Disusun untuk memenuhi salah satu syarat Uji Kompetensi Keahlian (UKK)
di SMK Negeri Kesehatan Dan Pariwisata Bangkinang
Tahun pelajaran 2022/2023
Disusun oleh :
KABUPATEN KAMPAR
PROVINSI RIAU
LEMBAR PENGESAHAN
NIS/NISN : 0297/0056411038
Disahkan Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIS/NISN : 0297/0056411038
Disahkan Oleh :
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat melaksanakan Praktek Kerja lapangan (PKL) di Klinik Pratama
UP dengan baik dan lancar.
Praktek Kerja Lapangan ini dapat di laksanakan dengan baik dan lancar tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak-
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Nasrun, S.Pd, M.M selaku Kepala Sekolah SMK Negeri Kesehatan
Dan Pariwisata Bangkinang.
2. Bapak Romi Maldo, S.KM, selaku guru kejuruan farmasi di SMK Negeri
Kesehatan Dan Pariwisata Bangkinang
3. Apt. Rinaldi Irwan, S.Farm., M.Kes, selaku pembimbing di Apotek, dan
Bapak Romi Maldo, S.KM, selaku guru pembimbing di sekolah
4. Bapak Abd.Rohman, S.Pd, selaku Waka Kurikulum di SMK Negeri
Kesehatan Dan Pariwisata Bangkinang.
5. Ibu Rosnelly, M.Pd.I, selaku Waka Humas di SMK Negeri Kesehatan Dan
Pariwisata Bangkinang
6. Guru-guru SMK Negeri Kesehatan Dan Pariwisata Bangkinang.
7. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan,doa,dan motivasi dengan penuh kasih sayang dalam meraih cita-cita
8. Serta Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini dengan
iii
segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena
itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi
sempurnanya laporan ini.
Semoga laporan ini bisa menjadi referensi untuk peserta didik yang datang
serta bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan dalam
peningkatan wawasan keterampilan dalam pengolahan apotek. Atas perhatian,
dukungan, bantuan, serta kerja samanya dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Sejarah Singkat DUDI...................................................................................2
C. Manfaat...........................................................................................................4
D. Tujuan.............................................................................................................5
A. Teori Singkat.................................................................................................. 6
B. Definisi Apotek..............................................................................................6
C. Landasan Hukum Apotek.............................................................................6
D. Tugas Dan Fungsi Apotek..............................................................................9
E. Persyaratan Pendirian Apotek......................................................................10
F. Tata Cara Pendirian Apotek..........................................................................11
G. Personalia Apotek.........................................................................................12
H. Kegiatan Pelayanan Kefarmasiaan................................................................12
v
I. Penggolongan Obat.........................................................................................13
1. Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X /1993...........................................................................13
2. Penggolongan Obat Tradisional.............................................................19
J. Alat Dan Bahan..............................................................................................22
1. Alat.........................................................................................................22
2. Bahan .................................................................................................... 23
K. Langkah Kerja............................................................................................. 24
L. Hasil Yang Diperoleh....................................................................................25
A. Kesimpulan................................................................................................... 26
B. Saran............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari
pembangunan nasional di bidang kesehatan yang di arahkan untuk
mendukung upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Dalam hal ini pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk
memperoleh tenaga kesehatan yang bermutu yang mampu bertanggung jawab
dalam menjalakan tugas dan mewujudkan perubahan dalam memenuhi
pelayanan kesehatn bagi seluruh masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, disebutkan bahwa apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Pekerjaan kefarmasian meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, bahan obat
dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan
pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang
memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51, 2009).
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pharmaceutical care saat ini
1
sudah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi
pelayanan pada pasien (patient oriente d), adanya perubahan tersebut
Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan pasien agar dapat memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan tercapainya tujuan terapi. Fungsi seorang Apoteker di Apotek tidak
hanya menjalankan praktek kefarmasian saja, namun juga sebagai pemberi
informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga
kedua pihak mendapatkan informasi yang benar terkait obat dan turut
meninggalkan penggunaan obat yang rasional.
Apoteker sebagai tanggung jawab di Apotek memiliki peran penting yaitu
peran profesionalisme dan juga managerial, dimana Apoteker ditantang untuk
dapat menyelaraskan kedua peran tersebut agar keduanya dapat berjalan
dengan baik, meskipun bisnis Apotek tidak pernah melupakan fungsi
utamanya.
Melihat kondisi masyarakat saat ini dan tuntutan peran seorang tenaga
teknis kefarmasiaan yang harus memiliki di masa sekarang dan masa yang
akan datang. Kesiapan institusi pendidikan menjadi faktor penting dalam hal
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten guna
terbentuknya Apoteker-Apoteker yang profesional, berwawasan luas serta
memiliki keterampilan yang baik di masa depan.
2
kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi (Apotek) sehingga
memudahkan mahasiswa anak asrama UP dan masyarakat setempat
mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.
3
Klinik Pratama UP memberikan pelayanan kefarmasian selama 13 jam.
Apotek beroperasi dari pukul 07.30 WIB hingga 21.00 WIB.
4
dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah untuk menemukan Klinik
Pratama Universitas Pahlawan.
Tata ruang farmasi Klinik Pratama Universitas Pahlawan dibuat
sedemikian rupa untuk menjamin kelancaran pelayan serta pengawasan
kegiatan di ruang farmasi. Ruang operasional farmasi Klinik Pratama
Universitas Pahlawan terbagi atas ruang tunggu, ruang etalase apotek, ruang
transaksi, ruang konsultasi, ruang racikan, ruang penyimpanan obat, ruang
administrasi.
Penyimpanan obat berdasarkan fungsi farmakologis terdiri dari
kelompok analgetik, saraf, antiinfeksi, pencernaan, kardiovasuler, ISPA,
hormone, diabetes melitus, kolestrol, vitamin dan antihistamin. Penyimpanan
oleh berdasarkan sediaan terdiri dari sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet),
sediaan cair (suspense, larutan, sirup), sediaan semi solid (suppositoria, ovula,
krim, salep), obat tetes mata dan telinga, obat inhaler dan injeksi.
Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik dan obat paten serta obat
yang memerlukan suhu penyimpanan khusus(2-8C).
Ruang pelayanan terdiri dari kasir, pelayanan resep, penerimaan resep
dan penyerahaan obat. Ruang etalase farmasi merupakan tempat-tempat obat
bebas. Obat bebas terbatas, vitamin dan suplemen makanan.
4. Kegiatan Instalasi Farmasi Klinik Pratama
Instalasi Farmasi Klinik Pratama Universitas Pahlawan merupakan
instalasi farmasi yang memberikan pelayanan kefarmasian selama 13 jam.
Instalasi farmasi beroperasi dari pukul 07.30 WIB hingga 21.00 WIB,
sehingga dapat memaksimalkan pelayanan farmasi dan kesehatan kepada
pasien.
C. Manfaat
Manfaat praktek kerja lapangan ini adalah sebagai berikut :
5
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam kegiatan
kefarmasian.
2. Dapat mengetahui kegiatan-kegiatan pokok farmasi.
3. Mendapat bahan untuk penulisan karya tulis ilmiah dari institusi
pelayanan kesehatan.
D. Tujuan
6
7
BAB II
8
3) Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
4) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksudmencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
5) Pelayanan Farmasi Klinis adalah pelayanan langsung yang
diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping
karenaobat,untuk tujuankeselamatan pasien (patient safety)
sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
6) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
kepada apoteker, baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
7) Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
8) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
9) Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan
yang tidak mengandung Obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
9
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
10) Bahan Medis Habis Pakai selanjutnya disingkat BMHP adalah
Alat Kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai
(single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan
perundang- undangan.
11) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
12) Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan analis farmasi.
13) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
14) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya
disingkat Kepala BPOM adalah kepala lembaga pemerintah non
kementerian yang mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan makanan.
b. Landasan Hukum Apotek merupakan satu diantara sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang diatur dalam:
1) Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2) Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3) Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
10
6) Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti
Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No.184/MENKES/PER/II/1995.
7) Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP
No.26 Tahun 1965 mengenai Apotek.
8) Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
9) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek.
10) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
3. Tugas Dan Fungsi Apotek
Kegiatan intalasi farmasi mempunyai lima fungsi yang utama yaitu:
a. Pembelia
b. Gudang
c. Pelayanan
d. Penjualan
e. Administrasi
11
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional. (Anonim,2004)
12
2) Nama Apoteker Pengelola Apotek (APA)
3) Alamat Apotek
4) Nomor Surat Izin Apotek
e. Administrasi yang harus ada seperti:
1) Kartu stok, nota penjualan, kwintasi, copy resep, dan surat pesanan
2) Buku-buku (buku pembelian, buku penjualan, buku keuangan, buku
harian)
3) Buku-buku wajib apotek (F.I, ISO, Peraturan perundang-undangan,
buku standar, IMO)
f. Tenaga apotek seperti:
1) Apoteker pengelola apotek(APA)
2) Apoteker Pendamping
3) Asisten Apoteker (AA)
5. Tata Cara Pendirian Apotek
Setiap pendirian apotek wajib memiliki izin berupa Surat Izin Apotek
(SIA) yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten kota. SIA
berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan
permohonan harus ditanda tangani oleh apoteker disertai dengan
kelengkapan dokumen administratif meliputi (Mentri Kesehatan republik
Indonesia,2017) :
a. Fotocopy STRA dengan mengajukan STRA asli
b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c. Fotocopy nomor pokok wajib pajak apoteker
d. Fotocopy peta lokasi dan denah bangunan
e. Daftar prasarana,sarana,dan peralatan
Dalam waktu paling lama dalam waktu enam hari kerja sejak
menerima permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
dokomen administratif tersebut diatas, pemerintah daerah
13
kabupaten/kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek. Tim pemeriksa
tersebut harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang
terdiri atas tenaga kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani
bidang sarana dan prasarana. Dalam waktu paling lama enam hari kerja
sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil
pemeriksaan setempat yang dilengkapi dengan berita acara pemeriksaan
(BAP) Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya, dalam waktu paling lama dua belas hari kerja sejak
pemerintah daerah kabupaten/kota menerima laporan dari tim
pemeriksa, pemerintah daerah kabupaten/kota menerbitkan SIA dengan
tembusan kepada direktus jenderal kepalad inas kechatan provinsi,
kepala balai POM, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota,dan
organisasi profesi. Apabila hasil pemeriksaan masih belum memenuhi
persyaratan, pemerintah daerah kabupaten/kota harus mengeluarkan
surat penundaan paling lama dalam waktu dua belas hari kerja dan
pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu satu
bulan sejak surat penundaan diterima.
Apabila pemohon tidak dapat maka pemerintah daerah memenuhi
kelengkapan persyaratan tersebut, kabupaten/kota mengeluarkan surat
penolakan. Jika pemerintah daerah kabupaten/kota melebihi jangka
waktu dalam menerbitkan SIA, maka apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti
SIA.
6. Personalia Apotek
Personalia di apotek sebaiknya terdiri dari :
1) Apoteker (SIK)
2) Apoteker pendamping (Visum)
3) Asisten Apoteker
14
4) Tenaga Administrasi, juru racik, dan keamanan
7. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Klinik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang baik, diperlukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh
lapisan masyarakat dalam rangka peningkatan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional, Klinik berperan dalam
meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang
komprehensif, bermutu, dan merata bagi seluruh penduduk. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik,
berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Klinik dikategorikan menjadi
Klinik Pratama dan Klinik Utama. Klinik Pratama adalah Klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik dasar, sedangkan Klinik Utama adalah
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Klinik merupakan salah satu fasilitas Pelayanan Kefarmasian
tempat dilaksanakannya pekerjaan kefarmasian.
8. Penggolongan obat
Definisi obat menurut undang-undang berdasarkan UU No. 36 Tahun
2009 yang membahas mengenai kesehatan disebutkan bahwa obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihaan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
15
1. Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X /1993
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor. 917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan
Permenkes RI Nomor. 949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi.
Penggolongan obat ini terdiri dari : obat bebas, obat bebas terbatas,
obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
a. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12
Tahun 1994 tentang izin Pedagang Eceran Obat memuat pengertian
obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh :
Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B
Compleks, E dan Obat batuk hitam Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan SK Menkes RI Nomor. 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda
khusus untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas.
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan
garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
16
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan
obat-obatan ke dalam daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan
pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan
kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya.
2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut
berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
17
(e) Contoh obat P.No.5 : Bufacetin, Aza, Lysol, dan Anusol Supositoria
Dulcolax
(f) Contoh obat P.No.6 : Laxarec, Tefaron, Proris, Encare, dan Anusol
Supositoria
Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti
terlihat pada gambar berikut:
18
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G
adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan hurup K yang menyentuh garis tepi”, seperti yang terlihat
pada gambar berikut:
19
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan Kemasan Narkotika
ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang berwarna
merah.Narkotika dibagi menjadi 3 golongan :
1) Narkotika golongan I
Contoh : Opium,Tanaman ganja,Kokain,dan Heroin
2) Narkotika golongan II
Contoh : Morfin,Metadone,dan Petidine
3) Narkotika golongan III
Contoh : Kodein,Etilmorfina
f. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku Contoh :
1) Lisergida
2) Amphetamin
3) Codein
4) Diazepam
20
5) Nitrazepam
6) Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama
dengan penandaan untuk obat keras, hal ini karena sebelum
diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja
karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan
sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk
Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna
merah,dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis
tepi yang berwarna hitam. seperti yang terlihat pada gambar
berikut:
21
moyang. Di pasaran bisa dijumpai dalam bentuk herbal kering siap
seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk segar rebusan sebagaimana
dijajakan para penjual jamu gendong (Yuliarti, 2010). Jamu
sebagaimana yang tertulis dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik indonesia Nomor : HK.00.05.4.2411
tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan Dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia pada kemasan harus
mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”. Logo sebagaimana
dimaksud berupa “ranting daun terletak dalam lingkaran”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah / pembungkus /
brosur. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna
hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras
dengan warna logo. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca,
dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih
atau warna lain yang menyolok kontras dengan
tulisan “JAMU”.
22
toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun dalam
herbal (Yuliarti, 2010).
Obat herbal terstandar adalah obat yang simplisianya telah
dilakukan standarisasi dan telah dilakukan uji pra klinik. Standarisasi
simplisia merupakan upaya menyeluruh dimulai dengan pemilihan
lahan (unsur tanah) yang tepat untuk tumbuhan obat tertentu, budi
daya yang baik sampai pasca panen (good agriculture practices).
Setiap simplisia mengandung komponen yang kompleks. Untuk
standarisasi bagi setiap simplisia maka perlu ditetapkan zat penanda
(finger print) yang digunakan sebagai parameter (BPOM, 2004).Obat
herbal terstandar harus memenuhi kriteria:
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah / praklinik
c) Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
d) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik indonesia
Nomor : HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokkan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia harus
mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.
Logo sebagaimana dimaksud berupa ”JARI-JARI DAUN (3
PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan
pada bagian atas sebelah kiri dari wadah / pembungkus / brosur. Logo
(jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud dicetak dengan
warna hijau di atas warna putih atau warna lain yang menyolok
kontras dengan warna logo. Tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
23
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras
dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.
24
1) Alat pembuatan,pengolahan,dan peracikan
2) Termometer ruangan
3) Spatel tanduk plastik atau porselen
4) Batang pengaduk
5) Timbangan mg digital
6) Timbangan badan
7) Rak tempat pengeringan alat
8) Nampan atau baki
9) Meja penerimaan resep
b. Wadah
1) Pot atau botol
2) Kertas Perkamen
3) Klip dan kantong Plastic
4) Etiket ( Biru dan Putih )
c. Tempat penyimpanan
1) Lemari dan rak untuk penyimpanan obat
2) Lemari untuk penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Bahan
obat yang berbahaya lainnnya
3) Kulkas
10. Obat Yang Terdapat Di Apotek
1) Acyclovir
2) Allupurinol
3) Ambroxol
4) Amlodipine
5) Amoxicillin
6) Asam Mefenamat
7) Betametason Salap
8) Bromhexin
9) Carsida
25
10) Captropil
11) Cefadroxil
12) Cetrizine
13) Cloramfenicol
14) Clotrimazole
15) Dexametasone
16) Disclofenac Sodium
17) Domperidone
18) Dulcolax
19) Folavit
20) Glibenclamid
21) Ibuprofen
22) Ketoprofen
23) Lacto B
24) Lansoprazol
25) Loperamid
26) Metamizole
27) Methylprednisolone
28) Metronidazole
29) Miconazole
30) Omeprazole
31) Paracetamol
32) Piracetam
33) Piroxicam
34) Prednisone
35) Sanmol
36) Simvastatin
37) Vit B-Com
38) Vit C
26
11. Fungsi Apotek
Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan perbekalan farmasi
yang meliputi perencanaan barang, penyimpanan barang, penjualan,
pelayanan resep.
a. Pengadaan Barang
Pengadaan atau pemenan perbekalan farmasi di Apotek Klinik
Pratama sudah dilakukan secara online atau disebut dengan metode
DC (Distribution Center). Setelah melakukan pemesanan secara online
maka pesanan akan diproses. Selanjutnya, barang akan di antarkan ke
apotek dan dilakukan pengecekkan kesesuaian faktur
b. Penerimaan Barang
Di Apotek Klinik Pratama barang datang dilakukan penerimaan
dan pemeriksaan barang serta dilakukan pencocokan antara droping,
setelah valid kemudian faktur diterima oleh petugas penerima barang
atau Asisten Apoteker.
c. Penyimpanan Barang
Sistem penyimpanan dan pengeluaran barang yang digunakan di
Klinik Pratama adalah sistem FEFO dan FIFO. Untuk melakukan
pengawasan terhadap persediaan barang dilakukan stok opname setiap
1 bulan sekali untuk mencocokan jumlah fisik yang ada dengan
catatan pada kartu stok. Penyimpanan barang di Klinik Pratama
disusun berdasarkan farmakologi penyakit, jenis sediaan, bentuk
sediaan alfabetis. Produk yang dijual bebas diletakkan pada rak yang
diatur sedemikian rupa agar memudahkan pelanggan untuk memilih
produk yang diinginkan. Produk yang dijual antara lain obat bebas,
obat bebas terbatas, alat kesehatan, suplemen, vitamin, produk bayi.
d. Penjualan
Penjualan yang digunakan oleh Apotek Klinik Pratama meliputi
1) Penjualan obat bebas secara bebas tanpa resep dokter
27
2) Penjualan Obat Tunai Berdasarkan Resep Dokter
e. Hasil Yang Diperoleh
Hasil yang diperoleh selama melaksanakan PKL di Klinik Pratama
Univesitas Pahlawan antara lain :
1. Menambah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasiaan.
2. Menambah pengalaman dan memperkuat mental untuk
berkomunikasi dengan banyak orang.
3. Menciptakan siswa yang siap untuk bekerja.
4. Menambah wawasan dan menambah kualitas diri.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
29
c. Harus bisa membaca resep dan berkomunikasai dengan pasien dengan
l0000 ancer.
d. Disiplin dan sopan santun.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan
Nerkotika, Jakarta.
13. Undang- undang Republin Indonesia, 2009, Undang- undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta.
14. Undang- undang Republik Indonesia, 1997, Undang- undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Jakarta.
15. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan
Penggolongan Psikotropika, Jakarta.
16. Pemerintah Republik Indonesia, 2010, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 44 tahun 2010 tentang Prekursor, Jakarta.
17. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1993, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 919/MENKES/PER/X 1993 tentang Kriteria
Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep,Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 924/MENKES/SK./X/1993 tentang Perubahan Atas
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 374/MENKES/PER/VIII/1990
tentang Obat Wajib Apotek, Jakarta.
19. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004,Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.00.05.4.2411 tahun
2004 tentang Penggolongan Obat Tradisional, Jakarta.
32
DAFTAR GAMBAR
33
Gambar 2. Pamflet Jam Praktek Apoteker
34
Gambar 4. Ruang Tunggu Apotek
35
Gambar 6. Sediaan Obat Keras Yang Disimpan Dalam Kulkas
36
Lampiran 1. Pelayanan Apotek
37
Lampiran 2. Pengisian Kartu Stok Obat
38
Lampiran 4. Foto Bersama Saat Pengantaran PKL
40