Anda di halaman 1dari 89

DANIEL RUSYAD

ILMU DAKWAH:
SUATU PENGANTAR

el Abqarie
Bandung
el Abqarie Digital
Issued Jan 2021

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | i


DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. iii


BAB I. PENGERTIAN DAKWAH
Definisi Dakwah ……………………………….…………………………….. 1
Konsep-konsep Padanan Dakwah …………………………………………….. 4
Manusia dan Kebutuhan Dakwah …………………………………………….. 8
Urgensi Dakwah Masa Kini …………………………………………….. 9
Tujuan Dakwah ……………………………………………………………… 11

BAB II. UNSUR-UNSUR POKOK DAKWAH


Islam sebagai Tema Dakwah ……………………………………………… 24
 Tauhid ……………………………………………………………………….. 28
 Syariah ……………………………………………………………………….. 33
 Akhlak ……………………………………………………………………….. 36
 Kisah-kisah dalam Al Quran ……………………………………………….... 38
Keunggulan Risalah Islam ………………………………………………. 39
Ragam Topik Dakwah ………………………………………………. 41
Pendakwah (Da'i) ………………………………………………. 56
Sasaran Dakwah (Mad'u) ………………………………………………. 64
Metode (Manahij) Dakwah ………………………………………………. 67
Teknik Retorika (Asalib) Dakwah ………………………………………………. 70
Media (Wasail) Dakwah ………………………………………………. 72
BAB III. FAKTOR-FAKTOR EKSELEN DA’I
Bekal Ilmu ……………………………………………………………….. 76
Hikmah ……………………………………………………………….. 76
Pengendalian Diri ……………………………………………………………….. 77
Cermat dan Ketelitian ……………………………………………………………….. 78
Keramahan dan Kemudahan ……………………………………………………….. 79
Sabar yang Indah ……………………………………………………………….. 79
Ketulusan dalam Kebenaran ……………………………………………………….. 80
Teladan yang Baik ……………………………………………………………….. 81
Akhlak Mulia ……………………………………………………………….. 80
Karakteristik Dakwah Efektif ……………………………………………………….. 80
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 84
PENULIS ……………………………………………………………….. 85

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | ii


PENDAHULUAN
Alhamdulillahi wa kafaa, wasshalatu wassalaamu 'alaa rasulihil musthafaa, wa‘ala
alihi wa ashhaabihi ahlisshidqi wal wafaa, Amma ba'du.
Diriwayatkan Al Bukhari dari Ibnu Umar Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda, "Sungguh dari jenis pohon, ada pohon yang tak berguguran daunnya, dan ia
laksana orang beriman, katakanlah padaku pohon apakah itu?", orang-orang mengira
itu adalah pohon yang ada di lembah, dan aku mengira itu adalah pohon kurma, namun
aku malu (mengatakannya - Ibnu Umar masih sangat junior pada saat itu), kemudian
mereka berkata, beritahukanlah pada kami wahai Rasulullah, Rasulullah Saw
menjawab, "ia adalah Pohon Kurma,". Dr Ahmad Syalabie berkata, kurma itu tak
melepaskan daunnya, sebagaimana orang beriman tak pernah menanggalkan misi
dakwah dari dirinya.

Nabi ‫ ﷺ‬diutus sebagai rahmat bagi semesta, karenanya cahaya dakwah haruslah
menerangi segenap jiwa di dunia. Buah manis dakwah tampak pada tegaknya keadilan,
tersemainya kebajikan dan tenggelamnya kebathilan. Dakwah merajut persatuan
ummat manusia di bawah simpul ikatan (aqidah) yang suci, tak ada Tuhan yang patut
disembah selain Allah, Sang Pencipta yang syariat-Nya merupakan bentuk cinta-Nya
yang Maha Sempurna.
Dakwah merupakan kemuliaan, karena dengannya seseorang melibatkan diri
pada tersemainya cahaya rabbani di jagad raya. Pendakwah sejatinya merupakan para
pewaris misi para Nabi yang mulia. Lisan, tangan dan akhlak mereka adalah teladan
yang membumikan nilai-nilai Al Quran di persada alam. Karena itu, pekerjaan dakwah
memerlukan bekal ilmu dan keterampilan yang dipandu nilai-nilai wahyu.

Buku ini mencoba memotret dakwah dari pelbagai sisi sebagai catatan kecil bagi
mereka yang mendedikasikan diri sebagai thaifah yang mengingatkan kaumnya apabila
mereka kembali untuk senantiasa menjaga diri.

‫ِين َو ِلي ُنذ ُِروا قَو َمهُم ِإذَا‬ َ ‫۞ َو َما كَانَ ٱل ُمؤ ِمنُو َن ِليَن ِف ُروا َكآفَّة فَلَو َل نَفَ َر مِن كُ ِل فِرقَة مِنهُم‬
ِ ‫طا ٓ ِئفَة ِل َيتَفَقَّهُوا فِي ٱلد‬
َ‫َر َجع ُٓوا إِلَي ِهم لَعَلَّهُم َيحذَ ُرون‬
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya." QS. At-
Tawbah (9):122

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | iii


BAB I. PENGERTIAN DAKWAH

A. Definisi Dakwah

Dakwah secara etimologis memiliki akar kata yang sama dengan du'a, diambil
dari fi'il tsulatsi "da'a - yad'u" yang bermakna memanggil atau menyeru, seperti kalimat
"da'a arrojulu da'wan" (seseorang telah menyeru atau memanggil), bentuk abstrak dari
kata kerja "da'a" yaitu da'wah berarti panggilan atau seruan, pelakunya disebut "da'i"
atau "daiyah" (penyeru) dengan bentuk jamak "du'at" (para penyeru).

Terdapat beberapa termin yang menjadi padanan kata dakwah, diantaranya an-
nida' (seruan), at-thalab (permohonan), an-nashihah (nasehat), at-tabligh
(penyampaian), al-hats (perintah), al-istimalah (bujukan), al-irsyad (bimbingan), at-
tarbiyah (pendidikan) dan at-ta'lim (pengajaran).

Dakwah secara terminologis dapat dimaknai sebagai seruan kepada seseorang


atau sekelompok manusia untuk mengimani suatu perkara, disertai perintah untuk
melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan atas perkara tersebut. Di dalam Islam,
dakwah secara umum dimaknai di dalam dua kerangka konseptual. Pertama, dakwah
dipahami sebagai Islam itu sendiri, atau dakwah sebagai risalah Islam. Pandangan ini
sejalan dengan gagasan bahwa dakwah terlahir di saat lahirnya aqidah, dan terlahir
bersama keduanya ibadah, akhlak dan nilai-nilai masyarakat yang luhur (Ghazali:
1995). Kedua, dakwah dimaknai sebagai tindakan atau aktivitas penyebaran Islam dan
penyampaian risalah.

Sehubungan dengan pengertian dalam konsep pertama (dakwah sebagai risalah


Islam) tergambarkan dalam beberapa definisi sebagai berikut; Bahwa Islam pada
intinya adalah dien yang diturunkan kepada para Nabi seluruhnya, yang disempurnakan
pada risalah Muhammad Saw sebagai penutup para Nabi, secara paripurna, untuk
kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Dikatakan bahwa Islam merupakan dien yang

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 1


diridhai Allah SWT bagi alam semesta; yang memberdayakan bagi
keberlangsungannya, memfasilitasi kebutuhan manusia, memenuhi hak-hak mereka,
mengurus urusan mereka, melindungi persatuan mereka, menghormati kemanusiaan
mereka, dan menyebarkan kebenaran dan keadilan di antara mereka.

Dikatakan, bahwa Islam merupakan rambu-rambu paripurna bagi perilaku


manusia, termasuk didalamnya penetapan hak dan kewajiban. Dan diatas itu, Islam
merupakan pengakuan akan keberadaan Sang Pencipta, dan perintah kebajikan bagi
seluruh makhluk-Nya. (Rawiy: 1965). Bahwa Islam adalah seruan kebenaran bagi
semesta alam, ajakan untuk bertauhid (mengesakan) Tuhan dalam beribadah, tulus
ikhlas tanpa menyekutukannya dengan mengikuti ajaran yang Tuhan kehendaki (yaitu
Islam) tanpa mengada-ada atau membuat ajaran baru (perilaku bid'ah). (Su'ud: 1992)

Sedangkan pengertian kedua, dakwah sebagai tindakan (amaliyah)


menyampaikan dan menyebarkan ajaran Islam. Dakwah kepada Allah, menurut Ibn
Taimiyah, merupakan dakwah untuk beriman kepada-Nya dan pada ajaran yang
dibawa oleh para rasul-Nya dengan mengindahkan apa yang mereka sampaikan,
menaati seruan mereka. Demikian, dakwah meliputi seruan pada dua kalimat syahadat,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan dan ibadah haji. Dakwah juga
seruan untuk beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan para utusan-
Nya, hari kebangkitan serta qadha dan qadar. Dakwah menuntut sikap ihsan, yaitu
seseorang menyembah Tuhan seakan-akan ia melihatnya, jika tidak maka ia meyakini
bahwa Tuhannya adalah Maha Melihat. Zaydan (2002) menyederhanakan definisi
tersebut bahwa "Islam sebagai mawdu' dakwah terdiri dari dua kalimat Syahadat dan
amal shaleh".

Dikatakan bahwa dakwah merupakan penyampaian (tabligh) Islam kepada


manusia, pengajaran (ta'lim) nilai-nilai Islam kepada mereka, disertai implementasi
(tathbiq) nya dalam konteks kehidupan. (Bayanouni: 1995). Dikatakan pula bahwa
dakwah adalah perintah (al hitsu) untuk berbuat kebajikan dan menjauhi kemungkaran

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 2


(amar makruf nahi munkar), mencintai kebijaksanaan dan menghindari sikap-sikap dan
perilaku tercela. (Khatib: 1981).

Dakwah juga dipahami sebagai seruan kepada tauhid, berikrar dengan dua
kalimat syahadat dan membumikan manhaj Allah (yaitu Islam) dalam ucapan dan
perbuatan sebagaimana dipesankan dalam Al Qur'an dan Sunnah, agar dien kembali
pada Yang Maha Memiliki, yaitu Allah SWT. (Wa'ie: 1986). Dan dikatakan bahwa
dakwah adalah kewajiban bagi mereka untuk mengajak keluarganya juga menyeru
pada manusia seluruhnya, di setiap waktu dan tempat, untuk mengikuti jejak Rasulullah
dan menjumput hikmah (dari jejak-jejak tersebut) dalam ucapan, perbuatan dan
perilaku sehari-hari. (Muhammad: 1985).

Dakwah, menurut Abdurrahman Habnakah merupakan ajakan (at thalab)


sekaligus perintah untuk beriman pada ajaran Islam dalam sebagai keyakinan, ucapan
dan perbuatan secara lahir dan batin (Maidani: 1996). Dakwah juga dikatakan sebagai
ajakan ke dalam Islam, di setiap tempat dan zaman, melalui metode dan media yang
sesuai dengan ihwal target dakwah (mad'uwin). (Mursyid: 1989).

Dikatakan bahwa dakwah merupakan seni yang membahas mengenai metodologi


yang relevan dan efektif dalam menarik minat manusia ke dalam Islam serta menjaga
agama mereka melalui perantaraannya (Syadzili: 1996) Dakwah dikatakan sebagai
upaya menyelamatkan manusia dari kesesatan atau keburukan yang menimpa mereka,
dan mengingatan mereka dari suatu perkara yang dapat menimbulkan malapetaka atas
mereka (Hussein: 1965).

Dikatakan bahwa dakwah adalah tindakan (amaliyah) menghidupkan suatu


aturan, yang dengannya bertujuan untuk memindahkan ummat dari satu "samudera" ke
"samudera" lainnya. (Syalabie: 1982). Dikatakan juga bahwa dakwah adalah amal
seorang da'i atau daiyah yang kompeten dalam menyampaikan dien Islam kepada
segenap manusia, melalui pendekatan yang benar, sesuai dengan kategori mad'uwin

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 3


dengan mempertimbangkan hal ihwal mereka di setiap waktu dan tempat. (Maghdzawi:
2016).

Definisi dakwah yang beragam tidak berarti menafikan satu sama lain, tidak pula
menjadi indikasi kontradiksi di antara pengertian dakwah. Perbedaan tersebut
hendaknya dipahami sebagai kategorisasi, bahwa teori dakwah memiliki dimensi dan
fokus kajian dakwah yang dititikberatkan secara beragam antara satu dan lainnya.

Adapun definisi dakwah yang digunakan dalam buku ini lebih condong pada
perspektif kedua, yakni dakwah sebagai tindakan (amaliyah) penyampaian dan
penyebaran Islam, dengan memandangnya sebagai ilmu dan seni tablighul Islam
kepada manusia, pengajaran (ta'lim) nilai-nilai Islam kepada mereka, disertai
implementasi (tathbiq) nya dalam konteks kehidupan. (Bayanouni: 1995).

B. Konsep-konsep Padanan Dakwah1

Dakwah memiliki beberapa padanan kata di dalam Al-Quran, diantaranya


tabligh, tadzkir, nashihah, irsyad serta amar ma’ruf dan nahi munkar.

 Tabligh

Termin "Tabligh" merupakan kb. abstrak dari verba "ballagha" yang berarti
"menyampaikan". Disabdakan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dalam sebuah hadist shahih, "ballighuu
'annii walaw aayatan" (sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat), juga
disabdakan Nabi di dalam Khutbatul Wada', "Fal-yuballighis syaahid al ghaaiba, rubba
muballigin aw'a min saami'in" (hendaknya mereka yang hadir menyampaikan pesan ini
kepada yang tidak hadir, betapa banyak orang yang menyampaikan (muballigh) itu
menjadi lebih memahami dari mereka yang hanya mendengarkan). Masih dalam

1
Diadaptasi dari buku Fiqhud Da’wah ilallah karya Syaikh Abdurrahman Habnakah Al
Maidani

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 4


Kotbah Perpisahan tersebut, Nabi ‫ ﷺ‬mengakhiri pesannya dengan kalimat tanya pada
144.000 jemaah yang ikut menyimak, "Alaa hal ballaghtu?" (Bukankah telah aku
sampaikan?) Kalimat tersebut diucapkan berulang kali, dan dengan riuh para hadirin
menjawabnya berulang kali dengan ucapan "balaa, syahidnaa" (benar, kami adalah
saksi atasnya), Nabi ‫ ﷺ‬bersabda "Allahumma fasyhad" yang berarti "Ya Allah, maka
saksikanlah (kesaksian ummatku)." Demikian tabligh menjadi satu dari empat sifat
wajib yang melekat pada Nabi ‫ﷺ‬, selain Sidiq, Amanah dan Fathonah.

 Tadzkiir

Kata "insan" atau "manusia" memiliki akar yang sama dengan nisyan, keduanya
berasal dari fiil tsulatsi "nasiya-yansa" yang berarti lupa. Tak heran manusia sering kali
dihinggapi lupa. Lupa kadang menyebabkan problematika, bahkan petaka. Lupa
mematikan gas misalnya, dapat menyebabkan kebakaran. Lupa menginjak rem mobil,
dapat membayakan penumpang atau pengendara lain. Lupa diri dan lupa tujuan hidup,
menyebabkan kegamangan jiwa. Lupa Tuhan, menjerumuskan pada maksiat dan
kekufuran. Dari sudut pandang tersebut, maka manusia membutuhkan tadzkiir, untuk
diingatkan dan saling mengingatkan.

Tadzkiir merupakan kb. abstrak dari verba "dzakkara-yudzakkiru" yang berarti


"mengingatkan". Jika tabligh ditujukan, misalnya pada seseorang yang belum diterpa
pesan, belum sampai padanya informasi, tidak hadir, atau mungkin belum pernah
dijumpai dai. Maka tadzkiir ditujukan pada orang yang pernah sampai padanya
dakwah, mereka yang mungkin lupa atau belum menjawab panggilan iman, dalam
rangka mengingatkan, memperteguh dan meyakinkan pilihan hidayah. Tadzkiir juga
upaya untuk mengingatkan ummat kepada Rabb mereka, bahwa dengan selalu
mengingat Allah (dzikrullah) hati manusia menjadi damai dan tentram. Bahwa mereka
yang selalu mengingat Tuhan dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring adalah tanda
dari Ulil Albaab.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 5


Dalam upaya tadzkiir, seorang da'i menyampaikan peringatan -dalam bahasa
Arab disebut dengan tadzkirah. Adapun Tadzkirah (Peringatan) merupakan nama lain
dari Al Qur'an Al Karim, sebagaimana ditemukan dalam QS. Al Muddatsir: 49, QS.
Thaha: 3, dan Al Haqqah: 48. Dikatakan demikian, karena dengan membaca Al Qur'an
dan mengulang bacaannya, seseorang diingatkan dengan ajaran dan nilai-nilai dien
Islam, aqidah, syariat, ahkam, akhlaq serta perintah dan larangan Tuhan.

 Nasihat

Nashihah (nasehat) merupakan ucapan yang mengarah pada kebaikan orang yang
dinasehati. Termin nashihah berasal dari fiil tsulatsi "nashaha-yanshohu" yang diserap
ke dalam bahasa Indonesia dengan "menasehati". Dikatakan "nushhul insan lil insaan
bil bayaan" bahwa seseorang menasehati orang lain dengan ucapannya berarti
penasehat itu menunjukkan hal yang baik pada orang yang dinasehati, memotivasi dan
mendorongnya untuk bertindak sesuai dengan ucapannya. Nasehat mensyaratkan
ketulusan dan kemurnian niat dari orang yang mengucapkannya. Sebagaimana
dikatakan "nashaha al ma'dan" berarti emas itu alami -terbebas unsur yang tidak
diinginkan. Maka nasihat haruslah terbebas dari tipu daya atau tipuan yang berbungkus
kalimat bijak. Pemberi nasehat menguraikan kebaikan jika nasehatnya diikuti, atau
keburukan yang mungkin muncul jika nasehatnya diabaikan.

Nasehat memiliki posisi yang mulia di dalam Islam. Diriwayatkan Imam Muslim
dari Tamim bin Aus ad Dariy berkata, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Ad dien an nashihah
(agama adalah nasehat), Ad dien an nashihah, Ad dien an nashihah" (beliau ucapkan
tiga kali). Kami berkata, "Bagi siapa ya Rasulullah?" Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Bagi Allah,
kitab-kitab-Nya, rasul-Nya, bagi para pemimpin ummat Islam dan rakyatnya."
Dikatakan pula bahwa bai'at para sahabat kepada Nabi ‫ ﷺ‬didasari perintah untuk saling
menasehati. Diriwayatkan Imam Bukhari dari Jarir bin Abdullah berkata, "Saya telah
membai'at Nabi ‫ ﷺ‬di atas (perintah untuk) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
nasihat untuk setiap muslim".

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 6


Diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda,
"Sesungguhnya Allah meridhai bagi kalian tiga perkara: Kalian menyembah-Nya dan
tidak menyekutukan dengan selain-Nya, dan kalian berpegang teguh dengan tali Allah
dengan tidak bercerai berai, dan kalian menasehati siapa yang Allah titipi amanah
untuk mengurus kalian".

 Irsyad

Termin "Irsyad" merupakan kb abstrak dari verba "arsyada-yursyidu"yang


berarti memberi petunjuk. Irsyad juga merupakan sinonim hidayah. Dikatakan "irsyaad
ad dhall" berarti memberikan petunjuk bagi orang yang tersesat atau membukakan
hidayah baginya.

Buah dari Irsyad -plural, irsyadat- yaitu rasyaad atau rusyd yang dimaknai
sebagai pola pikir, sikap mental dan perilaku yang sesuai dengan kebenaran - yang
ditandai dengan sifat afdhal, lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih jauh dari madharat
yang mungkin timbul. Dikatakan rasyid -plural, rasyidun- jika seseorang diberikan
petunjuk (hidayah) terhadap kebenaran, sehingga pola pikir, sikap mental, akhlak dan
amal perbuatannya selalu afdhal dan lebih baik karena dilandasi nilai-nilai ilahi.

 Amar Ma'ruf Nahi Munkar

"Amar ma'ruf nahi munkar" secara etimologis berarti "menyuruh pada perkara
ma'ruf dan melarang perkara munkar". Ma'ruf -berasal dari kata 'urf- berarti yang
diketahui. Secara terminologis, ma'ruf adalah perkara yang diketahui kebaikan dan
keunggulannya. Dalam perspektif fikih, ma'ruf adalah segala sesuatu yang
diperintahkan Allah untuk dikerjakan, dalam bentuk kewajiban atau sunnah, atau
segala sesuatu yang tindakannya dianjurkan dalam Islam. Perkara dimaksud mencakup
segala sesuatu yang dipandang baik menurut akal sehat yang terbimbing wahyu. (al
uqul as saliimah as shahihah ar rasyiidah).

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 7


Di kutub lainnya, "munkar" merupakan sinonim dari "majhul" yang berarti tidak
diketahui. Secara terminologis berarti tidak diketahui manfaat atau faidah yang
terkandung di dalamnya. Dalam istilah fikih, munkar dapat dimaknai sebagai segala
sesuatu yang diharamkan oleh Allah swt, mencakup semua perkara yang tercela dalam
Islam. Segala perkara tercera dalam Islam meliputi hal-hal yang jelek menurut akal
sehat yang terbimbing wahyu.

Dari pengertian fikih tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa amar ma'ruf
nahi munkar ditujukan kepada sesama ummat Islam yang sama-sama mengetahui
perkara ma'ruf dan munkar. Namun demikian, amar ma'ruf nahi munkar juga dapat
dilakukan kepada orang-orang non muslim dengan penekanan nilai-nilai universal
terkait kebaikan dan keburukan suatu perkara yang ditemukan di tengah masyarakat.

C. Manusia dan Kebutuhan Dakwah2

Dakwah merupakan kebutuhan laten manusa karena berbagai alasan. Manusia


tak memiliki kemampuan untuk mencari hakikat kebenaran dengan hanya
mengandalkan potensi inderawi dan akal budi saja. Meski telah dibekali potensi
intelektual, manusia sering kali tak mampu untuk memilah kebenaran dan keburukan
(tamyiz al ma'ruf minal munkar). Akal budi manusia saja tak dapat secara independen
memahami hakikat dan kemashlahatan yang terbaik bagi dirinya, apalagi bagi ummat
manusia seluruhnya. Ketidakmampuan itu didasari banyak faktor, diantaranya bahwa
pada diri manusia juga terdapat naluri hewani, seperti hasrat seksual serta insting untuk
bertahan dan berkuasa.

2
Diadaptasi dari Ad Da'wah Ilal Ishlah oleh Muhammad Khadhr Husein, terbitan Al Mathba'ah
as Salafiya, Kairo, 1927

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 8


Dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan, manusia selalu
mempertimbangkan keuntungan, terutama keuntungan materil dan Lee kerugian yang
diperoleh. Pilihan manusia juga merupakan preferensi subjektif yang dipengaruhi
kerangka rujukan, ilmu dan pengalaman serta warna budaya dimana ia hidup. Walhasil,
seorang individu boleh jadi menganjurkan sesuatu yang dibenci oleh individu lainnya.

Di saat logika mengalami kebuntuan, hasrat seksual mendominasi, keserakahan


dan nafsu kekuasaan membuncah, kesombongan manusia semakin memuncak, amarah
menenggelamkan pikiran dan nurani, nilai-nilai budaya terus bergeser dan bergesekan,
disitulah risalah Tuhan diperlukan. Di sana terhampar hikmah di balik pentingnya
dakwah. Saat orang-orang yang terjebak dalam kejahilan, diajari. Orang-orang tersesat,
diberi petunjuk. Mereka terjerumus dalam dosa, disucikan bathinnya. Ketika manusia
goncang tak tahu arah, disampaikan pada mereka hikmah dan tujuan hidup yang hakiki.
Itu semua adalah nama lain daripada dakwah: pengajaran (ta'lim), memberi petunjuk
(irsyad atau hidayah), pensucian bathin (tazkiyah), counseling dengan cahaya wahyu
(hikmah), dengan itu semua manusia dapat menjadi makhluk yang rabbani. Manusia
yang hidup sesuai fitrah yang mulia dan keinginan Tuhannya.

D. Urgensi Dakwah Masa Kini3

Tujuan diwahyukannya Al Quran Al Karim kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah


sebagai kewajiban untuk mendakwahnya, sebagaimana firman Allah pada ayat-ayat
berikut:

۞ِ‫يزۚ ۡٱلحمِيد‬
ِۚ ‫ص َٰرطِۚۚ ۡٱلع ِز‬ ِۚ ‫ورۚبِإ ِ ۡذ‬
َٰۚ ‫نۚربِ ِهمۡۚۚإِل‬
ِ ۚ‫ى‬ ِۚ ُّ‫تۚإِلىۚٱلن‬ ۚ ‫۞ ا ٓلرۚۚك َِٰتبۚۚأنز ۡل َٰنهۚۚإِل ۡيكۚۚلِت ۡخ ِرجۚۚٱلنَّاسۚۚم‬
ُّ ۚ‫ِن‬
ِۚ ‫ٱلظل َٰم‬

3
Diadaptasi dari al Usus al Ilmiya li Manahij ad Da'wah oleh Abdurrahim al Maghdzawi,
terbitan Dar al Hadharah, Riyadh, 2010.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 9


"Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar
engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang
dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji."
(QS Ibrahim (14):01)

ۚ‫لۚيهۡ دِي‬
ۚ ۚۚ‫ٱّلل‬ ۚ ِ َّ‫صمكۚۚمِنۚۚٱلن‬
َّ ۚۚ‫اسۚ ِإ َّن‬ ِ ۡ‫ٱّللۚۚيع‬ ۚۡ ‫نزلۚۚ ِإل ۡيكۚۚمِنۚ َّر ِبكۚۚو ِإنۚلَّمۡۚۚت ۡفع‬
َّ ‫لۚفماۚبلَّ ۡغتۚۚ ِرسالت ۥۚهۚو‬ َّۚ ۚ‫۞ َٰيٓأيُّها‬
ِ ‫ٱلرسولۚۚبل ِۡۚغۚمۚا ٓۚأ‬
۞‫ۡٱلق ۡومۚۚ ۡٱل َٰكف ِِرين‬

"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS Al-Ma'idah (5): 67).

Adapun kelestarian dakwah di atas muka bumi ini merupakan kewajiban lainnya
sebagai bentuk ketaatan pada perintah Allah serta solusi atas kerusakan yang
ditimbulkan oleh tangan (perbuatan) manusia yang semakin nyata. Allah berfirman:

۞‫ص ۡلناۚلهمۚۚ ۡٱلق ۡولۚۚلعلَّهمۡۚۚيتذ َّكرون‬


َّ ‫۞ولق ۡۚدۚو‬

"Dan sungguh, Kami telah menyampaik-an perkataan ini (Al Qur'an) kepada mereka
agar mereka selalu mengingatnya. (QS Al Qashash (28):51)"

Dakwah menghadapi tantangan yang semakin kompleks dewasa ini. Perubahan


nilai-nilai sosial yang sarat dengan pragmatisme dan materialisme terjadi di tengah
masyarakat kapitalistik. Seorang selebritis menantang Tuhan agar dimasukkan ke
Neraka agar bisa berpesta dengan para idolanya seakan menjadi fenomena gunung es
betapa surga & neraka bagi sebagian orang sudah tidak penting lagi. Di sisi lainnya,
kemajuan teknologi informasi telah menciptakan budaya baru sebagai imbas kontestasi
antar ideologi, termasuk menggemanya paham-paham transnasional yang tak jarang
bertentang secara diametral dengan nilai-nilai aqidah.

Fakta bahwa dunia ini masih dihuni oleh 4 miliar lebih manusia yang belum
beriman. Sebagian darinya mungkin sama sekali belum terjamah dakwah, sebagian

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 10


lainnya belum terketuk hatinya untuk menjumput hidayah. Para da'i di tengah krisis
global hari ini dapat diibaratkan laiknya para dokter yang berada di tengah pandemi.
Dokter-dokter itu memiliki obat yang sangat ampuh, yang dengan izin Tuhan dapat
mengobati siapapun yang terinfeksi, tanpa membeda-bedakan latar belakang pasien.
Namun sayang tidak semua orang percaya, bahkan sebagian lainnya tak pernah
mengakui eksistensi mereka dan lebih memilih dukun klenik dengan jampi-jampi
magisnya yang dianggap "mujarrab". Padahal obat itu bukan saja mengobati penyakit
lahir, tapi juga penyakit batin dan merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada orang
beriman, yaitu Al Quranulkarim.

َّ َٰ ۚ‫يد‬
۞‫ٱلظلِمِينۚۚ ِإ َّلۚۚخس ٗارا‬ ۚ ‫انۚماۚه ۚوۚشِفآءۚۚور ۡحمةۚۚل ِۡلم ۡؤ ِمنِينۚۚو‬
ۚ ‫لۚي ِز‬ ِۚ ‫۞ونن ِزلۚۚمِنۚۚ ۡٱلق ۡرء‬

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur'an itu) hanya akan
menambah kerugian." (QS Al-Isra' (17): 82.

E. Tujuan Dakwah4

Dakwah, sebagai misi para Nabi dan pewarisnya memiliki tujuan yang teramat
mulia. Tiga tujuan dakwah paling utama, sebagaimana diuraikan oleh Basyuni et al
(2016) adalah sebagai berikut:

 Kembali pada Tuhan

Pertama, dakwah bertujuan untuk mengenalkan manusia pada Tuhannya.


Menjelaskan hak-hak Tuhan atas mereka, serta hak-hak mereka dari Tuhannya. Bahwa
manusia pada dasarnya selalu membutuhkan bantuan orang lain, terlebih pada
pertolongan Penciptanya. Ketika seseorang kehilangan keterhubungannya dengan

4
Diadaptasi dari ‘Ushulud Da’wah wa Manahijuha: Dirasat Ta’shiliyah Ta’hiliyah’. Open
Library karya Syaikh Ramadhan Matharid. 2019. Open Library

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 11


Tuhan, tak mengetahui Yang Menciptanya, hak-hak-Nya atas diri manusia, dan tak
mampu memahami tujuan dari penciptaan itu sendiri. Terjadi kekosongan pada relung
batin manusia. Seseorang mengalami kegoncangan jiwa. Jika hal tersebut mewabah
menjangkiti umat manusia, akan tercipta krisis kemanusiaan. Terjadi konflik dan
perpecahan, perebutan kekuasaan, saling serang, kerusakan moralitas dan berbagai
problematika lainnya yang menjauhkan kehidupan dari rasa aman, keselamatan dan
ketentraman. Sebagaimana firman Allah dalam QS Thaha 20: 14.

۞‫نكاۚون ۡحشرهۥۚي ۡو ۚمۚ ۡٱلق َِٰيم ِۚةۚأ ۡعم َٰى‬ َّۚ ِ ‫نۚأ ۡعرضۚۚعنۚذ ِۡك ِريۚفإ‬
ٗ ‫نۚلهۥۚمعِيش ٗۚةۚض‬ ۚۡ ‫۞ وم‬

"Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani
kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam
keadaan buta.”

Dakwah bertujuan mengembalikan fitrah manusia sebagai hamba-hamba


Pemiliknya. Karena Pencipta lah yang tahu betul apa yang baik dan buruk bagi ciptaan-
Nya. Keimanan kepada Allah bukan hanya berdimensi keyakinan (aqidah),
sebagaimana iman dalam perspektif Islam adalah ketetapan di dalam hati (iqrar bil
qalbi), penetapan melalui lisan (taqrir bil lisan), dan tindakan melalui segenap indera
(amal bil jawarih). Dalam kata lain, keimanan kepada Tuhan harus dilandasi ilmu
tauhid, ilmu tentang hak-hak Tuhan atas hamba-Nya, apa yang menjadi ketetapan
Tuhan di dalam kitab-Nya, yang disampaikan kepada manusia melalui lisan para Nabi
dan Rasul-Nya dan kewajiban makhluk adalah menaati perintah-Nya serta menjauhi
segala larangan-Nya.

Jika ketaatan itu telah mewarnai kehidupan manusia, akan berbuah keselamatan
dan kesejahteraan bagi semesta. Sebagaimana prinsip dari segala hal yang
diperintahkan dan dihalalkan Tuhan -al ma'ruf- adalah segala sesuatu yang bernilai
baik, bernilai dan bermanfaat bagi manusia.

ِۚ ۚ‫ىۚوهوۚۚم ۡؤمِنۚۚفلن ۡحيِينَّهۥۚحي َٰو ٗۚةۚطيِب ٗةۚۚولن ۡج ِزينَّهمۡۚۚأ ۡجرهمۚبِأ ۡحس‬


۞‫نۚماۚكانواۚۚيعۡ ملون‬ ۚۡ ‫۞ م‬
َٰ ۚۚ‫نۚعمِل‬
َٰۚ ‫صلِحٗ اۚمِنۚذكرۚۚأوۡۚۚأنث‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 12


"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (QS. An-Nahl (16): 97)

 Menyebar Kebajikan dan Kemaslahatan

Kedua, dakwah bertujuan untuk menebar kebajikan dan kemaslahatan serta


mencegah keburukan dan kemungkaran. Islam mengambil dan menyeru pada segala
sesuatu yang baik serta melarang segala sesuatu yang buruk dan munkar, sebagaimana
firman Allah

۞‫ىۚع ِنۚۚ ۡٱلف ۡحشآءِۚۚو ۡٱلمنك ِۚرۚو ۡٱلب ۡغيۚ ِۚيعِظكمۡۚۚلعلَّكمۡۚۚتذ َّكرون‬ َٰۚ ‫نۚو ِإيتآيۚۚذِيۚ ۡٱلق ۡرب‬
َٰۚ ‫ىۚوي ۡنه‬ ِۚ ‫ٱۡل ۡح َٰس‬ ِۚ ‫ٱّللۚي ۡأمرۚۚ ِب ۡٱلع ۡد‬
ِ ۡ ‫ل ۚو‬ َّۚ ‫۞ ِإ‬
َّۚ ۚ‫ن‬

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran." QS An-Nahl (16): 90

Pada prinsipnya, semua yang dihalalkan dalam Islam adalah hal yang baik dan
thayyib, sebaliknya semua hal yang haram merupakan hal yang buruk dan tercela.

ِۚۚ‫يلۚي ۡأمرهمۚبِ ۡٱلمعۡ روف‬ ِۚ ‫نج‬ ِ ۡ ‫يۚٱلَّذِيۚي ِجدونهۥۚم ۡكتوبًاۚعِندهمۡۚۚفِيۚٱلت َّ ۡور َٰى ِۚةۚو‬
ِ ‫ٱۡل‬ َّۚ ‫يۚ ۡٱۡل ِم‬
َّۚ ِ‫ٱلرسولۚۚٱلنَّب‬َّ ۚۚ‫۞ٱلَّذِينۚۚيتَّبِعون‬
ۚۡ ‫تۚويح ِرمۚۚعل ۡي ِهمۚۚ ۡٱلخ َٰبٓئِثۚۚويضعۚۚع ۡنهمۡۚۚإِصۡ رهمۡۚۚو ۡٱۡل ۡغ َٰللۚۚٱلَّتِيۚكان‬
ۚۚۡ‫تۚعل ۡي ِهم‬ َّ ‫لۚلهمۚۚٱل‬
ِۚ ‫طيِ َٰب‬ ُّۚ ِ‫وي ۡنه َٰىهمۡۚۚع ِنۚۚ ۡٱلمنك ِۚرۚويح‬
ٓ
۞‫نزلۚۚمع ٓۚۥهۚأو َٰلئِكۚۚه ۚمۚ ۡٱلم ۡفلِحون‬ ۚٓ ‫فٱلَّذِينۚۚءامنواۚۚبِ ِهۦۚوع َّزروهۚۚونصروهۚۚوٱتَّبعواۚۚٱل ُّنورۚۚٱلَّذ‬
ِ ‫ِيۚأ‬

"(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis)
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka,
yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan
yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang
buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 13


menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-
Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung." QS Al-A'raf (7): 157

Dalam realitasnya, persepsi manusia kerap kali terkecoh dengan tampilan.


Sesuatu yang buruk tampak baik dalam bungkus yang menarik, sebaliknya hal yang
baik tampak buruk karena impresi yang tak sesuai dengan harapan. Demikian, manusia
memiliki keterbatasan untuk dapat mengetahui hakikat kebenaran. Sensasi inderawi
manusia tak bisa diandalkan, bahkan akal pikiran tak bisa bekerja secara independen
dalam pencarian kebenaran yang hakiki. Berapa banyak problematika sosial yang
timbul dari pelegalan zat psikotropika atas nama kebebasan. Penyakit seksual timbul
dari free sex dan pernikahan sejenis berdalih hak asasi manusia.

۞... ۚ‫ٱّللۚۚيعۡ لمۚۚوأنتمۡۚۚلۚۚتعۡ لمون‬ ۚٓ َٰ ‫ىۚأنۚت ۡكرهواۚۚش ۡيـٗاۚوهوۚۚخ ۡيرۚۚلَّكمۡۚۚوعس‬


َّ ‫ىۚأنۚتحِ بُّواۚۚش ۡيـٗاۚوهوۚۚشرۚۚلَّكمۡۚۚو‬ ۚٓ َٰ ‫۞ وعس‬

"... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui." QS. Al-Baqarah (2): 216

Demikian, dakwah sejatinya bertujuan mengembalikan manusia pada fitrahnya


yang mulia, sebagai hamba-hamba Pencipta yang Maha Mencintai, untuk taat pada
perintah-Nya untuk saling bahu membahu dalam kebajikan dan taqwa, serta saling
mengingatkan untuk terhindar dari keburukan dan permusuhan.

 Merekatkan Persatuan

Ketiga, dakwah bertujuan untuk merekatkan persatuan ummat, bahkan persatuan


kemanusiaan seutuhnya. Demikian, bahwa para Nabi sebelum Rasulullah, diutus
secara eksklusif pada kaumnya, sebagaimana Nabi Hud as kepada kaum 'Ad , Nabi
Syu'aib as kepada masyarakat Madyan, Nabi Shaleh as kepada kaum Tsamud, dan Nabi
Isa as kepada Bani Israil. Risalah para Nabi tersebut hanya berlaku secara lokal sampai
datang risalah baru yang menyempurnakannya.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 14


Sebagai penutup para Nabi, risalah Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬-yaitu Islam-
diwahyukan kepada seluruh ummat manusia. Kepada bangsa Arab dan Ajam (bukan
Arab) tanpa membeda-bedakan suku, ras, atau budaya tertentu, dengan menekankan
takwa sebagai kriteria unggul antar manusia. Demikian tauhid, menjadi titik simpul
yang menyatukan perbedaan, membebaskan manusia dari perbudakanantar sesama
manusia atau penghambaan terhadap materi. Dengan tauhid, semua manusia adalah
sama, yang membedakan mereka hanyalah kadar ketaatan dan takwa mereka kepada
Sang Pencipta.

ًۚ ۡ‫لۚن ۡش ِركۚۚبِِۦهۚش ۡيـٗاۚولۚۚيتَّخِ ذۚۚبعۡ ضناۚبع‬


ۚ‫ضا‬ ۚ ‫ىۚكلِمةۚۚسوآءِۚۚب ۡينناۚوب ۡينكمۡۚۚأ َّلۚۚنعۡ بدۚۚإِ َّلۚۚٱّللَّۚۚو‬ ِۚ ‫لۚ َٰيٓأ ۡۚهلۚۚ ۡٱلك َِٰت‬
َٰۚ ‫بۚتعال ۡواۚۚإِل‬ ۚۡ ‫۞ق‬
ۡ ۚۚ‫ٱّللۚۚفإِنۚتولَّ ۡواۚۚفقولوا‬
۞‫ٱشهدواۚۚبِأنَّاۚم ۡسِۚلمون‬ ِ َّ ۚ‫ون‬
ِۚ ‫أ ۡربابٗ اۚمِنۚد‬

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita
tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah....” QS. Ali Imran (3): 64.

Keberagaman manusia adalah sebuah keniscayaan. Allah menghendaki


perbedaan, jenis kelamin, suku, kelompok etnis, budaya dan lain sebagainya. Di saat
bersamaan, Allah pula yang menghendaki terciptanya keharmonisan melalui sikap
saling mengenal dan memahami, dengan meyakini bahwa semua di mata Tuhan adalah
sama, kecuali ketakwaan yang membuat seseorang lebih unggul daripada yang lainnya.

َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚأ ۡتق َٰىكمۡۚۚ ِإ َّن‬


ۚۚ‫ٱّللۚۚعلِيم‬ َٰۚ ‫۞ َٰيٓأيُّهاۚٱلنَّاسۚۚ ِإ َّناۚخل ۡق َٰنكمۚمِنۚذكرۚۚوأنث‬
ِ َّ ۚۚ‫ىۚوجع ۡل َٰنكمۡۚۚشعوبٗ اۚوقبآئِلۚۚلِتعارف ٓواۚۚ ِإ َّنۚۚأ ۡكرمكمۡۚۚعِند‬
۞‫خبِير‬

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti." QS. Al-Hujurat (49): 13.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 15


F. Perumusan Tujuan Metode Dakwah

Guna mencapai dakwah yang efektif, hendaknya seorang da'i atau da'iyah
menyusun tujuan yang ideal, spesifik dan terukur dalam bentuk metode, termasuk
perencanaan dan kurikulum dakwah. Untuk membantu penetapan tujuan dimaksud,
berikut adalah kategorisasi tujuan (objectives) kurikulum dakwah yang diuraikan
Maghdzawi dalam Al Usus al 'Ilmiyya li Manahij ad Da'wah.

- Tujuan khusus partikular; yaitu tujuan spesifik yang hendak diperoleh dari manhaj
yang digunakan, contohnya menjadikan shalat sebagai tameng dari perbuatan keji dan
mungkar.

- Tujuan umum; yaitu tujuan yang bersifat ideal dan general, seperti tergambar dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Ummul mu'minin Aisyah RA., "Sesungguhnya telah
dijadikan ibadah thawwaf di baitullah, (dan sa'i) antara bukit Shafa dan Marwah, serta
lempar jumrah untuk mengingat Allah." (HR.Ibnu Khuzaimah) Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Thaha (20): 145

Sebagai contoh, seorang da'i bisa merumuskan tujuan umum dan tujuan-tujuan
khusus dalam tema shalat, misalnya tujuan umum berupa "upaya dzikrullah dan
peningkatan Ubudiyah" adapun tujuan-tujuan khususnya mencegah kemungkaran,
perbaikan hubungan antara seorang hamba terhadap Tuhan, penyucian jiwa, dan
sebagainya.

5
ٓ ‫صل َٰوةۚۚ ِلذ ِۡك ِر‬
ۚ‫ي‬ ۡ ‫إِنَّن ِٓيۚۚأناۚٱّللَّۚۚلٓۚۚإِ َٰلهۚۚإِ َّلٓۚۚأناۚۚف‬
َّ ‫ٱعب ۡدنِيۚوأق ِِمۚۚٱل‬
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
shalat untuk mengingat Aku." QS. Taha (20): 14

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 16


Tujuan umum terbagi ke dalam dua ragam, yaitu tujuan umum yang bersifat inti
(ultimate goal) misalnya tujuan dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk
menyembah Allah (lihat QS. Ad-Dzariyat (51): 56)6.

Dan tujuan umum partikular, misalnya dakwah bertujuan untuk menegakkan


kebenaran dan melenyapkan kebatilan, menyelamatkan manusia dari kegelapan
menuju hidayah Islam, dari kemusyrikan menuju tauhid. Dakwah pun bertujuan untuk
membentuk pribadi dan masyarakat muslim.

Tujuan juga dapat ditinjau dari keterkaitan materi atau dimensi isi dakwah,
terbagi ke dalam 3 bagian:

 Tujuan diniyah, yang berisi aspek-aspek keagamaan seperti aqidah, syariah,


ibadah, mu'amalah dan akhlaq.
 Tujuan ukhrawiyah, yang berisi aspek-aspek akhirat seperti kehidupan di alam
barzakh, kiamat, pembangkitan, hisab dan mizan, serta surga dan neraka.
 Tujuan Keduniaan, yang berisi hal-hal terkait pengaturan dan pengelolaan
dunia dalam pandangan ideal Islam termasuk didalamnya ekonomi
pembangunan, sosial keamanan, politik kekuasaan, lingkungan hidup dan
sebagainya.

6
ِ ‫ٱۡلنسۚۚإِ َّلۚۚلِيعۡ بد‬
ۚ‫ون‬ ۡ ‫وماۚخل ۡقت‬
ِ ۡ ‫ۚۚٱل ِج َّنۚۚو‬
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." QS.
Ad-Dzariyat (51): 56.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 17


Kedua, tujuan kurikulum dakwah berdasarkan tingkat kesulitannya, terbagi ke
dalam dua bagian:

 Tingkat kesukaran yang rendah

Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum yang disusun untuk internal


ummat Islam dalam rangka pemantapan aqidah serta peningkatan kualitas iman
mereka. Mitra dakwah dalam kategori ini umumnya bersifat homofili sehingga lebih
mudah untuk mencapai konvensi dan persetujuan diantara partisipan. Uslub Al hikmah
dan teladan yang baik dirasa lebih efektif dalam kategori ini.

 Tingkat kesukaran yang tinggi

Tujuan-tujuan yang ditetapkan pada kurikulum yang didesain untuk masyarakat


luas yang bersifat heterofili dalam rangka mengenalkan Islam, mengajarkannya dan
menerapkannya dalam konteks kehidupan dalam arti yang luas.

Ketiga, tujuan kurikulum dakwah ditinjau dari luas cakupan, terbagi ke dalam:

 Tujuan dekat

Tujuan-tujuan dakwah yang ditetapkan dalam kurikulum yang didisain untuk


individu atau kelompok kecil seperti keluarga, kelompok belajar, halaqah pengajian
dan sebagainya, dengan fokus pada satu atau beberapa aspek yang berkaitan langsung
dengan akidah, pemahaman syariah, ibadah, fikih muamalah dan akhlak seseorang.

 Tujuan jauh

Tujuan-tujuan dakwah yang ditetapkan dalam kurikulum dakwah yang


dipersiapkan untuk perbaikan ummat Islam secara umum, bahkan ditujukan kepada
seluruh ummat manusia, tujuan yang bersifat ideal dan multidimensi dengan
pendekatan kultural sekaligus struktural.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 18


Keempat, tujuan kurikulum dakwah ditinjau dari prioritas dan urgensi materi
dakwah, terbagi ke dalam:

 Tujuan prioritas dengan tingkat urgensi tertinggi merupakan dakwah mengenai


pemahaman aqidah yang lurus, kulliyat Al khams dalam maqashid as syariah,
serta membentengi ummat dari paham yang sesat dan tindakan-tindakan yang
merusak
 Tujuan dakwah dengan tingkat urgensi moderat, juga merupakan prioritas
namun dengan signifikansi di bawah tema sebelumnya, misalnya menyangkut
adab dan etika dalam hubungan sosial, tradisi masyarakat dan sebagainya.

Pentingnya Menetapkan Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan life long process bagi seorang da'i, bahkan dakwah terus
berlanjut seiring eksistensi manusia di atas muka bumi. Karena itu, keterampilan dalam
memahami dan merumuskan tujuan umum yang ideal serta tujuan khusus yang lebih
visible dan terukur sangat penting agar supaya:

 Diperoleh kejelasan terkait hal-hal teknis dalam upaya dakwah yang dilakukan.
 Terbebas dari distorsi dan distraksi selama pada proses dakwah
 Kontinuitas dakwah secara gradual (tadarruj) guna peningkatan kualitas
dakwah dari waktu ke waktu.

G. Kewenangan Konsepsi Tujuan dan Metode Dakwah

Aspek yang kemudian menjadi dialektika dalam ilmu dakwah adalah jawaban
atas pertanyaan "Siapakah pihak yang berwenang mendefinisikan tujuan dakwah dan
mengkonseptualisasikannya?" Jawaban atas pertanyaan itu terbagi ke dalam dua aliran
pandangan.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 19


Pertama, bahwa tujuan atau maqashid dakwah telah dirumuskan secara definitif
dalam Al Qur'an dan Sunnah serta telah dicontohkan oleh Khulafa Ar rashidun dan
salaf as shalih sebagaimana dapat ditelaah secara mendalam melalui Sirah Nabawiyah
dan sejarah para sahabat. Sikap duat hari ini adalah merekonseptualisasi dari manhaj
yang telah ada itu secara taken for granted. Sebagaimana firman Allah SWT

۞... ۚ‫ىۚل ِۡلم ۡس ِلمِين‬


َٰۚ ‫يءۚۚوهدٗىۚور ۡحم ٗۚةۚوب ۡشر‬ ِۚ ‫۞ون َّز ۡلناۚعل ۡيكۚۚ ۡٱلك َِٰتبۚۚت ِۡب َٰي ٗناۚلِك‬
ۚۡ ‫لۚش‬

"... dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri
(Muslim)." QS. An-Nahl (16):89

Sebagaimana da’i juga harus berbekal ilmu mengenati Sunnah Nabi -terkait
perintah dan larangan Allah

ِ ‫ٱّللۚشدِيدۚۚ ۡٱلعِقا‬
۞‫ب‬ َّۚ ۚۚ‫ٱلرسولۚۚفخذوهۚۚوماۚنه َٰىكمۡۚۚع ۡنهۚۚفٱنتهواۚۚوٱتَّقوا‬
َّۚ ‫ٱّللۚ ِإ‬
َّۚ ۚ‫ن‬ َّ ۚۚ‫۞ومۚا ٓۚءات َٰىكم‬

".... dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah sangat keras hukuman-Nya". QS. Al-Hashr (59): 7

Begitupun dengan hal-hal terkait ibadah dan akhlak dalam bermuamalah, da’i
wajib berpedoman pada Nabi ‫ ﷺ‬sebagai role model yang agung

َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚو ۡٱلي ۡومۚۚ ۡٱۡلٓخِ رۚۚوذكر‬


۞‫ٱّللۚۚكث ِٗيرا‬ َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚأ ۡسوةۚۚحسنةۚۚلِمنۚكانۚۚي ۡرجوا‬ ِۚ ‫۞لَّق ۡۚدۚكانۚۚلكمۡۚۚفِيۚرس‬
ِ َّ ۚ‫ول‬

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah". QS. Al-Ahzab (33): 21

Argumentasi pandangan pertama juga merujuk pada hadist yang diriwayatkan


Ibnu Majah, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "wajib atas kalian untuk berpegang pada
sunnahku, dan sunnah khulafa at rosyidin yang terbimbing, gigitlah itu dengan gigi

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 20


geraham kalian, dan jauhilah perkara-perkara yang baru, karena setiap bid'ah adalah
sesat".

Adapun pandangan kedua beranggapan bahwa penetapan tujuan dakwah telah


digariskan Allah dan rasul-Nya dalam Al Qur'an dan Sunnah, namun demikian
perumusan manahij atau kurikulum dakwah bagi suatu kaum tidaklah dapat diwakilkan
pada kaum lainnya. Perumusan tujuan dakwah idealnya mempertimbangkan konteks
sosial yang melatarbelakangi kegiatan dakwah, kemampuan para du'at (qudrah wal
istitho'ah), kapasitas al mad'u, yang juga dirumuskan sesuai ijtihad para du'at yang lebih
memahami medan dakwahnya. Dasar argumentasi tersebut merujuk pada firman Allah
ٓ
۞‫حۚن ۡف ِسِۦهۚفأو َٰلئِكۚۚه ۚمۚ ۡٱلم ۡفلِحون‬
َّۚ ‫ٱسمعواۚۚوأطِ يعواۚۚوأنفِقواۚۚخ ۡي ٗراۚ ِۡلنفسِكمۡۚۚومنۚيوقۚۚش‬
ۡ ‫ٱستطعۡ تمۡۚۚو‬ َّ ۚۚ‫۞ فٱتَّقوا‬
ۡ ۚ‫ٱّللۚۚ ۚما‬

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta
taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya
dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS. At-Taghabun (64): 16.

Sebagaimana Tuhan tidak pernah membebani seseorang di atas kadar


kemampuannya.

ۚ ‫تۚوعل ۡيهاۚماۚ ۡٱكتسب ۡتۚۚربَّناۚلۚۚتؤاخِ ۡذنۚا ٓۚ ِإنۚنَّسِينۚا ٓۚأ ۡۚوۚأ ۡخط ۡأناۚۚربَّناۚو‬
ۚ‫ل‬ ۚۡ ‫ساۚ ِإ َّلۚۚو ۡسعهاۚۚلهاۚماۚكسب‬ ً ‫ٱّللۚۚن ۡف‬
َّ ۚۚ‫۞لۚۚيكلِف‬
ۡ ‫ٱعفۚۚعنَّاۚو‬
ۚٓ ۚ‫ٱغفِرۡۚۚلناۚو ۡٱرح ۡمنا‬ ۡ ‫لۚتحم ِۡلناۚماۚلۚۚطاقةۚۚۚلناۚ ِب ِۚۦهۚو‬ۚ ‫ِلۚعل ۡينۚا ٓۚ ِإصۡ ٗراۚكماۚحم ۡلتهۥۚعلىۚٱلَّذِينۚۚمِنۚق ۡبلِناۚۚربَّناۚو‬ ۚۡ ‫ت ۡحم‬
۞‫أنتۚۚم ۡول َٰىناۚفٱنص ۡرناۚعلىۚ ۡٱلق ۡو ِۚمۚ ۡٱل َٰكف ِِرين‬

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia


mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 21


rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-
orang kafir.” QS. Al-Baqarah (2): 286

H. Panduan dalam Penyusunan Kurikulum Dakwah

 As Syar'iyyah

Sebagai bagian dari pengamalan ajaran agama, maka setiap aspek dalam dakwah, tak
terkecuali dalam penyusunan metode dan kurikulm dakwah harus disandarkan pada Al
Qur'an dan Sunnah.

 Al Khairiyah

Tujuan dakwah harus tumbuh dari benih kebaikan, dialiri energi kebaikan dan berbuah
kebaikan. Sebagaimana dakwah dimaknai sebagai upaya seseorang yang menunjukkan
jalan atau memberi nasehat pada orang lain untuk selalu berbuat baik. nasehat sendiri
diambil dari kata nashiha yang berarti terbebas dari cela. Dakwah, demikian, tak
ubahnya emas atau mineral berharga tanpa materi campuran yang tidak diharapkan di
dalamnya.

 Al Ashalah

Tujuan hingga teknik penyampaian dakwah seyogianya bersifat taat asas, fokus pada
sasaran dakwah yang ideal, spesifik terukur dan realistis, dengan mengesampingkan
hal-hal yang tidak perlu dan kontraproduktif terhadap proses dakwah itu sendiri.

 Al Indhibath

Prinsip indhibath berarti tujuan dakwah hendaknya disusun secara detail, terstruktur
dan mendalam. Adapun uslub -jamak asalib yang digunakan disarankan agar bersifat
parsimoni, yaitu sederhana dibalik kompleksitas gagasan yang terkandung di

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 22


dalamnya, sebagaimana sabda Nabi, ‫" ﷺ‬Sebaik-baik ucapan adalah yang sederhana
(qalla) namun mengena (dalla)".

 Al Waqi'iyah

Tujuan dakwah hendaknya dibuat secara tekstual sekaligus kontekstual, ideal namun
sekaligus membumi. Seorang da'i hendaknya menguasai medan dakwahnya dan
memahami fakta-fakta sosial yang ada untuk menjadi konsideran dalam menentukan
model pendekatan, strategi dan metode dakwah yang ideal.

 Al Wudhuh

Tujuan kurikulum dakwah idealnya dirumuskan dalam kalimat yang jelas dan terukur
sehingga da'i dapat mengevaluasi keefektifan dakwahnya secara objektif. Kejelasan
tujuan juga membantu pelaksanaan dakwah secara terfokus dengan mengesampingkan
hal-hal yang tidak diperlukan. Begitupula dalam penyusunan kurikulum hendaknya
digunakan bahasa yang sesuai dengan kapasitas intelektual mitra dakwah, sebagaimana
diriwayat-kan oleh Imam Muslim, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Tidaklah engkau
berbicara pada suatu kaum suatu pembicaraan yang tidak sampai pada (kapasitas)nalar
mereka, kecuali akan menimpa atas sebagian mereka suatu fitnah.

 Al Ihathah

Kurikulum dakwah sebaiknya dibuat secara komprehensif, disusun secara gradual dan
sistematis. Kurikulum yang holistik diharapkan dapat mencegah pemahaman yang
tidak utuh, parsial dan berpotensi memicu paham-paham eksklusif.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 23


BAB II. UNSUR-UNSUR POKOK DAKWAH

A. TEMA DAKWAH: PENGANTAR TENTANG ISLAM

Tema dakwah merupakan satu di antara lima bagian pokok dalam kajian dakwah.
Sebagai bagian dari ajaran agama, gagasan para da'i haruslah dibangun di atas pondasi
yang sesuai dengan dien al Islam. Begitupun dengan metode konstruksi, metodologi
dalam menyimpulkan (ijtihad) hingga teknik penyajian gagasan (uslub ad dakwah),
semua itu harus mengikuti norma-norma yang dirujuk kepada Al Qur'an dan Sunnah,
atau produk ijtihad berupa qiyas dan ijma' para ulama. Sehingga ilmu tentang Islam,
atau paling tidak dasar-dasar ajaran Islam, merupakan pengetahuan imperatif bagi
seorang da'i atau da'iyah. Buku ini, sesuai judulnya tidak membahas secara rinci
mengenai mabadi al Islam, tidak pula mencoba merangkum pokok-pokok dien al Islam,
tetapi lebih pada upaya memotret sebagian dari ajaran Islam yang dianggap relevan dan
dapat memantik penelaahan lebih jauh sebagai panduan dasar tema dakwah.

Islam dapat dipahami dari beberapa perspektif, ditinjau secara leksikal, dari arkan
yang terkandung di dalamnya, ditinjau sebagai agama yang paripurna, sebagai jawaban
filosofis terkait hakikat manusia dan kehidupan, dipandang sebagai sistem yang
komprehensif dan lain sebagainya.

 Pertama, pengertian secara Islam secara Bahasa.

Secara etimologis, Islam merupakan kb. abstrak dari verba "aslama-yuslimu",


yang berarti berserah. Termin "Islam" secara leksikal merupakan sinonim dari "al
khudu'" (ketundukan) dan "inqiyad" (penyerahan). Dikatakan aslama imruun, bahwa
seseorang telah menyerah dan tunduk. Secara terminologis, Islam didefinisikan Syaikh
Ibn Baaz dengan "Berserah diri (istislam) kepada Allah dengan ajaran tauhid, tunduk
(inqiyad) pada Nya dengan ketaatan, disertai kesadaran atas ketidak-berdayaan diri
(dzullan) dan penyerahan (khudu'an) seutuhnya." Sehingga, Islam dapat dipahami
sebagai sikap merendahkan diri dihadapan Allah, ketaatan pada-Nya dengan tauhid,
keikhlasan berbuat karena-Nya, ketaatan atas segala perintah-Nya dan menjauhi segala

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 24


larangan-Nya. Seseorang dikatakan muslim -subjek Islam- ketika ia menyerahkan diri
pada Allah, merendahkan dirinya kepada Kemahabesaran Allah dengan mematuhi
perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

 Kedua, pengertian Islam dari perspektif pilar-pilar (arkan) di dalamnya

Pengertian Islam secara utuh dengan merinci pilar-pilar (Arkan) Islam yang
terkandung di dalamnya dirujuk pada sumber otoritatif, yaitu hadist Nabi ‫ ﷺ‬yang
dikenal dengan hadist Jibril.

“Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat rasululah ‫ﷺ‬. Tiba-tiba muncul
kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya
amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang
pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan nabi ‫ﷺ‬, lalu lututnya
disandarkan kepada lutut nabi ‫ ﷺ‬dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
nabi ‫ﷺ‬. Kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang
Islam.” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah
Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan
engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki
itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang
membenarkannya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-
kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan
yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku
tentang ihsan”. Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 25


bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,
”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang
bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah
saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi ‫ ﷺ‬bertanya
kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku
menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril
yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim)

 Ketiga, pengertian Islam sebagai Dien (agama) yang diridhai Allah untuk ummat
manusia

Islam- dalam arti ketundukan dan kepasrahan manusia- merupakan suatu


keniscayaan, bahwa pada hakikatnya seluruh makhluk tidaklah berdaya, bahkan atas
dirinya sendiri. ia tidak merencanakan eksistensinya di dunia, seperti halnya ia tak
berdaya menentukan siapa orang tuanya? Kapan ia terlahir? Dari etnis mana ia berasal?
Apa yang akan terjadi padanya esok hari? Di belahan bumi mana ia akan bertemu
ajalnya? Manusia sejatinya menerima semua itu secara taken for granted, dengan kata
lain mereka semua berserah diri (yuslimun) pada kehendak Tuhan.

Fakta tak terbantahkan tersebut tidak lantas membuat seseorang menjadi muslim-
masuk ke dalam dien al Islam- secara otomatis. Karena Islam, sebagaimana dijelaskan
oleh Syaikh Abdul Karim Zaydan, merupakan kepasrahan yang dilandasi kesadaran
aktif (al khudu' al ikhtiyari) dari seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Allah
dalam keyakinan, ucapan dan amal perbuatannya.

ۚۚ‫ٱضۚط َّۚرۚفِيۚم ۡخمصةۚۚغ ۡيرۚۚمتجانِف‬ ِۚ ‫ٱۡل ۡس َٰلمۚۚد ِٗيناۚۚفم‬


ۡ ۚ‫ن‬ ِ ‫ۡٱلي ۡومۚۚأ ۡكم ۡلتۚۚلكمۡۚۚدِينكمۡۚۚوأ ۡتممۡ تۚۚعل ۡيكمۡۚۚنِ ۡعمتِيۚور‬
ِ ۡ ۚ‫ضيتۚۚلك ۚم‬
۞‫ٱّللۚۚغفورۚۚ َّرحِ يم‬ َّ ۚۚ‫ِ ِۡل ۡثمۚۚفإ ِ َّن‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 26


"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa
terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang." QS Al-Ma'idah (05): 3

ِۚ ‫لۚمِنۚۚب ۡع ِۚدۚماۚجآءهمۚۚ ۡٱلع ِۡلمۚۚب ۡغيۚاۚب ۡينهمۡۚۚومنۚي ۡكفرۡۚۚ ِبـَٔ َٰاي‬


ۚ‫ت‬ ۡ ۚ‫ٱۡل ۡس َٰل ۚمۚوما‬
ۚ َّ ‫ٱختلفۚۚٱلَّذِينۚۚأوتواۚۚ ۡٱلك َِٰتبۚۚ ِإ‬ ِ ۡ ۚۚ‫ٱّلل‬
ِ َّ ۚۚ‫نۚٱلدِينۚۚعِند‬ َّۚ ‫۞ ِإ‬
۞‫ب‬ ِ ‫ٱّللۚۚس ِريعۚۚ ۡٱلحِ سا‬ َّ ۚ‫ن‬َّۚ ِ ‫ٱّللۚفإ‬
َِّۚ

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang
telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di
antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah
sangat cepat perhitungan-Nya. QS. Ali Imran (3): 19.

 Keempat, pengertian Islam sebagai sebuah sistem yang komprehensif

Islam juga dapat dipahami sebagai rujukan paripurna atau manual yang paling ideal
dari Sang Maha Pencipta dalam mengelola semesta, termasuk urusan ekonomi, politik,
sosial, budaya, keamanan dan lingkungan hidup dari level individu, keluarga, hingga
negara.

۞‫ٱۡل ۡس َٰل ِۚمۚد ِٗيناۚفلنۚي ۡقبلۚۚم ِۡن ۚهۚوهوۚۚفِيۚ ۡٱۡلٓخِ رةِۚۚمِنۚۚ ۡٱل َٰخس ِِرين‬
ِ ۡ ۚۚ‫۞ومنۚي ۡبت ِۚغۚغ ۡير‬

"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi." QS. Ali Imran (3): 85

Dien al Islam, menurut Syaikh Mahmud Syalyut, adalah agama Allah yang
diperintahkannya untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-
peraturannya kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan menugaskannya untuk menyampaikan
agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya
(Gani: 1967).

Dien al Islam, sebagaimana dijelaskan oleh A Hassan, merupakan sejumlah i'tiqad,


kepercayaan-kepercayaan, undang-undang, peraturan-peraturan, pimpinan-pimpinan,

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 27


pelajaran-pelajaran buat keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhiat, yang
diwahyukan dari Allah kepada manusia, dengan perantaraan Rasul (Anshari: 1983).

 Kelima, Islam sebagai sekumpulan wahyu yang terdiri dari hukum-hukum


Aqidah, Syariah dan Akhlaq serta kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Quran
dan Sunnah

ۚ‫لۚيهۡ دِي‬
ۚ ۚۚ‫ٱّلل‬ ۚ ِ َّ‫صمكۚۚمِنۚۚٱلن‬
َّ ۚۚ‫اسۚإِ َّن‬ ِ ۡ‫ٱّللۚۚيع‬ ۚۡ ‫نزلۚۚإِل ۡيكۚۚمِنۚ َّربِكۚۚوإِنۚلَّمۡۚۚت ۡفع‬
َّ ‫لۚفماۚبلَّ ۡغتۚۚ ِرسالت ۥۚهۚو‬ َّ ۚ‫۞ َٰيٓأيُّها‬
ِ ‫ٱلرسولۚۚبل ِۡۚغۚمۚا ٓۚأ‬
۞‫ۡٱلق ۡومۚۚ ۡٱل َٰكف ِِرين‬

"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir". QS. Al-Ma'idah (5): 67

Apa yang diwahyukan kepada Nabi ‫ ﷺ‬itu adalah Al Qur'an yang mencakup di
dalamnya dimensi aqidah, syariah dan akhlaq.

Aqidah

Aqidah secara etimologis merupakan kb. abstrak dari verba "i'taqada-ya'taqidu"


yang berakar dari kata "al aqd" berarti ikatan yang kuat atau simpul mati. Demikian
kata aqd -dalam bahasa Indonesia, akad- dinisbatkan ke dalam jual beli, perjanjian,
nikah dan sebagainya yang menyiratkan kuatnya ikatan pada tindakan tersebut ditinjau
secara syariah maupun tradisi.

Secara terminologis, aqidah dipahami sebagai ikatan hati seseorang yang kuat,
berwujud keyakinan, dan berbuah pada ucapan dan amal perbuatan. Sehingga aqidah
Islam dapat dimaknai sebagai ikatan hati seseorang dalam mengimani Allah, malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-Nya, keyakinan pada Hari Kiamat, penghakiman dan

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 28


qadha serta qadar-Nya. Ikatan hati dalam meyakini pada segala sesuatu yang
disampaikan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, yang berbuah kepasrahan dan ketaatan.

Tauhid

Perkara pokok dalam aqidah Islam adalah tauhid. Tauhid (‫ )التوحيد‬secara harfiah
memiliki akar yang sama dengan "wahid" atau "wahhada-yuwahhidu" berarti, “satu,
atau menjadikan sesuatu itu satu, dengan peniadaan dan penetapan” yaitu meniadakan
suatu hukum selain

pada apa yang di-esakan dan menetapkan hukum tersebut hanya pada yang
diesakan tersebut. Sebagaimana lafadz syahasat "Laa ilaaha illallahu" tiada tuhan (yang
patut disembah), kecuali Allah. Mengandung makna meniadakan hakikat dan sifat-sifat
ketuhanan sekaligus menetapkan hakikat, sifat dan kemutlakan hanya pada Allah swt
sebagai Tuhan yang Maha Tunggal.

Secara istilah, Tauhid dimaknai dengan "ifraadullahi fil 'ibadah", keesaan Allah
dalam peribadatan, yakni kita menyembah Allah swt yang Maha Tunggal tanpa
menyekutukan-Nya. Dengan tidak menyamakan atau meyakini adanya tuhan-tuhan
atau kekuasaan lain, baik berupa nabi, malaikat, pemimpin atau penguasa suatu negeri
yang menyerupai kemahakuasaan tuhan.

Dengan tauhid, kita menisbatkan secara khusus segala bentuk ibadah, hanya
kepada Allah swt. karena rasa cinta, ta'dziem (pengagungan), dan harapan mendapat
rido, rahmat & inayah-Nya, serta takut akan murka dan siksa-Nya.

Juga terdapat pengertian yang lebih umum mengenai tauhid, yang disingkat
menjadi "ifraadullahi bimaa yakhtasshu bihi" yakni kemahaesaan Allah dengan segala
kekhususan yang dimiliki-Nya. Maka daripada itu, kita sering memberi predikat pada
lafaz Allah dengan subhanahu wa ta’alaa yang artinya Dia-lah Allah yang Maha Suci

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 29


(atas apa-apa yang dinisbatkan pada-Nya) dan Maha Tinggi (yang mengatasi
segalanya).

Tauhid, sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, terbagi ke dalam


tiga macam, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid al Asma was Shifat.

- Tauhid Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah adalah keesaan Allah swt. dalam penciptaan, penguasaan


dan pengaturan semesta. Dialah Allah Sang Pencipta, Pemilik dan Pengatur jagat raya
dengan segala ciptaannya. Sebagaimana firman Allah

ۚۡ ‫لۚض ٗراۚۚق‬
ۚ‫ل‬ ۚ ۚۚ‫لۚأفٱتَّخ ۡذتمۚمِنۚدونِ ِٓۚۦهۚأ ۡولِيآء‬
ۚ ‫لۚي ۡملِكونۚۚ ِۡلنف ِس ِهمۡۚۚن ۡف ٗعاۚو‬ ۚۡ ‫لۚٱّللَّۚۚق‬ ۚ ِ ‫تۚو ۡٱۡل ۡر‬
ِۚ ‫ضۚق‬ ِۚ ‫لۚمنۚ َّربُّۚۚٱلس ََّٰم َٰو‬ ۚۡ ‫۞ۚق‬
ِۚ ‫ٱلظل َٰمتۚۚوٱلنُّورۚۚأمۡۚۚجۚعلواۚۚ ِ َّّللِۚۚشركآءۚۚخلقواۚۚكخ ۡل ِقِۦهۚفت َٰشبهۚۚ ۡٱلخ ۡلقۚۚعل ۡي ِهمۡۚۚق‬
ۚ‫ل‬ ُّ ۚ‫لۚت ۡست ِوي‬ ۚۡ ‫صيرۚۚأمۡۚۚه‬ِ ‫ىۚو ۡٱلب‬ َٰۚ ‫لۚي ۡست ِويۚ ۡٱۡل ۡعم‬
ۚۡ ‫ه‬
۞‫ٱّللۚۚ َٰخلِقۚۚك ِلۚۚش ۡيءۚۚوهوۚۚ ۡٱل َٰوحِ دۚۚ ۡٱلق َٰ َّهر‬ َّ

"Katakanlah (Muhammad), “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Katakanlah,


“Allah.” Katakanlah, “Pantaskah kamu mengambil pelindung-pelindung selain Allah,
padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi
dirinya sendiri?” Katakanlah, “Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat?
Atau samakah yang gelap dengan yang terang? Apakah mereka menjadikan sekutu-
sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan
itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala
sesuatu dan Dia Tuhan Yang Maha Esa, Mahaperkasa.” QS. Ar-Ra'd (13): 16

- Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah dapat dimaknai dengan keesaan Allah swt. dalam ibadah,
yakni segenap ciptaan-Nya hanya beribadah kepada-Nya dengan tidak menduakan,
atau menganggap ciptaan-Nya setara atau bagian dari ketuhanan, sebagaimana
keyakinan dalam trinitas dan sebagainya. Kita hanya menyembah kepada-Nya.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 30


Segenap hidup mati, jiwa raga dan ibadah kita hanya ditujukan atau diabdikan kepada
Allah swt. Kita tidak meminta pertolongan, perubahan nasib, kekayaan, keselamatan,
kesejahteraan, kepada selain Allah. Karena keyakinan kita bahwa segala sesuatu
diciptakan, dikuasai dan ada pada genggaman Allah swt., sehingga kita hanya
beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya semata. Sebagaimana firman Allah
swt. dalam QS Al-Fatihah (01) :05.

۞‫۞إِيَّاكۚۚنعۡ ۚب ۚدۚوإِيَّاكۚۚن ۡستعِين‬

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan."

Perbedaan di antara kedua jenis tauhid di atas adalah pada dimensi relasi ibadah
makhluk-Nya. Tauhid rububiyyah bersifat informatif, al ilmy al khabary, yaitu
memberikan kita penjelasan mengenai keagungan Allah sebagai Pencipta, Pemilik,
Pengatur alam semesta dengan segenap ciptaannya di jagad raya ini. Sedangkan pada
tauhid uluhiyyah, hal tersebut dihubungkan dengan ibadah makhluk-Nya. Bahwa kita
menyembah hanya kepada-Nya tanpa setitik-pun maksud, niat dan perbuatan untuk
menyekutukan-Nya. Karena itu, tauhid uluhiyyah juga dinamai dengan tauhid at
thalabi, yaitu tauhid yang menuntut ibadah sesuai dengan petunjuk yang diberikan
Allah swt. dalam Quran dan sunnah.

- Tauhid al Asma was Shifat

Yaitu keesaan Allah swt. atas segala nama yang Dia nisbatkan pada diri-Nya, dan
atas segala sifat yang Dia sifatkan pada diri-Nya di dalam Al Qur’an dan pada sunah
nabi-Nya. Sehingga kita mengimani segala nama dan sifat tersebut dengan menetapkan
apa yang ditetapkan-Nya dan mengingkari apa yang diingkari-Nya, tanpa mengubah,
tanpa mengurangi, tanpa bertanya bagaimana dan tanpa memberi analogi atau
perumpamaan. Keyakinan seperti itu karena keagungan dan kesucian Allah swt yang
tak dapat dijangkau nalar manusia

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 31


Berkenaan dengan 20 sifat wajib bagi Allah seperti wujud, qidam, baqa,
mukhalafatun lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi dan sebagainya, atau 99 al asma ul
husna, di antaranya Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Quddus, dan seterusnya
adalah suatu metode sederhana yang diintisarikan dari Al-Quran untuk memudahkan
sekaligus memagari logika kita dalam “mengenali” Allah swt. Namun demikian,
sesungguhnya jika kemudian timbul pertanyaan berapakah nama dan sifat-sifat Allah
swt., maka jawabannya bahwa nama dan sifat bagi Allah swt. adalah sebanyak dan
seperti apa-apa yang Dia kehendaki. Hal yang sangat penting dalam mengimani asma
dan sifat-sifat Allah swt. adalah sebagaimana firman Allah swt. pada QS As Syura
(42:11).

ۚ‫ِنۚأنفسِكمۡۚۚأ ۡز َٰو ٗجاۚومِنۚۚ ۡٱۡل ۡن َٰع ِۚمۚأ ۡز َٰوجٗ اۚي ۡذرؤكمۡۚۚفِي ِۚهۚل ۡيسۚۚكم ِۡث ِلِۦهۚش ۡي ۚء‬ ۚ ِ ‫تۚو ۡٱۡل ۡر‬
ۚۡ ‫ضۚجعلۚۚلكمۚم‬ ِۚ ‫۞فاطِ رۚۚٱلس ََّٰم َٰو‬
۞‫صير‬ ِ ‫وهوۚۚٱلسَّمِيعۚۚ ۡٱلب‬

"(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-
pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan
(juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun
yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat". QS. Ash-
Shura (42): 11.

Sebisa mungkin kita menghindari dan mengingkari gambaran nalar atau


imajinasi kita mengenai sifat-sifat Allah swt. Untuk mengenali kemahakuasaan dan
kemahaagungan Allah swt. cukuplah kita mentadabburi bagaimana kesempurnaan
ciptaan-Nya, termasuk melihat keajaiban terdekat dengan diri kita. Bagaimana kita
dapat membaca buku kecil ini, bagaimana kertas dalam buku kecil ini berasal dari
pohon indah ciptaan-Nya, bagaimana proses pemantulan cahaya sehingga huruf demi
huruf yang dicetak dengan tinta yang juga bersumber dari ciptaan-Nya. Bagaimana
kerja mata kita, retina, pupil dan bagian lainnya menangkap stimuli atau rangsangan
dan meneruskannya ke otak kita. Bagaimana otak kita bereaksi dengan bermilyar sel
yang terkandung di dalamnya. Itu semua adalah ciptaan-Nya.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 32


Tak heran jika kemudian dikatakan, “tidaklah mengenal Allah, bagi yang belum
mengenal dirinya.” Sebagaimana tauhid rububiyyah, tauhid asma was shifat juga
dinamai tauhid ilmy al khabary, atau informatif. Kita wajib mengimaninya tanpa
mengada-ada, tanpa mengurangi, tanpa bertanya bagaimana dan tanpa memberi
analogi atau perumpamaan. Mengingat urgensi dan signifikansi aqidah yang sangat
besar sebagai pokok pondasi dalam beragama, maka seorang da'i hendaknya tak
berhenti dalam memperdalam kajian Tauhid, sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬berpesan agar
ummatnya selalu memperbarui iman dengan kalimah thayyibah, dengan bertauhid
secara lurus dan istiqamah.

Syariah

Syariah secara harfiah dapat dimaknai sebagai jalan atau kanal yang dialiri air
(mawrid al miyah). Kanal tersebut didatangi orang-orang dan makhluk lainnya untuk
mendapat air segar yang mengalir langsung dari sumbernya. Seperti dalam kalimat
"syara'at al ibil" berarti unta itu telah berada di sumber air.

Secara terminologis, syari'ah atau syir'ah, sebagaimana dijelaskan oleh al


Qurtubi, merupakan jalan yang mengantarkan penggunanya kepada keselamatan (at
thariqah allati yutawasholu biha ila an najat). Syariah adalah segala sesuatu yang di-
syariatkan (ditetapkan hukumnya) oleh Allah kepada hamba-Nya sebagai ajaran dien
Islam. Demikian, As Syari' (Penentu Hukum) adalah Allah swt.

Termin syari'ah, syir'ah atau derifatifnya ditemukan dalam 5 ayat Al Qur'an,


diantaranya pada QS Al Jatsiyah (45):18

َٰۚ ‫۞ث َّۚمۚجع ۡل َٰنكۚۚعل‬


ۚ ‫ىۚش ِريعةۚۚمِنۚۚ ۡٱۡلمۡ ِۚرۚفٱتَّبِعۡ هاۚو‬
۞‫لۚتتَّبِۚعۡۚۚأ ۡهوآءۚۚٱلَّذِينۚۚلۚۚيعۡ لمون‬

"Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat dari agama itu,
maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang
tidak mengetahui." QS. Al-Jathiya (45): 18

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 33


Syariat, sebagaimana dijelaskan Dr Mustafa Rasyid dapat dimaknai sebagai
jalan, Sunnah atau minhaj dari agama. Ibn Abbas Ra. Berkata, "(Syariah merupakan)
petunjuk dari sesuatu perkara dan bukti yang nyata. Sehingga, syariah dapat dimaknai
sebagai segala sesuatu yang ditetapkan dan diperintahkan Allah sebagai bagian dari
agama selerto shalat, shaum, zakat, ibadah haji, dan amal ibadah lainnya.

ٗ ‫لِكلۚۚجع ۡلناۚمِنكمۡۚۚش ِۡرع ٗۚةۚوم ِۡنه‬...۞


۞... ۚ‫اجا‬

"... Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang..." QS. Al-Ma'idah (5): 48

Imam at Thabari menafsirkan ayat tersebut bahwa pada setiap ummat manusia
(yakni pada setiap kaum yang diutus pada mereka Rasul dan Nabi Allah), kami jadikan
atas mereka jalan yang memandu mereka pada kebenaran, disertai aturan yang menjadi
rujukan amal perbuatan. Ibnu Abbas berkata, ia (syariah) adalah Sunnah dan jalan
(Sabil). Terdapat beragam Sunnah (tradisi), Taurat memiliki Sunnah, Injil memiliki
Sunnah, begitupun Al Qur'an memiliki Sunnah.

Imam ar Razi berkata, "Syariah adalah segala sesuatu yang Allah wajibkan
kepada seluruh mukallaf, yaitu mu'min yang telah aqil baligh. Sedangkan minhaj
adalah jalan yang terang benderang. Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa syariah pada intinya adalah jalan yang lurus, as shirath al mustaqim
yang menjadi pijakan orang-orang beriman dalam menapaki kehidupan sesuai dengan
ridho Tuhan yang Maha Menciptakan.

Maqashid as Syariah

Maqashid as Syariah, menurut Dr. Ahmad Raissouni, merupakan maksud


ditetapkannya Syariah yang berorientasi pada terwujudnya kemaslahatan manusia.
(Raissouni: 1995). Imam as Syatibi (wafat 1388 M) ulama yang mengenalkan konsep
Maqashid as Syariah berkata, "Maksud Pemilik Hukum -yaitu Allah - menetapkan

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 34


Syariah adalah sebagai sebuah pendahuluan" (qashada as Syari' fi wadh'i as Syariah
ibtida'). Syaikh Abdullah Darraz memaknai bahwa maksud dari termin pendahuluan
(ibtida), bahwa maksud ditetapkannya syariah pada dasanya bersifat umum, diikuti
oleh tujuan-tujuan yang bersifat khusus. Maksud umum tersebut adalah kemaslahatan
hamba-hamba Tuhan di dunia dan akhirat.

Lebih lanjut, dalam bukunya "al Muqaddimah", Imam as Syatibi menyatakan


bahwa kewajiban penerapan syariah (takalif as Syariah) merujuk pada pemeliharaan
maksud-maksudnya yang tak lepas dari tiga bagian, yaitu maqashid primer (ad
dharuriyat), maqashid sekunder (al hajiyat), dan maqashid tersier (at tahsiniyat).

Maqashid primer mencakup segala perkara yang keberadaraanya menjamin


kemaslahatan dunia dan akhirat serta kealpaannya mengakibatkan kerusakan pada
kehidupan manusia. Maqashid sekunder meliputi segala perkara yang berorientasi
memudahkan dan melapangkan kesulitan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya.
Sedangkan maqashid tersier bersifat dekoratif dan memiliki tingkat urgensi yang paling
rendah diantara ketiga jenis maqashid tersebut.

Maqashid primer disebut juga pokok-pokok kemaslahatan (usul al mashalih)


mencakup pemeliharaan agama (hifzhuddin), pemeliharaan jiwa (hifzhunnafs),
pemeliharaan keturunan (hifzhunnasl), pemeliharaan harta (hifzhulmal), dan
pemeliharaan akal pikiran (hifzhul'aql). Keterhubungan atau relasi antar tiga tingkatan
maqashid dimaksud bersifat komplementer, dengan pengertian bahwa maqashid
tahsiniyah menopang maqashid haajiyah yang keduanya bersifat supportif terhadap
maqashid ad dharuriyah. Keterbatasan atau kekurangan pada dua tingkatan maqashid
(baik sekunder maupun tersier) tidak dapat membatalkan maqashid primer. Sebagai
ilustrasi bahwa shalat merupakan hajat primer seorang muslim, tidak adanya masjid di
suatu negeri tidak lantas membatalkan kewajiban untuk shalat.

Memelihara maqashid syariah dilakukan dengan dua pendekatan; fasilitasi dan


eliminasi. Misalnya, maqashid primer dipelihara melalui kebebasan masyarakat untuk

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 35


beribadah tanpa dihambat dengan dalih apapun, sebaliknya penistaan dan penyerangan
terhadap simbol agama harus dikoreksi dengan pendekatan yang sesuai: dimulai
peringatan hingga jihad fi sabilillah. Begitupun dalam mashalih haajiyah, hukum adat
dan perundang-undangan jinayah (pidana) misalnya merupakan bentuk fasilitasi dan
eliminasi.

Maqashid syariah menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang paripurna


(dien syamil mutakamil). Agama yang diturunkan Sang Pencipta sebagai manual
paling ideal bagi ciptaannya dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat.
Pengetahuan maqashid syariah dan hal-hal terkait seperti mashalih mursalah, sadd ad
dzari'ah, kaidah penyimpulan hukum dan sebagainya merupakan hal yang diperlukan
oleh dai atau daiyah yang sering kali dijadikan rujukan oleh jamaahnya dalam mencari
solusi atas berbagai permasalahan keagamaan yang dihadapinya. Ushulul Fiqh
merupakan ilmu yang sangat membantu dalam penguasaan bidang dimaksud.

Akhlak Mulia

Kebenaran Islam nyata dalam aqidahnya yang murni, keadilan Islam konkret
dalam syariahnya yang penuh solusi, keindahan Islam menawan dalam akhlak
pemeluknya yang meneladani Nabi ‫ﷺ‬. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga antar sesama manusia dan semesta. Tingginya kualitas
aqidah dan ibadah tidak menjamin keimanan seseorang jika tidak disertai akhlak mulia,
hatta pada hewan sekalipun. Sebagaimana tergambar bahwa seorang muslimah
menjadi ahli neraka karena menganiaya seekor kucing.

ۚ‫ۚۚ(ۚعذبتۚامرأةۚفي‬:ۚ‫ۚقال‬-ۚ‫ۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلم‬-ۚ‫عنۚعبدۚهللاۚبنۚعمرۚرضيۚهللاۚعنهماۚأنۚرسولۚهللا‬
ۚ‫ۚولۚهيۚتركتهاۚتأكلۚمن‬،ۚ‫ۚولۚسقتهاۚإذۚحبستها‬،ۚ‫ۚفدخلتۚفيهاۚالنارۚ؛ۚلۚهيۚأطعمتها‬،ۚ‫ۚسجنتهاۚحتىۚماتت‬،ۚ‫هرة‬
‫خشاشۚاۡلرضۚ)ۚمتفقۚعليه‬.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 36


Dari Ibnu Umar Ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Telah diazab seorang
wanita karena kucing, ia mengurungnya sampai mati, ia masuk neraka karena
perbuatannya itu. Dia tidak memberinga makan dan minum dan tidak pula
melepaskannya untuk mencari makan."

Banyak sekali hadist yang menjadikan akhlak sebagai kriteria keimanan,


diantaranya:

‫مِنۚلِسا ِن ِۚهۚوي ِدِۚه‬


ۚ ۚۚ‫المسلِمۚۚمنۚۚسل ِۚمۚالمسلِمون‬

"Seorang Muslim adalah orang yang sanggup menjamin keselamatan orang-


orang Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya." [HR Bukhari]

َِّۚ ِ‫نۚكانۚۚيؤمِنۚۚب‬
ۚۚ‫اّللۚواليو ِۚمۚاْلخِ ِۚرۚفليك ِرم‬ ۚ ‫اّللۚۚعلي ِۚهۚوسلَّمۚۚق‬
ۚ ‫الۚم‬ َّ ۚ‫ي ِۚصلَّى‬
ۚ ِ‫نۚالنَّۚب‬ َّ ۚۚ‫ضي‬
ۚ ‫اّللۚۚعن ۚهۚع‬ ِ ‫عنۚۚأبِيۚهرير ۚةۚر‬
َِّۚ ‫صلۚۚرحِ مهۚۚومنۚۚكانۚۚيؤمِنۚۚ ِب‬
ۚ‫اّللۚواليو ِۚمۚاْلخِ ِۚرۚفليقلۚۚخي ًراۚأوۚۚلِيصمت‬ َِّۚ ‫ضيفهۚۚومنۚۚكانۚۚيؤمِنۚۚ ِب‬
ِ ‫اّللۚواليو ِۚمۚاْلخِ ِۚرۚفلي‬

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬beliau bersabda: "Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali
silaturrahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia
berkata baik atau diam." [HR Bukhari].

(‫ماۚامنۚبيۚمنۚباتۚشبعانۚوجارهۚاليۚجنبهۚجائعۚوهوۚيعلمۚ(رواهۚالحاكم‬

"Tidak dianggap orang yang beriman kepadaku orang yang tidur dalam keadaan
kenyang, sedangkan tetangga sampingnya lapar, sedangkan ia tahu." (HR. Hakim)

ِۚ ‫صلواۚاۡلرحامۚۚوصلُّواۚبِاللَّي‬
ۚ‫ل‬ َّ ‫قالۚۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚياۚأيُّهاۚالنَّاسۚۚأفشواۚالسََّلمۚۚوأطعِمواۚال‬
ِ ‫طعامۚۚو‬
ۚ‫جنَّةۚۚبِسَلم‬
ۚ ‫والنَّاسۚۚنِيامۚۚتدخلواۚال‬

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan,


sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur,
niscaya kalian masuk surga dengan selamat." (HR Ibnu Majah)

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 37


Dari hadist terakhir tergambar jelas bagaimana 3 dari 4 wasiat Nabi ‫ﷺ‬
merupakan perintah yang terkait dengan hubungan antar sesama; menebar salam,
memberi makan dan merajut silaturahmi.

ۚ‫ۚ((اۡليمانۚبضعۚوسبعونۚأو‬:‫ۚقالۚرسولۚهللاۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلم‬:‫عنۚأبيۚهريرةۚرضيۚهللاۚعنهۚقال‬
ۚ‫ۚوالحياءۚشعبةۚمنۚاۡليمان))؛‬،‫ۚوأدناهاۚإماطةۚاۡلذىۚعنۚالطريق‬،‫ۚلۚإلهۚإلۚهللا‬:‫ۚفأفضلهاۚقول‬،‫بضعۚوستونۚشعبة‬
‫رواهۚمسلم‬

Dari Abi Hurairah Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Iman terdiri
dari 79 atau 69 cabang, yang paling utama diantaranya adalah ucapan "Tiada Tuhan
selain Allah" dan cabang paling bawah adalah menyingkirkan duri dari jalanan, dan
rasa malu adalah salah satu cabang iman." (HR. Muslim).

Demikian, Islam merupakan kesatuan dari dimensi aqidah, syariah dan akhlak.
Kokohnya keyakinan seseorang harus dapat mengejawantah dalam akhlak mulia dan
tindakan yang bermanfaat untuk diri, untuk sesama dan untuk semesta. Sebagaimana
Nabi ‫ ﷺ‬di utus sebagai rahmat untuk jagad raya dan seisinya. Sedangkan misi utama
Nabi ‫ ﷺ‬tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia

ۚ‫ق‬ ِ ‫ِإنَّماۚبعِثتۚۚۡلت ِممۚۚمك‬


ِ ‫ارمۚۚاۡلخَل‬

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”


(HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Sebagai pengemban misi dakwah, seorang da'i hendaknya menjadi duta akhlaq
islami yang merefleksikan cahaya Quran dalam segenap aktivitas dan perilakunya
sehari-hari.

Kisah-kisah dalam Al Quran

Bercerita (storytelling) merupakan salah satu metode dakwah yang efektif.


Sebagaimana khazanah folklor di setiap bangsa abadi, diwariskan secara turun temurun

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 38


melalui cerita. Cerita adalah bentuk seni tertua yang terbukti efektif dalam membentuk
budaya manusia. Bercerita, menurut Dujmovic, merupakan bentuk orisinil dari metode
ajar. Cerita mampu meningkatkan kecerdasan emosional dan membantu seseorang
mendapatkan wawasan mengenai perilaku manusia. Bercerita juga merupakan bentuk
pembelajaran bahasa melalui pengayaan kosakata dan penguasaan struktur bahasa.
Selain itu, bercerita dapat memberikan konteks yang memotivasi dan menurunkan
kecemasan dalam proses belajar.(Dujmovic: 2016).

Seorang da'i tidak akan kehabisan tema untuk bercerita. Karena Al Qur'an berisi
berbagai kisah melimpah yang sarat dengan hikmah. Ibnu Katsir misalnya tak kurang
menghimpun 85 kisah tentang para Nabi dan Rasul dalam kitabnya Qishashul Anbiya.
Dr Said Abdul Azim menghimpun 13 kisah yang sangat terinci mengenai Ashabul
Kahfi, Ashabul Ukhdud, Kisah Nabi Sulaiman as, Nabi Nuh as, Kisah Kaum Luth as,
Kisah Dzul Qarnain dan lain sebagainya yang seluruhnya digali dari Kalamullah Al
Quranulkarim. Kisah-kisah penuh hikmah tersebut dapat diibaratkan laiknya
pemandangan indah yang dapat dipotret dari berbagai sisi yang berlainan. Lisan-lisan
para da'i dapat menjadi jembatan menuju keindahan hikmah di balik kisah yang
melimpah tersebut.

Keunggulan Risalah Islam

Dari uraian sebelumnya, Islam sebagai tema dakwah, mengutip penjelasan dari
Dr Abdul Karim Zaidan, dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam memiliki keunggulan-
keunggulan yang tidak dimiliki oleh agama lainnya di atas muka bumi, diantaranya:

1. Bersumber dari Tuhan


2. Lengkap dan Paripurna
3. Umum
4. Balasan dan Ganjaran
5. Kontekstual dan Membumi

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 39


Risalah Islam bersumber dari Allah SWT, sehingga setiap perintah dan larangan
yang Sang Pencipta turunkan hakikatnya merupakan cinta-Nya untuk menghadirkan
yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya. Kedua, ajaran Islam bersifat lengkap dan
paripurna (Syamil wa Kamil), mencakup urusan dunia dan akhirat, mengatur urusan
saat manusia terkandung dalam rahim ibunya hingga terbaring di kuburnya. Meliputi
urusan kamar mandi hingga cara mengelola negara dan dunia. Berdimensi aqidah,
ibadah, muamalah dan akhlak. Ketiga, Islam merupakan agama semesta raya,
sebagaimana Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah rahmat untuk ummat manusia seluruhnya,
sehingga dakwah hakikatnya merupakan misi abadi kemanusiaan, karena cahaya
hidayah adalah hak setiap insan di dunia. Keempat, Islam memandang dunia ini
sebagai ladang untuk bekal kehidupan di alam berikutnya yang abadi, kebajikan dan
keburukan yang ditanam di dunia akan mendapat balasan yang seadil-adilnya,
sebagaimana Allah telah menciptakan Jannah dan Neraka untuk mereka yang beriman
dan mengingkari Kebenaran. Kelima, ajaran Islam bersifat kontekstual dan membumi,
ia tidak tumbuh dari khayalan atau fantasi, sehingga kebenaran Islam merupakan
bentuk ideal yang realistis dan terjangkau dalam kapasitas manusia. Ketika kebenaran
itu menampakan wujudnya yang kaffah, saat itu keadilan, kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin mewarnai kehidupan manusia di atas muka bumi.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 40


B. RAGAM TOPIK DAKWAH

Bagian ini tidak berupaya memberikan definisi atau batasan-batasan tertentu


terhadap topik-topik dakwah, namun berupaya memotret beberapa dalil nash (Quran
dan Hadist) yang diharapkan dapat menginspirasi terhadap kajian topik-topik tersebut
secara lebih mendalam.

Islam dan Politik

- Akhlak Pemimpin dan Rakyat

Dua ayat Al Qur'an berikut QS. An Nisa (4): 58-59. berisi pesan Allah SWT
kepada para Pemimpin dan Rakyat. Bagaimana relasi keduanya dibangun di atas
prinsip amanah, keadilan dan ketaatan berbasis taqwa.

ِۚ ‫اسۚأنۚتۚ ۡحكمواۚۚ ِب ۡٱلع ۡد‬


َّ ۚۚ‫لۚ ِإ َّن‬
ۚ‫ٱّللۚۚنِ ِع َّماۚيعِظكم‬ ۚ ‫ىۚأ ۡهلِهاۚو ِإذاۚحكمۡ تمۚب ۡي‬
ۚ ِ َّ‫نۚٱلن‬ ِۚ ‫ٱّللۚي ۡأمركمۡۚۚأنۚتؤدُّواۚۚ ۡٱۡل َٰم َٰن‬
ۚٓ َٰ ‫تۚ ِإل‬ َّۚ ‫۞ ِإ‬
َّۚ ۚ‫ن‬
۞‫ص ٗيرا‬
ِ ‫ٱّللۚكانۚۚسمِيعاۚب‬ َّۚ ‫ِب ِ ٓۚۦهۚ ِإ‬
َّۚ ۚ‫ن‬

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." QS. An-
Nisa' (4): 58.

َِّۚ ۚ‫ٱلرسولۚۚوأولِيۚ ۡٱۡلمۡ ِۚرۚمِنكمۡۚۚفإِنۚت َٰنز ۡعتمۡۚۚفِيۚش ۡيءۚۚفردُّوهۚۚ ِإلى‬


ۚ‫ٱّلل‬ َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚوأطِ يعوا‬ َّ ۚۚ‫۞ َٰ ٓيأيُّهاۚٱ َّلذِينۚۚءامن ٓواۚۚأطِ يعوا‬
۞‫يَل‬ ً ‫ٱّللۚو ۡٱلي ۡو ِۚمۚ ۡٱۡلٓخِ ِرۚۚ َٰذلِكۚۚخ ۡيرۚۚوأ ۡحسنۚۚت ۡأ ِو‬
َِّۚ ِ‫لۚإِنۚكنتمۡۚۚت ۡؤمِنونۚۚب‬
ِۚ ‫ٱلرسو‬ َّ ‫و‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." QS. An-Nisa' (4):
59.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 41


- Nasehat dalam Relasi Kekuasaan

Hadist-hadist berikut menekankan pentingnya nasehat sebagai bentuk koreksi


agar kepemimpinan benar-benar lurus sesuai nilai-nilai Islam.

َّۚ ۚ‫يۚصلَّى‬
ۚ‫اّللۚعلي ِۚه‬ َّۚ ِ‫نۚالنَّب‬
َّۚ ‫ۚ"ۚأ‬:ۚ‫ي ِۚرضيۚهللاۚعنه‬
ۚ ‫روىۚاۡلمامۚمسلمۚرحمهۚهللاۚفيۚ"صحيحه"ۚعنۚۚتمِيمۚۚالد َِّار‬
َّۚ ِ ۚ(ۚ:ۚ‫ۚقال‬،ۚ‫صيحةۚۚ)ۚقلناۚلِمنۚۚ؟‬
)ۚۚ‫ّللِۚو ِلكِتا ِب ِۚهۚولِرسو ِل ِۚهۚو ِۡلئِ َّم ِۚةۚالمسلِمِينۚۚوۚعا َّمتِ ِهم‬ ۚ ‫ " وسلَّمۚۚق‬.
ِ َّ‫(ۚالدِينۚۚالن‬:ۚ‫ال‬

Diriwayatkan Imam Muslim dari Tamim bin Aus ad Dariy berkata, bahwa Nabi
‫ ﷺ‬bersabda, "Ad dien an nashihah (agama adalah nasehat), Ad dien an nashihah, Ad
dien an nashihah" (beliau ucapkan tiga kali). Kami berkata, "Bagi siapa ya Rasulullah?"
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Bagi Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-Nya, bagi para pemimpin ummat
Islam dan rakyatnya."

Dikatakan bahwa bai'at para sahabat kepada Nabi ‫ ﷺ‬didasari perintah untuk
saling menasehati. Diriwayatkan Imam Bukhari dari Jarir bin Abdullah berkata, "Saya
telah membai'at Nabi ‫ ﷺ‬di atas (perintah untuk) mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan nasihat untuk setiap muslim".

Diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,


"Sesungguhnya Allah meridhai bagi kalian tiga perkara: Kalian menyembah-Nya dan
tidak menyekutukan dengan selain-Nya, dan kalian berpegang teguh dengan tali Allah
dengan tidak bercerai berai, dan kalian menasehati siapa yang Allah titipi amanah
untuk mengurus kalian".

Fikih Mu'amalah, khususnya Fikih Siyasah merupakan salah satu bidang kajian
atau ilmu yang dapat membantu dalam memahami Politik dan Kekuasaan dari
perspektif Islam.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 42


Islam dan Ilmu Pengetahuan

- Membaca sebagai wahyu pertama Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

Ilmu pengetahuan memiliki posisi yang tinggi di dalam Islam. Perintah menuntut
ilmu merupakan Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi ‫ﷺ‬, yakni lima ayat pertama
dalam QS. Al-Alaq.

ۚۚ‫ِنۚعلق۞ۚ ۡٱق ۚرۡۚأۚوربُّكۚۚ ۡٱۡل ۡكرم۞ٱلَّذِيۚعلَّمۚۚبِ ۡٱلقل ِم۞علَّم‬


ۚۡ ‫نسنۚۚم‬ ۡ ِ‫۞ ۡٱقرۡۚأۚب‬
ِ ۡ ۚۚ‫ٱس ِۚمۚربِكۚۚٱلَّذِيۚخلق۞خلق‬
َٰ ‫ٱۡل‬
۞ ۡ‫نسنۚۚماۚلمۡۚۚيعۡ لم‬ ِۡ
َٰ ‫ٱۡل‬

۞Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan ۞Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah ۞Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamuliaۚ۞Yang mengajar (manusia) dengan penaۚ۞Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinyaۚ۞ QS. Al-Alaq (96): 1-5

Ilmu, dalam ayat-ayat Al Qur'an, selalu berdampingan dengan iman. Beriman


harus dilandasi ilmu yang benar. Menuntut ilmu disertai hati yang bersih akan
mengantarkan manusia pada ketakwaan. Allah meninggikan derajat orang-orang
beriman yang tak jemu mencari ilmu.

- Keagungan Posisi Penuntut Ilmu

َّ ۚ‫ح‬
ۚۚ‫ٱّللۚۚل ۚكمۡۚۚوإِذاۚقِيلۚۚٱنشزواۚۚفٱنشزوا‬ ۚ ِ ‫۞ َٰيٓأيُّهاۚٱلَّذِينۚۚءامن ٓواۚۚإِذاۚقِيلۚۚلكمۡۚۚتفسَّحواۚۚفِيۚ ۡٱلم َٰجل‬
ِۚ ‫ِسۚف ۡٱفسحواۚۚي ۡفس‬
۞‫ٱّللۚۚبِماۚتعۡ ملونۚۚخبِير‬ َّ ‫تۚو‬ ۚ ‫ٱّللۚٱلَّذِينۚۚءامنواۚۚمِنكمۡۚۚوٱلَّذِينۚۚأوتواۚۚ ۡٱلع ِۡلمۚۚدر َٰج‬
َّۚ ۚ‫ي ۡرف ِۚع‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa
yang kamu kerjakan." QS Al-Mujadalah (58): 11.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 43


Orang berilmu akan menyadari kemahabesaran Tuhan dan kekerdilan dirinya di
jagad raya yang mahaluas ini. Pengetahuannya itu menyadarkan dirinya tentang
kebenaran Al Qur'an sebagai sebaik-baik petunjuk dalam menjalani kehidupan.

َٰۚ ‫ٱّللۚۚلها ِۚدۚٱلَّذِينۚۚءامن ٓواۚۚإِل‬


ۚ‫ى‬ ُّۚ ‫۞ولِيعۡ لمۚۚٱلَّذِينۚۚأوتواۚۚ ۡٱلع ِۡلمۚۚأنَّ ۚهۚ ۡٱلح‬
َّۚ ِ‫قۚمِنۚ َّربِكۚۚفي ۡؤمِنواۚۚبِ ِهۦۚفت ۡخبِتۚۚل ۥهۚقلوبهمۡۚۚوإ‬
َّ ۚ‫ن‬
۞‫ص َٰرطۚۚ ُّم ۡستقِيم‬
ِ

"dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu
benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan
sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang
lurus." QS. Al-Hajj (22): 54

- Perintah untuk Mengobservasi Alam Semesta sebagai Dzikrullah

Mengobservasi dan merenungkan penciptaan alam semesta merupakan bukti


keberadaan Tuhan Yang Maha Mengatur bagi mereka yang berpikir (Ulul Albaab).

َّ ۚۚ‫ب۞ۚٱلَّذِينۚۚي ۡذكرون‬
ۚ‫ٱّللۚۚق َِٰي ٗما‬ ِ ‫ارۚۡل ٓ َٰيتۚۚ ِۡلولِيۚ ۡٱۡل ۡل َٰب‬
ِۚ ‫لۚوٱلنَّه‬ِۚ ‫ٱخت َِٰلفِۚۚٱ َّل ۡي‬ ۚ ِ ‫تۚو ۡٱۡل ۡر‬
ۡ ‫ضۚو‬ ِۚ ‫نۚفِيۚخ ۡل‬
ِۚ ‫قۚٱلس ََّٰم َٰو‬ َّۚ ِ‫۞إ‬
ِ َّ‫َلۚس ۡب َٰحنكۚۚفقِناۚعذابۚۚٱلن‬
۞‫ار‬ ۚ ٗ ِ‫ضۚربَّناۚماۚخلۚ ۡقتۚۚ َٰهذاۚ َٰبط‬ ۚ ِ ‫تۚو ۡٱۡل ۡر‬ ِۚ ‫قۚٱلس ََّٰم َٰو‬ ِۚ ‫ىۚجنوبِ ِهمۡۚۚويتف َّكرونۚۚفِيۚخ ۡل‬ َٰۚ ‫وقعودٗاۚوعل‬

ۚ۞Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal ۚ۞(yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.ۚ۞QS. Ali Imran (3): 190-191.

- Beragama harus didasari Ilmu yang Benar

Islam tidak mengenal dogma. Bahkan dalam memahami eksistensi dan


kemahaesaan Tuhan pun, Islam menganjurkan manusia untuk menggunakan akal

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 44


pikiran, sebagaimana terlukiskan dalam QS. Al-An'am (6): 74-79 mengenai perjalanan
filosofis Nabi Ibrahim as dalam pencarian Tuhan.

ٓ ‫تۚقالۚۚ َٰيق ۡو ِۚمۚإِنِيۚب ِر‬


ۚ‫يءۚۚ ِم َّماۚت ۡش ِركونۚۚ۞ۚإِنِي‬ ۚۡ ‫الۚ َٰهذاۚربِيۚ َٰهذاۚٓۚأ ۡكبرۚۚفل َّماۚ ٓۚأفل‬
ۚ ‫ازغ ٗۚةۚق‬ َّ ‫۞ۚفل َّماۚرءاۚٱل‬
ِ ‫شمۡ سۚۚب‬
۞‫تۚو ۡٱۡل ۡرضۚۚحن ِٗيفاۚۚوماۚ ٓۚأنۚاۚمِنۚۚ ۡٱلم ۡش ِر ِۚكين‬ ِۚ ‫وجَّهۡ تۚۚو ۡج ِهيۚۚ ِللَّذِيۚفطرۚۚٱلس ََّٰم َٰو‬

۞Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini
lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh,
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. ۚ۞Aku hadapkan wajahku kepada
(Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti)
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.ۚ۞QS. Al-An'am,
Ayah 78-79.

- Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Orang Beriman

Demikian, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman.

ۚ‫ۚرواه‬.ۚ)ۚۚ‫لۚمسلِم‬ ۚ ۚ‫النبي ِۚصلَّىۚهللاۚۚعلي ِۚهۚوسلَّمۚأنه‬


ِۚ ‫ۚ(ۚطلبۚۚالعِل ِۚمۚف ِريضةۚۚعلىۚۚك‬:ۚ‫قال‬ ۚ ۚ‫عن‬:ۚ‫ال‬
ۚ ‫نۚمالِكۚۚق‬
ِۚ ‫عنۚأنسۚب‬
‫ابنۚماجه‬

Dari Anas bin Malik berkata, dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim." (HR. Ibnu Majah.

ۚ، ِ‫ۚمنۚۚسلكۚۚطريقًاۚيبتغِيۚفِي ِۚهۚعل ًماۚس َّهلۚاّللَّۚۚلهۚ وعنۚۚأبيۚالدَّرداء‬:ۚ‫ۚيقول‬،‫اّللِۚﷺ‬


َّۚ ۚ‫ۚسمِ عتۚۚرسول‬:‫ۚقال‬،
َّۚ ‫ۚو‬،ِ‫طريقًاۚ ِإلىۚالجنة‬
َّۚ ‫ۚو‬،‫إنۚالمَلئِكةۚۚلتضعۚۚأجنِحتهاۚلِطالبۚالعِل ِۚمۚ ِرضًاۚ ِبماۚيصنع‬
ۚ‫إنۚالعالِمۚليستغفِرۚۚل ۚهۚمنۚۚفي‬
ۚ ،‫ب‬ ِۚ ‫ۚوفضلۚۚالعالِمۚعلىۚالعا ِب ِۚدۚكفض‬، ِ‫ضۚحتَّىۚالحِ يتانۚۚفيۚالماء‬
ِ ‫لۚالقمرۚعلىۚسائ ِِۚرۚالكوا ِك‬ ۚ ِ ‫تۚومنۚۚفِيۚاۡلر‬
ِۚ ‫السَّموا‬
َّ ۚ‫ورثواۚدِينا ًراۚولۚدِره ًماۚوإنَّما‬
ۚ ‫ۚفمنۚۚأخذهۚۚأخ ۚذۚ ِب‬،‫ورثواۚالعِلم‬
ۚ.ۚ‫حظۚوافِر‬ َّۚ ِۚۚ‫وإنۚالعلماءۚۚورثةۚۚاۡلن ِبياء‬
ِ ‫وإنۚاۡلن ِبياءۚۚلمۚۚي‬ َّۚ
ۚ‫ي‬
ُّ ‫رواهۚۚأبوۚداودۚوالترمذ‬.

Abu Darda’ lantas berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi ‫ﷺ‬
bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan
sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 45


dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada
dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah
seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya.
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah
mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka
sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi).

Ushul Fiqh, Filsafat & Pemikiran Islam termasuk ke dalam bidang kajian atau
ilmu yang dapat membantu dalam memahami Islam dan Ilmu Pengetahuan.

Islam dan Hukum

- Perintah untuk berlaku Adil

Spirit atau jiwa dari hukum adalah keadilan. Keberadaan hukum pada dasarnya
menjamin hadirnya keadilan bagi ummat manusia. Islam diturunkan sebagai hukum
oleh Sang Maha Adil. Setiap aspek dalam Islam merupakan norma yang penuh dengan
prinsip-prinsip keadilan.

َّۚ ‫نۚوٱلس‬
ِۚ ‫ِنۚ ِبٱلس‬
ۚ‫ِن‬ ِۚ ‫نۚو ۡٱۡلنفۚۚ ِب ۡٱۡلنفِۚۚو ۡٱۡلذنۚۚ ِب ۡٱۡلذ‬ ِۚ ‫سۚو ۡٱلع ۡينۚۚ ِب ۡٱلع ۡي‬
ۚ ِ ‫۞وكت ۡبناۚعل ۡي ِهمۡۚۚفِيهۚا ٓۚأ َّنۚۚٱلنَّ ۡفسۚۚ ِبٱلنَّ ۡف‬
۞‫ظلِمون‬ َّ َٰ ‫ٱّللۚۚفأو َٰلٓئِكۚۚه ۚمۚٱل‬
َّ ۚۚ‫و ۡٱلجروحۚۚقِصاصۚۚفمنۚتصدَّقۚۚ ِب ِهۦۚف ۚهوۚۚكفَّارةۚۚلَّهۥۚۚومنۚلَّمۡۚۚي ۡحكمۚ ِبمۚا ٓۚأنزل‬

"Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa


(dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisas-nya (balasan yang sama).
Barangsiapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang zhalim." QS. Al-Ma'idah (5): 45.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 46


Rintangan terbesar dalam menegakkan keadilan adalah hawa nafsu dan hasrat
yang tertanam dalam jiwa manusia.

َّۚ ۚۚ‫ضۚماۚ ٓۚأنزل‬


ۚ‫ٱّللۚإِل ۡيكۚۚفإِن‬ ۚ ‫ٱحذ ۡرهمۡۚۚأنۚي ۡفتِنوكۚۚع‬
ۚ ِ ۡ‫نۚبع‬ ۡ ‫لۚتتَّبِعۡۚۚأ ۡهوآءهمۡۚۚو‬ َّ ۚۚ‫ٱحكمۚب ۡينهمۚبِمۚا ٓۚأنزل‬
ۚ ‫ٱّللۚۚو‬ ۡ ۚ‫ن‬ ِۚ ‫۞ۚوأ‬
۞‫اسۚل َٰفسِقون‬
ۚ ِ َّ‫نۚكثِي ٗراۚمِنۚۚٱلن‬
َّۚ ِ‫ضۚذنوبِ ِهمۡۚۚوإ‬
ۚ ِ ۡ‫صيبهمۚبِبع‬ َّ ۚ‫يد‬
ِ ‫ٱّللۚۚأنۚي‬ ۡ ‫تولَّ ۡواۚۚف‬
ۚ ‫ٱعلمۡۚۚأنَّماۚي ِر‬

"dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah
terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang
telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan
sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik". QS. Al-Ma'idah(5): 49

Keadilan akan membawa kemashlahatan utamanya jika diamalkan oleh para


pemimpin dalan mengurusi rakyatnya.

ِۚ ‫اسۚأنۚت ۡحكمواۚۚبِ ۡٱلع ۡد‬


َّ ۚۚ‫لۚإِ َّن‬
ۚ‫ٱّللۚۚنِ ِع َّماۚيعِظكم‬ ۚ ‫ىۚأ ۡهلِهاۚوإِذاۚحكمۡ تمۚب ۡي‬
ۚ ِ َّ‫نۚٱلن‬ ِۚ ‫ٱّللۚي ۡأمركمۡۚۚأنۚتؤدُّواۚۚ ۡٱۡل َٰم َٰن‬
ۚٓ َٰ ‫تۚإِل‬ َّۚ ِ‫۞إ‬
َّۚ ۚ‫ن‬
۞‫ص ٗيرا‬
ِ ‫ٱّللۚكانۚۚسمِيعاۚب‬ َّۚ ِ‫بِ ِ ٓۚۦهۚإ‬
َّۚ ۚ‫ن‬

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." QS. An-
Nisa' (4): 58.

- Kehancuran disebabkan Ketidakadilan

Sebaliknya, ketidakadilan mengakibatkan malapetaka dan kehancuran suatu


kaum.

ۚ‫ۚأقامواۚعلي ِۚه‬،ۚۚ‫ضعِيف‬ َّ ‫((ۚإنَّماۚأهلكۚۚالَّذِينۚۚقبلكمۚۚأنَّهمۚۚكانواۚإِذاۚسرقۚۚفِيِهمۚۚال‬


َّ ‫ۚوإِذاۚسرقۚۚفِي ِهمۚۚال‬،ۚۚ‫ش ِريفۚۚتركوه‬
َّۚ ۚ‫ۚوايمۚۚهللاِۚۚل ۚو‬،َّۚ‫( الح ۚد‬2/ 277)
‫ۚرياضۚالصالحين‬.ۚۚ‫ۚمتفقۚعلۚي ِه‬.ۚ))ۚ‫أنۚفاطِ مةۚۚبِنتۚۚمح َّم ۚدۚسرقتۚۚلقطعتۚۚيدها‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 47


“Artinya : Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu binasa karena bila ada
orang terpandang diantara mereka yang mencuri, mereka membiarkannya; dan bila
orang lemah yang mencuri, maka mereka tegakkan hukum atasnya. Demi Allah,
andaikata Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” [Hadits
Riwayat Al-Bukahri, Ahdits Al-Anbiya 3475. Muslim, Al-Hudud 1688].

Ushuluddin, Fiqhus Syari'ah, Kajian Tafsir dan Hadist termasuk ke dalam ilmu
yang mengkaji hukum dalam perspektif Islam.

Islam dan Ekonomi

Dalam mengelola ekonomi, perlu dipahami bahwa secara naluriah manusia


tercipta dengan kecenderungan mencintai harta (materi). Harta yang dalam bahasa
Arab disebut Al Maal, berakar dari termin maala berarti miring. Begitu besar godaan
harta sehingga banyak memikat dan menarik manusia untuk berjibaku memperolehnya.
Hal tersebut tergambar dalam firman Allah pada Surah Ali Imran ayat 14.

ۚ‫ل ۚ ۡٱلمس َّوم ِۚة‬


ِۚ ‫ض ِۚة ۚو ۡٱلخ ۡي‬
َّ ‫ب ۚو ۡٱل ِف‬
ِۚ ‫ير ۚ ۡٱلمقنطرۚ ِۚة ۚمِنۚ ۚٱلذَّه‬ ِۚ ِ‫ت ۚمِنۚ ۚٱلنِسآءِۚ ۚو ۡٱلبنِينۚ ۚو ۡٱلق َٰنط‬ ۚ ِ َّ‫۞ز ِينۚ ۚلِلن‬
َّ ‫اس ۚحبُّۚ ۚٱل‬
ِۚ ‫شه َٰو‬
ِ ‫ٱّللۚۚعِندهۥۚح ۡسنۚۚ ۡٱلمـَٔا‬
۞‫ب‬ َّ ‫ثۚۚ َٰذلِكۚۚم َٰت ۚعۚ ۡٱلحي َٰوةِۚۚٱلد ُّۡنياۚۚو‬
ِ ‫و ۡٱۡل ۡن َٰع ِۚمۚو ۡٱلح ۡر‬

"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk
dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik". QS. Ali-
Imran (3): 14.

- Cara memperoleh harta yang halal

Islam mengatur bagaimana manusia memperoleh harta. Bahwa Allah telah


menempatkan manusia di bumi ini dengan berbagai sumber daya untuk mencari
penghidupan.

ۚ ِ ‫ولق ۡۚدۚم َّك َٰنَّكمۡۚۚفِيۚ ۡٱۡل ۡر‬


ۚ ٗ ‫ضۚوجع ۡلناۚلكمۡۚۚفِيهاۚم َٰع ِيشۚۚقل‬
ۚ‫ِيَلۚ َّماۚت ۡشكرون‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 48


"Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami
sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." QS.
Al-A'raf (7): 10

Dalam memperoleh penghidupan, Allah telah menghalalkan jual beli dan


mengharamkan riba.

ۚ ِ ‫ش ۡي َٰطنۚ ۚمِنۚ ۚ ۡٱلم‬


ۚۚ‫س ۚ َٰذلِكۚ ۚ ِبأنَّهمۡۚ ۚقال ٓواۚ ۚ ِإنَّۚما ۚ ۡٱلب ۡي ع‬ َّ ‫ٱلرب َٰواۚ ۚلۚ ۚيقومونۚ ۚ ِإ َّلۚ ۚكما ۚيقومۚ ۚٱلَّذِي ۚيتخبَّطهۚ ۚٱل‬ ۡ
ِ ۚ ۚ‫۞ٱلَّذِينۚ ۚيأكلون‬
ۚ‫اد‬ ۚۡ ‫ٱّللۚ ۚوم‬
ۚ ‫ن ۚع‬ ِ َّ ۚ ‫ى ۚفلهۥ ۚما ۚسلفۚ ۚوأ ۡمرٓۚهۥ ۚ ِإلى‬ َٰۚ ‫ٱلرب َٰواۚ ۚفمن ۚجآءهۥ ۚم ۡوعِظةۚ ۚمِن ۚ َّربِ ِهۦ ۚفٱنته‬ ِ ۚ ۚ‫ٱّللۚ ۚ ۡٱلب ۡيعۚ ۚوح َّرم‬ ِ ۚ ۚ‫م ِۡثل‬
َّۚ ‫ٱلرب َٰواۚ ۚوأح‬
َّ ۚ ‫ل‬
۞‫ارۚهمۡۚۚفِيهاۚ َٰخلِدون‬ ِۚ َّ‫ص َٰحبۚۚٱلن‬ ۡ ‫فأو َٰلٓئِكۚۚأ‬

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti


berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka
berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya." QS. Al-Baqarah (2): 275

Bekerja dan berniaga merupakan bentuk ibadah jika dalam pelaksanaannya,


seseorang selalu mengingat pengawasan Allah SWT.

َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚو ۡٱذكروا‬
۞‫ٱّللۚۚكثِي ٗراۚلَّعلَّكمۡۚۚت ۡفلِحون‬ ِ َّ ۚ‫ل‬
ِۚ ‫ض‬ ۚ ِ ‫صل َٰوةۚۚفٱنتشِرواۚۚفِيۚ ۡٱۡل ۡر‬
ۡ ‫ضۚو ۡٱبتغواۚۚمِنۚف‬ َّ ‫تۚٱل‬
ِۚ ‫ضي‬
ِ ‫۞فإِذاۚق‬

"Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah


karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." QS. Al-
Jumu'ah (62): 10.

- Cara mempergunakan harta yang baik

Islam tidak hanya mengatur cara memperoleh harta, tapi juga cara
menggunakannya. Penggunaan harta secara bijak merupakan salah satu karakter
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Mengasihi ('Ibadurrahman).

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 49


۞‫نۚ َٰذلِكۚۚقو ٗاما‬
ۚ ‫۞وٱلَّذِينۚۚ ِإذاۚٓۚأنفقواۚۚلمۡۚۚي ۡس ِرفواۚۚولمۡۚۚي ۡقترواۚۚوكانۚۚب ۡي‬

"Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang


apabila menggunakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara
keduanya secara wajar." QS. Al-Furqan (25): 67.

Islam juga memotivasi orang-orang beriman untuk berinfak di jalan Allah untuk
kesuksesan di dunia dan akhirat.

َٰۚ ‫ٱّللۚۚي‬
ۚۚ‫ضعِف‬ ۚۡ ‫لۚحبَّةۚۚأنبت‬
َّ ‫تۚس ۡبعۚۚسنابِلۚۚفِيۚك ِلۚۚسنبلةۚۚمِائةۚۚحب َّۚةۚو‬ ِۚ ِ‫۞ َّمثلۚۚٱلَّذِينۚۚينفِقونۚۚأمۡ َٰولهمۡۚۚفِيۚسب‬
َِّۚ ۚ‫يل‬
ِۚ ‫ٱّللۚكمث‬
َّ ‫لِمنۚيشآءۚۚو‬
۞‫ٱّللۚۚ َٰوسِعۚۚعلِيم‬

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir


biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui." QS. Al-Baqarah (2): 261.

Seorang usahawan yang jujur lagi terpercaya memiliki posisi yang mulia di
hadapan Allah SWT.

ۚ‫صدوقۚ ۚاۡلمِينۚ ۚم ۚع‬ ِ َّ ‫ۚ(ۚالت‬:ۚ ‫عنۚأبي ۚسعيد ۚالخدري ۚرضي ۚهللاۚعنه ۚقالۚرسول ۚهللا ۚصلى ۚهللاۚعليه ۚوسلم‬
َّ ‫اجرۚۚال‬
ِ ‫النَّ ِب ِۚيينۚۚو‬
ُّ ‫الص ِديقِينۚۚوال‬
‫شهداءِۚۚ)ۚرواهۚالترمذي‬

Dari Abu Sa'id al Khudri Ra. berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Seorang
pedagang yang jujur dan amanah bersama para Nabi, orang-orang saleh dan para
syuhada" (HR. Tirmidzi)

Demikian, baik kekayaan maupun keterbatasan keduanya merupakan ujian bagi


orang beriman. Kekayaan hendaknya dijadikan sarana untuk menebar manfaat bagi
mereka yang membutuhkan.

ۚ،‫ۚ((اليد ۚالعليا ۚخير ۚمن ۚاليد ۚالسفلى‬:‫عن ۚحكيم ۚبن ۚحزام ۚرضي ۚهللا ۚعنه ۚعن ۚالنبي ۚصلى ۚهللا ۚعليه ۚوسلم ۚقال‬
‫ۚومنۚيستغنۚيغنهۚهللا))ۚرواهۚالبخاري‬،‫ۚومنۚيستعففۚيعفهۚهللا‬،‫ۚوخيرۚالصدقةۚعنۚظهرۚغنى‬،‫وابدأۚبمنۚتعول‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 50


dari Hakim bin Hizam radliallahu ‘anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬berkata, “Tangan yang
diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang
yang menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang
sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka barangsiapa yang berusaha memelihara
dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan
dirinya maka Allah akan mencukupkannya”. (HR Bukhari).

Dengan menyikapi, mencari dan menggunakan harta sesuai panduan Islam,


kesejahteraan manusia merupakan keniscayaan yang terwujud sebagai buah manis
ketakwaan.

Fiqhul Mu'amalah merupakan bidang kajian yang membahas keuangan dan


ekonomi syariah secara mendalam. Khusus mengenai pembagian hak waris, dibahas
dalam ilmu al Faraidl.

Islam dan Kesehatan

- Islam dan higienitas

Islam sangat mementingkan higienitas kesehatan. Sebagaimana diketahui,


berbagai virus menjangkiti manusia karena mengkonsumsi hewan liar atau daging yang
tidak halal dan non higienis seperti swine flu yang ditularkan babi, Nipah virus
terkandung dalam daging hewan liar. Fenomena global covid 19 yang melumpuhkan
dunia lebih dari 1 tahun disebabkan konsumsi hewan liar, utamanya kelelawar. Karena
itu, penting bagi dai untuk terus menyampaikan pesan Al-Quran tentang pola konsumsi
sesuai dengan tuntunan Ilahi.

۞‫ش ۡي َٰط ِنۚۚإِنَّ ۥۚهۚلكمۡۚۚعدوۚۚ ُّمبِين‬ ِۚ ‫لۚتتَّبِعواۚۚخط َٰو‬


َّ ‫تۚٱل‬ ۚ ٗ ‫ضۚح َٰل‬
ۚ ‫َلۚطيِبٗ اۚو‬ ۚ ِ ‫۞ َٰيٓأيُّهاۚٱلنَّاسۚۚكلواۚۚمِ َّماۚفِيۚ ۡٱۡل ۡر‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 51


"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh
yang nyata bagimu." QS. Al-Baqarah (2): 168

ۚ‫َل ۚإِ ۡث ۚم‬


ۚٓ ‫اد ۚف‬ ۚ ‫ٱضط َّۚر ۚغ ۡيرۚ ۚباغۚ ۚو‬
ۚ ‫ل ۚع‬ ۡ ۚ‫ن‬ ِ َّ ۚ ‫ير ۚوماۚ ٓۚأهِلَّۚ ۚبِ ِهۦ ۚلِغ ۡي ِۚر‬
ِۚ ‫ٱّللۚ ۚفم‬ ِ ِ‫۞إِنَّما ۚح َّرمۚ ۚعل ۡيكۚمۚ ۚ ۡٱلم ۡيتةۚ ۚوٱلدَّمۚ ۚول ۡحمۚ ۚ ۡٱلخ‬
ِۚ ‫نز‬
َّ ۚۚ‫عل ۡي ِۚهۚ ِإ َّن‬
۞‫ٱّللۚۚغفورۚۚ َّرحِ يم‬

"Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,


dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang." QS. Al-Baqarah (2): 173

- Islam dan pola hidup sehat

Islam melarang segala macam tindakan, pola hidup, termasuk pola konsumsi
yang membahayakan bagi tubuh. Mencederai diri merupakan sebuah dosa, karena
sesungguhnya jiwa dan raga kita adalah milik Allah yang harus kita jaga sebaik-
baiknya.

۞‫ٱّللۚۚيحِ بُّۚۚ ۡٱلم ۡح ِسنِين‬


َّ ۚۚ‫لۚت ۡلقواۚۚ ِبأ ۡيدِيكمۡۚۚ ِإلىۚٱلتَّهۡ لك ِۚةۚوأ ۡحسِن ٓواۚۚ ِإ َّن‬ َِّۚ ۚ‫ل‬
ۚ ‫ٱّللۚو‬ ِۚ ‫۞وأنفِقواۚۚفِيۚس ِبي‬

"Dan gunakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh,
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." QS. Al-Baqarah (2): 195

Begitu berharganya kesehatan. Namun nikmat itu baru disyukuri ketika


seseorang jatuh sakit

‫مغبونۚفيهماۚكثيرۚمنۚالناسۚالصحةۚوالفراغ‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 52


“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah
kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari: 6412, at-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah:
4170)

Kesehatan itu harus diupayakan, karena dengan sehat seseorang bisa bermanfaat
sepanjang anugerah usia yang Tuhan berikan pada manusia. Dalam Shahih Muslim
terdapat hadits riwayat Abu Hurairah dari Nabi ‫ﷺ‬, bahwa beliau bersabda:

ۚ‫ ۚواستعن‬،ۚ ‫ ۚوفي ۚكل ۚخير ۚاحرص ۚعلى ۚما ۚينفعك‬،‫المؤمن ۚالقوي ۚخير ۚوأحب ۚإلى ۚهللا ۚمن ۚالمؤمن ۚالضعيف‬
ۚ‫ۚفإنۚلوۚتفتح‬،ۚ‫ۚولكنۚقلۚقدرۚهللاۚوماشاءۚفعل‬،‫ۚولتعجزۚوإنۚغلبكۚأمرۚفَلتقلۚلوۚأنيۚفعلتۚكذاۚلكانۚكذاۚوكذا‬،ۚ‫باهلل‬
‫عملۚالشيطان‬.

“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan
mukmin yang lemah; pada keduanya terdapat kebaikan. Bersemangatlah mengerjakan
apa pun yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan Allah, dan jangan sampai
lemah! Andai keinginanmu tak tercapai, jangan katakan, ‘Andai saya lakukan ini dan
itu maka pasti akan begini dan begitu.’ Akan tetapi, katakanlah, ‘Qadarullahi wa ma
sya’a fa’ala (ini adalah ketetapan Allah; segala sesuatu yang Dia kehendaki aka Dia
lakukan).’ Ucapan ‘andai’ akan membuka jalan bagi setan.” (HR. Muslim).

- Islam dan Berolahraga

Diantara cara menjaga sehat adalah dengan berolahraga. Adapun diantara


olahraga yang dicintai Nabi ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya adalah berenang, memanah dan
menunggangi kuda.

ۚ‫ۚعلمواۚأبناءكمۚالسباحةۚوالرميۚوالمرأة‬:‫عنۚابنۚعمر ۚرضيۚهللاۚعنهماۚعنۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚقال‬
‫ۚورواهۚالديلمي‬.ۚ‫المغزل‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 53


Dari Ibnu Umar Ra. Dari Nabi ‫"ۚ ﷺ‬Ajarilah anak-anakmu berenang memanah
dan menunggang kuda," HR. Dailami.

Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh banyak mengkaji isu higienitas dan kesehatan di dalam
Islam.

Islam dan Perempuan

- Islam dan Kesamaan Gender

Perempuan merupakan tiang suatu bangsa. Tugas yang perempuan emban


sungguh luar biasa, yaitu mendidik dan menyiapkan kader pemimpin bangsa. Karena
itu, Islam tidak pernah membeda-bedakan signifikansi manusia dalam kehidupan
dengan basis gender.
ٓ
۞‫ىۚوهوۚۚم ۡؤمِنۚۚفأو َٰلئِكۚۚي ۡدخلونۚۚ ۡٱلجنَّةۚۚولۚۚي ۡظلمونۚۚنق ِٗيرا‬ َّ َٰ ‫لۚمِنۚۚٱل‬
ِۚ ‫صل َِٰح‬
َٰۚ ‫تۚمِنۚذكرۚۚأوۡۚۚأنث‬ ۚۡ ‫۞ومنۚيعۡ م‬

Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan


sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dizhalimi sedikit pun. QS. An-Nisa' (4): 124.

Karena perbedaan, termasuk diciptakannya laki-laki dan perempuan merupakan


sunnatullah, yang harus dipandang sebagai medan kolaborasi untuk mencapai
ketakwaan.

َّۚ ۚۚ‫ٱّللۚۚأ ۡتق َٰىكمۡۚۚ ِإ َّن‬


ۚ‫ٱّلل‬ َٰۚ ‫۞ َٰيٓأيُّۚهاۚٱلنَّاسۚ ۚ ِإ َّنا ۚخل ۡق َٰنكم ۚمِن ۚذكرۚ ۚوأنث‬
ِ َّ ۚۚ‫ىۚوجع ۡل َٰنكمۡۚۚشعوبٗ ا ۚوقبآئِلۚۚلِتعارف ٓواۚ ۚ ِإ َّنۚ ۚأ ۡكرمكمۡۚ ۚعِند‬
۞‫علِيمۚۚخ ِبير‬

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti." QS. Al-Hujurat (49): 13

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 54


- Perempuan dan Kesempurnaan Iman dalam Islam

Islam sangat memuliakan perempuan. Etika terhadap perempuan merupakan


kriteria kesempurnaan iman seseorang.

ۚ‫ۚوخياركمۚخياركمۚلنسائِهم)ۚرواه‬،‫ۚ(أكملۚۚالمؤمنينۚإيمانًاۚأحسنهمۚخلقًا‬:-‫صلىۚهللاۚعليهۚوسلم‬-ۚ‫قالۚالنبي‬
‫السيوطي‬

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Seorang mu'min yang paling sempurna keimanannya adalah


yang terbaik akhlaknya, dan yang terbaik diantaramu adalah yang paling baik pada
isteri-isteri mereka" HR. Suyuthi

Tak ada manusia yang berjasa melebihi sosok ibu pada anaknya. Mereka adalah
sekolah pertama anak Adam yang terlahir ke dunia. Ibu adalah orang yang paling
(paling, paling) berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya

ۚ..‫ۚياۚرسولۚهللا‬:‫ۚ((جاءۚرجلۚإلىۚرسولۚهللاۚ(صلىۚهللاۚعليهۚوسلم)ۚفقال‬:‫عنۚأبىۚهريرةۚرضىۚهللاۚعنهۚقال‬
ۚ:‫ۚقال‬..‫ۚثمۚمن؟‬:‫ۚقال‬..‫ۚأمك‬:‫ۚقال‬..‫ۚثمۚمن؟‬:‫ۚقال‬..‫ۚأمك‬:‫ۚقال‬..‫ۚثمۚمن؟‬:‫ۚقال‬..‫ۚأمك‬:‫منۚأحقۚالناسۚبحسنۚصحابتي؟ۚقال‬
)‫أبوك))ۚ(متفقۚعليه‬.

Dari Abu Hurairah Ra berkata, telah datang seorang pemuda kepada Rasulullah
Saw dan berkata, "Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang harus saya perlakukan dengan
baik?" Rasul menjawab, “Ibumu.” Lelaki tersebut bertanya lagi, ”Kemudian siapa?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi,
”Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Ibumu" “Lelaki
itu bertanya lagi, ”Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
"Bapakmu" (Shahîh al-Bukhâri, no 5971 dan Muslim, no. 2548).

Ilmu Fiqh, Tafsir dan Hadist termasuk ke dalam bidang ilmu yang mengkaji
tentang perempuan dari perspektif Islam.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 55


II. SUBJEK PELAKU DAKWAH: DA’I / DA’IYAH

A. Pengertian Da’i atau Da’iyah

Da'i atau da'iyah merupakan suluh-suluh dakwah yang menjaga keberlangsungan


cahaya dakwah terus menerangi dunia. Mereka adalah penerus estafet misi para Nabi
(waratsat al anbiya) sebagai penyampai (mubaligh) risalah Islam, pengajar (mu'allim)
sekaligus aktor yang membumikan (tathbiq) nilai-nilai Islam di dalam konteks
kehidupan manusia.

Da'i merupakan seseorang yang menyampaikan tema dakwah, yaitu Islam,


memahaminya secara tekstual dan kontekstual, menguasai medan dakwahnya, meramu
tema tersebut ke dalam pesan yang relevan, memilih media yang sesuai, kemudian
mempresentasikannya kepada target atau mitra dakwah. Pemilihan media (wasail)
dakwah pada gilirannya menghimpun da'i ke dalam kategori profesi seperti
penceramah, radio broadcaster, penulis, sutradara, content creator, kartunis, dan lain
sebagainya. Sehingga apapun profesi seseorang, dikatakan seorang alim "nahnu du'at
qabla kulli syai" (kita adalah dai, sebagai yang paling utama).

Da'i memiliki posisi yang agung di tengah ummat. Keagungan tersebut


merupakan refleksi dari keagungan tema yang disampaikan yaitu risalah Islam, serta
keagungan para Rasul dan Nabi Allah sebagai pengemban risalah tersebut. Da'i
merupakan duta kebajikan yang kehadirannya laksana oasis yang memberi harapan di
tengah padang tandus yang gersang.

Seorang da'i merupakan role model bagi masyarakat. Akhlak, perangai,


kepribadian dan kehangatan seorang da'i dalam bersosialisasi seringkali lebih
membekas di benak jamaah dari sekadar materi khutbah atau ceramahnya saja. Salam
sapa yang tulus dan senyuman da'i jauh lebih fasih menjelaskan sunnah tersenyum dari
tulisan atau rekaman materi yang ia sampaikan pada orang lain.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 56


Pesan kejujuran akan sampai secara efektif jika disampaikan oleh dai yang
terkenal dengan integritas dirinya. Sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬yang sejak belia telah diberi
predikat "Sang Terpercaya" di tengah masyarakat. Beliau Saw sosok penyayang yang
mengajari indahnya saling menyayangi. Beliau Saw pribadi paling adil yang mengajari
prinsip-prinsip keadilan.

َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚو ۡٱلي ۡومۚۚ ۡٱۡلٓخِ رۚۚوذكر‬


۞‫ٱّللۚۚكث ِٗيرا‬ َّ ۚۚ‫ٱّللۚأ ۡسوةۚۚحسنةۚۚلِمنۚكانۚۚي ۡرجوا‬ ِۚ ‫۞لَّق ۡۚدۚكانۚۚلكمۡۚۚفِيۚرسو‬
َِّۚ ۚ‫ل‬

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah." QS. Al-Ahzab (33): 21.

Namun demikian, tidaklah bijak jika seorang da'i dituntut untuk memiliki akhlaq
sempurna sebelum menyampaikan dakwahnya. Jika kesempurnaan menjadi pra-syarat
dai, takkan ada yang berani mengemban amanah sebagai pelanjut misi dakwah. Ulama
berbeda pandangan terkait qudwah atau teladan baik bagi seorang da'i. Pendapat
pertama menyatakan "Al qudwah qablad da'wah", seorang da'i harus mengamalkan
terlebih dahulu secara istiqamah pesan yang hendak disampaikan, guna menghindari
kemurkaan Allah SWT.

ِ َّ ۚۚ‫۞كبرۚۚم ۡقتًاۚعِند‬
۞‫ٱّللۚۚأنۚتقولواۚۚماۚلۚۚت ۡفعلون‬

"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan." QS. As-Saf (61): 3

Pandangan kedua menyatakan "Al qudwah wasilatud da'wah", bahwa teladan


baik merupakan metode dan wasilah dakwah. Sebagaimana disebutkan dalam Surah
An Nahl ayat 125 bahwa salah satu uslub (metode) dakwah adalah maw'izah hasanah,
yaitu memberikan contoh yang ideal.

ۚ ‫لۚعن‬ َّۚ ‫نۚ ِإ َّنۚۚربَّكۚۚهوۚۚأ ۡعلمۚۚ ِبمنۚض‬ ۚ ‫لۚر ِبكۚۚ ِب ۡٱلحِ ۡكم ِۚةۚو ۡٱلم ۡوعِظ ِۚةۚ ۡٱلحسن ِۚةۚو َٰجد ِۡلهمۚ ِبٱلَّتِيۚه‬
ۚ ‫ِيۚأ ۡحس‬ ِۚ ‫۞ٱ ۡدعۚۚ ِإل َٰىۚۚس ِبۚي‬
۞‫س ِبي ِلِۦهۚوهوۚۚأ ۡعلمۚۚ ِب ۡٱلمهۡ تدِين‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 57


"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk". QS. An-Nahl (16): 125

Pandangan ketiga menyatakan, "Al qudwah hiya ad da'wah", bahwa teladan baik
itu merupakan dakwah itu sendiri. Sebagaimana dakwah dipahami sebagai
penyampaian (tabligh) Islam kepada manusia, pengajaran (ta'lim) nilai-nilai Islam
kepada mereka, disertai implementasi (tathbiq) nilai dakwah dalam konteks kehidupan.
Maka qudwah sejatinya merupakan dimensi tathbiq yang tak terpisahkan dari dakwah
itu sendiri. Sehingga qudwah seorang da'i merupakan bagian dari prosesnya dalam
berdakwah.

B. Kompetensi Da’i atau Da’iyah

Menjadi seorang ambassador Islam yang maha-mulia, da'i harus dibekali dengan
5 sifat terpuji (as simaat al khams) sebagai kualifikasi da'i kompeten dan berkualitas.

a. Kualitas keimanan

Keyakinan mutlak seorang da'i terhadap kebenaran Islam merupakan kualitas


paling utama seorang penyeru di jalan Allah (lihat QS Yusuf (12): 108). Diantara
kualitas keimanan yang dituntut dalam dakwah, sebagaimana dicontohkan para Nabi
adalah keikhlasan dalam berbuat, serta keyakinan bahwa hidayah sepenuhnya milik
Allah yang diberikan kepada yang Dia kehendaki (lihat QS. Al-Baqarah (2): 272 dan
Ar-Rum (30): 52-53)7.

7
ۚ‫ِۚٱلعمۡ يِۚعنۚض َٰللتِ ِهمۡ ۚ ِإنۚت ۡسمِ عۚ ِإ َّلۚمنۚي ۡؤمِ ن‬
ۡ ‫ص َّمۚۚٱلدُّعآءۚإِذاۚولَّ ۡواۚم ۡد ِب ِرين۞ومآۚأنتۚ ِب َٰهد‬ ۡ ‫۞ۚفإِنَّكۚلۚت ۡسمِ ع‬
ُّ ‫ۚٱلم ۡوت َٰىۚولۚت ۡسمِ عۚٱل‬
۞‫بِـَٔ َٰايتِناۚفهمۚ ُّم ۡسلِمون‬

"Maka sungguh, engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat
mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 58


Berbekal sikap ikhlas dan keyakinan dimaksud, seorang da'i tidak akan terbang
saat dipuji, juga tidak tumbang saat dicaci. Da'i yang bijak terus berfokus pada
upayanya menyemai kebajikan, saat dakwahnya tak didengar ia akan ingat betapa kecil
kesulitannya jika dibandingkan dakwah Nabi Nuh as 950 tahun lamanya, dan hanya
diikuti oleh sekelompok kecil manusia saja.

b. Kualitas budaya & pengetahuan

Dakwah tidak terjadi di ruang hampa. Kemajuan ilmu pengetahuan, ragam


budaya, tingkat pendidikan, tren dan adopsi teknologi media, struktur sosial, dan lain
sebagainya saling berkelindan di tengah masyarakat sebagai konteks medan dakwah.
Da'i bijak selalu berfokus baik pada tema dakwah (tekstual) juga medan dakwah
(kontekstual) guna memaksimalkan kemaslahatan dari dakwahnya tersebut. (lihat QS
Yusuf (12): 108)8.

Da'i efektif laiknya dokter yang dituntut cerdas untuk meramu dosis pesan sesuai
dengan kapasitas nalar mitra dakwahnya. Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Nabi ‫ﷺ‬
bersabda, “Tidaklah engkau berbicara pada suatu kaum suatu pembicaraan yang tidak

berpaling ke belakang. ۚ۞Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang
yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan engkau tidak dapat memperdengarkan
(petunjuk Tuhan) kecuali kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, maka
mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami)." QS. Ar-Rum (30): 52-53

ۡ ‫صيرةۚأناۚوم ِنۚٱتَّبعنِيۚۚوس ۡب َٰحنۚٱّللَّ ِۚومآۚأناۚمِ ن‬


۞‫ۚٱلم ۡش ِركِين‬ َٰ
ٓ ‫۞ق ۡلۚه ِذ ِهۦۚس ِبيل‬
ِ َّ ‫ِيۚأ ۡدع ٓواۚ ِإل‬
ِ ‫ىۚٱّللۚعل َٰىۚب‬
8

"Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang
musyrik". QS. Yusuf (12): 108

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 59


sampai pada (kapasitas) nalar mereka, kecuali akan menimpa atas sebahagian mereka
suatu fitnah". (HR Muslim) 9.

c. Kualitas akhlak

Sebagaimana Rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak, maka dakwah


merupakan estafet risalah perbaikan akhlak manusia. Dikatakan bahwa esensi dari
kelangsungan suatu bangsa adalah kelestarian akhlaknya, jika akhlak mereka telah
hilang maka lenyaplah bangsa tersebut "innamal umamu al akhlaqu maa baqiyat, wa in
hum dzahabat akhlaquhum dzahabuu".

Akhlaq kaum muslimin ibarat display keagungan Islam di mata ummat manusia.
Akhlak orang beriman juga ibarat buah manis dari pohon syariah yang tumbuh dari
akar aqidah yang kokoh. Dengan kata lain, akhlak adalah dimensi keimanan yang
paling empiris (hissi) dan ia bagian dari upaya implementasi (tathbiq) nilai-nilai Islam
dalam konteks kehidupan. Orang beriman lazim berakhlak mulia, terlebih seorang da'i
lebih lazim memiliki keindahan akhlak dalam meneladani Nabi ‫ﷺ‬. Diantara akhlak
mulia adalah kejujuran, menepati janji, kesopanan, keramahan dan rasa empati yang
tinggi. Sebaliknya akhlak tercela yang dibenci Allah dan rasul-Nya mencakup dusta,
khianat, ingkar janji, korupsi, kekerasan dan berbagai perilaku asosial lainnya.

d. Kualitas bersosialisasi

Seorang da'i di tengah ummat laiknya pemegang obor di tengah gulita. Dakwah
tak ubahnya cahaya obor yang tak pernah memilih sasaran yang diterangi. Semua
terbebas dari gelap saat berada di dekatnya, sekalipun tanpa diminta.

9
ۚ‫ۚقوماًۚحديثاًۚلۚتبلغهۚعقولهمۚإلۚكانۚلبعضهمۚفتنة"(رواه‬,‫ۚ"ماۚأنتۚبمح ِدث‬:‫ۚقال‬-ۚ‫ۚرضيۚهللاۚعنه‬-ۚ‫وعنۚعبدۚهللاۚبنۚمسعود‬
)‫مسلم‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 60


Dai atau da'iyah merupakan guru dan mitra masyarakat. Mereka sahabat si kaya
dan miskin, pengayom si tua dan muda, pendidik pemimpin dan rakyatnya. Keberadaan
dai ibarat simpul yang menyatukan perbedaan di bawah risalah Islam. Da'i adalah sosok
yang paling bertanggung jawab terhadap bersihnya aqidah, tegaknya syariah dan
indahnya akhlak masyarakat yang ia bina.

Karena itu, keterampilan da'i dalam bersosialisasi merupakan sebuah keharusan.


Sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Mukmin yang berbaur dengan (berbagai latar
belakang) manusia, dan bersabar atas perilaku mereka mendapat ganjaran yang lebih
besar dari mukmin yang tidak berbaur dan tidak sabar atas perilaku mereka", (HR. Ibnu
Majah)

ۚ‫قالۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚ"المؤمنۚالذيۚيخالطۚالناسۚوۚيصبرۚعلىۚاذاهمۚأعظمۚأجراۚمنۚالمؤمن‬
‫الذيۚلۚيختلطۚالناسۚولۚيصبۚعلىۚأذاهم"ۚرواهۚابنۚماجه‬

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Mukmin yang berbaur dengan (berbagai latar belakang)


manusia, dan bersabar atas perilaku mereka mendapat ganjaran yang lebih besar dari
mukmin yang tidak berbaur dan tidak sabar atas perilaku mereka", (HR. Ibnu Majah)

e. Kualitas psikologis

Dalam menghadapi tantangan psikologis di dalam dakwah, seorang da'i


hendaknya membekali diri dengan lima sikap mental berdakwah, yaitu bersihnya niat
(ikhlas), keberanian (syaja'ah), ketegasan (jur'ah), harapan (amal) dan optimisme
(tafaul).

Sikap ikhlas dapat dimaknai bahwa upaya dakwah yang dilakukan oleh dai
sepenuhnya diniatkan untuk menggapai ridha Allah SWT, bukan untuk maksud

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 61


duniawi atau tujuan jangka pendek lainnya (lihat QS. Yasin (36): 21)10. Sikap ikhlas
bukan berarti da'i tidak boleh menerima honor atau apresiasi materi yang diberikan,
tetapi da'i tidak menjadikan honor tersebut sebagai tujuan atau syarat kesediaannya
untuk berdakwah.

Sikap syaja'ah da'i tampak dalam keberaniannya untuk menyatakan kebenaran


itu benar, dan kebatilan itu batil. Tanpa ada kepentingan apapun selain ketakwaan
kepada Allah SWT. (Lihat QS. Fatir (35): 28)11.

Sikap Jur'ah dizahirkan dalam ketegasan da'i untuk berdakwah secara terang-
terangan. Ada kalanya, dakwah dilakukan secara tegas dan lugas, pada saat terjadi
kemungkaran yang nyata. (Lihat QS. Al-Hijr (15): 94)12.

Da'i pun harus mampu mendorong masyarakat untuk tidak putus asa dan terus
istiqamah memperbaiki keadaan mereka melalui pendekatan motivasional (uslub at

10 َّ ‫۞ٱتَّبِعواۚم‬
۞‫نۚلۚي ۡسـَٔلكمۡ ۚأجۡ ٗراۚوهمۚ ُّمهۡ تدون‬

"Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk". QS. Ya-Seen (36): 21

11
۞‫ۚٱّللۚع ِزيزۚغفور‬ َّ ‫بۚو ۡٱۡل ۡن َٰع ِمۚم ۡختلِفۚأ ۡل َٰونهۥۚك َٰذلِكۚ ِإنَّماۚي ۡخش‬
ۡ ‫ىۚٱّللۚمِ ۡنۚعِبا ِده‬
َّ ‫ِۚٱلۚعل َٰ ٓمؤاۚ ِإ َّن‬ ِ َّ ‫۞ومِ نۚٱلن‬
ِ ٓ‫اسۚوٱلد َّوا‬
"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha
Pengampun". QS. Fatir (35): 28.

12 ۡ ‫ضۚع ِن‬
۞‫ۚٱلم ۡش ِركِين‬ ۡ ‫۞فٱصۡ د ۡعۚ ِبماۚت ۡؤمرۚوأ ۡع ِر‬

"Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik." QS. Al-Hijr (15): 94.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 62


tarhib). Sikap pengharapan (amal) dan optimisme (tafaul) harus selalu hidup dalam
jiwa da'i. (lihat QS. Az-Zumar (39): 53)13

C. Pelatihan dan Pengembangan Da'i

Dari uraian sebelumnya telah diperoleh gambaran makro terkait tantangan medan
dakwah sekaligus tuntutan peran da'i di tengah masyarakat. Kompleksitas
permasalahan -gaps antara tatanan ideal yang merupakan cita-cita terwujudnya
masyarakat madani dengan limpahan rahmat dan berkat Tuhan - dengan realitas yang
ada, menegaskan pentingnya pelatihan, pendidikan & pengembangan da'i guna
memperteguh peran mereka dalam perbaikan ummat.

Da'i atau da'iyah hendaknya terus meningkatkan kompetensi dakwah melalui


peningkatan ilmu-ilmu penunjang dakwah, utamanya ilmu syariah, pembaharuan
keterampilan teknis dan teknologis, pengembangan sikap mental tafaul serta
keterampilan bermu'amalah. Hal lainnya yang perlu diperhatikan oleh otoritas dan
masyarakat adalah kesejahteraan da'i, sehingga mereka tidak terbenani problem
finansial dalam khidmatnya sebagai pendidik ummat.

13
ۚ‫ۚٱلرحِ يم‬ ۡ ‫ِۚٱّللۚ ِإ َّنۚٱّللَّ ۚي ۡغفِرۚٱلذُّنوبۚجمِ يعًاۚ ِإنَّۚهۥۚهو‬
َّ ‫ۚٱلغفور‬ َّ ِ‫ۚٱلَّذِينۚأ ۡسرفواۚعل َٰىٓۚأنف ِس ِهمۡ ۚلۚت ۡقنطواۚم‬
ِ َّ ‫نۚرحۡ مة‬ ۚ ‫۞ق ۡل َٰۚيعِبادِي‬

"Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." QS. Az-Zumar (39):
53

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 63


III. SASARAN DAKWAH (AL MAD’U)

Sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬diutus sebagai rahmat bagi seluruh ummat manusia (lihat
QS. Al-Anbiya' (21): 107)14, maka sasaran dakwah adalah anak cucu Adam yang saat
ini berjumlah 7,8 miliar jiwa. Dari jumlah tersebut, populasi muslim global menurut
Pew Research Center berada di kisaran 1,9 miliar jiwa (data 2020). Sehingga masih
terdapat 75 persen penduduk bumi yang belum memeluk Islam. Diantaranya mungkin
belum menerima dakwah, sebagian lainnya boleh jadi belum tergerak untuk menerima
hidayah. Betapapun, 5,9 miliar manusia adalah sasaran dakwah (al mad'u) yang
menunggu seruan para da'i untuk mengenal Sang Pencipta.

Mad'u sebagai sasaran inti dari dakwah yang harus dijadikan takaran penggunaan
manhaj (pendekatan) dan uslub (metodologi) yang sesuai. (mura'at ahwal maduwin)
dgn mempertimbangkan karakteristik manusia ditinjau dari Al Qur'an, Sunnah dan
hasil riset berbasis ilmu pengetahuan.

- Tipologi Umum Manusia

Tipologi manusia secara umum misalnya, sebagaimana tergambarkan dalam


Surat Al Baqarah, terbagi ke dalam orang-orang yang bertakwa (al Muttaqun) (ayat 2-
5), orang-orang yang menutup diri dari hidayah Islam (Al Kafirun) (ayat 6-7), serta
golongan manusia yang memiliki penyakit hati berupa kesombongan, tinggi hati dan
merasa benar dalam kefasikannya (Al Munafiqun) ayat (8-20).

Tipologi pertama memiliki karakteristik beriman pada perkara yang ghaib,


mengimani risalah Muhammad saw dlserta meyakini adanya hari akhir (mi'minun).
Mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat (muslimun).

14
ۚ‫ومآۚأ ۡرس ۡل َٰنكۚإِ َّلۚرحۡ م ٗةۚل ِۡل َٰعلمِ ين‬

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam." QS. Al-Anbiya' (21): 107

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 64


Tipologi kedua bercirikan keras kepala dan bebal terhadap pesan-pesan dakwah
serta tidak mengimani risalah Islam. Golongan ini mencakup orang-orang kafir dan
musyrik, termasuk atheist dan agnotist.

Tipologi ketiga bercirikan ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan (nifaq),


picik dan penuh tipudaya (fisq), memiliki penyakit hati berupa kesombongan dan tinggi
hati (kibr), dan tak dapat dipercaya (khianat). Beragam sifat tercela pada tipologi ketiga
dapat ditemukan pada berbagai paham atau aliran seperti kapitalisme, liberalisme,
komunisme, feminisme dan isme lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

- Tipologi Manusia berbasis Terpaan Dakwah

Tipologi manusia, berbasis terpaan dakwah dapat dibagi ke dalam tiga kategori
merujuk pada QS Fathir ayat 32.

ِ َّ ۚ‫ن‬
ۚۚ‫ٱّلل‬ ِۚ ‫صدۚۚوم ِۡنهمۡۚۚسا ِبقۚۚ ِب ۡٱلخ ۡي َٰر‬
ِۚ ‫تۚ ِبإ ِ ۡذ‬ ۡ ‫ث َّۚمۚأ ۡور ۡثناۚ ۡٱلك َِٰتبۚۚٱلَّذِينۚۚٱصۡ طف ۡيناۚم ِۡنۚۚعِبادِناۚۚفم ِۡنهمۡۚۚظالِمۚۚلِن ۡف ِسِۦهۚو‬
ِ ‫مِنهمۚ ُّم ۡقت‬
ۡ ‫َٰذلِكۚۚهوۚۚ ۡٱلف‬
ۚ‫ضلۚۚ ۡٱلكبِير‬

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada
yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang besar." QS. Fatir (35): 32.

Diantara manusia, ada yang menzalimi diri sendiri dengan menolak cahaya
hidayah. Dikatakan demikian, karena sejatinya Islam diturunkan sebagai rahmat,
kebaikan dan kemuliaan untuk manusia. Mereka yang menutup hati terhadap Islam
sejatinya menjerumuskan diri ke dalam kehancuran dan kehinaan di duniaaupun
akhirat.

Mayoritas muslimin tergolong ke dalam tipologi yang kedua, yaitu muqtashidun,


mereka yang memosisikan diri di tengah-tengah. Dan sebagian kecil yang paling
beruntung adalah yang berpacu dalam kebajikan. Mereka adalah orang-orang yang
menerima karunia terbesar di sisi Allah.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 65


- Tipologi Manusia Perspektif Madzhab Psikologi

Betapapun dinamis dan kompleksnya medan dakwah, baik pelaku maupun target
atau mitra dakwah tetaplah manusia. Bahwa manusia, dari periode Nabi Adam as
hingga saat ini adalah makhluk yang digerakan oleh hasrat dan keinginannya (homo
volens). Dengan memahami itu, misalnya Ustadz Yusuf Mansur berhasil mengajak
jamaahnya bersedekah untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Manusia juga makhluk
yang pasif terhadap terpaan lingkungan (homo mechanicus), Karenanya, alm. Ustadz
Arifin Ilham sangat menaruh atensi pada belajar secara berkelompok, sebagaimana
majlis Azzikra dinilai sukses membentuk karakter jamaahnya. Manusia juga makhluk
yang berpikir aktif (homo sapiens), dapat menjawab keefektifan imbauan rasional ust.
Felix Siauw dalam dakwahnya kepada millenial misalnya. Dakwah terhadap elit akan
efektif melalui pendekatan andragogis dengan asumsi bahwa mereka (manusia) adalah
subjek yang dinamis dalam mengkonstruksi lingkungannya (homo ludens).

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 66


IV. METODE (MANAHIJ) DAKWAH

Manhaj, secara etimologis berasal dari fiil tsulatsi "nahaja-yanhaju" yang berarti
"menapaki" atau "menjadi jelas", dikatakan, "nahaja at thoriq" berarti "seseorang telah
menapaki jalan". Dikatakan, "nahaja al amru" berarti "suatu urusan telah mendapati
kejelasan".

Dari pengertian tersebut, manhaj atau minhaj (manahij, bentuk jamak) dapat
dimaknai sebagai metode, pendekatan atau pijakan untuk mendapatkan suatu kejelasan.
Sehingga manhaj dakwah secara terminologis dapat dipahami sebagai jalan, metode
atau kerangka, seperti model pendekatan, strategi dan atau kurikulum dakwah yang
didisain untuk menjelaskan tema dakwah.

Tipologi Ragam Manhaj

Manahij dakwah dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori ditinjau dari


sumber (mashadir), tema (maudu'), karakteristik (thabi'at) dan pendekatan psikologi
manusia (al jawanib an nafsiyah).

Pertama, ragam manahij dakwah ditinjau dari sumbernya, dapat dibagi ke dalam
manhaj tekstual dan manhaj kontekstual. Manhaj tekstual bersumber dari nash Al
Qur'an dan hadist. (lihat QS. Al-Ma'idah (5): 48)15. Sedangkan manhaj kontekstual
merupakan buah dari ijtihad da'i yang beranjak dari situasi dan kondisi masyarakat.
(Lihat Al Hasyr (59): 2).16

15
…‫ۚلِكلۚجع ۡلناۚمِ نكمۡ ۚش ِۡرع ٗةۚومِ ۡنهاجٗ اۚو‬...

Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.". QS. Al-
Ma'idah (5): 48.
16
… ‫ص ِۚر‬ ۡ ‫ٱعت ِبرۚوا َٰۚيٓأول‬
َٰ ‫ِيۚٱۡل ۡب‬ ۡ ‫ف‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 67


Kedua, ragam manahij dakwah ditinjau dari tema dakwah. Jenis manhaj pada
kategori ini sangat melimpah, sebanyak dan seluas tema dakwah itu sendiri, mencakup
manhaj aqidah, manhaj ibadah, manhaj akhlaq, manhaj militer, manhaj sosial, manhaj
politik, manhaj fikih, manhaj ekonomi, manhaj tsaqafah, manhaj teknologi dan lain
sebagainya.

Ketiga, ragam manahij ditinjau dari karakteristiknya, yaitu:

 Manhaj khusus, yaitu metode dakwah yang disusun untuk seseorang atau suatu
kelompok secara eksklusif dengan tujuan menyelesaikan permasalahan atau
menerapkan suatu gagasan secara spesifik diantara mereka. Sedangkan manhaj
umum didisain secara terbuka untuk khalayak luas.
 Manhaj individual dan kelompok. Ragam pertama disusun untuk individu
tertentu, sedangkan yang terakhir berisi tema yang didisain secara general.
 Manhaj teoretis yang berfokus pada pembahasan ilmiah dan manhaj praktis
implementatif yang menitikberatkan pada aspek amaliyah dakwahn di tengah
masyarakat. Kajian pada manhaj teori dan praktik memberikan gambaran terkait
pentingnya strategi dakwah yang relevan sesuai dengan medan dakwah yang
dihadapi.

. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai
pandangan!" QS. Al-Hashr (59): 2

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 68


Keempat, ragam manahij dakwah ditinjau dari pendekatan psikologis manusia,
yaitu hati nurani, akal dan indera sensorik. Ketiga komponen psikologi tersebut
diakomodasi oleh tiga jenis manhaj dakwah sebagai berikut:

 Manhaj afektif yang menggugah sasaran dakwah melalui pendekatan hati nurani
manusia.
 Manhaj ilmiah yang berfokus pada dialektika dan nalar yang sehat.
 Manhaj psikomotorik yang berfokus pada eksperimen dan pengalaman empiris
manusia.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 69


V. TEKNIK PERUMUSAN PESAN (ASALIB) DAKWAH

Termin "uslub" (asalib, jamak) secara etimologis berarti "teknik", seperti dalam
frasa "uslub al kithabah" berarti "teknik berpidato". Secara terminologis, uslub dapat
dipahami sebagai teknik dan seni menggunakan bahasa dan berbagai sumber daya
komunikasi seperti isyarat, gestur, mimik dan sebagainya untuk menggambarkan (lil
irdh), menjelaskan (lil iidhah), meyakinkan dan mempersuasi (lil iqna' wal istimalah).
Adapun instrumen yang digunakan dalam menyampaikan uslub disebut media
(wasilah). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa uslub atau asalib dakwah
merupakan seni dan keterampilan seorang da'i dalam memberdayakan segenap sumber
daya komunikasi, diantaranya penggunaan bahasa verbal dan non-verbal, untuk tujuan
dakwah.

Uslub dakwah, dapat dianalogikan seperti alat ukur yang digunakan


menyesuaikan objeknya, yakni dikontekstualisasikan dengan masyarakat atau target
dakwah yang dihadapi. Sebagian pakar dakwah membagi asalib dakwah ke dalam 3
kategori, merujuk pada QS. An Nahl at 12517, yaitu uslub al hikmah, uslub al
mawidzah, dan uslub al jidal bil ahsan. Ketiganya merupakan bagian yang saling
melengkapi, dengan penekanan yang menyesuaikan karakteristik sasaran dakwah (al
mad'u).

Uslub al hikmah, misalnya menekankan penyusunan pesan sesuai dengan latar


belakang dan kapasitas intelektual penerimanya. Sebagaimana hikmah dipahami
sebagai adil, yakni memosisikan sesuatu sesuai tempatnya (wadh'u syaiin fii

17
ۚۚ‫ۚۚٱلحسن ِةۚۚو َٰجد ِۡلهمۚبِٱلَّتِيۚهِيۚۚأۚحۡ سنۚۚإِ َّنۚۚربَّكۚۚهوۚۚأ ۡعلمۚۚبِمنۚض َّلۚۚعنۚسبِي ِل ِهۦۚوهوۚۚأ ۡعلم‬
ۡ ‫يلۚۚربِكۚۚبِ ۡٱلحِ ۡكم ِةۚۚو ۡٱلم ۡوعِظ ِة‬
ِ ِ‫ۡٱدعۚۚإِل َٰىۚۚسب‬
ۚ‫ِب ۡٱلمهۡ تدِين‬

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk." QS. An-Nahl (16): 125

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 70


maudhi'ih). Hikmah juga diartikan sebagai Sunnah, yaitu melakukan segala sesuatu
sesuai tradisi yang diajarkan Nabi ‫ﷺ‬, termasuk dalam membangun suatu pesan
komunikasi. Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Tidaklah engkau
berbicara pada suatu kaum suatu pembicaraan yang tidak sampai pada (kapasitas) nalar
mereka, kecuali akan menimpa atas sebahagian mereka suatu fitnah (HR Muslim).

Uslub al mawidzatul hasanah mencakup penyampaian pesan dengan teladan


berupa ucapan yang lemah lembut, perilaku yang santun, gestur yang berwibawa,
mimik yang simpatik, perhatian yang penuh, jawaban yang tidak berbelit, pujian yang
tulus, imbauan motivasional (targhib), imbauan waspada (tarhib) dan berbagai nasehat
positif berupa teladan yang baik.

Adapun uslub al jidal billati hiya ahsan, merupakan seni penyampaian pesan
dalam bentuk dialektika, pertukaran gagasan, hingga perdebatan dengan cara-cara yang
santun dan berwibawa. Pendekatan pada uslubul jidal berfokus pada imbauan rasional
serta argumentasi berbasis nalar dan logika. Islam tidak mengenal idoktrinasi dogmatik
yang memaksa pemeluknya untuk menerima suatu ajaran tanpa berpikir. Bahkan
Wahyu pertama yang diterima Nabi ‫ ﷺ‬adalah perintah untuk berpikir, perintah untuk
membaca semesta dengan nama Tuhan Yang Mulia.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 71


VI. MEDIA (WASAIL) DAKWAH

Termin "wasail" merupakan bentuk jamak dari "wasilah" yang secara etimologis
berarti segala sesuatu yang menjadi perantara untuk mendekati sesuatu. Wasilah
diartikan juga sebagai "medium atau media". Secara terminologis, wasail didefinisikan
oleh Syaikh Ramadhan M. Matharid (2016) sebagai "serangkaian seni teknis dan
metodologis, dalam bentuk instrumen substantif maupun material seperti media atau
kanal yang menjembatani pertukaran pesan dakwah.

Dalam definisi populer di Indonesia, wasail ad da'wah misalnya dibagi ke dalam


dakwah dengan lisan (da' wah bil khitabah) seperti ceramah dan kuliah keagamaan,
dakwah dengan tulisan (da'wah bil kitabah) seperti publikasi buku atau karya jurnalistik
Islami, dan tindakan (da'wah bi hal) sebagaimana muslim merefleksikan Islam dalam
keseharian mereka.

Syaikh Makhrus Basyuni membagi wasail da'wah ke dalam 3 kategori lainnya,


yaitu media substansial (wasail ma'nawiyah), media material (wasail maadiyah), dan
(wasail amaliyah tathbiqiyah). Wasail ma'nawiyah mencakup nasehat, ceramah, kuliah
keagamaan, pendidikan dan pelatihan di sekolah atau majlis ilmu, diskusi ilmiah,
hingga akhlaq para da'i yang semuanya membekas dalam hati, pikiran dan perasaan
manusia. Wasail maadiyah meliputi segala macam media yang berwujud materi seperti
surat, buku, gambar, jaringan radio, televisi, komputer, internet, beragam produk cyber,
dan berbagai media yang terjangkau indera manusia. Wasail kategori ini dibahas secara
mendalam pada ilmu empiris dan eksperimentatif. Wasail amaliyah lebih
menitikberatkan pada penyampaian tema dakwah melalui tindakan (amal) dan gerakan
(harakah). Sebagaimana Islam menyebar ke berbagai pelosok dunia, termasuk
Nusantara, melalui kehadiran para niagawan dan pekerja muslim yang kemudian saling
berinteraksi satu sama lain dan pada gilirannya mereka menjadi duta (ambassador)
Islam melalui amal keseharian dan pergaulan mereka sehari-hari.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 72


Seiring revolusi media yang bergerak cepat dan dinamis, maka wasail dakwah
pun dituntut untuk terus berkembang. Syaikh Al Maghdzawi (2016) misalnya
menghimpun 50 media (wasail) untuk menjawab tantangan dakwah kontemporer, yaitu

 ebook dakwah  figur sentral dakwah di setiap


 kelas dakwah virtual kaum
 dakwah multimedia, sosmed,  balon dakwah
podcast, Wikis Dan sebagainya  flyer dakwah
 perpustakaan dakwah  dakwah tools kit
 pengembangan & kaderisasi dai  dakwah camp di musim haji
 Bank Data Dakwah Terpusat  spanduk bertema dakwah
 lembaga observasi dakwah  papan dan reklame dakwah
 kampung atau desa dakwah  amplop & cover berdesain
 lembaga kajian leksikal dakwah dakwah
 ikatan persaudaraan dai  kelompok bermain Islami
 konsolidasi duat antarbangsa  stiker doa, hadist dan ayat
 seminar dan konsorsium dai pilihan
 hotline pengaduan problem  program happy dakwah khusus
dakwah anak
 klinik konsultasi dakwah  pojok dakwah di fasilitas umum
 lembaga donor pengembangan  diorama bertema sejarah dakwah
dai  aplikasi software dakwah
 lembaga pembiayaan projek  display eksibisi dakwah tematik
dakwah  komunitas dakwah
 pengembangan bacaan Islam  pertukaran dai antarbangsa
 jaringan cabang dakwah  diplomasi dakwah
 jaringan terestrial dakwah  pariwisata religi berbasis dakwah
 olahraga solidaritas dakwah

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 73


 Layanan Medis Nabawi  karikatur dakwah
 diseminasi pesan cinta  kampanye belajar bahasa Arab
 dakwah dalam pentas & karya  bingkai doa
sastra  pembangunan musholla di fasum
 dakwah melalui artificial  pemberian hadiah
intelligence  meringankan beban dai
 film dan kartun bertema dakwah

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 74


BAB III. FAKTOR-FAKTOR EKSELEN DAI & DAKWAH EFEKTIF

A. Faktor-faktor Ekselen Seorang Da’i

Ibarat seorang admiral yang hendak mengarungi lautan yang luas, dai atau daiyah
hendaknya mempersiapkan perbekalan yang cukup agar layar dakwahnya bisa berkibar
tanpa keraguan di tengah medan dakwah yang penuh terjangan ombak. Syaikh Al Qahtani
menjelaskan 9 hal yang harus dipersiapkan dai untuk mencapai dakwah yang efektif.

- Bekal Ilmu

Ilmu hendaknya menjadi pendahulu amal perbuatan (lihat QS. Muhammad (47): 19).
Seorang da'i, sebagaimana firman Allah pada Surah Yusuf, bahwa seorang da'i harus berdiri
diatas bashirah, yaitu ilmu atau hukum syariah sebagai tema dakwah, hal ihwal masyarakat
sebagai sasaran dakwah, dan kaifiyah strategi dan teknikalitas dakwah sesuai tuntunan ilahi.
Di atas itu, ilmu merupakan warisan para Nabi kepada para du'at sebagai misi dakwah
mereka.

ۚ‫ٱّللۚوماۚ ٓۚأنۚاۚمِنۚۚ ۡٱلم ۡش ِركِين‬


َِّۚ ۚۚ‫نۚٱتَّبعنِيۚۚوس ۡب َٰحن‬
ِۚ ‫صيرةۚۚأناۚۚوم‬ ۚٓ ‫لۚ َٰه ِذِۦهۚسبِيل‬
ِ َّ ۚ‫ِيۚأ ۡدع ٓواۚۚإِلى‬
َٰۚ ‫ٱّللۚۚعل‬
ِ ‫ىۚب‬ ۚۡ ‫ق‬

"Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku


mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk
orang-orang musyrik.” QS. Yusuf (12): 108.

ۚ ‫لۚدِرهمۚا ًۚ ِإنَّمۚاۚو َّرثواۚالعِلمۚۚفمنۚۚأخذهۚۚأخ ۚذۚ ِبح‬


ۚ‫ظۚوافِر‬ ۚ ‫ۚ ِإ َّنۚۚاۡلن ِبياءۚۚلمۚۚيو ِرثواۚدِينارۚا ًۚو‬، ِ‫نۚالعلماءۚۚورثةۚۚاۡلن ِبياء‬
َّۚ ‫ِإ‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya ulama adalah


pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka
hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil
bagian yang banyak". (HR. Imam at-Tirmidzi).

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 75


- Hikmah

Hikmah (hikam, jamak) dapat dimaknai sebagai kesesuaian ucapan dan perbuatan
dengan nilai-nilai Al Qur'an dan Sunnah (ishabatul Haqq fil aqwaal wal af'aal). Hikmah
juga dipahami sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya, termasuk memahami teks
pada konteksnya. Dikatakan bahwa hikmah berarti Sunnah, sebagaiama syarat diterimanya
amal adalah keikhlasan niat dan menjadikan hikmah (Sunnah) sebagai landasan
perbuatannya. Seorang da'i yang dipandu hikmah akan dianugerahi kemampuan untuk
membaca dan menggunakan pendekatan, strategi dan teknik dakwah yang efektif pada
dakwahnya.

ۚ‫ولۚمِنكمۡۚۚي ۡتلواۚۚعل ۡيكمۡۚۚء َٰايتِناۚويۚزكِيكمۡۚۚويعلِمكمۚۚ ۡٱلك َِٰتبۚۚو ۡٱلحِ ۡكمةۚۚويعلِمكمۚ َّماۚلمۡۚۚتكونواۚۚتعۡ لمون‬
ۚ ٗ ‫كمۚا ٓۚأ ۡرس ۡلناۚفِيكمۡۚۚرس‬

"Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari


(kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan
kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum
kamu ketahui." QS. Al-Baqarah, Ayah 151

- Pengendalian Diri (Hilm)

Kemampuan mengendalikan diri merupakan keterampilan pokok yang wajib dimiliki


seorang da'i. Demikian karena da'i sebagaimana perjalaman dakwah para Nabi akan
dihadapkan pada cobaan-cobaan berupa penolakan, cacian, hinaan, fitnah bahkan tak jarang
mendapat ancaman pembunuhan oleh pihak-pihak yang tak ridha dengan tegaknya risalah
Islam. karena itu, dibutuhkan sifat hilmi, sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬yang sabar dilempari kotoran
hewan saat hendak shalat, bagaimana Nabi ‫ ﷺ‬tak bosan menyuapi seorang Yahudi yang tua
renta lagi buta, sambil mencaci-caci Nabi ‫ ﷺ‬yang meyuapinya dengan lemah lembut itu.
Bagaimana Nabi ‫ ﷺ‬mendoakan masyarakat yang melemparinya dengan batu supaya
diberikan keturunan yang beriman kepada Allah dan rasulnya. Sungguh melimpah kisah

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 76


dan riwayat tentang teladan sikap hilmi Nabi ‫ ﷺ‬yang kemudian berbuah masyarakat masuk
Islam secara berbondong-bondong.

Sikap hilmi merupakan teladan yang bahkan menjadi satu dari asma Allah Yang
Mulia, Al Haliim.

َّ ۚۚ‫ٱّللۚۚع ۡنهمۡۚۚإِ َّن‬


ۚۚ‫ٱّللۚۚغفور‬ ۚ ِ ۡ‫ش ۡي َٰطنۚۚبِبع‬
َّ ۚ‫ضۚماۚكسبواۚۚولق ۡۚدۚعفا‬ َّ ‫ٱستزلَّهمۚۚٱل‬ ِۚ ‫نۚٱلَّذِينۚۚتولَّ ۡواۚۚمِنكمۡۚۚي ۡو ۚمۚ ۡٱلتقىۚ ۡٱلجمۡ ع‬
ۡ ۚ‫انۚإِنَّما‬ َّۚ ِ‫إ‬
ۚ‫حلِيم‬

"Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu ketika terjadi pertemuan


(pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan,
disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau),
tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyantun."QS Ali Imran (3): 155

ۚ‫قالۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚ"المؤمنۚالذيۚيخالطۚالناسۚوۚيصبرۚعلىۚاذاهمۚأعظمۚأجراۚمنۚالمؤمنۚالذيۚل‬
‫يختلطۚالناسۚولۚيصبۚعلىۚأذاهم"ۚرواهۚابنۚماجه‬

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Mukmin yang bergumul dengan (berbagai latar belakang)


manusia, dan bersabar atas perilaku mereka mendapat ganjaran yang lebih besar dari
mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar atas perilaku mereka", (HR. Ibnu Majah)

- Teliti dan Cermat (Al Anah)

Kehati-hatian dalam berijtihad dan menghukumi sesuatu adalah merupakan


kelaziman pada perilaku seorang da'i. Kecerobohan dalam menyimpulkan sesuatu dapat
berdampak buruk bukan hanya pada penanya, di tengah masyarakat cyber implikasi negatif
atas informasi yang keliru dapat menyebar tanpa mengenal batas. Mengatakan "saya tidak
tahu" atau "saya belum mengetahuinya, insya Allah akan saya cari tahu" hendaknya tidak
dianggap sebagai aib, namun sebagai kehati-hatian dan kejujuran dai dalam menyampaikan
pesan kebenaran.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 77


ۚ‫ىۚماۚفع ۡلتمۡۚۚ َٰن ِدمِين‬ ِ ‫َٰيٓأيُّهاۚٱلَّذِينۚۚءامن ٓواۚۚ ِإنۚجآءكمۡۚۚفاسِقۚۚ ِبنبإۚۚفتبيَّن ٓواۚۚأنۚت‬
َٰۚ ‫صيبواۚۚق ۡوماۚ ِبج َٰهلةۚۚفتصۡ ِبحواۚۚعل‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
QS. Al-Hujurat (49): 6

- Kemudahan dan Keramahan (Rifq wa Liyyn)

Keberagamaan harus dapat menghadirkan ketenangan dan ketentraman batin.


Sebagaimana Islam menyebar dengan cepat di bumi Nusantara karena Islam dirasakan
sebagai dien yang begitu mudah, begitu egaliter dan begitu indah. Keramahan dan akhlaq
walisongo yang meneladani Nabi ‫ ﷺ‬di antaranya memikat pribumi untuk berduyun-duyun
memeluk Islam.

ۚۚۡ‫ٱست ۡغفِرۡۚۚلهمۡۚۚوشا ِو ۡرهم‬


ۡ ‫ٱعفۚۚع ۡنهمۡۚۚو‬
ۡ ‫بَۚلنفضُّواۚۚم ِۡنۚۚح ۡولِكۚۚف‬ ِۚ ‫ظاۚغلِيظۚۚ ۡٱلق ۡل‬ ًّ ‫ٱّللۚلِنتۚۚلهمۡۚۚول ۡۚوۚكنتۚۚف‬ َِّۚ ۚۚ‫ف ِبماۚر ۡحمةۚۚمِن‬
ۚ‫ٱّللۚۚيحِ بُّۚۚ ۡٱلمتو ِكلِين‬ َّۚ ‫ٱّللۚۚ ِإ‬
َّ ۚ‫ن‬ ۚۡ ‫فِيۚ ۡٱۡلمۡ ِۚرۚفإِذاۚعزمۡ تۚۚفتو َّك‬
ِ َّ ۚ‫لۚعلى‬

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal." QS. Ali Imran (3): 159

Hendaknya pesan dakwah disusun sesederhana mungkin untuk menghindari


penafsiran yang keliru atau fitnah di tengah masyarakat awam. Kemudahan merupakan hal
yang begitu dicintai Allah dan rasul-Nya.

... ۚ‫ىۚماۚهد َٰىكمۡۚۚولعلَّكمۡۚۚت ۡشكرون‬ َّ ۚۚ‫يدۚ ِبكمۚۚ ۡٱلع ۡسرۚۚولِت ۡكمِلواۚۚ ۡٱل ِعدَّةۚۚولِتك ِبروا‬
َٰۚ ‫ٱّللۚۚعل‬ ۚ ‫ٱّللۚ ِبك ۚمۚ ۡۚٱلي ۡسرۚۚو‬
ۚ ‫لۚي ِر‬ َّۚ ۚ‫يد‬
ۚ ‫ي ِر‬

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 78


"... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." QS. Al-Baqarah (2):185

Dalam hadis Anas radhiyallahu’anhu:

‫ۚولۚتنفروا‬،‫ۚوبشروا‬،‫يسرواۚولۚتعسروا‬

Artinya: “Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan
janganlah kalian membuat orang lari”(HR Bukhari: 69 dan Muslim: 1734).

- Sabar yang Baik (Shabrun Jamil)

Posisi sabar dalam dakwah, laiknya kepala bagi tubuh manusia. Berbekal sabar dalam
niat, seorang da'i takkan tergoda oleh syahwat dunia sebagai tujuan dakwahnya. Dengan
sabar dalam proses dakwah, da'i akan tahan banting menghadapi ujian, kesulitan, keletihan,
cacian dan makian atas dakwahnya. Dengan sabar pula, dai akan bertahan atas hasil apapun
yang ia dapat dari dakwahnya. Sebagaimana sabar menjadi mahkota Ulul 'Azmi yang paling
mulia diantara para Nabi ‫ﷺ‬.

َّ ۚۚ‫ص ۡبكمۡۚۚسيِئةۚۚي ۡفرحواۚۚبِهۚاۚوإِنۚتصۡ بِرواۚۚوتتَّقواۚۚلۚۚيض ُّركمۡۚۚك ۡيدهمۡۚۚش ۡيـًٔاۚۚإِ َّن‬


ۚ‫ٱّللۚۚبِما‬ ِ ‫إِنۚتمۡ س ۡسكمۡۚۚحسنةۚۚتس ۡؤهمۡۚۚوإِنۚت‬
ۚ‫يعۡ ملونۚۚمحِ يط‬

"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu
daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi
segala apa yang mereka kerjakan." QS. Ali Imran (3): 120.

- Ketulusan dalam Kebenaran (Ikhlas bis Shidq)

Sebagaimana nasehat mengharuskan terbebas dari maksud terselubung, begitupun


dakwah harus dilandasi niat yang tulus karena Allah. Seorang da'i hendaknya menjauhi
sikap ingin dipuji orang lain (riya'), takjub dengan ilmunya sendiri ('ujub), sikap

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 79


merendahkan orang lain (takabur) dan mempolitisasi pesan dakwah untuk kepentingan
selain tujuan agama (komodifikasi dakwah).

َّ ۚۚ‫نۚأ ۡسلمۚۚو ۡجه ۚهۥۚ ِ َّّللِۚۚوهوۚۚم ۡحسِنۚۚوٱتَّبعۚۚ ِملَّ ۚةۚإِ ۡب َٰرهِيمۚۚحن ِٗيفاۚۚوٱتَّخذ‬
ۚ‫ٱّللۚۚإِ ۡب َٰرهِيمۚۚخل ِٗيَل‬ ۚۡ ‫نۚأ ۡحسنۚۚد ِٗيناۚ ِم َّم‬
ۚۡ ‫وم‬

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah
diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)." QS. An-Nisa' (04):
125

- Teladan yang Baik (Qudwah Hasanah)

Qudwah dipahami sebagai salah satu asalib dakwah, juga dipahami sebagai bentuk
implementasi (tathbiq) dakwah. Buku ini berpandangan bahwa qudwah merupakan bagian
integral (juz'un la yatajazza) dari dakwah itu sendiri. Sebagaimana dikatakan "action speaks
louder than words" bahwa ucapan, tindakan dan akhlak seorang da'i hendaknya sejalan dan
sebangun dengan pesan dakwah yang disampaikan. Sebagaimana Ummul mu'minin ketika
ditanya, bagaimanakah akhlak Rasulullah?, Maka beliau pun menjawab, "akhlak beliau
adalah Al Qur'an".

ۚ‫صلِحٗ اۚوقالۚۚ ِإنَّنِيۚمِنۚۚ ۡٱل ۚم ۡس ِلمِين‬


َٰ ۚۚ‫ٱّللۚوعمِل‬ ۚ ٗ ‫نۚأ ۡحسنۚۚق ۡو‬
َِّۚ ۚ‫لۚ ِم َّمنۚدعۚا ٓۚ ِإلى‬ ۚۡ ‫وم‬

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang
muslim (yang berserah diri)?” QS. Fussilat (41): 33

Demikian, prinsip "al qudwah qablal 'amal" atau "al qudwah wasilah ad da'wah"
hendaknya tidak dijadikan alasan untuk enggan berdakwah, tapi dipahami sebagai motivasi
untuk menjadikan dakwah sebagai sarana perbaikan diri.

- Akhlak Mulia (Husnul Khulqi)

Akhlak yang mulia merupakan modalitas seorang da'i untuk berdakwah di tengah
masyarakat. Sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬telah memperoleh predikat "Sang Terpercaya" jauh

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 80


sebelum beliau menerima risalah kenabian. Akhlak yang mulia juga merupakan misi
diutusnya Rasulullah di tengah manusia.

ۚ‫ق‬ ِ ‫إِنَّماۚبعِثتۚۚۡلۚت ِممۚۚمك‬


ِ ‫ارمۚۚاۡلخَل‬

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan


akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

B. Jejak Emas Dakwah Efektif

Dakwah efektif meninggalkan jejak-jejak emas laiknya pelangi yang muncul setelah
turunnya hujan yang membawa berkah bagi bumi. Di antara jejak-jejak emas dakwah
adalah sebagai berikut:

 Ihqaq al Haq wa Dahdh al Bathil

Dakwah tidak sekadar bertujuan mengkonfirmasi fakta atau membenarkan kenyataan,


tujuan dakwah adalah menyatakan kebenaran, sesuai Al Qur'an dan Sunnah. Jejak dakwah
efektif tidak meninggalkan kegamangan di benak jama'ah tentang halal atau haramnya suatu
perkara. Da'i atau Da'iyah sejati tidak terikat dengan kepentingan apapun selain misi
mulianya yaitu menegakkan kebenaran dan menghilangkan kebathilan. Buah manis
dakwahnya adalah keyakinan jamaah untuk memeluk kebenaran dan membuang kebathilan
dari diri mereka.

 Intishar al Adl, wa Raf'u az Zulm

Jejak dakwah efektif tampak pada meratanya keadilan di tengah suatu kaum dan
lenyapnya kezaliman di antara mereka. Keadilan merupakan satu dari Al Asma al Husna,
yaitu Al Adl. Adil adalah dekat dengan sifat Taqwa. Segala sesuatu yang diberi predikat
adil, misal: pemimpin adil, hukum yang adil, pembagian yang adil, juri yang adil selalu
menjadi bagian dari solusi dan menghadirkan rahmat bagi lingkungannya. Sebaliknya,

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 81


kezaliman adalah lambang dari keangkuhan manusia. Bentuk kezaliman yang terbesar
adalah tidak mengakui keberadaan Tuhan (kekufuran) dan kemusyrikan.

 Intishar as Sholah wa qath al Fasad

Dakwah efektif meninggalkan jejak emas berupa menebarnya kemaslahatan dan


terputusnya kerusakan di tengah masyarakat. Mashalih ammah berupa kesejahteraan
masyarakat secara lahir dan batin sehingga dapat memutus mata rantai kerusakan sosial,
termasuk kerusakan alam yang ditimbulkan tangan manusia.

 Intishar al Khairat wa nuzul Barakat

Jejak emas dakwah lainnya adalah tersiarnya kebajikan di setiap lini kehidupan.
Pekerjaan dakwah merupakan sebuah kemuliaan karena didasari, ditopang, dialiri energi,
dan ditujukan seutuhnya untuk kebajikan (al khairat). Diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Barang siapa menunjukkan jalan kebaikan (kepada orang lain),
maka ia mendapat pahala seperti pahala pelaku (kebaikan) itu". Rantai kebaikan yang terus
menyambung tanpa putus pada gilirannya akan mengundang keberkahan dari Tuhan.

 Intishar al Ikha, Salam wal Aman

Jejak emas dakwah efektif juga berupa kokohnya persatuan ummat, bahkan persatuan
kemanusiaan di bawah nilai-nilai tauhid. Sebagaimana dakwah bertujuan untuk
membangun sebuah konsensus, sebuah titik kulminasi yang membebaskan manusia dari
menuhankan manusia lain atau menuhankan materi, menuju bentuk penghambaan kepada
Sang Pencipta yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

ًۚ ۡ‫لۚٱّللَّۚۚولۚۚن ۡش ِركۚۚبِِۦهۚش ۡيـٗاۚولۚۚيتَّخِ ذۚۚبعۡ ضناۚبع‬


ۚ‫ضا‬ ۚ َّ ‫ىۚكلِمةۚۚسوآءِۚۚب ۡينناۚوب ۡينكمۡۚۚأ َّلۚۚنعۡ بدۚۚ ِإ‬ ِۚ ‫لۚ َٰۚيٓأ ۡهلۚۚ ۡٱلك َِٰت‬
َٰۚ ‫بۚتعال ۡواۚۚ ِإل‬ ۚۡ ‫۞ق‬
ِ َّ ۚ‫ون‬
۞‫ٱّلل‬ ِۚ ‫ أ ۡربابٗ اۚمِنۚد‬...

"Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 82


Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak
menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah... " QS. Ali Imran (2): 64

Dimensi keyakinan dalam Islam, harus berbuah dalam amal shaleh. Sebagaimana
diriwayatkan Imam Tirmidzi bahwa Nabi ‫ ﷺ‬berwasiat, "Tebarkanlah salam, berilah
makanan, jalinlah tali silaturahmi, dan shalatlah di waktu malam, ketika orang-orang masih
terltidur lelap. Demikian Islam merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan antara
aqidah, syariah, muamalah dan akhlak.

 Sa'ada al Ibaad fid Darain

Jejak emas dakwah juga berupa kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Pesan sabar
dan syukur adalah dua kunci yang menjamin kebahagiaan seorang muslim di dunia. Sabar
merupakan perangkat batin untuk menghadapi derita. Syukur merupakan sikap mental
dalam menghadapi kenikmatan. Sedangkan kehidupan di dunia ini tak ubahnya seperti
sistem binari antara duka dan bahagia. Berbekal ilmu untuk menjalani hidup di dunia yang
fana, seorang muslim akan menuai hasilnya di akhirat yang abadi.

Kebahagiaan dunia dan akhirat juga refleksi dari cahaya Islam sebagai agama dunia
dan akhirat. Seorang muslim tidak mengenal pemilahan antara domain agama dan dunia
sebagaimana ajaran sekularisme. Semua aktivitas manusia, seluruh lini kehidupan
merupakan medan dakwah, dunia ini laiknya sawah tempat menuai benih kebajikan yang
hasilnya akan dipetik kelak di alam abadi.

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 83


DAFTAR PUSTAKA

Bayanouni, Muhammad Abul Fath. 1995. Al Madkhal ila Ilm ad Da’wah. Beirut:
Muassasah ar Risalah

Ghazali, Muhammad. 1994. Ad Da’wah al Islamiyah fil Qarnil Hali. Kairo: Dar as Syuruq

Habnakah, Abdurrahman Hasan. 1996. Fiqhud Da’wah ilallah. Jeddah: Dar al Basyir

Husain, M. Khadr. 1927. Ad Da’wah ilal Ishlah. Kairo: al Mathba’ah as Salafiyah

Maghdzawi, Abdurrahim. 2010. Al Usus al Ilmiyah li Manhaj ad Da’wah Al Islamiyah.


Riyadh: Dar al Hadharah

Matharid, Ramadan Muhammad et al. 2019. Ushul ad Da'wah ma Manahijuha: Dirasat


Ta’shiliyah Tahliliyah. Open Library

Mubarak, Barghus Abd. Aziz. 1995. Al Manhaj an Nabawi wat Taghyir al Hadhari. Doha:
Maktabah Doha al Haditsah

Qahthani, Sa’id bin Ali. 1994. Muqawwamat ad Da’iyah an Najih. Riyadh: Maktabah al
Malik Fahd al Wathani.

Qurthubi, Abu Abdillah. 2006. Al Jami’ li Ahkamil Qur’an. Jeddah: Muassasah ar Risalah

Zaidan, Abdul Karim. 2002. Ushuulud Da’wah. Beirut: Resalah Publisher

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 84


PENULIS

Nama Lengkap : Daniel Rusyad Hamdanny


Tempat/ Tgl Lahir : Bandung, 15 Oktober 1988

Pendidikan Formal
S-2 Ilmu Komunikasi & Penyiaran Islam UIN Sunan Gunng Djati 2020-2021
S-1 Ilmu Manajemen Komunikasi Universitas Padjadjaram 2008-2012
Islamic Teacher Training College PM Darussalam Gontor 2001-2007

Pendidikan Non Formal


Dasar Perbankan dan Keuangan LPPI Jakarta 2014
Dasar Keuangan Syariah Mu’amalat Institute 2015

Karir Professional
Lembaga Komunikasi Dakwah abQarie CEO 2019 – sekarang
PT Wika Realty Marketing Section Head 2016 – 2020
PT Jamkrindo Syariah Public Relation 2013 – 2016

Karya Tulis

Gold will always Remain Gold: ‘Sebuah Kajian Smart Book of Public Speaking: ‘Menjadi
Fikih Muamalah Iqtishadiyah’ Pembicara yang Mempesona’.

Virtue-spirited Marketing: ’a Recipe to Let Wisdom Flourish in Education: a


Successful Marketing in Information Era’ Handbook for Teachers and Learners
Tradisi Retorika dalam Ilmu Komunikasi: Epistemologi dalam Filsafat: Sebuah
‘Buku Seri Penelitian Ilmu Komunikasi’ Pengantar

Prophetic Communication: ‘Lessons from Buku Saku Ekonomi Syariah: ‘al Moujaz
Farewell Sermon of Prophet Muhammad’ an el Iqtishad el Islami’

Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar Buku Saku Ilmu Tauhid: ‘Suatu


Pengantar’

Penulis mengembangkan Lembaga Komunikasi Dakwah abQarie yang fokus mengadakan


pelatihan penulisan ebook, pelatihan Bahasa Inggris & Arab dan public speaking for
academic and business purposes untuk pelajar, mahasiswa dan korporasi berbasis syariah.
Untuk undangan seminar dan pelatihan dapat menghubungi 0821 2008 1856 atau email
danielrusyad@yahoo.com
Ilmu Dakwah: Suatu Pengantar | 85

Anda mungkin juga menyukai