Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RIZA FIRNALIA

NIM : 2202052

PBAK

1.ANALISIS REVISI KUHP PADA TINDAK PIDANA KORUPSI


Di luarsubstansinya, proses pembahasan RKUHP
dilakukantertutupkarenanaskahnyasempattidakdisampaikankepadamasyarakat.
Wajarjikakemudianmunculprasangkaburukkepadapembentukundang-undang.
Sebab, praktikserupa juga pernahterjadidalampembahasanperaturanperundang-
undanganlain, satudiataranyarevisi UU KPK pada tahun 2019 lalu.

Pentinguntukditekankan, jikanaskah RKUHP


tidakdisosialisasikankepadamasyarakat, makajelasbahwapemerintahserta DPR
telahmenabrak UU dan jauhmelencengdarimandatputusanMahkamahKonstitusi
(MK). Adapun regulasi yang diabaikanadalahPasal 96 ayat (1) UU
PembentukanPeraturanPerundang-Undangan (UU P3)
terkaithakmasyarakatuntukmemberikanmasukandalamsetiaptahapanpembentuka
nperaturanperundang-undangan.

Mirisnyalagi, isupemberantasankorupsikianterpinggirkan. Jika


dilihatdaripernyataanpemerintah, pembentuk UU
tidakmemasukkanklausulapasalantikorupsidalam 14 isukrusial. Padahal,
substansiaturanantikorupsimasihdipenuhidengansejumlahpersoalan. Di luaritu,
timperumus RKUHP juga tidakkonsisten, sebab, pada waktu yang lalu, Prof
Eddy OS Hiariej, sebelummendudukijabatansebagai Wakil Menteri Hukum dan
HAM, sempatmengatakanbahwadelikkorupsihanyasebagai core
crime dansekadar bridging article semata. Secarasederhana, halituberartibahwa
RKUHP hanyamendefinisikanperbuatankorupsi,
tanpamelampirkanusulanperubahanpemidanaan. Namun yang
terjadijustrusebaliknya. Draft yang
adaberpotensimendegradasiupayapemberantasankorupsi.

Selainaspekformil, ranahmateriil di dalamnaskah RKUHP per 4 Juli 2020,


khususnyaberkaitandenganpemberantasankorupsimengandungsejumlahmasalah
mendasar. Indonesia Corruption Watch (ICW)
mengidentifikasisejumlahpersoalanserius, diantaranya:

1.     HukumanPelakuKorupsiDikurangi

2.     ParsialMemberatkanHukuman
3.     BertentangandenganPutusanMahkamahKonstitusi

4.     KorupsiTidakLagiKejahatanLuarBiasa
5.     MengkriminalisasiKritik Masyarakat
dalamPersidanganPerkaraKorupsi
Makadariitu, berangkatdaripermasalahan-permasalahan di atas, ICW
mendesak agar pemerintah dan DPR segeramengeluarkandelik-delikkorupsidari
RKUHP kemudianmerevisi UU Tipikor.
2.ASAS KEADILAN DALAM RKUHP
 Dhahanamembawakanmateridengantema
“PerkembanganPenyusunanRancanganUndang-Undang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (RUU KUHP)". Dikatakan, adaduahalmenarik yang tertuang di
dalam RUU KUHP, yakniasaskepastian dan keadilan. Mengingat,
asaskeadilankhususnya, belumtermaktubkedalam KUHP saatini.
Dhahanamenjelaskan, keadilanmenjadisuatunilai yang
hakikidalamkonteks yang ada pada RUU KUHP. Contohnyaadaseorangibu yang
mencurisingkonguntukmemenuhikebutuhannyakarenalapar. Akan tetapi hakim
memutusdiauntukdipidanapenjara. Ibu itukemudianmenuntut, dimana rasa
keadilannya,
hanyakarenamencurisingkongmengapadapatdikenakanhukumanbui.
“Jadi kalaukitalihatantara KUHP yang
sekaranginidenganpemasyarakatantidaksinkron. Yang satu (KUHP)
pendekatannya ‘perbuatan’, yang satu (RUU KUHP) terkait
‘pembinaannarapidana’ atau treatment of offenders,”
jelasmantanDirekturPerancanganPeraturanPerundang-Undangan pada
DirektoratJenderalPeraturanPerundang-Undangan Kementerian Hukum dan
HakAsasiManusiaini.

  RUU KUHP disusundenganmempertimbangkantigahal,


yaiturekodifikasiterbuka, demokratisasi, dan modernisasi. Pada
rekodifikasiterbuka, KUHP
mengalamiperubahankarenakondisifilosofisnyatidaklagisesuaidengan Pancasila,
sosiologis, maupunyuridisnya. 

  “Keduaadalahdemokratisasi. Pada saat Indonesia merdeka,


demokrasimenjadisuatu pilar utama. Jadi itu pun juga
harusdisesuaikandenganhukumpidanakita,” kata Dhahana.
“Terbuktidenganadanyapenghormatanhakasasimanusia. Itu pun juga
diadopsimenjadikriteriaterhadapsituasi yang ada di RUU KUHP,” jelasnya.
  Selanjutnyaadalahmodernisasi. Karena iniwarisankolonial, kata Dhahana,
kitainginmembuatsistemhukum yang sesuaidengannafas Indonesia,
sesuaidengan Pancasila, konstitusi, adab di Indonesia, prinsiphukum,
hakasasimanusia, dan tentunyaharmonisasi.

Anda mungkin juga menyukai