Anda di halaman 1dari 4

Summary

Universal Corporate Governance Practices Across Borders?

oleh : Adeantiko Riza Febiunca (NIM : 242221073)

Tidak ada yang lebih penting bagi kehidupan sebuah perusahaan selain jajaran

direkturnya, karena mereka memiliki tanggung jawab terhadap keseluruhan kinerja

perusahaan. Para direktur memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan pada banyak

aspek seperti pemilihan manajer, mengawasi strategi yang digunakan, serta menentukan

tujuan jangka panjang organisasi. Meski terdengar sederhana, interpretasi terhadap peran

jajaran direktur terhadap tata kelola perusahaan dapat berbeda-beda pada setiap perusahaan di

seluruh dunia. Pada tulisan ini, kami mencoba untuk melakukan perbandingan tata kelola

perusahaan antar berbagai negara di seluruh dunia, serta mencari prinsip tata kelola

perusahaan yang berlaku secara universal.

Asia Tenggara

Verhezen dan Abeng yang meneliti tata kelola perusahaan-perusahaan di Asia

Tenggara melihat tata kelola perusahaan sebagai seperangkat hubungan antara dewan

perusahaan, pemegang sahamnya, dan pemangku kepentingan lainnya, menyediakan struktur

di mana tujuan perusahaan ditetapkan, bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dan

pemantauan kinerja ditentukan.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi tata kelola perusahaan di Asia Tenggara

adalah maraknya bisnis milik keluarga, yang seringkali mengutamakan kepentingan keluarga

di atas kepentingan pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk

melindungi kesetaraan hak pemegang saham, akuntabilitas yang tepat, dan transparansi atau
menjamin pengungkapan yang tepat atas informasi keuangan dan non-keuangan yang

relevan.

Anglo-Amerika

Beberapa akademisi berdebat tentang bagaimana tata kelola perusahaan berkembang

selama beberapa tahun terakhir, khususnya yang terjadi di negara-negara anglo-amerika. Tata

kelola perusahaan di negara-negara tersebut pada umumnya memiliki direktur independen di

dewan, tersebatnya struktur kepemilikan, dan adanya peran kuat tata kelola eksternal seperti

auditor, analis, dan investor institusional.

Pada negara-negara Anglo-Amerika, tata kelola perusahaan telah berkembang lebih

pesat dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara, dimana kesadaran akan pentingnya

kesetaraan hak pemegang saham dan penggunaan pihak eksternal untuk pengawasan telah

menjadi prioritas.

Pengukuran Tata Kelola

Homanen dan Liang memilih tiga kategori variabel dalam meneliti tata kelola

perusahaan dalam konteks global, antara lain :

a. Peraturan perusahaan

b. Kepemilikan institusional

c. Batasan institusional tingkat negara, yang diukur berdasarkan : (1) proteksi terhadap

investor, (2) kualitas institusional, (3) institusi politik.

Tata kelola yang optimal mungkin berbeda di berbagai negara. Di suatu negara

tertentu, tata kelola yang optimal mungkin bergantung pada karakteristik perusahaan seperti

struktur kepemilikan. Dengan meningkatnya globalisasi, munculnya investor institusional,


dan perubahan peraturan tata kelola di seluruh dunia, lanskap tata kelola perusahaan juga

berubah dengan cepat.

Prinsip-prinsip Tata Kelola

Menurut Verhezen dan Abeng, agar sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik

maka setidaknya ada 4 prinsip yang harus dijalankan oleh para jajaran pimpinannya, antara

lain :

a. Transparansi : suatu perusahaan harus mempromosikan tata kelola yang transparan dan

efisien, konsisten dengan aturan hukum dan dengan jelas mengartikulasikan pembagian

tanggung jawab di antara otoritas pengawas, manajer, dan penegak peraturan. Adanya

transparansi akan menciptakan adanya pengungkapan yang akurat dan tepat waktu atas hal-

hal yang bersifat material, seperti situasi dan kinerja keuangan, kepemilikan, dan fitur tata

kelola tertentu.

b. Keadilan dan kesetaraan para pemegang saham : Kerangka tata kelola perusahaan harus

memastikan adanya perlakuan yang adil terhadap semua pemegang saham, termasuk

pemegang saham minoritas dan asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan

untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka.

c. Akuntabilitas : Kerangka tata kelola perusahaan harus melindungi dan memfasilitasi

pelaksanaan hak-hak pemegang saham. Hak dasar pemegang saham harus mencakup hak

untuk pendaftaran kepemilikan, untuk menyampaikan atau mentransfer saham, untuk

mendapatkan informasi dan materi tentang korporasi secara tepat waktu dan teratur, untuk

berpartisipasi dan memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham, untuk memilih

dan menghapus anggota dewan, dan untuk berbagi keuntungan korporasi.

d. Tanggung jawab : Kerangka tata kelola perusahaan harus mengakui hak-hak pemangku

kepentingan yang ditetapkan oleh undang-undang, harapan masyarakat, atau kesepakatan


bersama, serta dan mendorong secara aktif kerjasama antara perusahaan dan pemangku

kepentingan dalam menciptakan kesejahteraan, pekerjaan, serta menjaga keberlanjutan

ekonomi dan ekologi organisasi.

Keempat prinsip tersebut, yang disebut juga sebagai empat prinsip generik OECD

untuk tata kelola perusahaan yang baik, dapat membantu organisasi untuk mengurangi resiko,

mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku, mendapatkan akses yang lebih baik pada

modal dan talent, menciptakan kepercayaan untuk investasi baru, serta mengarahkan

organisasi menuju kesempatan baru dengan modal yang tersedia dan mendapatkan

pengetahuan baru.

Bibliografi

 Verhezen, P. & Abeng, T. (2022). The Boardroom: A Guide to Effective Leadership

and Good Corporate Governance in Southeast Asia. Berlin, Boston: De Gruyter.

https://doi.org/10.1515/9783110787634

 Homanen, M. and Liang, H. 2018. Universal Corporate Governance. European

Corporate Governance Institute (ECGI) - Finance Working Paper No. 585/2018,

Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=3302216 or

http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3302216

Anda mungkin juga menyukai