Anda di halaman 1dari 10

PERMASALAHAN TERHADAP KEMACETAN

YANG TERJADI DI JALAN GUNTUR


Makalah

Oleh:

Berliani Regita Putri K (07)


Ferresta Deva Budaya (13)
Gita Dwi Yulianti (14)
Muhammad Fadhli Saepul Muharam (21)
Muhammad Fachriel Taufik M (22)

XII IPS 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di masa saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sudah semakin maju. Diantaranya adalah perkembangan dunia transportasi.
Namun seiring dengan kemajuannya ternyata muncul berbagai masalah
yang mungkin tak terduga sebelumnya. Masalah yang marak terjadi saat ini
adalah masalah kemacetan lalu lintas yang telah meresahkan bagi para
pengguna jalan raya.
Masalah kemacetan transportasi lalu lintas sering kali terjadi di daerah-
daerah perkotaan yang ada di Indonesia seperti di Jalan Guntur, Garut. Hal
ini terjadi karena konsentrasi kendaraan banyak menumpuk diarea sana.
Saat ini kemacetan lalu lintas di Jalan Guntur, Garut sudah semakin parah
apalagi dengan adanya perbaikan jalan. Seiring dengan berjalannya waktu
kondisi kemacetan yang terjadi di Jalan Guntur, Garut tidak semakin
membaik, namun semakin memburuk. Hal ini terjadi karena jumlah
kendaraan selalu bertambah dan tidak diimbangi dengan perluasan area
jalan raya. Apalagi sering kali banyak ditemui pedagang kaki lima yang
menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan raya tersebut, maka akan
banyak pengendara kendaraan berhenti untuk membeli barang dagang ke
pedagang kaki lima. Sehingga hal tersebut akan mengganggu kelancaran
lalu lintas.
Ada banyak kerugian yang akan ditimbulkan bila terjadi kemacetan di
jalan raya. Salah satunya adalah bahan bakar yang terbuang sia-sia di jalan
raya. Kendaraan yang berjalan pelan akan menghabiskan banyak bahan
bakar sia-sia. Selain dengan adanya kerugian bahan bakar yang terbuang
sia-sia juga akan ada kerugian waktu. Waktu yang terbuang sia-sia di jalan
raya akan menurunkan tingkat produktifitas manusia, dan dampaknya akan
mengganggu aktivitas ekonomi yang ada dalam suatu negara.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya kemacetan transportasi lalu lintas di jalan
Guntur?
2. Apa dampak negatif dari kemacetan lalu lintas di jalan Guntur bagi
masyarakat sekitar?
3. Bagaimana mengatasi masalah kemacetan transportasi lalu lintas
di jalan Guntur?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kemacetan transportasi lalu
lintas di jalan Guntur.
2. Untuk mengetahui dampak negatif dari kemacetan lalu lintas di
jalan Guntur bagi masyarakat sekitar.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah kemacetan transportasi
lalu lintas di jalan Guntur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemacetan
Kemacetan adalah situasi keadaan tersedatnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,
terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk.
Kemacetan yang terjadi menghasilkan dampak negatif yang tidak
sedikit. Dari aspek ekonomi, kemacetan dapat menghambat proses produksi
dan distribusi barang yang berujung pada terhambatnya laju perekonomian
masyarakat. Bagi para pegawai, kemacetan lalu lintas yang dihadapi tiap hari
dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikologis mereka dalam bekerja.
Kinerja para pekerja tidak dapat mencapai hasil yang maksimal lantaran
masalah kemacetan yang sungguh menguras tenaga dan pikiran.
Kemacetan akan menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi
pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan lingkungan.
Bagi pengemudi, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress).
Dampak negatif dari segi ekonomi yaitu berupa kehilangan waktu karena
perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasi kendaraan berhenti.
Sedangkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu berupa polusi udara
dan gangguan suara kendaraan atau kebisingan (Munawar, 2004).
2.2 Arus lalu lintas
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) menyebutkan
bahwa arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik
jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan / jam, smp / jam. Arus
lalu lintas tersusun mula-mula dari kendaraan-kendaraan tunggal yang
terpisah, bergerak menurut kecepatan yang dikehendaki oleh pengemudinya
tanpa halangan dan berjalannya tidak tergantung pada kendaraan lainnya.
2.3 Transportasi
Menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang
atau penumpang dari suatu tempat ketempat lain, dimana produk
dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum
transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (barang
dan/atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau
tanpa sarana.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor-faktor penyebab kemacetan transportasi lalu lintas
1. Karena jalan Guntur menjadi pusat perjalanan lalu lintas
2. Karena dipadati oleh angkutan umum
3. Banyaknya pengguna jalan yang belum tertib
4. Banyak kendaraan yang parkir di badan jalan
5. Adanya Razia yang dilakukan oleh pihak kepolisian

3.2. Dampak negatif dari kemacetan lalu lintas


3.2.1 Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah
kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan
menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengkibatkan
luka-luka atau kematian manusia atau binatang [1]. Kecelakaan lalu
lintas merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi kapan dan
dimana akan terjadinya.
yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Di dalam undang-undang ini kecelakaan digolongkan menjadi 3 yaitu:
a) Kecelakaan lalu lintas ringan yang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/ atau barang.
b) Kecelakaan lalu lintas sedang yang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang.
c) Kecelakaan lalu lintas berat yang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
3.2.2 Stress dan kelelahan karena kemacetan lalu lintas
Sebagai respon terhadap kemacetan lalu-lintas (stressor), tubuh
kita melakukan dua jenis perilaku penyesuaian diri (coping behavior),
yaitu menghadapi (fight) atau melarikan diri (flight) dari stressor
tersebut. Secara umum, tubuh akan secara otomatis melakukan
mekanisme pertahanan diri ketika menghadapi stress termasuk ketika
menghadapi kemacetan lalu-lintas sebagai kondisi yang menekan,
yaitu:
1. melepaskan bahan bakar, berupa gula dan lemak, untuk
menyediakan energi instan,
2. napas semakin cepatagar mampu mengambil oksigen ekstra
untuk membakar gula dan lemak,
3. tekanan darah dan detak jantung meningkat untuk menjamin
aliran darah ke otot,
4. otot menegang siap melakukan tindakan pertahanan diri, dan
5. indera menjadi lebih peka sehingga lebih awal dengan
lingkungan sekitar.
Dengan demikian, ketika berhadapan dengan kondisi lingkungan
eksternal berupa kemacetan lalu-lintas, tubuh membutuhkan energi
yang besar dan terus-menerus sehingga sangat melelahkan. Tak kala
berhadapan dengan kemacetan lalu-lintas, respon-respon fisik di atas
biasanya akan disertai dengan respon psikologis dan perilaku, seperti
perasaan dikejarkejar waktu, cemas, sedih, bingung, jengkel, salah
paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal,
kehilangan semangat. Selain itu individu akan merasakan kesulitan
dalam konsentrasi, berpikir jernih dalam membuat keputusan. Bahkan,
terkadang individu sampai pada hilangnya kreativitas, gairah dalam
penampilan, dan minat terhadap orang lain. Dalam ilustrasi di atas,
kelelahan fisik dan psikis, tidak bersemangat ketika memulai kerja,
kesal dan mengumpat pengemudi lain, merupakan serangkaian respon
Eko terhadap kemacetan lalu-lintas yang dialaminya.
3.2.3 Pencemaran udara
Udara adalah faktor penting dalam kehidupan, namun, di era
modern, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan
pusat industri, serta berkembangnya transportasi, telah menyebabkan
kualitas udara mengalami perubahan. Dari yang mulanya segar, kini,
kering dan kotor akibat dari terjadinya pencemaran udara karena
kendaraan transportasi.
3.2.4 Kebisingan yang terjadi di jalanan
Kebisingan di jalan raya tidak dapat dihindari, mengingat
semakin banyaknya ruas jalan, tempat pemukiman, tempat umum,
tempat ibadah dan tempat belajar mengajar yang letaknya memang
berada di tepi jalan raya yang ramai. Pada tempat umum seperti
pemerintahan dan fasilitas umum, pusat kegiatan baik itu untuk
olahraga, rekreasi, maupun taman terbuka hijau, kebisingan yang
ditimbulkan bisa berupa terganggunya pendengaran. Sebagai contoh
saat berbincangbincang maka suara yang dikeluarkan harus lebih
nyaring/keras supaya lawan bicara mendengar apa yang disampaikan.

3.3 Cara mengatasi masalah kemacetan transportasi lalu lintas


1. Penertiban kendaraan bagi angkutan umum maupun pribadi dilarang
sembarangan menurunkan atau menaikan penumpang di
sembarang tempat
2. Menertibkan pedagang kaki lima yang sembarangan berjualan di
tempat yang mengganggu jalanan lalu lintas
3. Pengendalian terhadap kendaraan yang akan putar arah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemacetan di jalan Guntur disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
berikut:
1. Karena jalan Guntur menjadi pusat perjalanan lalu lintas
2. Karena dipadati oleh angkutan umum
3. Banyaknya pengguna jalan yang belum tertib
4. Banyak kendaraan yang parkir di badan jalan
5. Adanya Razia yang dilakukan oleh pihak kepolisian
Kemacetan tersebut juga dapat berdampak negatif, seperti:
1. Kecelakaan lalu lintas,
2. Stress dan kelelahan,
3. Pencemaran udara, dan
4. Kebisingan yang terjadi di jalanan.
4.2 Saran
Penempatan petugas pada jam-jam sibuk dalam rangka penertiban
dan penegakan hukum. Aparat petugas/polisi lebih meningkatkan semangat
kerja, kejujuran, dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas sehingga
petugas selalu ada di tempat tugas terutama pada jam-jam sibuk untuk
mengatur kemacetan lalu lintas.
Penertiban kendaraan bagi angkutan umum maupun pribadi dilarang
sembarangan menurunkan atau menaikan penumpang di sembarang tempat.
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Abadi Dwi. "Studi Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas


Jalan di Indonesia Berdasarkan Data KNKT (Komite Nasional
Keselamatan Transportasi) dari Tahun 2007-2016." Warta
Penelitian Perhubungan 29.2 (2018): 179-190.

Lolong, Oktafiyaningsi F. Hubungan antara Coping Strategy


dengan Adaptational Outcomes pada Mahasiswa yang
Mengalami Stress Pasca Putus Cinta. Diss. Fakultas
Psikologi (UNISBA), 2015.

ISMIYATI, Ismiyati; MARLITA, Devi; SAIDAH, Deslida.


Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan
bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTransLog), 2014, 1.3: 241-248.

Heriyatna, Eddy. "Analisis Tingkat Kebisingan Lalu Lintas di


Jalan Pierre Tendean Banjarmasin." Jurnal Teknologi
Berkelanjutan 6.02 (2017): 126-136.

APA

APA

Anda mungkin juga menyukai