Anda di halaman 1dari 2

Dosen Ilmu Komunikasi Unand Tegaskan Pentingnya Watchdog Journalism untuk Pers

Mahasiswa

"Watchdog journalism dapat menjadi salah satu cara dalam menjalankan fungsi kontrol
sosial dalam pers." Ujar Rinaldi saat menyampaikan materi diskusi Watchdog Journalism
kepada Pers Mahasiswa Genta Andalas.

Menurut Rinaldi, watchdog journalism diibaratkan sebagai anjing penjaga. "Anjing penjaga
kalau ada yang janggal pasti akan menggonggong, begitu juga dengan pers. Jika ada yang
janggal, maka media harus berani bersuara," ungkap dosen konsentrasi jurnalistik tersebut.

Diskusi tentang Pemahaman Watchdog Journalism untuk Pers Mahasiswa dilaksanakan


dalam rangka pengabdian masyarakat berbasis dosen. Diskusi tersebut, dihadiri oleh tiga
orang dosen Ilmu Komunikasi, Diego, MA Dalmenda dan Rinaldi serta 11 orang pengurus
Genta Andalas.

Menurut Rinaldi pers harus bisa mengkritik kebijakan dan kejanggalan untuk menjalankan
fungsi kontrol sosial yang tercantum dalam UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.
Terutama pers mahasiswa.

"Pers mahasiswa kan belum ada terlibat kepentingan politik ekonomi media, jadi masih bisa
menjalankan idealismenya. Beda kalau di media sudah pasti diatur oleh pemilik medianya.
Makanya Genta harus bisa nih, mengkritisi kebijakan kampus." Ujarnya.

Pada diskusi tersebut, Rinaldi menegaskan pentingnya sikap kritis dan skeptis ketika turun
ke lapangan.

Selain harus mengembangkan sikap kritis, menurut Dalmenda menambahkan pers harus
memiliki bekal dan kreativitas dalam menghadapi berbagai tantangan saat menemui
narasumber.

"Kreativitas itu yang penting dalam peliputan. Jika narasumber terkesan menghindar, dan
enggan bicara lemparkan argumen yang kuat agar narasumber mau buka suara," ujarnya.

Beberapa mahasiswa Genta Andalas melemparkan pertanyaan tentang tantangan yang


mereka hadapi di lapangan.

"Ketika kami meliput, terkadang narasumber ini terkesan enggan bicara dan berkomentar."
Ujar Kerin.

Hal senada juga diungkapkan Haura, salah satu pengurus Genta Andalas.
"Waktu diminta data, narasumber selalu beralasan ada kesibukan. Kesannya menghindar,
tapi tidak mungkin kami tulis menghindar, karena narasumbernya memang punya alasan
berhalangan." Katanya.
Dalmenda memberikan tanggapan bahwa diamnya narasumber bisa dijadikan berita untuk
ditulis.
"Kalau narasumber menolak, atau berhalangan, itu bisa ditulis. Apalagi kalau sampai
menolak berbicara padahal itu bidangnya, bisa jadi judul itu." Ujar mantan produser Antara
TV tersebut.

Anda mungkin juga menyukai