutuhkan bantuan karena
kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan sekali-kali
menarik baju guru dalam rangka memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk
menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru.
9. tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah
=> Jika ada suatu hal yang ingin ditanyakan kepada guru, terlebih jika itu menyangkut pribadi
guru, tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku terutama
10. tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah
=> Dalam keadaan guru sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak
pertanyaan yang membutuhkan jawaban pelik, misalnya. Dalam hal ini dikhawatirkan guru
sendiri
3. Bergaul dengan mereka dengan pergaulan yang baik, sopan dan menyenangkan
4. Berkata jujur setiap berkata dengan sesama murid agar tidak timbul mengadu domba
terhadap sesama
6. bersikap simpatik dan halus dalam upaya menasihati jika mereka melakukan
pelanggaran.
7. mencari keridhaannya mereka dan anda harus memandang mereka lebih baik dari
pada anda sendiri, selanjutnya saling menolong dalam kebaikannya dan takwa,
mencintai allah, dan mendorong mereka dalam hal yang disebut ridha allah, dan
9. bersikap benar kepada sesama dalam segala kondisi, dan jangan lupa mendoakan
mereka dengan ampunan, meskipun mereka gaib (tidak ada dihadapan kita)
10. menunaikan janji apabila ia berjanji, sebab sesungguhnya janji termasuk salah satu
dari dua pemberian. Menurut ahlussunnah, ia adalah utang. Menyalahi janji termasuk
kemunafikan
1. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan tetangga, dan berbicara yang baik.
2. Tawadhu‟ terhadap tetangga, dan menganggap dirinya lebih rendah dari mereka
3. Saling menolong dengan sekitar dalam perbuatan baik, ketaqwaan dan cinta kepada Allah
swt.
6. Menjenguk tetangga ketika sakit, dan melayat ketika ada keluarga sekitar lingkungan sosial
7. Senang terhadap sesuatu yang disenangi orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.