Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

TUJUAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Irfan Salim, Lc. M.A

Disusun olah:
Dinda Alfina Rizqi 211320079
Imas Oktaviani 211320101
Khalifah Wahyuni 211320104

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syuur kami haturkan kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bias menyelesaikan
Makalah tentang “Tujuan Pendidikan”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan t]erima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini.
Tentunya, tidak akan bias maksimal jika t]idak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam
Makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.
Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Serang, 21 Maret 2023

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
kegiatan selesai. Atau tujuan adalah cita, yakni suasana ideal itu
Nampak yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana
ideal itu Nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education).
Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada
subjek didik setelah mengalami proses Pendidikan, baik pada tingkah
laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan
masyarakat dan alam sekitanya1.
Zakiah dradjad dalam metodik khusus pengajaran agama
islam mendefinisikan tujuan pendidikan agama islam membina
manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan
ajaran-ajaran agama islam dengan baik dan sempurna. Sehingga
tercermin pada sikap dan Tindakan dalam seluruh kehidupannya,
dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama islam adalah
sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia. Dalam
hal ini peserta didik agar mereka mapu menjadi manusia atau
mengembalikan manusia pada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah
Allah sehingga mewujudkan manusia yang berjiwa tauhid oleh karena
itu tujuan pendidikan islam yang pertama ini harus ditanamkan pada
peserta didik.

B. Rumusan Masalah
a. Tafsir Qs. Ali-Imran Ayat 138-139 dan Kaitannya dengan Tujuan
Pendidikan
b. Tafsir Qs. Al-Fath Ayat 29 dan Kaitannya dengan Tujuan
Pendidikan
c. Tafsir Qs. Al-Hajj Ayat 41 dan Kaitannya dengan Tujuan
Pendidikan
d. Tafsir Qs. Al-Dzariyat Ayat 56 dan Kaitannya dengan Tujuan
Pendidikan

C. Tujuan

1A. Fatoni, Tafsir Tarbawi: Menyingkap Tabir Ayat-Ayat Pendidikan, (Lombok Tengah: FP.
Aswaja, 2020), 114-115
1. Memahami isi Tafsir Qs. Ali-Imran Ayat 138-139 dan
Kaitannya dengan Tujuan Pendidikan
2. Memahami isi Tafsir Qs. Al-Fath Ayat 29 dan Kaitannya
dengan Tujuan Pendidikan
3. Memahami isi Tafsir Qs. Al-Hajj Ayat 41 dan Kaitannya
dengan Tujuan Pendidikan
4. Memahami isi Tafsir Qs. Al-Dzariyat Ayat 56 dan Kaitannya
dengan Tujuan Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Qs. Ali-Imran Ayat 138-139 Dan Kaitannya Dengan
Tujuan Pendidikan
. َ‫ظةٌ ل ِّۡل ُمتَّ ِّقين‬
َ ‫اس َوهُدًى َو َم ۡو ِّع‬ِّ َّ‫َٰهَذَا بَيَا ٌن لِّلن‬
. َ‫َو ََل تَ ِّهنُواْ َو ََل ت َۡحزَ نُواْ َوأَنت ُ ُم ۡٱۡلَ ۡعلَ ۡونَ إِّن كُنت ُم ُّم ۡؤمِّ نِّين‬
Artinya: “Telah berlalu hukum-hukum sebelum kalian sunah sunah
(Allah) karna itu berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana akibat orang orang yang mendustakan. Inilah (Alquran)
adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunujuk serta pelajaran
bagi orang orang yang bertakwa. Dan janganlah (pula) kalian bersedih
hati, padahal kalianlah orang orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kalian orang orang yang beriman” (Q.s Ali-Imran [3]: 138-139).2

➢ Tafsir Ayat
Ayat ini meminta umat islam untuk melakukan perjalanan.
Maksud perjalanan adalah untuk fanzhuru ‫ فَٱنظُ ُروا‬yaitu untuk
melakukan penelitian dan mengambil pelajaran dari penelitian itu.
Penelitian di tunjukan kepada ‘aqibah ُ‫ع ِّقبَة‬ َ َٰ , yaitu nasib buruk yang
dialami orang orang pembangkang; kehancuran mereka. Kehancuran
karna pembangkangan itu adalah sunan ‫سُنَ ٌن‬, yaitu hukum-hukum
sosial yang di ciptakan Allah. Pelajaran yang dapat di ambil oleh umat
islam ialah bahwa berbuat jahat akan membuahkan penderitaan, dan
supaya tidak memperoleh penderitaan, manusia perlu mematuhi
Allah3.
َ‫ظةٌ ل ِّۡل ُمتَّ ِّقين‬ ِّ َّ‫َٰهَذَا بَيَا ٌن لِّلن‬
َ ‫اس َوهُدًى َو َم ۡو ِّع‬
“Inilah (Alquran) adalah penerang bagi seluruh manusia, dan
petunujuk serta pelajaran bagi orang orang yang bertakwa”.
Alquran berisi bayan (‫ )بَيَا ٌن‬bagi seluruh manusia yaitu
penjelasan-penjelasan tentang apa yang baik dan yang buruk di sikapi.
Juga penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau untuk di
jadikan pelajaran. Pelajaran itu berkaitan dengan sunnah Allah diatas,

2
Al-Qur’an Indonesia, Q.s Ali-imran ayat 138-139
3
Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an, (PT. Lentera
Hati: Tanggerang Selatan), hal. 51-58
yaitu hukum bahwa masyarakat yang baik akan langgeng di alam ini
dan masyarakat yang jahat akan binasa sebelum datangnya
kebinasaan (kiamat). Alquran juga berisi huda (‫ )هُدًى‬yaitu petunjuk,
bimbingan atau pedoman untuk keselamatan hidup baik di dunia
maupun di akhirat. Hendaklah kita mempercayai dan menyikapi apa
yang di ungkapkan Alquran termasuk kisah-kisah yang di
sampaikannya, dan menyikapi secara positif, yaitu mengerjakan yang
baik dan menjauhi yang buruk.
Al-quran juga berisi mau’izhah (ٌ‫ظة‬ َ ‫ ) َم ۡو ِّع‬yaitu pelajaran-
pelajaran atau nilai-nilai yang baik yang penting untuk dijalankan.
‫َو ََل تَ ِّهنُواْ َو ََل ت َۡحزَ نُواْ َوأَنت ُ ُم ۡٱۡلَ ۡعلَ ۡونَ ِّإن كُنت ُم ُّم ۡؤمِّ نِّين‬
“Dan janganlah (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah
orang orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian orang orang
yang beriman”.
Ada dua larangan bagi umat islam yang sampaikan Alquran
dalam ayat ini:
• Tidak boleh merasa lemah, artinya merasa tidak berdaya.
Umat islam harus tegar. Tidaklah bila ada suatu kesulitan,
belum apa-apa, nelum di lihat, belum di coba sudah mundur.
Hendaklah di tanamkan sikap “saya bisa dan harus bisa”.
Begitu juga dengan suatu umat harus percaya diri. Karna itu,
umat harus memperbanyak berlatih serta tanpa menyerah.
• Tidak boleh cepat bersedih, yaitu cepat menyerah menghadapi
kesulitan.
Bila ada kegagalan, hendaklah tidak lekas putus asa,
tetapi memeriksa kegagalan itu dan mencoba lagi. Jika ada
kehilangan jangan larut dalam kesedihan, tetepi cepat bangkit,
karna yang hilang tidak akan kembali, dan kita hendaklah
tidak kehilangan diri kita pula, sebab hal itu akan membuat
kita semakin kehilangan dan semakin terpuruk.
Sebab umat islam tidak boleh dilanda dua sikap negatif
itu ialah karna mereka berada pada posisi yang tinggi di sisi
Allah. Posisi itu mereka peroleh karna iman mereka kepada-
Nya. Mengapa iman mengangkat orang menjadi tinnggi
posisinya dapat di jelaskan:
1. Iman merupakan hasil suatu penghayatan dan
pemikiran yang dalam . Iman mampu menunjukan
lemampuan berfikir, karna itu menunjukan tingkat
kecerdasan yang tinggi. Allah menyukai orang yang
mau dan mampu menggunakan pikirannya untuk
berpikir. Orang yang mampu berpikir abstrak
menyenangi keluhuran dan tidak terpengaruh banyak
oleh hal-hal yang bersifatjasmaniah.. allah mencela
orang-orang yang hanya tahu kesenangan jasmaniah
dengan menyatakan, “Hanya itulah tingkat
pengetahuan mereka.” (53:30). Artinya, pengetahuan
mereka sangat dangkal, karna kebahagaiaan akhirat
dan rohani itu lebih tinggi nilainya dari pada
kebahagiaan duniawi dan jasmaniah.
2. Iman mengimplementasi kedalam perbuatan baik,
karna itu orang yang baik tentunya tinggi derajatnya
daripada orang yang tidak berbuat baik apalagi orang
jahat. Dalam islam, kelebihan seseorang itu tidak
disebabkan oleh apapun selain takwa, sedangkan
takwa unsurnya ialah iman dan perbuatan baik
tersebut.
➢ Tujuan Pendidikan Pada Qs. Al-Imran [3]: 137-139
Tujuan pendidikan ialah:
• Mendidik pelajar untuk mengindahkan hukum-hukum alam
dan hukum-hukum sosial yang diciptakan Allah. Hukum itu
ialah siapapun yang mematuhi nilai-nilai moral yang di
gariskan Allah akan bahagia, dan siapa yang melanggar nilai-
nilai itu akan celaka.
• Mendidik anak merasa bisa, percaya diri, optimis, inovatif.
Sifat-sifat itu sangat menentukan bagi keberhasilan anak nanti
dalam kehidupannya.
• Mendidik anak tidak cepat kecewa dan putus asa bila
mendapat rintangan dan kesulitan
• Upaya yang mutlak dilakukan ialah menanmkan iman dalam
jiwa pelajar, yang mengandung dua sisi: Sifat-sifat luhur dan
cinta berbuat baik.

B. Tafsir Qs. Al-Fath Ayat 29 Dan Kaitannya Dengan Tujuan


Pendidikan
‫علَى ا ْلكُفَّا هر ُر َح َما ٓ ُء بَ ْينَ ُه ْم ت َٰرٮ ُه ْم ُر َّكعًا سُ َّجدًا‬
َ ‫ش َّدآ ُء‬ ‫ّللا ۗ َوا لَّ هذيْنَ َمعَه اَ ه‬ ‫ُم َح َّمد َّرسُ ْو ُل ٰ ه‬
ٰ
َ‫سج ُْو هد ۗ ذ هلك‬ َ
ُّ ‫س ْي َماهُ ْم ف ْهي ُوج ُْو هه هه ْم همنْ اَث هر ال‬ ‫ّللا َو هرض َْوا نًا ۗ ه‬ ‫يَّ ْبتَغُ ْونَ فَض ًْل همنَ ٰ ه‬
‫ظ فَا‬ َ َ‫ستَ ْغل‬ َ ‫ش ْطئَـه فَ ٰا‬
ْ ‫زَره فَا‬ َ ‫ج‬ َ ‫ال ْن هج ْي هل ۗ كَزَ ْرع اَ ْخ َر‬ ‫َمثَلُ ُه ْم فهى الت َّْو ٰرٮ هة ۗ َو َمثَلُ ُه ْم فهى ْ ه‬
‫ّللا الَّ هذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوعَمه لُوا‬
ُ ٰ ‫ع َد‬ َ ‫ظ به هه ُم ا ْلكُفَّا َر ۗ َو‬ َ ‫ب الزُّ َّرا عَ هليَـ هغ ْي‬ ُ ‫ست َٰوى ع َٰلى سُ ْوقهه يُع هْج‬ ْ
ً ْ ْ ‫صل ٰهح ه‬
‫ت مه ن ُه ْم َّمغف َهرة َّواَجْ ًرا عَظه ْي ًما‬ ٰ ‫ال‬

Artinya: "Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang


yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk
dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah
mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang
diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan
tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan
tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar." (QS.
Al-Fath 48: Ayat 29)4.

➢ Tafsir Ayat
Allah Swt memberitahukan kepada Muhammad Saw bahwa
dia adalah benar utusan-Nya tanpa diragukan lagi, untuk itu Allah Swt
berfirman: ‫ّللا‬ ‫ ُم َح َّمد َّرسُ ْو ُل ٰ ه‬Muhammad itu adalah utusan Allah (Al-
Fath:29) ini merupakan mubtada, sedangkan khabar-nya teruat di
dalam semua sifat yang terpuji lagi baik. Kemudian Allah Swt memuji
para sahabatnya yang bersama dia: ‫علَى ا ْلكُفَّا هر ُر َح َما ٓ ُء‬ ‫َوا لَّ هذيْنَ َمعَه اَ ه‬
َ ‫ش َّدآ ُء‬
‫ بَ ْينَ ُه ْم‬dan orang-orang Bersama dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih saying sesame mereka (Al-Fath:29)5.

Inilah sifat-sifat orang mukmin, seseorang dari mereka


bersifap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi lemah lembut
terhadap sesamanya lagi kasih saying. Dia bersikap pemarah dan
berbuka masam di hadapan orang-orang kafir, tetapi murah senyum
dan murah tertawa di hadapan orang-orang mukmin saudara
seimannya.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
َ ْ ‫س ِّد ا ْل َواحِّ ِّد إِّذَا ا‬
َ ُ‫شتَكَى مِّ ْنهُ عُض ٌْو تَدَاعَى له‬
‫سائ ُِّر‬ َ ‫َمثَ ُل ا ْل ُمؤْ مِّ نِّيْنَ فِّي ت ََو ِّاد ِّه ْم َوت ََراحُمِّ ِّه ْم َك َمثَ ِّل ا ْل َج‬
َّ ‫س ِّد بِّا ْل ُح َّمى َوال‬
.‫سه َِّر‬ َ ‫ا ْل َج‬
Artinya: “perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih
sayang dan kecintaan mereka adalah seperti satu tubuh, apabila ada
salah satu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar
ke seluruh tubuh hingga terasa demam dan tidak dapat tidur”.
Selain itu, Rasullah Saw juga bersabda:
‫ضهُ بَ ْعضًا‬ ‫ا ْل ُمؤْ مه ُن هل ْل ُمؤْ مه هن كَا ْلبُ ْني ه‬
ُ ‫َان يَشُ ُّد بَ ْع‬
Artinya: “Orang mukmin itu sama halnya dengan bangunan-
bangunan, yang satu sama lainnya saling menguatkan”. Hal itu

4
Al-Qur’an Indonesia, Q.s Al-Fath [48]:29
5
Tafsir Ibnu Katsir: Q.s Al-Fath [48]:29 www.ibnukatsironline.com
diutarakan oleh Nabi Muhammad Saw seraya merancangkan jari
jemari kedua tangannya, hadis ini terdapat di dalam kitab sahih.
Firman Allah Swt:
‫ت َٰرٮ ُه ْم ُر َّكعًا سُ َّجدًا يَّ ْبتَغُ ْونَ فَض ًْل همنَ ٰ ه‬
‫ّللا َو هرض َْوا نًا‬
Artinya: “Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari
karunia Allah dan keridaan-Nya” (Al-Fath:29).
Allah Swt menyifati mereka sebagai orang-orang yang banyak
beramal dan banyak mengerjakan salat yang merupakan amal yang
terbaik, dan allah menggambarkan bahwa mereka lakukan hal itu
dengan tulus dan ikhlas dan memohon pahala yang berlimpah dari
sisi-Nya, yaitu surga yang merupakan karuna dari-Nya. Karunia dari
Allah itu adalah rezeki yang berlimpah bagi mereka dan ridho-Nya
kepada mereka, yang hal ini jauh lebih banyak daripada nikmat yang
pertama yaitu surga.
Adapun firman Allah Swt:
‫سجُو هد‬ُّ ‫سهي َماهُ ْم فهي ُوجُو هه هه ْم مه نْ أَثَ هر ال‬
“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud” (Al-Fath: 29).
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.
bahwa yang dimaksud dengan tanda-tanda ialah tanda yang baik yang
ada pada wajah mereka. Mujahid dan yang lain-lainya yang bukan
hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
penampilannya khusyuk dan rendah diri.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-
Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Ju’fi, dari
Zaidah, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-
Nya: tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
(Al-Fath: 29). Bahwa yang dimaksud adalah khusyuk; menurut hemat
saya tiada lain yang dimaksud adalah tanda ini yang terdapat di wajah
dari bekas sujud. Tetapi ia menyanggah bahwa bisa saja tanda itu
terdapat di antara dua mata (kening) seseorang yang hatinya lebih
keras daripada Fir’aun. Lain halnya dengan As-Saddi, ia mengatakan
bahwa salat itu dapat memperindah penampilan muka. Sebagian
ulama Salaf mengatakan, “Barang siapa yang banyak salatnya di
malam hari, maka wajahnya kelihatan indah di siang hari.”
Hal ini telah disandarkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab
sunannya, dari Ismail ibnu Muhammad As-Salihi dari Sabit, dari
Syarik, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda:
‫َمنْ َكث ُ َرتْ ص ََلتُهُ هباللَّ ْي هل َحسُنَ َوجْ ُههُ هبالنَّه ه‬
‫َار‬
“Barang siapa yang banyak salatnya di malam hari, maka di
siang hari wajahnya tampak indah”. Tetapi yang benar hadis ini
mauquf. Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya
keindahan ini mempunyai cahaya dalam hati dan kecerahan pada
roman muka, keluasan dalam rezeki serta kecintaan di hati orang lain.
Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan r.a. mengatakan bahwa
tidak sekali-kali seseorang menyembunyikan suatu rahasia,
melainkan Allah menampakkannya melalui roman mukanya dan
keterlanjuran lisannya. Dengan kata lain, sesuatu yang terpendam di
dalam jiwa tampak kelihatan pada roman muka yang bersangkutan.
Seorang mukmin apabila hatinya tulus ikhalas kepada Allah Swt.,
maka Allah Swt. Memperbaiki penampilan lahiriahnya di mata orang
lain, seperti apa yang diriwayatkan dari Umar ibnul Khattab r.a. yang
mengatakan bahwa barang siapa yang memperbaiki hatinya, maka
Allah akan memperbaiki penampilan lahiriahnya. Rahasianya itu Jika
baik, maka lahiriahnya baik; dan jika buruk, maka lahiriahnya buruk
pula. Al-Arzami adalah orang yang matruk (tidak terpakai hadisnya).
Imam Malik mengatakan, telah sampai kepadaku suatu berita
yang mengatakan bahwa orang-orang Nasrani, manakala mereka
melihat para sahabat yang telah menaklukkan negeri Syam, mereka
mengatakan, “Demi Allah, orang-orang ini (yakni para sahabat)
benar-benar lebih baik daripada kaum Hawariyyin (pendukung Nabi
Isa) menurut sepengetahuan kami.” Dan mereka memang benar dalam
penilaiannya, karena sesungguhnya umat Nabi Saw. Ini dimuliakan di
dalam kitab-kitab samawi sebelumnya, terlebih lagi sahabat-sahabat
Rasulullah Saw. Allah Swt. Sendiri telah menuturkan pula perihal
mereka di dalam kitab-kitab yang diturunkan oleh-Nya dan berita-
berita yang telah tersebar di masa dahulu. Karena itulah maka Allah
Swt. Menyebutkan dalam ayat ini melalui firman-Nya:
‫ذَ ِّلكَ َمثَلُ ُه ْم فِّي الت َّْو َرا ِّة‬
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. (Al-Fath: 29)
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
ُّ‫الز‬
َ‫ب َّراع‬ ُ ‫علَى سُوقِّ ِّه يُع ِّْج‬ ْ ‫ظ فَا‬
َ ‫ست ََوى‬ ْ ‫ش ْطأَهُ فَآزَ َرهُ فَا‬
َ َ‫ستَ ْغل‬ َ ‫اْل ْن ِّجي ِّل كَزَ ْرعٍ أَ ْخ َر‬
َ ‫ج‬ ِّ ْ ‫َو َمثَلُ ُه ْم فِّي‬
Dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat,
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya. (Al-Fath: 29).
Yakni demikian pula halnya sahabat-sahabat Rasulullah.
Mereka membelanya, membantunya serta menolongnya, dan keadaan
mereka bersama Rasulullah Saw. Sama dengan tunas beserta tanaman.
َ ‫ِّليَغِّي‬
َ َّ‫ظ ِّب ِّه ُم ا ْلكُف‬
‫ار‬
Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
dengan (kekuatan) orang-orang mukmin. (Al-Fath: 29)
Berdasarkan ayat ini Imam Malik rahimahullah menurut
riwayat yang bersumber darinya menyebutkan bahwa kafirlah orang-
orang Rafidah itu karena mereka membenci para sahabat, dan
pendapatnya ini disetujui oleh sebagian ulama.
Selanjutnya Allah Swt. Berfirman:
ِّ ‫َّللا الَّذِّينَ آ َمنُوا َوعَمِّ لُوا الصَّا ِّلحَا‬
‫ت مِّ ْن ُه ْم‬ ُ َّ ‫ع َد‬
َ ‫َو‬
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka (Al-Fath: 29).
Huruf min dalam ayat ini adalah kata keterangan jenis, yakni
mencakup mereka semua (dan bukan tab’id atau sebagian dari
mereka).
‫َم ْغف َِّرةً َوأَجْ ًرا عَظِّ ي ًما‬
Ampunan dan pahala yang besar. (Al-Fath: 29)
Yakni ampunan bagi dosa-dosa mereka, pahala yang
berlimpah, serta rezeki yang mulia. Janji Allah itu pasti dan benar, Dia
tidak akan menyalahi janji-Nya dan tidak akan menggantinya. Barang
siapa yang mengikuti jejak para sahabat, maka ia termasuk dari
mereka hukumnya. Para sahabat memiliki keutamaan dan kepioniran
serta kesempurnaan yang tidak dapat disaingi oleh seorang pun dari
umat ini. Semoga Allah melimpahkan ridaNya kepada mereka dan
membuat mereka puas, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat
menetap mereka, dan Allah Swt. Telah memenuhinya.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yahya, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu’awiyah. Dari Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari
Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah
bersabda: Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku, demi Tuhan
yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya
seseorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Bukit Uhud,
tidaklah hal itu dapat menyamai satu mud seseorang dari mereka dan
tidak pula separonya.
➢ Tujuan Pendidikan Pada QS. Al-Fath 48: Ayat 29
tujuan pendidikan islam ialah menanamkan karakter, yaitu 6:
• Menyakini dengan kuat bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah, lalu karena itu
manusia selalu berkeinginan berbuat baik.

6
Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an, (PT. Lentera
Hati: Tanggerang Selatan), hal. 73-74
• Memiliki sikaf toleransi terhadap non-muslim dan sikap
solidaritas terhadap sesama muslim lalu menjadi pelopor
perdamaian dan kerjasama.
• Menanamkan cinta ibadah dan merasakan manisnya ibadah,
lalu memperaktikkan nilai-nilai ibadah itu dalam kehidupan
sehari-hari.
• Menciptakan bibit-bibit atau kader-kader pejuang kebenaan
yang tangguh sehingga mampu meninggalkan harakat kaum
muslimin dan umat manusia

C. Tafsir Qs. Al-Hajj Ayat 40-41 Dan Kaitannya Dengan Tujuan


Pendidikan

‫ْض‬
ٍ ‫ض ُه ْم ِّببَـع‬ َ ‫س بَ ْع‬ ِّ ٰ ‫َّللا ۗ َولَ ْو ََل َد ْف ُع‬
َ ‫َّللا النَّا‬ ُ ٰ ‫َق ا َّ َِّۤل اَنْ يَّقُ ْولُ ْوا َربُّنَا‬
ٍ ‫ٱ َّل ِّذيْنَ ا ُْخ ِّرج ُْوا مِّ نْ ِّديَا ِّر ِّه ْم ِّبغَي ِّْر ح‬
َّ‫َّللا َمنْ يَّ ْنص ُُره ۗ اِّن‬ ُ ٰ َّ‫َّللا َكثِّي ًْرا ۗ َولَيَ ْنص َُرن‬ ِّ ٰ ‫س ُم‬ْ ‫صلَ َٰوتٌ َّو َم َٰس ِّج ُد ُيذْك َُر فِّ ْيهَا ا‬ َ ‫لَّه ُِّد َمتْ ص ََوا مِّ ُع َو ِّبيَ ٌع َّو‬
ٌّ ‫َّللا لَقَ ِّو‬
ٌ‫ي ع َِّز ْيز‬ َٰ
‫ف َونَه َْوا ع َِّن ا ْل ُم ْنك َِّر‬ َٰ ‫ض اَقَا ُموا الص ََّٰلوةَ َو َٰا ت َُوا‬
ِّ ‫الزَّكوةَ َواَ َم ُر ْوا ِّبا ْل َمع ُْر ْو‬ ِّ ‫اَل ْر‬َ ْ ‫اَ لَّ ِّذيْنَ اِّنْ َّم َّكنٰ ُه ْم فِّى‬
ُ ْ ُ‫ّلِل عَا قِّبَة‬
‫اَل ُم ْو ِّر‬ ِّ ٰ ِّ ‫ۗ َو‬

Artinya: (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung


halamannya tanpa alasan yang benar hanya karena mereka berkata,
"Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah
orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut
nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Yaitu)
orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka
melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang
makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan." (QS. Al-Hajj 22: 40-41)7
➢ Tafsir Ayat
Al-Tabari dalam tasfsirnya menuliskan bahwa ayat ini
berbicara tentang Rasulullah saw. Dan para sahabat yang diusir dari
Mekkah, karena mendakwakan tauhid. Sehingga Rasulullah saw.
Harus hijrah ke Madinah. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa hal
serupa juga dilakukan oleh para umat terdahulu kepada para nabi dan
pengikutnya8.
Karena penindasan yang dilakukan oleh para musuh-musuh
Islam sudah melampaui batas, merenggut hak-hak orang beriman

7 Al-Qur’an Indonesia, Q.s Al-Hajj [22]: 41


8 Dirmanrasyid, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidikan Q.s Al-Hajj [22]: 40-41
untuk bebas memilih kepercayaan bahkan sampai mengusirnya dari
kampung halamanya. Maka Allah swt. Menolak keganasan mereka
terhadap orang beriman dengan diizinkannya untuk berperang dalam
rangka menegakkan hak-haknya.
Apabila penindasan orang-orang kafir itu tidak diantisipasi
dengan perlawanan, maka mereka akan menghancurkan temppat-
tempat ibadah, baik itu gereja, zinagog dan masjid. Hal ini
mengindikasikan bahwa tiap agama sebelum Islam, nabi sebelum
Nabi Muhammad saw. Juga diperintahkan untuk melawan orang-
orang kafir dalam rangka menjaga hak-haknya agar tidak ditindas, dan
kalimat tauhid tetap berkumandang.
Ayat ke-40 dari surat al-Hajj, pada dasarnya penjelasan dari
ayat sebelumnya yang mengizinkankan kepada orang beriman untuk
berperang melawan orang kafir. Maka ayat ke-40 menjelaskan alasan
mengapa mereka sudah diizinkan untuk perang.
Ibn al-Arabi sebagaimana dikutip al-Qurtubi menjelaskan,
sebelum perjanjian Aqabah, Nabi saw. Dan orang beriman belum
diizinkan untuk berperang. Mereka hanya diperintahkan berdoa dan
bersabar atas penindasan orang-orang kafir. Hal ini berlangsung
kurang lebih 10 tahun. Namun setelah penindasan orang-orang kafir
telah mencapai puncaknya, sampai mengusir Nabi saw. Bahkan ada
rencana untuk membunuhnya. Maka Allah swt. Mengizinkan orang-
orang beriman untuk berperang.
Menurut Ibn Abbas ra., Mujahid, Qatadah dan lainnya, ayat ini
adalah ayat yang pertama turun berkaitan dengan perintah jihad. Ibn
Kasir mengutip riwayat dari Ibn Abbas ra., ketika Rasulullah saw.
Hendak berhijrah ke Madinah karena diusir dan hendak dibunuh oleh
kafir Quraisy, Abu Bakar ra. Sudah punya firasat akan turun perintah
untuk berperang.
Allah swt. Tidak sekadar mengizinkan orangorang beriman
untuk berperang. Tetapi Ia menjanjikan pertolongan-Nya kepada
orang-orang beriman yang berperang membela agama dan haknya
sebagai motivasi agar hati orang-orang beriman teguh sebab mereka
tidak akan berjuang sendiri, mereka punya Allah swt. Yang akan
membantunya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub dan
Hisyam, dari Muhammad yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan
pernah mengatakan, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami
(para sahabat), yaitu firman-Nya: '(yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf,
dan mencegah dari perbuatan yang mungkari (Q.s Al-Hajj ayat 41)9.
Kami telah diusir dari rumah kami tanpa alasan yang benar,
melainkan hanya karena kami beriman bahwa Allah adalah Tuhan
kami. Kemudian Dia meneguhkan kedudukan kami di suatu negeri,
maka kami mendirikan salat, menunaikan zakat, dan memerintahkan
berbuat kebajikan serta mencegah dari perbuatan mungkar, dan
kepada Allah-lah dikembalikan semua urusan. Ayat ini diturunkan
berkenaan dengan aku dan sahabat-sahabatku. Menurut Abul Aliyah,
mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw.
As-Sabbah ibnu Sawadah Al-Kindi mengatakan, ia pernah
mendengar Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz berkhotbah seraya
mengucapkan firman-Nya: (yaitu) orang-orang yang jika Kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi. (Al-Hajj: 41), hingga
akhir ayat. Kemudian Umar ibnu Abdul Aziz berkata, "Ingatlah,
sesungguhnya tugas ini bukan saja diwajibkan bagi penguasa semata,
tetapi di wajibkan bagi penguasa dan rakyatnya. Ingatlah, aku akan
menceritakan kepada kalian kewajiban kalian dari tugas ini terhadap
penguasa kalian, dan kewajiban penguasa dari tugas ini terhadap
kalian. Sesungguhnya kewajiban penguasa terhadap kalian dari tugas
ini ialah hendaknya ia membimbing kalian ke jalan Allah dan
mempersatukan kalian serta menanamkan rasa gotong royong di
antara sesama kalian, dan memberikan petunjuk kepada kalian jalan
yang paling lurus dengan segala kemampuannya. Dan sesungguhnya
kewajiban kalian terhadap penguasa ialah hendaknya kalian taat
kepadanya dengan hati yang tulus ikhlas; bukan lahiriahnya menurut,
tetapi batinnya menolak”
Pada ayat ke-41 surat al-Hajj, Allah swt. menjelaskan sifat
orang-orang beriman yang apabila diberi nikmat berupa kedudukan di
muka bumi, maka ia mendirikan salat, menunaikan zakat, serta
mengajak kepada ma’ruf (kebaikan) dan mencegah kemungkaran 10.
Sifat orang beriman yang senantiasa mendirikan salat
meskipun telah diberi kedudukan, selain bermakna salat sebagai suatu
perbuatan yang diawali takbir dan diakhiri salam. Juga bermakna
simbolis, bahwa orang beriman senantiasa menjaga dan memelihara
hubungannya dengan Allah swt. Di samping itu salat juga merupakan
representasi dari segala bentuk kebaikan. Adapun menunaikan zakat,
merupakan representasi dari hubungan sesama manusia. Sebab orang
yang mengeluarkan zakatnya, selain karena taat pada perintah Allah,

9
Tafsir Ibnu Katsir: Q.s Al-Hajj [22]: 41 www.ibnukatsironline.com
10
Dirmanrasyid, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidikan Q.s Al-Hajj ayat 40-41
juga mengindikasikan memiliki kepekaan sosial. Orang beriman juga
senantiasa menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
dalam arti ia memiliki prinsip kebaikan, mencintai dan selalu
mengajak kepada kebaikan dan benci kemungkaran. Sebab itu, orang
beriman tidak akan pernah berdamai dengan kemungkaran ia akan
selalu berdiri melawan segala bentuk kemungkaran dan ketidakadilan,
yang tentu tidak mendatangkan apa-apa kecuali keburukan.
➢ Tujuan Pendidikan Pada QS. Al-Hajj [22]: 40-41
Tujuan pendidikan ialah11:
• Membangun iman yang kuat, sehingga dapat dipercaya.
• Kerelaan membela kebenaran, melindungi agama-agama dan
rumah-rumah ibadah.
• Bila sudah berkuasa/jaya, tetap taat beribadah, perhatian pada
kesejahteraan masyarakat, dan membina moral masyarakat.

D. Tafsir Qs. Al-Dzariyat Ayat 56 Dan Kaitannya Dengan Tujuan


Pendidikan

ِّ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِّجنَّ َو‬


َ ‫اَل ْن‬
‫س ا ََِّّل ِّليَ ْعبُد ُْو ِّن‬

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan mereka beribadah kepada-Ku”. (Q.s Al-Dzariyat ayat
56)12.

➢ Tafsir Ayat
َ َ‫ َخل‬berarti menciptakan dari tiada menjadi ada. Hanya Allah
‫ق‬
yang bisa menciptakan dari tiada menjadi ada; Manusia hanya
merekayasa (‫) َجعَ َل‬, yaitu menciptakan sesuatu dari sesuatu yang sudah
ada. Kemampuan manusia yang paling spektakuler sekarang adalah
melakukan Cloning, yaitu menciptakan dari sel hidup pemiliki sel
tersebut. Walaupun spektauler. Kemampuan itu tetap bukan
menciptakan dari tiada, karna “hanya” mengubah sel hidup menjadi
sesuatu yang lain13.
Berdasarkan ayat itu, makhluk berakal yang diciptakan Allah
hanya dua genus: jin dan manusia. Dari jin tercipta lagi tiga spesies:
jin itu sendiri yang tercipta dari api (nar), jin muslim dan jin kafir;
iblis yang dibuat dari inti api (marij min nar), yang selalu kafir dan

11
Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an, (PT. Lentera
Hati: Tanggerang Selatan), hal. 63
12
Al-Qur’an Indonesia, Q.s Al-Dzariyat [51]: 56
13
Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an, (PT. Lentera
Hati: Tanggerang Selatan), hal. 48-50
malaikat yang di buat dari cahaya api tersebut, yang selalu muslim.
Iblis adalah personalnya, ketika ia melakukan pekerjaan jahatnya, ia
di sebut setan.
Allah tidak membuat spesies lainnya untuk ins (‫)إنس‬. Ins
adalah manusia sebagai genus (jenis), ia dapat di terjemahkan dengan
human. Ketika manusia mengambil bentuk sebagai person, ia di sebut
insan (mankind). Ketika insan itu mengambil bentuk fisik ia di sebut
basyar. Basyar terdiri atas dua seks: zakar (jantan/masculine/male)
dan untsa (betina/feminine/female). Ketika lelaki dan wanita itu
muncul dengan ciri-cirinya sesuai budaya (bercelana atau rok, rambut
panjang atau pendek, dan sebagainnya), ia di sebut rajul (laki-laki/
man) dan mar’ah (perempuan/ women).
Maksud Allah menciptakan jin dan manusia adalah ‫ليعبدون‬
(agar mereka beribadah kepada ku). Di ujung ayat itu seharusnya ada
ya’ yang berarti “Aku”, namun “Aku” itu di buang. Jadi, Allah
mempersingkat ucapan-Nya. Agar pesannya segera sampai ke telinga
hamba-hamba-Nya untuk segera di hiraukan, sebab pesan itu ialah
untuk kebaikan manusia juga. Hal itu dikarnakan bahwa di dalam
ibadah terkandung manfaat yang besar bagi manusia, ibadah itu akan
di balas berlipat ganda oleh Allah, dan orang yang beribadah akan di
sayangi-Nya. Bagi Allah tidak akan ada kerugian apapun seandainya
seorang atau seluruh manusia ingkar kepada-Nya. Yang akan rugi
justru manusia itu sendiri.
Allah memerintahkan manusia dan jin untuk beribadah
bukanlah karna Allah butuh, melainkan karna Allah-lah satu satunya
yang pantas di ibadahi, dan jika manusia menyembah kepada selain
Allah maka murka-Nya akan datang.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek
kehidupan serta segala yang di lakukan manusia berupa perkataan,
perbuatan, perasaan, pemikiran yang di sangkutkan dengan Allah.
Ibadah ada dua macam; mahdhah dan ghayr mahdhah. Ibadah
mahdhah adalah ibadah dalam artii terbatas seperti sholat, zakat,
puasa, dan haji. Sedangkan ibadah ghayr mahdhah adalah ibadah
dalam arti luas, yaitu membaktikan perbuatan apa saja, tentunya yang
baik, demi karna mematuhi perintah Allah. Perbuatan seperti itulah
yang akan di balas-Nya. Terkecuali perbuatan riya’ atau amal non-
muslim yang tidak dapat di balas oleh Allah dan tidaklah minta
balasannya kepada-Nya.
➢ Tujuan Pendidikan Pada Qs. Al-Dzariyat Ayat 56
Tujuan Pendidikan-Nya disini adalah agar manusia
menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya baik dalam
hablumminallah maupun hablumminannas. Dengan ilmu dan
pendidikan manusia akan menyadari siapa dirinya, untuk apa ia di
ciptakan, bagaimana penciptaannya, kekuasaan sang pencipta
sehingga mereka hanya akan menyembah Allah. Begitupun untuk
membentuk hamba yang berbakti, yaitu manusia yang bersemangat
untuk berkorban, tidak mementingkan dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam surat Ali-Imran ayat 138-139 menjelaskan
tentang perintah untuk melakukan persiapan, menyediakan
segala sesuatunya termasuk bertekad dan semangat yang
benar, disamping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah
supaya kita bias meraih keberhasilan dan mendapatkan apa
ang kita inginkan, serta dapt mengembalikan kerugian atau
kegagalan-kegagalan yang telah diderita14.
Surat Al-Fath ayat 29 ini menjelaskan salah satu
tujuan pendidikan yaitu sifat yang harus dimiliki oleh orang-
orang mukmin dan juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
SAW dan pengikut-pengikutnya bersikap keras atau tegas

14
Ainul Gani, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidikan Tafsir Surat Ali’Imran Ayat 138-139
terhadap orang-orang kafir namun berkasih sayang terhadap
sesamanya. Salah satu tanda orang mukmin yaitu terdapat
pada wajah mereka dari bekas sujud. Tanda-tanda tersebut
juga terdapat dalam kitab Taurat dan Injil.
Surat Al-hajj ayat 40-41 ini menjelaskan salah satu
tujuan pendidikan yaitu membentuk pribadi yang memiliki
kesadaran spiritual atau kecerdasan spiritual, hal tersebut
disimbolkan dengan mendirikan salat dan juga memiliki
kesadaran dan kecerdasan emosional serta kepekaan sosial
yang disimbolkan dengan menunaikan zakat. Adapun
menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,
berkaitan dengan dua aspek. Pertama, pengetahuan tentang
kebaikan, kebenaran dan kemungkaran, sebab tanpa
pengetahuan tentang hal tersebut tidak mungkin seseorang
dapat menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Kedua, berkaiatan dengan prinsip dan sikap, pendidikan
membentuk karakter yang berintegritas tinggi.15.
Surat Ad-Dzariyat ayat 56 ini menjelaskan salah satu
tujuan pendidikan yaitu bertujuan membentuk manusia yang
taat dan patuh, khususnya kepada Allah Swt. Bukankah ciri
orang terdidik adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap norma
dan aturan yang berlaku, tidak berbuat sesuatu yang
melanggar hukum atau yang bertentangan dengan norma-
norma yang ada16

DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, A. (2020). Tafsir tarbawi: Menyingkap Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Lombok Tengah: FP. Aswaja
Harun, Salman. (2019). Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-
Qur’an. Tanggerang: PT. Lentera Hati
Ainul Gani, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidikan Tafsir Surat Ali’Imran Ayat
138-139: https://tholabulilmi324.blogspot.com/2016/03v-
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
Dirmanrasyid, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidikan dalam Q.s Al-Hajj ayat
40-41: https://dirmanrasyid.wordpress.com/2020/10/18/tafsir-
tarbawy-tijuan-pendidikan-dalam-qs-al-hajj-ayat40-41/
Dirmanrasyid, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidkan dalam Q.s Ad-Dzariyat
ayat 56: https://dirmanrasyid.wordpress.com/2020/10/18/tafsir-
tarbawy-tijuan-pendidikan-dalam-qs-al-zariyat-ayat-56/

15
Dirmanrasyid, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidikan dalam Q.s Al-Hajj ayat 40-41
16 Dirmanrasyid, Tafsir Tarbawi: Tujuan Pendidkan dalam Q.s Ad-Dzariyat ayat 56
Tafsir Ibnu Katsir: www.ibnukatsironline.com
Al-Qur’an Indonesia, https://quran-id.com

Anda mungkin juga menyukai