Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena nikmat dan karunia-Nya.
Karena memberikan kami kesehatan, kesempatan dan kelancaran dalan menyelesaikan
makalah ini yang ditujukan untuk memenuhi tugas yang berjudul “Teori Labeling (Labelling
Theory) dan Teori Konflik (Conflict Theory) dalam mata kuliah Perilaku Sosial Menyimpang.
Kami selaku anggota kelompok berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca dan memberikan banyak manfaat.
Adapun dalam proses membuat makalah kami menyadari bahwa terkadang masih
mengalami hambatan dan kesulitan. Baik dalam mencari referensi jurnal yang relevan maupun
dalam penulisan isi materi. Namun kami yakin dengan adanya ketekunan dan keseriusan dalam
mengerjakan makalah ini. Hingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Selain itu, kami berharap bagi para pembaca menyampaiakn saran yang dapat
membangun kami agar untuk waktu selanjutnya kami dapat menyusun makalah dengan lebih
baik.
Tim Penyusun
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah kelompok yang sangat rentan untuk terbawa suasana saat ini. Begitu juga
dengan remaja yang tidak lepas dari pengaruh zaman. Remaja sering terlibat dalam kegiatan
nakal seperti membolos sekolah, berbicara kasar (mengumpat/menghujat), merokok di usia
sekolah, berkencan di usia sekolah, berjudi, mencuri, bahkan narkoba. Berbagai bentuk
perilaku menyimpang inilah yang melatarbelakangi remaja mendapatkan stigma dan label
negatif dari masyarakat sebagai akibat dari tindakan penyimpangan primer. Stigma dan label
negatif merupakan dua hal yang berbeda namun saling berhubungan karena stigma
merupakan suatu pemberian label negatif terhadap orang lain.
Perhatian orang tua dalam mendidik remaja merupakan poin penting dalam merespon
remaja terhadap stressor yang terjadi di lingkungan interaksinya. Kesibukan orang tua di era
industri ini membawa konsekuensi berupa perhatian orang tua terhadap anak. Banyaknya
waktu orang tua dalam urusan mencari nafkah atau bekerja berdampak pada bentuk
perhatian terhadap keluarga terutama anak (Curcio et al., 2017; Unayah & Sabarisman,
2015).
B. Rumusan Masalah
1
7. Bagaimana konsep dasar dari teori konflik?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
Edwin M. Lemert dikenal sebagai penemu pendekatan "reaksi sosial" atau “labelling”
pada tahun 1951. Teori Labeling/Pelabelan ini merupakan suatu teori yang muncul akibat
reaksi masyarakat terhadap perilaku seseorang yang dianggap menyimpang. Seseorang
yang dianggap menyimpang kemudian di juluki atau diberi label oleh lingkungan
sosialnya.
a. Konsep Teori
Dalam teori penjulukan, ada satu pemikiran dasar, di mana pemikiran tersebut
menyatakan seseorang yang diberi label sebagai seseorang yang devians dan
diperlakukan seperti orang yang devians akan menjadi devians.
1. Primary deviance, yaitu asumsi bahwa tiap orang memiliki kesempatan yang sama
untuk melanggar norma-norma dan peraturan sosial dengan ataupun tanpa alasan
yang jelas.
2. Secondary deviance, yaitu setelah perilaku menyimpang dilakukan dan diberikan
label sebagai trouble maker atau pembuat masalah, maka julukan ini akan melekat
dan mengarahkannya untuk melakukan penyimpangan lebih banyak.
3
mengarahkan dirinya untuk melakukan penipuan atau penyimpangan lain yang lebih
banyak lagi.
b. Dampak Pelabelan
Dampak pelabelan ini menjadikan pelaku semakin tertanam dengan label yang
diberikan dan konsekuensinya adalah adanya suatu penolakan dari masyarakat yang
dapat berbentuk cemoohan, ejekan, perlakuan berbeda bahkan pengucilan. Kemungkinan
lain yang dapat dialami yaitu dapat menjadikan suatu ciri khas yang melekat pada diri
pelaku. Dampak labeling yang juga dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu dapat
menyebabkan pudarnya nilai dan norma ataupun dapat mempengaruhi keseimbangan
sosial masyarakat.
c. Contoh Pelabelan
Contohnya seperti seorang “anak yang di beri label bandel, akan menjadi bandel”,
atau seperti “anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh akan
menjadi bodoh”. Hal ini berkaitan dengan pemikiran dasar bahwa ketika individu sudah
terlabel, maka orang cenderung memperlakukan individu tersebut sesuai dengan label
yang telah diberikan, sehingga individu tersebut cenderung mengikuti label yang telah
ditetapkan kepadanya.
Konflik dalam pandangan Karl Marx merupakan suatu bentuk pertentangan kelas. Ia
juga memperkenalkan konsep struktur kelas di masyarakat. Masyarakat dilihat sebagai
arena ketimpangan (inequality) yang mampu memicu konflik dan perubahan sosial.
Sedangkan Lewis A. Coser berpendapat bahwa konflik memiliki fungsi positif jika
mampu dikelola dan diekspresikan sewajarnya. Teori konflik yang dikemukakakn oleh
Lewis A. Coser mempengaruhi sosialogi konflik pragmatis atau multidisipliner, yang
digunakan untuk mengelola konflik dalam perusahaan ataupun organisasi modern
lainnya.
a. Gambaran Teori
4
Menurut Marx, sejarah masyarakat manusia adalah sejarah perjuangan kelas, yang
mana melahirkan kelompok borjuis dan kelompok proletar. Kelompok-kelompok yang
menyadari bahwa posisinya berada pada kaum proletar, kala itu mereka dengan sadar
melakukan berbagai macam upaya pemberontakan terhadap kaum borjuis. Konflik
antarkelas inilah yang kemudian melahirkan perubahan dalam masyarakat. Menurut
Marx pula, suatu saat kaum proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini yang
kemudian akan melahirkan masyarakat tanpa kelas. Dalam mencapai tujuannya, suatu
kelompok seringkali harus mengorbankan kelompok lain. Karena itu konflik selalu
muncul, dan kelompok yang tergolong kuat setiap saat selalu berusaha meningkatkan
posisinya dan memelihara dominasinya.
b. Pandangan Teori
Karl Marx memandang bahwa teori konflik sebagai bentuk pertentangan kelas.
a. Gambaran Teori
Teori Konflik Lewis A. Coser Dalam membahas berbagai situasi konflik, Lewis
Coser membedakan konflik menjadi 2 (dua), yakni konflik yang realistis dan yang tidak
realistis.
5
Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari adanya kekecewaan individu
atau kelompok masyarakat terhadap sistem dan tuntutan- tuntutan yang ada pada
hubungan sosial. Semisal, mahasiswa melakukan demonstrasi kepada pemerintah
atas kenaikan harga BBM, atau demo menolak kenaikan uang kuliah karena
kecewa terhadap kampus.
Konflik non-realistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan persaingan
yang berlawanan, tapi merupakan kebutuhan pihak tertentu untuk meredakan
ketegangan. Contoh konflik non realistis seperti mencari kambing hitam atas
permasalahan yang terjadi, sehingga kedua pihak yang konflik bisa mengurangi
ketegangan, karena kesalahan dilimpahkan ke pihak ketiga.
b. Pandangan Teori
Lewis A. Coser berpendapat bahwa konflik memiliki fungsi positif jika mampu
dikelola dan diekspresikan sewajarnya. Teori ini memandang sistem sosial memiliki sifat
fungsional. Konflik tidak selalu bersifat negative. Ia juga dapat mempererat hubungan
antar individu dalam suatu kelompok. Coser meyakini keberadaan konflik tidak harus
bersifat disfungsional. Oleh sebab itu, keberadaan konflik dapat memicu suatu bentuk
interaksi dan memberikan konsekuensi yang sifatnya positif.
Lewis A. Coser memandang konflik sebagai suatu perekat dalam hubungan kelompok
dan melihat konflik dari sudut pandang sisi positif dan fungsinya dalam membantu
menjaga struktur sosial yang ada.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Edwin M. Lemert dikenal sebagai penemu pendekatan "reaksi sosial" atau “labelling” pada
tahun 1951. Teori Labeling/Pelabelan ini merupakan suatu teori yang muncul akibat reaksi
masyarakat terhadap perilaku seseorang yang dianggap menyimpang. Seseorang yang
dianggap menyimpang kemudian di juluki atau diberi label oleh lingkungan sosialnya. Dalam
teori penjulukan, ada satu pemikiran dasar, di mana pemikiran tersebut menyatakan seseorang
yang diberi label sebagai seseorang yang devians dan diperlakukan seperti orang yang devians
akan menjadi devians.
Konflik dalam pandangan Karl Marx merupakan suatu bentuk pertentangan kelas. Ia juga
memperkenalkan konsep struktur kelas di masyarakat. Masyarakat dilihat sebagai arena
ketimpangan (inequality) yang mampu memicu konflik dan perubahan sosial. Sedangkan
Lewis A. Coser berpendapat bahwa konflik memiliki fungsi positif jika mampu dikelola dan
diekspresikan sewajarnya. Teori konflik yang dikemukakakn oleh Lewis A. Coser
mempengaruhi sosialogi konflik pragmatis atau multidisipliner, yang digunakan untuk
mengelola konflik dalam perusahaan ataupun organisasi modern lainnya.
B. Saran
Kita sebagai konselor sebisa mungkin untuk mengatasi perilaku sosial menyimpang yang
dialami oleh anak maupun remaja. Perilaku sosial menyimpang ini juga dapat menyebabkan
dampak dampak yang negative bagi kehidupan anak maupun remaja. Untuk dapat mengatasi
perilaku sosial menyimpang ini sebisa mungkin kita sebagai konselor memahami betul teori
pelabelan (labelling theory) dan teori konflik (conflict theory) agar bisa lebih mudah untuk
mengatasi perilaku sosial menyimpang pada anak maupun remaja.
7
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, A. I., & Setyaningrum, N. (2021). Perilaku Sosial Remaja dalam Perspektif
Tokoh Masyarakat. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 157-164.
Ayu, N. (2018). Pengaruh Stigma terhadap Perubahan Perilaku Remaja (Studi terhadap
Stigma Negatif Remaja Mukim Kongsi Gampong Kuta Barat Kota Sabang). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 3(1).
Güçlü, I. (2014). Karl Marx and Ralf Dahrendorf: a comparative perspective on class
formation and conflict. Eskişehir Osmangazi Üniversitesi İktisadi ve İdari Bilimler Dergisi,
9(2), 151-168.
Fadilah, G. (2021). Implikasi Teori-teori Konflik terhadap Realitas Sosial Masa Kini:
Tinjauan Pemikiran Para Tokoh Sosiologi. Journal of Society and Development, 1(1), 11-15.