DISUSUN OLEH:
NAMA : dr. FRESTI OKTANINDI
GOL /ANGKATAN: IIIb / CCXCIII
NIP : 19871011 201902 2 008
NOMOR URUT : 23
JABATAN : DOKTER AHLI PERTAMA
UNIT KERJA : RSUD BANYUMAS
PEMBIMBING : RAHARDJANTO PUDJIANTORO SH, MT
MENTOR : dr. JUNAEDI
Yang menyetujui,
Pembimbing, Mentor,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Nama : dr. Fresti Oktanindi
NIP : 19871011 201902 2 008
Telah disetujui dan diseminarkan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 2 Oktober 2019
Tempat : Balai Diklat BKPPD Kabupaten Banyumas
Jl. Raya Baturraden KM 13, Purwokerto
Yang Mengesahkan,
iii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan rancangan
aktualisasi Upaya Penanganan Kasus Klaim Pending Rawat Inap BPJS di
RSUD Banyumas. Penyusunan rancangan aktualisasi ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih, penghargaan, serta rasa hormat
kepada :
1. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi
Jawa Tengah
2. Drs. Achmad Supartono, M. Si selaku narasumber sekaligus Kepala
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Daerah Kabupaten
Banyumas yang telah memberikan saran dan masukan, sehingga
rancangan aktualisasi ini menjadi lebih baik
3. Bapak Rahardjanto Pudjiantoro, SH, MT selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
rancangan aktualisasi ini dapat selesai dengan baik.
4. dr. Junaedi selaku mentor kami dari RSUD Banyumas yang telah
memberikan masukan dan arahan sehingga rancangan aktualisasi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Widyaiswara yang telah memberikan ilmunya selama
kegiatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan XII.
6. Seluruh Panitia penyelenggara termasuk para Binsuh Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III Angkatan XII yang telah banyak membantu
khususnya dalam kegiatan diklat kami.
7. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan XII atas
inspirasi, bantuan, dan dukungannya.
8. Seluruh keluarga dan teman-teman tercinta yang selalu memberi
motivasi dan dukungan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PRAKATA ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Isu, Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan dan Rumusan
Masalah ........................................................................................... 7
C. Tujuan ............................................................................................ 12
D. Manfaat Kegiatan ........................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 14
A. Sikap Perilaku Bela Negara ........................................................... 14
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara .................. 14
2. Analisis Isu Kontemporer ........................................................... 17
3. Kesiapsiagaan Bela Negara ...................................................... 18
B. Nilai Dasar PNS ............................................................................. 19
1. Akuntabilitas ............................................................................... 19
2. Nasionalisme ............................................................................. 22
3. Etika Publik ................................................................................ 25
4. Komitmen Mutu .......................................................................... 27
5. Anti Korupsi ................................................................................ 29
C. Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI ...................................... 33
D. Peran Dokter Umum dalam Upaya Penyelesaian Klaim Pending . 36
BAB III PROFIL ORGANISASI TUGAS UNIT KERJA.............................. 44
A. Profil Organisasi ............................................................................ 44
1. Sejarah dan Dasar Hukum Pembentukan Organisasi ............... 44
2. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas ........................... 47
3. Dasar-dasar Pelayanan di RSUD Banyumas ............................ 49
4. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi ....................................... 49
5. Pelayanan di RSUD Banyumas ................................................. 52
6. Jumlah Tenaga .......................................................................... 53
7. Struktur Organisasi .................................................................... 54
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat ........................................................ 55
1. Tugas Aparatur Sipil Negara ...................................................... 55
v
2. Kewajiban Aparatur Sipil Negara ............................................... 55
3. Kode Etik .................................................................................... 56
C. Tugas dan Jabatan Fungsional Dokter .......................................... 56
D. Role Model ..................................................................................... 58
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI .................................. 62
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................... 86
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara dengan luas wilayah terbesar
dengan jumlah pulau 16.056 pulau, luas daratan 1.916.862,2 km2 dan luas
perairan sebesar 3.257.483 km2. Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas
kabupaten dan kota. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137
Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintah,
secara administrative wilayah Indonesia terbagi atas 34 provinsi, 416
kabupaten dan 98 kota, 7.201 kecamatan, 8.479 kelurahan dan 74.957
desa. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan estimasi tahun 2018
sebesar 265.015.313 jiwa. Kekayaan alam, jumlah penduduk yang besar,
serta wilayah yang luas tentu memerlukan sistem pengelolaan yang baik
dengan dukungan sumber daya manusia yang professional.
Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan
negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
(UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur
sipil negara yang selanjutnya disebut ASN. ASN yang dimaksud diharapkan
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat dan pemersatu bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. Pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan sebagai perekat serta pemersatu
bangsa. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
1
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme (UU Nomor 5 Tahun 2014).
ASN merupakan profesi yang berlandaskan pada beberapa prinsip:
nilai dasar; kode etik dan kode perilaku, komitmen, integritas moral dan
tanggung jawab pada pelayanan publik; kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas; kualifikasi akademik; jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas; dan profesionalitas jabatan (UU Nomor 5
Tahun 2014). Dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai tersebut, seorang
calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus menjalani masa percobaan
sebelum diangkat menjadi PNS (PP Nomor 11 Tahun 2017).
Masa percobaan yang dimaksud dilaksanakan melalui proses
pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang (UU RI Nomor 5 Tahun 2014).
Pelatihan tersebut harus dapat menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS
yang terdiri dari Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi (ANEKA). Melalui kegiatan tersebut, peserta pelatihan
diharapkan mengaplikasikan nilai-nilai ANEKA melalui kegiatan yang
bersifat solutif dan inovatif khususnya dalam rangka pelaksanaan tugas
sesuai dengan organisasi tempat ASN bekerja.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.
Dimensi IPM terdiri atas 3 komponen: indeks kesehatan, indeks pendidikan
dan indeks standar hidup layak. Indeks kesehatan mengalami peningkatan
dari 78,55 menjadi 78,77 dalam waktu antara tahun 2017 sampai 2018
(Pusdatin Kemenkes, 2018). Meskipun dikatakan mengalami peningkatan,
namun tidak terlalu signifikan.
Indonesia merupakan salah satu dari 193 negara yang hadir pada
sidang umum Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) pada 25 September
2015 lalu di New York, Amerika Serikat. Dalam siding tersebut disepakati
2
Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau yang disebut juga dengan
Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda berkelanjutan
2030 untuk Indonesia. Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) 2015-2030 secara resmi menggantikan Tujuan
Pembangunan Milleniuum (MDGs) 2000-2015. SDGs berisi seperangkat
tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa
terkecuali. SDGs ini berisi 17 tujuan dimana salah satunya adalah yang
mengatur tat acara dan prosedur yaitu masyarakat yang damai tanpa
kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka
serta kerja sama kemitraan multi-pihak.
Indonesia sendiri telah memiliki prioritas program pembangunan,
sesuai dengan program dan prioritas dalam Nawacita dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RJPMN) 2015-2019 (Hoelman dkk,
2016). Terdapat konvergensi dan divergensi antara SDGs dan Nawacita.
Artinya dalam beberapa hal, keduanya memerlukan penyelarasan dan
penyesuaian. Meskipun demikian, secara keseluruhan banyak pihak
sepakat bahwa beberapa focus SDGs dapat menjadi panduan
pembangunan serta sesuai dengan Sembilan agenda prioritas Presiden
Joko Widodo (Nawacita). Salah satu agenda prioritas tersebut diantaranya
adalah peningkatan kesejahteraan dan pendidikan sesuai dengan agenda
prioritas peningkatan kualitas hidup manusia melalui jaminan social,
pendidikan, kesehatan serta reformasi agraria. Dalam sektor kesehatan
hingga akhir 2015, Indonesia berpeluang gagal mencapai sasaran-sasaran
MDGs dalam memenuhi target: penurunan angka kematian ibu, penurunan
angka kematian balita, penurunan angka AIDS/HIV. Menambahkan tujuan
yang belum tercapai, berikut adalah beberapa goal yang ingin dicapai
diantaranya: mengakhiri kelaparan, termasuk di dalamnya mengatasi gizi
buruk, kesehatan untuk semua lapisan penduduk (universal health
coverage) dan ketersediaan air bersih dan sanitasi. Capaian Indonesia
pada 3 tahun terakhir dalam memenuhi amanat SDGs adalah peningkatan
rerata usia harapan hidup. Rerata usia harapan hidup di Indonesia
3
meningkat dari 66,3 tahun pada tahun 2016 menjadi 69,3 tahun selama 3
tahun terakhir (Indonesia SGDs Health Profile 2016). Penyebab kematian
terbanyak diantaranya adalah peyakit kardiovaskular (35%), infeksi pada
kelompok maternal dan perinatal serta kekurangan nutrisi (21%), kanker
(12%), penyakit respirasi kronik (6%), diabetes (6%), kecelakaan (6%) dan
sisanya sebesar 15% berupa penyakit tidak menular yang lain (risiko pada
kelompok perokok, obesitas dan tekanan darah tinggi). Diperkirakan
penyebab kematian sebesar 73% di Indonesia disebabkan karena penyakit
tidak menular (WHO, 2018).
Amanat SDGs yang lainnya adalah diberlakukannya universal health
coverage yang artinya kesehatan untuk semua lapisan penduduk. Sampai
dengan tahun 2018, index cakupan pelayanan kesehatan di Indonesia
mencapai 61% dengan cakupan pada 4 area utama: (1) kesehatan
reproduksi, maternal, neonatal dan kesehatan anak; (2) penyakit infeksi; (3)
penyakit tidak menular; (4) kapasitas pelayanan, akses dan jaminan
kesehatan. Dalam upaya mewujudkan upaya universal health coverage,
Indonesia memberlakukan sistem jaminan sosial nasional yang diatur
dalam UU SJSN Nomor 40 Tahun 2004.
Sistem Jaminan Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta
dan/atau anggota keluarganya. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah
kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem jaminan ini
harus dapat memberikan perlindungan finansial. Indikator yang dipakai
adalah pemiskinan dan pengeluaran kesehatan yang mendadak. Profil
Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 0,8% atau sekitar 2 juta
orang akan menjadi miskin karena pengeluaran untuk kesehatan, dan
sekitar 3,6% menghabiskan lebih dari 10% dari total pengeluaran rumah
tangga mereka untuk perawatan kesehatan. Tingginya pengeluaran out of
pocket untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dikaitkan dengan
perlindungan finansial yang rendah. Hal tersebut ditentukan oleh kapasitas
4
pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan mengalokasikannya
untuk kesehatan (WHO Searo 2018).
Upaya peningkatan derajat kesehatan salah satunya adalah melalui
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat (UU Nomor 36 Tahun 2009). Fasilitas
Pelayanan Kesehatan terdiri atas FKTP/Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter/dokter gigi
perseorangan) dan FKTRL/ Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut
(rumah sakit umum dan rumah sakit khusus).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2018, rumah
sakit memiliki beberapa kewajiban, diantaranya adalah:
1. Memberi informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit;
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin;
6. Melaksanakan fungsi sosial;
7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
5
8. Menyelenggarakan rekam medis;
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita
menyusui, anak-anak, lanjut usia;
10. Melaksanakan sistem rujukan;
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi
dan etika serta peraturan perundang-undangan;
12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
13. Menghormati dan melindungi hak pasien;
14. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana;
16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital
by laws);
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas
Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok.
6
di poliklinik akibat keterlambatan datangnya rekam medis, belum adanya
layanan tumbuh kembang anak terpadu di rumah sakit, belum optimalnya
skrining gizi pada pasien anak di poliklinik, tingginya kasus klaim pending
pasien rawat inap BPJS, dan masih rendahnya minat kepenulisan ilmiah
oleh dokter umum dan dokter spesialis.
7
Tabel 1-1. Identifikasi Isu dikaitkan dengan Agenda Ketiga Pelatihan Dasar
CPNS (Manajemen ASN, Whole of Government (WOG), dan Pelayanan
Publik)
NO. IDENTIFIKASI SUMBER KONDISI SAAT INI KONDISI YANG
ISU ISU DIHARAPKAN
1. Lamanya waktu Pelayanan Rekam medis lama Rekam medis segera
tunggu pasien di Publik datang karena siap ketika pasien
poliklinik akibat masih dikelola sudah berada di
keterlambatan secara poliklinik dan dikelola
datangnya konvensional menggunakan sistim
rekam medis rekam medik
elektronik
2. Belum adanya Pelayanan Tidak adanya Tersedianya poliklinik
layanan tumbuh Publik poliklinik tumbuh tumbuh kembang
kembang anak kembang anak anak terpadu yang
terpadu di rumah terpadu menjadi rujukan di
sakit Kabupaten Banyumas
3. Belum Pelayanan Tidak semua Setiap rekam medik
optimalnya Publik rekam medik pasien anak di
skrining gizi pasien anak di poliklinik
pada pasien poliklinik terdapat mencantumkan
anak di poliklinik penilaian status penilaian status gizi
gizi
4. Tingginya kasus Whole of Klaim pending Tidak ada kasus klaim
klaim pending government BPJS rawat inap pending
pasien BPJS (WoG) tahun 2018 masih
yang dirawat tinggi
inap di RSUD
Banyumas
5. Masih Manajemen Tulisan ilmiah yang Dokter umum dan
rendahnya minat ASN dihasilkan oleh dokter spesialis
kepenulisan para dokter RSUD menghasilkan minimal
ilmiah oleh Banyumas masih 1 publikasi ilmiah di
dokter umum sangat sedikit jurnal kedokteran
dan dokter dalam 1 tahun
spesialis
8
diselesaikan melalui gagasan-gagasan kreatif yang akan dituangkan dalam
bentuk kegiatan.
a) Analisis Kriteria Isu Menggunakan APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, Kelayakan)
Analisis APKL adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk
menganalisis ketepatan dan kualitas isu dengan memperhatikan tingkat
aktual, problematik, kekhalayakan, dan kelayakan dari isu-isu yang
diperoleh di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Aktual
berarti nyata/ benar-benar terjadi/ sesungguhnya ada/ benar-benar terjadi
dan sedang hangat dibicarakan masyarakat. Problematik berarti bahwa
suatu isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu segera
dicarikan solusinya. Kekhalayakan berarti bahwa isu yang ditemukan
menyangkut hajat hidup orang banyak. Kelayakan berarti bahwa isu
tersebut bersifat masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.
Analisis APKL dilakukan dengan cara memberikan nilai positif atau
negatif pada masing-masing kriteria aktual, problematik, kelayakan, dan
kekhalayan. Apabila isu yang ditemukan memenuhi kriteria maka diberi nilai
positif, sebaliknya jika tidak memenuhi kriteria diberi nilai negatif. Apabila
semua kriteria dari suatu isu bernilai positif, maka isu tersebut dinyatakan
memenuhi syarat. Sebaliknya, apabila pada isu tersebut ditemukan nilai
negatif pada salah satu atau lebih kriteria, maka isu dinyatakan tidak
memenuhi persyaratan. Hasil analisis APKL terkait isu-isu yang ditemukan
di RSUD Banyumas disajikan dalam tabel berikut:
9
Tabel 1-2. Identifikasi Isu dengan Metode APKL
KRITERIA
NO. IDENTIFIKASI ISU KETERANGAN
A P K L
1. Lamanya waktu tunggu pasien di
poliklinik akibat keterlambatan + + + + Memenuhi syarat
datangnya rekam medis
2. Belum adanya layanan tumbuh
kembang anak terpadu di rumah + + + + Memenuhi syarat
sakit
3. Belum optimalnya skrining gizi Tidak memenuhi
+ + - +
pada pasien anak di poliklinik syarat
4. Tingginya klaim pending pasien
BPJS yang dirawat inap di RSUD + + + + Memenuhi syarat
Banyumas
5. Masih rendahnya minat
Tidak memenuhi
kepenulisan ilmiah oleh dokter + + - +
syarat
umum dan dokter spesialis
KETERANGAN:
1. A = Aktual 3. K = Khalayak
2. P = Problematik 4. L = Layak
10
Tabel 1-3. Identifikasi Isu dengan Metode USG
NO. IDENTIFIKASI ISU U S G TOTAL KET
Lamanya waktu tunggu
pasien di poliklinik
1.
akibat keterlambatan 5 4 2 11 Peringkat 2
datangnya rekam medis
Belum adanya layanan
2. tumbuh kembang anak
3 3 3 9 Peringkat 4
terpadu di rumah sakit
Tingginya klaim
pending pasien BPJS
3.
yang dirawat inap di 5 4 4 14 Peringkat 1
RSUD Banyumas
Belum optimalnya
4. skrining gizi pada 5 2 3 10 Perigkat 3
pasien anak di poliklinik
Masih rendahnya minat
kepenulisan ilmiah oleh
5. 5 2 1 8 Peringkat 5
dokter umum dan
dokter spesialis
11
menyebabkan defisit keuangan yang dapat menyebabkan kolapsnya rumah
sakit. Banyaknya klaim yang tidak dibayar secara semestinya oleh BPJS ke
rumah sakit telah menyebabkan beberapa rumah sakit terancam kolaps,
sebagai contoh diantaranya adalah RSUD Soewondo Kendal, RSI Weleri
Kendal, RS Darul Istiqomah Kaliwungu (pada Mei 2018) dan RSUD
Wirosaban Yogyakarta (April 2019) serta masih banyak lagi kabar dari
banyak rumah sakit yang memberikan pelayanan BPJS.
Klaim BPJS merupakan hampir 90% pendapatan rumah sakit. RSUD
Banyumas sebagai salah satu BLUD Pemerintah Kabupaten Banyumas,
jika mengalami permasalahan cashflow yang turun, dapat berdampak
langsung pada turunnya pendapatan daerah yang berasal dari rumah sakit.
Kekhawatiran yang lebih besar, jika klaim pending terus menerus menjadi
problem akan menghambat tersedianya sarana prasarana yang dapat
berpengaruh terhadap pelayanan pasien. Hal tersebut sangat
mengkhawatirkan mengingat kompetitor RSUD Banyumas yang terdiri dari
banyak sekali rumah sakit swasta baru saat ini sudah cukup menjamur.
Untuk itu, jika permasalahan klaim pending ini dibiarkan tanpa adanya
langkah nyata yang dilakukan dengan sigap, cermat dan berkelanjutan,
eksistensi RSUD Banyumas dapat menjadi semakin terancam.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi isu dan penetapan isu diatas, rumusan masalah
dalam rancangan aktualisasi ini adalah :
a. Bagaimana upaya penyelesaian kasus klaim pending pasien BPJS yang
dirawat inap di RSUD Banyumas?
b. Bagaimana keterkaitkan antara kegiatan yang di usulkan dengan nilai-
nilai dasar ASN (ANEKA) yang mendasari kegiatan baik langsung
maupun tidak langsung?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan rancangan
aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai berikut:
12
1. Untuk mengupayakan penyelesaian kasus klaim pending pasien BPJS
yang dirawat inap di RSUD Banyumas
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan dengan
nilai-nilai dasar ASN (ANEKA) yang mendasari kegiatan baik secara
langsung maupun tidak langsung
D. Manfaat Kegiatan
Manfaat rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
a. Mampu memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai-
nilai dasar PNS yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.
b. Menjadi dokter yang mampu menjalankan fungsi sebagai pelaksana
kebijakan, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa yang
memiliki integritas dan profesional khususnya di lingkungan RSUD
Banyumas.
2. Bagi Instansi (Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas)
a. Rancangan aktualisasi ini dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi,
dan inovasi yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan di RSUD
Banyumas.
b. Terwujudnya visi dan misi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
3. Bagi Stakeholder
Stakeholder yang dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyumas, selaku owner rumah sakit akan mendapatkan keuntungan
berupa peningkatan pendapatan daerah.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
14
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa
dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab bersama.
Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara
Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat
dapat diwujudkan. Hal yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa
dan bernegara. Bagi PNS yang perlu di cermati secara seksama adalah
semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak
persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS
dalam setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu
memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu
masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya
masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka
bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di
intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ PNS
telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah
air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme
dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh
tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara
dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk
cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan
15
pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya
dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat
nasional maupun internasional.
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita
tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada
di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-
lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap
ancaman, tantangan, dan hambatan.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan
untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui
bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga
memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama
menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi
mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan
nama bangsa.
16
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan
tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam
mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari
Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui
bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam, menjaga
kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah
bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus
bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru
dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar
Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri,
melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang
berprestasi baik pada tingkat nasional maupun internasional.
2. Analisis Isu Kontemporer
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks
Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan
etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan
strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang
nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.
Dengan menggunakanan logika sederhana, “pada tahun 2020,
diperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 10 milyar dan akan
terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal
tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup,
agar mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu
disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah
sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari
interaksi peradaban dan bangsa.
17
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS
sebagai aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari
eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer
diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti
cybercrime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Untuk melatih kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS ada beberapa
hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau tahu
terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang dihadapi bangsa
negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya dengan
barita gosip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya,
dan yang lebih penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk
turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara. Dalam
hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tentu memiliki
hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela Negara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara
itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari
hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap
18
dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara. Setidaknya unsur Bela
Negara antara lain:
a. Cinta tanah air;
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara;
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, kegiatan bela negara
tentu bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau kegiatan
semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa
kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati),
menjaga aset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu ada
beberapa kegiatan yang bersifat fisik dalam rangka menunjang
kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran sifik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS
akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan
B. Nilai Dasar PNS
Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam tugas
jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai
dasar tersebut meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini
diakronimkan menjadi “ANEKA” yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah Kewajiban untuk memberikan pertanggung
jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
19
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada
pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat (public trust)
kepada birokrasi akan semakin menguat karena aparaturnya mampu
berperan sebagai kontrol demokrasi, mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.
a. Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan,
yaitu:
1) Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
3) Integritas : konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab : kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan : kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
20
7) Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
b. Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada
otoritas yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada
masyarakat luas.
c. Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu:
1) Akuntabilitas Personal
2) Akuntabilitas Individu
3) Akuntabilitas Kelompok
4) Akuntabilitas Organisasi
5) Akuntabilitas Stakeholder
d. Aspek Akuntabilitas
Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara lain :
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a
relationship)
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is results
oriented)
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability
requires reporting)
21
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences)
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves
performance)
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran keanggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara.
Nasionalisme merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila. PNS dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
22
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
23
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
2) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
3) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
4) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
5) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
6) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
7) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
8) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
9) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
10) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
24
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
11) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Etika dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/ norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
25
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan
untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk
serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai
yang dianut :
a. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
b. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
c. Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
26
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen adalah janji pada diri sendiri atau pada pihak lain
kemudian ada upaya yang tercermin dalam tindakan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan mutu menurut Goetsch dan Davis
merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan.
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap
produk/ jasa berupa ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi
tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara
optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
a. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
1) Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target
(rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber
27
daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
2) Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan
untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
3) Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4) Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu
alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk
kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam
pelayanan.
b. Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
28
3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
4) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;
5) Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level
puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu layanan institusi
secara keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan
keunggulan bersaing. Pada level strategic business unit level tanggung
jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu pada setiap
unit kerja sesuai dengan target masing-masing. Pada level fungsional
bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di
unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab
mutu berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di
masing-masing unit kerja.
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
istilah “coruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi secara harafiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Korupsi
29
menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan sebagai tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain,
atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001,
terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian
keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan
curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan
dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan
delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub c UU no.3/71).
a. Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan
tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya.
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan.
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang
salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab
tersebut berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban
30
menerima dan menyelesaikan semua masalah yang telah
dilakukan.
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter
penting dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip ini
akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki,
tamak, egosi dan juga menghindari dari keinginan yang berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab dan lain
sebagainya.
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
b. Tunas Integritas
Tunas integritas merupakan terjemahan dari konsep yang
berprinsip bahwa manusia sebagai faktor kunci perubahan. Hal
tersebut berarti bermakna bahwa pembenahan akhlak/ moral
merupakan salah satu upaya yang dapat mencegah korupsi. Individu
yang berintegritas diharapkan akan dapat membangun integritas
organisasi dan bangsa. Konseptunas integritas memastikan
tersedianya manusia-manusia yang melakukan upaya peningkatan
integritas diri dan lingkungannya dengan membangun system yang
kondusif, hingga terbentuk manusia-manusia yang mampu
31
menyelaraskan antara rohani dan jasmani dengan melakukan
penyelarasan pada semua elemen dirinya (jiwa, pikiran, perasaan,
ucapan dan tindakan) dengan nurani (standar kebaikan universal),
sehingga terbentuk perilaku integritas yang selaras dengan berbagai
situasi dan lingkungan (system dan budaya integritas).
Peran tunas integritas diharapkan dapat menjalankan peran
strategis dalam organisasi berupa:
1) Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka
menjadi kumpulan orang yang selalu terdepan untuk memastikan
tujuan organisasi tercapai.
2) Membangun system integritas, berpartisipasi aktif dalam
pembangunan sistem integritas hingga semua peluang korupsi dan
berbagai penyimpangan lainnya dapat ditutupi.
3) Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk
berintegritas tinggi.
Para tunas integritas tidak mendorong masyarakat untuk
membangun budaya baru, atau mengambil budaya dari luar Indonesia,
tetapi akan melakukan re-framming budaya yang ada, yaitu dengan
menggeser dari kutub negatif menjadi kutub positif.
Pendekatan apresiasi diatas menyebabkan para tunas integritas
selain didorong untuk memiliki keikhlasan dna kebijakan yang tinggi
juga diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan:
1) Re-framming kultur atau budaya, agar perubahan budaya dapat
lebih mudah dan cepat, serta tidak perlu energy besar, atau dengan
istilah-istilah semacam “potong generasi”, namun membuka
kesempatan selebar-lebarnya untuk semua elemen bangsa, baik
generasi lalu, generasi sekarang dan yang akan datang untuk
menjadi garda terdepan dalam pemberantasan korupsi melalui re-
framming budaya.
32
2) Utilisasi fenomena perilaku otomatis bagi perubahan diri, keluarga
organisasi dan bangsa, serta lebih jauh lagi dengan menciptakan
peradaban yang lebih baik.
33
publik yang profesional dan berkualitas; dan 3) mempererat persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab pegawai ASN
disebutkan dalam UU ASN adalah: 1) setia dan taat pada pancasila,
undang-undangdasar negara republik indonesia tahun 1945, negara
kesatuan republik indonesia, dan pemerintah yang sah; 2) menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan yang
dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4) menaati ketentuan
peraturan perundangundangan; 5) melaksanakan tugas kedinasan
dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan; 7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan 8) mersedia ditempatkan di seluruh wilayah
negara kesatuan republik indonesia.
2. Pelayanan Publik
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dari pengertian tersebut ada tiga unsur penting pelayanan publik yaitu
organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh
penerima pelayanan.
Pelayanan publik yang baik didasarkan pada prinsip-prinsip yang
digunakan untuk merespon berbagai kelemahan yang melekat pada
tubuh birokrasi. Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
34
pelayanan prima adalah partisipatif, transparansi, responsif, tidak
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel,
akuntabel, berkeadilan.
Sebagaimana diatur dalam Undang-undang ASN, dijelaskan
bahwa ASN sebagai profesi berdasarkan pada prinsip-prinsip: 1) nilai
dasar; 2) kode etik dan kode perilaku; 3) komitmen, integritas moral,
dan tanggungjawab pada pelayanan publik; 4) kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5) kualifikasi akademik; 6)
jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan 7)
profesionalitas jabatan.
3. Whole of Government
Whole of Government atau disingkat WoG adalah sebuah
pendekatan penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik
(LAN RI, 2016). WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan. United States Institute of Peace
(USIP) (dalam LAN RI, 2016), menyatakan “an approach that integrates
the collaborative effort of the departments and agencies of a
government to achieve unity of effort toward a shared goal. Also known
as interagency approach. The terms unity of effort and unity of purpose
are sometimes used to describe cooperation among all actors,
government and otherwise.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan
aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan. WoG sebagai
pendekatan yang dilakukan pemerintah untuk mendukung fungsi
penting dan utama instansi pemerintah yaitu sebagai perangkat
35
pemberi pelayanan. Pelayan yang diberikan harus memenuhi level atau
kualitas yang diharapkan oleh masyarakat umum. Terutama untuk
menghadapi masyarakat yang semakin maju dan persaingan global
yang ketat. Pendekatan WOG dapat dilakukan baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal, diantaranya: 1) penguatan koordinasi
antar lembaga; 2) membentuk lembaga koordinasi khusus; 3)
membentuk gugus tugas; dan 4) koalisi sosial.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik.
Pertama, pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
masyarakat. Praktek WoG dalam jenis pelayanan administrasi dapat
dilihat dalam praktek-praktek penyatuan penyelenggaraan izin dalam
satu pintu seperti PTSP atau kantor SAMSAT. Kedua, pelayanan jasa,
yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya. Ketiga, pelayanan
barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan barang yang dibutuhkan
warga masyarakat misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik,
air bersih, dan lainnya. Keempat, pelayanan regulatif, yaitu pelayanan
melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-unndagan
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat. Adapun pola pelayanan publik dibedakan dalam 5 (lima)
macam pola pelayanan yaitu pola pelayanan teknis fungsional, pola
pelayanan satu atap, pola pelayanan satu pintu, pola pelayanan
terpusat, dan pola pelayanan elektronik.
36
masuk, dirawat, mengurus asuransi sampai pasien keluar dari RS
hingga pembayaran klaim asuransi. Proses yang senantiasa
memerlukan komunikasi yang baik dan efisien antar elemen pemberi
pelayanan, seringkali mengalami kendala yang menyebabkan berbagai
dampak, salah satunya adalah tertundanya klaim asuransi.
1. Dokter sebagai case manager
Case manager atau yang dapat disebut Manajer Pelayanan Pasien
(MPP) adalah profesional di rumah sakit yang melaksanakan
manajemen pelayanan pasien. Manajemen pelayanan pasien sendiri
diartikan sebagai suatu proses kolaboratif mengenai asesmen,
perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk
opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan
keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya
yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan
biaya-efektif. (Sumber : CSMA – Case Management Society of
America, 2010). Pengertian yang lain adalah suatu model klinis untuk
manajemen stratejik mutu dan biaya pelayanan, dibuat untuk
memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang
layak / patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai.
(Cesta, 2009)
Manajemen pelayanan pasien bersumber dari konsep pelayanan
fokus pada pasien (PFP). Inti konsep PFP terdiri dari 4 elemen :
1. Martabat dan Respek.
a) Pemberi pelayanan kesehatan mendengarkan, menghormati dan
menghargai pandangan dan pilihan pasien serta keluarga.
b) Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural
pasien dan keluarga dimasukkan dalam perencanaan pelayanan
dan pemberian pelayanan kesehatan.
2. Berbagi informasi.
a) Pemberi pelayanan kesehatan mengkomunikasikan dan berbagi
informasi secara lengkap dengan pasien dan keluarga
37
b) Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap,
dan akurat
3. Partisipasi.
Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi
dalam asuhan dan pengambilan keputusan serta pilihan mereka
4. Kolaborasi / kerjasama.
Pasien dan keluarga adalah mitra pemberi pelayanan kesehatan.
Pemberi pelayanan kesehatan bekerjasama dengan pasien dan
keluarga dalam pengembangan, implementasi dan evaluasi
kebijakan dan program.
38
Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, MPP dapat
menangani 25 – 50 pasien, tergantung kondisi kerumitan, sistem
pelayanan klinis, budaya kerja rumah sakit. Berikut merupakan
beberapa fungsi manajer pelayanan pasien, diantaranya adalah :
1) Asesmen utilitas. Mampu mengakses semua informasi dan data
untuk mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen
pelayanan pasien. (Semua informasi dan data akurat, lengkap yang
mudah diakses tentang kebutuhan klinis, finansial, serta sosial
pasien)
2) Perencanaan. Dengan asesmen yang lengkap, disusun
perencanaan untuk pelaksanaan manajemen pelayanan pasien.
Perencanaan tsb mencerminkan kelayakan/kepatutan dan
efektivitas-biaya dari pengobatan medis dan klinis serta kebutuhan
pasien untuk mengambil keputusan.
3) Fasilitasi. Tugas ini mencakup interaksi antara MPP dan para
anggota tim pemberi pelayanan kesehatan, perwakilan pembayar,
serta pasien/keluarga yang mencari/menginginkan pembebasan
dari hambatan namun dapat mempengaruhi kinerja/hasil, serta
menjaga kontinuitas pelayanan.
4) Advokasi. Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP.
Tetapi peran ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP
diharapkan melakukan advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat
diterima setelah berkonsultasi dengan DPJP, termasuk rencana
pemulangan yang aman. Advokasi perlu mempertimbangkan
sistem nilai pasien, kemampuan finansial termasuk atas jaminan
pembiayaan, pilihan, serta kebutuhan pelayanan kesehatannya
Gambar berikut menunjukkan perbedaan koordinasi-integrasi-
kontinuitas pelayanan antara pelayanan pada tim asuhan interdisiplin
dan tim pelayanan pada manajemen pelayanan pasien.
39
Gambar 1. Diagram Koordinasi Integrasi Kontinuitas Pelayanan pada Tim
Asuhan Interdisiplin
40
elemen rumah sakit, termasuk dengan asuransi BPJS (Panduan
Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien Rumah Sakit, 2013).
Kualifikasi manajer pelayanan pasien adalah: dokter umum atau
perawat S 1 dengan pengalaman minimal 3-5 tahun dalam pelayanan
klinis. Dokter dalam hal ini ditempatkan sebagai dokter ruangan,
perawat sebagai kepala ruangan.
Telah banyak penelitian mengenai penempatan dokter umum
sebagai case manager di berbagai rumah sakit. Salah satu studi yang
dilakukan Hartini dkk menyebutkan bahwa keberadaan dokter umum di
ruang rawat inap sebagai case manager meningkatkan kepuasan
pasien di salah satu RS besar di Semarang (Hartini, 1999). Case
manager dapat memenuhi harapan pasien di bidang medis teknis,
informasi, hubungan interpersonal serta mengkoordinir para pemberi
pelayanan yang lain (administrasi, gizi, keuangan dan sebagainya) agar
memberikan pelayanan secara efektif, efisien dan bermutu.
2. Klaim pending
Sejak 1 Januari 2014 pemerintah secara resmi memberlakukan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Demikian pula dengan
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) juga mulai
diberlakukan untuk menyelenggarakan program tersebut. Tujuan
diberlakukan program JKN ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat yang layak dan diberikan kepada setiap orang
yang terdaftar dan telah membayar premi atau preminya dibayarkan
oleh pemerintah.
Sistem kesehatan mulai berubah perlahan sejalan waktu dan
menyesuaikan perkembangan jaman. Sistem asuransi semakin
berkembang di kalangan pelayanan medis. Sistem ini membentuk
biaya pelayanan yang pembiayaan tanpa batas menjadi pembiayaan
pelayanan kesehatan terkontrol, terprogram dan terukur. Dengan
sistem asuransi ini masyarakat tidak perlu takut akan biaya kesehatan
yang tidak terduga. Masyarakat cukup membayar uang asuransi yang
41
biasa disebut iuran atau premi dengan syarat dan ketentuan yang
berlaku tergantung dari kebutuhan masing-masing. Sistem Jaminan
Sosial Nasional merupakan asuransi sosial yang disahkan oleh
undang-undang no 40 tahun 2004. Sistem ini dikelola oleh suatu badan
yang ditetapkan oleh undang-undang yaitu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) dan dibagi menjadi 2 yaitu BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Kesehatan ini sama halnya dengan asuransi kesehatan
bekerjasama dengan fasilitas kesehatan baik dokter, klinik dan rumah
sakit. Dalam mengelola kesehatan pasien di setiap fasilitas kesehatan
di wajibkan adanya dokumen rekam medis. Menurut Permenkes No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas
yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Diakhir perawatan
seseorang diterbitkannya resume medis. Resume medis harus diisi
dengan lengkap untuk menjaga mutu rekam medis dan juga sering
digunakan untuk administrasi persyaratandalamklaimasuransi.
Dalampengajuan klaimke BPJS Kesehatan, rumahsakit
menyertakan resume medis sebagai salah satu syarat berkas
pengajuan. Resume medis diberikan diakhir perawatan pasien baik
hidup sembuh atau meninggal. Jika resumemedis tidak lengkap maka
BPJS Kesehatan akan mengembalikan resume medis tersebut.
Pengembalian resume medis berakibat pada tidak terbayarnya
pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit dan akan
mengakibatkanmenurunnyapemasukanrumahsakit.
Klaim adalah tagihan atau tuntutan atas sebuah imbalan dari hasil
layanan yang diberikan. Dalam hal ini klaim rumah sakit terhadap BPJS
Kesehatan adalah tuntutan imbalan atas jasa layanan yang diberikan
rumah sakit melalui tenaga kerjanya baik dokter, perawat, apoteker dan
lain-lain atas kepada peserta BPJS Kesehatan yang berobat atau
42
dirawat di rumah sakit. Pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan harus
menggunakan resume medis dengan diagnose merujuk pada ICD 10
atau ICD 9 CM.
Salah satu penyebabnya terbanyak adalah ketidakadaan tanda
tangan dokter penanggung jawab pasien pada lembar resume medis
padahal secara hokum tandatangan resume medis adalah salah satu
keabsahan dari resume medis (Permenkes No.
269/MENKES/PER/III/2008 pasal (4) ayat (2). Ketidakadaan tanda
tangan resume medis membuat klaim BPJS Kesehatan tidak bisa di
grouping oleh unit penjaminan sehingga terjadi penundaan (pending)
klaim BPJS Kesehatan. Penundaan ini menyebabkan pembayaran
klaim menjadi menurun dan cashflow rumahsakit menjadi menurun
dikarenakan hampir 90% pasien rumah sakit adalah pasien BPJS
Kesehatan.
43
BAB III
PROFIL ORGANISASI TUGAS UNIT KERJA
A. Profil Organisasi
1. Sejarah dan Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
44
Tahun 1945 sampai dengan 1947 menjadi rumah sakit milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Banyumas. Kemudian diserahkan
kepada pemerintah RI pada tahun 1950 dibawah Departemen Kesehatan
(Pemerintah Pusat). Tahun 1953 rumah sakit tersebut diserahkan
pengelolaannya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Banyumas.
Mulai tahun 1992 diadakan upaya perbaikan mutu pelayanan yang intensif
dengan penerapan Total Quality Management, Gugus Kendali Mutu,
Akreditasi dan tahun 2000 mulai mencoba menerapkan model akreditasi
dengan standar internasional meng-adopt sistem yang dikembangkan oleh
ACHS, Australia yaitu EQuIP (Evaluation Quality Improvement Program)
sehingga dapat mencapai berbagai prestasi. Secara ringkas, berikut adalah
perjalanan RSUD Banyumas:
1) Tahun 1992 diadakan upaya perbaikan mutu pelayanan yang intensif
dengan penerapan Total Quality Management, Gugus Kendali Mutu,
Akreditasi dengan status kelas D.
2) Tahun 1993 RSU Banyumas naik kelas dari Rumah Sakit Kelas D
menjadi Kelas C pada tanggal 19 Januari 1993 melalui SK Menkes RI
No. /Menkes/SK/I/1993.
3) Tahun 2000 RSU Banyumas naik kelas dari Rumah Sakit Kelas C
menjadi Kelas B Non Pendidikan pada tanggal 28 Juli 2000 dengan
SK Menkes RI No. 115/Menkes/SK/VII/2000.
4) Tahun 2001 RSU Banyumas ditetapkan menjadi RS Kelas B
Pendidikan oleh Menteri Kesehatan dengan SK No.
850/Menkes/SK/VIII/2001 tangal 5 Oktober 2001, pengelolaannya
masih di bawah kendali Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
dan menjalin ikatan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM
sehingga menjadi salah satu dari tiga Rumah Sakit Pendidikan Utama
FK UGM, selain RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dan RSU Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
5) Tahun 2008 RSUD Banyumas ditetapkan sebagai Badan Layanan
Umum Daerah.
45
Berikut merupakan dasar hukum pembentukan RSUD Banyumas :
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan
Negara;
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;
• Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit;
• Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
• Peraturan Pemerintah Nomor: 23 Tahun 2005, tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
• Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 2005, tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
• Peraturan Pemerintah Nomor: 58 Tahun 2005, Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 66/PMK.02/2006, tentang
Tatacara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan dan Perubahan
Rencana Bisnis dan Anggaran serta dokumen pelaksanaan Badan
Layanan Umum;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 59 Tahun 2018, tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 08/PMK.02/2006 tentang
Kewenangan Pengadaan Barang dan Jasa pada BLUD;
• Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 27 Tahun 2009
tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyumas;
• Keputusan Bupati Banyumas nomor 445/371/2008 tanggal 16 Juli
2008 tentang Penetapan Penerapan Status Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara Penuh
kepada RSUD Banyumas.
46
2. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
a. Identitas Rumah Sakit
§ Nama : RSUD Banyumas
§ Didirikan : 30 April 1925
§ Kelas rumah sakit : Kelas B Pendidikan Satelit berdasarkan
SK Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/245/2018
Tanggal 9 Mei 2018
§ Landasan hukum : Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2009
tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah
§ Pemilik : Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyumas
§ Status : BLUD Penuh sesuai keputusan Bupati
Banyumas nomor 445/371/2008 tanggal 16 Juli 2008 Tentang
Penetapan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara Penuh kepada
RSUD Banyumas
§ Alamat lengkap : Jl. Rumah Sakit No. 1 Banyumas, KP.
53192
§ Provinsi : Jawa Tengah
§ Telephon/ faksimili : (0281) 796031/ (0281)-796182
§ E-mail : rsudbanyumas@banyumaskab.go.id
§ Luas tanah/ bangunan: 71,824 m2/ 21,545,56 m2
b. Perjalanan RSUD Banyumas
RSUD Banyumas adalah rumah sakit tipe B Pendidikan milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dengan jumlah tempat
tidur 428 TT, luas tanah 7,1 Ha dan luas bangunan 2,1 Ha. Berada
di lingkungan daerah pedesaan tepatnya di Desa Kejawar dan
Desa Kedunggede, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas,
Propinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan letak geografis tersebut di atas dan beberapa
faktor terkait lainnya, RSUD Banyumas tidaklah berada dalam
47
posisi yang strategis dalam banyak hal. Namun, apresiasi terhadap
RSUD Banyumas baik dari masyarakat sebagai pelanggan maupun
dari pemerintahan RI terus meningkat secara bermakna. Pada
tahun 1997 RSUD Banyumas mendapat predikat juara I tingkat
nasional lomba kinerja RS kelas C, tahun 2000 terakreditasi secara
penuh untuk akreditasi tingkat lanjut dari DEPKES pertama di Jawa
Tengah, tahun 2003 terakreditasi untuk akreditasi penuh tingkat
lengkap dari DEPKES pertama di Indonesia, dan tahun 2006 RSUD
Banyumas mendapat predikat juara I lomba pelayanan publik
tingkat nasional. Dan masih banyak apresiasi yang di raih RSUD
Banyumas. Sejak tahun 1992 sampai dengan sekarang tercatat
lebih dari tiga puluh predikat membanggakan yang diraih RSUD
Banyumas baik tingkat regional maupun nasional.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor
27 tahun 2009, RSUD Banyumas adalah salah satu Badan Teknis
Daerah milik Pemerintah Kabupaten Banyumas yang mempunyai
tugas melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien
dengan mengutamakan upaya penyembuhan serta pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Dalam perkembangannya RSUD Banyumas terus melesat secara
bermakna dari tugas sesuai PERDA tersebut di atas.
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas terus memperlihatkan
hasil produk pelayanan kesehatan yang semakin diminati oleh
masyarakat Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Di sisi lain
prestasi dan apresiasi secara persisten diperoleh juga merupakan
untaian benang merah dari pelayanan yang terbaik oleh seluruh
karyawan, manajemen yang berkompeten serta dukungan dari
seluruh pihak. Menyikapi dengan perkembangan yang signifikan
dari RSUD Banyumas ini, pengelolaan RSUD Banyumas pun
menjadi satu kebutuhan untuk diubah dari status swadana menjadi
48
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Berdasarkan Keputusan
Bupati Banyumas nomor 445/371/2008 tentang Pola Pengelolaan
Keuangan, RSUD Banyumas pun berubah status pengelolaannya
menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-
BLUD).
3. Dasar-dasar Pelayanan di RSUD Banyumas
a. Filosofi RSUD Banyumas
“Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan adalah
Kebahagiaan Kami”.
b. Motto RSUD Banyumas
Memberikan pelayanan terbaik yang CEMERLANG “Cepat, Efektif,
Mudah, Efisien, Ramah, Lancar, Aman, Nyaman, Gairah”.
4. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi
a) Visi : Menjadi rumah sakit pendidikan yang bermutu tinggi,
seimbang dan komprehensif.
b) Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset bidang
kesehatan yang bermutu tinggi, manusiawi dan terjangkau bagi
masyarakat.
2) Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset bidang
kesehatan yang seimbang, komprehensif dan terintegrasi.
3) Mengembangkan profesionalisme Sumber Daya Manusia.
4) Meningkatkan kesejahteraan pihak – pihak yang terkait.
c) Budaya Rumah Sakit
1) Budaya organisasi yang diterapkan di RSUD Banyumas
diaktualisasikan dengan “TRI SUKSES RSUD Banyumas” yang
dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut;
2) Sukses Peningkatan Mutu (5M), yakni; Mutu, Mudah, Murah,
Mantap, Marem.
49
3) Sukses Peningkatan Disiplin (5R) yakni; Rapi, Rajin, Resik,
Ramah, Rukun.
4) Sukses Peningkatan Efisiensi (CUBIT) yakni; Cukup, Urgen,
Baik, Irit, Terawat.
d) Nilai-nilai Dasar RSUD Banyumas
1) Kejujuran
Kemampuan karyawan untuk mengatakan suatu kenyataan
sebagaimana adanya.
2) Keterbukaan
Kemampuan karyawan menghadapi perubahan baik internal
maupun eksternal organisasi.
3) Kerendahan Hati
Kemampuan karyawan untuk menerima kehadiran dan
pendapat orang lain serta mampu membangun kerjasama
dalam mencapai tujuan bersama.
4) Kesediaan Melayani
Memberikan pelayanan dengan ringan hati kepada seluruh
pelanggan, sehingga pelanggan merasa dipedulikan oleh
RSUD Banyumas.
5) Kerja Keras
Unsur penting dalam mewujudkan peningkatan kualitas secara
terus menerus agar RSUD Banyumas tetap dicintai oleh
pelanggannya.
6) Kasih Sayang
Sikap welas asih yang diwujudkan dalam pelayanan sehari-hari
baik terhadap pelanggan maupun teman sekerja kita.
7) Loyalitas
Kemampuan karyawan mewujudkan apa yang telah diucapkan
atau dijanjikan dalam bentuk tindakan nyata.
50
e) Tugas dan Fungsi Pokok RSUD Banyumas
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor
27 tahun 2009, RSUD Banyumas adalah salah satu Badan Teknis
Daerah milik Pemerintah Kabupaten Banyumas yang mempunyai
tugas melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien
dengan mengutamakan upaya penyembuhan serta pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Dalam perkembangannya RSUD Banyumas terus melesat secara
bermakna dari tugas sesuai PERDA tersebut di atas.
Tugas dan fungsi RSUD Banyumas diperjelas dalam Peraturan
Bupati Banyumas Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Penjabaran
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
Kabupaten Banyumas. RSUD Banyumas mempunyai tugas
menyelenggarakan Pelayanan kesehatan dengan upaya
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan
rujukan, dan menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan
serta pengabdian masyarakat.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, RSUD Banyumas
memiliki beberapa fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis lingkup pelayanan kesehatan
pada RSUD Banyumas;
b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah lingkup pelayanan kesehatan pada RSUD Banyumas
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan pada
RSUD Banyumas;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
51
5. Pelayanan di RSUD Banyumas
Berdasarkan RENSTRA tahun 2013-2018 RSUD Banyumas
mengenai informulirasi pelayanan, pelayanan yang ada di RSUD
Banyumas diantaranya :
a. Pelayanan Gawat Darurat;
b. Pelayanan Rawat Jalan;
c. Pelayanan Rawat Inap (Paviliun, Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3)
d. Pelayanan Rawat Intensif;
e. Pelayanan tindakan medis spesialistik;
f. Pelayanan kebidanan;
g. Pelayanan rehabilitasi medis;
h. Pelayanan radiologi;
i. Pelayanan farmasi RS;
j. Pelayanan gizi RS;
k. Pelayanan Radioterapi;
l. Pelayanan general check up;
m. Pelayanan pemeriksaan patologi klinik;
n. Peleyanana pemeriksaan patologi anatomi;
o. Pelayanan hemodialisa;
p. Pelayanan bank darah;
q. Pelayanan pendidikan dan pelatihan SDM;
r. Pelayanan pengolahan limbah RS;
s. Pelayanan pemulasaran jenazah RS;
t. Pelayanan ambulance dan mobil jenazah RS;
u. Pelayanan perbaikan sarana RS;
v. Pelayanan administrasi (RT, keuangan, kendaraan dinas,
keamanan, manajeman, SIM RS, rekam medis, pemasaran,
perpustakaan);
w. Pengembangan pelayanan unggulan: jantung terpadu, urologi,
maternal perinatal, paviliun.
52
6. Jumlah Tenaga
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki RSUD Banyumas, terdiri
dari tenaga medis dan non medis, dengan rincian sebagai berikut:
a. Dokter umum dan dokter spesialis : 60 orang
b. Perawat : 387 orang
c. Farmasi : 40 orang
d. Bidan : 36 orang
e. Analis kesehatan : 21 orang
f. Radiographer :9 orang
g. Fisioterapis :6 orang
h. Okupasi terapi :3 orang
i. Terapi wicara :3 orang
j. Perekam medis :7 orang
k. Sanitarian :8 orang
l. Elektro medis :6 orang
m. Psikolog :3 orang
n. Orthotic prostetik :1 orang
o. Administrasi : 425 orang
Total Karyawan : 1025 orang
53
7. Struktur Organisasi
Direktur
dr. DANI ESTI NOVIA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Plt. WADIR
Plt. WAKIL DIREKTUR
PELAYANAN
UMUM
dr. JUNAEDI
RONIN HIDAYAT
54
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat
1. Tugas Aparatur Sipil Negara
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
disebutkan bahwa pegawai ASN berfungsi sebagai: pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai ASN juga memiliki tugas sebagai:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
2. Kewajiban Aparatur Sipil Negara
Kewajiban ASN sebagaimana diatur dalam UU Nomor 5 Tahun
2014, Pasal 23, tentang kewajiban pegawai ASN adalah sebagai
berikut:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
Pemerintah yang sah;
b. Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Menaati ketentuan Peraturan Perundang – undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggungjawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang -
undangan;
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
55
3. Kode Etik
Selain mempunyai tugas dan kewajiban, ASN juga memiliki kode
etik, berdasarkan UU ASN No 5 Tahun 2014 Pasal 5 yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab , efektif , dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informulirasi terkait
kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informulirasi intern negara , tugas , status
, kekuasaan , dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
56
Kreditnya diterangkan bahwa dokter adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan. Tugas pokok dokter adalah
memberikan pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, serta membina peran serta masyarakat
dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Rincian kegiatan penulis sebagai Dokter Pertama yang tercantum
dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
139/KEP/M.PAN/11/2003 yaitu :
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh dokter umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh dokter umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik/pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) pada pasien rawat inap;
9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan Ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
57
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan medik rawat jalan;
22. Membuat catatan medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana;
28. Melakukan visum et repertum kompleks tingkat 1;
29. Menjadi saksi ahli;
30. Melakukan tugas jaga panggilan/ on calls;
31. Melakukan tugas jaga di tempat
32. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
33. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat
sederhana.
D. Role Model
dr. H. Hasto Wardoyo, Sp. OG(K)
merupakan salah seorang dokter
yang selain sukses di bidang
keilmuannya, beliau juga
mengabdikan dirinya untuk melayani
masyarakat dengan menjadi bupati
Kulon Progo. Putra asli kelahiran
Kulon Progo pada 30 Juli 1964 lalu
menempuh pendidikan S1 di Fakultas
Kedokteran UGM kemudian melanjutkan spesialisi obstetri ginekologi dan
spesialis konsultan di kampus yang sama. Mengawali karirnya sebagai
Kepala Puskesmas Kahala Kabupaten Kutai Kalimantan timur pada tahun
58
1990, mutasi ke Puskesmas Melak kemudian menjadi kepala Puskesmas
Lok Tuan Bontang Utara Kabupaten Kutai Kalimantan Timur pada tahun
1994. Setelah menyelesaikan residensi di RSUP Dr. Sardjito pada tahun
1995, beliau menjadi staf medis fungsional di RSUP Dr. Sardjito sampai
tahun 2011. Selama menjadi staf medis fungsional, beliau sangat aktif
dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan profesinya sebagai dokter
kandungan. Aktif dalam pengembangan teknologi baru sel Punca (stem
cell) dan menjadi pioneer dimulainya layanan bayi tabung di RSUP Dr.
Sardjito. Selain itu, beliau juga ikut aktif dalam aktivitas manajerial di RSUP
Dr. Sardjito hingga menjadi Ketua II Komite Medik sampai pada tahun 2011
beliau didaulat untuk menjadi Bupati pilihan masyarakat Kulon Progo.
Beberapa penghargaan diraih sejak awal karirnya, beliau mendapat
penghargaan sebagai dokter teladan pada tahun 1992 dan Satya Lencana
Bidang KB di tahun 2010 dari presiden RI. Saat menjabat menjadi Bupati
Kulon Progo, beliau berani memulai terobosan besar untuk mengentaskan
kemiskinan. Meski miskin anggaran, kabupaten bertekad untuk kaya akan
inovasi. Sejak pertama dilantik pada tahun 2012, Bupati Kulon Progo, dr. H.
Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) telah berambisi untuk melakukan sederet
gebrakan ambisius untuk kesejahteraan warganya. Di awal
pemerintahannya, Bupati Hasto Wardoyo meluncurkan program warung
miskin untuk bersaing dengan menjamurnya waralaba modern di
pedesaan. Dengan menggandeng Yayasan Damandiri, pemerintah
kabupaten mendirikan Toserba Posdaya yang menyuplai pasokan barang
di warung miskin. Warung ini merupakan usaha kemitraan 10 kepala
keluarga yang terdiri dari empat kepala keluarga (KK) sejahtera dan enam
KK kurang sejahtera. Pemerintah kabupaten menggunakan pendataan
keluarga miskin setiap tahun yang diinisasi sejak 2011 sebagai sumber
referensi penentuan sasaran program penanggulangan kemiskinan.
Pemerintah kabupaten juga melibatkan partisipasi pihak swasta
melalui program satu desa, satu mitra usaha (one village, one sister
company) di mana program– program tanggung jawab sosial perusahaan
59
ditujukan untuk mendampingi keluarga miskin. Hampir seluruh desa kini
telah mendapatkan pendampingan dari perusahaan lokal ataupun nasional.
Satu tahun berikutnya, Bupati Kulon Progo meluncurkan gerakan
“Bela dan Beli Kulon Progo”. Gerakan ini bertujuan mendorong semangat
warga dan pemerintah daerah untuk mengutamakan membeli produknya
sendiri guna menumbuhkan perekonomian lokal. Gerakan ini mengimbau
masyarakat Kulon Progo untuk mengonsumsi beras lokal agar
menguntungkan para petani Kulon Progo. Pemerintah kabupaten turut
meluncurkan air minum dalam kemasan bernama AirKU yang sumber
airnya diambil dari mata air daerah Kulon Progo dan diolah oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Binangun. Saat ini, gerakan
ini telah meluas hingga ke produksi batik geblek renteng, gula semut, tas,
hingga olahan makanan modern. Pemerintah kabupaten juga
memanfaatkan program dana bantuan sosial Rp 1 juta per Rumah Tangga
Miskin dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk
pengentasan kemiskinan lokal yang ditujukan untuk merangsang semangat
wirausaha dan kegiatan ekonomi produktif.
Untuk mempercepat upaya pengurangan kemiskinan, Bupati Kulon
Progo juga menerbitkan SK Bupati No.1/2015 tentang Peran Aparatur
Daerah sebagai Pendamping Keluarga Miskin. Pendampingan ini meliputi
upaya mengatasi masalah pangan, papan, kesehatan, pendidikan, air
bersih dan sanitasi, kesempatan kerja dan disabilitas.
Di bidang kesehatan, pemerintah kabupaten menyelenggarakan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanpa Kelas, mengubah puskesmas
menjadi Badan Layanan Umum Daerah dan meluncurkan program Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) Tanpa Kartu. Setiap bayi lahir pun kini bisa
langsung ditanggung Jamkesda jika telah tercatat di dalam Kartu Keluarga
(KK). Pemerintah kabupaten juga menolak iklan rokok untuk mendukung
Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Semua terobosan tersebut kini mulai dirasakan hasilnya oleh
masyarakat Kulon Progo. Selama dua tahun berturut–turut angka
60
kemiskinan di Kulon Progo menurun dari 23,32 persen (2012) menjadi
21,39 persen (2013) dan 19.02 persen (2014) dengan rasio gini yang turut
menurun dari 0,34 (2012) menjadi 0,29 (2013). Meski masih tergolong
tinggi, pemerintah kabupaten Kulon Progo terbukti mampu menurunkan
angka kemiskinan rata–rata dua persen setiap tahun. Capaian ini
melampaui rata–rata upaya penurunan kemiskinan di tingkat nasional.
Keberhasilan tersebut telah menarik upaya belajar dari kabupaten lain,
salah satunya dari Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang baru saja
berkunjung langsung ke Kabupaten Kulon Progo.
Sejak menjadi staf pengajar di FK UGM/RSUP Dr. Sardjito beliau
dikenal sebagai pribadi yang ramah, penuh sopan santun dan sangat
menghargai teman sejawat maupun murid-muridnya, senantiasa menjaga
kerahasiaan pasien dan selalu taat pada aturan institusi tempat bekerjanya
(Etika Publik). Dalam menjalankan profesinya sebagai guru dan dokter,
beliau selalu berusaha meningkatkan kompetensinya dengan sering
mengikuti seminar dan pelatihan serta terlibat dalam berbagai kegiatan
ilmiah di bidang profesinya sehingga menjadi salah satu orang yang
memulai adanya inovasi pelayanan bayi tabung di RSUP Dr. Sardjito
(Komitmen Mutu). Dalam menjalankan tugasnya beliau juga selalu
berusaha maksimal, bekerja keras, sederhana dan berani serta adil (Anti
Korupsi). Saat menjabat menjadi Bupati Kulon Progo beliau rela
meninggalkan rumah sakit yang selama ini dibangun di Sleman Yogyakarta,
dan mau kembali ke tanah kelahirannya dengan misi membangun Kulon
Progo (Nasionalisme). Beliau juga memiliki integritas yang tinggi,
kepemimpinan yang mengayomi seluruh lapisan masyarakat, profesional
dan konsisten dalam bertugas sehingga semua pihak bahkan lawan
politiknya pun ikut mendukung berbagai inovasi program yang diluncurkan
di masa kepemimpinan beliau (Akuntabiltas).
Tokoh tersebut menginspirasi penulis bahwa dalam menjalankan
profesi dokter ASN, kita harus selalu berkarya berinovasi, dan bermanfaat
untuk masyarakat luas.
61
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
62
2. Mengadakan Rapat Koordinasi dengan tim BPJS
rumah sakit khususnya tim penanganan klaim
pending
3. Mengkaji dan melakukan analisis faktor penyebab
klaim pending pasien rawat inap di RSUD
Banyumas
4. Melakukan sosialisasi hasil analisis faktor
penyebab klaim pending pasien rawat inap di
RSUD Banyumas
5. Penyusunan SPO alur penanganan kasus klaim
pending bersama dengan tim BPJS rumah sakit
6. Sosialisasi kasus-kasus yang tidak dapat diklaim
di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKTRL) bagi dokter jaga IGD, admin dan dokter
penanggung jawab pasien (DPJP)
7. Membuat usulan rencana monitoring dan evaluasi
serta tindak lanjut mengenai SPO Alur
Penanganan Klaim Pending
63
Tabel 4-1. Rancangan Kegiatan dengan Keterkaitan ANEKA
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Melakukan 1) Melakukan Mendapatkan Peserta menemui Sesuai dengan - Keterbukaan Jika tidak
konsultasi kontrak waktu kepastian waktu atasan langsung Visi RSUD - Kejujuran melakukan
dengan atasan dengan atasan bertemu atasan sesuai dengan Banyumas - Loyalitas konsultasi
langsung langsung untuk (hari, tanggal, kontrak waktu, hal “Menjadi Rumah dengan atasan
berkonsultasi
b jam) itu menunjukkan Sakit pendidikan langsung, maka
perilaku yang bermutu dapat terjadi
tinggi, seimbang miskomunikasi
kedisiplinan (Anti
dan dan melanggar
Korupsi) dan
komprehensif” prinsip
tanggung jawab Selain itu, kesopanan
(Akuntabilitas) berkontribusi
dalam
2) Menyiapkan Adanya bahan Menyiapkan mewujudkan Misi
bahan konsultasi konsultasi yang bahan konsultasi ke-1 dan 3 yaitu
tersusun secara sebelumnya Menyelenggara-
sistematis dan merupakan kan pelayanan,
sesuai dengan tindakan yang pendidikan dan
rancangan mencerminkan riset bidang
kegiatan yang kecermatan dan kesehatan yang
akan dilakukan ketelitian bermutu tinggi,
(Akuntabilitas) manusiawi dan
yang akan terjangkau bagi
membuat masyarakat
pekerjaan
menjadi lebih
efektif dan efisien
64
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
(Komitmen
Mutu)
serta berdiskusi
dengan cara
musyawarah
untuk mencapai
suatu
kesepakatan yang
sesuai dengan
nilai Sila ke-4
(Nasionalisme)
65
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
4) Mencatat hasil Adanya catatan Adanya notulensi
konsultasi baik saran dan menunjukkan
saran, masukan pernyataan adanya nilai
dan perbaikan dukungan serta transparansi
dari mentor masukan dari dalam kegiatan
mentor tersebut
(Akuntabilitas)
2. Menyelenggara 1) Menyusun agenda Tersusunnya Menyiapkan Sesuai dengan - Kerja keras Jika tidak
kan rapat rapat agenda rapat agenda rapat Visi RSUD - Keterbukaan dilakukan
koordinasi agar Banyumas - Loyalitas koordinasi maka
dengan tim berjalan efektif “Menjadi Rumah tujuan bersama
BPJS dengan dan efisien Sakit pendidikan tidak akan
agenda (Komite Mutu) yang bermutu tercapai dan
penyelesaian tinggi, seimbang dapat
2) Menentukan Ditentukannya Waktu dan
klaim pending dan menyebabkan
waktu dan waktu dan tempat tempat rapat
komprehensif” perbedaan
tempat rapat rapat ditentukan
Selain itu, pendapat
supaya rapat
berkontribusi mengenai
dapat
dalam penyelesaian
berlangsung tepat
mewujudkan Misi masalah tidak
waktu dan semua
ke-1 dan 3 yaitu tercapai
pihak yang hadir
Menyelenggara- kesepakatan
disiplin waktu
kan pelayanan,
(Anti Korupsi)
pendidikan dan
3) Membuat Tersedianya Undangan
riset bidang
undangan rapat undangan yang disiapkan dan
kesehatan yang
siap dibagikan dibagikan
bermutu tinggi,
maksimal 1 hari
manusiawi dan
sebelum kegiatan
66
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
supaya tidak ada terjangkau bagi
peserta yang masyarakat
terlewat.
Penyiapan ini
dilakukan dengan
profesional
(Akuntabilitas)
4) Membagikan Tempat dan Menyiapkan
undangan sarana rapat tempat dan
kepada seluruh tersedia dan siap sarana prasarana
peserta rapat digunakan dilakukan dengan
bekerjasama
dengan cleaning
service
(Nasionalisme)
5) Menyiapkan Mendapatkan Rapat dilakukan
tempat dan masukan dengan diskusi
sarana mengenai dengan
prasarana rapat permasalahan mengedepankan
klaim pending azas kejujuran,
yang selama ini tidak berpihak dan
dirasakan/ terjadi
tidak diskriminatif
serta dengan
tetap menjaga
kesopanan
(Etika Publik)
67
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
68
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
3. Mengkaji dan 1) Berkoordina-si Tercapai Dalam melakukan Sesuai dengan - Kejujuran Jika tidak
melakukan dengan bagian kesepakatan koordinasi Visi RSUD - Keterbukaan dilakukan
analisis faktor tim BPJS dan rencana tindak berlandaskan Banyumas - Kerja keras pengkajian dan
penyebab klaim rekam medis lanjut prinsip kerja “Menjadi Rumah - Loyalitas analisis
pending pasien penanganan sama, berdiskusi Sakit pendidikan penyebab klaim
rawat inap di klaim pending berlandaskan yang bermutu pending, maka
RSUD tinggi, seimbang tidak bisa
azas musyawarah
Banyumas dan didapatkan data
mufakat
komprehensif” objektif
(Nasionalisme) Selain itu, mengenai
dengan berkontribusi penyebab klaim
mengedepankan dalam pending BPJS
prinsip tidak mewujudkan Misi
berpihak dan ke-1 dan 3 yaitu
tidak diskriminatif Menyelenggara-
(Etika Publik) kan pelayanan,
2) Mengumpul-kan Terkumpulnya Mengumpulkan pendidikan dan
data dari data dari arsip data dari riset bidang
dokumen arsip klaim pending dan dokumen arsip kesehatan yang
resume medis faktor-faktor yang berdasarkan pada bermutu tinggi,
yang mengalami menyebabkannya nilai kejujuran manusiawi dan
klaim pending (Anti Korupsi), terjangkau bagi
periode bulan kecermatan masyarakat
Agustus-Oktober dengan tetap
2019 menjaga
kerahasiaan
pasien (Etika
Publik).
69
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
3) Melakukan Didapatkan hasil Proses analisis
analisis hal-hal analisis faktor- harus dilakukan
apa yang faktor penyebab dengan efisien
menjadi tertundanya klaim dan efektif
penyebab BPJS dengan
tertundanya berorientasi pada
klaim data yang
bermutu tinggi
(Komitmen
Mutu) dan
dilakukan dengan
prinsip kerja
keras, keberanian
dan keadilan
(Anti Korupsi)
70
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
4. Melakukan 1) Menyiapkan Proses Sesuai dengan - Keterbukaan Jika tidak
sosialisasi hasil hasil analisis penyusunan dan Visi RSUD - Kejujuran dilakukan
analisis faktor penyebab klaim penyiapan materi Banyumas - Kerendahan hati sosialisasi hasil
Tersedianya
penyebab klaim pending hasil analisis “Menjadi Rumah - Loyalitas kajian, publik
laporan hasil
pending pasien dilakukan dengan Sakit pendidikan menjadi tidak
analisis dan
rawat inap di menganut prinsip yang bermutu tahu mengenai
menyiapkan
rapat tinggi, seimbang faktor peyebab
dokumen power integritas,
manajemen dan klaim pending
point untuk transparansi dan
dan kepala unit disajikan komprehensif” BPJS di RSUD
dan instalasi konsistensi Selain itu, Banyumas
(Akuntabilitas) berkontribusi
dalam
2) Meminta izin Proses meminta mewujudkan Misi
kepada Direktur izin dilakukan ke-1 dan 3 yaitu
untuk prinsip Menyelenggara-
Diberikan izin
memberikan kesopanan, kan pelayanan,
untuk dapat
sosialisasi di kecermatan pendidikan dan
melakukan
rapat dalam bertutur riset bidang
presentasi hasil
manajemen dan bertanggung kesehatan yang
analisis
jawab (Etika bermutu tinggi,
Publik) manusiawi dan
terjangkau bagi
3) Melakukan Berkoordinasi masyarakat
Agenda
koordinasi dengan jujur (Anti
sosialisasi telah
dengan Korupsi), serta
tercantum dan
koordinator
dimasukkan ke menganut azas
penyusun
dalam rapat kesopanan
agenda rapat
manajemen (Etika Publik)
manajemen
71
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
4) Melakukan Jajaran Pemaparan/
sosialisasi di manajemen dan sosialisasi hasil
rapat kepala analisis klaim
manajemen dan unit/instalasi pending dilakukan
kepala unit dan mengetahui dengan integritas
instalasi faktor-faktor yang tinggi, profesional
menyebabkan dengan tetap
klaim pending mengedepankan
kesopanan (Etika
Publik), serta
pemaparan yang
dilakukan
berorientasi pada
perbaikan mutu
yang dilakukan
secara efektif dan
efisien
(Komitmen
Mutu)
5) Diskusi dan Adanya umpan Seluruh peserta
masukan dari balik dari peserta rapat memiliki hak
anggota rapat rapat yang sama untuk
memberikan
feedback melalui
diskusi dengan
prinsip saling
menghormati,
persamaan
derajat dan
72
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
mengutamakan
kepentingan
banyak orang
(Nasionalisme)
5. Penyusunan 1) Melakukan Adanya draft SPO Melakukan Sesuai dengan - Kerja keras Jika tidak dibuat
SPO alur penyusunan Alur Penanganan penyusunan SPO Visi RSUD - Keterbukaan SPO alur
penanganan SPO Alur Klaim Pending dengan Banyumas - Loyalitas penyelesaian
kasus klaim Penanganan rawat inap melakukan studi “Menjadi Rumah klaim pending,
pending kasus klaim literatur dan Sakit pendidikan maka
bersama pending rawat menyusun yang bermutu selamanya tidak
dengan tim inap BPJS tinggi, seimbang ada panduan
dengan penuh
BPJS rumah dan dan masalah
rasa tanggung
sakit komprehensif” yang sama tetap
jawab Selain itu, bisa terjadi
(Akuntabilitas), berkontribusi
kerja keras dan
73
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
tanggung jawab dalam
(Anti Korupsi) mewujudkan Misi
serta mencoba ke-1 dan 3 yaitu
melakukan Menyelenggara-
inovasi dan kan pelayanan,
tujuannya pendidikan dan
riset bidang
berorientasi pada
kesehatan yang
mutu berkas
bermutu tinggi,
rekam medis itu manusiawi dan
sendiri terjangkau bagi
(Komitmen masyarakat
Mutu)
2) Koordinasi Persetujuan dari Koordinasi
dengan tim klaim tim klaim BPJS dilakukan dengan
BPJS rumah sakit atas draft SPO prinsip kerjasama
dan saling
menghormati
(Nasionalisme),
sopan santun
bertanggung
jawab (Etika
Publik)
74
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
3) Melakukan Mendapat Konsultasi
konsultasi masukan, saran dengan pimpinan
dengan dan dukungan rumah sakit
Pimpinan dari pimpinan RS dilakukan dengan
Rumah Sakit mengedepankan
prinsip
bertanggung
jawab, profesional
dan kesopanan
(Etika Publik)
6. Sosialisasi 1) Menyiapkan Adanya materi Materi presentasi Sesuai dengan - Kejujuran Jika tidak
kasus rawat materi presentasi yang jelas dan disiapkan dengan Visi RSUD - Keterbukaan dilakukan
inap yang tidak mudah dipahami prinsip Banyumas - - Loyalitas sosialisasi maka
dapat diklaim di berorientasi pada “Menjadi Rumah petugas terkait
Fasilitas mutu (Komitmen Sakit pendidikan tetap tidak
Kesehatan Mutu) yang bermutu memahami
Rujukan 2) Meminta Adanya Berdiskusi tinggi, seimbang prosedur dan
Tingkat Lanjut persetujuan persetujuan dengan ketua dan kasus-kasus
(FKTRL) bagi ketua komite komite medik komite medik komprehensif” yang beresiko
dokter jaga medik terkait terkait rencana dengan azas Selain itu, gagal klaim atau
IGD, dan rencana sosialisasi sopan santun berkontribusi klaim pending
dokter (Etika Publik) dalam akan tetap
penanggung namun tetap mewujudkan Misi banyak dan
jawab pasien percaya diri dan ke-1 dan 3 yaitu menjadi
(DPJP) tujuannya adalah Menyelenggara- masalah
mengutamakan kan pelayanan,
kepentingan pendidikan dan
75
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
publik riset bidang
(Nasionalisme) kesehatan yang
3) Berkoordinasi Sekretaris komite Koordinasi bermutu tinggi,
dengan medik dengan sekretaris manusiawi dan
sekretaris komite mengetahui komite medis terjangkau bagi
medik untuk agenda dengan sopan masyarakat
pelaksanaan sosialisasi (Etika Publik)
acara dan sikap saling
menghormati
(Nasionalisme)
76
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
6) Diskusi terbuka Adanya masukan Diskusi
dan sumbang dan umpan balik diselenggarakan
saran dari dari peserta rapat dengan prinsip
peserta rapat saling
menghormati,
mengutamakan
kepentingan
umum, dan jika
ada perbedaan
diselesaikan
dengan azas
musyawarah
mufakat
(Nasionalisme)
7. Membuat 1) Menyusun Adanya jadwal Menyiapkan Sesuai dengan - Keterbukaan Jika tidak dibuat
usulan rencana jadwal monitoring dan susunan jadwal Visi RSUD - Kesediaan rencana
monitoring dan monitoring dan Banyumas melayani monitoring dan
77
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
evaluasi serta evaluasi SOP evaluasi menggunakan “Menjadi Rumah - Kerja keras evaluasi, maka
tindak lanjut alur penanganan efektivitas SPO prinsip efisiensi Sakit pendidikan - Loyalitas tidak dapat
mengenai SPO klaim pending dan berorientasi yang bermutu dilakukan
Alur pada mutu tinggi, seimbang penilaian
Penanganan (Komitmen dan efektivitas SPO,
Klaim Pending Mutu) yang komprehensif” hal tersebut
Selain itu, tidak sesuai
berusaha
berkontribusi dengan prinsip
dilakukan dengan
dalam nilai
disiplin dan kerja mewujudkan Misi akuntabilitas
keras ke-1 dan 3 yaitu
(Anti Korupsi) Menyelenggara-
2) Melakukan Tim klaim BPJS Koordinasi kan pelayanan,
koordinasi dengan rumah sakit dilakukan dengan pendidikan dan
tim klaim BPJS mengetahui tetap menjaga riset bidang
rumah sakit rencana kesopanan dan kesehatan yang
monitoring dan taat pada aturan bermutu tinggi,
evaluasi SPO (Etika Publik) manusiawi dan
serta dalam terjangkau bagi
berdiskusi masyarakat
berdasarkan nilai
kerjasama, saling
menghormati dan
penuh toleransi
(Nasionalisme)
3) Menyusun Adanya jadwal Penyusunan
rencana evaluasi yang disepakati rencana evaluasi
setelah 1 bulan bersama rencana SPO dilakukan
paska evaluasi klaim dengan menganut
78
Keterkaitan
Kontribusi Dampak Jika
Output/Hasil Kegiatan dengan Penguatan Nilai-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Kegiatan tdak
Kegiatan Nilai-Nilai Dasar Nilai Organisasi
Misi Organisasi Dilaksanakan
ANEKA
1 2 3 4 5 6 7 8
diberlakukannya pending setelah 1 azas integritas,
SPO Alur bulan SPO konsistensi,
penanganan klaim diberlakukan tanggung jawab
pending dan transparansi
(Akuntabilitas)
79
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi
Tabel 4-2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Habituasi Hari ke-
Portofolio/
November-Desember
No Kegiatan Bukti
3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 Kegiatan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1. Melaksanakan
konsultasi dan notulensi/ foto/
penyampaian ide dokumentasi
gagasan pernyataan
pemecahan dukungan
masalah kepada
atasan langsung
2. Menyelenggarakan
rapat koordinasi
Foto/ daftar
dengan tim BPJS
hadir/ notulensi
dengan agenda
rapat
penyelesaian klaim
pending
3. Mengkaji dan
melakukan analisis
Foto/data/
faktor penyebab
berkas rekam
klaim pending
medis
pasien rawat inap di
RSUD Banyumas
4. Melakukan
Daftar
sosialisasi hasil
hadir/foto/
analisis faktor klaim
video
pending pasien
80
Habituasi Hari ke-
Portofolio/
No Kegiatan November-Desember Bukti
3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 Kegiatan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
rawat inap di rapat
manajemen dan
kepala unit dan
instalasi
5. Penyusunan SPO
Draft
alur penanganan
SPO/materi
kasus klaim pending
sosialisasi/foto
bersama dengan tim
/video
BPJS rumah sakit
6. Sosialisasi kasus
rawat inap yang
Materi
tidak dapat diklaim di
presentasi/
Fasilitas Kesehatan
daftar hadir/
Rujukan Tingkat
notulensi/ foto/
Lanjut (FKTRL) bagi
video
dokter jaga IGD, dan
DPJP
7. Membuat rencana
Jadwal
monitoring dan
rencana
evaluasi berlakunya
monitoring dan
SOP alur
evaluasi/foto/vi
penanganan klaim
deo
pending
81
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Dalam tahap aktualisasi dan habituasi mungkin ditemukan berbagai
situasi dan kondisi yang tidak dapat dikendalikan oleh penulis. Untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut, dibuat rencana antisipasi dan strategi.
Rencana antisipasi dan strategi menghadapi kendala dijelaskan dalam
tabel berikut ini.
Tabel 4-3. Rencana Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Strategi Menghadapi
No. Kegiatan Kendala
Kendala
1. Melaksanakan Kesulitan mengatur Sebelum konsultasi
konsultasi dan jadwal dan langsung, gagasan telah
penyampaian ide menyamakan dikomunikasikan terlebih
gagasan persepsi dahulu
pemecahan
masalah kepada
atasan langsung
2. Menyelenggarakan Menyamakan waktu Membuat kontrak waktu
rapat koordinasi dan persepsi dengan pimpinan tim klaim
dengan tim BPJS mengenai dan mengkomunikasikan
dengan agenda pentingnya agenda dengan seluruh anggota tim
penyelesaian klaim penyelesaian klaim
pending pending
3. Mengkaji dan Keterbatasan waktu Melakukan koordinasi
melakukan analisis dan tenaga dengan para case manajer
faktor penyebab untuk dapat ikut
klaim pending berkontribusi dalam
pasien rawat inap pengkajian dan analisis
di RSUD
Banyumas
4. Melakukan Menyamakan waktu Memanfaatkan waktu
sosialisasi hasil semua pihak pertemuan bersama bagian
analisis faktor mengingat yang akan manajemen dan komite
penyebab klaim dilibatkan sebagian medik
pending pasien besar adalah staff
rawat inap di rapat fungsional yang
manajemen dan sangat sibuk di RS
kepala unit dan
instalasi
5. Penyusunan SPO Kurangnya Mempelajari bahan dan
alur penanganan pemahaman penulis meminta bimbingan kepada
kasus klaim tentang kebijakan Kabid/ staff yang telah
pending bersama terbiasa dan paham
82
Strategi Menghadapi
No. Kegiatan Kendala
Kendala
dengan tim BPJS mengenai alur pembuatan
rumah sakit SPO
6. Sosialisasi kasus Kesulitan Sosialisasi harus dihadiri
rawat inap yang menghadirkan minimal 1 perwakilan dari
tidak dapat diklaim semua pihak yang unit/ instalasi yang
di Fasilitas akan melaksanakan berkaitan. Kemudian hasil
Kesehatan kebijakan di sosialisasi diedarkan dalam
Rujukan Tingkat lapangan bentuk surat dan diedarkan
Lanjut (FKTRL) ke seluruh ruangan rawat
bagi dokter jaga inap
IGD, dan DPJP
7. Membuat rencana Rencana jadwal yang Mengoptimalkan peran
monitoring dan telah disusun, tidak case manajer sebagai
evaluasi dipatuhi untuk kontrol jadwal evaluasi
berlakunya SOP kedepannya mengenai efektivitas SPO
alur penanganan Alur penyelesaian klaim
klaim pending pending
83
BAB V
PENUTUP
84
DAFTAR PUSTAKA
85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : dr. FRESTI OKTANINDI
Tempat, tanggal lahir : Banyumas, 11 Oktober 1987
Motto hidup : Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Sudagaran RT 06/ 1 Kecamatan Banyumas,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53192
E-mail : oktanindi87@gmail.com
No. HP : +62 85228761404
86
C. RIWAYAT PEKERJAAN
D. RIWAYAT ORGANISASI
Organisasi Posisi Periode
Badan Eksekutif Mahasiswa, Staf Departemen Pendidikan 2005-2006
Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada
(BEM FK UGM)
Science Camp Fakultas Anggota 2005-2006
Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada (SC FK UGM)
Keluarga Muslim Cendekia Staf Kemuslimahan 2005-2006
Medika (KaLAM FK UGM)
Keluarga Muslim Cendekia Kabid. Kemuslimahan 2006-2007
Medika (KaLAM FK UGM)
Tim Bantuan Medis Staf Departmen Basic Life 2007-2008
Mahasiswa, Fakultas Support (BLS)
Kedokteran, UGM (TBMM FK
UGM)
Tim Bantuan Medis Staf Departemen Advance 2008-2009
Mahasiswa, Fakultas Life Support (ALS)
Kedokteran, UGM (TBMM FK
UGM)
Bulan Sabit Merah Indonesia Staf Bidang Pengembangan 2010
Kota Yogyakarta Sumber Daya Manusia
Bulan Sabit Merah Indonesia Kapala Divisi Tanggap 2011- 2013
Provinsi Yogyakarta Bencana
87
E. RIWAYAT PENELITIAN
Judul Peneliti Pembimbing Program Tahun
Pengaruh Fresti Oktanindi dr. Dwi Cahyani Skripsi 2008-
Ekstrak ethanol Desi Kristina U. Ratnasari, M. Kes 2009
pegagan pada Andrian Fajar K. Dra. Sumarni
memory spatial Prof.dr. Soedjono
tikus putih Aswin
Faktor Risiko Fresti Oktanindi dr. Achmad Stase K3M, 2010
ISPA pada Agung Prasetyo Mahmudi, Sp B (K) Program
Balita di Yuli Kurniawati Profesi
Kelurahan Kurniati DU Kedokteran,
Lomanis Yuni Kusuma FK UGM
Kabupaten
Cilacap, Jawa
Tengah
Faktor Risiko Fresti Oktanindi Stase IKM, 2010
Hipertensi pada Belgis Cahyani Program
Lansia di Desa Noorhidayah binti Profesi
Gondomanan Mahmood Kedokteran,
Yogyakarta Dinning Pratidina FK UGM
Aditya P
Anggi Gilang
Perbedaan Fresti Oktanindi dr. Indah Kartika MS Ilmu 2014-
Gambaran EKG M., Ph.D., Sp.A(K) Kedokteran 2016
pada obesitas dr. Neti Nurani, Klinis Ilmu
remaja dengan M.Kes., Sp.A(K) Kesehatan
resistensi insulin Anak
dan tanpa FKKMK
resistensi insulin UGM
Turner Fresti Oktanindi dr. S. Yudha PPDS Ilmu 2016-
Syndrome with Patria, Ph.D., Sp. Kesehatan 2018
Atrial Septal A(K) Anak
Defect- a dr. Noormanto, Sp. FLLMK
longitudinal A(K) UGM
study
88
7. Endocrinology consultations: improving case detection and management in
newborn and critically ill children – 4th Indonesian pediatric endocrinology
update – Mei 2016
8. Workshop Hemofilia – Himpunan masyarakat hemophilia (HMH) Yogyakarta
– November 2016
9. Meet the experts: Seminar on Neonatal Comfort – Februari 2017
10. Current management for premature infant (IDAI)– April 2017
11. Symposium pediatric asthma control (IDAI)– Mei 2017
12. Poster presenter pada Konggres Nasional Ilmu Kesehatan Anak ke XVII di
Jogja – Agustus 2017
13. Poster presenter pada 11th International Congress of Tropical Pediatrics
(ICTP) – Agustus 2017
14. Simposium Pediatric Update 2018 (IDAI) – Januari 2018
15. Simposium deteksi dini dan tata laksana primary immunodefisiensi (PID) di
Indonesia – Mei 2018
16. Kursus Metodologi Penelitian TKP PPDS FK-UGM – April 2017
17. Simposium dan workshop tumbuh kembang anak – Mei 2018
18. Pelatihan Resusitasi Neonatus PERINASIA – Agustus 2018
19. Simposium dan workshop imunisasi – September 2018
20. Pelatihan Manajemen laktasi – September 2018
21. Master Class of Thalassemia Major and Intermediate – IDI & Perhimpunan
Hematologi dan Tranfusi Darah Indonesia – September 2018
89