Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS ISU INSTANSI

LATSAR CPNS GELOMBANG II GOLONGAN II ANGKATAN XXIII

KELOMPOK. 1

DISUSUN OLEH :

NURUL MAULIDA AGUSTINA, Amd.Keb (NHD 06)

PENGAMPU :

DR. KONDRAD SAWANG, DRS, M.PD

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

PROVENSI KALIMANTAN TENGAH

TAHUN 2023

1
BAB I
LATAR BELAKANG

Imunisasi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk

mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti

virus, bakteria atau parasit. Contoh penyakit infeksi seperti penyakit

measles (campak), rubella, dan poliomyelitis (polio) merupakan

penyakit yang sangat berbahaya. Penyakit measles (campak) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus bernama morbillivirus dari

golongan paramixovirus, sedangkan penyakit rubella sendiri

disebabkan oleh virus rubella dan penyakit poliomyelitis (polio)

disebabkan oleh virus poliomielitis. Penyakit- penyakit tersebut

dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita baik

melalui udara, batuk atau bersin. Penyakit-penyakit ini dapat

menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis kelamin, namun

faktanya menunjukan penyakit-penyakit ini lebih sering menyerang

anak-anak dari pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena daya

tubuh anak yang relatif lemah dibandingkan orang dewasa (WHO,

2007).

2
Hal ini dibuktikan dengan data dari WHO pada tahun 2006

sekitar 242.000 anak diseluruh dunia meninggal dunia akibat

penyakit measles (campak) selain itu menurut UNICEF sekitar 302

anak di Indonesia mengalami kelumpuhan akibat poliomyelitis

(polio). Besarnya jumlah kematian karena penyakit measles

(campak) dan poliomyelitis (polio) menunjukan bahwa penyakit

tersebut memang berbahaya dan harus dicegah penyebarannya.

Upaya yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF untuk mencegah

penyebaran penyakit infeksi adalah melakukan program imunisasi.

Program imunisasi dilakukan dengan memberikan senyawa antigen

yang berfungsi untuk meningkatkan perlindungan pada tubuh

sehingga dapat terhindar dari virus dan penyakit. Dengan demikian,

angka kejadian akibat penyakit infeksi akan menurun dan kecacatan

serta kematian yang ditimbulkannya akan semakin berkurang (WHO,

2007).

Menurut WHO imunisasi sudah terbukti sebagai salah satu

upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang sangat penting.

program imunisasi sudah menunjukan keberhasilan yang sangat baik

dan merupakan usaha dalam mencegah terjadinya penyakit menular.

Sejak diberlakukannya The Expended Progaram oleh WHO,

presentase imunisasi dasar anak dari 50% mendekati 80% diseluruh

dunia pada tahun 2008. WHO telah mencanangkan program ini


3
(Global Programme For Vaccines and Immunication)

4
dengan organisasi pemerintah di seluruh dunia bersama UNICEF, WHO dan

World Bank (WHO, 2008).

Di Indonesia sendiri imunisasi merupakan upaya pemerintah

untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) yang

salah satu tujuannya yaitu untuk menurunkan angka kematian anak

(Kepmenkes, 2010). Pemerintah berkomitmen untuk setiap

kelurahan/desa mencapai target 100% untuk UCI (Universal Child

Immunization) berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2014 (Anton, 2014). Hasil

Survei dan Demografi Kesehatan Indonesia SDKI, tahun 2007

menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia sebesar 34

per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan

angka kematian bayi pada tahun 2002 - 2003 yang mencapai 35 per

1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi pada tahun 2015

diharapkan mengalami penurunan dan dapat mencapai 23 per 1000

kelahiran hidup (Kepmenkes, 2010). Namun hasil SDKI tahun 2015

menunjukan angka kematian belum mencapai target 23 per 1000

kelahiran hasilnya yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup (Riskesdas,

2015).

Menurut Media Indonesia tahun 2010 upaya yang dilakukan

pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia guna

menurunkan angka kematian bayi adalah dengan melakukan

5
pendekatan melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

(PKMD). Program ini menekankan upaya promotif seperti

melakukan imunisasi, memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi,

pemenuhan nutrisi serta kebersihan diri dan lingkungan. Program

PKMD juga melakukan upaya preventif seperti perluasan cakupan

imunisasi yang sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan

Indonesia. Wujud nyata dari Program Kesehatan Masyarakat Desa

adalah dibentuknya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bayi.

Posyandu bayi merupakan kerjasama dari tenaga kesehatan dan

masyarakat terutama dalam upaya menurunkan Angka Kematian

Bayi (AKB). Salah satu upaya menurunkan Angka Kematian Bayi

(AKB) yang dilakukan dalam posyandu adalah pemberian imunisasi

dasar pada bayi usia 0-12 bulan (Media Indonesia, 2010).

Pemerintah telah terbukti sudah melakukan upaya-upaya

untuk mencapai UCI (Universal Child Immunization). Imunisasi akan

mencapai hasil yang maksimal jika diberikan secara lengkap.

Menurut Depkes (2005) program imunisasi dasar lengkap yang

diwajibkan oleh pemerintah bagi bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis

DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak.

Imunisasi dasar sangat penting diberikan pada bayi yang berusia 0-

11 bulan untuk memberikan kekebalan dari penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I), dikatakan penting karena pada

masa awal setelah kelahiran, bayi sangat rentan terkena penyakit

6
dan apabila bayi terkena penyakit maka dapat

menyebabkan kecatatan baik fisik maupun

mental serta dapat juga menimbulkan kematian.

Imunisasi dilakukan agar bayi dapat tetap

tumbuh dan berkembang dengan baik dalam

keadaan sehat (Hidayat, 2005).

7
BAB II
IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU

A. Identifikasi Isu
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan selama 11
bulan bekerja di Poskesdes Sei Pudak, terdapat beberapa
masalah yang saya simpulkan diantaranya:
a. Apakah tingkat pendidikan ibu
mempengaruhi pemberian imunisasi
lengkap.
b. Bagaimana upaya petugas kesehatan

dalam menghimbau para ibu untuk

pemberian imunisasi lengkap.

c. Adakah hubungan antara

ketersediaan sarana dan prasarana

dengan kelengkapan imunisasi dasar

pada bayi.

8
B. Analisis Isu
Berdasarkan identifikasi yang telah ditemukan, maka
akan dilakukan analisis isu berdasarkan kriteria isu. Kriteria
isu dapat diukur menggunakan metode APKL.
No. Isu Kriteria (skor) Jumlah Peringkat

A P K L

1. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi 5 4 5 3 17 1

pemberian imunisasi lengkap.

2. Upaya petugas kesehatan dalam 5 3 3 4 15 3

menghimbau para ibu untuk pemberian

imunisasi lengkap.

3. Ketersediaan sarana dan prasarana dengan 4 3 4 5 16 2

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

Dari tabel dapat dilihat bahwa isu imuniasi yang belum


mencapai target menjadi prioritas utama dibandingkan dengan
isu yang lain. Selanjutnya untuk mengetahui akar
permasalahan secara lebih mendalam maka dilakukan analisis
berdasarkan sebab akibat dengan menggunakan diagram
tulang ikan (fishbone diagram)

system supplies
Penyimpanan sulit Stok imuniasi
terbatas
9
Akes jalan sulit Alat suntikPenentuan
1. Identifikasi terbatas Penyebab Isu
imuniasi
belum
Takut KIPI mencapai
Lokasi jauh target
Hoax
Jurim terbatas
Merasa sehat

surrounding
Dominan/ Isu Prioritas

Urgency, Seriousness, Growth (USG)


adalah salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan
tingkat urgensi, keseriusan, dan
perkembangan isu dengan menentukan
skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki total
skor tertinggi merupakan isu prioritas.
No. Penyebab U S G Jumlah

1. Stok vaksin yang terbatas 5 4 4 13

2. Alat suntik yang terbatas 5 4 4 13

3. Penyimpanan vaksin yang sulit 3 4 4 11

4. Sulitnya mendaftar vaksin online 5 3 4 12

5. Antrean vaksinasi yang panjang 4 3 3 10

6. Percaya hoax covid 5 4 5 14

7. Merasa dirinya sehat 2 2 3 7

8. Lokasi vaksinasi yang jauh 2 2 2 6

9. Takut terjadi KIPI 3 2 2 7

10. Vaksinator terlatih masih terbatas 2 3 3 8

Hasil analisis menggunakan teknik


fishbone lalu ditapis lagi mengunakan
Teknik USG memperlihatkan bahwa
penyebab utama permasalahan tersebut
adalah masih banyaknya masyarakat yang
percaya hoax tentang Covid-19 baik
tentang penyakitnya maupun tentang
vaksin Covid-19 sehingga masyarakat
10
masih takut untuk melakukan vaksin.
C. Analisis Penyebab Isu

Penyebab Akibat

SDM SARAN

Kurangnya Kurangnya
Kurangnya
kesadaran akan tanggung jawab
tempat
penyebaran pegawai
sampah medis
penyakit terhadap
sampah limbah
Kurangnya medis habis
Kebiasaan pakai setelah
pengawasan
yang sudah memberikan
membudaya pelayanan
Tidak
mengikuti kesehatan
Lingkungan Metode SOP yang
berlaku

Beberapa permasalahan berdasarkan hasil Analisa dengan


menggunakan Teknik analisis fishbone di atas adalah:

1. Kurangnya kesadaran akan penyebaran penyakit.


2. Kurangnya tempat sampah medis.
3. Kebiasaan yang sudah membudaya.
4. Kurangnya pengawasan.
5. Tidak mengikuti SOP yang berlaku.

11
BAB III

PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN


KREATIF

A. Penetapan Isu
Berdasarkan list isu yang diuji dengan menggunakan
penapisan isu Teknik USG. Maka dapat diperoleh isu
prioritas yang harus ditangani terlebih dahulu yaitu
“Kurangnya tanggung jawab pegawai terhadap sampah
limbah medis habis pakai setelah memberikan pelayanan
Kesehatan”.
Pemilihan isu tersebut dilakukan dengan analisis
dampak jika hal tersebut tidak ditangani maka akan
berdampak pada hal berikut ini:
1. Terjadinya penularan virus atau penyakit, baik sesama
rekan kerja ataupun kepada pasien.
2. Terjadinya pencemaran pada lingkungan.
3. Munculnya berbagai penyakit yang ditumbulkan dari
limbah medis habis pakai.

B. Gagasan Kreatif
Merujuk pada permasalahan diatas, maka terdapat
beberapa gagasan kreatif yang dapat diusulkan untuk
menyelesaikan masalah tersebut diantaraanya yaitu:
1. Meningkatkan kembali SOP yang berlaku.
2. Memberlakukan system reward dan punishment yang
jelas untuk mengubah kebiasaan yang sudah
membudaya.
3. Menyediakan tempat sampah medis di setiap ruangan.
4. Memasang poster peringatan dari bahayanya limbah
medis habis pakai di dekat tempat sampah medis
sebagai pengingat.
5. Memberikan sosialisasi dampak buruk dari sampah
limbah medis habis pakai.
12

Anda mungkin juga menyukai