Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH PENGAUDITAN II

AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN:


UTANG USAHA
Dosen Pengampu: Wahyuningsih, SE., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Amelia Santika 24022120035


Sabrina Amelia Kusmawati 24022120039
Berliana Putri Kurniawan 24022120040
Shifa Afifah 24022120044
Ai Sri Ratna Dewi 24022120050

UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... 2
A. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran. 4
B. Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan
yang Terkait............................................................................................. 5
B.1 Memproses Pesanan Pembeli............................................................. 5
B.2 Menerima Barang dan Jasa................................................................. 6
B.3 Mengakui Kewajiban.......................................................................... 6
B.4 Memroses dan Mencatat Pengeluaran Kas......................................... 8
C. Bagaimana E-Commerce Mempengaruhi Siklus Akuisisi
dan Pembayaran...................................................................................... 8
D. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian
dan Pengujian Substantif atas Transaksi.............................................. 9
D.1 Memahami Pengendlian Internal-Penjualan....................................... 10
D.2 Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan-Penjualan............. 10
D.3 Menentukan Luas Pengujian Pengendalian........................................ 11
D.4 Merancang Pengujian Pengendalian Untuk Penjualan....................... 11
E. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
Utang Usaha............................................................................................. 12
E.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang
Usaha (Tahap I).................................................................................. 12
E.2 Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai
Risiko Inheren (Tahap I)..................................................................... 13
E.3 Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta
Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
atas Transaksi (Tahap I dan II)........................................................... 13
E.4 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)............ 13
E.5 Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo
Utang Usaha....................................................................................... 14

2
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

3
A. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran

Tujuan keseluruhan dari audit atas siklus akuisisi dan pembayaran adalah
mengevaluasi apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi barang dan
jasa serta pengeluaran kas bagi akuisisi tersebut disajikan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi. Terdapat tiga kelas transaksi yang dimasukkan
dalam siklus:

1. Akuisisi barang dan jasa


2. Pengeluaran kas
3. Retur dan pengurangan pembelian serta diskon pembelian

Gambar 18-1 Akun-akun dalam siklus Akuisisi dan Pembayaran

Sepuluh akun khusus yang terlibat dalam siklus dan pembayaran


ditunjukkan oleh akun-T pada Gambar 18-1. Untuk sederhananya, kita hanya

4
akan menunjukkan akun-akun pengendalian bagi ketiga kategori utama beban
yang digunakan oleh sebagian besar perusahaan. Untuk setiap akun
pengendalian, contoh akun beban pembantu juga disajikan. Perhatikan
sejumlah besar akun yang terpengaruhi oleh siklus ini. Karena itu, tidaklah
mengejutkan jika audit atas siklus akuisisi dan pembayaran sering kali
menghabiskan lebih banyak waktu ketimbang siklus lainnya.

Gambar 18-1 menunjukkan bahwa setiap transaksi didebet atau dikredit ke


utang usaha. Karena banyak perusahaan melakukan akuisisi secara langsung
dengan menggunakan cek atau kas kecil (pretty cash), gambar tersebut
sangat sederhana. Kita asumsikan bahwa akuisisi yang dilakukan secara tunai
diproses dengan cara yang sama seperti yang dilakukan dengan utang usaha.

B. Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus serta Dokumen dan Catatan yang


Terkait

Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang


diperlukan untuk memperoleh barang serta jasa guna mengoperasikan suatu
bisnis. Siklus ini umumnya dimulai dengan pembuatan permintaan pembelian
oleh karyawan yang berwenang yang memerlukan barang dan jasa itu, lalu
berakhir dengan pembayaran utang usaha. Contoh perusahaan manufaktur
kecil yang membuat produk berwujud untuk dijual kepada pihak ketiga akan
digunakan, tetapi prinsip-prinsip yang dibahas di sini juga dapat diterapkan
pada perusahaan jasa, entitas perusahaan, dan jenis organisasi lainnya.

B.1 Memproses Pesanan Pembeli

Permintaan akan barang dan jasa oleh personal klien merupakan titik
awal bagi siklus ini. Betuk pasti dari permintaan itu dan persetujuan yang
diperlukan tergantung pada sifat barang dan jasa serta kebijakan
perusahaan. Dokumen yang umum digunakan meliputi:

1. Permintaan Pembelian. Digunakan untuk meminta barang dan jasa


oleh karyawan yang berwenang berupa permintaan akuisisi seperti

5
atas bahan oleh seorang mandor ruangan penyimpanan, perbaikan
oleh pihak luar oleh personal kantor atau pabrik.
2. Pesanan Pembelian. adalah dokumen yang digunakan untuk
memesan barang dan jasa dari vendor. Pesanan terebut mencakup
deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang dan jas
yang ingin dibeli perusahaan dan sering kali digunakan untuk
menunjukkan otorisasi akuisisi.
B.2 Menerima Barang dan Jasa

Penerimaan barang dan jasa dari vendor oleh perusahaan


merupakan saat dimana sebagian besar perusahaan mulai mengakui
akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Ketika barang telah
diterima, pengendalian yang memadai akan mewajibkan
dilakukannya pemeriksaan atas deskripsi, kuantitas, kedatangan yang
tepat waktu, dan kondisi. Laporan penerimaan adalah kertas atau
dokumen elektronik yang dibuat pada saat barang diterima.

B.3 Mengakui Kewajiban

Pengakuan kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan


jasa memerlukan pencatatan yang tepat waktu dan akurat. Pencatatan
awal akan mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas
aktual, karena itu, perusahaan harus berhati-hati mencantumkan
semua transaksi, hanya akuisisi yang dilakukan, dan pada jumlah
yang tepat. Dokumen dan catatan yang umum meliputi:

1. Faktur Vendor, adalah dokumen yang diterima dari vendor dan


menunjukkan jumlah uang yang terutang atas suatu akuisisi.
Faktur tersebut menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang
serta jasa yang diterima, harga, syarat diskon tunai, tanggal
penagihan, dan total jumlahnya.

6
2. Memo Debet, merupakan dokumen yang diterima dari vendor
dan menunjukkan pengurangan jumlah yang terutang kepada
vendor akibat retur barang atau pengurangan yang diberikan.
3. Voucher, sering diguanakan organisasi dalam menetapkan cara
yang formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi,
terutama dengan memungkinkan setiap transaksi akuisisi diberi
nomor urut.
4. File Transaksi Akuisisi, adalah file yang dibuat komputer
meliputi semua transaksi akuisisi yang diproses oleh sistem
akuntansi selama suatu periode. File ini berisi semua informasi
tentang setiap transaksi.
5. Jurnal Akuisisi atau Listing, jurnal tersebut mengidentifikasi
apakah akuisisi dilakukan secara tunai atau dengan piutang
usaha. Jurnal atau listing dapat mencakup periode selama
sebulan. Transaksi dicatat ke buku besar, ke file induk utang
usaha.
6. File Induk Utang Usaha, file induk utang usaha mencatat
transaksi akuisisi, pengeluaran kasm serta retut dan pengurangan
akuisisi untuk setiap vendor. File induk ini diperbaharui dari file
transaksi akuisisi, retur dan penguranga, serta pengeluaran kas
yang terkomputerisasi.
7. Neraca Saldo Utang Usaha, mencantumkan jumlah yang
terutang kepada setiap vendor atau dari setiap faktura tau
voucher pada suatu titik waktu. Neraca tersebut dibuat secara
langsung dari file induk utang usaha.
8. Laporan Vendor, adalah dokumen yang disiapkan setiap bulan
oleh vendor dan menunjukkan saldo awal, akuisisi, retur dan
pengurangan, pembayaran kepada vendor, dan saldo akhir.

7
B.4 Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas

Pembayaran atas pembelian barang dan jasa merupakan aktifitas


yang signifikan bagi semua entitas. Aktifitas tersebut secara langsung
akan mengurangi saldo akun kewajiban, terutama utang usaha. Dokumen
yang terkait termasuk:

1. Cek. Umumnya digunakan untuk membayar akuisisi Ketika


pembayaran sudah jatuh tempo. Sebagian besar perusahaan
menggunakan cek yang dibuat melalui computer berdasarkan
informasi yang tercantum dalam file transaksi akuisisi pada saat
barang dan jasa diterima.
2. File Transaksi Pengeluaran Kas, adalah file yang dibuat dengan
computer yang mencantumkan semua transaksi pengeluaran kas
yang diproses oleh system akuntansi selama masa periode. File ini
berisi jenis informasi yang sama seperti dibahas untuk file transaksi
akuisisi.
3. Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas, adalah laporan yang dibuat dari
file transaksi pengeluaran kas yang mencantumkan semua transaksi
selama setiap periode waktu. Transaksi yang sama, termasuk semua
informasi yang relevan, akan dicantumkan dalam file induk utang
usaha dan buku besar umum.

C. Bagaimana E-Commerce Mempengaruhi Siklus Akuisisi dan


Pembayaran

Tujuan perusahaan menggunakan internet dan e-commerce untuk


merampingkan proses akuisisi barang dan jasa serta proses lainnya seputar
manajemen manta rantai suplai. Informasi mengenai produk, penetapan
harga, skedul pengiriman, dan syarat lainnya telah tersedia di internet melalui
website vendor dan database yang dapat diakses dengan mudah lainnya.
Beberapa perusahaan menggunakan ekstranet, yang merupakan jaringan kerja
pribadi yang dibangun atas dasar teknologi internet, yang memungkinkan

8
pemasok dan pelanggan bisnis mengkomunikasikan serta melakuka bisnis
secara langsung dalam setting yang aman.

Pengguna ekstranet dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan


bisnis dengan rekan bisnis yang jauh lokasinya, yang sebelumnya tidak
mungkin dilakukan. Perusahan lainnya menggunakan lelang business-to-
business yang diselenggarakan internet untuk menegosiasikan pembelian
perlengkapan dan jasa yang diperlukan dalam lelang terbuka. Banyak yang
berpendapat bahwa pengguanaan internet untuk memperoleh barang dan jasa
menimbulkan efisiensi pasar dan harga yang lebih murah karena pasar online
akan memungkinkan jumlah pemasok dan pelanggan yang lebih besar untuk
menegosiasikan pembelian serta ppenjualan produk dan jasa.

D. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif atas Transaksi

Pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk siklus


akuisisi dan pembayaran dibagi ke dalam dua bidang, yaitu:

1. Pengujian akuisisi: memroses pesanan pembelian, menerima barang


dan jasa, serta mengakui kewajiban.
2. Pengujian pembayaran, meliputi proses bisnis: memroses dan mecatat
pengeluaran kas.

Gambar 14-2 mengilustrasikan metodologi untuk memahami pengendalian


internal dan merancang pengujian pengendalian serta pengujian substantif
atas transaksi penjualan.

9
*Luas pengujian pengendalian ditentukan oleh ketergantungan yang
direncanakan pada pengendalian. Bagi perusahaan publik, pengujian harus
mencukupi untuk menerbitkan opini tentang pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan.

D.1 Memahami Pengendlian Internal-Penjualan


Dengan menggunakan salah satu pendekatan umum untuk penjualan,
auditor mempelajari bagan arus klien, menyiapkan kuesioner tentang
pengendalian internal dan melaksanakan pengujian penjualan
walkthrough.
D.2 Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan-Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami
pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian, terdapat empat
langkah yang penting dalam penilaian ini, yaitu:
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko
pengendalian

10
b. Audtor harus mengidentifikasi pengendalian internal utama dan
kelemahannya bagi penjualan
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahnnya, audtor
mengaitkannya dengan tujuan
d. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan

Selanjutnya menguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan.


Pengetahuan mengenai aktivitas pengendalian tersebut sangat membantu
dalam mengidentifikasi pengendalian kunci beserta kelemahannya bagi
penjualan. Pengendalian kunci terdiri dari:

a. Pemisahan tugas yang memadai


b. Otorisasi yang tepat
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Dokumen yang telah dipranomori
e. Laporan bulanan
f. Prosedur verifikasi internal
D.3 Menentukan Luas Pengujian Pengendalian
Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal utama dan
kelemahannya, mereka mulai menilai risiko pengendalian. Untuk audit
perusahaan publik, auditor harus melaksanakan pengujian yang ekstensif
atas pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak kelemahannya
terhadap laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Luas pengujian pengendalian dalam audit perusahaan
nonpublik tergantung pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana
auditor yakin bahwa pengujian tersebut dapat diandalkan untuk
mengurangi risiko pengendalian.
D.4 Merancang Pengujian Pengendalian Untuk Penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian
pengendalian harus dirancang untuk memverifikasi keefektifannya.
Dalam sebagian besar audit, relatif mudah menentukan sifat pengujian

11
pengendalian dari sifat pengendalian tersebut. Sebagai contoh, jika
pengendalian internal adalah untuk menandatangani pesanan pelanggan
setelah kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk
memeriksa apakah pesanan pelanggan telah ditandatangani dengan benar.

E. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Utang


Usaha

Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran


umumnya mengalir melalui utang usaha, akun ini penting bagi audit atas
siklus akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban yang belum
dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa.

Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban


berbunga. Kewajiban akan dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban
itu diketahui dan terhutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup
pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang
kontrak, utang hipotik, atau uang obligasi.

Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi


terkait menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan
jika hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi
pengujian atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha
cenderung material bagi sebagian besar perusahaan, auditor hamper selalu
melaksanakan sejumlah pengujian atas rincian saldo.

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha


terdiri dari berikut:

E.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha


(Tahap I)
Fokus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas
manajemen mata rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan
dalam rancangan sistem yang digunakan untuk mengawali serta mencatat

12
aktifitas akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses
pembelian barang dan jasa telah mengubah semua aspek siklus akuntansi
dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan system tersebut
dapat menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat perubahan
system tersebut untuk mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan
pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi kemungkinan salah
saji yang material dalam utang usaha.
E.2 Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren (Tahap I)
Seperti halnya piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya
berjumlah besar dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relatif
mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu auditor
umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relatif tinggi
untuk utang usaha. Auditor sering menilai risiko inheren sebagai sedang
atau tinggi. Mereka peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan
kurang saji saldo akun.
E.3 Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap I
dan II)
Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko
inheren, auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman
terhadap pengendalian internal. Pengujian substantif bergantung pada
keefektifan relative pengendalian internal yang berhubungan dengan
utang usaha. Setelah menilai risiko pengendaliian, auditor merancang dan
melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi akuisisi dan pengeluaran kas.
E.4 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk
menentukan apakah saldo utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan
diungkapkan secara layak. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada

13
kewajiban. Penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban aktiva.
Ketika memverifikasi aktiva auditor menekankan lebih saji melalui
verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
dokumen pendukung. Auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan
aktiva mengalami kurang saji tetapi lebih memperhatikan lebih saji.
Karena lebih saji ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aktiva
atau kurang saji kewajiban, merupakan hal yang alami bagi akuntan
public untuk menekankan kedua salah saji tersebut.
Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang
diterapkan untuk memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga
dapat diterapkan pada kewajiban dengan tiga modifikasi kecil:
1) Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai
realisasi hanya dapat diterapkan pada aktiva.
2) Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterapkan
pada kewajiban. Untuk aktiva auditor menggunakan hak klien atas
penggunaan dan pelepasan aktiva, untuk kewajiban auditor
memperhatikan kewajiban klien atas pemabayaran kewajiban.
3) Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji
dan bukan lebih saji.
E.5 Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Utang
Usaha (Tahap III)
Prosedur audit actual yang digunakan auditor sangat bervariasi
tergantung pada sifat entitas, materialitas utang usaha, sifat dan
efektivitas pengendalian internal, serta risiko inheren. Ketika
melaksanakan pengujian atas rincian saldo utang usaha dan akun
kewajban lainnya, auditor juga dapat mengumpulkan bukti mengenai
empat tujuan penyajian dan pengungkapan, terutama ketika
melaksanakan pengujian tujuan kelengkapan. Prosedur lain yang
berhubungan dengan tujuan penyajian dan pengungkapan dilakukan
sebagai bagian dari prosedur untuk menyelesaikan audit.

14
Prosedur Analitis untuk Siklus Akuisisi dan Pembayaran

PROSEDUR ANALITIS SALAH SAJI YANG MUNGKIN


Membandingkan saldo akun beban Salah saji utang usaha dan beban.
yang berhubungan dengan akuisisi
dengan tahun sebelumnya.
Mereview daftar utang usaha untuk Klasifikasi salah saji untuk kewajiban
melihat utang yang tidak biasa, nondagang.
nonvendor, dan utang berbunga.
Membandingkan utang usaha Akun yang tidak tercatat atau tidak
individual dengan tahun sebelumnya. ada, atau salah saji.
Menghitung rasio, seperti pembelian Akun yang tidak tercatat atau tidak
dibagi dengan utang usaha, dan utang ada, atau salah saji.
usaha dibagi dengan kewajiban
lancer.

Pengujian Kewajiban Setelah Periode

Karena menekankan pada kurang saji dalam akun kewajiban, pengujian


kewajiban setelah periode (out-of-period liabilities test) merupakan hal yang
penting bagi utang usaha. Luas pengujian untuk mengungkapkan utang usaha
yang belum tercatat, sering disebut pencarian utang usaha yang belum
tercatat, sangat tergantung pada penilaian risiko pengendalian dan
materialitas saldo akun yang potensial. Prosedur audit yang sama duginakan
untuk mengungkapkan utang yang belum tercatat dapat diterapkan pada
tujuan keakuratan. Berikut adalah prosedur audit yang umum:

a. Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya.


Auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran
kas setelah tanggal neraca guna menentukan apakah pengeluaran kas
dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika memang untuk
kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo

15
utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah
dilakukan.
b. Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum
dibayar beberapa minggu setelah akhir tahun.
Auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti
sebelumnya dan untuk tujuan yang sama.prosedur ini berbeda karena
dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir
pekerjaan lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar.
c. Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir tahun ke
faktur vendor terkait.
Semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode
akuntansi harus dicantumkan sebagai utang usaha.
d. Menelusuri laporan vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke
neraca saldo utang usaha.
Jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat
menelusuri setiap laporan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada
tanggal neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah
dicantumkan sebagai utang usaha.
e. Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis.
Walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang
begitu umum ketimbang untuk piutang usaha, auditor kadang-kadang
menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus dari daftar utang
usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang salah saji.
f. Pengujian pisah batas (cutoff tests).
Utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang
dicatat bebrapa hari  sebelum dan setelah tanggal neraca dicantumkan
pada periode yang benar. Lima pengujian audit kewajiban setelah periode
yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan pengujian pisah batas
untuk akuisisi tapi menekankan pada kurang saji.

16
g. Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan.
Dalam menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar,
sangatlah penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan  dengan
observasi fisik persediaan.
h. Perbedaan dalam perjalanan
Menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara
akuisisi persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin.
Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli ketika
persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau
sebelum tanggal neraca yang harus dimasukan dalam persediaan  dan
utang usaha pada akhir tahun. Jika akuisisi dilakukan atas dasar  FOB
origin,perusahaan harus mencatat persediaan dan utang yang terkait pada
periode berjalan jika pengiriman dilakukan pada atau setelah tanggal
neraca.
i. Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor.
Auditor harus membedakan antara faktur vendor dengan laporan
keuangan ketika memverivikasi jumlah yang terutang kepada vendor.
Auditor akan memperoleh bukti yang sangat handal mengenai setiap
transaksi ketika mereka memeriksa faktur faktur vendor dan dokumen
pendukung terkait setiap laporan  penerimaan dan pesanan pembelian.
j. Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi.
Perbedaan yang paling penting terletak pada sumber informasinya.
Laporan vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen)
tetapi berada ditangan klien pada saat auditor memeriksanya. Hal ini
memberikan klien kesempatan untuk mengubah laporan vendor untuk
menyimpan laporan tertentu dari auditor.

17
Ukuran Sampel

Pemahaman kita mengenai pengujian atas rincian saldo utang usaha


terutama berfokus pada prosedur audit yang umumnya dilakukan, dokumen
dan catatan yang diperiksa, serta penetapan waktu pengujian. Auditor juga
harus mempertimbangkan ukuran sampel ketika mengaudit utang usaha.

Ukuran sampel untuk pengujian utang usaha sangat bervaiasi, tergantung


pada faktor-faktor seperti materialitas utang usaha, jumlah utang yang
beredar, penilaian risiko pengendalian, dan hasil tahun sebelumnya. Jika
pengendalian internal klien lemah, ang bukan merupakan hal yang umum
untuk utang usaha, hamir semua item populasi harus divverifikasi. Pada
situasi lainnya, pengujian yang minimal mungkin sudah mencukupi.

Sampling statistic umumnya jarang digunakan dalam mengaudit utang


usaha ketimbang untuk piutang usaha.mendefinisikan populasi dan
menentukan ukuran populasi untuk utang usaha jauh lebih sulit. Karena
penekanannya diberikan pada utang usaha yang dihapus, auditor harus
berusaha memastikan bahwa populasi melibatkan semua utang yang
potensial.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arens. A.Alvin, et al., 2011, Auditing dan Jasa Asurance pendekatan terintegrasi, Buku
Dua, Edisi Indonesia, Alih bahasa: Herman Wibowo, Jakarta, Erlangga

https://www.studocu.com/id/document/universitas-budi-luhur/accounting/bab-19-
audit-siklus-akuisisi-dan-pembayaran/9111828

https://www.academia.edu/31571977/
METODOLOGI_UNTUK_MERANCANG_PENGUJIAN_ATAS_RINCIAN_S
ALDO_UTANG_USAHA

https://www.scribd.com/document/372551187/Metodologi-Untuk-Merancang-
Pengujian-Pengendalian-Dan-Pengujian-Substantif-Atas-Transaksi-Penjualan#

19

Anda mungkin juga menyukai