ILMU DAKWAH:
SUATU PENGANTAR
el Abqarie
Bandung
el Abqarie Digital
Issued Jan 2021
Nabi ﷺdiutus sebagai rahmat bagi semesta, karenanya cahaya dakwah haruslah
menerangi segenap jiwa di dunia. Buah manis dakwah tampak pada tegaknya keadilan,
tersemainya kebajikan dan tenggelamnya kebathilan. Dakwah merajut persatuan
ummat manusia di bawah simpul ikatan (aqidah) yang suci, tak ada Tuhan yang patut
disembah selain Allah, Sang Pencipta yang syariat-Nya merupakan bentuk cinta-Nya
yang Maha Sempurna.
Dakwah merupakan kemuliaan, karena dengannya seseorang melibatkan diri
pada tersemainya cahaya rabbani di jagad raya. Pendakwah sejatinya merupakan para
pewaris misi para Nabi yang mulia. Lisan, tangan dan akhlak mereka adalah teladan
yang membumikan nilai-nilai Al Quran di persada alam. Karena itu, pekerjaan dakwah
memerlukan bekal ilmu dan keterampilan yang dipandu nilai-nilai wahyu.
Buku ini mencoba memotret dakwah dari pelbagai sisi sebagai catatan kecil bagi
mereka yang mendedikasikan diri sebagai thaifah yang mengingatkan kaumnya apabila
mereka kembali untuk senantiasa menjaga diri.
ِين َو ِلي ُنذ ُِروا قَو َمهُم ِإذَا َ ۞ َو َما كَانَ ٱل ُمؤ ِمنُو َن ِليَن ِف ُروا َكآفَّة فَلَو َل نَفَ َر مِن كُ ِل فِرقَة مِنهُم
ِ طا ٓ ِئفَة ِل َيتَفَقَّهُوا فِي ٱلد
ََر َجع ُٓوا إِلَي ِهم لَعَلَّهُم َيحذَ ُرون
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya." QS. At-
Tawbah (9):122
A. Definisi Dakwah
Dakwah secara etimologis memiliki akar kata yang sama dengan du'a, diambil
dari fi'il tsulatsi "da'a - yad'u" yang bermakna memanggil atau menyeru, seperti kalimat
"da'a arrojulu da'wan" (seseorang telah menyeru atau memanggil), bentuk abstrak dari
kata kerja "da'a" yaitu da'wah berarti panggilan atau seruan, pelakunya disebut "da'i"
atau "daiyah" (penyeru) dengan bentuk jamak "du'at" (para penyeru).
Terdapat beberapa termin yang menjadi padanan kata dakwah, diantaranya an-
nida' (seruan), at-thalab (permohonan), an-nashihah (nasehat), at-tabligh
(penyampaian), al-hats (perintah), al-istimalah (bujukan), al-irsyad (bimbingan), at-
tarbiyah (pendidikan) dan at-ta'lim (pengajaran).
Dakwah juga dipahami sebagai seruan kepada tauhid, berikrar dengan dua
kalimat syahadat dan membumikan manhaj Allah (yaitu Islam) dalam ucapan dan
perbuatan sebagaimana dipesankan dalam Al Qur'an dan Sunnah, agar dien kembali
pada Yang Maha Memiliki, yaitu Allah SWT. (Wa'ie: 1986). Dan dikatakan bahwa
dakwah adalah kewajiban bagi mereka untuk mengajak keluarganya juga menyeru
pada manusia seluruhnya, di setiap waktu dan tempat, untuk mengikuti jejak Rasulullah
dan menjumput hikmah (dari jejak-jejak tersebut) dalam ucapan, perbuatan dan
perilaku sehari-hari. (Muhammad: 1985).
Definisi dakwah yang beragam tidak berarti menafikan satu sama lain, tidak pula
menjadi indikasi kontradiksi di antara pengertian dakwah. Perbedaan tersebut
hendaknya dipahami sebagai kategorisasi, bahwa teori dakwah memiliki dimensi dan
fokus kajian dakwah yang dititikberatkan secara beragam antara satu dan lainnya.
Adapun definisi dakwah yang digunakan dalam buku ini lebih condong pada
perspektif kedua, yakni dakwah sebagai tindakan (amaliyah) penyampaian dan
penyebaran Islam, dengan memandangnya sebagai ilmu dan seni tablighul Islam
kepada manusia, pengajaran (ta'lim) nilai-nilai Islam kepada mereka, disertai
implementasi (tathbiq) nya dalam konteks kehidupan. (Bayanouni: 1995).
Tabligh
Termin "Tabligh" merupakan kb. abstrak dari verba "ballagha" yang berarti
"menyampaikan". Disabdakan oleh Nabi ﷺdalam sebuah hadist shahih, "ballighuu
'annii walaw aayatan" (sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat), juga
disabdakan Nabi di dalam Khutbatul Wada', "Fal-yuballighis syaahid al ghaaiba, rubba
muballigin aw'a min saami'in" (hendaknya mereka yang hadir menyampaikan pesan ini
kepada yang tidak hadir, betapa banyak orang yang menyampaikan (muballigh) itu
menjadi lebih memahami dari mereka yang hanya mendengarkan). Masih dalam
1
Diadaptasi dari buku Fiqhud Da’wah ilallah karya Syaikh Abdurrahman Habnakah Al
Maidani
Tadzkiir
Kata "insan" atau "manusia" memiliki akar yang sama dengan nisyan, keduanya
berasal dari fiil tsulatsi "nasiya-yansa" yang berarti lupa. Tak heran manusia sering kali
dihinggapi lupa. Lupa kadang menyebabkan problematika, bahkan petaka. Lupa
mematikan gas misalnya, dapat menyebabkan kebakaran. Lupa menginjak rem mobil,
dapat membayakan penumpang atau pengendara lain. Lupa diri dan lupa tujuan hidup,
menyebabkan kegamangan jiwa. Lupa Tuhan, menjerumuskan pada maksiat dan
kekufuran. Dari sudut pandang tersebut, maka manusia membutuhkan tadzkiir, untuk
diingatkan dan saling mengingatkan.
Nasihat
Nashihah (nasehat) merupakan ucapan yang mengarah pada kebaikan orang yang
dinasehati. Termin nashihah berasal dari fiil tsulatsi "nashaha-yanshohu" yang diserap
ke dalam bahasa Indonesia dengan "menasehati". Dikatakan "nushhul insan lil insaan
bil bayaan" bahwa seseorang menasehati orang lain dengan ucapannya berarti
penasehat itu menunjukkan hal yang baik pada orang yang dinasehati, memotivasi dan
mendorongnya untuk bertindak sesuai dengan ucapannya. Nasehat mensyaratkan
ketulusan dan kemurnian niat dari orang yang mengucapkannya. Sebagaimana
dikatakan "nashaha al ma'dan" berarti emas itu alami -terbebas unsur yang tidak
diinginkan. Maka nasihat haruslah terbebas dari tipu daya atau tipuan yang berbungkus
kalimat bijak. Pemberi nasehat menguraikan kebaikan jika nasehatnya diikuti, atau
keburukan yang mungkin muncul jika nasehatnya diabaikan.
Nasehat memiliki posisi yang mulia di dalam Islam. Diriwayatkan Imam Muslim
dari Tamim bin Aus ad Dariy berkata, bahwa Nabi ﷺbersabda, "Ad dien an nashihah
(agama adalah nasehat), Ad dien an nashihah, Ad dien an nashihah" (beliau ucapkan
tiga kali). Kami berkata, "Bagi siapa ya Rasulullah?" Nabi ﷺbersabda, "Bagi Allah,
kitab-kitab-Nya, rasul-Nya, bagi para pemimpin ummat Islam dan rakyatnya."
Dikatakan pula bahwa bai'at para sahabat kepada Nabi ﷺdidasari perintah untuk saling
menasehati. Diriwayatkan Imam Bukhari dari Jarir bin Abdullah berkata, "Saya telah
membai'at Nabi ﷺdi atas (perintah untuk) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
nasihat untuk setiap muslim".
Irsyad
Buah dari Irsyad -plural, irsyadat- yaitu rasyaad atau rusyd yang dimaknai
sebagai pola pikir, sikap mental dan perilaku yang sesuai dengan kebenaran - yang
ditandai dengan sifat afdhal, lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih jauh dari madharat
yang mungkin timbul. Dikatakan rasyid -plural, rasyidun- jika seseorang diberikan
petunjuk (hidayah) terhadap kebenaran, sehingga pola pikir, sikap mental, akhlak dan
amal perbuatannya selalu afdhal dan lebih baik karena dilandasi nilai-nilai ilahi.
"Amar ma'ruf nahi munkar" secara etimologis berarti "menyuruh pada perkara
ma'ruf dan melarang perkara munkar". Ma'ruf -berasal dari kata 'urf- berarti yang
diketahui. Secara terminologis, ma'ruf adalah perkara yang diketahui kebaikan dan
keunggulannya. Dalam perspektif fikih, ma'ruf adalah segala sesuatu yang
diperintahkan Allah untuk dikerjakan, dalam bentuk kewajiban atau sunnah, atau
segala sesuatu yang tindakannya dianjurkan dalam Islam. Perkara dimaksud mencakup
segala sesuatu yang dipandang baik menurut akal sehat yang terbimbing wahyu. (al
uqul as saliimah as shahihah ar rasyiidah).
Dari pengertian fikih tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa amar ma'ruf
nahi munkar ditujukan kepada sesama ummat Islam yang sama-sama mengetahui
perkara ma'ruf dan munkar. Namun demikian, amar ma'ruf nahi munkar juga dapat
dilakukan kepada orang-orang non muslim dengan penekanan nilai-nilai universal
terkait kebaikan dan keburukan suatu perkara yang ditemukan di tengah masyarakat.
2
Diadaptasi dari Ad Da'wah Ilal Ishlah oleh Muhammad Khadhr Husein, terbitan Al Mathba'ah
as Salafiya, Kairo, 1927
۞ِيزۚ ۡٱلحمِيد
ِۚ ص َٰرطِۚۚ ۡٱلع ِز ِۚ ورۚبِإ ِ ۡذ
َٰۚ نۚربِ ِهمۡۚۚإِل
ِ ۚى ِۚ ُّتۚإِلىۚٱلن ۚ ۞ ا ٓلرۚۚك َِٰتبۚۚأنز ۡل َٰنهۚۚإِل ۡيكۚۚلِت ۡخ ِرجۚۚٱلنَّاسۚۚم
ُّ ِۚن
ِۚ ٱلظل َٰم
3
Diadaptasi dari al Usus al Ilmiya li Manahij ad Da'wah oleh Abdurrahim al Maghdzawi,
terbitan Dar al Hadharah, Riyadh, 2010.
ۚلۚيهۡ دِي
ۚ ۚۚٱّلل ۚ ِ َّصمكۚۚمِنۚۚٱلن
َّ ۚۚاسۚ ِإ َّن ِ ۡٱّللۚۚيع ۚۡ نزلۚۚ ِإل ۡيكۚۚمِنۚ َّر ِبكۚۚو ِإنۚلَّمۡۚۚت ۡفع
َّ لۚفماۚبلَّ ۡغتۚۚ ِرسالت ۥۚهۚو َّۚ ۚ۞ َٰيٓأيُّها
ِ ٱلرسولۚۚبل ِۡۚغۚمۚا ٓۚأ
۞ۡٱلق ۡومۚۚ ۡٱل َٰكف ِِرين
"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS Al-Ma'idah (5): 67).
Adapun kelestarian dakwah di atas muka bumi ini merupakan kewajiban lainnya
sebagai bentuk ketaatan pada perintah Allah serta solusi atas kerusakan yang
ditimbulkan oleh tangan (perbuatan) manusia yang semakin nyata. Allah berfirman:
"Dan sungguh, Kami telah menyampaik-an perkataan ini (Al Qur'an) kepada mereka
agar mereka selalu mengingatnya. (QS Al Qashash (28):51)"
Fakta bahwa dunia ini masih dihuni oleh 4 miliar lebih manusia yang belum
beriman. Sebagian darinya mungkin sama sekali belum terjamah dakwah, sebagian
َّ َٰ ۚيد
۞ٱلظلِمِينۚۚ ِإ َّلۚۚخس ٗارا ۚ انۚماۚه ۚوۚشِفآءۚۚور ۡحمةۚۚل ِۡلم ۡؤ ِمنِينۚۚو
ۚ لۚي ِز ِۚ ۞ونن ِزلۚۚمِنۚۚ ۡٱلق ۡرء
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur'an itu) hanya akan
menambah kerugian." (QS Al-Isra' (17): 82.
E. Tujuan Dakwah4
Dakwah, sebagai misi para Nabi dan pewarisnya memiliki tujuan yang teramat
mulia. Tiga tujuan dakwah paling utama, sebagaimana diuraikan oleh Basyuni et al
(2016) adalah sebagai berikut:
4
Diadaptasi dari ‘Ushulud Da’wah wa Manahijuha: Dirasat Ta’shiliyah Ta’hiliyah’. Open
Library karya Syaikh Ramadhan Matharid. 2019. Open Library
۞نكاۚون ۡحشرهۥۚي ۡو ۚمۚ ۡٱلق َِٰيم ِۚةۚأ ۡعم َٰى َّۚ ِ نۚأ ۡعرضۚۚعنۚذ ِۡك ِريۚفإ
ٗ نۚلهۥۚمعِيش ٗۚةۚض ۚۡ ۞ وم
"Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani
kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam
keadaan buta.”
Jika ketaatan itu telah mewarnai kehidupan manusia, akan berbuah keselamatan
dan kesejahteraan bagi semesta. Sebagaimana prinsip dari segala hal yang
diperintahkan dan dihalalkan Tuhan -al ma'ruf- adalah segala sesuatu yang bernilai
baik, bernilai dan bermanfaat bagi manusia.
۞ىۚع ِنۚۚ ۡٱلف ۡحشآءِۚۚو ۡٱلمنك ِۚرۚو ۡٱلب ۡغيۚ ِۚيعِظكمۡۚۚلعلَّكمۡۚۚتذ َّكرون َٰۚ نۚو ِإيتآيۚۚذِيۚ ۡٱلق ۡرب
َٰۚ ىۚوي ۡنه ِۚ ٱۡل ۡح َٰس ِۚ ٱّللۚي ۡأمرۚۚ ِب ۡٱلع ۡد
ِ ۡ ل ۚو َّۚ ۞ ِإ
َّۚ ۚن
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran." QS An-Nahl (16): 90
Pada prinsipnya, semua yang dihalalkan dalam Islam adalah hal yang baik dan
thayyib, sebaliknya semua hal yang haram merupakan hal yang buruk dan tercela.
ِۚۚيلۚي ۡأمرهمۚبِ ۡٱلمعۡ روف ِۚ نج ِ ۡ يۚٱلَّذِيۚي ِجدونهۥۚم ۡكتوبًاۚعِندهمۡۚۚفِيۚٱلت َّ ۡور َٰى ِۚةۚو
ِ ٱۡل َّۚ يۚ ۡٱۡل ِم
َّۚ ِٱلرسولۚۚٱلنَّبَّ ۚۚ۞ٱلَّذِينۚۚيتَّبِعون
ۚۡ تۚويح ِرمۚۚعل ۡي ِهمۚۚ ۡٱلخ َٰبٓئِثۚۚويضعۚۚع ۡنهمۡۚۚإِصۡ رهمۡۚۚو ۡٱۡل ۡغ َٰللۚۚٱلَّتِيۚكان
ۚۚۡتۚعل ۡي ِهم َّ لۚلهمۚۚٱل
ِۚ طيِ َٰب ُّۚ ِوي ۡنه َٰىهمۡۚۚع ِنۚۚ ۡٱلمنك ِۚرۚويح
ٓ
۞نزلۚۚمع ٓۚۥهۚأو َٰلئِكۚۚه ۚمۚ ۡٱلم ۡفلِحون ۚٓ فٱلَّذِينۚۚءامنواۚۚبِ ِهۦۚوع َّزروهۚۚونصروهۚۚوٱتَّبعواۚۚٱل ُّنورۚۚٱلَّذ
ِ ِيۚأ
"(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis)
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka,
yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan
yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang
buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
"... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui." QS. Al-Baqarah (2): 216
Merekatkan Persatuan
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita
tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah....” QS. Ali Imran (3): 64.
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti." QS. Al-Hujurat (49): 13.
Guna mencapai dakwah yang efektif, hendaknya seorang da'i atau da'iyah
menyusun tujuan yang ideal, spesifik dan terukur dalam bentuk metode, termasuk
perencanaan dan kurikulum dakwah. Untuk membantu penetapan tujuan dimaksud,
berikut adalah kategorisasi tujuan (objectives) kurikulum dakwah yang diuraikan
Maghdzawi dalam Al Usus al 'Ilmiyya li Manahij ad Da'wah.
- Tujuan khusus partikular; yaitu tujuan spesifik yang hendak diperoleh dari manhaj
yang digunakan, contohnya menjadikan shalat sebagai tameng dari perbuatan keji dan
mungkar.
- Tujuan umum; yaitu tujuan yang bersifat ideal dan general, seperti tergambar dalam
hadist yang diriwayatkan oleh Ummul mu'minin Aisyah RA., "Sesungguhnya telah
dijadikan ibadah thawwaf di baitullah, (dan sa'i) antara bukit Shafa dan Marwah, serta
lempar jumrah untuk mengingat Allah." (HR.Ibnu Khuzaimah) Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Thaha (20): 145
Sebagai contoh, seorang da'i bisa merumuskan tujuan umum dan tujuan-tujuan
khusus dalam tema shalat, misalnya tujuan umum berupa "upaya dzikrullah dan
peningkatan Ubudiyah" adapun tujuan-tujuan khususnya mencegah kemungkaran,
perbaikan hubungan antara seorang hamba terhadap Tuhan, penyucian jiwa, dan
sebagainya.
5
ٓ صل َٰوةۚۚ ِلذ ِۡك ِر
ۚي ۡ إِنَّن ِٓيۚۚأناۚٱّللَّۚۚلٓۚۚإِ َٰلهۚۚإِ َّلٓۚۚأناۚۚف
َّ ٱعب ۡدنِيۚوأق ِِمۚۚٱل
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
shalat untuk mengingat Aku." QS. Taha (20): 14
Tujuan juga dapat ditinjau dari keterkaitan materi atau dimensi isi dakwah,
terbagi ke dalam 3 bagian:
6
ِ ٱۡلنسۚۚإِ َّلۚۚلِيعۡ بد
ۚون ۡ وماۚخل ۡقت
ِ ۡ ۚۚٱل ِج َّنۚۚو
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." QS.
Ad-Dzariyat (51): 56.
Ketiga, tujuan kurikulum dakwah ditinjau dari luas cakupan, terbagi ke dalam:
Tujuan dekat
Tujuan jauh
Dakwah merupakan life long process bagi seorang da'i, bahkan dakwah terus
berlanjut seiring eksistensi manusia di atas muka bumi. Karena itu, keterampilan dalam
memahami dan merumuskan tujuan umum yang ideal serta tujuan khusus yang lebih
visible dan terukur sangat penting agar supaya:
Diperoleh kejelasan terkait hal-hal teknis dalam upaya dakwah yang dilakukan.
Terbebas dari distorsi dan distraksi selama pada proses dakwah
Kontinuitas dakwah secara gradual (tadarruj) guna peningkatan kualitas
dakwah dari waktu ke waktu.
Aspek yang kemudian menjadi dialektika dalam ilmu dakwah adalah jawaban
atas pertanyaan "Siapakah pihak yang berwenang mendefinisikan tujuan dakwah dan
mengkonseptualisasikannya?" Jawaban atas pertanyaan itu terbagi ke dalam dua aliran
pandangan.
"... dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri
(Muslim)." QS. An-Nahl (16):89
Sebagaimana da’i juga harus berbekal ilmu mengenati Sunnah Nabi -terkait
perintah dan larangan Allah
ِ ٱّللۚشدِيدۚۚ ۡٱلعِقا
۞ب َّۚ ۚۚٱلرسولۚۚفخذوهۚۚوماۚنه َٰىكمۡۚۚع ۡنهۚۚفٱنتهواۚۚوٱتَّقوا
َّۚ ٱّللۚ ِإ
َّۚ ۚن َّ ۚۚ۞ومۚا ٓۚءات َٰىكم
".... dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah sangat keras hukuman-Nya". QS. Al-Hashr (59): 7
Begitupun dengan hal-hal terkait ibadah dan akhlak dalam bermuamalah, da’i
wajib berpedoman pada Nabi ﷺsebagai role model yang agung
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah". QS. Al-Ahzab (33): 21
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta
taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya
dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS. At-Taghabun (64): 16.
ۚ تۚوعل ۡيهاۚماۚ ۡٱكتسب ۡتۚۚربَّناۚلۚۚتؤاخِ ۡذنۚا ٓۚ ِإنۚنَّسِينۚا ٓۚأ ۡۚوۚأ ۡخط ۡأناۚۚربَّناۚو
ۚل ۚۡ ساۚ ِإ َّلۚۚو ۡسعهاۚۚلهاۚماۚكسب ً ٱّللۚۚن ۡف
َّ ۚۚ۞لۚۚيكلِف
ۡ ٱعفۚۚعنَّاۚو
ۚٓ ۚٱغفِرۡۚۚلناۚو ۡٱرح ۡمنا ۡ لۚتحم ِۡلناۚماۚلۚۚطاقةۚۚۚلناۚ ِب ِۚۦهۚوۚ ِلۚعل ۡينۚا ٓۚ ِإصۡ ٗراۚكماۚحم ۡلتهۥۚعلىۚٱلَّذِينۚۚمِنۚق ۡبلِناۚۚربَّناۚو ۚۡ ت ۡحم
۞أنتۚۚم ۡول َٰىناۚفٱنص ۡرناۚعلىۚ ۡٱلق ۡو ِۚمۚ ۡٱل َٰكف ِِرين
As Syar'iyyah
Sebagai bagian dari pengamalan ajaran agama, maka setiap aspek dalam dakwah, tak
terkecuali dalam penyusunan metode dan kurikulm dakwah harus disandarkan pada Al
Qur'an dan Sunnah.
Al Khairiyah
Tujuan dakwah harus tumbuh dari benih kebaikan, dialiri energi kebaikan dan berbuah
kebaikan. Sebagaimana dakwah dimaknai sebagai upaya seseorang yang menunjukkan
jalan atau memberi nasehat pada orang lain untuk selalu berbuat baik. nasehat sendiri
diambil dari kata nashiha yang berarti terbebas dari cela. Dakwah, demikian, tak
ubahnya emas atau mineral berharga tanpa materi campuran yang tidak diharapkan di
dalamnya.
Al Ashalah
Tujuan hingga teknik penyampaian dakwah seyogianya bersifat taat asas, fokus pada
sasaran dakwah yang ideal, spesifik terukur dan realistis, dengan mengesampingkan
hal-hal yang tidak perlu dan kontraproduktif terhadap proses dakwah itu sendiri.
Al Indhibath
Prinsip indhibath berarti tujuan dakwah hendaknya disusun secara detail, terstruktur
dan mendalam. Adapun uslub -jamak asalib yang digunakan disarankan agar bersifat
parsimoni, yaitu sederhana dibalik kompleksitas gagasan yang terkandung di
Al Waqi'iyah
Tujuan dakwah hendaknya dibuat secara tekstual sekaligus kontekstual, ideal namun
sekaligus membumi. Seorang da'i hendaknya menguasai medan dakwahnya dan
memahami fakta-fakta sosial yang ada untuk menjadi konsideran dalam menentukan
model pendekatan, strategi dan metode dakwah yang ideal.
Al Wudhuh
Tujuan kurikulum dakwah idealnya dirumuskan dalam kalimat yang jelas dan terukur
sehingga da'i dapat mengevaluasi keefektifan dakwahnya secara objektif. Kejelasan
tujuan juga membantu pelaksanaan dakwah secara terfokus dengan mengesampingkan
hal-hal yang tidak diperlukan. Begitupula dalam penyusunan kurikulum hendaknya
digunakan bahasa yang sesuai dengan kapasitas intelektual mitra dakwah, sebagaimana
diriwayat-kan oleh Imam Muslim, bahwa Nabi ﷺbersabda, “Tidaklah engkau
berbicara pada suatu kaum suatu pembicaraan yang tidak sampai pada (kapasitas)nalar
mereka, kecuali akan menimpa atas sebagian mereka suatu fitnah.
Al Ihathah
Kurikulum dakwah sebaiknya dibuat secara komprehensif, disusun secara gradual dan
sistematis. Kurikulum yang holistik diharapkan dapat mencegah pemahaman yang
tidak utuh, parsial dan berpotensi memicu paham-paham eksklusif.
Tema dakwah merupakan satu di antara lima bagian pokok dalam kajian dakwah.
Sebagai bagian dari ajaran agama, gagasan para da'i haruslah dibangun di atas pondasi
yang sesuai dengan dien al Islam. Begitupun dengan metode konstruksi, metodologi
dalam menyimpulkan (ijtihad) hingga teknik penyajian gagasan (uslub ad dakwah),
semua itu harus mengikuti norma-norma yang dirujuk kepada Al Qur'an dan Sunnah,
atau produk ijtihad berupa qiyas dan ijma' para ulama. Sehingga ilmu tentang Islam,
atau paling tidak dasar-dasar ajaran Islam, merupakan pengetahuan imperatif bagi
seorang da'i atau da'iyah. Buku ini, sesuai judulnya tidak membahas secara rinci
mengenai mabadi al Islam, tidak pula mencoba merangkum pokok-pokok dien al Islam,
tetapi lebih pada upaya memotret sebagian dari ajaran Islam yang dianggap relevan dan
dapat memantik penelaahan lebih jauh sebagai panduan dasar tema dakwah.
Islam dapat dipahami dari beberapa perspektif, ditinjau secara leksikal, dari arkan
yang terkandung di dalamnya, ditinjau sebagai agama yang paripurna, sebagai jawaban
filosofis terkait hakikat manusia dan kehidupan, dipandang sebagai sistem yang
komprehensif dan lain sebagainya.
Pengertian Islam secara utuh dengan merinci pilar-pilar (Arkan) Islam yang
terkandung di dalamnya dirujuk pada sumber otoritatif, yaitu hadist Nabi ﷺyang
dikenal dengan hadist Jibril.
“Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat rasululah ﷺ. Tiba-tiba muncul
kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya
amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang
pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan nabi ﷺ, lalu lututnya
disandarkan kepada lutut nabi ﷺdan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
nabi ﷺ. Kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang
Islam.” Rasulullah ﷺmenjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah
Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan
engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki
itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang
membenarkannya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi ﷺmenjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-
kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan
yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku
tentang ihsan”. Nabi ﷺmenjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia
melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi ﷺmenjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun
Ketiga, pengertian Islam sebagai Dien (agama) yang diridhai Allah untuk ummat
manusia
Fakta tak terbantahkan tersebut tidak lantas membuat seseorang menjadi muslim-
masuk ke dalam dien al Islam- secara otomatis. Karena Islam, sebagaimana dijelaskan
oleh Syaikh Abdul Karim Zaydan, merupakan kepasrahan yang dilandasi kesadaran
aktif (al khudu' al ikhtiyari) dari seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Allah
dalam keyakinan, ucapan dan amal perbuatannya.
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang
telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di
antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah
sangat cepat perhitungan-Nya. QS. Ali Imran (3): 19.
Islam juga dapat dipahami sebagai rujukan paripurna atau manual yang paling ideal
dari Sang Maha Pencipta dalam mengelola semesta, termasuk urusan ekonomi, politik,
sosial, budaya, keamanan dan lingkungan hidup dari level individu, keluarga, hingga
negara.
۞ٱۡل ۡس َٰل ِۚمۚد ِٗيناۚفلنۚي ۡقبلۚۚم ِۡن ۚهۚوهوۚۚفِيۚ ۡٱۡلٓخِ رةِۚۚمِنۚۚ ۡٱل َٰخس ِِرين
ِ ۡ ۚۚ۞ومنۚي ۡبت ِۚغۚغ ۡير
"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi." QS. Ali Imran (3): 85
Dien al Islam, menurut Syaikh Mahmud Syalyut, adalah agama Allah yang
diperintahkannya untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-
peraturannya kepada Nabi Muhammad ﷺdan menugaskannya untuk menyampaikan
agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya
(Gani: 1967).
ۚلۚيهۡ دِي
ۚ ۚۚٱّلل ۚ ِ َّصمكۚۚمِنۚۚٱلن
َّ ۚۚاسۚإِ َّن ِ ۡٱّللۚۚيع ۚۡ نزلۚۚإِل ۡيكۚۚمِنۚ َّربِكۚۚوإِنۚلَّمۡۚۚت ۡفع
َّ لۚفماۚبلَّ ۡغتۚۚ ِرسالت ۥۚهۚو َّ ۚ۞ َٰيٓأيُّها
ِ ٱلرسولۚۚبل ِۡۚغۚمۚا ٓۚأ
۞ۡٱلق ۡومۚۚ ۡٱل َٰكف ِِرين
"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir". QS. Al-Ma'idah (5): 67
Apa yang diwahyukan kepada Nabi ﷺitu adalah Al Qur'an yang mencakup di
dalamnya dimensi aqidah, syariah dan akhlaq.
Aqidah
Secara terminologis, aqidah dipahami sebagai ikatan hati seseorang yang kuat,
berwujud keyakinan, dan berbuah pada ucapan dan amal perbuatan. Sehingga aqidah
Islam dapat dimaknai sebagai ikatan hati seseorang dalam mengimani Allah, malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-Nya, keyakinan pada Hari Kiamat, penghakiman dan
Tauhid
Perkara pokok dalam aqidah Islam adalah tauhid. Tauhid ( )التوحيدsecara harfiah
memiliki akar yang sama dengan "wahid" atau "wahhada-yuwahhidu" berarti, “satu,
atau menjadikan sesuatu itu satu, dengan peniadaan dan penetapan” yaitu meniadakan
suatu hukum selain
pada apa yang di-esakan dan menetapkan hukum tersebut hanya pada yang
diesakan tersebut. Sebagaimana lafadz syahasat "Laa ilaaha illallahu" tiada tuhan (yang
patut disembah), kecuali Allah. Mengandung makna meniadakan hakikat dan sifat-sifat
ketuhanan sekaligus menetapkan hakikat, sifat dan kemutlakan hanya pada Allah swt
sebagai Tuhan yang Maha Tunggal.
Secara istilah, Tauhid dimaknai dengan "ifraadullahi fil 'ibadah", keesaan Allah
dalam peribadatan, yakni kita menyembah Allah swt yang Maha Tunggal tanpa
menyekutukan-Nya. Dengan tidak menyamakan atau meyakini adanya tuhan-tuhan
atau kekuasaan lain, baik berupa nabi, malaikat, pemimpin atau penguasa suatu negeri
yang menyerupai kemahakuasaan tuhan.
Dengan tauhid, kita menisbatkan secara khusus segala bentuk ibadah, hanya
kepada Allah swt. karena rasa cinta, ta'dziem (pengagungan), dan harapan mendapat
rido, rahmat & inayah-Nya, serta takut akan murka dan siksa-Nya.
Juga terdapat pengertian yang lebih umum mengenai tauhid, yang disingkat
menjadi "ifraadullahi bimaa yakhtasshu bihi" yakni kemahaesaan Allah dengan segala
kekhususan yang dimiliki-Nya. Maka daripada itu, kita sering memberi predikat pada
lafaz Allah dengan subhanahu wa ta’alaa yang artinya Dia-lah Allah yang Maha Suci
- Tauhid Rububiyyah
ۚۡ لۚض ٗراۚۚق
ۚل ۚ ۚۚلۚأفٱتَّخ ۡذتمۚمِنۚدونِ ِٓۚۦهۚأ ۡولِيآء
ۚ لۚي ۡملِكونۚۚ ِۡلنف ِس ِهمۡۚۚن ۡف ٗعاۚو ۚۡ لۚٱّللَّۚۚق ۚ ِ تۚو ۡٱۡل ۡر
ِۚ ضۚق ِۚ لۚمنۚ َّربُّۚۚٱلس ََّٰم َٰو ۚۡ ۞ۚق
ِۚ ٱلظل َٰمتۚۚوٱلنُّورۚۚأمۡۚۚجۚعلواۚۚ ِ َّّللِۚۚشركآءۚۚخلقواۚۚكخ ۡل ِقِۦهۚفت َٰشبهۚۚ ۡٱلخ ۡلقۚۚعل ۡي ِهمۡۚۚق
ۚل ُّ ۚلۚت ۡست ِوي ۚۡ صيرۚۚأمۡۚۚهِ ىۚو ۡٱلب َٰۚ لۚي ۡست ِويۚ ۡٱۡل ۡعم
ۚۡ ه
۞ٱّللۚۚ َٰخلِقۚۚك ِلۚۚش ۡيءۚۚوهوۚۚ ۡٱل َٰوحِ دۚۚ ۡٱلق َٰ َّهر َّ
- Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah dapat dimaknai dengan keesaan Allah swt. dalam ibadah,
yakni segenap ciptaan-Nya hanya beribadah kepada-Nya dengan tidak menduakan,
atau menganggap ciptaan-Nya setara atau bagian dari ketuhanan, sebagaimana
keyakinan dalam trinitas dan sebagainya. Kita hanya menyembah kepada-Nya.
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan."
Perbedaan di antara kedua jenis tauhid di atas adalah pada dimensi relasi ibadah
makhluk-Nya. Tauhid rububiyyah bersifat informatif, al ilmy al khabary, yaitu
memberikan kita penjelasan mengenai keagungan Allah sebagai Pencipta, Pemilik,
Pengatur alam semesta dengan segenap ciptaannya di jagad raya ini. Sedangkan pada
tauhid uluhiyyah, hal tersebut dihubungkan dengan ibadah makhluk-Nya. Bahwa kita
menyembah hanya kepada-Nya tanpa setitik-pun maksud, niat dan perbuatan untuk
menyekutukan-Nya. Karena itu, tauhid uluhiyyah juga dinamai dengan tauhid at
thalabi, yaitu tauhid yang menuntut ibadah sesuai dengan petunjuk yang diberikan
Allah swt. dalam Quran dan sunnah.
Yaitu keesaan Allah swt. atas segala nama yang Dia nisbatkan pada diri-Nya, dan
atas segala sifat yang Dia sifatkan pada diri-Nya di dalam Al Qur’an dan pada sunah
nabi-Nya. Sehingga kita mengimani segala nama dan sifat tersebut dengan menetapkan
apa yang ditetapkan-Nya dan mengingkari apa yang diingkari-Nya, tanpa mengubah,
tanpa mengurangi, tanpa bertanya bagaimana dan tanpa memberi analogi atau
perumpamaan. Keyakinan seperti itu karena keagungan dan kesucian Allah swt yang
tak dapat dijangkau nalar manusia
ِۚنۚأنفسِكمۡۚۚأ ۡز َٰو ٗجاۚومِنۚۚ ۡٱۡل ۡن َٰع ِۚمۚأ ۡز َٰوجٗ اۚي ۡذرؤكمۡۚۚفِي ِۚهۚل ۡيسۚۚكم ِۡث ِلِۦهۚش ۡي ۚء ۚ ِ تۚو ۡٱۡل ۡر
ۚۡ ضۚجعلۚۚلكمۚم ِۚ ۞فاطِ رۚۚٱلس ََّٰم َٰو
۞صير ِ وهوۚۚٱلسَّمِيعۚۚ ۡٱلب
"(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-
pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan
(juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun
yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat". QS. Ash-
Shura (42): 11.
Syariah
Syariah secara harfiah dapat dimaknai sebagai jalan atau kanal yang dialiri air
(mawrid al miyah). Kanal tersebut didatangi orang-orang dan makhluk lainnya untuk
mendapat air segar yang mengalir langsung dari sumbernya. Seperti dalam kalimat
"syara'at al ibil" berarti unta itu telah berada di sumber air.
"Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat dari agama itu,
maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang
tidak mengetahui." QS. Al-Jathiya (45): 18
"... Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang..." QS. Al-Ma'idah (5): 48
Imam at Thabari menafsirkan ayat tersebut bahwa pada setiap ummat manusia
(yakni pada setiap kaum yang diutus pada mereka Rasul dan Nabi Allah), kami jadikan
atas mereka jalan yang memandu mereka pada kebenaran, disertai aturan yang menjadi
rujukan amal perbuatan. Ibnu Abbas berkata, ia (syariah) adalah Sunnah dan jalan
(Sabil). Terdapat beragam Sunnah (tradisi), Taurat memiliki Sunnah, Injil memiliki
Sunnah, begitupun Al Qur'an memiliki Sunnah.
Imam ar Razi berkata, "Syariah adalah segala sesuatu yang Allah wajibkan
kepada seluruh mukallaf, yaitu mu'min yang telah aqil baligh. Sedangkan minhaj
adalah jalan yang terang benderang. Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa syariah pada intinya adalah jalan yang lurus, as shirath al mustaqim
yang menjadi pijakan orang-orang beriman dalam menapaki kehidupan sesuai dengan
ridho Tuhan yang Maha Menciptakan.
Maqashid as Syariah
Akhlak Mulia
Kebenaran Islam nyata dalam aqidahnya yang murni, keadilan Islam konkret
dalam syariahnya yang penuh solusi, keindahan Islam menawan dalam akhlak
pemeluknya yang meneladani Nabi ﷺ. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga antar sesama manusia dan semesta. Tingginya kualitas
aqidah dan ibadah tidak menjamin keimanan seseorang jika tidak disertai akhlak mulia,
hatta pada hewan sekalipun. Sebagaimana tergambar bahwa seorang muslimah
menjadi ahli neraka karena menganiaya seekor kucing.
ۚۚۚ(ۚعذبتۚامرأةۚفي:ۚۚقال-ۚۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلم-ۚعنۚعبدۚهللاۚبنۚعمرۚرضيۚهللاۚعنهماۚأنۚرسولۚهللا
ۚۚولۚهيۚتركتهاۚتأكلۚمن،ۚۚولۚسقتهاۚإذۚحبستها،ۚۚفدخلتۚفيهاۚالنارۚ؛ۚلۚهيۚأطعمتها،ۚۚسجنتهاۚحتىۚماتت،ۚهرة
خشاشۚاۡلرضۚ)ۚمتفقۚعليه.
َِّۚ ِنۚكانۚۚيؤمِنۚۚب
ۚۚاّللۚواليو ِۚمۚاْلخِ ِۚرۚفليك ِرم ۚ اّللۚۚعلي ِۚهۚوسلَّمۚۚق
ۚ الۚم َّ ۚي ِۚصلَّى
ۚ ِنۚالنَّۚب َّ ۚۚضي
ۚ اّللۚۚعن ۚهۚع ِ عنۚۚأبِيۚهرير ۚةۚر
َِّۚ صلۚۚرحِ مهۚۚومنۚۚكانۚۚيؤمِنۚۚ ِب
ۚاّللۚواليو ِۚمۚاْلخِ ِۚرۚفليقلۚۚخي ًراۚأوۚۚلِيصمت َِّۚ ضيفهۚۚومنۚۚكانۚۚيؤمِنۚۚ ِب
ِ اّللۚواليو ِۚمۚاْلخِ ِۚرۚفلي
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi ﷺbeliau bersabda: "Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali
silaturrahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia
berkata baik atau diam." [HR Bukhari].
(ماۚامنۚبيۚمنۚباتۚشبعانۚوجارهۚاليۚجنبهۚجائعۚوهوۚيعلمۚ(رواهۚالحاكم
"Tidak dianggap orang yang beriman kepadaku orang yang tidur dalam keadaan
kenyang, sedangkan tetangga sampingnya lapar, sedangkan ia tahu." (HR. Hakim)
ِۚ صلواۚاۡلرحامۚۚوصلُّواۚبِاللَّي
ۚل َّ قالۚۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚياۚأيُّهاۚالنَّاسۚۚأفشواۚالسََّلمۚۚوأطعِمواۚال
ِ طعامۚۚو
ۚجنَّةۚۚبِسَلم
ۚ والنَّاسۚۚنِيامۚۚتدخلواۚال
ۚۚ((اۡليمانۚبضعۚوسبعونۚأو:ۚقالۚرسولۚهللاۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلم:عنۚأبيۚهريرةۚرضيۚهللاۚعنهۚقال
ۚۚوالحياءۚشعبةۚمنۚاۡليمان))؛،ۚوأدناهاۚإماطةۚاۡلذىۚعنۚالطريق،ۚلۚإلهۚإلۚهللا:ۚفأفضلهاۚقول،بضعۚوستونۚشعبة
رواهۚمسلم
Dari Abi Hurairah Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Iman terdiri
dari 79 atau 69 cabang, yang paling utama diantaranya adalah ucapan "Tiada Tuhan
selain Allah" dan cabang paling bawah adalah menyingkirkan duri dari jalanan, dan
rasa malu adalah salah satu cabang iman." (HR. Muslim).
Demikian, Islam merupakan kesatuan dari dimensi aqidah, syariah dan akhlak.
Kokohnya keyakinan seseorang harus dapat mengejawantah dalam akhlak mulia dan
tindakan yang bermanfaat untuk diri, untuk sesama dan untuk semesta. Sebagaimana
Nabi ﷺdi utus sebagai rahmat untuk jagad raya dan seisinya. Sedangkan misi utama
Nabi ﷺtidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia
Sebagai pengemban misi dakwah, seorang da'i hendaknya menjadi duta akhlaq
islami yang merefleksikan cahaya Quran dalam segenap aktivitas dan perilakunya
sehari-hari.
Seorang da'i tidak akan kehabisan tema untuk bercerita. Karena Al Qur'an berisi
berbagai kisah melimpah yang sarat dengan hikmah. Ibnu Katsir misalnya tak kurang
menghimpun 85 kisah tentang para Nabi dan Rasul dalam kitabnya Qishashul Anbiya.
Dr Said Abdul Azim menghimpun 13 kisah yang sangat terinci mengenai Ashabul
Kahfi, Ashabul Ukhdud, Kisah Nabi Sulaiman as, Nabi Nuh as, Kisah Kaum Luth as,
Kisah Dzul Qarnain dan lain sebagainya yang seluruhnya digali dari Kalamullah Al
Quranulkarim. Kisah-kisah penuh hikmah tersebut dapat diibaratkan laiknya
pemandangan indah yang dapat dipotret dari berbagai sisi yang berlainan. Lisan-lisan
para da'i dapat menjadi jembatan menuju keindahan hikmah di balik kisah yang
melimpah tersebut.
Dari uraian sebelumnya, Islam sebagai tema dakwah, mengutip penjelasan dari
Dr Abdul Karim Zaidan, dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam memiliki keunggulan-
keunggulan yang tidak dimiliki oleh agama lainnya di atas muka bumi, diantaranya:
Dua ayat Al Qur'an berikut QS. An Nisa (4): 58-59. berisi pesan Allah SWT
kepada para Pemimpin dan Rakyat. Bagaimana relasi keduanya dibangun di atas
prinsip amanah, keadilan dan ketaatan berbasis taqwa.
َّۚ ۚيۚصلَّى
ۚاّللۚعلي ِۚه َّۚ ِنۚالنَّب
َّۚ ۚ"ۚأ:ۚي ِۚرضيۚهللاۚعنه
ۚ روىۚاۡلمامۚمسلمۚرحمهۚهللاۚفيۚ"صحيحه"ۚعنۚۚتمِيمۚۚالد َِّار
َّۚ ِ ۚ(ۚ:ۚۚقال،ۚصيحةۚۚ)ۚقلناۚلِمنۚۚ؟
)ّۚۚللِۚو ِلكِتا ِب ِۚهۚولِرسو ِل ِۚهۚو ِۡلئِ َّم ِۚةۚالمسلِمِينۚۚوۚعا َّمتِ ِهم ۚ " وسلَّمۚۚق.
ِ َّ(ۚالدِينۚۚالن:ۚال
Diriwayatkan Imam Muslim dari Tamim bin Aus ad Dariy berkata, bahwa Nabi
ﷺbersabda, "Ad dien an nashihah (agama adalah nasehat), Ad dien an nashihah, Ad
dien an nashihah" (beliau ucapkan tiga kali). Kami berkata, "Bagi siapa ya Rasulullah?"
Nabi ﷺbersabda, "Bagi Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-Nya, bagi para pemimpin ummat
Islam dan rakyatnya."
Dikatakan bahwa bai'at para sahabat kepada Nabi ﷺdidasari perintah untuk
saling menasehati. Diriwayatkan Imam Bukhari dari Jarir bin Abdullah berkata, "Saya
telah membai'at Nabi ﷺdi atas (perintah untuk) mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan nasihat untuk setiap muslim".
Fikih Mu'amalah, khususnya Fikih Siyasah merupakan salah satu bidang kajian
atau ilmu yang dapat membantu dalam memahami Politik dan Kekuasaan dari
perspektif Islam.
Ilmu pengetahuan memiliki posisi yang tinggi di dalam Islam. Perintah menuntut
ilmu merupakan Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi ﷺ, yakni lima ayat pertama
dalam QS. Al-Alaq.
َّ ۚح
ۚۚٱّللۚۚل ۚكمۡۚۚوإِذاۚقِيلۚۚٱنشزواۚۚفٱنشزوا ۚ ِ ۞ َٰيٓأيُّهاۚٱلَّذِينۚۚءامن ٓواۚۚإِذاۚقِيلۚۚلكمۡۚۚتفسَّحواۚۚفِيۚ ۡٱلم َٰجل
ِۚ ِسۚف ۡٱفسحواۚۚي ۡفس
۞ٱّللۚۚبِماۚتعۡ ملونۚۚخبِير َّ تۚو ۚ ٱّللۚٱلَّذِينۚۚءامنواۚۚمِنكمۡۚۚوٱلَّذِينۚۚأوتواۚۚ ۡٱلع ِۡلمۚۚدر َٰج
َّۚ ۚي ۡرف ِۚع
"dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu
benar dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. Dan
sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang
lurus." QS. Al-Hajj (22): 54
َّ ۚۚب۞ۚٱلَّذِينۚۚي ۡذكرون
ۚٱّللۚۚق َِٰي ٗما ِ ارۚۡل ٓ َٰيتۚۚ ِۡلولِيۚ ۡٱۡل ۡل َٰب
ِۚ لۚوٱلنَّهِۚ ٱخت َِٰلفِۚۚٱ َّل ۡي ۚ ِ تۚو ۡٱۡل ۡر
ۡ ضۚو ِۚ نۚفِيۚخ ۡل
ِۚ قۚٱلس ََّٰم َٰو َّۚ ِ۞إ
ِ ََّلۚس ۡب َٰحنكۚۚفقِناۚعذابۚۚٱلن
۞ار ۚ ٗ ِضۚربَّناۚماۚخلۚ ۡقتۚۚ َٰهذاۚ َٰبط ۚ ِ تۚو ۡٱۡل ۡر ِۚ قۚٱلس ََّٰم َٰو ِۚ ىۚجنوبِ ِهمۡۚۚويتف َّكرونۚۚفِيۚخ ۡل َٰۚ وقعودٗاۚوعل
ۚ۞Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal ۚ۞(yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.ۚ۞QS. Ali Imran (3): 190-191.
۞Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini
lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh,
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. ۚ۞Aku hadapkan wajahku kepada
(Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti)
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.ۚ۞QS. Al-An'am,
Ayah 78-79.
Dari Anas bin Malik berkata, dari Nabi ﷺbersabda, "Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim." (HR. Ibnu Majah.
Abu Darda’ lantas berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi ﷺ
bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan
sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu
Ushul Fiqh, Filsafat & Pemikiran Islam termasuk ke dalam bidang kajian atau
ilmu yang dapat membantu dalam memahami Islam dan Ilmu Pengetahuan.
Spirit atau jiwa dari hukum adalah keadilan. Keberadaan hukum pada dasarnya
menjamin hadirnya keadilan bagi ummat manusia. Islam diturunkan sebagai hukum
oleh Sang Maha Adil. Setiap aspek dalam Islam merupakan norma yang penuh dengan
prinsip-prinsip keadilan.
َّۚ نۚوٱلس
ِۚ ِنۚ ِبٱلس
ِۚن ِۚ نۚو ۡٱۡلنفۚۚ ِب ۡٱۡلنفِۚۚو ۡٱۡلذنۚۚ ِب ۡٱۡلذ ِۚ سۚو ۡٱلع ۡينۚۚ ِب ۡٱلع ۡي
ۚ ِ ۞وكت ۡبناۚعل ۡي ِهمۡۚۚفِيهۚا ٓۚأ َّنۚۚٱلنَّ ۡفسۚۚ ِبٱلنَّ ۡف
۞ظلِمون َّ َٰ ٱّللۚۚفأو َٰلٓئِكۚۚه ۚمۚٱل
َّ ۚۚو ۡٱلجروحۚۚقِصاصۚۚفمنۚتصدَّقۚۚ ِب ِهۦۚف ۚهوۚۚكفَّارةۚۚلَّهۥۚۚومنۚلَّمۡۚۚي ۡحكمۚ ِبمۚا ٓۚأنزل
"dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah
terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang
telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan
sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik". QS. Al-Ma'idah(5): 49
Ushuluddin, Fiqhus Syari'ah, Kajian Tafsir dan Hadist termasuk ke dalam ilmu
yang mengkaji hukum dalam perspektif Islam.
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk
dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik". QS. Ali-
Imran (3): 14.
َّ ۚۚٱّللۚۚو ۡٱذكروا
۞ٱّللۚۚكثِي ٗراۚلَّعلَّكمۡۚۚت ۡفلِحون ِ َّ ۚل
ِۚ ض ۚ ِ صل َٰوةۚۚفٱنتشِرواۚۚفِيۚ ۡٱۡل ۡر
ۡ ضۚو ۡٱبتغواۚۚمِنۚف َّ تۚٱل
ِۚ ضي
ِ ۞فإِذاۚق
Islam tidak hanya mengatur cara memperoleh harta, tapi juga cara
menggunakannya. Penggunaan harta secara bijak merupakan salah satu karakter
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Mengasihi ('Ibadurrahman).
Islam juga memotivasi orang-orang beriman untuk berinfak di jalan Allah untuk
kesuksesan di dunia dan akhirat.
َٰۚ ٱّللۚۚي
ۚۚضعِف ۚۡ لۚحبَّةۚۚأنبت
َّ تۚس ۡبعۚۚسنابِلۚۚفِيۚك ِلۚۚسنبلةۚۚمِائةۚۚحب َّۚةۚو ِۚ ِ۞ َّمثلۚۚٱلَّذِينۚۚينفِقونۚۚأمۡ َٰولهمۡۚۚفِيۚسب
َِّۚ ۚيل
ِۚ ٱّللۚكمث
َّ لِمنۚيشآءۚۚو
۞ٱّللۚۚ َٰوسِعۚۚعلِيم
Seorang usahawan yang jujur lagi terpercaya memiliki posisi yang mulia di
hadapan Allah SWT.
ۚصدوقۚ ۚاۡلمِينۚ ۚم ۚع ِ َّ ۚ(ۚالت:ۚ عنۚأبي ۚسعيد ۚالخدري ۚرضي ۚهللاۚعنه ۚقالۚرسول ۚهللا ۚصلى ۚهللاۚعليه ۚوسلم
َّ اجرۚۚال
ِ النَّ ِب ِۚيينۚۚو
ُّ الص ِديقِينۚۚوال
شهداءِۚۚ)ۚرواهۚالترمذي
Dari Abu Sa'id al Khudri Ra. berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Seorang
pedagang yang jujur dan amanah bersama para Nabi, orang-orang saleh dan para
syuhada" (HR. Tirmidzi)
ۚ،ۚ((اليد ۚالعليا ۚخير ۚمن ۚاليد ۚالسفلى:عن ۚحكيم ۚبن ۚحزام ۚرضي ۚهللا ۚعنه ۚعن ۚالنبي ۚصلى ۚهللا ۚعليه ۚوسلم ۚقال
ۚومنۚيستغنۚيغنهۚهللا))ۚرواهۚالبخاري،ۚومنۚيستعففۚيعفهۚهللا،ۚوخيرۚالصدقةۚعنۚظهرۚغنى،وابدأۚبمنۚتعول
Islam melarang segala macam tindakan, pola hidup, termasuk pola konsumsi
yang membahayakan bagi tubuh. Mencederai diri merupakan sebuah dosa, karena
sesungguhnya jiwa dan raga kita adalah milik Allah yang harus kita jaga sebaik-
baiknya.
"Dan gunakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh,
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." QS. Al-Baqarah (2): 195
مغبونۚفيهماۚكثيرۚمنۚالناسۚالصحةۚوالفراغ
Kesehatan itu harus diupayakan, karena dengan sehat seseorang bisa bermanfaat
sepanjang anugerah usia yang Tuhan berikan pada manusia. Dalam Shahih Muslim
terdapat hadits riwayat Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda:
ۚ ۚواستعن،ۚ ۚوفي ۚكل ۚخير ۚاحرص ۚعلى ۚما ۚينفعك،المؤمن ۚالقوي ۚخير ۚوأحب ۚإلى ۚهللا ۚمن ۚالمؤمن ۚالضعيف
ۚۚفإنۚلوۚتفتح،ۚۚولكنۚقلۚقدرۚهللاۚوماشاءۚفعل،ۚولتعجزۚوإنۚغلبكۚأمرۚفَلتقلۚلوۚأنيۚفعلتۚكذاۚلكانۚكذاۚوكذا،ۚباهلل
عملۚالشيطان.
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan
mukmin yang lemah; pada keduanya terdapat kebaikan. Bersemangatlah mengerjakan
apa pun yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan Allah, dan jangan sampai
lemah! Andai keinginanmu tak tercapai, jangan katakan, ‘Andai saya lakukan ini dan
itu maka pasti akan begini dan begitu.’ Akan tetapi, katakanlah, ‘Qadarullahi wa ma
sya’a fa’ala (ini adalah ketetapan Allah; segala sesuatu yang Dia kehendaki aka Dia
lakukan).’ Ucapan ‘andai’ akan membuka jalan bagi setan.” (HR. Muslim).
ۚۚعلمواۚأبناءكمۚالسباحةۚوالرميۚوالمرأة:عنۚابنۚعمر ۚرضيۚهللاۚعنهماۚعنۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚقال
ۚورواهۚالديلمي.ۚالمغزل
Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh banyak mengkaji isu higienitas dan kesehatan di dalam
Islam.
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti." QS. Al-Hujurat (49): 13
ۚۚوخياركمۚخياركمۚلنسائِهم)ۚرواه،ۚ(أكملۚۚالمؤمنينۚإيمانًاۚأحسنهمۚخلقًا:-صلىۚهللاۚعليهۚوسلم-ۚقالۚالنبي
السيوطي
Tak ada manusia yang berjasa melebihi sosok ibu pada anaknya. Mereka adalah
sekolah pertama anak Adam yang terlahir ke dunia. Ibu adalah orang yang paling
(paling, paling) berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya
ۚ..ۚياۚرسولۚهللا:ۚ((جاءۚرجلۚإلىۚرسولۚهللاۚ(صلىۚهللاۚعليهۚوسلم)ۚفقال:عنۚأبىۚهريرةۚرضىۚهللاۚعنهۚقال
ۚ:ۚقال..ۚثمۚمن؟:ۚقال..ۚأمك:ۚقال..ۚثمۚمن؟:ۚقال..ۚأمك:ۚقال..ۚثمۚمن؟:ۚقال..ۚأمك:منۚأحقۚالناسۚبحسنۚصحابتي؟ۚقال
)أبوك))ۚ(متفقۚعليه.
Dari Abu Hurairah Ra berkata, telah datang seorang pemuda kepada Rasulullah
Saw dan berkata, "Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang harus saya perlakukan dengan
baik?" Rasul menjawab, “Ibumu.” Lelaki tersebut bertanya lagi, ”Kemudian siapa?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi,
”Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Ibumu" “Lelaki
itu bertanya lagi, ”Kemudian siapa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
"Bapakmu" (Shahîh al-Bukhâri, no 5971 dan Muslim, no. 2548).
Ilmu Fiqh, Tafsir dan Hadist termasuk ke dalam bidang ilmu yang mengkaji
tentang perempuan dari perspektif Islam.
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah." QS. Al-Ahzab (33): 21.
Namun demikian, tidaklah bijak jika seorang da'i dituntut untuk memiliki akhlaq
sempurna sebelum menyampaikan dakwahnya. Jika kesempurnaan menjadi pra-syarat
dai, takkan ada yang berani mengemban amanah sebagai pelanjut misi dakwah. Ulama
berbeda pandangan terkait qudwah atau teladan baik bagi seorang da'i. Pendapat
pertama menyatakan "Al qudwah qablad da'wah", seorang da'i harus mengamalkan
terlebih dahulu secara istiqamah pesan yang hendak disampaikan, guna menghindari
kemurkaan Allah SWT.
ِ َّ ۚۚ۞كبرۚۚم ۡقتًاۚعِند
۞ٱّللۚۚأنۚتقولواۚۚماۚلۚۚت ۡفعلون
"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan." QS. As-Saf (61): 3
ۚ لۚعن َّۚ نۚ ِإ َّنۚۚربَّكۚۚهوۚۚأ ۡعلمۚۚ ِبمنۚض ۚ لۚر ِبكۚۚ ِب ۡٱلحِ ۡكم ِۚةۚو ۡٱلم ۡوعِظ ِۚةۚ ۡٱلحسن ِۚةۚو َٰجد ِۡلهمۚ ِبٱلَّتِيۚه
ۚ ِيۚأ ۡحس ِۚ ۞ٱ ۡدعۚۚ ِإل َٰىۚۚس ِبۚي
۞س ِبي ِلِۦهۚوهوۚۚأ ۡعلمۚۚ ِب ۡٱلمهۡ تدِين
Pandangan ketiga menyatakan, "Al qudwah hiya ad da'wah", bahwa teladan baik
itu merupakan dakwah itu sendiri. Sebagaimana dakwah dipahami sebagai
penyampaian (tabligh) Islam kepada manusia, pengajaran (ta'lim) nilai-nilai Islam
kepada mereka, disertai implementasi (tathbiq) nilai dakwah dalam konteks kehidupan.
Maka qudwah sejatinya merupakan dimensi tathbiq yang tak terpisahkan dari dakwah
itu sendiri. Sehingga qudwah seorang da'i merupakan bagian dari prosesnya dalam
berdakwah.
Menjadi seorang ambassador Islam yang maha-mulia, da'i harus dibekali dengan
5 sifat terpuji (as simaat al khams) sebagai kualifikasi da'i kompeten dan berkualitas.
a. Kualitas keimanan
7
ِۚۚٱلعمۡ يِۚعنۚض َٰللتِ ِهمۡ ۚ ِإنۚت ۡسمِ عۚ ِإ َّلۚمنۚي ۡؤمِ ن
ۡ ص َّمۚۚٱلدُّعآءۚإِذاۚولَّ ۡواۚم ۡد ِب ِرين۞ومآۚأنتۚ ِب َٰهد ۡ ۞ۚفإِنَّكۚلۚت ۡسمِ ع
ُّ ۚٱلم ۡوت َٰىۚولۚت ۡسمِ عۚٱل
۞بِـَٔ َٰايتِناۚفهمۚ ُّم ۡسلِمون
"Maka sungguh, engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat
mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka
Da'i efektif laiknya dokter yang dituntut cerdas untuk meramu dosis pesan sesuai
dengan kapasitas nalar mitra dakwahnya. Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Nabi ﷺ
bersabda, “Tidaklah engkau berbicara pada suatu kaum suatu pembicaraan yang tidak
berpaling ke belakang. ۚ۞Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang
yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan engkau tidak dapat memperdengarkan
(petunjuk Tuhan) kecuali kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, maka
mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami)." QS. Ar-Rum (30): 52-53
"Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang
musyrik". QS. Yusuf (12): 108
c. Kualitas akhlak
Akhlaq kaum muslimin ibarat display keagungan Islam di mata ummat manusia.
Akhlak orang beriman juga ibarat buah manis dari pohon syariah yang tumbuh dari
akar aqidah yang kokoh. Dengan kata lain, akhlak adalah dimensi keimanan yang
paling empiris (hissi) dan ia bagian dari upaya implementasi (tathbiq) nilai-nilai Islam
dalam konteks kehidupan. Orang beriman lazim berakhlak mulia, terlebih seorang da'i
lebih lazim memiliki keindahan akhlak dalam meneladani Nabi ﷺ. Diantara akhlak
mulia adalah kejujuran, menepati janji, kesopanan, keramahan dan rasa empati yang
tinggi. Sebaliknya akhlak tercela yang dibenci Allah dan rasul-Nya mencakup dusta,
khianat, ingkar janji, korupsi, kekerasan dan berbagai perilaku asosial lainnya.
d. Kualitas bersosialisasi
Seorang da'i di tengah ummat laiknya pemegang obor di tengah gulita. Dakwah
tak ubahnya cahaya obor yang tak pernah memilih sasaran yang diterangi. Semua
terbebas dari gelap saat berada di dekatnya, sekalipun tanpa diminta.
9
ۚۚقوماًۚحديثاًۚلۚتبلغهۚعقولهمۚإلۚكانۚلبعضهمۚفتنة"(رواه,ۚ"ماۚأنتۚبمح ِدث:ۚقال-ۚۚرضيۚهللاۚعنه-ۚوعنۚعبدۚهللاۚبنۚمسعود
)مسلم
ۚقالۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚ"المؤمنۚالذيۚيخالطۚالناسۚوۚيصبرۚعلىۚاذاهمۚأعظمۚأجراۚمنۚالمؤمن
الذيۚلۚيختلطۚالناسۚولۚيصبۚعلىۚأذاهم"ۚرواهۚابنۚماجه
e. Kualitas psikologis
Sikap ikhlas dapat dimaknai bahwa upaya dakwah yang dilakukan oleh dai
sepenuhnya diniatkan untuk menggapai ridha Allah SWT, bukan untuk maksud
Sikap Jur'ah dizahirkan dalam ketegasan da'i untuk berdakwah secara terang-
terangan. Ada kalanya, dakwah dilakukan secara tegas dan lugas, pada saat terjadi
kemungkaran yang nyata. (Lihat QS. Al-Hijr (15): 94)12.
Da'i pun harus mampu mendorong masyarakat untuk tidak putus asa dan terus
istiqamah memperbaiki keadaan mereka melalui pendekatan motivasional (uslub at
10 َّ ۞ٱتَّبِعواۚم
۞نۚلۚي ۡسـَٔلكمۡ ۚأجۡ ٗراۚوهمۚ ُّمهۡ تدون
"Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk". QS. Ya-Seen (36): 21
11
۞ۚٱّللۚع ِزيزۚغفور َّ بۚو ۡٱۡل ۡن َٰع ِمۚم ۡختلِفۚأ ۡل َٰونهۥۚك َٰذلِكۚ ِإنَّماۚي ۡخش
ۡ ىۚٱّللۚمِ ۡنۚعِبا ِده
َّ ِۚٱلۚعل َٰ ٓمؤاۚ ِإ َّن ِ َّ ۞ومِ نۚٱلن
ِ ٓاسۚوٱلد َّوا
"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha
Pengampun". QS. Fatir (35): 28.
12 ۡ ضۚع ِن
۞ۚٱلم ۡش ِركِين ۡ ۞فٱصۡ د ۡعۚ ِبماۚت ۡؤمرۚوأ ۡع ِر
Dari uraian sebelumnya telah diperoleh gambaran makro terkait tantangan medan
dakwah sekaligus tuntutan peran da'i di tengah masyarakat. Kompleksitas
permasalahan -gaps antara tatanan ideal yang merupakan cita-cita terwujudnya
masyarakat madani dengan limpahan rahmat dan berkat Tuhan - dengan realitas yang
ada, menegaskan pentingnya pelatihan, pendidikan & pengembangan da'i guna
memperteguh peran mereka dalam perbaikan ummat.
13
ۚۚٱلرحِ يم ۡ ِۚٱّللۚ ِإ َّنۚٱّللَّ ۚي ۡغفِرۚٱلذُّنوبۚجمِ يعًاۚ ِإنَّۚهۥۚهو
َّ ۚٱلغفور َّ ِۚٱلَّذِينۚأ ۡسرفواۚعل َٰىٓۚأنف ِس ِهمۡ ۚلۚت ۡقنطواۚم
ِ َّ نۚرحۡ مة ۚ ۞ق ۡل َٰۚيعِبادِي
"Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." QS. Az-Zumar (39):
53
Sebagaimana Nabi ﷺdiutus sebagai rahmat bagi seluruh ummat manusia (lihat
QS. Al-Anbiya' (21): 107)14, maka sasaran dakwah adalah anak cucu Adam yang saat
ini berjumlah 7,8 miliar jiwa. Dari jumlah tersebut, populasi muslim global menurut
Pew Research Center berada di kisaran 1,9 miliar jiwa (data 2020). Sehingga masih
terdapat 75 persen penduduk bumi yang belum memeluk Islam. Diantaranya mungkin
belum menerima dakwah, sebagian lainnya boleh jadi belum tergerak untuk menerima
hidayah. Betapapun, 5,9 miliar manusia adalah sasaran dakwah (al mad'u) yang
menunggu seruan para da'i untuk mengenal Sang Pencipta.
Mad'u sebagai sasaran inti dari dakwah yang harus dijadikan takaran penggunaan
manhaj (pendekatan) dan uslub (metodologi) yang sesuai. (mura'at ahwal maduwin)
dgn mempertimbangkan karakteristik manusia ditinjau dari Al Qur'an, Sunnah dan
hasil riset berbasis ilmu pengetahuan.
14
ۚومآۚأ ۡرس ۡل َٰنكۚإِ َّلۚرحۡ م ٗةۚل ِۡل َٰعلمِ ين
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam." QS. Al-Anbiya' (21): 107
Tipologi manusia, berbasis terpaan dakwah dapat dibagi ke dalam tiga kategori
merujuk pada QS Fathir ayat 32.
ِ َّ ۚن
ۚۚٱّلل ِۚ صدۚۚوم ِۡنهمۡۚۚسا ِبقۚۚ ِب ۡٱلخ ۡي َٰر
ِۚ تۚ ِبإ ِ ۡذ ۡ ث َّۚمۚأ ۡور ۡثناۚ ۡٱلك َِٰتبۚۚٱلَّذِينۚۚٱصۡ طف ۡيناۚم ِۡنۚۚعِبادِناۚۚفم ِۡنهمۡۚۚظالِمۚۚلِن ۡف ِسِۦهۚو
ِ مِنهمۚ ُّم ۡقت
ۡ َٰذلِكۚۚهوۚۚ ۡٱلف
ۚضلۚۚ ۡٱلكبِير
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada
yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang besar." QS. Fatir (35): 32.
Diantara manusia, ada yang menzalimi diri sendiri dengan menolak cahaya
hidayah. Dikatakan demikian, karena sejatinya Islam diturunkan sebagai rahmat,
kebaikan dan kemuliaan untuk manusia. Mereka yang menutup hati terhadap Islam
sejatinya menjerumuskan diri ke dalam kehancuran dan kehinaan di duniaaupun
akhirat.
Betapapun dinamis dan kompleksnya medan dakwah, baik pelaku maupun target
atau mitra dakwah tetaplah manusia. Bahwa manusia, dari periode Nabi Adam as
hingga saat ini adalah makhluk yang digerakan oleh hasrat dan keinginannya (homo
volens). Dengan memahami itu, misalnya Ustadz Yusuf Mansur berhasil mengajak
jamaahnya bersedekah untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Manusia juga makhluk
yang pasif terhadap terpaan lingkungan (homo mechanicus), Karenanya, alm. Ustadz
Arifin Ilham sangat menaruh atensi pada belajar secara berkelompok, sebagaimana
majlis Azzikra dinilai sukses membentuk karakter jamaahnya. Manusia juga makhluk
yang berpikir aktif (homo sapiens), dapat menjawab keefektifan imbauan rasional ust.
Felix Siauw dalam dakwahnya kepada millenial misalnya. Dakwah terhadap elit akan
efektif melalui pendekatan andragogis dengan asumsi bahwa mereka (manusia) adalah
subjek yang dinamis dalam mengkonstruksi lingkungannya (homo ludens).
Manhaj, secara etimologis berasal dari fiil tsulatsi "nahaja-yanhaju" yang berarti
"menapaki" atau "menjadi jelas", dikatakan, "nahaja at thoriq" berarti "seseorang telah
menapaki jalan". Dikatakan, "nahaja al amru" berarti "suatu urusan telah mendapati
kejelasan".
Dari pengertian tersebut, manhaj atau minhaj (manahij, bentuk jamak) dapat
dimaknai sebagai metode, pendekatan atau pijakan untuk mendapatkan suatu kejelasan.
Sehingga manhaj dakwah secara terminologis dapat dipahami sebagai jalan, metode
atau kerangka, seperti model pendekatan, strategi dan atau kurikulum dakwah yang
didisain untuk menjelaskan tema dakwah.
Pertama, ragam manahij dakwah ditinjau dari sumbernya, dapat dibagi ke dalam
manhaj tekstual dan manhaj kontekstual. Manhaj tekstual bersumber dari nash Al
Qur'an dan hadist. (lihat QS. Al-Ma'idah (5): 48)15. Sedangkan manhaj kontekstual
merupakan buah dari ijtihad da'i yang beranjak dari situasi dan kondisi masyarakat.
(Lihat Al Hasyr (59): 2).16
15
…ۚلِكلۚجع ۡلناۚمِ نكمۡ ۚش ِۡرع ٗةۚومِ ۡنهاجٗ اۚو...
Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.". QS. Al-
Ma'idah (5): 48.
16
… ص ِۚر ۡ ٱعت ِبرۚوا َٰۚيٓأول
َٰ ِيۚٱۡل ۡب ۡ ف
Manhaj khusus, yaitu metode dakwah yang disusun untuk seseorang atau suatu
kelompok secara eksklusif dengan tujuan menyelesaikan permasalahan atau
menerapkan suatu gagasan secara spesifik diantara mereka. Sedangkan manhaj
umum didisain secara terbuka untuk khalayak luas.
Manhaj individual dan kelompok. Ragam pertama disusun untuk individu
tertentu, sedangkan yang terakhir berisi tema yang didisain secara general.
Manhaj teoretis yang berfokus pada pembahasan ilmiah dan manhaj praktis
implementatif yang menitikberatkan pada aspek amaliyah dakwahn di tengah
masyarakat. Kajian pada manhaj teori dan praktik memberikan gambaran terkait
pentingnya strategi dakwah yang relevan sesuai dengan medan dakwah yang
dihadapi.
. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai
pandangan!" QS. Al-Hashr (59): 2
Manhaj afektif yang menggugah sasaran dakwah melalui pendekatan hati nurani
manusia.
Manhaj ilmiah yang berfokus pada dialektika dan nalar yang sehat.
Manhaj psikomotorik yang berfokus pada eksperimen dan pengalaman empiris
manusia.
Termin "uslub" (asalib, jamak) secara etimologis berarti "teknik", seperti dalam
frasa "uslub al kithabah" berarti "teknik berpidato". Secara terminologis, uslub dapat
dipahami sebagai teknik dan seni menggunakan bahasa dan berbagai sumber daya
komunikasi seperti isyarat, gestur, mimik dan sebagainya untuk menggambarkan (lil
irdh), menjelaskan (lil iidhah), meyakinkan dan mempersuasi (lil iqna' wal istimalah).
Adapun instrumen yang digunakan dalam menyampaikan uslub disebut media
(wasilah). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa uslub atau asalib dakwah
merupakan seni dan keterampilan seorang da'i dalam memberdayakan segenap sumber
daya komunikasi, diantaranya penggunaan bahasa verbal dan non-verbal, untuk tujuan
dakwah.
17
ۚۚۚۚٱلحسن ِةۚۚو َٰجد ِۡلهمۚبِٱلَّتِيۚهِيۚۚأۚحۡ سنۚۚإِ َّنۚۚربَّكۚۚهوۚۚأ ۡعلمۚۚبِمنۚض َّلۚۚعنۚسبِي ِل ِهۦۚوهوۚۚأ ۡعلم
ۡ يلۚۚربِكۚۚبِ ۡٱلحِ ۡكم ِةۚۚو ۡٱلم ۡوعِظ ِة
ِ ِۡٱدعۚۚإِل َٰىۚۚسب
ِۚب ۡٱلمهۡ تدِين
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk." QS. An-Nahl (16): 125
Adapun uslub al jidal billati hiya ahsan, merupakan seni penyampaian pesan
dalam bentuk dialektika, pertukaran gagasan, hingga perdebatan dengan cara-cara yang
santun dan berwibawa. Pendekatan pada uslubul jidal berfokus pada imbauan rasional
serta argumentasi berbasis nalar dan logika. Islam tidak mengenal idoktrinasi dogmatik
yang memaksa pemeluknya untuk menerima suatu ajaran tanpa berpikir. Bahkan
Wahyu pertama yang diterima Nabi ﷺadalah perintah untuk berpikir, perintah untuk
membaca semesta dengan nama Tuhan Yang Mulia.
Termin "wasail" merupakan bentuk jamak dari "wasilah" yang secara etimologis
berarti segala sesuatu yang menjadi perantara untuk mendekati sesuatu. Wasilah
diartikan juga sebagai "medium atau media". Secara terminologis, wasail didefinisikan
oleh Syaikh Ramadhan M. Matharid (2016) sebagai "serangkaian seni teknis dan
metodologis, dalam bentuk instrumen substantif maupun material seperti media atau
kanal yang menjembatani pertukaran pesan dakwah.
Ibarat seorang admiral yang hendak mengarungi lautan yang luas, dai atau daiyah
hendaknya mempersiapkan perbekalan yang cukup agar layar dakwahnya bisa berkibar
tanpa keraguan di tengah medan dakwah yang penuh terjangan ombak. Syaikh Al Qahtani
menjelaskan 9 hal yang harus dipersiapkan dai untuk mencapai dakwah yang efektif.
- Bekal Ilmu
Ilmu hendaknya menjadi pendahulu amal perbuatan (lihat QS. Muhammad (47): 19).
Seorang da'i, sebagaimana firman Allah pada Surah Yusuf, bahwa seorang da'i harus berdiri
diatas bashirah, yaitu ilmu atau hukum syariah sebagai tema dakwah, hal ihwal masyarakat
sebagai sasaran dakwah, dan kaifiyah strategi dan teknikalitas dakwah sesuai tuntunan ilahi.
Di atas itu, ilmu merupakan warisan para Nabi kepada para du'at sebagai misi dakwah
mereka.
Hikmah (hikam, jamak) dapat dimaknai sebagai kesesuaian ucapan dan perbuatan
dengan nilai-nilai Al Qur'an dan Sunnah (ishabatul Haqq fil aqwaal wal af'aal). Hikmah
juga dipahami sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya, termasuk memahami teks
pada konteksnya. Dikatakan bahwa hikmah berarti Sunnah, sebagaiama syarat diterimanya
amal adalah keikhlasan niat dan menjadikan hikmah (Sunnah) sebagai landasan
perbuatannya. Seorang da'i yang dipandu hikmah akan dianugerahi kemampuan untuk
membaca dan menggunakan pendekatan, strategi dan teknik dakwah yang efektif pada
dakwahnya.
ۚولۚمِنكمۡۚۚي ۡتلواۚۚعل ۡيكمۡۚۚء َٰايتِناۚويۚزكِيكمۡۚۚويعلِمكمۚۚ ۡٱلك َِٰتبۚۚو ۡٱلحِ ۡكمةۚۚويعلِمكمۚ َّماۚلمۡۚۚتكونواۚۚتعۡ لمون
ۚ ٗ كمۚا ٓۚأ ۡرس ۡلناۚفِيكمۡۚۚرس
Sikap hilmi merupakan teladan yang bahkan menjadi satu dari asma Allah Yang
Mulia, Al Haliim.
ۚقالۚالنبيۚصلىۚهللاۚعليهۚوسلمۚ"المؤمنۚالذيۚيخالطۚالناسۚوۚيصبرۚعلىۚاذاهمۚأعظمۚأجراۚمنۚالمؤمنۚالذيۚل
يختلطۚالناسۚولۚيصبۚعلىۚأذاهم"ۚرواهۚابنۚماجه
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
QS. Al-Hujurat (49): 6
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal." QS. Ali Imran (3): 159
... ۚىۚماۚهد َٰىكمۡۚۚولعلَّكمۡۚۚت ۡشكرون َّ ۚۚيدۚ ِبكمۚۚ ۡٱلع ۡسرۚۚولِت ۡكمِلواۚۚ ۡٱل ِعدَّةۚۚولِتك ِبروا
َٰۚ ٱّللۚۚعل ۚ ٱّللۚ ِبك ۚمۚ ۡۚٱلي ۡسرۚۚو
ۚ لۚي ِر َّۚ ۚيد
ۚ ي ِر
ۚولۚتنفروا،ۚوبشروا،يسرواۚولۚتعسروا
Artinya: “Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan
janganlah kalian membuat orang lari”(HR Bukhari: 69 dan Muslim: 1734).
Posisi sabar dalam dakwah, laiknya kepala bagi tubuh manusia. Berbekal sabar dalam
niat, seorang da'i takkan tergoda oleh syahwat dunia sebagai tujuan dakwahnya. Dengan
sabar dalam proses dakwah, da'i akan tahan banting menghadapi ujian, kesulitan, keletihan,
cacian dan makian atas dakwahnya. Dengan sabar pula, dai akan bertahan atas hasil apapun
yang ia dapat dari dakwahnya. Sebagaimana sabar menjadi mahkota Ulul 'Azmi yang paling
mulia diantara para Nabi ﷺ.
"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu
daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi
segala apa yang mereka kerjakan." QS. Ali Imran (3): 120.
َّ ۚۚنۚأ ۡسلمۚۚو ۡجه ۚهۥۚ ِ َّّللِۚۚوهوۚۚم ۡحسِنۚۚوٱتَّبعۚۚ ِملَّ ۚةۚإِ ۡب َٰرهِيمۚۚحن ِٗيفاۚۚوٱتَّخذ
ۚٱّللۚۚإِ ۡب َٰرهِيمۚۚخل ِٗيَل ۚۡ نۚأ ۡحسنۚۚد ِٗيناۚ ِم َّم
ۚۡ وم
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah
diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)." QS. An-Nisa' (04):
125
Qudwah dipahami sebagai salah satu asalib dakwah, juga dipahami sebagai bentuk
implementasi (tathbiq) dakwah. Buku ini berpandangan bahwa qudwah merupakan bagian
integral (juz'un la yatajazza) dari dakwah itu sendiri. Sebagaimana dikatakan "action speaks
louder than words" bahwa ucapan, tindakan dan akhlak seorang da'i hendaknya sejalan dan
sebangun dengan pesan dakwah yang disampaikan. Sebagaimana Ummul mu'minin ketika
ditanya, bagaimanakah akhlak Rasulullah?, Maka beliau pun menjawab, "akhlak beliau
adalah Al Qur'an".
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang
muslim (yang berserah diri)?” QS. Fussilat (41): 33
Demikian, prinsip "al qudwah qablal 'amal" atau "al qudwah wasilah ad da'wah"
hendaknya tidak dijadikan alasan untuk enggan berdakwah, tapi dipahami sebagai motivasi
untuk menjadikan dakwah sebagai sarana perbaikan diri.
Akhlak yang mulia merupakan modalitas seorang da'i untuk berdakwah di tengah
masyarakat. Sebagaimana Nabi ﷺtelah memperoleh predikat "Sang Terpercaya" jauh
Dakwah efektif meninggalkan jejak-jejak emas laiknya pelangi yang muncul setelah
turunnya hujan yang membawa berkah bagi bumi. Di antara jejak-jejak emas dakwah
adalah sebagai berikut:
Jejak dakwah efektif tampak pada meratanya keadilan di tengah suatu kaum dan
lenyapnya kezaliman di antara mereka. Keadilan merupakan satu dari Al Asma al Husna,
yaitu Al Adl. Adil adalah dekat dengan sifat Taqwa. Segala sesuatu yang diberi predikat
adil, misal: pemimpin adil, hukum yang adil, pembagian yang adil, juri yang adil selalu
menjadi bagian dari solusi dan menghadirkan rahmat bagi lingkungannya. Sebaliknya,
Jejak emas dakwah lainnya adalah tersiarnya kebajikan di setiap lini kehidupan.
Pekerjaan dakwah merupakan sebuah kemuliaan karena didasari, ditopang, dialiri energi,
dan ditujukan seutuhnya untuk kebajikan (al khairat). Diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
bahwa Nabi ﷺbersabda, "Barang siapa menunjukkan jalan kebaikan (kepada orang lain),
maka ia mendapat pahala seperti pahala pelaku (kebaikan) itu". Rantai kebaikan yang terus
menyambung tanpa putus pada gilirannya akan mengundang keberkahan dari Tuhan.
Jejak emas dakwah efektif juga berupa kokohnya persatuan ummat, bahkan persatuan
kemanusiaan di bawah nilai-nilai tauhid. Sebagaimana dakwah bertujuan untuk
membangun sebuah konsensus, sebuah titik kulminasi yang membebaskan manusia dari
menuhankan manusia lain atau menuhankan materi, menuju bentuk penghambaan kepada
Sang Pencipta yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.
"Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain
Dimensi keyakinan dalam Islam, harus berbuah dalam amal shaleh. Sebagaimana
diriwayatkan Imam Tirmidzi bahwa Nabi ﷺberwasiat, "Tebarkanlah salam, berilah
makanan, jalinlah tali silaturahmi, dan shalatlah di waktu malam, ketika orang-orang masih
terltidur lelap. Demikian Islam merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan antara
aqidah, syariah, muamalah dan akhlak.
Jejak emas dakwah juga berupa kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Pesan sabar
dan syukur adalah dua kunci yang menjamin kebahagiaan seorang muslim di dunia. Sabar
merupakan perangkat batin untuk menghadapi derita. Syukur merupakan sikap mental
dalam menghadapi kenikmatan. Sedangkan kehidupan di dunia ini tak ubahnya seperti
sistem binari antara duka dan bahagia. Berbekal ilmu untuk menjalani hidup di dunia yang
fana, seorang muslim akan menuai hasilnya di akhirat yang abadi.
Kebahagiaan dunia dan akhirat juga refleksi dari cahaya Islam sebagai agama dunia
dan akhirat. Seorang muslim tidak mengenal pemilahan antara domain agama dan dunia
sebagaimana ajaran sekularisme. Semua aktivitas manusia, seluruh lini kehidupan
merupakan medan dakwah, dunia ini laiknya sawah tempat menuai benih kebajikan yang
hasilnya akan dipetik kelak di alam abadi.
Bayanouni, Muhammad Abul Fath. 1995. Al Madkhal ila Ilm ad Da’wah. Beirut:
Muassasah ar Risalah
Ghazali, Muhammad. 1994. Ad Da’wah al Islamiyah fil Qarnil Hali. Kairo: Dar as Syuruq
Habnakah, Abdurrahman Hasan. 1996. Fiqhud Da’wah ilallah. Jeddah: Dar al Basyir
Mubarak, Barghus Abd. Aziz. 1995. Al Manhaj an Nabawi wat Taghyir al Hadhari. Doha:
Maktabah Doha al Haditsah
Qahthani, Sa’id bin Ali. 1994. Muqawwamat ad Da’iyah an Najih. Riyadh: Maktabah al
Malik Fahd al Wathani.
Qurthubi, Abu Abdillah. 2006. Al Jami’ li Ahkamil Qur’an. Jeddah: Muassasah ar Risalah
Pendidikan Formal
S-2 Ilmu Komunikasi & Penyiaran Islam UIN Sunan Gunng Djati 2020-2021
S-1 Ilmu Manajemen Komunikasi Universitas Padjadjaram 2008-2012
Islamic Teacher Training College PM Darussalam Gontor 2001-2007
Karir Professional
Lembaga Komunikasi Dakwah abQarie CEO 2019 – sekarang
PT Wika Realty Marketing Section Head 2016 – 2020
PT Jamkrindo Syariah Public Relation 2013 – 2016
Karya Tulis
Gold will always Remain Gold: ‘Sebuah Kajian Smart Book of Public Speaking: ‘Menjadi
Fikih Muamalah Iqtishadiyah’ Pembicara yang Mempesona’.
Prophetic Communication: ‘Lessons from Buku Saku Ekonomi Syariah: ‘al Moujaz
Farewell Sermon of Prophet Muhammad’ an el Iqtishad el Islami’