Anda di halaman 1dari 4

D.

Piagam jakartaIslam dan Pancasila Sebuah Landasan Ideologi

Piagam Jakarta adalah sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh sejumlah tokoh
Islam pada tahun 1945, dalam upaya untuk memperjelas posisi Islam dalam negara Indonesia
yang baru merdeka. Piagam Jakarta menegaskan bahwa Islam sebagai agama mayoritas di
Indonesia akan tetap dihormati dan diakui sebagai agama yang sah, namun pada saat yang
sama, negara Indonesia akan dibangun dengan dasar Pancasila sebagai ideologi negara.

Dalam konteks ini, Islam dan Pancasila dianggap sebagai dua hal yang saling melengkapi dan
tidak bertentangan. Islam sebagai agama memiliki peran penting dalam membentuk moral dan
etika bangsa Indonesia, sementara Pancasila sebagai ideologi negara memberikan dasar yang
kuat bagi negara Indonesia sebagai negara yang plural dan beragam.Piagam Jakarta juga
menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta menghindari
perpecahan dan konflik antara kelompok agama dan etnis yang berbeda-beda. Hal ini sejalan
dengan nilai-nilai Pancasila yang menekankan pentingnya persatuan, keadilan, dan
kemanusiaan.

Dalam konteks politik, Piagam Jakarta menekankan pentingnya partisipasi politik umat Islam
dalam negara Indonesia yang demokratis dan berdasarkan Pancasila. Hal ini sejalan dengan
prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan berpendapat yang diakui oleh Pancasila.

Secara keseluruhan, Piagam Jakarta dapat dianggap sebagai upaya untuk membangun
kerjasama dan dialog antara kelompok Islam dan negara Indonesia yang baru merdeka, serta
menegaskan bahwa Islam dan Pancasila sebagai dua hal yang saling melengkapi dalam
membangun negara Indonesia yang plural dan beragam.( J. D. Legge, Sukarno: A Political
Biography (London: Allen & Unwin, 1972), hlm. 191-192.)

Dalam konteks ini, Islam dan Pancasila dianggap sebagai dua hal yang saling melengkapi dan
tidak bertentangan. Islam sebagai agama memiliki peran penting dalam membentuk moral dan
etika bangsa Indonesia, sementara Pancasila sebagai ideologi negara memberikan dasar yang
kuat bagi negara Indonesia sebagai negara yang plural dan beragam.(Mohammad Hatta, "Islam
dalam Negara Indonesia," dalam Islam dan Negara (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1988), hlm.
149-157.)

Secara keseluruhan, Piagam Jakarta dapat dianggap sebagai upaya untuk membangun
kerjasama dan dialog antara kelompok Islam dan negara Indonesia yang baru merdeka, serta
menegaskan bahwa Islam dan Pancasila sebagai dua hal yang saling melengkapi dalam
membangun negara Indonesia yang plural dan beragam.( Azra, A. (2004). Islam in the
Indonesian World: An Account of Institutional Formation. Bandung: Mizan Pustaka.)
Pancasila adalah ideologi negara Indonesia yang menjadi landasan dan dasar negara yang
diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila terdiri dari lima sila yang masing-masing
memiliki makna dan nilai yang penting untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa
Indonesia. Kelima sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.(Zainuddin, H.
(2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Kencana Prenada Media Group.)

Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar dan pijakan bagi
Indonesia sebagai negara yang religius dan beragama. Sila ini menyatakan bahwa negara
Indonesia mengakui dan mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber dari
segala kehidupan dan kekuasaan di dunia ini. Sila pertama ini berkaitan dengan Islam sebagai
agama mayoritas di Indonesia, karena Islam juga mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi negara tetap relevan dan diterima oleh
masyarakat Islam di Indonesia. (Suryadinata, L. (2003). Indonesia: A Country Study. Federal
Research Division, Library of Congress. (https://www.loc.gov/item/2003023686/))

kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menunjukkan
pentingnya menjaga kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
juga berkaitan dengan Islam, karena Islam juga mengajarkan pentingnya keadilan sosial dan
merawat orang-orang yang kurang mampu di masyarakat. Konsep zakat dan sedekah dalam
Islam juga merupakan bentuk dari keadilan sosial yang diwajibkan kepada umat Muslim.(Arifin,
B. (2016). Keadilan Sosial Dalam Pancasila. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 23(2), 170-182.)

Dalam konteks hubungan antara Pancasila dan Islam, terdapat beberapa argumen yang
menunjukkan bahwa Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Pertama, Pancasila mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang sejalan dengan
ajaran Islam tentang kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Pancasila menganut
nilai keadilan sosial yang sejalan dengan ajaran Islam tentang keadilan sosial dan kesejahteraan
umat. Ketiga, Pancasila menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
yang juga sejalan dengan ajaran Islam tentang persatuan dan kebersamaan.(Abdullah, A.
(2018). Pancasila dan Islam: Antara Realitas dan Idealitas. Jurnal Studi Pemikiran dan
Peradaban Islam, 14(2), 187-206.)

Syah, M. (2019). Pendidikan Pancasila dan Sejarah Nasional sebagai Upaya Membangun
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(2), 95-
106.
Farid, M. (2016). Mengapa Pancasila Ditolak oleh Beberapa Kelompok Agama? Analisis Atas
Sejarah Pertentangan Islam dan Pancasila. Jurnal Bina Hukum, 6(1), 49-61.

Budiyono, I. (2015). Menggagas Hubungan Harmonis Islam dan Pancasila: Refleksi Pendidikan
dan Pelatihan Politik. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 5(1), 1-14.

Yaqin, A. (2020). Dinamika Hubungan Agama dan Negara di Indonesia: Tinjauan atas Peran
Pancasila. Jurnal Kajian Wilayah, 11(1), 85-96.

Sihabuddin, A. (2017). Pancasila sebagai Dasar Negara dan Kerangka Moral dalam Konteks
Masyarakat Plural. Jurnal Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1), 1-15.

Darul Islam

"Gerakan Darul Islam: Sebuah Tinjauan Historis" oleh Muhammad Ali dan Bachtiar Effendy,
dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 4, No. 1 (Juni 2000), hlm. 1-24.

"Darul Islam Indonesia: Suatu Pemikiran Revolusioner Islam" oleh M. Rusydi, Yogyakarta: Gema
Insani, 2001.

"Jalan Lain: Catatan dari Perjalanan Militer ke Politik" oleh Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2021.

"Gerakan Darul Islam: Konflik Ideologi dan Politik di Indonesia" oleh Sirojuddin Abbas, Jakarta:
Kompas, 2007.
"Gerakan Darul Islam Indonesia 1949-1962" oleh Abdurrahman Wahid, Jakarta: Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1991.

Gerakan Darul Islam Indonesia: Antara Sejarah dan Mitos" oleh Ismail Hasani, dalam Jurnal Al-
Jami'ah, Vol. 46, No. 2 (2008), hlm. 383-404.

Gerakan Darul Islam: Sebuah Analisis Historis" oleh Ahmad Najib Burhani, dalam Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 7, No. 2 (Desember 2003), hlm. 121-139.

"Kembali ke Darul Islam: Kajian Terhadap Gerakan Islam Radikal di Indonesia" oleh Husni
Mubarok, dalam Jurnal Penelitian Politik, Vol. 14, No. 2 (Agustus 2017), hlm. 135-151.

"Gerakan Darul Islam di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Perjuangan" oleh Agus Salim, dkk.,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

"Islam and the State in Indonesia" oleh Bahtiar Effendy, Singapura: Institute of Southeast Asian
Studies, 2003.

"Political Islam in Indonesia: Present and Future Trajectory" oleh Alexander R. Arifianto, dalam
Journal of Current Southeast Asian Affairs, Vol. 34, No. 3 (2015), hlm. 91-114.

Anda mungkin juga menyukai