OLEH:
OLEH :
ii
LAPORAN MAGANG/KULIAH KERJA PROFESI
Oleh :
Mengetahui:
Koordinator Program Studi Agroteknologi, FakultasPertanian
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas anugerah dan rahmat-Nya sehingga kegiatan
magang/kuliah kerja profesi yang berlangsung dalam semester ganjil
2022/20223 mulai tahap perencanaan, pendaftaran, pembekalan,
pembagian lokasi, penentuan dosen pembimbing, pemberangkatan,
kegiatan lapangan di lembaga kerja sampai tahap akhir penulisan dan
diseminasi hasil laporan magang/KKP minat perlindungan tanaman
dengan judul teknik pengendalian hama kutu putih pada budidaya
tanaman cabai farietas pilar f1 di PT Misi Kasi Toserba Desa
Noinbila, Kecamatan Molo selatan, Kabupaten TTS ini dapat
diselesaikan dengan baik.
v
5. Dosen pembimbing lapangan bapak Robert Abanat yang telah
membimbing terutama dari aspek teknis operasional ragam kegiatan
kerja di PT Misi Kasi Toserba Desa Noinbila, Kecamatan Molo
Selatan, Kabupaten TTS
6. Dosen pembimbing utama Ibu Rika Ludji SP. M, Si yang telah
memberi arahan awal sebelum kegiatan magang, dan penulisan isi
laporan magang dan tahap diseminasi
7. Kedua orang tua bapa Isakh waang dan mama Lea Pulamau-waang
yang telah mendukung penulis dalam kegiatan perkuliahan.
8. Teman kerja di lokasi magang serta dari berbagai pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang sudah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan ini.
Isi laporan kegiatan magang ini diharapkan beemanfaat bagi
berbagai pihak, terutama bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, Undana
yang akan melakukan kegiatan magang/kuliah kerja profesi (KKP)
sebagai rujukan untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan magang
yang lebih matang. Dengan demikian maka yang sesungguhnya dari
kegiatan magang/kuliah kerja profesi ini, sesungguhnya dapat relatif
tercapai tujuan dan kemanfaatannya bagi mahasiswa untuk mengenal,
sekaligus mengalami pengalaman kerja profesional sebagai bekal
kelak memasuki dunia kerja sesungguhnya setelah menuntaskan
program Sarjana S1 Fakultas Pertanian,
vi
DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN.........................................................................................iii
LEMBARAN PENGESAHAN..........................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1
vii
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................
4
6.1 Simpulan........................................................................................................................
18
6.2 Saran..............................................................................................................................
18
viii
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
buruk. Hal ini juga mensyaratkan bahwa tanaman dan hasil panen perlu dicuci
untuk melenyapkan embun sehingga menambah beban/biaya produksi bagi
petani. Masalah berikutnya adalah status sebagai vektor untuk penyakit
tanaman.
1.2 Tujuan Umum Kegiatan Magang/KKP
Tujuan Umum kegiatan Magang/KKP adalah:
a. Melatih mahasiswa di lapangan untuk aspek pertanian dan aspek
manajemen lingkungan yang tidak tercakup dalam perkuliahan.
b. Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
kerja sektor pertanian yang relevan dengan profesi yang akan
diembannya di masyarakat.
c. Memberikan pengalaman bekerja mahasiswa di lingkungan
profesional atau agribisnis.
d. Memberikan keterampilan tambahan yang berguna untuk bekerja di
masa depan.
e. Mengenal secara langsung kondisi organisasi dan kegiatan utama dari
lembaga kerja pertanian dan berperan di dalamnya.
f. Mengembangkan sikap mental mahasiswa yang berorientasi dunia
kerja seperti menumbuhkan rasa percaya diri, tangguh, dinamis,
disiplin, bertanggungjawab dan mampu bermasyarakat.
g. Mengenal permasalahan yang dijumpai di lapangan dunia kerja, yang
mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian skripsi.
1.3 Tujuan Khusus Magang
Tujuan khusus dari kegiatan Magang/KKP yang dilakukan di PT. Misi Kasi
Toserba, Desa Noinbila, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten TTS adalah :
a. Mengetahui aspek teknis dan tahapan dasar tindakan pengendalian kutu
kebul pada budidaya tanaman cabai varietas pilar F1 yang dilakukan petani
di PT. Misi Kasi Toserba
b. Mengetahui proses pengendalian kutu kebul pada budidaya tanaman cabai
varietas pilar F1 yang dilakukan petani di PT. Misi Kasi Toserba
2
1.4 Manfaat Magang
1. Mahasiswa terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan dan
sekaligus melaksanakan serangkaian keterampilan yang sesuai dengan
bidang keahliannya.
2. Memperoleh kesempatan untuk memantapkan keterampilan dan
pengetahuannya sehingga kepercayaan dan kematangan dirinya
meningkat.
3. Mahasiswa terlatih untuk berfikir kritis dan menggunakan daya
nalarnya dengan cara memberi komentar logis terhadap kegiatan yang
dikerjakan dalam bentuk kegiatan laporan.
4. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan sikap kerja yang berkarakter.
5. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam kegiatan yang
sesungguhnya pada dunia usaha dan dunia industri.
3
BAB II
PT. Misi Kasih Toserba terletak di Jalan Hayam Wuruk No. 22 Soe
Kabupaten Timor Tengah Selatan yang berdiri pada tanggal 7 Juni 2021. PT. Misi
Kasih Toserba merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha
dan perdagangan, selain itu juga bergerak di bidang pertanian seperti kegiatan
holtikultura dengan konsep Agro Eko Edu Wisata.
Lokasi pertanian holtikultura yang yang dimiliki PT. Misi Kasih Toserba
terletak di Dusun III Bisuaf, Desa Noinbila, Kecamatan Molo Selatan, dengan total
luasan adalah 10 Ha, yang baru dikelola adalah sekitar 3 Ha untuk kegiatan
holtikultura (penanaman sayur – sayuran), dan kegiatan pertanian ini baru
dilakukan pada bulan Maret 2022. Adapun kegiatan holtikultura yang dilakukan
oleh PT. Misi Kasih Toserba seperti:
1. Persiapan lahan
2. Pemilihan benih
3. Persemaian
4. Penanaman
5. Perawatan
6. Pengendalian HPT
7. Pemanenan
8. Pemasaran
Misi:
4
1. Melakukan inovasi dan menyediakan layanan Agro Eko Edu Wisata
bertaraf internasional dengan menggunakan sumber daya lokal secara
berkelanjutan
2. Meningkatkan nilai bisnis perusahaan secara berkelanjutan dan mendorong
kesejahteraan petani melalui kemitraan bisnis dan pendidikan
berkelanjutan.
1) PT. Misi Kasih Toserba adalah perusahaan yang bergerak di bidang Agro
Eko Edu Wisata yang terus berkembang menjadi perusahaan terkemuka
2) Agro Eko Edu Wisata adalah bisnis perusahaan yang memadukan aktivitas
pertanian/peternakan, pariwisata, pendidikan dalam suatu inovasi
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan
3) Terkemuka memiliki makna bahwa perusahaan memiliki nilai karena
mampu berkembang dengan memberikan kontribusi pada upaya
meningkatka kesejahteraan masyarakat dengan menyediakan layanan
produk Agro Eko Edu Wisata bertaraf internasional.
5
1. Melakukan inovasi dan a. Melakukan inovasi memiliki makna
menyediakan layanan perusahaan memiliki berbagai upaya kreatif,
produk Agro Eko Edu cerdas dan berstandar untuk menghasilkan
Wisata bertaraf produk baru yang memiliki nilai bisnis.
internasional dengan b. Perusahaan dapat menyediakan produk
menggunakan sumber inovasi Agro Eko Edu Wisata bertaraf
daya lokal secara internasional dengan menggunakan sumber
berkelanjutan. daya lokal secara berkelanjutan.
Struktur Organisasi:
Wakil Direktur
6
Devisi Promosi,Humas dan
Devisi HRD Devisi R & D
Layanan Pelanggan
7
9) Devisi Promosi, Humas dan Layanan Pelanggan: unit yang ditugaskan
membantu direktur dan manajer pemasaran dalam kegiatan penyusunan
dan pelaksanaan strategi promosi produk hubungan masyarakat dan
pelayanan pelanggan.
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
jelaga, yang akhirnya akan mengurangi kemampuan tanaman untuk
menyerap cahaya. Alhasil pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, hasil
panen rendah dankualitas buruk. Hal ini juga mensyaratkan bahwa
tanaman dan hasil panen perlu dicuci untuk melenyapkan embun sehingga
menambah beban/biaya produksi bagi petani. Masalah berikutnya adalah
status sebagai vektor untuk penyakit tanaman. Kutu kebul seringkali
sebagai pengantar virus pembawa penyakit, seperti virus mosaic kuning
(yellow masaic virus) atau virus gemini yang menular dan merusak
tanaman terutama daun. Virus vektor ini sering sekali menyerang tanaman
budidaya penting seperti tomat, selada, singkong, dan lain-lain (jurnal
Agroteknologi dan Perkebunan 2021 vol.4 (1): 22-26).
1) Klasifikasi Hama Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.)
Ordo : Hemiptera
Famili : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Species : tabaci.
2) Biologi hama Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn)
Kutu kebul Bemisia tabaci Genn merupakan hama penting
pada tanaman cabai merah. Hama ini pertama kali ditemukan di
Indonesia pada tahun 1938 pada tanaman tembakau (Kalshoven
1981). Permasalahan hama B. Tabaci tidak terbatas hanya di
kawasan Indonesia saja, karena hama ini juga menyerang berbagai
tanaman di beberapa negara lain seperti Australia, India, Sudan,
Iran, El Savador, Mexico, Brazil, Turki, Israel, Thailand, Arizona,
California, Eropa, Jepang, dan USA. Perkembangbiakan dan
penyebaran hama tersebut sangat cepat, dalam kurun waktu 1
tahun, hama tersebut dapat menghasilkan 15 generasi (Liu etal,
2012).
Bemisia tabaci (Gennadius) digolongkan ke dalam ordo
Hemiptera, subordo Sternorrhyncha, super famili Aleyrodoidea,
famili Aleyrodidae. B. tabaci pertama kali ditemukan di Indonesia
10
pada tahun 1938 pada tanaman tembakau. Pada tahun 2001 B.
tabaci telah menjadi hama utama terutama pada berbagai jenis
tanaman sayuran dan tersebar ke seluruh Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi, dan sejak awal tahun 2004 telah pula
menjadi hama penting di Bali (Kalshoven, 1981) Perkembangan B.
tabaci terdiri atas tiga stadia, yaitu dimulai dari telur, nimfa, dan
imago.Telur B. tabaci .bentuknya lonjong (oval), warnanya putih
bening ketika baru diletakkan, kemudian kecokelatan menjelang
menetas. Telur berdiameter 0,25 mm, dan biasanya diletakkan pada
permukaan bawah daun. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina
mencapai 28 sampai 300 butir tergantung pada tanaman inang dan
suhu lingkungan (Hiranoetal, 2002).
Nimfa instar satu (panjang + 0,223 mm, lebar + 0,131 mm)
berbentuk bulat panjang, berwarna hijau cerah, pada pinggir
tubuhnya terdapat bulu bulu halus dan lapisan lilin yang tipis.
Nimfa instar 1 yang baru keluar dari telur aktif bergerak dan
mengisap cairan makanan pada permukaan bawah daun selama 1-2
hari, dan setelah mendapatkan tempat yang sesuai akan menetap
dan tidak bergerak lagi. Nimfa instar 2 (panjang + 0,283 mm, lebar
+ 0,178 mm), nimfa instar 3 (panjang + 0,470 mm, lebar + 0,312
mm) dan nimfa instar 4 tidak bergerak, berwarna hijau gelap,
tungkai tereduksi, pada bagian dorsal terdapat tiga pasang duri.
Perkembangan nimfa secara keseluruhan berlangsung selama 12-15
hari pada suhu 28°-32°C, dan 28 – 32 hari pada suhu 20° -24°C.
Pada suhu lebih tinggi yaitu 30° -34°C periode perkembangan lebih
cepat, dan sebaliknya menjadi lebih lama apabila suhu mencapai
18°- 22°C (Ahsol et al, 2016).
Imago B. tabaci berwarna kekuningan dan tubuhnya
tertutup oleh sekresi seperti tepung lilin yang berasal dari kelenjar
lilin yang terletak pada ruas abdomen pertama dan kedua pada
imago jantan, sedangkan pada imago betina terletak pada ruas
11
abdomen ketiga dan keempat. Sayap depan berwarna putih dan
mempunyai pembuluh radial sektor yang bercabang satu dan
pembuluh kubitus lurus. Antena tujuh ruas dengan ruas terakhir
meruncing dan ditutupi oleh rambut - rambut yang halus. Mata
majemuk berkembang sempurna (Kalshoven, 1981). Seluruh siklus
hidup kutu kebul terjadi pada permukaan bagian bawah daun.
Seperti kutu loncat, imago kutu kebul bersayap penuh dengan
sistem reproduksi secara seksual. Menurut Ludji, (2011) imago
kutu kebul B. tabaci cenderung bereproduksi secara seksual
dibandingkan secara parthenogenesis.Telur diletakkan oleh imago
di bawah permukaan daun, telur menempel pada permukaan daun
dengan bantuan struktur pedisel halus, dimana kelembapan telur
diperoleh dari jaringan daun melalui sistem kapilaritas. Beberapa
spesies kutu kebul meletakkan telur berpediselnya ke dalam
stomata daun. Pada saat telur menetas, nimfa instar pertama
(crawler) bergerak mencari tempat yang cocok untuk penyerapan
makanan. Selama siklus pradewasa hanya nimfa instar pertama
yang memiliki tungkai untuk mencari tempat yang sesuai, nimfa
instar selanjutnya tidak memiliki tungkai sehingga tidak dapat
bergerak lagi walaupun keadaanmakanan di daerah feedingsite kian
memburuk. Nimfa kutu kebul mendapatkan makanan dengan cara
mengambil cairan makanan dari tanaman inang (Dreidstadt et al,
2001).
Bemisia. tabaci bersifat polifag, sejumlah besar spesies
tanaman tahunan dan setahun yang telah dibudidayakan maupun
yang belum dibudidayakan sesuai untuk makan dan/atau
reproduksi. B. tabaci mempunyai kisaran inang lebih dari 600
spesies tanaman yang berasal dari 63 famili tanaman, dan sebanyak
50% spesies tanaman yang merupakan inang kutukebul berasal dari
family Fabaceae, Asteraceae, Malvaceae, Solanaceae dan
Euphorbiaceae. Di antara famili tersebut 99% spesies tanaman yang
12
merupakan inang kutukebul adalah Fabaceae (Roshanand
Cerruti,2011).
Henridvaletal. (2011) melaporkan kisaran inang B. tabaci
yang tumbuh di sekitar pertanaman cabai merah di Indonesia
tepatnya di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta
terdiri atas 22 spesies gulma dan lima spesies tanaman budidaya
lainnya. Inang tersebut meliputi 13 famili yaitu Amaranthaceae,
Araceae, Asteraceae, Brassicaceae, Capparidaceae,
Convolvulaceae, Euphorbiaceae, Lamiaceae, Oxalidaceae,
Rubiaceae, Papilionaceae, Solanaceae, dan Sterculiaceae.
Famili Asteraceae dan Euphorbiaceae merupakan inang
dengan populasi B. tabaci paling banyak dibandingkan dengan
famili lainnya. Gulma A.conyzoides berperan sebagai inang B.
tabaci, inang alternatif Geminivirus, dan reservoir parasitoid
Eretmoceru ssp. Gulma Ageratum conyzoides berperan sebagai
inang B. tabaci dan inang alternatif Geminivirus.
3) Gejala serangan B.tabaci
Gejala serangan B. tabaci berupa bercak nekrotik dan
klorosis pada daun, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan
jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Dalam
keadaan populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Embun madu yang dikeluarkannya dapat
menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam,
menyerang pada berbagai stadia tanaman. Populasi B. tabaci
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman.Populasi
tertinggi biasanya terjadi pada akhir musim tanam (Yasarakinci,
dan Hincal 1996).
Kerusakan yang diakibatkan dari B.tabaci secara langsung
akibat dari cairan sel daun dihisap oleh hama, daun menjadi
klorosis dan gugur, tanaman menjadi kerdil sehingga mengurangi
pertumbuhan dan hasil, kerusakan secara tidak langsung embun
13
madu yang dikeluarkan oleh hama dapat menimbulkan serangan
jamur jelaga yang berwarna hitam yang dapat mengurangi laju
proses fotosintesis. Selain itu, jamur jelaga yang menyerang buah
dapat menurunkan kualitas buah, dan B. Tabaci diketahui mampu
berperan sebagai vektor penting penyakit virus. Sampai saat ini
tercatat 100 jenis virus yang dapat ditularkan oleh B. tabaci, antara
lain gemini virus (virus kuning), closterovirus, nepoviruscarlavirus,
potyvirus, dan rod-shape DNA virus (Heather, dan Smith 2015).
Serangan kutu kebul memnyebabakan timbulnya bercak
klorosis pada daun tanaman yang terserang, dan daun akan
mengecil dan mengeriting. Jika tingkat serangan tinggi , daun akan
menguning (Pracaya, 2008).
Pengendalian Hama Kutu kebul (Bemissia tabaci) pada cabai
(Capsiccum annumm L.) yaitu:
a) Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan
patogen serangga.
b) Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul, antara
lain Menochiluss exmaculatus (mampu memangsa larva
Bemissia tabaci sebanyak 200 – 400 larva/hari), Coccinella
septempunctata, Scymussyriacus, Chrysoperlacarnea,
Scrangiumparcesetosum, Oriusalbidipennis, dll.
c) Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci
adalah Encarciaadrianae (15 spesies), E. Tricolor,
Eretmoceruscorni (4 spesies), sedangkan jenis patogen yang
menyerang B. Tabaci, antara lain Bacillusthuringiensis,
Paecilomycesfarinorus dan Eretmocerus.
d) Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan
pengendalian secara fisik/mekanik dan penggunaan
insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut populasi
hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya
dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat.
14
e) Sanitasi lingkungan
f) Tumpang sari antara cabai dengan Tagetes, penanaman
jagung disekitar tanaman cabai sebagai tanaman perangkap.
g) Sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman bukan
inang, seperti tanaman kentang dan mentimun.
h) Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir
antara lain Permethrin, Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid,
Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan dan
asefat.
2. Kumbang Epilachna varivestris Mulsant
Bentuk kumbang ini adalah elip, bewarna kuning pucat, telur di
letakkan secara berkelompok (20-50 per kelompok) di balik daun, jumlah
telur sekitar 800 butir, setiap hari rata – rata 30 butir. Telur akan menetas
menjadi larva setelah 4-5 hari, larva berbentuk oval bewarna kuning.
Panjang larva mencapai 8mm, dan menjadi pupa di balik daun. Kumbang
dewasa berbentuk oval dan panjang 6 mm- 8 mm berwarna kuning
kemerahan,sampai coklat kekuning-kuningan dengan 8 bercak hitam.
Kerusakan yang ditimbulkan adalah keringnya bagian tanaman yang di
serang seperti daun, dan batang (Pracaya 2008).
3. Kutu Daun (Aphis craccivora Koch)
Berbentuk seperti buah pir, panjang sekitar 4 mm,lunak, pengisap
cairan berbagai macam tanaman. Memiliki mulut yang berfungsi sebagai
penusuk. Hidup bergerombolan pada daun, dan tunas muda.
Berkembangbiak secara seksual, dan aseksual. Terbagi menjadi 2, yaitu
Aphis bersayap, dan tidak memiliki sayap. Kerugian yang ditimbulkan
pada tanaman adalah dapat membuat daun menjadi rusak, dapat
mengeluarkan embun madu yang mengandung cendawan sehingga dapat
mengganggu fotosintesis (Pracaya 2008).
4. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ciri- ciri ulat berwarna kelabu muda, coklat atau hitam. Bertelur di
batang tanaman atau di tanamah dekat tanaman. Telur akan menjadi larva
15
dalam 10-14 hari, larva akan makan daun tanaman selama 1-2 minggu,
setelah itu akan menetap di dalam tanah dekat tanaman. Ulat ini memakan
tanaman yang masih muda, menyerang akar, dan menyerang batang
dengan menggerogotinya. Ulat bersembunyi di lapisan tanah yang tidak
begitu dalam, ulat biasanya pada muncul pada malam hari (Pracaya 2008).
5. Tungau (Tetranychu sp.)
Tungau ada yang berwarna merah, hijau, dan orange, kaki,dan
mulut berwarna putih. Tungau dewasa aktif pada siang hari. Jenis hama ini
mengisap cairan dari sel-seldiantaranya tulang daun. Sel-sel yang telah
kosong di sisi dengan udara sehingga tampak seperti bercak-bercak putih.
Daun akan menjadi kering dan tertutup oleh lapisan perak. Serangan yang
hebat dapat menyebabkan daun menjadi keriput. Serangan tungau paling
berat biasanya terjadi pada saat musim kemarau (Pracaya 2008).
6. Thrips
Thrips dapat hidup di dataran rendah hingga ketinggian 2000 dpl.
Thrips berbentuk kecil, panjang 1 mm-2 mm, warnanya kuning sampai
coklat tua atau hitam, memiliki mulut penusuk, dan sayap yang berumbai.
Thrips menghisap cairan sel pada daun. Akibatnya warna daun akan
menjadi coklat, dan daun tidak dapat berfotosintesis sehingga
menyebabkan daun mati (Pracaya 2008).
7. Lalat buah (Batrocera dorsalis)
Warna thoraks / dada lalat buah adalah abu – abu, kepala, dan
abdomennya bewarna coklat kemerah – merahan, terdapat pita kuning
melintang pada abdomen, memiliki sayap berbentuk datar dan transparan
bila di betangkan 5-7 mm dan panjang badannya 6-8mm. Telur berwarna
putih, berbentuk memanjang dan runcing pada kedua ujungnya. Lalat
betina menggunakan ovipositornya (alat peletak telur) untuk menusuk kulit
buah, dan memasukkan telur 10-15 butir. Kulit buah yang berlubang
tersebut akan mengeluarkan getah yang mengundang lalat betina lain
datang. Lalat buah berkembang biak dengan pesat saat musim kemarau
(Pracaya 2008).
16
Pengendalian lalat buah (Batrocera dorsalis) dilakukan dengan
pemusnahan buah terserang, pembungkusan buah, penggunaan perangkap
atraktan metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1 ml/perangkap.
Jumlah perangkap yang dibutuhkan 40 buah/Ha. Perangkap dipasang pada
saat tanaman berumur 2 minggu sampai akhir panen dan atraktan diganti
setiap 2 minggu sekali, rotasi tanaman, pemanfaatan musuh alami antara
lain parasitoid larva dan pupa (Biosteressp, Opiussp), predator semut,
Arachnidae (laba – laba), Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera
(Cecopet).
3.2 Cabai Varietas Pilar F1 (Capsiccum annumm L.)
1. Klasifikasi Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.)
Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-terungan (Solanaceae) yang
tumbuh sebagai perdu atau semak. Cabai termasuk tanaman semusim atau
berumur pendek. Menurut Haryanto, (2018), dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan cabai diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika,
Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia (Baharuddin, 2016). Tanaman
cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan
terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis jenis saja,
17
yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika (Pratama,
Swastika, Hidayat, dan Boga, 2017).
Cabai merupakan tanaman yang berasal dari bagian tropis dan
subtropis Benua Amerika, khususnya Kolombia, Amerika Selatan.
Tanaman cabai termasuk famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum
annuum L. Merupakan salah satu spesies dari 20-30 spesies dalam genus
yang sama. Spesies ini paling banyak dibudidayakan dan penting secara
ekonomi. Berdasarkan karakter buahnya spesies Capsicum annuum L.
digolongkan dalam empat tipe, yaitu cabai besar, cabai kriting, cabai rawit
(hijau), dan paprika. Klasifikasi cabai merah adalah sebagai berikut: Famili
ini terdiri lebih kurang 75 marga (genus) dan 2000 jenis (spesies), ada yang
berbentuk tanaman pendek, tanaman semak perdu atau pohon kecil. daun
lombok termasuk daun tunggal sederhana, tetapi ada juga yang berlekuk
dangkal sampai dalam, dan ada juga yang berlekuk majemuk. Letak daun
bergantian dan tidak mempunyai daun penumpu. Tanaman ini banyak
terdapat di daerah tropis sampai di daerah subtropik (Syukur, 2013).
Pada umumnya cabai merah dapat ditanam di dataran rendah
sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan
iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik
untuk tanaman cabai keriting adalah 24 – 27º C, dan untuk pembentukan
buah pada kisaran 16 – 30º C. Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk
budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai keriting.
Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting
menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik , tidak mudah
becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.
Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8 (Humaerah, 2015).
2. Morfologi Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L.)
Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi bagian akar, batang, daun,
bunga dan buah. Penjelasan bagian-bagian tersebut sebagai berikut ;
18
1) Akar
Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar
utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral
mengeluarkan serabut-serabut akar yang disebut akar tersier. Akar
tersier menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar
sampai 45 cm. Rata-rata panjang akar primer antara 35 cm sampai
50 cm dan akar lateral sekitar 35 sampai 45 cm (Pratama etal.,
2017).
2) Batang
Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang
lebar dengan jumlah cabang yang banyak. Panjang batang berkisar
antara 30 cm sampai 37,5 cm dengan diameter 1,5 cm sampai 3 cm.
Jumlah cabangnya berkisar antara 7 sampai 15 per tanaman.
Panjang cabang sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan diameter 0,5 cm
sampai 1 cm. Pada daerah percabangan terdapat tangkai daun.
Ukuran tangkai daun ini sangat pendek yakni hanya 2 cm sampai 5
cm (Pratama etal., 2017).
3) Daun
Daun cabai merupakan daun tunggal berwarna hijau sampai hijau
tua dengan helai daun yang bervariasi bentuknya antara lain
deltoid, ovate atau lanceolate (IPGRI, 1995). Daun muncul di
tunas-tunas samping yang berurutan di batang utama yang tersusun
spiral (Pratama etal., 2017).
4) Bunga
Bunga cabai merupakan bunga tunggal dan muncul di bagian ujung
ruas tunas, mahkota bunga berwarna putih, kuning muda, kuning,
ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu
tergantung dari varietas. Bunga cabai berbentuk seperti bintang
dengan kelopak seperti lonceng. Alat kelamin jantan dan betina
terletak di satu bunga sehingga tergolong bunga sempurna. Posisi
19
bunga cabai ada yang menggantung, horizontal, dan tegak (Pratama
etal., 2017).
5) Buah
Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji.
Plasenta ini terdapat pada bagian dalam buah. Pada umumnya
daging buah cabai renyah dan ada pula yang lunak. Ukuran buah
cabai beragam, mulai dari pendek sampai panjang dengan ujung
tumpul atau runcing (Pratama etal., 2017).
6) Biji
Biji cabai di dalam buah dan menempel di sepanjang plasenta.
Warnanya beragam, mulai dari putih hingga kuning jerami. Bagian
terluarnya merupakan lapisan keras. Biji inilah yang berperan
dalam menghasilkan bibit tanaman baru.
3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah Besar (Capsiccum annumm L.)
Menurut Harpenas dan Dermawan (2010), beberapa kondisi ekologis yang
perlu dipenuhi untuk tanaman cabai adalah sebagai berikut:
1) Keadaan iklim
Cabai dapat ditanam pada dataran rendah hingga daerah
ketinggian 1.300 m dpl. Cabai membutuhkan iklim yang tidak
selalu dingin dan tidak pula terlalu lembab. Cabai dapat
beradaptasi dengan baik pada temperatur 25 – 30° C dan untuk
pembentukan buah pada kisaran 16 – 23° C. Lamanya
penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10 – 12
jam/hari, intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk proses
fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan
pemasakan buah. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24 –
28° C. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna dan
pemasakan buah lebih lama. Curah hujan yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman hingga akhir pertumbuhan berkisar
antara 600 mm – 1.250 mm. Curah hujan yang terlalu rendah
20
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya curah
hujan yang terlalu tinggi menyebabkan kelembaban udara
meningkat dan cenderung mendorong pertumbuhan penyakit
tanaman.
2) Tanah
Pada umumnya tanaman cabai cocok ditanam pada semua jenis
tanah. Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai ialah tanah
yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek
(menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit menular.
3) Derajat keasaman tanah (pH)
Derajat keasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5
,5 – 6,8 dengan pH optimum 6,0 – 6,5.
21
BAB IV
a. Wawancara
Melakukan wawancara dengan pekerja yang ada di PT. Misi Kasi Toserba
mengenai proses pengendalian hama kutu putih yang dilakukan pada
budidaya tanaman cabai varietas pilar F1
b. Studi pustaka
Mencari informasi yang berhubungan/berkaitan dengan materi yang
dilakukan di tempat magang melalui internet, dokumen – dokumen dan
literatur-Literatur yang ada.
c. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap beberapa proses pembudidayaan dan
proses pengendalian hama pada tanaman holtikultura terutama tanaman
cabai varietas Pilar F1
d. Dokumentasi dilakukan dilapangan menggunakan kamera handphone
padasaat penulis melakukan kegiatan magang seperti pembuatan bedengan,
persemaian, penanaman, penyiraman, pemberian pupuk dan pengendalian
hama.
22
BAB V
1. Pengolahan lahan
Teknik pengolahan lahan yang dilakukan di PT. Misi Kasi Toserba
adalah pengolahan yang menggunakan peralatan sederhana dan
peralatan modern seperti cangkul, linggis, sekop, tali, patok, kultivator.
Cara yang dilakukan adalah tanah di olah terlebih dahulu menggunakan
kultivator, setelah itu dilakukan pengukuran bedengan dengan masing –
masing bedengan ukurannya adalah 1,25 m × 10 m. Setelah bedengan
dilakukan selanjutnya dilakukan pemberian pupuk dasar (kotoran
ayam) di atas bedengan dengan interval waktu 7 hari sebelum tanam.
Selain pembuatan bedengan, metode yang lain yang dilakukan adalah
metode olah lubang.
2. Teknik pemilihan benih
Teknik pemilihan benih yang dilakukan di PT Misi Kasi Toserba
adalah memilih benih unggul dengan melihat jenis benih, varietas
benih dan rekomendasi tempat sesuai dengan dataran. Teknik
pemilihan benih sangat diperlukan karena apabila kesalahan dalam
pemilihan benih sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil yang
di dapat.
3. Teknik persemaian
Teknik persemaian di kebun PT Misi Kasi Toserba dilakukan dengan
menggunakan media tanah dan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan
perbandingan 1:2 (1 ember kotoran ayam dan dua ember tanah) setelah
media dicampurkan langsung di masukkan pada tray semai dan setiap
tray semai dilubangi 1 lubang dan di masukkan setiap lubang diberikan
23
1 benih. Setelah semua tray semai diisi dengan benih lalu disiram dan
ditutupi dengan plastik hitam selamat 3 hari setelah itu di buka
bertujuan untuk mempercepat perkecambahan benih. Benih
dipindahkan ke bedengan/lubang tanam dengan umur semai 21 – 23
hari setelah semai (hss).
24
cabai di pindahkan dari tray persemaian ke bedengan atau lubang
tanam.
6. Pemanenan
Cabe dipanen setelah berumur 75-85 setelah tanam.Proses pemanenan
dilakukan dalam beberapa kali,tergantung dengan jenis varietas,teknik
budidaya dan kondisi lahan. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-5 hari
sekali,disesuaikan dengan kondisi kematangan buah dan pasar.
7. Pemasaran
Penjualan dilakukan secara online (media sosial), di bawa ke pasar, dan
ada pembeli yang langsung ke kebun.
1. Gejala serangan
Pengamatan di lahan milik (PT. Misi Kasi Toserba) gejala serangan kutu
kebul pada cabai mengakibatkan daun cabai mengecil dan mengeriting
bahkan warna daun sampai menguning. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Pracaya, 2008) yang mengatakan Serangan kutu kebul memnyebabakan
timbulnya bercak klorosis pada daun tanaman yang terserang, dan daunnya
akan mengecil dan mengeriting. Jika tingkat serangan tinggi, daun akan
menguning (Pracaya, 2008).
25
Gambar 4: Pengamatan gejala serangan kutu kebul
2. Pengendalian
1) Pengendalian kimiawi
Jenis :Insektisida
26
Warna : Kuning kecoklatan
Dosis dan cara penggunaan yang dilakukan di lahan milik PT. Misi
Kasi Toserba yaitu 2 tutup botol insektisida ulate dicampur dengan 14 liter
air pada tengki sprayer, kemudian diaduk hingga produk tercampur rata.
Setelah itu aplikasikan pada bagian tanaman cabai yang terserang hama.
Pengaplikasian dilakukan pada pagi dan sore hari. PT Misi Kasi memilih
insektisida ullate sebagai teknik pengendalian karena insektisida ini
mempunyai racun yang merekat. Perlu diperhatikan 2 minggu sebelum
panen tidak boleh dilakukan penyemprotan.
27
BAB VI
1.1 Simpulan
1.2 Saran
1. Disarankan utuk mengendalikan hama secara alami tanpa aplikasi
pestisida kimiawi, sebaiknya dilakukan sistem pergiliran tanaman
(rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti tanaman kentang dan
mentimun.
2. Informasi mengenai PT Misi Kasi Toserba diperkenalkan atau
mengadakan pelatihan kepada masyarakat agar masyarakat juga tau
cara membudidayakan tanaman holtikultuta secara baik dan benar.
28
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, S. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah pada Berbagai Metode
Irigasi dan Pemberian Pupuk Kandang di Wilayah Peisir Pantai, 2 (1), 247-257
Humaera DA. 2015. Budidaya Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicun annum L.)
pada berbagai wadah Tanam dengan pupuk Anorganik dan organik. Jurnal Ilmiah
Biologi. 1(2) : 69-57.
J. Hort. 18(1):55-61, 2008. Pengaruh Varietas dan Sistem Tanam Cabai Merah
terhadap Penekanan Populasi Hama Kutu Kebul.
J., dan Smith, H.A., (2015). Ubi Jalar Whitefly B Biotipe Bemisi tabaci
(Gennadius) (Insekta :Hemiptera ;Aleyrodidae).Entomologi dan Departemen
Nematologi, Florida
Nenet Susniahti, Ir., MS, H. Sumeno, Ir., MS.Sudarjat, Ir., MP, 2005. BAHAN
AJAR ILMU HAMA TUMBUHAN. UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT
TUMBUHAN
29
Simala. (2009). Spesies kutu kebul (Hemiptera: Aleyrodidae) tercatat pada impor
tanaman hias di kroasia. Dalam prosiding Simposium Internasional ke-9 tentang
perlindungan tumbuhan (hlm. 389-396). Kroasia Perlindungan Tanaman
Sudiono. (2003). Deteksi syntomology dan teknik PCR virus gemini asal tanaman
tomat. Jurnal Agritek, 11 (4), 537-544.
https://adoc.pub/queue/iii-pengaruh-tanaman-pembatas-pinggir-di-pertanaman-
cabai-me .html
30
LAMPIRAN
31
racun ulate dan penyiraman
pada tanaman kol, selada,
petcay, dan pengolahan lahan
menggunakan cultivator
8 Selasa 12 Juli 2022 Lanjutan pembutan ajir, 08:00 – 12:00
pembuatan lubang tanam 14:30 – 17:00
untuk penanaman tanaman
papaya, mentimun, cabai dan
persemaian benih pakcoy dan
selada pada try semai
9 Rabu 13 Juli 2022 Pembuatan ajir untuk 08:00 – 12:00
tanaman kacang panjang dan 14:30 – 17:00
pembuatan lubang untuk
tanaman cabai
10 Kamis 14 Juli Lanjutan pembuatan ajir 08:00 – 12:00
2022 untuk tanaman kacang 14:30 – 17:00
panjang.
Pembuatan lubang pada
bedengan untuk tanaman
petcay.
Penyiraman pupuk pada
lubang tanam cabai.
Pembersihan gulma pada
bedengan cabai
11 Jumat 15 Juli 2022 Pembersihan lahan dan 08:00 – 12:00
pembuatan bedengan di blok 14:30 – 17:00
4
12 Sabtu 16 Juli 2022 Lanjutan pembuatan 08:00 – 12:00
bedengan di blok 4 14:30 – 17:00
13 Minggu 17 Juli Penyiraman semua jenis 08:00 – 12:00
2022 holtikultura dan pelatihan
32
pertanian serta pengenalan 14:30 – 17:00
lingkungan
14 Senin 18 Juli 2022 Lanjutan pembuatan 08:00 – 12:00
bedengan di area blok 4 14:00 – 17:00
15 Selasa 19 Juli 2022 Pemotongan kayu ajir dan 08:00 – 12:00
pemasangan ajir di bedengan 14:30 – 17:00
untuk tanaman cabai di blok
2
16 Rabu 20 Juli 2022 Lanjutan pembuatan ajir 08:00 – 12:00
untuk tanaman cabai di blok 14:30 – 17:00
2
17 Kamis 21 Juli Penggemburan tanah pada 08:00 – 12:00
2022 bedengan yang akan di 14:30 – 17:00
tanami tomat.
Pemberian pupuk NPK dan
pupuk urea pada tanaman
wortel, buncis, kacang
panjang, pare, petcay, kol
dan baby kalian.
Penggemburan tanah untuk
tanaman buncis.
Pembuatan ajir dan
pemasangan ajir untuk
tanaman tomat.
18 Jumat 22 Juli 2022 Lanjutan pembuatan ajir 08:00 – 12:00
untuk tanaman tomat. 14:30 – 17:00
Penyemprotan pupuk.
Penanaman benih mentimun
dipolibek.
19 Sabtu 23 Juli 2022 Kegiatan studi banding di 08:00 – 12:00
33
lokasi Jeruk Keprok Soe. 14:30 – 17:00
Penyiraman semua jenis
holtikultura.
20 Minggu 24 Juli Penyiraman semua jenis 14:30 – 17:00
2022 holtikultura.
Penggemburan bedengan
21 Senin 25 Juli 2022 Pembersihan gulma dan 08:00 – 12:00
penggemburan bedengan 14:30 – 17:00
tanaman cabai di blok 2.
Penyiraman semua jenis
holtikultura.
22 Selasa 26 Juli 2022 Pembersihan gulma di blok 08:00 – 12:00
2. 14:30 – 17:00
Pembuatan lubang tanam
diblok 1.
Penyiraman semua jenis
tanaman holtikultura.
23 Rabu 27 Juli 2022 Perapian bedengan dan 08:00 – 12:00
pengikatan ajir untuk 14:30 – 17:00
tanaman tomat
24 Kamis 28 Juli Pengikatan ajir untuk baby 08:00 – 12:00
2022 kailan. 14:30 – 17:00
Pembersihan gulma.
Pemotongan kayu ajir.
Penyiraman semua jenis
holtikultura.
25 Jumat 29 Juli 2022 Pemotongan ajir untuk 08:00 – 12:00
mentimun di blok 1 bekas 14:30 – 17:00
tanaman brokoli.
Penyiraman semua jenis
34
tanaman brokoli
26 Sabtu 30 Juli 2022 Kegiatan study banding 08:00 – 12:00
bersama teman – teman 14:30 – 17:00
magang dari jeruk keprok.
Lanjutan pembuatan ajir
untuk tanaman mentimun dan
pare.
Penyiraman semua jenis
holtikultura.
27 Minggu 31 Juli Penyiraman semua jenis 14:30 – 17:00
2022 holtikultura.
28 Senin 1 Agustus Lanjutan pembuatan ajir pada 08:00 – 12:00
2022 tanaman cabai. 14:30 – 17:00
Penyiraman semua jenis
tanaman holtikultura.
29 Selasa 2 Agustus Pembersihan gulma pada 08:00 – 12:00
2022 bedengan cabai di blok 1. 14:30 – 17:00
Penyiraman semua jenis
holtikultura
30 Rabu 3 Agustus Lanjutan pembersihan gulma 08:00 – 12:00
2022 pada tanaman cabai di blok 1. 14:30 – 17:00
Penyiraman semua jenis
holtikultura.
31 Kamis 4 Agustus Penyiraman tanaman cabai di 08:00 – 12:00
2022 blok 2
32 Jumat 5 Agustus Penarikan kembali
2022 mahasiswa magang
35
Gambar 1 : Perapian Bedengan Gambar 2 : Pembibitan benih cabai
36
Gambar 9. Pembuatan ajir
padabedengan
37