Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 KELOMPOK 3 AGENDA 1 HARI KE - 2

ANALISIS ISU KONTEMPORER

A. Jenis Isu Kontemporer


1) Kurangnya Kesadaran Kesehatan Jiwa Pada Remaja Di Wilayah Kaliangkrik
2) Tidak optimalnya proses pencucian alat medikasi set di ruang IGD Puskesmas Grabag II
3) Ketidaktersediaan Lemari Penyimpanan Khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di
Ruang Persalinan dan Nifas RSUD Merah Putih
4) Belum adanya prosedur terdokumentasi terkait pembuatan menu khusus MPASI bagi
bayi usia 6-12 bulan di RSUD Merah Putih
5) Ketidaklengkapan obat emergency di IGD Puskesmas Sawangan II

B. Deskripsi Isu
1) Kurangnya Kesadaran Kesehatan Jiwa Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas
Kaliangkrik
Mental emosional adalah suatu usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan pengalamannya. Masalah mental emosional pada anak merupakan masalah yang
cukup serius. Berbagai faktor yang dapat memicu masalah mental emosional anak yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, lingkungan
masyarakat maupun lingkungan media sosial yang dapat mengganggu keseimbangan
mental emosional anak seperti kejadian kekerasan dalam lingkungan keluarga, masalah
dengan teman sebaya, bullying akibat adanya cacat fisik ataupun masalah ekonomi.
Fenomena-fenomena tersebut dapat mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak
dan menjadikan persepsi yang negatif bagi anak itu sendiri.
Berbagai kejadian tersebut juga berkaitan dengan peningkatan emosi negatif dan
interaksi-interaksi yang negatif sehingga berdampak pada perkembangan kognitif dan
hubungan sosialnya. Melihat luasnya faktor risiko dan dampak yang mungkin terjadi,
maka sudah sewajarnya keluarga terutama orang tua harus lebih menyadari kondisi
tersebut dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mental emosional anak sehingga
masalah mental emosional pada anak dapat segera ditindaklanjuti untuk menghindari
terjadinya gangguan jiwa di kemudian hari.
2) Belum optimalnya proses pre cleaning alat medikasi set di ruang IGD Puskesmas
Grabag II
Sasaran keselamatan pasien merupakan salah satu indikator mutu pelayanan,,salah
satu saran keselamatan pasien yang berkaitan dengan masalah ini adalah risiko infeksi.
Pasien berisiko mengalami infeksi, setelah mendapatkan layanan/ tindakan dari fasilitas
kesehatan yang diakibatkan karena peralatan kurang bersih/steril, yang digunakan oleh
petugas saat melakukan tindakan invasif di ruang IGD Puskesmas Grabag II.
Proses pembersihan alat sebelum dilakukan sterilisasi sangatlah penting, hal ini
mencegah adanya penumpukan kotoran,darah,sisa-sisa jaringan/material lain yang
tertinggal di lapisan alat,. Selain itu proses pembersihan yang tidak optimal akan
menyebabkan kerusakan alat yang bisa memicu risiko infeksi
3) Ketidaktersediaan Lemari Penyimpanan Khusus Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) di Ruang Persalinan dan Nifas RSUD Merah Putih
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan suatu zat, bahan kimia dan biologi,
baik dalam bentuk tunggal maupun campuran, yang dapat membahayakan kesehatan dan
lingkungan secara langsung maupun tidak langsung. Bahaya itu terkadang meningkat
dalam kondisi tertentu mengingat B3 memiliki beberapa sifat diantaranya :
a. Racun
b. Karsinogenik (penyebab kanker)
c. Teratogenik (penyebab kecacatan pada janin selama dalam kehamilan ibu)
d. Mutagenik (penyebab perubahan genetika)
e. Korosif (perkaratan)
f. Iritasi (menyebabkan iritasi)
Di rumah sakit, B3 dapat berupa bahan kimia, obat kanker (sitostatika), reagensia,
antiseptik dan desinfektan, limbah infeksius, bahan radioaktif, insektisida, pestisida,
pembersih, detergen, gas medis dan gas non medis. Rumah sakit sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan harus mampu mengelola Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dengan baik. Mengacu pada Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, sarana keselamatan B3 yang harus disiapkan salah
satunya yaitu:
a. B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, artinya harus disimpan pada lemari
tersendiri khusus B3 serta memiliki daftar atau inventarisasi B3 yang disimpan.
b. Tersedia Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Pengaman
(LDP) yang merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi B3 mengenai sifat
fisika B3, sifat kimia, cara penyimpanan, jenis bahaya, cara penanganan, tindakan
khusus dalam keadaan darurat, cara pengelolaan limbah B3 dan sebagainya.
c. Terdapat rambu dan simbol B3 untuk menunjukkan klasifikasi B3.
d. Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan
farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa, contohnya
menerapkan prinsip first in first out (FIFO) atau first expired first out (FEFO).
Di ruang bersalin dan nifas RSUD Merah Putih penyimpanan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) belum dilakukan sesuai standar yang seharusnya.

4) Belum adanya prosedur terdokumentasi terkait pembuatan menu khusus MPASI


bagi bayi usia 6-12 bulan di RSUD Merah Putih
Instalasi gizi adalah unit yang mengelola kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit yang
salah satu fungsinya adalah memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien. Kebutuhan pasien berbeda-beda sesuai dengan kondisi penyakit,
kondisi fisik/klinis dan usia. Pasien anak khususnya usia 6-12 bulan memiliki kondisi
khusus dimana anak mulai mengkonsumsi makanan selain ASI (Air Susu Ibu). Bayi
pada usia ini masih melalui proses adaptasi organ pencernaannya sehingga perlu
diberikan makanan khusus. Makanan khusus ini disebut dengan MPASI, atau makanan
pendamping ASI. MPASI memiliki karakteristik yang berbeda dibanding dengan
makanan biasa. MPASI memiliki tekstur yang lebih lembut yang akan bertambah
konsistensinya sesuai dengan pertambahan umur anak. Selain itu frekuensi dan jumlah
pemberian MPASI berbeda tergantung usia anak. Pasien anak yang tidak diberikan
MPASI sesuai umur dapat mengakibatkan intake oral anak tidak adekuat dan gangguan
pencernaan (sulit mengunyah dan menelan) sehingga dapat berakibat memperparah
kondisi pasien. Beberapa bahan makanan juga tidak dapat diberikan pada bayi dan batita,
sehingga master menu yang saat ini digunakan perlu dimodifikasi. Selain itu juru masak
perlu pedoman yang memudahkan serta standarisasi kerja terkait pemberian makanan
bayi anak 6-12 bulan. Untuk itu perlu dibuat prosedur dan pedoman pemberian khusus
anak usia 6-12 bulan (MPASI) sehingga memberikan makanan yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pasien anak.

5) Ketidaklengkapan obat injeksi di IGD Puskesmas Sawangan II


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif di wilayah kerjanya (Permenkes 43 Th 2019). Salah satu fungsi Puskesmas
yakni menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah
unit pelayanan di Puskesmas yang memberi penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cedera, yang membutuhkan perawatan gawat darurat. Dengan
demikian Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama diharapkan mampu
memberikan pertolongan pertama/pertolongan gawat darurat di tingkat awal. Obat-obat
emergency merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam IGD. Kelengkapan
obat emergency pada IGD sangatlah penting terhadap keefektifan pelayanan terhadap
pasien kegawatan. Ketidaklengkapan obat emergency ini juga dapat mengakibatkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap Puskesmas sebagai fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Oleh karena itu kelengkapan obat emergency sangatlah penting dalam
melaksanakan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat.

C. Dampak Isu apabila tidak dicegah


1. Kurangnya Kesadaran Kesehatan Jiwa Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas
Kaliangkrik
a. Remaja bias mengalami Stress
b. Gampang mengalami Depresi
c. Gampang terpengaruh obat-obatan terlarang
d. Resiko bunuh diri lebih besar

2. Belum optimalnya proses pre cleaning alat medikasi set di ruang IGD Puskesmas
Grabag II
a. Kerusakan alat medikasi set
b. Risiko infeksi pada pasien
c. Peningkatan lama perawatan
d. Merugikan pasien
e. Menurunnya kepercayaan masyarakat kepada Puskesmas
f. Lemahnya keyakinan dan semangat para staf
3. Ketidaktersediaan Lemari Penyimpanan Khusus Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) di Ruang Persalinan dan Nifas RSUD Merah Putih
a. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) akan mudah tumpah dan membahayakan
petugas karena ditempatkan di tempat yang tidak semestinya, seperti di lantai dan di
almari terbuka.
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat mencemari lingkungan rumah sakit jika
tumpah karena ditempatkan tidak aman.
c. Pemborosan anggaran rumah sakit dikarenakan penyimpanan nya tidak baik
sehingga terjadi penumpukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di ruangan karena
tidak memakai prinsip first in first out (FIFO) atau first expired first out (FEFO).
d. Akan terjadi ketidaktepatan penanganan jika terpapar oleh tumpahan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dikarenakan tidak terdapat Material Safety Data Sheet
(MSDS) atau Lembar Data Pengaman (LDP)

4. Belum adanya prosedur terdokumentasi terkait pembuatan menu khusus MPASI


bagi bayi usia 6-12 bulan di RSUD Merah Putih
a. Intake oral pasien tidak adekuat
b. Gangguan pencernaan pada pasien (gangguan mengunyah dan menelan)
c. Juru masak salah dalam memberikan tekstur makanan sesuai usia pasien
d. Juru masak memiliki deskripsi terkait MPASI yang berbeda-beda

5. Ketidaklengkapan obat emergency di IGD Puskesmas Sawangan 2


a. Fungsi dan tugas IGD tidak terlaksana
b. Pasien tidak mendapatkan pengobatan yang maksimal
c. Kepercayaan dan kepuasan masyarakat menurun
d. Pasien enggan datang ke IGD Puskesmas
D. Teknik Tapisan Isu

No Isu Kontemporer U S G Total Rangking


.

1. Kurangnya Kesadaran Kesehatan Jiwa 4 4 4 12 4


Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas
Kaliangkrik

2 Tidak optimalnya proses pencucian alat 4 4 4 12 3


medikasi set di ruang IGD Puskesmas
Grabag II

3 Ketidaktersediaan Lemari Penyimpanan 5 4 4 13 2


Khusus Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) di Ruang Persalinan dan Nifas
RSUD Merah Putih

4 Belum adanya prosedur terdokumentasi 3 3 2 8 5


terkait pembuatan menu khusus MPASI
bagi bayi usia 6-12 bulan di RSUD Merah
Putih

5 Ketidaklengkapan obat emergency di 5 5 4 14 1


IGD Puskesmas Sawangan 2

Teknik Tapisan Isu yang digunakan adalah USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth). Berdasarkan teknik tapisan isu yang dilakukan, didapatkan 1 CORE isu yang
memerlukan perhatian khusus dan membutuhkan penyelesaiannya (tindakan) yaitu isu
"Ketidaklengkapan obat emergency di IGD Puskesmas Sawangan 2".

E. Sebab Isu
1) Kurang pelatihan SDM tentang PPGD
2) Belum adanya SOP permintaan obat emergency
3) Belum adanya form inventaris obat emergency di IGD

F. Rekomendasi upaya pencegahan


1) Berkonsultasi dengan atasan dan pegawai terkait isu tersebut
2) Membuat SOP Permintaan Obat kepada petugas farmasi terkait.
3) Membuat form monitoring obat-obat emergency
4) Mengajukan pelatihan PPGD bagi perawat di Puskesmas
G. Teknik Analisis Isu

Man Money
Belum semua perawat mengikuti Belum ada anggaran pelatihan PPGD
pelatihan PPGD untuk perawat

MASALAH
Ketidaklengkapan obat
emergency di IGD Puskesmas
Sawangan 2

Material Methods
Belum adanya form inventaris obat Belum adanya SOP permintaan
emergency di IGD obat emergency

Anda mungkin juga menyukai