Anda di halaman 1dari 31

BIMBINGAN KEAGAMAAN PADA MAJELIS TAKLIM

NURUL MUSTHOFA DI DESA KARIAS


KECAMATAN AMUNTAI TENGAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
ANISA MEILINDA
200104020259

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
BANJARMASIN
2022M / 1443H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................5
D. Signifikan Penelitian............................................................................................5
E. Definisi Operasional.............................................................................................6
1. Bimbingan Keagamaan................................................................................6
2. Majelis Taklim................................................................................................7
3. Mejelis Taklim Nurul Musthafa................................................................7
F. Penelitian Terdahulu.............................................................................................8
G. Sistematika Penulisan..........................................................................................9

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................................10

A. Pengertian Bimbingan.........................................................................................10
B. Pengertian Agama.................................................................................................12
C. Pengertian Bimbingan Keagamaan..................................................................13
D. Tujuan Bimbingan Keagamaan........................................................................14
E. Materi Bimbingan Keagamaan..........................................................................14
F. Dasar-Dasar Bimbingan Keagamaan..............................................................18
G. Bentuk-Bentuk Bimbingan Keagamaan.........................................................29

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................22

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................................22


B. Lokasi, Subjek, dan Objek Penelitian.............................................................22
C. Data dan Sumber Data.........................................................................................23
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................25
E. Pengolahan dan Analisis Data...........................................................................27
F. Pengecekan Keabsahan Data............................................................................28

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA.......................................................................29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................................31


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama Rahmatan Lil’alamin, yaitu agama yang merupakan bentuk

rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT kepada seluruh alam semesta. Rahmat tersebut

merupakan milik Allah SWT dan diturunkan melalui Islam. Ajaran Islam Rahmatan

Lil'alamin sebenarnya bukan hal baru, basisnya sudah kuat di dalam Al-Qur'an dan Al-

Hadits, bahkan telah banyak diimplementasikan dalam sejarah Islam, baik pada abad

klasik maupun pada abad pertengahan. Secara etimologis, Islam berarti "damai",

sedangkan Rahmatan Lil'alamin berarti "kasih sayang bagi semesta alam". Maka yang

dimaksud dengan Islam Rahmatan Lil'alamin adalah Islam yang hadirnya di tengah

kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kasih dan sayang bagi manusia maupun alam.

Islam disebut juga agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya agar senantiasa aktif melakukan aktivitas dakwah. Maju mundurnya umat

Islam sangat bergantung juga berkaitan erat dengan aktivitas dakwah yang dilakukannya,

sebab itu Al-Qur’an menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaul.


Dakwah menempati posisi yang tinggi juga mulia di dalam kemajuan Islam. Tidak

bisa dibayangkan Jika kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang ditimbulkan oleh

aneka macam faktor terlebih pada era globalisasi saat ini, di mana berbagai berita masuk

begitu cepat serta instan yang tidak dapat dibendung lagi. Umat Islam wajib bisa memilah

serta menyaring informasi tersebut yang mengakibatkan tidak bertentangan dengan nilai-

1
nilai Islam.

Hukum berdakwah adalah wajib bagi setiap individu tanpa terkecuali, dan hukum

berdakwah diperkuat melalui dalil yang ada dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104:
‫َٰٓل‬
‫ة َيۡد ُع وَن ِإَلى ٱۡل َخ ۡي ِر َو َيۡأ ُم ُروَن ِبٱۡل َم ۡع ُروِف َو َيۡن َهۡو َن َع ِن ٱۡل ُم نَك ِۚر َو ُأْو ِئَك ُهُم‬ٞ ‫َو ۡل َتُك ن ِّم نُك ۡم ُأَّم‬

١٠٤ ‫ٱۡل ُم ۡف ِلُحوَن‬

Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah

orang-orang yang beruntung”. (Q.S Ali Imran : 104).

Secara kualitatif dakwah islam bertujuan untuk mempengaruhi serta

mentranformasikan perilaku bathin dan sikap rakyat masyarakat menuju suatu tatanan

keshalehan individu dan keshalehan sosial. Dakwah menggunakan pesan-pesan

keagamaan dan pesan-pesan sosialnya yang merupakan ajakan dan seruan pada

pencerahan untuk senantiasa

1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 4.


mempunyai komitmen (istiqomah) pada jalan yang lurus. Dakwah ialah ajakan

yang dilakukan untuk membebaskan individu serta warga dari pengaruh internal nilai-nilai

syaithaniah serta kejahiliyahan menuju nilai-nilai ketuhanan. Disamping itu dakwah juga

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan pada aneka macam aspek ajaran

2
nya agar dapat di aktualisasikan pada bersikap, berfikir, dan bertindak.

Pengajian agama merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah, karena di dalam

pengajian itu sendiri tidak lepas dari usaha penyampaian ajaran- ajaran Islam dalam rangka

mengajak atau membina umat manusia untuk senantiasa berada di jalan Islam, sehingga

tercapai kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Pengajian Agama menjadi

sarana dakwah islam yang paling efektif dalam pembinaan umat beragama islam. Di

pengajian agama inilah seseorang dapat menggali ilmu agama lebih mendalam lagi.

Karena pembelajarannya yang tidak terlepas dari usaha penyampaian tentang agama Islam

yang senantiasa untuk membina umat Islam berada dijalan Allah SWT.

Pengajian agama atau majelis taklim merupakan pendidikan non-formal dalam

masyarakat beragama islam yang setiap harinya selalu memiliki perkembangan dari

adanya islam sampai era sekarang ini.

Majelis Taklim Nurul Musthofa merupakan salah satu Majelis yang memberikan

berbagai pengetahuan agama bagi masyarakat luas

2 J. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, (Jakarta: MSA, 2002), hlm.66.


khususnya jamaah Majelis Taklim Nurul Musthofa di desa Karias Kecamatan

Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Mejelis Taklim Nurul Musthofa adalah majelis taklim yang didirikan oleh Habib

Muhammad Assegaf yang memiliki jamaah kisaran 150 jemaah laki-laki dan jamaah

perempuan. Jamaah yang datang tidak hanya berasal dari desa Karias Kecamatan Amuntai

Tengah. Adapun kegiatan di Majelis Taklim Nurul Musthofa dimulai dengan sholat

maghrib berjamaah setelah sholat maghrib membaca maulid habsyi, sholat isya berjamaah

dan aqidatul awam setelah itu ceramah agama. Sebulan sekali juga diadakan acara

membaca manaqib Siti Khadijah di majelis Taklim Nurul Musthofa. Pelaksanaan

bimbingan keagamaan ini telah banyak memberikan kontribusi bagi jamaah Majelis

Taklim Nurul Musthofa dan juga masyarakat sekitar majelis dalam meningkatkan

pengetahuan agamanya. Dari latar belakang yang telah diuraikan peneliti, peneliti

berkeinginan untuk memperdalam pembahasan ini yang hasilnya dituangkan dalam sebuah

proposal skripsi dengan mengambil judul “BIMBINGAN KEAGAMAAN PADA

MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA DI DESA KARIAS KECAMATAN

AMUNTAI TENGAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar bealakang di atas, maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk bimbingan keagamaan pada Majelis Taklim Nurul Musthofa

didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam bimbingan keagamaan pada Majelis Taklim

Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai

Utara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui bentuk-bentuk bimbingan keagamaan pada Majelis Taklim Nurul

Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

2. Untuk Mengetahui hambatan yang dihadapi dalam bimbingan keagamaan pada

Majelis Taklim Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara.

D. Signifikan Penelitian

Signifikan penelitian yang ingin diperoleh peneliti adalah :

1. Secara Teoriti
Memberikan gambaran tentang bagaimana bentuk dan hambatan yang terjadi didalam

bimbingan keagamaan yang diberikan di Majelis Taklim Nurul Musthofa, agar dapat

dijadikan bahan bacaan dan memperbanyak khazanah perpustakaan juga sebagai bahan

referensi untuk menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca, khususnya penulis

sendiri.

2. Secara Praktis

a. Sebagai masukan untuk para da’i dan para tokoh agama dalam melakukan dakwah

agama islam.

b. Sebagai bahan informasi yang baru khususnya bagi peneliti sendiri yang ingin

meneliti masalah bagaimana bentuk dan hambatan dalam bimbingan keagamaan

pada Majelis Taklim Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara.

E. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dan memperjelas masalah yang akan diteliti, maka

penulis memberikan pembahasan sebagai berikut :

1. Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang

dalam memahami nilai-nilai keagamaan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah

agar dapat menentukan pilihan dan jalan keluar dalam permasalahan yang dihadapi

agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.


Bimbingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh proses

bimbingan keagamaan yang ada di Majelis Taklim Nurul Musthofa berupa bantuan

kepada masyarakat, baik jasmani dan rohani nya berdasarkan ajaran agama islam.

Serta pemberian bimbingan keagamaan yang berupa nasehat individu dan juga

kelompok yang bisa dijadikan solusi dalam permasalahan kehidupan masyarakat

desa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

2. Majelis Taklim

Secara etimologis majelis taklim adalah tempat mengajar, tempat mendidik,

tempat melatih, tempat berlatih, dan tempat menuntut ilmu. Sementara secara

terminologis majelis taklim mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda.

Effendy Zarkasyi mengatakan, “Majelis Taklim bagian dari model dakwah dewasa

ini dan sebagai forum belajar untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”.

Istilah majelis taklim yang tersusun dari dua akar kata tersebut yaitu: majelis

yang berarti tempat dan kata taklim yang berarti pengajaran. Maka majelis taklim

berarti tempat pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami

3
ajaran-ajaran agama Islam.

3 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran Aktif Majelis
Ta’lim Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta :Rineka Cipta, 2013), hlm 76
3. Majelis Taklim Nurul Musthofa

Majelis Takim Nurul Musthofa adalah tempat belajar agama Islam bagi

masyarakat desa Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

F. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh ULYA LINATUZZAHRO, Universitas Islam Negeri

Walisongo tahun 2019. Dengan judul “Bimbingan Agama Islam di Majelis Ta’lim

Al-Hidayah desa Mateseh Kec. Boja Kab. Kendal.”

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui

pelaksanaan bimbingan agama islam di majelis Al-Hidayah dan untuk mengetahui

bimbingan agama islam jamaah majelis ta’lim Al-

Hidayah di Desa Mateseh Kabupaten Kendal.

2. Skripsi yang ditulis oleh KHANAFI HARUN, UIN Sunan Kalijaga tahun 2008. Dengan

judul “Bimbingan Keagamaan Pada Aanak oleh Majelis Taklim Al-Qur’an

Nurussibyan di Desa Bligo Kec. Ngluar Kab. Magelang.” Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif yang mempunyai tujuan untuk mengetahui

bimbingan keagamaan pada anak oleh MTA Nurussibyan didesa Bligo.

3. Skripsi yang ditulis oleh SORAYA ASSEGAF, UIN Raden Intan Lampung tahun

2019. Dengan judul “Bimbingan Keagamaan dalam

Pembinaan Moral Remaja pada Majelis Taklim Riyadhul Musthofa Kampung Sawah

Bandar Lampung.” Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field

research) yaitu suatu penelitian lapangan yang


dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya yang mempunyai tujuan untuk

mengetahui pelaksanaan bimbingan keagamaan dalam pembinaan moral remaja pada

Majelis Taklim Riyadhul Musthfa Kampung Sawah Bandar Lampung.

Dari beberapa skripsi yang membahas bimbingan keagamaan

ditemukan tentang bimbingan keagamaan pada Majelis Taklim Nurul Musthofa desa

Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Yang mana tentu

sangat berbeda penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti tulis dengan yang

lain meskipun sama membahas tentang bimbingan keagamaan.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikan

penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II berisi kajian teori yang meliputi: hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

BAB III berisi tentang metode penelitian yang meliputi: Jenis dan pendekatan

penelitian, lokasi, subjek, dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.

BAB IV berisi tentang laporan hasil penelitian yang meliputi: gambaran singkat

lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data.

BAB V berisi tentang penutup yang meliputi: simpulan dan saran


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mengarahkan dan

mendidik anak-anak. Bimbingan disini sifatnya hanya merupakan bantuan yang diberikan

seorang pembimbing atau untuk mencapai apa yang menjadi tujuan individu maupun

kelompok. Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari Bahasa inggris

“guidance”.kata “guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal

dari kata kerja “ to guide” artinya menunjukkan , membimbing atau menuntun orang lain

ke jalan yang benar. Jadi kata “guidance” berarti pemberian petunjuk: pemberian

4
bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan. Bimbingan berasal dari

kata “ bimbing” yang artinya pimpin, asuh. Bimbingan dalam kamus bahasa Indonesia

berarti petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, tuntutan, pimpinan.

Menurut Dunsmoor & Miller, dalam Mc Daniel, 1969. Menyatakan bimbingan

sebagai suatu proses layanan yang ditujukan kepada individu-individu untuk membantu

mereka mencapai pengetahuan serta

4 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.3
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam membuat pilihan-pilihan,

rencana-rencana dan interpretasi yang diperlukan untuk penyesuaian diri yang baik oleh

5
suatu individu.

Menurut Ngalim Purwanto (2003: 170) mengemukakan bimbingan merupakan suatu

bantuan yang diberikan kepada setiap individu dari berbagai umur, untuk membantu dia

dalam mengatur perjalanan hidupnya,

mengembangkan pendidikan/pandangan kehidupannya, membuat keputusan-keputusan


6
serta memikul beban kehidupannya sendiri.

Sedangkan menurut Rochman, 2009. Memberikan pernyataan bimbingan adalah

jalan pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus-menerus, agar

individu itu mampu menekuni dirinya sendiri sehingga ia mampu menghadapkan diri dan

mampu bertindak wajar sesuai dan dapat merasakan kebahagiaan hidupnya juga dapat

7
memberikan sumbangan yang berarti.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan

proses pemberian bantuan kepada seorang individu maupun kelompok yang dilakukan

secara terus-menerus untuk mengatasi kesulitan-kesulitan permasalahan hidup yang

dijalaninya untuk

5 Drs. Abu Bakar M. Luddin, M.Pd., Ph.D, Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan
Praktik. (Bandung: Media Perintis, 2010), hlm 14

6 Suiranto, S.IP.,S.Pd.,M.Pd, Kompetensi Kepala Sekolah dalam Menyusun Program


Suvervisi, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), hlm. 12

7 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).,hlm.62.
mengembangkan potensi dalam diri individu tersebut dengan melalui berbagai macam

metode, materi dan teknik dalam bimbingan untuk mencapai tujuan kebahagiaan dalam

kehidupannya.

B. Pengertian Agama

Secara Bahasa agama berasal dari Bahasa latin yaitu Religi atau Relegere yang

berarti mengumpulkan dan membaca. Sedangkan dalam Bahasa arab adalah Al-din yang

berarti undang-undang atau hukum. Selain itu kata mempunyai arti menguasai,

8
menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.

Agama juga dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan

(kepercayaan) kepada Tuhan yag mahakuasa, tata keperibadatan, dan tata kaidah yang

9
berhubungan dengan manusia dan manusia serta lingkungannya dengan kepercayaan itu.

Menurut Zakiah Daradjat, agama adalah sesuatu yang mampu dirasakan dengan hati,

pikiran dan dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap serta cara menjalani

10
hidup pada umumnya.

Dari penjelasan-penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa agama adalah

kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan, yang mampu

8 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 14.

9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Terbitan Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm.17.

10 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Bulan Bintang, 1993), hlm. 127.
dirasakan dan dijalani dengan hati sebagai bentuk cara menjalani kehidupan. Seperti dalam

Islam kita beriman kepada Allah percaya adanya Allah melaksanakan ketaatan apa yang

telah diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang untuk kehidupan yang bahagia.

C. Pengertian Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan diartikan sebagai suatu perubahan yang berproses terhadap

daya rohaniyah yang menjadi penggerak mengarahkan tingkah laku manusia dalam

kehidupan sehari-hari yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan untuk melakukan

kepercayaan kepada Tuhan dengan suatu anjuran dan kewajiban yang saling berhubungan

11
dengan agama.

Bimbingan keagamaan dapat dikatakan juga sebagai proses atau sistem kegiatan

yang dilakukan melalui pengajaran-pengajaran agama yang berupa pembinaan dan juga

asuhan kepada anak agar nanti ia dapat memahami, menghayati, mendalami dan

mengamalkan pengajaran-pengajaran Islam yang telah menjadi keyakinannya secara utuh,

dan menjadikan pengajaran Islam sebagai satu tujuan hidup untuk keselamatan juga

kesejahteraan hidup didunia dan diakhirat.

Dari penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan adalah suatu

proses bantuan kepada seseorang, supaya kehidupan beragamanya selaras dengan

ketentuan Allah SWT, dan memberi bantuan terhadap suatu individu yang mendapati

kesulitan rohaniyah dilingkungan

11 Faqih Anur, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, (Jogyakarta: UII Pres, 2001),
hlm 28.
hidupnya agar dapat membantu dalam mengatasi masalah kehidupannya untuk berserah

diri kepada Allah SWT untuk harapan mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

D. Tujuan Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan memiliki tujuan yaitu untuk membantu seseorang dalam

mengambil dan menyusun suatu rencana dalam kehidupan. Tujuan bimbingan keagamaan

12
menurut Mohammad Surya:

1. Agar individu memiliki kemampuan intelektual (pengetahuan) dalam pekerjaan dan

juga karir.

2. Agar memiliki kemampuan dalam memahami, mengelola, mengendalikan, menghargai,

dan mengarahkan.

3. Agar memiliki pengetahuan dan pengarahan

4. Agar mampu berinteraksi dengan orang lain

5. Agar mampu mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari

6. Agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan kaidah-kaidah ajaran agama

Islam yang berkaitan dengan pekerjaan dan juga karir.

E. Materi Bimbingan Keagamaan

1. Materi Ibadah

Secara umum ibadah memiliki arti segala sesuatu yang dilakukan manusia atas

dasar patuh tehadap sang pencipta sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ibadah menurut

12 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007), hlm 111.
bahasa diambil dari kata ta’abbud yang memiliki arti menundukkan dan mematuhi

dikatakan thoriqun mu’abbad yaitu : jalan yang ditundukkan yang sering dilalui orang.

Ibadah dalam Bahasa Arab berasal dari kata abda’ yang artinya menghamba. Jadi,

meyakini bahwasanya dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki keberdayaan

apapun dan ibadah adalah bentuk taat serta hormat kepada Tuhan. Secara termonologi

ibadah menurut Hasbi Al-Shiddieqy adalah:

a). Menurut ulama Tauhid ibadah adalah “pengesaan Allah dan pengagungan-Nya dengan

segala kepatuhan dan kerendahan diri kepada-Nya”.

b). Menurut ulama akhlak, ibadah adalah “Pengamalan segala kepatuhan kepada Allah secara

badaniyah, dengan menegakkan syariah-Nya.” Menurut ulama Tasawuf, ibadah adalah

“perbuatan mukalaf yang berlawanan dengan hawa nafsunya untuk mengagungkan Tuhan-

Nya.

c). Menurut ulama Fikih ibadah adalah “Segala kepatuhan yang dilakukan untuk mencapai

ridha Allah, dengan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

d). Menurut jumhur ulama “Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang disukai

Allah dan diridhai Allah, baik


berupa perkataan maupun perbuatan, yang terang-terangan ataupun yang secara diam-
13
diam.”

2. Materi Akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari khuluqun yang berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan.

Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau khalaqun artinya kejadian, serta erat

hubungannya dengan khaliq yang artinya menciptakan, tindakan, atau perbuatan,

sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluk yang artinya

14
diciptakan.

Akhlak umumnya disama artikan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun

dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa

Inggris. Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak yang terpuji serta

15
menjauhkan dari segala akhlak yang tercela.

3. Materi Aqidah

13 H. E Hassan Saleh dkk, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2008), hlm 3-5.

14 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm.221.

15 Hamdani Hamid, Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Islam, (Bandung: pustaka
setia, 2013), hlm. 43.
Aqidah adalah suatu dimensi keyakinan. Inti dari ajaran aqidah yaitu terdapat pada rukun

iman, menurut Ibnu Taimiyah, aqidah adalah mewajibakan beriman atau percaya kepada

Allah, Malaikat-malaikat, kitab dan Rasul-Nya serta kebangkitan hidup

16
setelah mati dan beriman kepada qadar baik dan buruk.

atau keyakinan tentang ajaran-ajaran mencakup Aqidah

-Kitab-kitab Malaikat-malaikat-Nya, Allah, kepada keimanan

Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir-Nya. Aspek aqidah

ini merupakan masalah fundamental dalam Islam, karena menjadi

.dasar dalam Islam

Iman kepada Allah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang, Allah

memerintahkan umat manusia beriman kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat

An-Nisa ayat 136

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ْا َء اِم ُنوْا ِبٱِهَّلل َو َر ُسوِلِهۦ َو ٱۡل ِكَٰت ِب ٱَّلِذ ي َنَّز َل َع َلٰى َر ُسوِلِهۦ َو ٱۡل ِكَٰت ِب ٱَّلِذ ٓي‬
‫َأنَز َل ِم ن َقۡب ُۚل َو ن َيۡك ُفۡر ٱِهَّلل َو َٰٓلِئَك ِتِهۦ َو ُكُت ِهۦ َو ُرُس ِلِهۦ َو ٱۡل َي ۡو ِم ٱٓأۡلِخ َفَق ۡد ض•ََّل َض َٰل اَۢل‬
‫ِر‬ ‫ِب‬ ‫َم‬ ‫ِب‬ ‫َم‬
١٣٦ ‫َبِع يًدا‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-

Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya,

serta kitab yang

.diturunkan sebelumnya

,Al Mustafa Amin, Aqidah Islam Menurut Ibnu Taimiyah, (Bandung: PT al-Ma’arif 16
.hlm, 7 ,)1982
Ayat di atas menjelaskan bahwa jika kita ingkar kepada Allah maka kita akan

mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagian

dalam hidup. Oleh karena itu beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya,

Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

F. Dasar-Dasar Bimbingan Keagamaan

Untuk tercapainya keberhasilan dalam proses bimbingan keagamaan sesuai dengan

tujuannya, maka diperlukan juga sebuah dasar atau landasan untuk memperkuat dan

memperteguh bimbingan keagamaan tersebut.

Dasar-dasar dari bimbingan keagamaan yaitu:

1. Bersumber dari Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam surah An-Nahl ayat 125:

‫ن َو ٱَّتَب َع ِم َّل َة ِإۡب َٰر ِهيَم‬ٞ ‫َو َم ۡن َأۡح َس ُن ِد يٗن ا ِّمَّم ۡن َأۡس َلَم َو ۡج َه ۥُه ِهَّلِل َو ُه َو ُم ۡح ِس‬

١٢٥ ‫َح ِنيٗف ۗا َو ٱَّتَخ َذ ٱُهَّلل ِإۡب َٰر ِهيَم َخ ِلياٗل‬


Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengjajaran yang

baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,

Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Ayat ini menjelaskan Allah memerintahkan kepada umatnya (manusia) untuk

menyeru manusia kepada jalan Allah SWT, artinya diwajibkan kepada sesama manusia

untuk membimbing dan mengajak


sesama untuk selalu dalam jalan Allah ajaran agama islam agar mendapat petunjuk dari

Allah SWT. Dan sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan tebaik,

namun manusia juga memiliki hawa nafsu yang menjerumuskan manusia ke dalam

kefasikan.

2. Bersumber dari Al-Hadits

Hadits Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk menyampaikan kebaikan:

"Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan

kepada kami Al-Awza'iy telah bercerita kepada kami Hasanah bin 'Athiyyah dari Abi

Kabsyah dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi bersabda, "sampaikanlah dariku sekalipun

suatu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Israil dan itu tidak apa

(dosa). dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati

tempat duduknya di neraka" (H.R Bukhari: 3202).

Merujuk pada perintah Rasulullah dalam Hadits tersebut maka demikian dilihat

dari sudut pandang hukumnya, menyampaikan tentang kebajikan, mengajarkan sesuatu

yang baik yang bermanfaat kepada sesama manusia atau membimbing kepada kebaikan

adalah hukumnya wajib. Karena pedoman hidup kita bersama adalah Agama.

G. Bentuk-Bentuk Bimbingan Keagamaan


1. Bentuk Metode Bimbingan dan Keagamaan Islam

Metode bimbingan dan keagamaan Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi

komunikasi tersebut. Pengelompokkannya menjadi :

a. Metode Komunikasi Langsung atau disingkat metode langsung Metode langsung

(metode komunikasi langsung) adalah metodedimana pembimbing melakukan

komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya.

b. Metode Komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung Metode tidak

langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan yang

dilakukan melalui media massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun

kelompok, bahkan massal.

Bentuk-bentuk Bimbingan Keagamaan yang bernilai edukatif antara lain:

a. Turut berusaha menyelesaikan problem-problem sosial yang timbul dalam masyarakat.

b. Memberikan bimbingan keagamaan yang dirasa amat perlu dalam kehidupan

masyarakat modern.

c. Memperkokoh kehidupan beragama yang telah mulai goyah dalam masyarakat modern.

d. Lembaga keagamaan tidak membahas masalah-masalah doktriner, sehingga nilai doktriner

hanya berlaku dalam internal agama.

e. Lembaga keagamaan hanya membahas soal-soal sosial, seperti kenakalan remaja, soal

aliran kepercayaan dan sebagainya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu jenis penelitian yang mempelajari

fenomena dalam lingkungannya yang alamiah. yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran secara mendalam mengenai bentuk dan hambatan dalam bimbingan keagamaan

pada majelis taklim Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten

Hulu Sungai Utara, dengan menggunakan penelitian pendekatan kualiltatif.

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang melalui pengumpulan data dari latar

alami bukan diperoleh dengan prosedur statistik atau bentuk perhitungan.

Berdasarkan pengertian penelitian kualitatif diatas penelitia berusaha menggambarkan

secara mendalam mengenai bagaimana bentuk dan hambatan bimbingan keagamaan

didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara, melalui

kegiatan bimbingan keagamaan yang dilaksanakan di desa Karias Kecamatan Amuntai

Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara tersebut.

B. Lokasi, Subjek, dan Objek Penelitian 1. Lokasi

Penelitian
Lokasi penelitian ini betempat di desa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten

Hulu Sungai Utara.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah pengasuh, para ustadz, dan jamaah majelis taklim Nurul

Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk bimbingan keagamaan

pada Majelis Taklim Nurul Musthofa di desa Karias Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara dan apa saja hambatan-hambatan dalam bimbingan

keagamaan pada Majelis Taklim Nurul Musthofa di desa Karias Kecamatan Amuntai

Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data merupakan sekumpulan fakta-fakta tentang kejadian bisa berupa kategori baik,

buruk, senang, tidak senang, tinggi maupun rendah yang bisa dijadikan sebagai

17
informasi.

Sumber data yang didapatkan dalam penelitian ini tebagi menjadi dua bagian,

yaitu:

17 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.


191
18
a. Data Primer, Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pengumpulan

secara langsung melalui observasi maupun wawancara secara mendalam dengan informan

dilingkungan Majelis Taklim Nurul Musthofa. Data primer dalam penelitian ini adalah:

Bentuk dan hambatan dalam Bimbingan Keagamaan pada Majelis Taklim Nurul Musthofa

didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara

b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan


19
oleh orang lain, bukan peneliti itu sendiri. dengan mengambil dari berbagai sumber

tambahan ataupun pelengkap untuk penelitian berupa data-data dan foto kegiatan di

Majelis Taklim Nurul Musthofa.

Sumber data adalah subjek dimana data itu dapat didapat.

Adapun sumber data yang dimaksud adalah:

1) Responden adalah orang yang dapat memberikan respon dan informasi tentang data

penelitian. Responden ini pengasuh, para ustadz, dan jamaah yang mengikuti dan

hadir pada bimbingan

18 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),


hlm 258.

19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm 400.


keagamaan di Majelis Taklim Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara.

2) Informan adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi. informasi yang

dimaksud disini adalah data yang langsung didapatkan dari masyarakat yang hadir di

Majelis Taklim Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah

Kabupaten Hulu Sungai Utara.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan yang dipakai adalah penelitian kualitatif dan sumber

data penelitian, maka teknik yang dipakai dalam pengumpulan data ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan pembuktian tehadap informasi atau keterangan yang

didapat. Teknik wawancara yag dipakai dalam penelitian kualitatif ini adalah wawacara

mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan metode tanya jawab dengan bertatap muka antara yang mewawancara

dengan orang yang diwawancarai.

Metode ini digunakan untuk mendapat keterangan ataupun informasi secara

langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang berkenaan

dengan masalah yang diteliti, yaitu pelaksaan bimbingan keagamaan pada Majelis Taklim

wa Tadzkir Al-
Husna didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Menggunakan jenis wawancara terpimpin, dimana yang mewawancarai membawa sederet

20
pertanyaan dengan lengkap dan teperinci.

b. Observasi

Observasi adalah teknik yang menggunakan pengamatan secara teliti terhadap

21
suatu gejala yang nampak pada objek penelitian.

Berdasarkan penejelasan observasi diatas, maka peneliti harus melakukan

observasi yaitu dengan turun langsung kelapangan karena ada data yang diamati dengan

cara ikut serta dalam kegiatan Bimbingan Keagamaan pada Majelis Taklim Nurul

Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen,

teknik peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta, ijazah, raport, peraturan perundang-

undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan gambar atau foto-foto

yang

20 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Prenada Media Grup, 2007), hlm
115,

21 Rusdin Pohan, Metodologi penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: lanarka Publisher,


2017), hlm.71.
22
dimiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan Bimbingan Keagamaan pada Majelis Taklim Nurul

Musthofa didesa Karias Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Dengan bukti berupa gambar dan data-data.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, ada beberapa teknik yang digunakan yaitu

sebagai berikut:

a. Koleksi data, penulis dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dilokasi penelitian.

b. Editing data, penulis dapat mengumpulkan juga bisa mengedit kembali data yang sesuai

dengan data yang dibutuhkan.

c. Kalsifikasi data, penulis mengelompokkan data sesuai jenis dan keperluan masing-masing.

d. Interpretasi data, penulis akan melakukan penafsiran data yang sulit dipahami menjadi

mudah untuk dipahami.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan usaha untuk memilih, membuang, dan mengelompokkan

data untuk menjawab permasalahan yang ada. Data yang sudah terkumpul disajikan dalam

bentuk uraian yang menggambarkan data tentang bagaimana bentuk dan hambatan dalam

22 Andi Prastowo,”Metode Penelitian Kualitatif”,(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,2014), hlm


226.
Bimbingan Keagamaan pada Majelis Taklim Nurul Musthofa didesa Karias Kecamatan

Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan kemudian data yang didapat

dianalisis sesuai kaidah dalam penelitian.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara menerapkan triangulasi

pengecekan data yaitu menggunakan beberapa sumber dan metode.

1. Triangulasi sumber adalah pengecekan data melalui beberapa sumber

2. Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data pada sumber yang sama tapi

dengan teknik yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Amin, Al Mustafa, 1982, Aqidah Islam Menurut Ibnu Taimiyah, Bandung: PT al


Ma’arif.
Amin, Munir, Samsul, 2010, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta:Amzah.

Amin, Munir, Samsul, 2013, Ilmu Dakwah, Jakarta:Amzah.

Anur, Faqih, 2001, Bimbingan dan konseling Dalam Islam, Jogyakarta:UII Pres.

Arifin, Syamsul, Bambang, 2008, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia.

Arifin, Zainal, 2011, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Bakar, Abu, & Luddin, M, 2010, Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan
praktik, Bandung:Media Perintis.
Bungin, Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Prenada Media Grup.

Daradjat, Zakiah, 1993, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang.

Efendi,Nur, 2017, Islamic Educational Sociology konsep dasar dan


pengembangan, Depok:Rumah Media.
Hamid, Hamdani, & Saebani, Ahmad, Beni, 2013, Pendidikan Karakter Islam,
Bandung: Pustaka Setia.
Helmawati, 2013, Pendidikan Nasional da Optimalisasi Majelis Ta’lim Peran
Aktif Majelis Ta’lim Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta
Kosasi, Raflis, Soetjipto, 2009, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.

Lubis, Akhyar, Saiful, 2007, Konseling Islam, Yogyakarta: Graba Ilmu.

Mansur, 2009, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pohan, Rusdin, 2017, Metodologi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Ianarka
Publisher.
Prastowo, Andi, 2014, Metode Penelitian Kualitatif, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media..

Pulungan, Suyuthi, J, 2002, Universalisme Islam, Jakarta: MSA.

Saleh, Hasan dkk, 2008, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Suiranto, 2018, Kompetensi Kepala Sekolah dalam Menyusun Program Supervisi,


Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta:Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasioanal.

Anda mungkin juga menyukai