Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PASCA PANEN HASIL PERTANIAN

Acara 5

Sifat Termal Bahan Hasil Pertanian


diajukan guna memenuhi tugas matakuliah Teknik Pasca Panen Hasil Pertanian

Oleh
Kelompok A10
Dhinar Patliani Putri NIM 171710201006
Rahmad Dwi Putra NIM 171710201040
Dian Ravita Prillya Putri NIM 171710201086

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Pengamatan


Setelah dilakukan praktikum, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Hasil Pengukuran Suhu dan Panas Spesifik


Sifat Termal

Berat Panas Spesifik (c) (MJ/m3K)


Bahan
(g) Rata²
T Cp 1 T Cp 2 T Cp 3
T Cp
Apel 126.98 27,46 2.040 27,80 3.238 27,87 3.017 27,71 2.765
Timun 75.5 25,44 3.869 25,77 3.307 26,08 3.83 26,76 3.635
Jambu 84.6 27,58 3.878 27,65 3.538 27,73 4.186 27,65 4,000

Tabel 1.2 Data Hasil Pengukuran Suhu dan Difusivitas Panas


Sifat Termal

Berat Difusivitas Panas (d) (m2/s)


Bahan
(g) Rata²
T Dp 1 T Dp 2 T Dp 3
T Dp
Apel 126.98 27,46 0.152 27,80 0.104 27,87 0.146 27,71 0.134
Timun 75.5 25,44 0.14 25,77 0.137 26,08 0.137 25,76 0.138
Jambu 84.6 27,58 0.142 27,65 0.148 27,73 0.141 27,65 0.143

Tabel 1.3 Data Hasil Pengukuran Konduktivitas dan Suhu Termal


Sifat Termal

Sifat Konduktivitas Panas (K) (m2/s)


Bahan
Viskositas Rata²
T Dp 1 T Dp 2 T Dp 3
T Dp
Apel 27,46 0.152 27,80 0.104 27,87 0.146 27,71 0.134
Timun Sedang 25,44 0.14 25,77 0.137 26,08 0.137 25,76 0.138
Jambu Rendah 27,58 0.142 27,65 0.148 27,73 0.141 27,65 0.143
3

1.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum sifat termal bahan hasil pertanian dapat
diketahui hasilnya seperti yang terdapat pada tabel.Alat yang digunakan yaitu
KD2 Pro Thermal Properties Analyzer. Sifat termal merupakan sifat yang
menunjukkan respon bahan terhadap panas yang diterima suatu bahan. KD2 Pro
Thermal memiliki tiga sensor. Sensor tersebut mampu mengukur konduktivitas
termal, difusivitas termal dan panas spesifik. Selain itu, alat tersebut juga
memiliki sensor untuk beberapa jenis bahan termal seperti KS-1 untuk mengukur
viskositas bahan cair, SH-1 untuk mengukur viskositas buah-buahan dan TR-1
untuk mengukur viskositas tanah Maka pada buah jambu, apel, timun
menggunakan pengukuran SH-1 sedangkan minyak, sirup, kecap menggunakan
pengukuran KS-1. Manfaat dari pengukuran sifat termal bahan hasil pertanian
antara lain untuk mengetahui nilai dari beberapa sifat termal beragam bahan hasil
pertanian dan mengevaluasi sifat termal bahan hasil pertanian berdasarkan
fisiknya.
1.2.1 Hubungan Berat dengan Panas Spesifik

Panas Spesifik
5
Panas
0 Series1
0 50 100 150
Berat

Gambar 1.1 Hubungan Massa dengan Panas Spesifik


Pada gambar 1.1 diketahui bahwa nilai rata-rata panas spesifik pada 3
buah yaitu jambu dengan berat 84,6 g memiliki nilai panas spesifik terbesar yaitu
4 MJ/m3K; timun dengan berat 75,5 g memiliki nilai panas spesifik 3,635
MJ/m3K; dan apel dengan berat 126,98 g memiliki nilai panas spesifik terendah
yaitu 2,765 MJ/m3K. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
hubungan berat dengan panas spesifik adalah berbanding terbalik karena semakin
berat benda bahan pangan maka semakin kecil nilai panas spesifiknya.
Panas spesifik dapat didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan
oleh satu satuan berat bahan untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat.
Pengetahuan tentang panas spesifik sangat diperlukan untuk perhitungan proses-
proses pemanasan atau pendinginan pada berbagai bahan hasil pertanian. Apabila
wujud dari bahan pangan mengalami perubahan, maka nilai dari variabel panas
spesifik harus dimasukkan dalam perhitungan beban panas. Fungsinya untuk
menghitung proses pemanasan dan pendinginan. Manfaatnya untuk mengetahui
kadar air, tekanan dan suhu.( Manalu et al.,2012)

1.2.2 Hubungan Berat dengan Difusivitas Panas

Difusifitas Panas
0.15
Difusifitas 0.14
0.13
0 50 100 150 Series1

Berat

Gambar 1.2 Hubungan Massa dengan Difusivitas Panas


Pada gambar 1.2 diketahui bahwa nilai rata-rata difusivitas panas pada 3
buah yaitu jambu seberat 84,6 g dengan suhu 27,65oC memiliki nilai difusivitas
rata-rata 0,143; apel seberat 126,98g dengan suhu 27,71oC memiliki nilai
difusivitas 0,134; dan timun seberat 75,7 g dengan suhu 25,76oC memiliki nilai
difusivitas rata-rata 0,15. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan
massa dengan difusivitas panas bersifat fluktuatif karena apel yang bermassa
paling tinggi memiliki nilai difusivitas yang rendah sedangkan jambu yang
bermassa sedang memiliki nilai difusivitas tinggi.
Difusivitas panas merupakan rasio konduktivitas panas terhadap panas
jenis dan densitas. Selain itu difusivitas panas dapat diartikan sebagai laju ketika
panas terdifusi keluar dari bahan. Fungsi difusivitas panas yaitu digunakan untuk
menentukan laju aliran energi panas di dalam bahan hasil pertanian sehingga
5

dapat menentukan waktu yang optimum dalam proses pengolahan, pengeringan,


destilasi dan absorbs. Manfaat dari difusivitas untuk menghindari kerusakan
bahan dan dapat menghemat energy (Manalu et al, 2012).

1.2.3 Hubungan Viskositas Bahan Cair dengan Konduktivitas Panas

Konduktivitas Panas
0.5
Konduktivitas

0
Konduktivitas Panas
Sirup (Rendah) Susu (Sedang) Kecap (Tinggi)
Viskositas Bahan

Gambar 1.3 Hubungan Viskositas Bahan Cair dengan Konduktivitas Panas


Pada tabel 1.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata konduktivitas panas
bahan cair yaitu minyak dengan viskositas rendah, sirup dengan viskositas sedang,
dan kecap dengan viskositas tinggi. Seharusnya yang terjadi adalah semakin
kental bahan pangan cair yang diuji maka semakin besar nilai konduktivitas
panasnya hal itu dikarnakan perpindahan panas secara konduksi lebih cepat terjadi
pada bahan yang kental. Namun kenyataannya dari data tersebut menunjukkan
bahwa hubungan viskositas bahan dengan sifat termal menunjukkan data
fluktuatif. Sirup dengan nilai viskositas rendah memiliki nilai konduktivitas yang
rendah yaitu 0,05 W/mK, sedangkan kecap dengan nilai viskositas tinggi memiliki
nilai konduktivitas yang tinggi pula yaitu 0,38 W/mK.
Nilai viskositas yang berbeda serta suhu dapat mempengaruhi nilai
konduktivitas suatu bahan. Konduktivitas panas adalah proses perpindahan panas
secara konduksi atau besarnya laju perpindahan panas tiap satuan waktu dalam
suatu unit operasi. Fungsinya untuk menduga perubahan konduktivitas termal dan
melihat perubahan bahan pertanian yang terjadi. Variasi nilai konduktivitas panas
bahan hayati lebih besar dibandingkan bahan non-hayati. Pada pengolahan bahan
hasil pertanian konduktivitas panas berperan penting dalam penyimpanan biji-
bijian ataupun pendinginan. Manfaatnya untuk mengetahui kadar air yang
terkandung dalam bahan hasil pertanian (Jassin, tanpa tahun).
BAB 2. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat diambil
kesimuplan. Hubungan antara berat bahan dengan sifat termal dipengaruhi oleh
suhu. Hubungan antara berat dengan panas spesifik berbanding terbalik karena
semakin besar berat buah maka semakin kecil panas spesifiknya. Hubungan antara
viskositas dengan konduktivitas panas berbanding lurus. Nilai rat-rata panas
spesifik tertinggi terdapat pada bahan bahan jambu dengan nilai 4,0 MJ/m3K
sedangkan nilai terendah terdapat pada bahan apel dengan nilai 2,765 MJ/m3K.
Nilai rata-rata difusivitas panas tertinggi terdapat pada bahan jambu dengan nilai
0,143 mm2/s sedangkan nilai terendah terdapat pada bahan panas dengan nilai
0,134 mm2/s. Nilai rata-rata konduktivitas panas tertinggi terdapat pada bahan
kecap dengan nilai 0,38 W/mK sedangkan nilai terendah terdapat pada bahan
sirup dengan nilai 0,05 W/mK
7

LAMPIRAN

1. Alat KD2 Pro Thermal Properties Analyzer

2. Bahan

Anda mungkin juga menyukai